Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SUMBANG SARAN

PENINGKATAN PENGAPLIKASIAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN


SDKI,SIKI,Luaran DENGAN METODE VIDIO ANIMASI

OLEH : NUR ANGGA RAMADANI

RUMAH SAKIT LAVALETTE

TAHUN 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN SUMBANG SARAN

Judul Laporan :

PENINGKATAN PENGAPLIKASIAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN


SDKI,SIKI,Luaran DENGAN METODE VIDIO ANIMASI

Di Susun Oleh : Nur Angga Ramadani

Malang, 20 September 2021

Menyetujui

Pembimbing

2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peningkatan pengetahuan
asuhan keperawatan berbasis 3s melalui aplikasi berbasis android ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sumbang
saran pada bidang keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang asuhan keperawatan berbasis 3S bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu fitri, selaku pembimbing sehingga dapat


menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 16 januari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………….........................................…………………….i
KATA PENGANTAR …………………….........................................……………………...ii
DAFTAR ISI ……………………………….......................................……………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………..........................................……………………………… 1


Rumusan Masalah ……………………………….............................................…………… 4
Tujuan Penulisan …………………………….............................................……………….. 4
Manfaat Penulisan …………………...............................................……………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Aplikasi Android …………....................................................…………………. 6


Jenis-jenis Aplikasi ………............................................…………………………………… 6
Fungsi Aplikasi …………..........................................…………………………………….... 8
Klasifikasi Aplikasi ………………..........................................……………………………. 9
Definisi Askep 3S ………………............................................…...........…………………...10
Tahap Asuhan Keperawatan ……................................................…………………………. 10

Dokumentasi Asuhan Keperawatan…………………………………………………………12

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

Pemaparan Kasus ………….....................................................................………………….13


Pembahasan ………............................................……………………………………….......13

BAB IV PENUTUP

Simpulan ……………....................................…………………………………………..…. 15
Saran ………………...................................……………………………………………..… 15

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pengetahuan dan teknologi membuat orang berpikir lebih
kritis, termasuk dalam penggunaan layanan kesehatan, oleh karena itu perawat
sebagai salah satu petugas kesehatan diwajibkan untuk melakukan dokumentasi yang
baik tentang asuhan keperawatan agar ketika ada masalah yang muncul antara pasien
dan perawat, dokumentasi dapat digunakan sebagai bukti otentik yang dapat
melindungi perawat dan pasien. Menulis dokumentasi yang akurat dan lengkap
memudahkan perawat untuk mengidentifikasi masalah sehingga mereka dapat
memberikan intervensi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh pasien dan
secara tidak langsung akan meningkatkan mutu layanan perawatan. Menurut Depkes
RI, salah satu indikator mutu dokumentasi asuhan keperawatan dapat dilihat dari
kelengkapan dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Menulis
dokumentasi keperawatan yang tidak lengkap dan tidak akurat dapat mengurangi
mutu layanan keperawatan. Menulis dokumentasi keperawatan yang tidak sesuai
dengan standar akan menyebabkan kesalahan diagnosis dan pelaksanaan tindakan
yang tidak tepat (Nursalam, 2011).
Ketidaklengkapan dokumen dan ketidakpatuhan dengan standar yang
ditentukan akan membuat sulit untuk membuktikan bahwa tindakan keperawatan
telah dilakukan dengan benar (Hidayat, 2012). Penelitian tentang kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan: penelitian Siswanto menunjukkan dokumentasi
kelengkapan diagnosis keperawatan 85%, perencanaan 74%, penelitian Sugiati
menunjukkan dokumentasi diagnosis keperawatan tidak lengkap 12,6%, rencana
keperawatan 28% dari 90 rekam medis, penelitian Wahyudi dari 20 format
dokumentasi perawatan diambil sebagai sampel, dokumentasi tidak lengkap dari
formulasi diagnosis keperawatan 42,%, perencanaan 79%, penelitian Retyaningsih
diperoleh hasil bahwa perawat mendokumentasikan tetapi tidak ada formulasi
diagnosis keperawatan aktual atau potensial sebesar 51,0%, intervensi tidak diatur
dalam urutan prioritas sebanyak 95,3% (Siswanto, 2013; Sugiati, 2015; Wahyudi,
2015; Retyaningsih, 2013). Penelitian Mangole menemukan bahwa dari 100 dokumen
asuhan keperawatan terdapat 10 diagnosa keperawatan tidak lengkap, 10 dokumen
tidak sesuai dengan masalah, etiologi, tanda dan gejala (PES) dan tidak diisi
sepenuhnya, sebanyak 10 lembar perencanaan juga tidak lengkap (Mangole, 2015).

