Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“REUMATIK HEART DISEASE PADA ANAK”

Untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak 2

Dosen Pengampu: Trimawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh:

1. Diah Ayu Setianingsih (010118A037)


2. Novitasari (010118A100)
3. Sita Dian Permata (010118A133)
4. Zidni Fulki Nur F.A.M (010118A169)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Reumatic Heart Disease
pada Anak” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Trimawati, S.Kep., Ns., M.Kep padamata kuliah keperawatan anak 2.Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentangpenyakit ini bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku pembimbing mata kuliah ini
yang telah memberikan tugas ini dalam rangka kuliah sistem daring sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuia dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 2 September 2020

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam keperawatan anak terdapat filosofi yang merupakan teori yang mendasari alam
pikiran atau suatu kejadian, yaitu filosofi keperawatan. Filosofi keperawatan anak
merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care),
pencegahan terhadap trauma (atraumatic care) dan manajemen kasus. Disini juga terdapat
prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam
memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya, mengingat ada
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan . Diantara prinsip dalam asuhan
keperawatan anak tersebut adalah sebagai berikut :
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan
yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan
tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan,
aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut,
anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis, social, dan
spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat
yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami anak.
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakitdan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatanbertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus
bangsa.Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab secara komprehensif dalam
memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak, keperawatan selalu
mengutamakan kepentingan anak.
Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan pada anak adalah
selalu memperhatikan lingkungan baik secara internal maupun eksternal karena
kematangan anak sangat ditentukan oleh lingkungan yang ada, baik anak sebagai
individu maupun anak sebagai bagian dari masyarakat

1.2 Tujuan

Setelah menyelesaikan tugas ini diharapkan mahasiswa dapat :


1. Memahami tentang penyakit Reumatic Heart Disease ( RHD ) yang terjadi pada
anak.
2. Mengetahui tentang penyebab penyakit Reumatic Heart Disease ( RHD )
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Penyakit jantung Rematik (PJR) atau disebut juga dengan (Rheumatic Heart
Disease) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung berupa
penyempitan atau kebocoran pada katup mitral (stenosus katup mitral) sebagai akibat
dari demam rematik.Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan
penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada anak . Penyakit jantung
reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik
akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang
mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit
jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau
keduanya(Jumiarni, 2006).
Stenosus katup mitral adalah suatu kondisi dimana katup mitral menegalami
penyempitan yang menyebabkan tertahannya aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kanan. Pada kasus ini darah tidak dapat dialirkan keluar jantung, sedangkan pada
kasus insufisensi katup mitral terjadi suatu kondisi dimana katup yang terdapat pada
ruang antara atrium kiri dan ventrikel kiri tidak dapat menutup dengan rapat akibatnya
sebagian darah terpompa menuju aorta dan sebagiannya lagi kembali ke ventrikel kiri
jantung. Katup jantung ini mengalami kerusakan karena suatu bakteri yang
menginfeksi jantung yaitu bakteri streptokokus tipe A atau bakteri streptococcus
pyogenes. Secara etiologi jantung rematik terjadi karena adanya gangguan pada
sistem kekebalan tubuh (immune system) atau dapat juga terjadi dikarenakan adanya
reaksi autoimun tubuh yang disebabkan oleh bakteri streptokokus tipe A.
B. Anatomi Jantung
Jantung terletak dirongga toraks sekitar garis tengah antara sternum disebelah
anterior dan vertebrata disebelah posterior.Jantung memiliki pangkal lebar disebelah
atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks didasar.Sewaktu jantung
berdenyut (kontraksi) secara kuat, apeks membentur begian dalam dinding dada disisi
kiri.Kenyataan bahwa jantun terletak antara dua struktur tulang, sternum dan vertebra
digunakan sebagai baian dari resusitasi jantung paru pada tindakan penyelamatan.
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, yaitu atria (atrium, tunggal)
menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke ventrikel yang
memompa darah dari jantung keseluruh tubuh.Pembuluh yang mengembalikan darah
dari jaringan ke atria adalah vena (v. kava), dan pembuluh yang mengangkut dari
menjauhi ventrikel menuju jaringan adalah arteri (aorta abdominalis).Kedua belah
jantun dipisahkan oleh septum, otot kontinyu yang mencegah pencampuran darah dari
kedua sisi jantung.
Adanya empat katup jantung memastikan darah mengalir satu arah.Empat
katup jantung terdiri dari katup atrioventrikuler (AV) kanan dan kiri.Katup AV kanan
disebut juga katup tricuspid karena terdiri dari tiga buah katup dan katup AV kiri
terdiri dari dua buah katup disebut juga katup bicuspid atau katup mitral.Dua katup
lainnya, katup aorta dan katup pulmonalis.Keduanya dikenal dengan katup
semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-masing mirip separuh
bulan.Tepi-tepi daun katup AV diikat oleh tali fibrosa yang disebut korda
tendinae.Tali-tali ini melekat ke otot papilaris. Letak katup tricuspid letaknya setinggi
ICS IV parasternal kiri, katup bicuspid/ mitral letaknya setinggi ICS V
medioklavikularis kiri, katup aorta letaknya setinggi ICS II parasternal kanan dan
katup pulmonal letaknya ICS II parasternal kiri.

