Anda di halaman 1dari 77

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS AROMATERAPI DAN MUSIK TERHADAP NYERI PADA


PASIEN KANKER PAYUDARA PERIODE POST OPERASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan

Di Susun Oleh:
NAMA : YOSI AULIA ANDRI ASTUTIK
NIM : 2024201039
DOSEN PEMBIMBING 1: NURUL MAWADDAH,
S.Kep.,Ns.,M.Kep
DOSEN PEMBIMBING 2 : ANDY PRASTYA, S.Kep., Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO
TAHUN 2021-2022

39
40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Payudara merupakan gangguan dalam

pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal

timbul dari sel- sel normal berkembang biak dan

menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah, Tumor

mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi

pada wanita. Tumor terbagi menjadi dua, tumor jinak dan

tumor ganas. Tumor jinak memiliki ciri-ciri tumbuh secara

terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar dan bila

dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat

sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri

yaitu dapat menyusup ke jaringan sekitarnya, dan sel kanker

dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut.

Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang sering ditemukan,

pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun


41

kelenjar, yang banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-

30 tahun (DEPKES, 2016).

Di seluruh dunia 8,2 juta orang meninggal dunia setiap

tahun akibat kanker. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah

orang meninggal dunia akibat kanker meningkat menjadi 11,5

juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian

yang efektif. Berdasarkan estimasi Globocan, International

Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker

mammaeadalah kanker dengan persentase kasus baru tertinggi

(43,3%) dan persentase kematian tertinggi (12,9%) pada

perempuan di dunia. Di Indonesia berdasarkan data sensus

tahun 2014- 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9

juta jiwa. Selain itu BPS menunjukkan dari total tersebut

penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta 2 jiwa dan perempuan

sebanyak 126, 8 juta jiwa. Ketua Yayasan Kanker

MammaeIndonesia (YLKPI), kanker mammaemerupakan

jenis kanker tertinggi pada klien rawat inap maupun rawat

jalan di seluruh RS di Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah

klien kanker mammae 28,7 persen dari total penderita kanker

(YLKPI, 2016).

Secara umum prevalensi penyakit kanker di Indonesia

cukup tinggi. Menurut data riset Kesehatan Dasar 2013

prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4% dari 1000


42

penduduk atau sekitar 347.000 orang. Di Indonesia kasus

baru kanker mammae menjadi kasus kematian tertinggi

dengan angka 21,5% pada setiap 100.000 penduduk, sekitar

70% kasus klien kanker mammae baru datang ke fasilitas

kesehatan pada stadium lanjut. Berdasarkan data yang

dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, pada

tahun 2019 lalu, tumor payudara mencapai 12.186 kasus

(kominfo jatim,2020).

Ada beberapa penanganan kanker payudara yang

tergantung pada stadium klinik penyakitnya, yaitu:

Mastektomi, Pembedahan penyelamatan payudara, Biopsi

nodus limfe sentinel, Terapi radiasi sinar eksternal,

Kemoterapi, Terapi hormona, Terapi target, Rekontruksi

payudara (Ashariati, 2019).

Pembedahan atau operasi merupakan salah satu

tatalaksana pada kanker payudara, sayangnya pembedahan

membuat pasien mengalami beberapaketidaknyamanan salah

satunya merasakan nyeri setelah dilakukannya pembedahan,

Pasien post operasi insisi (penyayatan jaringan) mengalami

nyeri dengan berbagai tingkatan Hampir 80% pasien post

operasi pembedahan mengalami keluhan nyeri akut setelah

pengaruh obat anastesi yang hilang (Fitria, 2020).


43

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan

penggunaan opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti

inflamasi nonsteroid), obat- obat adjuvans atau koanalgesik

akan tetapi tatalaksana ini mempunyai banyak efek samping

jangka panjang yang cukup berbahaya buat pasien, Gangguan

penglihatan.Masalah tidur hingga insomnia, Tekanan darah

meningkat.Rentan mengalami infeksi.Nafsu makan

meningkat, Iritasi lambung dan gangguan pada fungsi ginjal

(Dewi, 2016).

Ada beberapa cara yang dapatdilakukan untuk

penatalaksanaan nyeri yang dirasakan oleh pasien tanpa

menggunakan obat-obatan yaitu dengan terapi non farmako,

beberapa tatalaksana dapat diterapkan pada pasien salah

satunya adalah dengan aromaterapi dan mendengarkan musik,

ini sesuai dengan jurnal penelitian yang berjudul effects of

aroma therapy and music intervention on pain and anxious

for breast cancer patients in the perioperative period yang

menyatakan kalau penatalaksanaan terapi musik dan

aromaterapi efektif dalam mengurangi nyeri yang dirasakan

pasien setelah operasi (Xiao, 2018).

Penulis melakukan studi pendahuluan di RS lavalette

dimana tercatat dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ini pasien


44

dengan kasus ca mamae yang menjalani operasi sebanyak 250

orang .

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul efektivitas aromaterapi

dan musik terhadap nyeri pasien kanker payudara post operasi

di RS lavalette Malang.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang di paparkan pada pembuatan

proposal skripsi ini perlu dibatasi, berikut batasan masalah : a.

objek yang diteliti adalah pasien post oprasi kanker payudara,

b. responden adalah pasien kemoterapi di RS Lavalette, c.

pengukuran nyeri menggunakan numeric rating skor, d.

penatalaksanaan berupa aromaterapi dan music.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

yang diangkat adalah Apakah aromaterapi dan musik efektivi

terhadap penurunan nyeri pasien kanker payudara periode

post operasi?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini:

1. Tujuan Umum
45

Mengetahui efektivitas aromaterapi dan musik terhadap nyeri

pasien kanker payudara periode post operasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi nyeri pasien kanker payudara post operasi

pada kelompok yang diberikan intervensi aromaterapi dan

musik

b. Menganalisa efektivitas aromaterapi dan musik terhadap

nyeri pasien kanker payudara post operasi

c. Menganalisis perbedaan nyeri yang dirasakan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu:

1. Manfaat Bagi Bidang Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi perawat

mengenai efektivitas aromaterapi dan musik terhadap nyeri

pasien kanker payudara post operasi. Sehingga perawat dapat

memberikan metode perawatan dalam penatalaksanaan

nonfarmako pada pasien post operasi. Hasil penelitian ini

dapat digunakan oleh petugas kesehatan lain sebagai evidence


46

untuk melakukan promosi kesehatan mengenai tatalaksana

non fsrmako pada pasien nyeri post operasi.