Berdasar penulisan dokumentasi asuhan keperawatan di sebagian besar


fasilitas kesehatan, terutama rumah sakit, belum ditulis secara lengkap. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya pemahaman perawat tentang
penulisan dokumentasi dan pekerjaan pencatatan asuhan keperawatan dirasa cukup
memberatkan (Personal, 2009). Perawat juga merasa bahwa menulis dokumentasi
membutuhkan banyak energi, waktu dan pikiran; intervensi langsung kepada pasien
lebih penting daripada dokumentasi (Nurjanah, 2013). Perawat beralasan tidak
menyadari pentingnya dokumentasi standar karena perawat lebih banyak melakukan
kegiatan di luar tanggung jawab perawat (kerja koordinasi dan pendelegasian
wewenang) sehingga menambah beban kerja perawat, sistem dokumentasi yang sulit
dan membutuhkan banyak waktu, dan tidak semua kemampuan dan pengetahuan

5
perawat adalah sama dalam menulis dokumentasi sesuai dengan standar (Aswar,
2014).
Berdasarkan hasil survei rekam medis di Rumah Sakit SM yang dilakukan
oleh peneliti pada November 2018 diperoleh data pada Agustus 2018 terdapat 28%
(254) dari 1.212 rekam medis, 43 September (428) dari 996 dokumen dan pada
Oktober 40% (394) ) dari 985 dokumen catatan medis berisi dokumentasi perawatan
yang tidak lengkap dan dari hasil wawancara dengan lima perawat yang bekerja di
ruang rawat inap Rumah Sakit SM menyatakan bahwa mereka merasa tidak cukup
waktu untuk mengisi dokumentasi; ada pedoman pendokumentasian tetapi ditetapkan
secara tertulis dan tidak dalam sepuluh penyakit teratas, tidak semua diagnosis dan
intervensi keperawatan dimasukkan; juga pedoman yang kurang fleksibel karena
belum berbentuk aplikasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
perawat terhadap pendokumentasian yang benar adalah dengan melakukan pelatihan,
namun sayangnya pada masa pandemi ini akan cukup sulit untuk melakukan pelatihan
secara langsung, sehingga dibutuhkan cara lain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman perawat. Ada beberapa cara alternatif yang dapat
dilakukan, salah satunya dengan menggunakan vidio animasi sebagai media pelatihan
yang dapat membantu meningkatkan pemahaman perawat tentang pendokumentasian
SDKI, SIKI dan luaran. Dalam hasil penelitian Andriana johari (2014) yang bertema
tentang penerapan media vidio dan animasi terbukti dapat menarik dan mengarahkan
perhatian untuk berkonsentrasi, Penggunaan media pembelajaran video mampu
memberikan respons positif dari audien. Audien termotivasi untuk belajar dan mampu
meningkatkan pemahamannya terhadap materi pelajaran yang disampaikan.
Dalam masa orientasi penulis selama dua bulan, di dapatkan temuan masih ada
beberapa pendokumentasian yang kurang tepat, penulisan intervensi yang tidak sesuai
dengan diagnosis yang di angkat, diagnosis utama yang terkadang malah tidak
muncul, atau penentuan prioritas masalah keperawatan yang kurang tepat.
Dari data-data yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis tertarik
mengangkat judul peningkatan pengaplikasian perawat terhadap penggunaan
SDKI,SIKI,Luaran dengan metode vidio animasi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana meningkatkan pemahaman perawat terhadap penggunaan SDKI,
SIKI dan Luaran
2. Bagaimana membuat media yang tepat untuk meningkatkan pemahaman
perawat terhap SDKI, SIKI dan Luaran
1.3 Tujuan
1. meningkatkan pemahaman Perawat tentang SDKI,SIKI,Luaran
2. membuat media yang dapat miningkatkan pemahaman perawat
1.4 Manfaat
1. Bagi perawat
membuat media yang dapat miningkatkan pemahaman perawat membantu
mempermudah perawat dalam pengaplikasian SDKI,SIKI,Luaran.
Meningkatkan kemampuan perawat dibidang Teknologi informasi
2. Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang
pendidikan keperawatan. Bagi pendidikan hasil laporan ini dapat dijadikan
sebagai data dasar untuk pengembangan ilmu IT sebagai aplikasi yang dapat
mempermudah dunia kerja kesehatan hususnya di bidang keperawatan. Selain
itu dapat dijadikan sumber informasi bagi pendidikan agar dapat menerapkan