C. Fisiologi Jantung
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui
vena-vena besar yang dikenal dengan vena kava.Darah yang masuk ke atrium kanan
kembali dari jaringan tubuh kaya karbondioksida.Darah tersebut mengalir dari atrium
kanan ke ventrikel kanan dan memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke
paru.Di dalam paru CO2 O2 dan dikembalikan ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis.Darah dari atrium kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri dan memompa ke
semua sistem tubuh kecuali paru.Arteri besar yang membawa darah menjauhi
ventrikel kiri adalah aorta abdominalis.
Sirkulasi paru adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi yang
rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem dengan tekanan dan resistensi
yang tinggi. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam jumlah
yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena harus memompa dalam
resistensi yang tinggi. Dengan demikian otot jantung sebelah kiri jauh lebih tebal
daripada otot jantung sebelah kanan.
Katup jantung membuka dan menutup secara pasif karena adanya perbedaan
tekanan.Katup-katup ini terbuka ketika tiap-tiap tekanan ventrikel kanan dan kiri
melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis, selama ventrikel berkontraksi dan
mengosongkan isinya.Katup tertutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel
turun dibawah tekanan aorta dan arteri pulmonais.Ketika ventrikel berkontraksi, otot
papilaris juga berkontraksi, menarik ke bawah korda tendinae.Tarikan ini
menimbulkan ketegangan di daun katup AV yang tertutup, sehingga daun katup dapat
tertahan dalam posisinya dan tetap menutup rapat walaupun terdapat gradient yang
besar kearah belakang.
D. Etiologi
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh
streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak
terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus
bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD
yaitu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap
demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal
dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang
buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.

E. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat
dibagi dalam 4 (Ngastiyah, 2007) adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan,
Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas
tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa
sakit disekitar sendi, Sakit perut
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif.Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan
katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada
fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
F. Patofisiologi
Penyakit jantung rematik diawali dari terjadinya infeksi bakteri streptococcus
pyogenes atau bakteri stretokokus tipe A yang ditularkan melalui kontak langsung
melalui sekresi yang berasal dari mulut atau jalan nafas. Demam reumatik merupakan
kelanjutan dari infeksi faring yang disebabkan Streptokokus tipe A. Reaksi autoimun
terhadap infeksi bakteri streptokokus secara kesimpulan singkat akan menyebabkan
kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik sebagai berikut (1) Bakteri
streptokokus tipe A akan menyebabkan infeksi pada faring, (2) antigen bakteri
streptokokus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada hospes/inang yang
hiper-imun, (3) antibodi akan bereaksi dengan antigen streptokokus, dan dengan
jaringan hospes yang secara antigenik sama seperti streptokokus atau dengan kata lain
antibodi tidak dapat membedakan antara antigen bakteri streptokokus dengan antigen
jaringan jantung, (4) autoantibodi/reaksi autoimun tesebut bereaksi dengan jaringan
hospes sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada lapisan
jantung khususnya mengenai endotel katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun
katup dan erosi pinggir daun katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun
katup mitral menutup pada saat sistolik sehingga mengakibatkan penurunan suplai
darah ke aorta dan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri, hal ini
mengakibatkan penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung berkompensasi
dengan dilatasi ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding
ventrikel dan dinding atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri
untuk memompa darah hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah
kembali ke paru-paru mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri
pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung
kanan (Price, 2005, Park, 2008 &Stollerman, 2005).

