Anda di halaman 1dari 9

2.5.

M4 (Money)

2.5.1. Metode Pembayaran Di RSUD Kanjuruhan

Metode pembayaran yang dapat digunakan di RSUD Kanjuruhan antara lain :

1. Biaya sendiri ( umum)

2. BPJS

Tabel 2.5.1 Kajian Analisa Penggunaan Jaminan Kesehatan Pada Bulan


Januari 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan.

Jenis Jaminan Total pasien bulan Januari


Kesehatan
Umum 4 pasien 4,65%

BPJS 82 pasien 95,34%

Total Pasien 86 (100%)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada bulan januari


didapatkan data bahwa jenis jaminan kesehatan yang paling banyak digunakan
adalah BPJS dengan 95,34%.

2.5.2. Sumber Pendapatan Ruangan


Sumber pendapatan di ruang Airlangga Dalam berasal dari pasien
umum dan pasien BPJS. Hal ini diatur oleh rumah sakit dan dibagikan pada
tiap ruangan sesuai kebutuhan yang terpusat dari instansi rawat inap.

Tabel 2.5.2 Tarif Tindakan Perawatan Di Ruang Airlangga Dalam Bulan


Januari 2019

No Tindakan Keperawatan Tarif/Tindakan


.
1. Pemasangan infus Rp. 57.000
2. Injeksi IV,IM,SC Rp. 57.000
3. EKG Rp. 57.000
4. Pemasangan Kateter Rp. 115.000
5. Aff Infus Rp. 29.000
6. Pemakaian infus pump Rp. 57.500
7. Pemakaian syringe pump Rp. 57.500
8. Nebulizer Rp. 57.500
9. Pemakaian oksigen per liter per jam Rp. 2.375
10. Pemasangan NGT Rp. 57.500
11. Akomodasi kamar kelas III Rp. 70.000
12. Ambil darah Vena Rp. 29.000
13. Askep Rp. 29.000
14. Pemeriksaan Darah Stik Rp. 57.500
15. Visite dokter Rp. 56.500
16. Konsultasi dokter spesialis on call (IGD) Rp. 37.500
17. Pemeriksaan Dokter umum Rp. 62.500
18. Administrasi Irna Rp. 25.000
19. Observasi (< 6 jam ) Dokter umum Rp. 87.500
20. Aff Kateter Rp. 57. 500
21. Ambulan transport Rp. 62.500
22. Perawatan jenazah Rp. 57.500
23. Penyimpanan jenazah perhari Rp. 17.500
24. Resusitasi Rp. 86.000

2.5.3. Sistem Gaji


Sistem gaji pegawai RSUD Kanjuruhan berasal dari internal rumah sakit dimana
gaji perawat tetap dan honorer mendapatkan gaji pokok. Namun pemberian gaji
kepada perawat honorer tidak sesuai dengan UMR. Perawat kontrak maupun tetap
mendapatkan pemberian insentif setiap 1 bulan, pemberian seragam baru setiap 1
tahun sekali, kemudian pemberian sembako setiap 1 bulan sekali kepada perawat yang
bekerja.

2.5.4. Masalah M4

Masalah yang ditemukan pada M4 adalah, pemberian upah kepada perawat


honorer masih belum sesuai dengan UMR yang ditetapkan di Kabupaten Malang.
2.6. M5 (Mutu)

Visi :
Menjadi Rumah Sakit Terbaik dan Bermutu
Misi :
1. Meningkatkan performance rumah sakit dan optimalisasi layanan
2. Memberikan pelayanan kesehatan rujukan kepada masyaraajt secara
komperhensif professional
3. Mewujudkan pelayanan public yang inovatif
4. Melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) secara efektif dan efisien
5. Mewujudkan sumber daya manusia yang sejahtera

2.6.1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) :


Menurut Kemenkes (2011, dalam Nursalam, 2017) mengatakan bahwa
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar Akreditasi
Rumah Sakit Edisi 1 dan JCI Acredition memiliki 6 elemen sasaran, meliputi:

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Ketepatan identifikasi pasien meliputi standar berikut:
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.