2. Manfaat Bagi Pengembangan Keilmuan

Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

keperawatan agar mampu mengembangkan peran perawat

sebagai edukator dan pemberi asuhan keperawatan untuk

memberikan (edukasi dan menyesuaikan pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan tetap memperhatikan

kebutuhan dasar manusia). Penelitian ini dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam menentukan asuhan keperawatan

medikal bedah dalam penatalaksanaan nyeri yang dirasakan

pasien post operasi.

3. Manfaat Bagi Penelitian

Penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan efektivitas

aromaterapi dan musik terhadap nyeri pasien kanker payudara

periode post operasi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data

dasar bagi penelitian selanjutnya di area keperawatan medikal

bedah, khususnya penelitian yang berhubungan dengan nyeri

post operasi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan

data dasar bagi penelitian penelitian selanjutnya di area


47

keperawatan medikal bedah, khususnya penelitian yang

berhubungan dengan tatalaksana nyeri post operasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri

1. Pengertian

Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh

yang timbul bila mana jaringan sedang dirusak yang

menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara

memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam

Saifullah, 2015). Nyeri menurut Rospond (2008) merupakan

sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan,

pendengaran, bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil

stimulasi reseptor sensorik, provokasi saraf-saraf sensorik

nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distress, atau


48

menderita. Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian

yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan

kesejahteraan individu.

Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah

ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh efek dari

penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera. Sedangkan

menurut Kozier & Erb dalam Nurrahman (2009) mengatakan

bahwa nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan

sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain.

Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada

setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya,

dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).

2. Etiologi

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma,

mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas),

peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan

kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma

psikologis (Handayani, 2015).

3. Tanda dan Gejala Nyeri


49

Tanda dan gejala nyeri bermacam-macam perilaku yang

tercermin oleh pasien. Secara umum orang yang mengalami

nyeri akan memunculkan gejala psikologis:

a. suara: menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas

b. Ekspresi wajah: meringiu mulut

c. menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup

rapat/membuka kelopak mata atau mulut, menggigit bibir

d. pergerakan tubuh: mondar mandir, kegelisahan, gerak

menggosok atau berirama, bergerak melindungi bagian

anggota tubuh, imobilisasi, otot tegang

e. Interaksi sosial: menghindari percakapan dan kontak sosial,

berfokus aktifitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu

(Mohammad, 2012).

4. Klasifikasi

Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai

berikut :

a. Nyeri berdasarkan tempatnya Menurut Irman (2007) dalam

Handayani (2015) dibagi menjadi :

1). Pheriperal pain


50

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri

ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus

yang efektif untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa

rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila

hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai

menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar.

2). Deep pain

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral.

Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang berasal dari otot,

tendon, ligament, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini

memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi

sering tidal jelas.

3). Reffered pain

Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian

tubuh di daerah yang berbeda bukan dari daerah asalnya

misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan

iskemia jantung atau serangan jantung.


51

4). Central pain Merupakan nyeri yang didahului atau

disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf

pusat seperti spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya Meliala (2007) dalam

Handayani (2015) menyebutkan bahwa nyeri ini digolongkan

menjadi tiga, yaitu:

1). Incidental pain

Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang. Nyeri ini biasanya sering terjadi pada pasien

yang mengalami kanker tulang.

2). Steady pain

Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam jangka waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan

iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis.

3). Proximal pain

Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat

sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang lebih

10-15 menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.


52

c. Nyeri berdasarkan ringan beratnya Nyeri ini dibagi ke

dalam tiga bagian (Wartonah, 2005 dalam Handayani 2015)

sebagai berikut :

1). Nyeri ringan

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri

ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi

dengan baik.

2). Nyeri sedang

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang.

Nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri dan mendiskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik.

3). Nyeri berat

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri

berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.

d. Nyeri berdasarkan waktu serangan

1). Nyeri akut


53

Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi

dan penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan

berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu

untuk segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri

berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan menghilang

apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang

reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan

dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan

(Asmadi, 2008).

2). Nyeri kronis

Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6

bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat

dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis

ini berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah

baru, nyeri ini sering mempengaruhi semua aspek kehidupan

penderitanya dan menimbulkan distress, kegalauan emosi dan

mengganggu fungsi fisik dan sosial (Potter & Perry, 2005

dalam Handayani, 2015).

5. Mekanisme Nyeri
54

Menurut Asmadi (2008) Ada beberapa teori yang

menjelaskan mekanisme nyeri. Teori tersebut diantaranya :

a. Teori Spesifik

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan

struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk

setiap indra perasa bersifat spesifik, artinya saraf sensoris

dingin hanya dapat diransang oleh sensasi dingin. Menurut

teori ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan

pengaktifan ujung-ujjung serabut saraf bebas oleh perubahan

mekanik, ransangan kimia atau temperature yang berlebihan,

persepsi nyeri yang dibawa serabut saraf nyeri diproyeksikan

oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di thalamus.

b. Teori Intensitas

Nyeri adalah hasil ransangan yang berlebihan pada

reseptor. Setiap ransangan sensori punya potensi untuk

menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.

c. Teori gate control

Teori ini menjelaskan mekanisme transisi nyeri.

Kegiatannya tergantung pada aktifitas saraf afferen

berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel

saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas serat yang


55

berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya pintu

di tutup sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil

mempermudah transmisi yang artinya pintu dibuka.

6. Pengukuran Nyeri

Ada beberapa pengukuran nyeri yang dapat dilakukan

diantaranya adalah :

a. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi.

Berat dan ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi

terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.

Skala numeric dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh) (Potter &

Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

Skala 0 : Tanpa nyeri

Skala 1-3 : Nyeri ringan

Skala 4-6 : Nyeri sedang

Skala 7-9 : Nyeri berat

Skala 10 : Nyeri sangat berat

b. Visual Analog Scale (VAS)


56

Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka.

Bisa bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak

sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-

kira nyeri sedang (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani,

2015).

c. Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif

untuk menilai nyeri akut, dianggap sederhana dan mudah

dimengerti, ranking nyerinya dimulai dari tidak nyeri sampai

nyeri yang tidak tertahankan (Khoirunnisa & Novitasari,

2015).

d. Skala Wajah dan Barker

Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan

untuk mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia 3

(tiga) tahun (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

7. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

a. Usia

Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri.

Sebagai contoh anak-anak kecil yang belum dapat

mengucapkan kata-kata mengalami kesulitan dalam


57

mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa

nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan melaporkan

nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus

mereka terima (Potter & Perry, 2006).

b. Jenis kelamin

Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak

berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa

kebudayaan mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada yang

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan

tidak boleh menangis sedangkan seorang anak perempuan

boleh menangis dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam

Andari, 2015)

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengruhi

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang

ajarkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka

(Rahadhanie dalam Andari, 2015).

d. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat.