G. Manifestasi Klinis
A. Manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik adalah komplikasi dari demam
rematik berupa:
1. Peradangan pada jantung yang berakibat pada munculnya miokarditis dan
endokarditis
2. Dapat berupa gagal jantung, termasuk didalamnya dyspnea, edema, takikardia, dan
yang lebih parah adalah murmur jantung
3. Gejala kardiak penderita penyakit jantung rematik :
a. Infeksi dan peradangan jantung : sesak napas, dada terasa tidak nyaman, nyeri
dada, bengkak atau edema, batuk saat berbaring/ortopnea
b. Karditis yaitu suatu peradangan jantung yang ditandai dengan adanya bising
jantung atau terjadinya takikardia, kondisi dimana jantung berdetak lebih dari
100 kali per menit
c. Murmur yaitu kondisi dimana jantung mengeluarkan suara bising yang
disebabkan oleh gangguan katup jantung atau yang disebut insufisiensi
jantung.
B. Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah–pindah, radang sendi–
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis
migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

Kelompok Tirahbaring Mobilisasi bertahap

Klinis ( minggu ) ( minggu)

- Karditis (  -  )

- Artritis    ( + ) 2 2

- Karditis     ( + )

- Kardiomegali (-) 4 4

-   Karditis (  +  )

-   Kardiomegali(+) 6 6

-   karditis ( +  )

-   Gagal jantung (+ ) >6 > 12

2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2


juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan <
30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin,
diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari.Untuk profilaksis
diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin,
diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang
lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-minggu pertama,
jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan.Diberikan
sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.

3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung.Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.Untuk pasien
dengan artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis
selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali.Obat
terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3
dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari.Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV
10-40 mg diikuti prednison oral.Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan
prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari.Secara bersamaan, salisilat dimulai
dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison
dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus
baru.
4. Penatalaksanaan Operatif dapat berupa intervensi invasif berupa bedah pada
bagian jantung yang mengalami masalah seperti halnya valvulotomi, rekonstruksi
aparat sub valvular, kommisurotomi atau penggantian katup(Kliegman, 2012).
5. Terapi medikasi: salisilat untuk pasien dengan derajat karditis ringan sampai
berat, sedangkan steroid hanya digunakan untuk pasien dengan karditis berat.
Aspirin diberikan dalam dosis 80-100mg/kg/hari selama 4-8 minggu. Terapi
dengan steroid diresepkan pada dosis 2mg/kg/hari selama 2-3 minggu, diikuti
dengan monitoring ketat selama 2-3 minggu. Pada pasien dengan gagal jantung
dapat digunakan digoxin dan diuretic.
6. Penatalaksanaan keperawatan, dengan memberikan KIE tentang pentingnya
minum obat untuk mencegah kekambuhan dari penyakit dan memberitahukan
anggota keluarga pasien untuk menjadi pengawas minum obat agar pasien taat.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a) Aktivitas / istirahat

 Ketidakmampuan melakukan aktivitas

 Pucat, lesu

b) Sirkulasi

 Takikardi, palpitasi

 Riwayat penyakit jantung

 TD / Nadi meningkat, TD menurun

 Sianosis

c) Eliminasi

 Keluaran urin menurun.

d) Makanan / cairan

 Kurang nafsu makan

 Edema pada ekstremitas

e) Nyeri / Kenyaman

 Dapat mengeluh nyeri dada dengan / tanpa

 Dapat mengeluh nyeri dada dengan / tanpa aktivitas

 Poliartritis migran
f) Pernafasaan

 Batuk

 Frekuensi pernafasan meningkat.

 Dispnea /sesak nafas.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a) Risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan gangguan katup jantung

b) Hipertermi berhubungan dengan respon infeksi penyakit dibuktikan dengan suhu


pasien diatas normal.

c) Defisit nutrisi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan nafsu


makan menurun.

d) Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dibuktikan dengan pasien


tampak meringis

3.3 Intervensi

Masalah NOC NIC


Risiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (02075)
jantung dibuktikan dengan keperawatan selama 3x24
Definisi: mengidentifikasi,
gangguan katup jantung jam, curah jantung
merawat dan membatasi
ekspektasi meningkat
komplikasi akibat
dengan kriteria hasil:
ketidakseimbangan antara
1. Kekuatan nadi perifer
suplaidan konsumsi oksigen
meningkat
miokard.
2. Ejection fraction (EF)
meningkat
Observasi:
3. Stroke volume index
(SVI) meningkat 1. Identifikasi tanda/gejala
4. Palpitasi menurun primer penurunan curah
5. Bradikardia menurun jantung (meliputi
6. Gambaran EKG aritmia
dispnea, kelelahan,
menurun
edema, ortopnea,
7. Pucat/sianosis menurun
peningkatan CVP)

2. Monitor tekanan darah

3. Monitor intake dan


output cairan

4. Monitor keluhan nyeri


dada.