Diruang Airlangga Dalam setiap pasien telah terpasang gelang


identitas yang berisi nama, nomor RM, tanggal lahir, dan usia. Warna gelang
identitas dibedakan menjadi 2, yaitu warna biru untuk pasien laki-laki dan
warna merah muda untuk pasien perempuan. Gelang identitas digunakan
untuk memvalidasi tindakan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
pasien yang akan dituju. Perawat melakukan identifikasi pasien dengan tiga
cara, yaitu menanyakan nama lengkap, tanggal lahir, dan perawat melihat no
RM.

2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif

Peningkatan komunikasi yang efektif meliputi standar berikut:


1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.
Didapatkan ruang Airlangga Dalam menggunakan sistem komunikasi
SBAR (Situation, Background, Assessment, & Recomendation) dan teknik
komunikasi TBaK (tulis, baca, konfirmasi) dalam melaporkan kondisi pasien
kepada sesama tim kesehatan. Perintah lisan dan melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah dan dibacakan
kembali oleh penerima perintah kemudian dikonfirmasi oleh pemberi perintah
dengan menggunakan ejaan alphabet internasional.

3. Peningkatan Keamanan Obat

Peningkatan keamanan obat meliputi standar berikut:


1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai.
2. Kebijakan dan prosedur di implementasikan
3. Penggunaan obat dengan tingkat kewaspadaan tinggi (High Alert) telah ada di
unit pelayanan, obat high alert diletakkan pada troly emergency dan yang
diperbolehkan untuk pengecekan dan penyetokan hanya petugas dari farmasi.
4. Jika diperlukan obat tersebut disimpan di unit pelayanan pasien di beri label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses.
Di ruang Airlangga Dalam untuk kewaspadaan dan keamanan obat
menggunakan metode penyimpanan dalam loker obat pasien yang diberi label
identitas pasien meliputi nama, nomor registrasi, usia, dan tanggal lahir.
Penyimpanan obat yang tidak dapat disimpan di suhu ruangan disimpan di lemari
es dan beri label identitas pasien.
Obat-obatan yang tergolong high alert, ruang Airlangga menggunakan metode
pelabelan high alert dengan label warna merah, melakukan verifikasi 2 perawat
sebelum memberikan obat high alert kepada pasien, serta menggunakan teknik
lasanorum untuk menandakan adanya kesamaan kemasan obat, nama obat dan
bentuk dari obat dengan cara menempelkan tanda lasa pada setiap obat.

4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi


Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi meliputi standar berikut:
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk di identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan atau pemberian
tanda.
2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk melakukan
verifikasi pra-operasi tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien, dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia tepat atau benar, dan
fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau mendokumentasikan
prosedur sign in sebelum induksi tepat sebelum dimulainya tindakan pembedahan
dan sign out sebelum meninggalkan kamar operasi.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
Di ruang rawat inap dengan kelas 3 yaitu Airlangga Dalam, memiliki
ketentuan untuk pasien yang akan dilakukan tindakan operasi. Ketentuan tersebut
yang pertama adalah pemberian informasi kepada pasien dan keluarga pasien,
yang disampaikan oleh dokter penanggung jawab pasien. Kemudian diberikannya
lembar informed konsen atau lembar persetujuan untuk dilakukannya operasi
kepada pihak dari pasien, dimana sebagai bukti bahwa persetujuan dilakukannya
tindakan operasi, setelah itu dari ruangan disediakannya lembar identifikasi
pasien yang akan dilakukan operasi.
Ketentuan lain yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam tindakan
operasi yaitu yang dibuat oleh Rumah Sakit untuk pasien yang akan dioperasi,
dimana dilakukannya penandaan atau markin side pada bagian tubuh pasien yang
akan dilakukan operasi dengan menggunakan spidol, kemudian bisa dengan
penandaan dari lembar operasi yang bergambar tubuh, atau bisa dengan melihat
penandaan dari hasil pemeriksaan penunjang seperti radiologi, CT scan, USG, dll.
Jika membuat tanda pada pasien adalah dokter DPJP saat visite sebelum operasi.
Sebelum pasien berangkat ke ruang operasi dilakukan verifikasi terlebih dahulu
oleh perawat ruangan dengan melibatkan pasien dan keluarga dengan menyakan
lokasi dan tindakan yang akan dilakukan.