6
intervensi berbasis IT yang dapat mempermudah penerapan asuhan
keperawatan.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan menyatakan asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi dengan
klien dan lingkunganuntuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, 2014).
Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yaitu suatu metode
sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien
dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan
spiritual yang optimal melalui tahapan pengkajian keperawatan, indentifikasi
diagnosa keperawatan, penentuan perencanaan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan serta mengevaluasinya (Suarli & Yahya, 2012).

2.2 Konsep Pendokumentasian Keperawatan


2.2.1 Pengertian
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat di
andalkan sebagai catatan bukti bagi individu yang berwenang (Potter, 2006).
Dokumentasi keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan
tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar data yang akurat
dan lengkap secara tertulis sebagai tanggung jawab perawat (Wahid & Suprapto,
2012).

2.2.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah sebagai alat
komunikasi antara klien, keluarga, tim perawat dan tim kesehatan lain sehingga
terbentuk komunikasi yang baik dalam perawatan klien, sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat perlindungan klien dalam pelayanan dan keamanan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sebagai informasi statistik acuan perencanaan
kebutuhan sarana prasarana dan sumber daya manusia di masa mendatang, sebagai
sarana pendidikan yang dapat dijadikan media belajar bagi mahasiswa dan bahan
penelitian dalam pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sumber data dalam audit
keperawatan untuk alat ukur dalam penilaian kinerja perawatan, sebagai dokumen
yang bisa dijadikan aspek legal dan bukti autentik bagi perawat ketika menghadapi
masalah hukum, sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan
keperawatan (Setiadi, 2012).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebagai salah satu alat ukur untuk
mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang
diselenggarakan di rumah sakit (Setiadi, 2012). Salah satu idikator kinerja perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan bisa dilihat dari pelaksanaan
pendokumentasian asuhan. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua

7
implementasi keperawatan yang telah dilakukuan oleh perawat tidak mempunyai
makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat (Marrelli, 2007). Dokumentasi
keperawatan merupakan salah satu bentuk upaya membina dan mempertahankan
akuntabilitas perawat dan keperawatan(Webster New World Dictionary dalam
Marrelli, 2007).
2.2.3 Manfaat Dokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting dalam berbagai
aspek, yaitu aspek kualitas pelayanan karena pendokumentasian memberi kemudahan
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian masalah klien sebagai acuan evaluasi
untuk meningkatkan mutu pelayanan, aspek komunikasi dan sebagai sarana
komunikasi antara perawat dengan klien atau keluarga, tenaga kesehatan lain
sehingga dapat membentuk suatu koordinasi yang baik dan tidak terjadi duplikasi
yang tidak efektif dan efisien, aspek hukum sebagai dokumen resmi dan bernilai
hukum atau legalitas dalam sistem pelayanan keperawatan sehingga apabila terjadi
suatu masalah hukum maka dokumentasi dapat dijadikan sebagai barang bukti di
pengadilan, aspek pendidikan dan pelatihan dokumentasi mempunyai nilai pendidikan
karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dijadikan sebagai referensi pembelajaran bagi peserta didik profesi keperawatan,
aspek keuangan semua asuhan keperawatan yang belum, sedang atau telah diberikan
didokumentasikan yang dapat dijadikan acuan atau pertimbangan biaya bagi klien,
aspek penelitian dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi keperawatan,aspek akreditasi pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai
indikator dalam penilaian suatu pelayanan keperawatan dalam akreditasi rumah sakit
(Nursalam, 2007).
2.2.4 Prinsip-Prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan antara lain dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian
pertama dilakukan atau pada tiap langkah asuhan keperawatan, catat setiap respon
pasien keluarga tentang informasi atau data yang penting, pastikan kebenaran setiap
data-data yang akan dicatat, data harus objektif bukan data penafsiran perawat,
dokumentasikan bila terjadi perubahan kondisi atau timbul masalah baru, hindarkan
dokumentasi yang baku karena setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda,
hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dalam pencatatan harus
disepakati dan atas kebijakan institusi, data harus ditulis dengan tinta bukan pensil
agar tidak mudah dihapus, bila terjadi kesalahan dalam penulisan dicoret dan ganti
dengan yang benar kemudian ditanda tangani, setiap dokumentasi cantumkan waktu,
tanda tangan, nama jelas penulis, wajib membaca setiap tulisan dari anggota
kesehatan lain sebelum menulis, dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan
lengkap (Carpenito, 2006).