58

Sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan

respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu

konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk

menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi

terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus

yang lain, misalnya pengalihan pada distraksi (Fatmawati,

2011).

e. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri.

Namun nyeri juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus

nyeri mengaktifkan bagian system limbik yang diyakini

mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas

(Wijarnoko, 2012).

f. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri.

Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif

dan menurunkan kemampuan koping (Fatmawati, 2011).

g. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila

individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode


59

nyeri tanpa pernah sembuh maka ansietas atau rasa takut

dapat muncul. Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri

yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan

berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut

menginterpretasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam Andari,

2015).

h. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi

nyeri. Sumber koping individu diantaranya komunikasi

dengan keluarga, atau melakukan latihan atau menyanyi

(Ekowati, 2012).

i. Dukungan keluarga dan social

Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat

berpengaruh untuk dapat memberikan dukungan, bantuan,

perlindungan, dan meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang

dirasakan, contohnya dukungan keluarga (suami) dapat

menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu merasa tidak

sendiri, diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi

(Widjanarko, 2012).

j. Makna nyeri
60

Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan

nyeri apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu

kehilangan hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita

yang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda

dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala akibat

dipukul pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang

dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter

& Perry, 2006).

8. Manajemen Nyeri

a. Pendekatan farmakologi

Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif

untuk menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan

pereda nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang

berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri

adalah analgesic (Strong, Unruh, Wright & Baxter, 2002).

Menurut Smeltzer & Bare (2002), ada tiga jenis analgesik

yakni:

1) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID):

menghilangkan nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat


61

berguna bagi pasien yang rentan terhadap efek pendepresi

pernafasan.

2) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya

diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti

nyeri pasca operasi. Efek samping dari opiad ini dapat

menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual

muntah.

3) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti

sedative, anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control

nyeri atau menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri

seperti depresi dan mual (Potter & Perry, 2006).

b. Intervensi Keperawatan Mandiri (Non farmakologi)

Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun &

Nur’aeni (2013), merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat

dilakukan perawat secara mandiri tanpa tergantung pada

petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat

dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak

pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk

memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk

menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan

nonfarmakologi yang dapat membantu menghilangkan nyeri,


62

metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang

sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan

pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).

1) Masase dan Stimulasi Kutaneus

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum.

Sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat

membuat pasien lebih nyaman (Smeltzer & Bare, 2002).

Sedangkan stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang

dilakukan selama 3-10 menit untuk menghilangkan nyeri,

bekerja dengan cara melepaskan endofrin, sehingga memblok

transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2006). Salah satu

teknik memberikan masase adalah tindakan masase punggung

dengan usapan yang perlahan (Slow stroke back massage).

Stimulasi kulit menyebabkan pelepasan endorphin, sehingga

memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate control

mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi

serabut saraf sensori A Beta yang lebih besar dan lebih cepat.

Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan

delta-A yang berdiameter kecil sehingga gerbang sinaps

menutup transmisi implus nyeri (Potter & Perry, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh lestari (2015), tentang

tentang pemanfaatan stimulasi kutaneus (Slow Stroke Back


63

Massage) menunjukan ada pengaruh stimulasi kutaneus (slow

stroke back massage) terhadap intensitas nyeri haid pada siswi

kelas XI SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.

2) Efflurage Massage

Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan

telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas

permukaan tubuh dengan arah sirkular secara berulang

(Reeder dalam Parulian, 2014). Langkah-langkah melakukan

teknik ini adalah kedua telapak tangan melakukan usapan

ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan melingkari

abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah di atas

simphisis pubis, arahkan ke samping perut, terus ke fundus

uteri kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut

bagian bawah diatas simphisis pubis, bentuk pola gerakannya

seperti “kupu-kupu”. Masase ini dilakukan selama 3–5 menit

dan berikan lotion atau minyak/baby oil tambahan jika

dibutuhkan (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009).

Effleurage merupakan teknik masase yang aman, mudah

untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak

memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat

dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (Ekowati,

2011).
64

3) Distraksi

Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada

sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang sangat

berhasil dan mungkin merupakan mekanisme terhadap teknik

kognitif efektif lainnya. Distraksi diduga dapat menurunkan

persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,

yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang

ditransmisikan ke otak (Smeltzer and Bare, 2002). Beberapa

sumber-sumber penelitian terkait tentang teknik distraksi yang

ditemukan peneliti sejauh ini efektif diterapkan pada pasien

anak-anak terutama usia prasekolah sebagaimana dalam

penelitian Pangabean pada tahun (2014), menurut Pangabean

salah satu teknik distraksi adalah dengan bercerita dimana

teknik distraksi bercerita merupakan salah satu strategi non

farmakologi yang dapat menurunkan nyeri. Hal ini terbukti

pada penelitiannya dimana teknik distraksi dengan bercerita

efektif dalam menurunkan nyeri anak usia prasekolah pada

pemasangan infus yakni dari nyeri skala 3 ke nyeri skala 2.

Sartika, Yanti, Winda (2015), menambahkan salah satu teknik

distraksi yang dapat dilakukan dalam penatalaksanaan nyeri

lainnya adalah dengan menonton film cartun animasi, dimana

ini terbukti dalam penelitiannya bahwa dengan diberikan


65

distraksi berupa menonton film cartun animasi efektif dalam

menurunkan nyeri anak usia prasekolah saat pemasangan

infus.

4) Terapi Musik

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik

dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi,

ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian

rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan

fisik dan mental (Eka, 2011). Perawat dapat menggunakan

musik dengan kreatif di berbagai situasi klinik, pasien

umumnya lebih menyukai melakukan suatu kegiatan

memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan

musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati

individu, merupakan pilihan yang paling baik (Elsevier dalam

Karendehi, 2015). Musik menghasilkan perubahan status

kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan waktu. Musik

harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat

memberikan efek terapiutik. Dalam keadaan perawatan akut,

mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat

efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2005).

5) GIM (Guided Imagery Music)


66

GIM (Guided Imagery Music) merupakan intervensi

yang digunakan untuk mengurangi nyeri. GIM

mengombinasikan intervensi bimbingan imajinasi dan terapi

musik. GIM dilakukan dengan memfokuskan imajinasi

pasien. Musik digunakan untuk memperkuat relaksasi.