5. Pencegahan Risiko Jatuh


Pencegahan risiko jatuh meliputi standar berikut:
1. Rumah sakit menerapkan proses pengkajian awal risiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil pengkajian dianggap berisiko.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja.
4. Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari risiko
cidera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Tabel 2.6.1 Angka Resiko Jatuh Pada Tanggal 19 s/d 20 februari 2019
Ruangan Airlangga Dalam

Kategori Persentase
Tidak beresiko 58%
Resiko rendah 25%
Resiko tinggi 17%

Total 100 %

Ruang Airlangga Dalam menerapkan pengkajian risiko pasien jatuh


menggunakan Skala Morse Fall Risk Assesment. Gelang identitas pada pasien
risiko jatuh diberi gelang berwarna kuning dengan berlabel identitas pasien
dan penghalang tempat tidur selalu dinaikkan untuk mencegah kejadian jatuh
pada pasien. Kejadian Risiko jatuh diruang Airlangga pada tanggal 19-20
Februari 2019 ditemukan 25% pasien yang beresiko jatuh rendah dan 17%
pasien yang berisiko tinggi jatuh.
6. Pengurangan Risiko Infeksi

Upaya pencegahan infeksi meliputi standar berikut:


a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygine terbaru
yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum yaitu cuci
tangan 6 langkah dan 5 moment.
b. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif
c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Ruang Airlangga Dalam telah menerapkan kepatuhan cuci tangan 6


langkah kemudian setelah pasien pulang dilakukan pembersihan pada bed dan
meja dengan menggunakan klorin 0,05 %, setelah itu bed diberi sprei dan sarung
bantal saja tanpa ditutupi dengan plastik.

a. Angka Kejadian Plebitis


Terjadinya peradangan atau inflamasi berupa nyeri, rasa tidak enak,
panas, pembengkakan lokal dan kemerahan pada atau sekitar daerah insersi
jarum infus pada vena akibat iritasi kimia atau mekanik akibat pemasangan
infus.

Tabel 2.6.2 Angka Kejadian Plebitis Pada Tanggal 19 s/d 20 Februari


2019 Ruangan Airlangga Dalam
Kejadian Plebitis Presentase
%
Tidak ada tanda flebitis 83,3 %
Tahap awal flebitis 16,6 %
Awal tromboflebitis 0%
Stadium lanjut tromboflebitis 0%

Total 100 %

Di ruang Airlangga Dalam angka kejadian plebitis pada tanggal 19-20


februari 2019 ditemukan 16,6% mengalami tahap awal phlebitis dikarenakan
menurut hasil kuesioner Visual Infusion Flebitis Score, didapatkan pasien
mengeluh nyeri, bengkak, serta teraba keras saat terpasang infus, standar yang
ditetapkan oleh kemenkes ≤5%

2.6.2. Kepuasan
a. Kepuasan Pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja
perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal
berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian penjelasan
setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan.
Tabel 2.6.2 Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan RSUD Kanjuruhan

Kepuasan Pasien Presentase


Sangat Tidak Puas 0%
Tidak Puas 25%
Puas 75%
Sangat Puas 0%
Total 100 %

Dari hasil kuesioner tentang Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan


Perawat yang dibagikan kepada 12 responsden secara umum menyatakan bahwa
pelayanan perawat di Ruang airlangga Dalam yaitu puas (75%) dan tidak puas
25%.

b. Kepuasan Kerja Perawat

Berikut adalah hasil tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja selama
menjadi perawat di RSUD Kanjuruhan, dari total 10 perawat yang bekerja di
ruangan menyatakan sikap puas yang menjadi responden, (50%) menyatakan
sikap puas (50%) menyatakan tidak puas.