2.2.5 Tahap-Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


1. Dokumentasi Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses suatu pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer et al, 1996).
Menurut Nursalam (2011), kriteria pengkajian keperawatan meliputi :
 Pengumpulan data:

8
1) Tipe data Tipe data pada pengkajian
keperawatan terdiri dari data subjektif dan data objektif.
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien
/pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian, data objektif adalah data yang diobservasi
dan diukur oleh perawat.
2) Fokus pengambilan data Fokus pengambilan
data meliputi riwayat status kesehatan sebelumnya dan
saat ini, pola koping yang pernah digunakan dan yang
saat ini digunakan, fungsi, status sebelumnya dan saat
ini, respon terhadap terapi medis dan intervensi
keperawatan, resiko untuk masalah potensial hal-hal
yang dapat menjadi dorongan atau kekuatan bagi klien.
 Karakteristik Data:
Data yang dikumpulkan untuk menunjang
diagnosa keperawatan harus mempunyai karakteristik
yang lengkap, akurat, nyata dan relevan.
 Sumber Data
Data-data yang dikumpulkan dapat diperoleh
tidak hanya dari klien tetapi dari orang terdekat
(keluarga), catatan klien, riwayat penyakit terdahulu,
konsultasi dengan terapi, hasil pemeriksaan diagnostik,
catatan medis, dan sumber kepustakaan

2. Dokumentasi Diagnosis Keperawatan


Diagnosis asuhan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan
status atau masalah kesehatan aktual atau potensial serta penyebabnya. Tahap
diagnosa adalah tahap pengambilan keputusan pada proses keperawatan yang
meliputi identifikasi apakah maslah klien dapt dihilangkan , dikurangi atau
diubah melalui tindakan keperawatan (Nursalam, 2007). Kriteria proses
keperawatan meliputi : proses diagnosa terdiri dari atas analisis, interprestasi
data, identifikasi masalah, klien dan perumusan diagnosis keperawatan,
diagnosa keperawatan terdiri dari atas masalah, penyebab, dan tanda atau
gejala, atau terdiri atas masalah dan penyebab, bekerjasama dengan klien,
petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan, melakukan
pengkajian ulang, dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru (Nursalam,
2007).
Tujuan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk
mengidentifikasi masalah adanya respon klien terhadap status kesehatan,
faktor 14 yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah, kemampuan
pasien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan
masalah klien pada tim kesehatan, mendokumentasikan tanggung jawab dalam
identifikasi masalah, mengidentifikasi masalah utama perkembangan
keperawatan (Nursalam, 2007).
3. Dokumentasi Rencana Keperawatan

9
Tujuan perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan
untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan klien.
Kriteria proses perawatan membuat rencana tindakan asuhan keperawatan
untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan meliputi perencanaan
terdiri atas prioritas, tujuan dan rencana tindakan keperawatan, bekerjasama
dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, perencanaan
bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien,
mendokumentasikan rencana keperawatan (Nursalam, 2007).
Tujuan rencana asuhan keperawatan yaitu tujuan administrasi meliputi
mengidentifikasi fokus keperawatan individu atau keluarga, membedakan
tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya, menyusun kriteria
guna pengulangan asuhan keperawatan dan evaluasi, keberhasilan asuhan
keperawatan, menyediakan kriteria klasifikasi klien, sedangkan tujuan klinik
meliputi suatu pedoman dalam penulisan, mengkomunikasikan asuhan
keperawatan yang akan diimplememtasikan dengan perawat lain seperti apa
yang akan diajarkan, apa yang harus diobservasi, apa yang akan dilakukan.
Menyusun kriteria hasil (outcome) guna pengulangan asuhan keperawatan dan
evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan, rencana intervensi yang spesifik
dan langsung bagi perawat untuk melaksanakan intervensi kepada klien dan
keluarganya (Cafenito, 2006).