Keadaan relaksasi membuat tubuh lebih berespons terhadap

bayangan dan sugesti yang diberikan sehingga pasien tidak

berfokus pada nyeri (Suarilah, 2014). Hasil Penelitian dari

Suarilah, Wahyuni & Fahlufi (2014) tentang “Guided Imagery

dan Music (GIM) Menurunkan Intensitas Nyeri Pasien Post

Sectio Caesaria” pada 30 responden didapatkan hasil bahwa

GIM terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri pasien post

SC di RSUP NTB. GIM direkomendasikan sebagai intervensi

mandiri keperawatan untuk mengurangi nyeri post SC.

6) Terapi Musik Klasik (Mozart)

Pada dewasa ini banyak jenis musik yang dapat

diperdengarkan namun musik yang menempatkan kelasnya

sebagai musik bermakna medis adalah musik klasik karena

musik ini maknitude yang luar biasa pada perkembangan ilmu

kesehatan, diantaranya memiki nada yang lembut, nadanya

memberikan stimulasi gelombang alfa, ketenangan dan

membuat pendengarnya lebih rileks (Dofi dalam Liandari,


67

2015). Penelitian yang dilakukan oleh Liandari, Hendra dan

Parjo tentang pemberian terapi musik mozart terhadap

intensitas nyeri haid pada remaja putri di SMA Negeri 1

Pontianak pada tahun 2015 skala nyeri yang dialami remaja

putri sebelum pemberian terapi musik klasik (mozart) yaitu

skala nyeri sedang (68,4%). Sedangkan skala nyeri yang

dialami remaja putri setelah pemberian terapi musik klasik

(mozart) terbanyak pada nyeri ringan (47,4%). Maka terdapat

pengaruh terapi musik klasik (mozart) terhadap penurunan

intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMA

Negeri 1 Pontianak tahun 2015.

7) Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat

Salah satu terapi nonfarmakologi adalah hidroterapi

rendam kaki air hangat. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Widiastuti pada tahun 2015 tentang pengaruh hidroterapi

rendam kaki air hangat terhadap 17 pasien post operasi di RS

Islam Sultan Agung Semarang terdapat penurunan intensitas

nyeri dari sebelum diberikan 4,06 dan setelah diberikan

intensitas nyeri menjadi 2,71 dan terdapat pengaruh

hodroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan nyeri

pasien post operasi dengan nilai p value 0,003 (p value

<0.05).
68

8) Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk

asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan

kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat

menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah. Teknik relaksasi nafas dalam dapat

mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas

simpatik dalam system saraf otonom (Fitriani, 2013). Pasien

dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan

dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan

menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi

(hirup) dan ekhalasi (hembus) (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Huges dkk dalam Fatmawati (2011), teknik relaksasi

melalui olah nafas merupakan salah satu keadaan yang

mampu merangsang tubuh untuk membentuk sistem penekan

nyeri yang akhirnya menyebabkan penurunan nyeri,

disamping itu juga bermanfaat untuk pengobatan penyakit

dari dalam tubuh meningkatkan kemampuan fisik dan

keseimbangan tubuh dan pikiran, karena olah nafas dianggap


69

membuat tubuh menjadi rileks sehingga berdampak pada

keseimbangan tubuh dan pengontrolan tekanan darah. i)

Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery) Imajinasi terbimbing

adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara

yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif

tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi

dan meredakan nyeri dapat terdiri atas penggabungan nafas

berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan

kenyamanan (Smeltzer & Bare, 2002). Prosedurnya yaitu

ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi pasien,

usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks, minta

pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien

berkonsentrasi, minta pasien menarik nafas melalui hidung

secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hirup,

dua, tiga”, selama pasien memejamkan mata kemudian minta

pasien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan

atau keindahan, minta pasien untuk menghembuskan udara

melalui mulut dan membuka mata secara perlahan-lahan

sambil menghitung dalam hati “hembuskan, dua, tiga”, minta

pasien untuk mengulangi lagi sama seperti prosedur

sebelumnya sebanyak tiga kali selama lima menit (Patasik,

Tangka & Rottie, 2013).


70

9) Aromaterapi

Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak

esensial tumbuhan yang digunakan untuk memperbaiki mood

dan kesehatan (Primadiati, 2002). Mekanisme kerja perawatan

aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua

sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.

Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat,

dan emosi seseorang. Beberapa jenis aromaterapi yang

digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri adalah

aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender. Aromaterapi

lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan

untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam

lemon salah satunya adalah linalool yang berguna untuk

menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek

tenang bagi siapapun yang menghirupnya (Wong dalam

Purwandari, 2014). Aromaterapi selain lemon untuk pereda

nyeri lainnya adalah aromaterapi lavender. Aromaterapi

lavender bermanfaat untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan

pada pasca pembedahan menunjukkan terjadinya penurunan

kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan

kekuatan gelombang alpha dan beta yang menunjukkan

peningkatan relaksasi. Gelombang alpha sangat bermanfaat


71

dalam kondisi relaks mendorong aliran energi kreativitas dan

perasaan segar dan sehat (Bangun, 2013).

Kondisi gelombang alpha ideal untuk perenungan,

memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai

gerbang kreativitas seseorang. Minyak lavender adalah salah

satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek menenangkan.

Menurut penelitian yang dilakukan terhadap tikus, minyak

lavender memiliki efek sedasi yang cukup baik dan dapat

menurunkan aktivitas motorik mencapai 78%, sehingga sering

digunakan untuk manajemen stres. Beberapa tetes minyak

lavender dapat membantu menanggulangi insomnia,

memperbaiki mood seseorang, dan memberikan efek relaksasi

(Bangun, 2013).

10) Kompres Dingin

Metode sederhana yang dapat di gunakan untuk

mengurangi nyeri yang secara alamiah yaitu dengan

memberikan kompres dingin pada area nyeri, ini merupakan

alternatif pilihan yang alamiah dan sederhana yang dengan

cepat mengurangi rasa nyeri selain dengan memakai obat-

obatan. Terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan

memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls

nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Price, Sylvia &


72

Anderson dalam Rahmawati, 2014). Kompres dingin

merupakan suatu prosedur menempatkan suatu benda dingin

pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya adalah

vasokontriksi pada pembuluh darah, mengurangi rasa nyeri,

dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot (Tamsuri,

2007).

Sensasi dingin diberikan pada sekitar area yang terasa

nyeri, pada sisi tubuh yang berlawanan yang berhubungan

dengan lokasi nyeri. Setiap klien akan memiliki respons yang

berbeda-beda terhadap area yang diberikan terapi. Terapi

yang diberikan dekat dengan area yang terasa nyeri cenderung

bekerja lebih baik (Potter & Perry, 2005). Menurut pendapat

Novita dalam Supriadi (2014), pada umumnya dingin lebih

mudah menembus jaringan dibandingkan dengan panas.

Ketika otot sudah mengalami penurunan suhu akibat aplikasi

dingin, efek dingin dapat bertahan lebih lama dibanding

dengan panas karena adanya lemak subkutan yang bertindak

sebagai insulator, di sisi lain lemak subkutan merupakan

barrier utama energi dingin untuk menembus otot. Dalam

bidang keperawatan kompres dingin banyak digunakan untuk

mengurangi rasa nyeri. Dingin memberikan efek fisiologis

yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah


73

dan mengurangi edema, mengurangi rasa nyeri lokal

(Tamsuri, 2007).

11) Kompres Hangat

Kompres hangat adalah suatu metode dalam

penggunaan suhu hangat yang dapat menimbulkan efek

fisiologis (Anugraheni, 2013). Kompres hangat dapat

digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-

otot yang tegang (Price, Sylvia & Wilson, 2005). Kompres

hangat dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas

atau kantong air panas secara konduksi dimana terjadi

pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga

akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan

terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang

dirasakan akan berkurang atau hilang (Smalzer & Bare,

2002). Kompres hangat memiliki beberapa pengaruh meliputi

melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran

daerah di dalam jaringan tersebut, pada otot panas memiliki

efek menurunkan ketegangan, meningkatkan sel darah putih

secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya

dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan

oksigen dan karbondioksida didalam darah akan meningkat


74

sedangkan derajat keasaman darah akan mengalami

penurunan (Anugraheni,2013). Penggunaan kompres air

hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar, vaskularisasi

lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada

otot karena otot mendapat nutrisi berlebih yang dibawa oleh

darah sehingga kontraksi otot menurun. Kompres hangat

dengan suhu 50 C – 0 C mengakibatkan terjadinya

vasodilatasi yang bisa membuka aliran darah membuat

sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi relaksasi pada

otot mengakibatkan kontraksi otot menurun (Anugraheni,

2013).

12) Tehnik Akupresur

Akhir-akhir ini terapi non farmakologi banyak menjadi

pilihan masyarakat terutama ibu bersalin untuk mengatasi

nyeri persalinan. Terapi non farmakologi yang juga sering

disebut sebagai terapi komplementer, salah satunya adalah

teknik akupresur titik pada tangan, memiliki banyak kelebihan

antara lain mudah diterapkan dan cukup aman (tidak

menimbulkan resiko) dibanding terapi farmakologi.

Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat

akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik penekanan,

pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau


75

garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat menurunkan

nyeri. Sedangkan teknik akupresur titik pada tangan yaitu

dilakukan pada titik yang terletak sepanjang lipatan tangan

ketika jari-jari menyatu pada telapak tangan. Titik ini

membantu pelepasan endorphin ke dalam tubuh sehingga

sangat membantu untuk menurunkan nyeri saat kontraksi

(Suroso, 2013). Menurut Wang dkk dalam Triastuti (2013),

akuplesur telah terbukti sebanding ibuprofen (NSAID’s)

selain itu, akuplesur dapat memberikan manfaat preventif dan

kuratif, mudah, murah, efektif, dapat dilakukan siapa saja

bahkan oleh diri sendiri dan kapan saja. Ada beberapa cara

pemijatan akupresur yang dapat dilakukan (Depkes dalam

Triastuti, 2013): 1. Menggunakan alat pijat berupa jari tangan

(jempol, telunjuk, atau jari lainnya). 2. Pijatan dapat

dilakukan dengan ditekan-tekan dan di putar-putar atau diurut

sepanjang meridian. Untuk bayi di bawah umur 1 tahun,

sebaiknya dilakukan pengobatan dengan mengeulus elus

(meraba) perjalanan meridian saja dan jangan dipijat seperti

orang dewasa. 3. Pijatan bisa dimulai setelah menemukan titik

pijatan yang tepat, yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat yang

berupa rasa nyeri atau pegal. 4. Reaksi pijatan, setiap

pemberian rangsangan terhadap titik pijat akan memberikan

reaksi, oleh karena itu untuk perangsangan atau pemijatan


76

yang akan dilakukan harus diperhitungkan secara cermat,

reaksi apa yang ditimbulkan, reaksi penguatan (yang) atau

reaksi (yin). Bila pijatan yang bereaksi yang maka dapat

dilakukan selama 30 kali tekanan atau putaran, sedangkan

reaksi yin dilakukan pemijatan lebih dari 40 kali. Menurut

Hartono dalam Triastuti (2013), dalam pemijatan sebaiknya

jangan terlalu keras dan pemijatan yang benar harus dapat

menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, perih,

kesemutan dan sebagainya) sehingga dapat merangsang

keluarnya hormone endorphrin (hormone sejenis morfin yang

dihasilkan tubuh untuk memberikan rasa tenang). 5. Arah

pijatan mengikuti arah putaran jarum jam atau searah dengan

jalannya meridian dan arah pemijatan dapat juga disesuaikan

dengan sifat penyakit yang di derita.

12) Dzikir Khafi

Secara etimologi dzikir berasal dari bahasa arab

“zakara” yang berarti menyebut atau mengingat-ingat. Secara

istilah dzikir berarti membasahi lidah dengan ucapan-ucapann

pujian kepada Allah SWT (Khoirul & Reza dalam Jauhari,

2014). Dzikir khafi merupakan dzikir didalam qalbu yang

merupakan penggerak emosi perasaan, dzikir ini muncul

melalui rasa, yaitu rasa tentang penzahiran keaguangan dan


77

keindahan Allah SWT (Jailani dalam Hidayat, 2014).

Menurut Hidayat 2014, seseorang yang melakukan dzikir

dapat menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu

akan menyeimbangkan keseimbangan kadar serotonin atau

neropineprine di dalam tubuh, dimana fenomena ini

merupakan morfin alami yang bekerja di dalam otak serta

akan menyebabkan hati dan pikiran menjadi tenang

dibandingkan sebelum dzikir. Otot-otot tubuh mengendur

terutama otot bahu yang sering menyebabkan ketegangan

psikis. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk karunia

Allah yang sangat berharga yang berfungsi sebagai zat

pengurang nyeri di dalam otak manusia. Bentuk-bentuk dzikir

yang bersumber dari Al-Qur’an: 1. Asma Allah (Allahu) 2.

Tasbih (Sbhanallah) 3. Takbir (Allahu akbar) 4. Tahlil (La

ilaha illa Allah) 5. Basmalah ( Bismillahirohmannirrohim) 6.

Istiqhfar (Astaghfirullah) 7. Hawqalah (La hawla wala

quwwata illa billah) 8. Tahmid (Al-hamdulillah)

13) Terapi Al-Qur’an

Al-Quran berfungsi sebagai sistem perbaikan (service

system) baik yang bersifat fisik maupun psikis, yang dikenal

sebagai syifa’ yang berarti obat, penyembuh, dan penawar

(Mirza, 2014). Salah satu terapi spiritual yang biasa dilakukan


78

adalah dengan mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al

Quran atau disebut dengan istilah murrotal. Lantunan ayat

suci Al Quran mampu memberikan efek relaksasi karena

dapat mengaktifkan hormone endorfin, meningkatkan

perasaan rileks, mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas,

dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah, dan memperlambat pernapasan

(Sumaryani & Sari, 2015).

Pemberian terapi Al-Qur’an memberikan efek non

farmakologi adjuvan dalam mengatasi nyeri. Terapi bacaan

Al-Qur’an sejalan dengan teori nyeri: a balance between

analgesia and side effect yang menyatakan bahwa pemberian

analgetik akan memberikan efek samping sehingga

dibutuhkan terapi komplementer. Terapi bacaan AlQur’an

yang diperdengarkan melalui tape recorder akan memberikan

efek gelombang suara dan selanjutnya getaran suara ini akan

mampu memberikan perubahan sel-sel tubuh, sel kulit dan

jantung. Getaran ini akan masuk ke dalam tubuh dan

mengubah perubahan resonan baik partikel, cairan tubuh.

Getaran resonan akan menstimulasi gelombang otak dan

mengaktifkan jalur pressure nyeri. Jalur ini akan memberikan

blokade neurotransmitter nyeri akan memberikan efek


79

ketenangan dan mengurangi nyeri akut dan relaksasi

(Hidayah, Maliya, dan Nugroho, 2013). Berdasarkan

penelitian bahwa AlQur’an yang diperdengarkan akan

memberikan efek relaksasi sebesar 65% (Alkahel, 2011).

B. Konsep Kanker Payudara

1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan

payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun

lobulusnya. Kanker payudara adalah tumor ganas yang

terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang

tanpa terkendali sehingga dapat menyebar di antara jaringan

atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lainnya

(Kementerian Kesehatan, 2016).

Kanker Payudara adalah entitas patologi yang di mulai

dengan perubahan pada sel tunggal dan mungkin memerlukan

waktu beberapa tahun untuk terpalpasi. Jenis histologi Kanker

Payudara yang paling umum adalah karsinoma duktus yang

menginfiltrasi (80% kasus), yaitu tumor muncul dari system

pengumpul dan menginvasi jaringan sekitarnya. Infiltrasi

karsinoma lobular menyebabkan 10% sampai 15% kasus.

Tumor ini muncul dari epitelium lobular dan biasanya terjadi


80

sebagai area penebalan yang mendefinisikan penyakit di

payudara. Infiltrasi karsinoma duktus dan lobular biasanya

menyebar ke tulang, paru, hati, adrenal, pleura, kulit, atau

otak. Beberapa kanker seperti karsinoma duktus tubular (2%

kasus) memiliki prognosis yang sangat baik. Karsinoma

inflamasi dan penyakit paget merupakan bentuk Kanker

Payudara yang jarang terjadi. Duktus karsinoma in situ adalah

bentuk kanker non invasif (juga di sebut sebagai karsinoma

intraduktus), tetapi jika di biarkan tanpa di terapi, terdapat

peningkatan kemungkinan bahwa kanker tersebut akan

berkembang menjadi kanker 7omputer. Tidak ada satupun

penyebab Kanker Payudara yang spefisik; melainkan,

kombinasi dari faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan

faktor lingkungan berperan dalam perkembangannya. Jika

nodus limfe tidak terkena, prognosis dini, sebelum metastasis

terjadi (Susan C.Smeltzer, 2018).

Kanker adalah suatu penyakit dimana sekelompok sel

abnormal dalam tubuh tumbuh tidak terkendali (NCCN,

2016). Kanker payudara adalah kanker yang berkembang dari

jaringan payudara (Kabel & Baali, 2015). Sebagian besar

kanker payudara berasal dari duktus laktiferi (kanker duktal)


81

dan lainnya berasal dari kelenjar (kanker lobular) (ACS,

2016).

2 Etiologi

Menurut Wijaya & putri 2013 menjelaskan, belum ada

penyebab dari kanker Payudara yang jelas, tetapi ada

beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya

keganasan payudara yaitu : virus, faktor lingkungan, faktor

hormonal, dan genetik. 1. Resiko tinggi terkena kanker

Payudara adalah wanita dari pada pria 2. Usia di atas 30 tahun

3. Riwayat pada keluarga: ada riwayat keluarga yang terkena

Kanker Payudara pada ibu/saudara perempuan 4. Riwayat

menstrual : a. Early Menarche (sebelum umur 12 tahun) b.

Late Menarche ( setelah umur 50 tahun) 5. Riwayat

reproduksi : melahirkan anak pertama di atas 30 tahun,

menggunakan alat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan

terapi estrogen. 6. Terapi radiasi : terpapar dari lingkungan

yang terpapar karsinogen 7. Life style : diet lemak tinggi,

mengkonsumsi alkohol setiap hari, obesitas, merokok.

3 Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko

kanker payudara terbagi atas faktor termodifikasi dan faktor


82

yang tidak termodifikasi. Faktor yang tidak termodifikasi

diantaranya usia, riwayat keluarga, menarke dini, menopause

yang terlambat, dan riwayat menderita lesi jinak maupun

ganas pada payudara. Faktor yang termodifikasi diantaranya

termasuk obesitas setelah menopause, penggunaan kombinasi

hormon estrogen dan pro gestin pada saat menopause,

konsumsi alkohol, menyusui, terapi hormon, merokok, dan

radiasi (American Cancer Society, 2015).

Wanita dengan usia diatas 50 tahun lebih berisiko

untuk menderita kanker payudara. Wanita yang mengalami

menstruasi pertama kali (menarke) dibawah usia 12 tahun dan

wanita yang menopause diatas usia 55 tahun lebih berisiko

untuk menderita kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan

oleh paparan hormon estrogen yang lebih lama (Rianti et al.,

2012).

4 Klasifikasi

Berdasarkan ada atau tidaknya penetrasi membran

basal yang berfungsi membatasi pertumbuhan, kanker

payudara diklasifikasikan menjadi non-invasif (tidak terjadi

penetrasi) dan invasif (telah terjadi penetrasi dan penyebaran)

(Kumar et al., 2013).


83

a. Non-invasif (in situ) Kanker payudara non-invasif (in situ)

memiliki dua tipe, yaitu ductal carsinoma in situ (DCIS) dan

lobular carsinoma in situ (LCIS). Penelitian menunjukkan

bahwa biasanya kedua tipe berasal dari sel pada duktus

terminal unit lobular (Kumar et al., 2013).

DCIS (83% kasus in situ) merupakan kondisi dimana

sel-sel abnormal menggantikan sel epitel normal yang

melapisi duktus payudara. DCIS dapat berkembang menjadi

kanker invasif. Namun, sebenarnya pertumbuhan DCIS sangat

lambat (American Cancer Society, 2018). LCIS mengacu

pada sel abnormal yang tumbuh dan biasanya berkembang di

dalam lobulus payudara (American Cancer Society, 2018).

Sekitar sepertiga wanita dengan LCIS berkembang menjadi

karsinoma invasif (Kumar et al., 2013).

b. Invasif (infiltratif)

Sebagian besar kanker payudara (80%) bersifat

invasif, dimana kanker telah menembus dinding kelenjar atau

duktus dan tumbuh ke jaringan sekitar payudara (American

Cancer Society, 2018). Berdasarkan profil ekspresi gen,

kanker payudara dibagi menjadi empat subtipe molekuler

yang dilihat dari ada tidaknya hormon receptor (HR+/HR-)

dan ekspresi yang berlebih pada human epidermal growth


84

factor receptor 2 (HER2) dan/ atau penyalinan yang

berlebihan dari gen HER2 (HER2+/HER2-)

5 Stadium

Menurut panduan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI) (2014), stadium kanker payudara

ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi Tumor-Nodus-

Metastasis (TNM) American Joint Committee on Cancer

(AJCC) 2010, Edisi 7, untuk kanker payudara. Sistem TNM

mengklasifikasikan kanker berdasarkan pada morfologi tumor

yang akan menentukan prognosis, yaitu ukuran dari tumor

primer (T), ada tidaknya keterlibatan kelenjar limfe (N), dan

adanya metastasis (M) (Rasjidi, 2010).

Stadium 0 : sel kanker payudara tetap di dalam

kelenjar payudara, tidak ada invasi ke dalam jaringan

payudara normal yang berdekatan Stadium I : terdapat tumor

dengan ukuran 2cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar

getah bening normal) Stadium IIA : tumor tidak ditemukan

pada payudara tetapi sel kanker ditemukan di kelenjar getah

bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang

dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, atau

tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi tidak lebih besar dari

5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak


85

Stadium IIB : tumor dengan ukuran 2-5 cm dan telah

menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan dengan

ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tetapi belum

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak Stadium IIIA :

tidak ditemukan tumor di payudara.

kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang

melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker

ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau

tumor dengan ukuran berapapun yang telah menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak, terjadi perlekatan dengan

struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah

bening di dekat tulang dada Stadium IIIB : tumor dengan

ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau

kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak yang terjadi perlektan dengan struktur lainnya,

atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening

di dekat tulang dada. kanker payudara inflamatori

dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIB Stadium IIIC :

ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah

menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker

telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di

bawah tlang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke


86

kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar getah bening di

dekat tulang dada Stadium IV : kanker telah menyebar atau

metastasis ke bagian lain dari tubuh.

6 Diagnosis

Diagnosis kanker payudara ditegakkan melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Keluhan utama penderita kanker payudara adalah terdapatnya

benjolan di payudara dengan/tanpa nyeri, kelainan pada kulit

payudara (dimpling, ulserasi, venektasi atau peau d’orange),

gangguan puting (retraksi, ruam atau terdapatnya discharge),

benjolan pada ketiak dan edema ringan, sedangkan keluhan

lainnya dapat berupa nyeri tulang (vertebra, femur), sesak dan

lainnya (Kemenkes RI, 2014).

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis,

regionalis, dan sistemik. Pemeriksaan payudara sebaiknya

dilakukan disaat pengaruh hormonal minimal, yaitu antara

hari ke-7 sampai 10 menstruasi. Pada pemeriksaan dapat

ditemukan benjolan dengan/tanpa nyeri, perubahan pada kulit

payudara menjadi seperti kulit jeruk (peau d’orange), puting

susu masuk ke dalam (retraksi), payudara mengeluarkan darah

atau cairan lain (Kemenkes RI, 2014).


87

Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan adalah

mamografi, suatu pencitraan menggunakan sinar X pada

jaringan payudara yang dikompresi. Mamografi dapat

digunakan untuk skrining kanker payudara, diagnosis kanker

payudara, dan follow up dalam pengobatan. Pencitraan ini

dilakukan pada wanita usia diatas 35 tahun pada hari ke 7-10

dihitung dari hari pertama menstruasi. Hasil dari mamografi

dapat berupa tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa

densitas yang meninggi pada tumor, batas tumor tidak teratur,

gambaran translusen di sekitar tumor, gambaran stelata,

adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan, dan ukuran

klinis tumor lebih besar dari radiologis. Sedangkan tanda

sekunder yaitu retraksi kulit atau penebalan kulit,

bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi puting, kelenjar

getah bening (+), keadaan daerah tumor dan jaringan

fibroglandular tidak teratur, serta kepadatan jaringan sub

areolar yang berbentuk utas (Kemenkes RI, 2014).

Terdapat beberapa cara lain untuk mendiagnosis kanker

yaitu :

a. Non Invasif

1) Mammografi Yaitu radiogram pada jaringan lunak sebagai

pemeriksaan tambahan yang penting. Mammografi dapat


88

mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat di raba.

Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan tidaknya

sifat keganasan dari massa yang teraba. Mammografi dapat di

gunakam sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita yang

asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun

diagnosis suatu kelainan.

2) Radiologi (foto rontgen thorak) Pemeriksaan ini biasanya

untuk melihat di mana letak dari kanker payudara dan untuk

melihat metastase sampai ke organ paru atau jantung.

3) USG Pemeriksaan ini biasanya di gunakan untuk

membedakan antara massa yang solit dengan massa yang

kistik. Di samping itu dapat menginterprestasikan hasil

mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan payudara

yang tebal/padat.

4) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan ini

menggunakan bahan kontras melalui intravena, bahan ini akah

di absrobsi oleh massa kanker dari massa tumor. 5) Positive

Emission Tomografi (PET) Pemeriksaan ini untuk mendeteksi

Kanker Payudara terutama untuk mengetahui metastase ke

sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung

molekul glukosa.
89

b. Invasif

1) Biopsi Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari

massa Payudara untuk pemeriksaan histology untuk

memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan

menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi

pembedahan.

2) Aspirasi Biopsi Dengan aspirasi jarum halus sifat massa

dapat di bedakan antara kistik atau padat, kista akan

mengempis jika semua cairan di buang, jika hasil

mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan

pembentukan massa selama 2-3 minggu, maka tidak di

perlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk

kembali atau jika cairan spinal mengandung darah, maka ini

merupakan indikasi untuk di lakukan pembedahan.

