Anda di halaman 1dari 7

RESUME

KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN, PERENCANAAN KEBUTUHAN


KETENAGAAN, DAN TIMBANG TERIMA

Guna untuk Memenuhi Kepaniteraan Umum Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Mona Saparwati, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh :

Tanzila Wulandari
071212040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
A. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan
a. Kategori
Menurut metode Douglas klasifikasi derajat ketergantungan klien terbagi
menjadi tiga kategori, antara lain:
1. Perawatan Mandiri atau Minimal
Kriteria pasien pada klasifikasi ini yaitu:
a) Perawatan mandiri yang memerlukan waktu 1-2 jam atau 24 jam.
b) Pasien dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian,
makan dan minum.
c) Penampilan secara umum baik.
d) Tidak ada reaksi emosional.
e) Ambulasi perlu diawasi.
f) Pasien perlu diobservasi setiap shift.
g) Pengobatan minimal dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2. Perawatan Intermediate atau Parsial
Kriteria pasien pada klasifikasi ini yaitu:
a) Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam atau 24 jam
b) Memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti
makan, mengatur posisi, memberikan motivasi untuk makan, bantuan
dalam eliminasi dan kebersihan diri.
c) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
d) Memeriksa produksi urine, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainase (infus), serta persiapan pengobatan yang
memerlukan prosedur.
3. Perawatan Total
Kriteria pasien pada klasifikasi ini yaitu:
a) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.
b) Seluruh kebutuhan klien dibantu oleh perawat.
c) Pasien memerlukan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
d) Menggunakan selang NGT, menggunakan terapi intravena, pemakaian
alat suction.
e) Menggunakan alat bantu pernafasan.
f) Menggunakan WSD
g) Kondisi pasien terkadang gelisah atau disorientasi.

b. Penerapan Sistem Klasifikasi Pasien Dalam Tatanan Pelayanan Kesehatan


Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam
tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien:
1. Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam.
2. Perawatan Parsial: klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam.
3. Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah
sebagai  berikut:
a) Kategori I: Perawatan mandiri atau self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik,
tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan
pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
b) Kategori II: Perawatan sedang atau partial care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan,
memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu
atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang.
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,  periksa
periksa urin reduksi, reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran
drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk 
mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30
menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat
atau reaksi alergi.
c) Kategori III: Perawatan total atau intensive care
d) Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.
Dalam menentukan klasifikasi ketergantungan seorang pasien, maka
seorang perawat harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dilakukan 1 kali sehari setiap hari pada waktu yang sama dan
sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama satu bulan.
2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal
memenuhi tiga kriteria), bila kriteria yang ditemukan hanya 1 maka klasifikasi
ketergantungan dikelompokkan pada klasifikasi 1 tingkat lebih baik.
3. Berikan tanda pada setiap pasien yang sesuai dengan klasifikasi tersebut
sehingga dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi
minimal, parsial dan total.

B. Perencanaan Kebutuhan Ketenagaan


1. Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan
Adalah salah satu fungsi utama pimpinan organisasi dalam keperawatan.
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah tenaga dan
jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai
target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai tujuan kesehatan.
Perencanaan ini mencakup persiapan, siapa yang berbuat apa, kapan, dimana,
bagaimana, dengan cumber daya apa dan untuk populasi mana. Perencanaan
tenaga rumah sakit adalah sebagai perencanaan tenaga kesehatan untuk mencapai
target pelayanan rumah sakit yang dibutuhkan yang akin membantu pencapaian
target kesehatan.
Adapun langkah-langkah dalam perencanaan tenaga keperawatan, antara lain:
a. Mengidentifikasi bentuk dan beban keperawatan.
b. Menentukan kategori yang dibutuhkan.
c. Mementukan jumlah tiap kategori.
d. Melakukan seleksi pada calon yang ada.
e. Menentukan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan unit.
f. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan.
Hal-hal yang perlu diketahui untuk menentukan beban kerja, yaitu:
a. Jumlah klien yang dirawat per hari, bulan, atau tahun di suatu unit.
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien.
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung.
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan.
f. Rata-rata waktu keperawatan.
2. Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Perawat
a. Cara Rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal
yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak
bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan. Bisa
digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal
terbatas, jenis ,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.
b. Cara Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang
diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung
seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit. Misalnya saja
untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan pelayanan,
antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat / dokter, penyuluhan,
pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar
waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik.
c. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang
memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien
yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
a) untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
b) untuk kasus mendesak : 71,28 menit
c) untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
3. Standar ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut
direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model
pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
1) tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2) rata-rata pasien per hari
3) jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
4) jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
5) jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :
1) jumlah dan jenis operasi
2) jumlah kamar operasi
3) Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
4) Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang/ tim)

C. Timbang Terima
1. Definisi
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift . Selain laporan
antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
2. Tujuan
Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum, menyampaikan hal-hal
yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya, tersusun rencana
kerja untuk dinas berikutnya.
3. Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift  dalam keadaan sudah siap.
2) Shift  yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift  selanjutnya,
meliputi:
a) Kondisi atau keadaan klien secara umum.
b) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
4) Penyampaian operan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift  dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien.
4. Prosedur
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi meliputi :
1) Persiapan
a) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer
yang mengganti jaga pada shift berikutnya:
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift .
b) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara ma dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang
sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah
identitas klien dan diagnosa medis, masalah keperawatan yang masih
ada, data fokus (keluhan subyektif dan obyektif), tindakan keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif dan
dependensi, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi
tanya jawab terhadap halhal yang ditimbang-terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
f) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
g) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan
validasi data.
i) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat primer.

Anda mungkin juga menyukai