4. Dokumentasi Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik yaitu membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan mempasilitasi koping (Lyer et al, 2011). Kriteria
pengimplementasian tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan
keperawatan meliputi bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, melekukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien, memberikan pendidikan pada
klien dan keluarga mengenai konsep ketrampilan asuhan diri serta membantu
klien memodifikasi lengkunganyang digunakan, mengkaji ulang dan merevisi
pelaksanaan tidakan keperawatan berdasarkan respon klien (Nursalam, 2012).

5. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan


Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses
keperawatan. Hal-hal yang dievaluasikan adalah keakuratan, kelengkapan,
kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan pencapaian tujuan serta
ketepatan intervensi keperawatan (Nursalam, 2012).
Kriteria perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan
perencanaan meliputi menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi
secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar
dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan,
memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerjasama
dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, 16

10
mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasikan perencanaan
(Nursalam, 2012).
Ada dua macam evaluasi yaitu evaluasi formatif, evaluasi yang
merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon klien segera
pada saat dan setelah intervensi keperawatan dilaksanakan dimana evaluasi ini
dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yan terjadi pada saat
itu. Evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan rekapitulasi dan
kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan pada tujuan keperawatan (Nursalam, 2012).

2.3 Konsep Diagnosis Keperawatan menurut SDKI


Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang ditanagani oleh perawat (Potter
& Perry, 2005). Alasan perumusan diagnosis keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan pada klien dan melibatkan keluarga serta untuk
menentukan arah atau rencana asuhan keperawatan selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
1. Filosofis

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolok ukur


atau acuan yang digunakan sebagai pedoman dasar penegakan diagnosis
keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,
efektif dan etis (PPNI, 2017). SDKI diterbitkan oleh PPNI pada tanggal 29
Desember 2016 (Gusti, 2016). Latar belakang penyusunan SDKI adalah
masih belum tersedia standar diagnosis keperawatan yang
mempertimbangkan nilai budaya dan ciri khas masyarakat Indonesia (PPNI,
2017). Bahwa budaya klien mempengaruhi masalah kesehatan pada
masyarakat dan nilai budaya mempengaruhi perawat dalam memilih
indikator penegakan diagnosis keperawatan (Potter, Perry, Stockert, & M
Hall, 2017). Walaupun demikian, standar-standar yang telah ada tersebut
menjadi rujukan dan masukan dalam penyusunan Standar Diagnosis
Keperawatan yang lebih sesuai dengan budaya dan ciri khas pelayanan
keperawatan di Indonesia (PPNI, 2017).
2. Jenis-Jenis Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis positif


dan diagnosis negatif. Diagnosis positif artinya klien dalam kondisi sehat dan
dapat mencapai kondisi sehat yang lebih optimal, diagnosis ini disebut juga
diagnosis promosi kesehatan. Sedangkan diagnosis negatif artinya klien dalam
kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga dalam menegakkan
diagnosis tersebut akan dilanjutkan dengan intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan pada tahap selanjutnya (PPNI, 2017).
Diagnosis negatif memiliki dua jenis yaitu diagnosis aktual dan diagnosis risiko
(PPNI, 2017). Jenis-jenis diagnosis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
(Carpenito-Moyet, 2008):
a. Diagnosis Aktual

11
Diagnosis aktual menggambarkan masalah kesehatan klien yang dapat
diketahui melalui tanda atau gejala mayor dan minor yang dapat diamati atau
validasi.
b. Diagnosis Risiko
Diagnosis risiko menggambarkan respon klien terhadap faktor-faktor
yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami masalah kesehatan. Tanda
atau gejala mayor dan minor pada klien tidak tampak, namun klien tetap
memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan.
c. Diagnosis Promosi Kesehatan atau Wellness
Diagnosis promosi kesehatan atau wellness menggambarkan adanya
keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatan pada
tingkat optimal. Diagnosis promosi kesehatan merupakan bagian pernyataan
sebuah diagnosis yang tidak memiliki faktor berhubungan. Sebuah diagnosis
tersebut dapat divalidasi jika memenuhi dua syarat yaitu klien memiliki
keinginan untuk menigkatkan kesejahteraan, dan klien saat ini memiliki peran
aktif untuk mencapai kesejahteraan yang ingin dicapai

3. Komponen Diagnosis Keperawatan


Diagnos Keperawatan dalam SDKI memiliki dua komponen utama
yaitu masalah (problem) atau Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik
(PPNI, 2017). Berikut adalah uraian dari masing-masing komponen
diagnosis keperawatan tersebut:
1. Masalah (Problem)
Masalah atau label diagnosis keperawatan menggambarkan inti respon
danmasalah kesehatan klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan
danfaktor yang berhubungan (Cooper & Gosnell, 2015). Masalah atau label
diagnosisterdiri atas dua komponen yaitu deskriptor atau penjelas dan fokus
diagnostik(PPNI, 2017).
2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri dari tiga komonen utama yaitu penyebab,
tanda/gejala, dan faktor risiko dengan uraian materi sebagai berikut (PPNI,
2017):
a. Penyebab (Etiologi)
Etiologi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
status kesehatan klien. Etiologi mencakup empat kategori, yaitu: a) fisiologis,
biologis, atau psikologis; b) efek terapi/tindakan; c) situasional (lingkungan
atau personal), dan d) maturasional (PPNI, 2017).
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan prosedur diagnostik sedangkan gejala
adalah data subjektif yang diperoleh dari hasil pengkajian dan anamnesis
(PPNI, 2017). SDKI mengelompokkan tanda/gejala menjadi dua kategori
yaitu:

12
1) Mayor: Tanda/gejala yang ditemukan dalam rentang 80-100% untuk validasi
penegakan diagnosis
2) Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat
digunakan sebagai pendukung tanda/gejala mayor dalam penegakan diagnosis

13
2.4 Media Pembelajaran Video Animasi
a. Pengertian Media Pembelajaran Video Animasi
“Media berdasarkan asal katanya dari bahasa Latin, medium, yang berarti
perantara. Media oleh karenanya dapat diartikan sebagai perantara antara pengiriman
informasi yang berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau
receiver” (Benny 2017, hlm.15). Gerlach & Ely dalam Arsyad (2013, hlm.3)
mengatakan “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap”.
Menurut Heinich dalam Benny (2017, hlm.15) media pembelajaran atau
instructional media merupakan “Sesuatu yang memuat informasi dan pengetahuan
yang dapat digunakan untuk melakukan proses belajar”. “Media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal”
(Arsyad 2013, hlm.3).
Gagne’ dan Briggs dalam Arsyad (2013, hlm.4) mengatakan “Media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera,
video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan
komputer”. Media pembelajaran memuat informasi dan pengetahuan yang digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga menjadi efektif dan efisien. Media pembelajaran
dapat berupa manusia, benda, dan sebagainya. Penggunaan media pembelajaran dapat
membuat siswa menjadi lebih termotivasi dalam kegiatan belajarnya.
“Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame
demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada
layar terlihat gambar itu hidup” (Arsyad 2013, hlm.50). “Media video tergolong ke
dalam media audio-visual yang mampu menayangkan pesan dan informasi melalui
unsur gambar dan suara yang disampaikan secara simultan” (Benny 2017, hlm.137).
Media video tergolong kedalam media audio visual yang mampu menayangkan
informasi melalui gambar dan suara. Media video banyak digunakan sebagai sarana
untuk mengkomunikasikan pesan secara lengkap. “Animasi berasal dari kata ‘to
animate’ yang artinya membuat seolaholah hidup dan bergerak” (Gunawan 2012,
hlm.26).
“Animasi adalah film yang berasal dari gambar-gambar yang diolah sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah gambar bergerak dan bercerita” (Gunawan 2012,
hlm.26).
“Animasi adalah urutan frame yang ketika diputar dalam frame dengan kecepatan
yang cukup dapat menyajikan gambar bergerak lancar seperti sebuah film atau video.