Terapeutik :

1. Posisikan semi fowler


atau fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi
nyaman

2. Berikan diet jantung


yang sesuai (mis. batasi
asupan kafein,natrium,
kolesterol, dan makanan
tinggi lemak).

3. Fasilitasi pasien dan


keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat.

Edukasi :

1. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap.

2. Ajarkan pasien dan


keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian.

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


dengan respon infeksi keperawatan selama 1x24 (15506)
penyakit dibuktikan dengan jam, termoregulasi
Definisi : mengidentifikasi
suhu pasien diatas normal. ekspektasi membaik dengan
dan mengelola peningkatan
kriteria hasil:
suhu tubuh akibat disfungsi
1. Mengigil menurun
termoregulasi.
2. Kulit merah menurun.
3. Kejang menurun
Observasi :
4. Pucat menurun
5. Suhu tubuh membaik 1. Identifikasi penyebab
6. Ventilasi membaik hipertermia (mis.
7. Tekanan darah membaik dehidrasi, terpapar
lingkungan panas,
penggunaan inkubator).

2. Monitor suhu tubuh

3. Monitor kadar elektrolit

4. Monitor haluaran urine

Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan
yang dingin

2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian

3. Berikan cairan oral

4. Berikan oksigen, jika


perlu.

Edukasi :

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (03119)


dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24
Definisi: mengidentifikasi
dibuktikan dengan nafsu jam, status nutrisi
dan mengelola asupan
makan menurun. ekspektasi membaik dengan
nutrisi yang seimbang.
kriteria hasil:
1. Porsi makanan yang
Observasi :
dihabiskan meningkat
2. Verbalisasi keinginan 1. Identifikasi status nutrisi
untuk meningkatkan
2. Identifikasi makanan
nutrisi meningkat
yang disukai
3. Nyeri abdomen
menurun 3. Monitor asupan makanan
4. Diare menurun
5. Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
6. Indeks Massa Tubuh
Terapeutik :
(IMT) membaik
7. Nafsu makan membaik 1. Sajikan makanan secara
8. Bising usus membaik menarik dan suhu yang
sesuai

2. Berikan makanan tinggi


serat untuk mencegah
konstipasi

3. Berikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

4. Berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi :

1. Anjurkan posisi duduk,


jika mampu

2. Ajarkan pasien dan


keluarga diet yang
diprogramkan.

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

2. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (08238)


dengan proses inflamasi keperawatan selama 2x24
Definisi: mengidentifikasi
dibuktikan dengan pasien jam, tingkat nyeri
dan mengelola pengalaman
tampak meringis ekspektasi menurun dengan
sensorik atau emosional
kriteria hasil:
yang berkaitan dengan
1. Keluhan nyeri menurun
kerusakan jaringan atau
2. Meringis menurun
fungsional dengan onset
3. Gelisah menurun
mendadak atau lambat dan
4. Kesulitan tidur
berintensitas ringan hingga
menurun
berat dan konstan.
5. Muntah menurun
6. Mual menurun
Observasi :
7. Frekuensi nadi
membaik 1. Identifikasi lokasi,
8. Tekanan darah karakterikstik,durasi,
membaik frekuensi
kualitas,intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri


non verbal

4. Monitor efek samping


penggunaan analgetik

Terapeutik:

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis.
TENS, terapi musik,
terapi pijat, aromaterapi)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
(mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

3. Fasilitasi istirahat dan


tidur

Edukasi :

1. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.

3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3.4 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah tindakan yang telah dilakukan berhasil
untuk mengatasi masalah pasien dan dilihat juga berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan.
BAB IV

PENUTUP

1.1 SIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.

Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian
atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A,
sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.

Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara


adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik.
Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan
seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada
saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan yang kurang terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan
peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan
sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak
sempurna lagi dan terjadi kebocoran.

4.2 SARAN

Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami


demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini
untuk menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan
penyakit jantung reumatik.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Kliegman Behrman.2012. Nelson Ilmu Keperawatan Anak ed. 15, alih bahasa
Indonesia, A.Samik Wahab.Jakarta: EGC.
Jumiarni Ilyas,dkk. 2006. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 2007. Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya

Ngastiyah, 2007.Perawatan Anak Sakit, Edisi III. Jakarta: ECG

Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses Penyakit,
Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H., Wulansari, p.,
Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tim pokja SDKI DPP PPNI). (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakata : dewan pengurus PPNI

Tim pokja SIKI DPP PPNI). (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakata : dewan pengurus PPNI

Tim pokja SLKI DPP PPNI). (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakata : dewan pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai