TETRALOGY OF FALLOT
Disusun Oleh :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang Asuhan Keperawatan dalam Penyakit
Jantung Kongenital, seperti Atrial Septal Defect (ASD), Venticicular Septal Defect
(VSD), Paten Duktus Arteriosus (PDA), dan Tetralogi Fallot (TF) dengan melakukan
pendekatan proses asuhan keperawatan meliputi pengkajian, menentukan diagnose,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ini, bertujuan untuk mempelajari kelainan
tersebut. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
hal itu dikarenakan kemampuan penyusun yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari ibu/bapa dosen mata kuliah Keperawatan Anak 1 serta
berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun berharap dengan penulisan makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi para pembaca umumnya serta
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi
di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................6
b. Tujuan Khusus...........................................................................................................6
BAB II............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................7
BAB III.........................................................................................................................42
PENUTUP....................................................................................................................42
3.1 KESIMPULAN................................................................................................42
3.2 Saran………………………………………………………………………..42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang
terjadi akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh
darah, sehingga dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi
darah jantung atau yang dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis.
Penyakit jantung kongenital secara umum terdiri atas dua kelompok
yakni sianosis dan asianosis. Pada kelompok sianosis tidak terjadi
percampuran darah yang teroksigenasi dalam sirkulasi sistemik dan pada
yang asianosis terjadi percampuran sirkulasi pulmoner dan sistemik.
Secara umum penyakit jantung sianotik seperti tetralofifallot dan
penyakit jantung nonsianotik seperti cacat sekat ventrikel (ventrikel
septal defect-VSD),cacat sekat atrium (atrium septal defect-ASD),patent
ductus arteriosus (PDA),stenosis aorta, stenosis pulmonal, dan koartasio
aorta. Di bawah ini beberapa macam kelainan jantung bawaan yang
sering di jumpai pada anak.
5
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
Review Kardiovaskuler
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac
yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini
mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang
60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke
seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan
kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena
Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah
digunakan sebagai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan
hormon serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan
metabolisme tiap-tiap sel dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume
cairan tubuh dan hormon dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami anatomi
fisiologi yang ada pada jantung tersebut sehingga kita mampu memahami
berbagai problematika berkaitan dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan
yang membuat kita melakukan neglicent( kelalaian). Oleh karena itu, sangat
penting sekali memahami anantomi fisiologi kardiovaskuler yang berfungsi
langsung dalam mengedarkan obat-obatan serta oksigenasi dalam tubuh dalam
proses kehidupan.
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan
dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak
mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas
tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas
jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak
di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi
memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
7
Gambar : Jantung pusat kardiovaskuler Gambar : Sistem kardiovaskuler
8
Anatomi Jantung
a.Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung
agak turun kebawah
9
a. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar
dan membulat
b. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
c. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh
posisi tubuh.
Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:
a) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di belakang
korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan
serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini
terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium
tidak mengganggu jantung.
b) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
i. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
ii. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
iii. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik( atrium dan ventrikel).
c) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali
aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
10
a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan
pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh
atrium dekstra.
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava
superior sampai ke apeks kordis
b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah
muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis.
Alur permukaan jantung:
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
11
a) Vena cava superior
b) Vena cava inferior
c) Sinus koronarius
d) Osteum atrioventrikuler dekstra
2. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
3. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum
atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum
pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri
dari:
a. Valvula triskuspidal
b. Valvula pulmonalis
4. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
5. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta
2.1.1 PENGERTIAN
12
tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan
ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD
2.1.2 ETIOLOGI
1) Faktor Prenatal.
2) Faktor genetic
13
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
2.1.3 Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah
yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan
tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan
suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut.Normalnya
setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada
ventrikelkiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan
berkurang.
Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun
akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa
berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat
penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun
bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik
15
banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi
hipoksemi dan sianosis.
16
2.1.4 Manifestasi klinis ASD
17
2.2.5 Pemeriksaan diagnostik
1. Foto toraks
2. Elektrokardiografi
3. Ekokardiografi
4. Katerisasi jantung
2.1.6 Penatalaksanaan
18
a. Penatalaksanaan medis
1) Pembedahan
19
2) Penutupan Defek Sekat Atrium dengan kateter.
20
penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu
dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah
(pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan
tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit
lain. Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat
ditangani dengan operasi bedah jantung terbuka.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
2) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
3) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
4) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
21
ASD sekundum ditoleransi dengan baik selama masa anak;
gejala-gejala biasanya tidak tampak sampai dekade ke-3 atau
sesudahnya. Hipertensi pulmonal, disretmia atrium, insufiensi trikuspidal
atau mital, dan gagal jantung merupakan manifestasi lamat; gejala-gejala
ini mula-mula dapat tampak selama bertambahnya beban volume
kehamilan. Endokarditis infektif sangat jarang. Komplikasi pasca
bedah,seperti gagal jantung dan fibrasi atrium di kemudian hari, lebih
pada penderita yang dioperasi sesudah umur 20 tahun.
2.2.1 Pengertian
22
c. muskuler, bial lubang terletak di daerah septum muskularis
interventrikularis.
2.2.2 Etiologi
23
2.2.3 Patofisiologi
24
VSD
Murmur, getaran,
tekanan nadi melebar, K sterosis pulmonal
CHF, gagal tumbuh rendah, dispnea, murmur
kencang
2.2.4 manifestasi klinis
VSD kecil.
25
VSD sedang.
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum
atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan
dan minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering
menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat
mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3
bulan. Bayi tampak kurus dengan dipsnea, takhipnea dan retraksi. Bentuk
dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin
sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising dan
pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri yang
menjalar ke seluruh perikordium.
VSD besar.
26
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik VSD
EKG
Echocardiografi :
a. Jumlah defek
b. Evaluasi tahanan vaskular paru.
c. Evaluasi beban kerja ventrikel kanan dan kiri.
d. Mengetahui defek lain selain VSD.
e. Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan
saturasi pada aliran darah pulmonal sedangkan kateterisasi
jantung kiri untuk aliran darah sistemik
27
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
28
d. ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada
gangguan dapat dilakukan setelah umur 6 bulan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
2) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
3) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
4) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
Aneurisma
Infeksi pernafasan
29
2.3 konsep dasar Penyakit Patent Duktus Arterious (PDA)
2.3.1 Pengertian
Faktor Prenatal :
Faktor Genetik :
30
2.3.3 Manifestasi klinis
31
Paten duktus arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan mengalirnya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi
darah beroksigen yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke
dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan
dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini
menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Efek
jantung kumulatif mengakibatkan peningkatan vena dan kapiler
pulmonal, yang menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi
konstriksi arteriol paru yang progresif.
32
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos
(tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat
serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
( unfragmented ). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan
spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang
persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai
(shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler
paru (PVR).
33
Defek sianosis
PDA
Hipoksia
pulmonary sistem
34
2.2.5 Pemeriksaan penunjang
2.2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
35
PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel
kanan dan kiri, di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya. Pada EKG tampak hipertropi biventrikuler, dengan
dominasi), yang bila berhasil akan dapat menunda operasi sampai 3-6
bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Indikasi operasi
duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
2) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
3) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
4) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
36
2.2.7 Prognosis dan Komplikasi
Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan atau tidak
sedikit gejala jantung; namun manifestasi lambat dapat terjadi.
37
2.4 konsep dasar penyakit Tetralogi Fallot (TF)
2.4.1 Pengertian TF
Faktor endogen
Faktor eksogen
2.4.4 Patofisiologi
Ketidakjenuhan
darah arteri
Sianosis menetap
1) Murmur
2) Cyanosis
3) kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
4) Warna kulit pucat
5) Frekuensi pernafasan yang meninggi
6) Kulit terasa dingin
40
7) BB yang rendah
8) Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
9) Clubbing finger’s
2.4.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
b. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan Bedah
Perbaikan Definitif
42
Secara historis, perbaikan tuntas tetralogi Fallot ditunda
pelaksanaanya sampai anak memasuki usia prasekolah. Pada
pembedahan tersebut dibuat insisi sternotomi median, dan pintas
kardiopulmonal, dengan hipotermia yang rendah pada beberapa bayi.
Jika sebelumnya sudah terpasang pirau, pirau tersebut dapat dilepas.
Kecuali jika perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,
hendaknya dihindari ventrikulotomi kanan karena berpotensi
mengganggu fungsi ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari ventrikel
kanan direseksi dan dilebarkan menggunakan Dacron dengan dukungan
pericardium. Perawatan dilakukan untuk menghindari insufisiensi paru.
Katup pulmonal diinsisi. Defek septum ventrikel ditutup dengan
tambahan Dacron untuk menyelesaikan pembedahan. Pada kasus
obstruksi saluran ventrikel kanan, dapat dipasang sebuah pipa.
Perawatan praoperasi
43
Perawatan Pascaoperasi
1) Anastomosis Blalock-Taussig
2) Kaji status klinik anak.
3) Segera setelah pembedahan, lengan dengan arteri subklavia
terkait akan dindng akan tekanan darah (anastomosis-block-
taussig).
4) Flush Blood Pressure akan sama dengan tekanan darah arterial
(tidak ada tekanan pada lengan pirau.
5) Perhatikan tekanan nadi; tekanan nadi yang melebar
mengindikasikan pirau yang besar.
6) Perhatikan nadi; nadi melompat-lompat menunjukkan pirau
besar.
7) Perhatikan sianosis; hipoksemia atau tanda-tanda asidosis
menunjukkan oklusi dini pirau.
8) Kaji adanya syndrome Horner.
9) Pantau adanya komplikasi pascaoperasi pada anak.
10) Perdarahan
11) Gagal jantung kongestif jika purau terlalu besar atau hipertensi
pulmonal
12) Peningkatan aliran darah pulmonal dan hipertensi pulmonal
13) Pantau respons anak terhadap pemberian obat, digitalis dan
diuretik diberikan jika perlu.
14) Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
15) Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi, kurang air mata, kulit
kendur, berat jenis lebih dari 1.020, dan penurunan haluaran
urine atau berat badan.
16) Berikan cairan dengan 50%-75% volume rumatan selama
24jam pertama(1000 ml/m2; kemudian 1500 ml/m2)
17) Tingkatkan dan pertahankan status pernapasan yang optimal.
18) Lakukan perkusi dan drainase postural setiap 2-4 jam.
19) Gunakan penghisapan bila perlu.
44
20) Gunakan spirometer setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian
setiap 4 jam, jika tepat sesuai perkembangan.
21) Pantau dan redakan rasa nyeri anak.
45
2.4.8 Komplikasi
1) Hipoksia berat
2) Kematian mendadak dari disritmia
3) Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock-
Tausing :Perdarahan, terutama terlihat jelas pada anak-anak dengan
polisitemia
4) Emboli atau trombosis serebi, risiko lebih tinggi dari polisitemia,
anemia atau sepsis
5) Gagal jantung kongestif jika piraunya lebih besar
6) Oklusi dini pada pirau
7) Hemotoraks
8) Pirau kanan ke kiri persisten setinggi atrium, terutama pada bayi
9) Sianosis persisten
10) Kerusakan nervus prenikus
11) Efusi pleura
46
47
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
48
DAFTAR PUSTAKA
4. http://muhammadihsan87.blogspot.com/2011/01/askep-asd-vsd.html
5. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/askep-patent-ductus-arterious-pda/
49