14
Animasi dapat juga diartikan dengan menghidupkan gambar” Eka dalam Ahayu
(http://ahayu.esy.es/teori/pengertian-animasimenurut-buku/)
Berdasarkan pengertian diatas, animasi dapat disimpulkan sebagai gambar
bergerak yang terdiri dari beberapa objek yang disusun sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah video atau film. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien
ketika guru menggunakan media pembelajaran seiring dengan semakin canggihnya
teknologi. Siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Media video merupakan salah satu jenis dari media pembelajaran yang
digunakan oleh guru untuk membantu siswa memahami materi pelajaran. Media
video terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah media video animasi.
Media video animasi ini berisi gambargambar 2D atau 3D.
b. Fungsi Media Pembelajaran Video Animasi
Arsyad (2017, hlm.19) mengatakan “Salah satu fungsi utama media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru”.
Menurut Hamalik dalam Arsyad (2017, hlm.19) “Pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.
Levie & Lentz dalam Arsyad (2017, hlm.20) mengemukakan “Empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b)
fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris”.
Media pembelajaran berfungsi untuk membantu guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar siswa dapat dengan
mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran
juga berfungsi agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan
menyenangkan.
c. Tujuan Media Pembelajaran Video Animasi
Menurut Achsin dalam Ningsih (http://allaboutpendidikan.blogspot.
co.id/2010/10/pengertian-manfaat-dan-tujuan.html) Penggunaan media
pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan. Tujuan penggunaan media pengajaran adalah:
1) Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat
berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna,
2) Untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan
informasi materi kepada anak didik.
3) Untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau
menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh
guru/pendidik.

15
4) Untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui
lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang
disampaikan oleh guru/pendidik.
5) Untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara
anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan
yang disampaikan oleh guru/pendidik.
Menurut Ensiklopediasli
(https://ensiklopediasli.blogspot.co.id/2017/04/mediapembelajaran.html?
m=1) tujuan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.
2) Mempermudah proses belajar-mengajar di kelas.
3) Untuk memberikan motivasi belajar pada siswa.
4) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
5) Menciptakan situasi yang tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.
6) Menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan
belajar.
7) Menumbuhkan keterampilan dan sikap tertentu dalam bidang
teknologi.
8) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
merangsang minat siswa untuk belajar.
9) Membantu konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.

Media video dapat digunakan untuk keperluan belajar guna mempermudah


proses belajar-mengajar di kelas. Penggunaan media video juga dapat
meningkatkan motivasi siswa agar semangat untuk belajar. Media video
memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa agar tidak merasa jenuh
dengan proses pembelajaran yang monoton.

BAB III

16
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemaparan Kasus

Selama melakukan praktek orientasi terdapat beberapa hal yang di temukan, salah
satunya masih terdapat beberpa diagnosis keperawatan yang diangkat kadang kurang
berhubungan dengan diagnosis keperawatan pasien, atau diagnosis utama dalam kasus
kadang tidak terangkat, walaupun tidak semuanya akan tetapi jika kita lihat sebagian
besar mesti terdapat salah satu yang kurang tepat diantara beberapa pencatatan asuhan
keperawatan. Hal ini disebabkan karena banyaknya pasien dan masih ada beberapa tugas
lainnya sehingga untuk melihat panduan yang ada jarang dilakukan, sedangkan panduan
yang ada hanya terdapat di rumah sakit, kemudian hal ini juga terjadi karena perawat
hanya melakukan salinan contoh dari penulisan asuhan keperawatan sebelumnya tanpa
melakukan pengecekan kembali terlebih dahulu sehingga menyebabkan jika ada
kesalahan penulisan akan terus terulang kembali, salah satu cara untuk menjadi
pemecahan masalah yang ada yaitu membuat suatu sistem panduan yang dapat dibawa
kemana-mana sehingga saat mempunyai waktu luang perawat dapat memanfaatkannya
untuk membaca panduan yang ada.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan analisa penulis terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masalah itu terjadi,
yaitu : malas untuk membaca lagi buku 3S, kurangnya pengetahuan, pendokumentasian dan
pengkajian berdasarkan kebiasaan, mengikuti dokumentasi yang ditulis perawat sebelumnya
tanpa memeriksa apakah penulisan sudah tepat atau belum, masa kerja, beban kerja yang tinggi,
hal ini sesuai dengan jurnal berjudul hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang
proses keperawatan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap rs jati
sampurna bekasi tahun 2017 ditulis oleh Pujiharti yang memaparkan bahwa lama bekerja
membuat pengalaman seseorang semakin banyak dan berhubungan dengan bertambahnya tingkat
pengetahuan yang sejalan dengan ketepatan dalam melakukan dokumentasi askep, kemudian
tingkat pengetahuan seseorang juga berhubungan dengan ketepatan dia dalam melakukan
pendokumentasian askep. Hagos, Alemseged, Balcha, Berhe, Aregay (2014) dalam penelitiannya
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan proses
keperawatan, karena dengan kurangnya informasi yang diketahui mengenai cara pelaksanaan

