Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT

OLEH :
Widya Ariyani
NIM : 19.31.1512

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2020


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PENERIMAAN PASIEN BARU

OLEH :
Widya Ariyani
NIM : 19.31.1512

Banjarmasin, Desember 2020

Mengetahui,

PreseptorAkademik Preseptor Klinik

Fadhil Al Mahdi, S.Kep.Ns.,M.MKes ( )


Laporan Pendahuluan
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

A. Di dalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang


terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti

B. Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal,
sebagai berikut :
1.   Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.

a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai


dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial
ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan
pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan
dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan,
fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau
diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang
dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan
pembinaan dan pengembangan.

2. Rumusan perhitungan tenaga perawat

a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa


perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat
adalah sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat

b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan
bahwa :
Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.

c. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan


tenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984,
dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan
tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
a)   Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
 kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 makanan dan minum dilakukan sendiri
 ambulasi dengan pengawasan
 observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
 minimal dengan status psikologi stabil
 perawatan luka sederhana.

b)  Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4


jam/hari
 kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
 ambulasi dibantu
 pengobatan dengan injeksi
 klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
 klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.

c)  Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari


 semua kebutuhan klien dibantu
 perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
 observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
 makan dan minum melalui selang lambung
 pengobatan intravena “perdrip”
 dilakukan suction
 gelisah / disorientasi
 perawatan luka kompleks

C. Metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan


Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain
yaitu ;
1. Metode Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda
ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui
produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap
unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan
sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan
kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat
keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah
sakit,dengan standar sebagai berikut :

Tipe RS            TM/TT            TPP/TT            TPNP/TT          TNM/TT


A & B                 1/(4-7)             (3-4)/2                   1/3                    1/1
C                            1/9                   1/1                        1/5                   3/4
D                           1/15                  1/2                       1/6                    2/3
Khusus          Disesuiakan    Disesuiakan       Disesuiakan        Disesuiakan
Keterangan :
TM      = Tenaga Medis
TT       = Tempat Tidur
TPP     = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP  = tenaga para medis non perawatan
TNP     = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang
lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan
yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
2. Metode Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada
klien selama di rumah sakit. Diskripsi tentang pelayanan yang diberikan kepada
pasien. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan
pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan,
pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu
yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. (Hudgin’s 82).

3. Metode Douglas
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan
pasien rawat inap sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu                               : 1 – 2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu           : 3 – 4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu                    : 5 – 6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
 Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak
ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian
shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::
1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan

 Kategori II : Intermediet Care / Perawatan Sedang(Partial)


Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan.
memberi dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau
menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan
perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi
fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien memerlukan
bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60
menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
Asuhan keperawatan parsial mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan
dicatat / dihitung.
5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur

 Kategori III : Intensive Care / Perawatan Total


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat
penampian sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.
Asuhan keperawatan total mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Semua keperluan pasien dibantu
2. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena
4. Dilakukan penghisapan lender (suction)
5. Gelisah / disorientasi.

No Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1.08 0,90 0,60
dst
Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi,
sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien: SumberDauglas (1984)
Berdasarkan derajat ketergantungan, identifikasi jumlah pasien yang dirawat
dilakukan dengan mengikuti panduan sebagai berikut :
1. Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat
yang sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format
klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan
2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi 3
kriteria)
3. Pasien dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda
(I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui
beberapa jumlah pasien dengan klasifikasi minimal, parsial dan total.
4. Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.

4. Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang
nyata dilakukan oleh perawat. Konversi Kebutuhan Tenaga adalah seperti pada
perhitungan cara Need.
Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk Ruang Gawat Darurat dibutuhkan
waktu sebagai berikut :
* Untuk Kasus Gawat Darurat           : 86,31 menit à 87 menit
* Untuk Kasus Mendesak                   : 71,28 menit à 71 menit
* Untuk Kasus Tidak Mendesak        : 33,69 menit à 34 menit 
Menurut Depkes Filipina (1984) kebutuhan pasien adalah sebagai berikut :
Jenis Pelayanan Rata-rata jam perawatan/
pasien/hari
Non Bedah (Interna) 3,4 jam
Bedah 3,5 jam
Campuran Bedah dan Non Bedah (Interna) 3,5 jam
Post Partum 3,0 jam
Bayi Baru Lahir 2,5 jam
Anak – anak 4,0 jam
Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981 adalah sebagai berikut :
 Level I (Minimal)              : 3,2 jam.
 Level II (Intermediate)   : 4,4 jam.
 Level III (Maksimal)        : 5,6 jam.
 Level IV (Intensif Care)   : 7,2 jam.
Catatan : BOR = * PT * TT                             

5. Metode Swandsburg
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut;
a. Total jam perawat /hari :

= Jumlah Klien × Jumlah jam kontak perawat-klien


b. Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari :

Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :

=
Jumlah rata−rata pasien/hari × jumlah jam kontak perawat − pasien/hari
Jam kerja/hari

Rumus selanjutnya adalah untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat
dalam satu minggu.
a. Jumlah shift perminggu :

= Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari × Jumlah shift dalam 1 minggu

b. Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu

=
Jumlah shift/minggu
jumlah hari kerja/minggu

Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan


untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari :

Pagi : Siang : Malam = 47 % : 36 % : 17 %.

Keterangan :
 Jumlah hari kerja/minggu = 6 hari
 Jumlah jam kerja/hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam
kerja/minggu) : 6 hari
6. Metode Ilyas
Metode ini dikembangkan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Metode ini
berkembang karena adanya keluhan dari rumah sakit di Indonesia bahwa metode
Gillies menghasilkan jumlah perawat yang terlalu kecil, sehingga beban kerja
perawat tinggi, sedangkan PPNI menghasilkan jumlah perawat yang terlalu besar
sehingga tidak efisien.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :

A × B × 365 hari
Tenaga Perawat =
(255 × Jam Kerja /hari)

Keterangan :
 A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
 B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
 365 = jumlah hari kerja selama setahun
 255 = hari kerja efektif perawat/tahun
3
= {365 - (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x }
4
= 255 hari
 Jam kerja/hari = 6 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja/minggu) : 7
hari

Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat
dirumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat
mendapat libur satu hari setelah jadwal jaga malam. Uraiannya sebagai berikut
hari pertama perawat masuk pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam dan hari
keempat perawat mendapat libur satu hari.

7. Metode Lokakarya PPNI


Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan mengubah
satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung dalam
minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per minggu. PPNI
berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di Indonesia:

( A × 52minggu) ×7 Hari(TT × BOR)


Tenaga Perawat = + 25%
Hari kerja efektif ×total jam kerja perminggu

Keterangan :
 A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari
 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
 TT = Tempat Tidur
 BOR (Bed Occupancy Rate) adalah presentase rata-rata jumlah tempat tidur
yang digunakan selama periode tertentu (satu semester/tahun)
 Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut :
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/minggu
= 41 minggu
 Total jam kerja perminggu = 40 jam
 Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas

Anda mungkin juga menyukai