2.6.3. Perawatan Diri

Kategor Deskripsi Jumlah


i Pasien
A Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB mengenakan 3
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari fungsi di 2
atas.
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di 1
atas.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah satu 0
dari fungsi di atas.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan 1
salah satu dari fungsi di atas.
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 0
berpindah dan salah satu dari fungsi di atas.
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas. 5

Total 12

Berdasarkan Kategori Tingkat Kemandirian pasien kelolaan pada tanggal 19


Februari berdasarkan indeks KATZ, jumlah pasien sebanyak 12 pasien ada 3 pasien
dalam kategori A, 2 pasien dalam kategori B, 1 pasien dalam kategori C, 1 pasien
dalam kategori E dan 5 pasien kategori G.
2.6.4. Pengetahuan dan Perilaku Klien

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam mebentuk tindakan seseorang, proses perilaku sesorang juga
dipengaruhi oleh pengetahuan maka perilaku tidak akan berlangsung lama.
Di ruang Airlangga metode pemberian edukasi yang diberikan adalah secara
lisan dan dilaksanakan di ruang perawat atau ruangan pasien, untuk edukasi yang
diberikan seperti (waktu visite dokter, orientasi ruangan, jalur evakuasi, jam
berkunjung, hand hygine, pencegahan dekubitus, manajemen nyeri, dan penggunaan
peralatan medis secara efektif dan aman) sudah dijalankan, namun terkadang keluarga
pasien tidak melaksanakan edukasi yang telah diberikan dengan baik. Penerapan
edukasi yang belum dimengerti dan tidak banyak dilakukan oleh keluarga pasien dan
pasien adalah tata cara mencuci tangan dengan baik dan benar.

2.6.5. Kecemasan

Tingkat kecemasan pasien di ruang Airlangga Dalam saat dinilai dengan


menggunakan kuesioner Zung Sefl pada tanggal 20 Februari 2019 didapatkan hasil
83% pasien merasa cemas dengan tingkat kecemasan,

Tabel 2.6.5. Tingkat Kecemasan Pasien

Kecemasan Pasien Presentase (%)

Tidak Cemas 17 %
Cemas Ringan 41,5 %
Cemas Sedang 41,5 %

Total 100%

Berdasarkan hasil dari tabel diatas dari 12 pasien didapatkan data tingkat
kecemasan pada cemas ringan 41,5% dan cemas sedang 41,5%, kemudian 17%
pasien tidak mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami oleh pasien berkaitan
dengan kondisi fisik yang dirasakan saat rawat inap, seperti nyeri, lemas, dan status
psikologi pasien.

2.6.6. Kenyamanan
Angka penanganan nyeri pada pasien kelolaan tanggal 19 Februari 2019.
Presentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam asuhan keperawatan
menggunakan skala nyeri:

Tabel 2.6.6 Tingkat Kenyamanan Pasien

Kategori Kenyamanan Presentase


Tidak Nyeri 75 %
Minor 0%
Moderate 16,6 %
Severe 8,3 %
Total 100 %

Berdasarkan hasil dari tabel diatas dari 12 pasien didapatkan data tingkat
kenyamanan pada pasien yang mengalami nyeri berat terdapat 8,3 %, nyeri sedang
16,6 %, Tidak nyeri 75% dan Nyeri ringan 0%.

2.6.7. Masalah pada M5 (Mutu)


Masalah yang ditemukan adalah dari tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
pasien, dimana mereka masih belum mengerti dan belum melakukan cuci tangan 6
langkah dan angka kejadian plebitis pada tanggal 19-20 februari 2019 ditemukan
16,6% mengalami tahap awal phlebitis dikarenakan menurut hasil kuesioner Visual
Infusion Flebitis Score, didapatkan pasien mengeluh nyeri, bengkak, serta teraba keras
saat terpasang infus, standar yang ditetapkan oleh kemenkes ≤5%.

Anda mungkin juga menyukai