17
asuhan keperawatan, pelaksanaan asuhan keprawatan tidak dapat terlaksana dengan optimal.
Dalam jurnal yang di tulis oleh Suci (2017) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap, di
jelaskan bahwa beban kerja yang tinggi di ruang perawatan menyebabkan kurang maksimalnya
pelaksanaan dokumentasi kegiatan perawat, kualitas asuhan keperawatan sangat bergantung dari
jumlah pasien yang dirawat, semakin banyak pasien maka beban kerja semakin tinggi sehingga
menyebabkan dokumentasi asuhan keperawatan tidak maksimal. Hal ini menunjukkan
dibutuhkan suatu terobosan yang dapat menangani masalah tersebut. Dalam sebuah jurnal
penelitian oleh Andriani Johari(2014) metode pembelajaran berbasis animasi terbukti dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang, selain efektif metode sangat mudah dan simpel di
gunakan, dapat dibawa kemanapun karena terhubung langsung dengan handphone seseorang, hal
ini juga mendukung program pembelajaran tanpa tatap muka dalam upaya membatasi resiko
penularan covid-19.

Dalam vidio animasi yang penulis buat isinya memaparkan penjelasan tentang
pembahasan SDKI, Jenis diagnosis keperawatan dan cara menentukan prioritas diagnosis
keperawatan

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisa yang disebutkan, dapat dismpulkan bahwa


pengaplikasian perawat terhadap penggunaan SDKI,SIKI,Luaran dengan metode vidio animasi
dinilai penting digunakan oleh perawat untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan perawat dan mencegah terjadinya penularan covid 19.
4.2 Saran

Penulis menyadari jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, penulis menyarankan untuk kedepannya penggunaan aplikasi ini tidak hanya
sekedar untuk keperawatan tapi dapat dikembangkan ke profesi lainnya

19
DAFTAR PUSTAKA

Ichwan, M., Hakiky, F. (2011). Pengukuran Kinerja Goodreads Application Programming


Interface (Api) Pada Aplikasi Mobile Android. Institut Teknologi Bandung.

Berthiana. (2013). Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Ketepatan Pengisian


Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud Buntok 2012. Jurnal
Menejemen Keperawatan

Anggraini, Febrina, Rizki (2012). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. Nurseline Journal

Rezky, (2018). Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Individu Di Puskesmas Kota Makassar. Universitas Hasanudin Makasar.

Putri, N.W. (2019). Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik (Flip Chart) Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Asi Eksklusif Di Puskesmas Tuban
Kabupaten Tuban. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pujiharti. I., Titin, A.W. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentangproses Keperawatan Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat Inap Rs Jati Sampurna Bekasi Tahun 2017. Program Studi Sarjana
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Assyafi’iyah Jakarta.

Ratnamiasi, I., Govindraju, R. (2012) Kompetensi SDM Dan Kualitas Pelayanan Rumah
Sakit. Universitas Pasundan.

Nursalam, (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan konsep dan Praktik. Salemba
Medika : Jakarta.

Siagian,P. S., (1995). Teori Motivasi dan Aplikasi. PT. Rikena Cipta : Jakarta

Fisbach F.T., (1991). Documenting Care : Communitation The Nursing Procces and
Documentation Standar . F.A.Davis Company : Yogyakarta.

Caipenito,L.J., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan :


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif (Nursing Care Plants and

20
Documentation : Nursing Diagnosis and Collaborative Problems). Edisi 2, EGC :
Jakarta

21
Lampiran

22

Anda mungkin juga menyukai