3) Tru-Cut Core Biopsy Biopsi di lakukan dengan

menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy mammografi

dan 16omputer untuk memandu jarum pada massa/lesi

tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun

pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang

berlebihan dan biaya tidak mahal.


90

4) Insisi Biopsi Sebagian massa di buang, untuk operable > 3

cm sebelum operasi definitive & inoperable 5) Eksisi Biopsi

Seluruh massa di angkat jika tumor yang berukuran < 3 cm.

7 Manifestasi Klinis

Kanker Payudara dapat terjadi di bagian mana saja

dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas

terluar. Kanker Payudara umum terjadi pada payudara sebelah

kiri, lesi tidak nyeri, terfiksasi, dan keras pada batas tidak

teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan

nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya

berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun, nyeri

yang jelas pada bagian yang di tunjuk dapat berhubungan

dengan Kanker Payudara pada kasus lebih lanjut.

Dengan meningkatnya penggunaan mammografi,

lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis pada

penyakit tahap awal. Wanitawanita ini bisa saja tidak

mempunyai gejala dan tidak mempunyai gejala dan tidak

mempunyai benjolan yang dapat di raba, tetapi lesi abnormal

dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Akan tetapi

banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan medis

setelah mengabaikan tanda dan gejala yang di rasakan.

Contohnya seperti, mereka baru mencari bantuan medis


91

setelah tampak dimpling atau peau d’orange pada kulit

payudaranya kondisi tersebut di sebabkan oleh obstruksi

sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal. Retraksi putting susu

dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada dapat juga

merupakan bukti dari metastasis ke kulit dapat juga di

manefestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan

berjamur. Tandatanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan

adanya kanker Payudara tahap lanjut. Namun, indeks

kecurigaan yang tinggi harus di pertahankan pada setiap

abnormalitas payudara dan evaluasi harus segera di lakukan.

(Brunner & Sudarth, 2015).

Adapun tanda dan gejala menurut (Joan M.Robinson,

Dr. Lyndon Saputra, 2014) sebagai berikut : 1. Gumpalan atau

massa yang tidak nyeri pada payudara atau penebalan jaringan

payudara. 2. Massa yang biasanya tampak pada mammogram

sebelum lesi dapat di raba 3. Niple discharge (cairan yang

keluar dari putting susu yang jernih, seperti susu, atau

berdarah). 4. Retraksi putting susu 5. Kulit yang terkelupas,

kering dan mudah pecah, serta bersisik di sekitar putting susu

6. Perubahan pada kulit, misalnya dimpling ( kulit yang

cekung), peau d’orange (kulit jeruk), atau inflamasi 7.


92

Benjolan atau pembengkakan pada kelenjar getah bening

servikal supraklavikula atau aksila.

8. Patofisiologi

Proses terjadinya Kanker Payudara dan masing-

masing penyebab antara lain obesitas, radiasi, hyperplasia,

optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat karsinogen

sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat

menyebabkan Kanker Payudara. Kanker Payudara berasal

dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di system ductal,

biasanya terjadi hyperplasia sel-sel dengan adanya

perkembangan sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi

Kanker in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan

waktu sekitar 7 tahun untuk bisa tumbuh dari sel tunggal

sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba

( kira-kira berdiameter 1 cm). pada saat ukuran 1 cm kira-kira

seperempat dari Kanker Payudara telah bermetastasis. Kanker

Payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke

jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran

darah ( Indonesian Cancer Found ation, 2012).

9 Komplikasi
93

Komplikasi utama pada Kanker Payudara adalah

metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe

dan pembuluh darah ke organ - organ lain. Tempat yang

sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang

dan hati.. metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan

fraktur patologis, nyeri kronik, dan hipercalsemia. Metastase

ke otak mengalami gangguan presepsi.

10. Penatalaksanaan

Ada beberapa penanganan kanker payudara yang

tergantung pada stadium klinik penyakitnya, yaitu:

a. .Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3

jenis mastektomi yaitu:

1).Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang

selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

2).Total (simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh

payudara saja, tetapi bukan kelenjar ketiak. c.Radical

Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari

payudara, biasanya di sebut dengan lumpectomy, yaitu

pengangkatan hanya pada bagian yang mengandung sel

kanker, bukan seluruh payudara.


94

3). Pembedahan Penyelamatan payudara lumpektomi,

mastektomi eksisi luas, parsial atau segmental,

kuadrantektomi di lanjutkan oleh pengangkatan payudara

nodus limfe untuk Kanker Payudara invasif. Adapun dampak

dari tindakan mastektomi Efek jangka pendek dari

pengobatan tersebut adalah nyeri, resiko infeksi, dan adapun

efek jangka panjangnya dari mastektomi yaitu berpengaruh

sangat besar terhadap kualitas hidup seperti gangguan citra

tubuh yang di sebabkan oleh perubahan struktus, ukuran,

bentuk, dan penampilan tubuh karena tindakan mastektomi

(Galgut, dalam Mahledi & Hartini, 2012).

c. Biopsi nodus limfe sentinel : di anggap sebagai standar

asuhan untuk terapi Kanker Payudara stadium dini.

d. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi di lakukan

pada seluruh payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiaso

ke tempat lumpektomi saja) kini sedang di evaluasi di

beberapa institusi pada pasien secara cermat (Susan

C.Smeltzer, 2018).

e. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran

mikrometastik penyakit.
95

f. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan

progesterone.

g. Terapi target

h. Rekontruksi payudara.

D. Kerangka Konsep

Menurut Nursalam (2014) konsep merupakan sebuah

abstrak dari suatu realita yang digunakan untuk

menyampaikan dan membentuk suatu teori yang

menerangkan kaitan antarvariabel (baik yang diteliti maupun

yang tidak). Kerangka konsep dapat membantu peneliti

menghubungkan hasil penelitian dengan teori. Kerangka

konsep akan dijelaskan pada Gambar


96
97
98

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat dijelaskan

bahwa penyebab kanker payudara belum ditemukan namun

ada beberapa faktor resiko yang dapat dikaitkan dengan

kejadian kanker payudara yaitu jenis kelamin perempuan, usia

diatas 30 tahun, terdapat anggota keluarga yang menderita

kanker payudara, riwayat menstruasi yang tidak normal,

melahirkan diatas usia 30 tahun, terpapar radiasi, gaya hidup

yang jelek. Untuk kanker sendiri di klasifikasikan menjadi

dua yaitu infasif dan non infasif. Ada beberapa

penatalaksanaan yang dapat di berikan pada orang penderita

kanker payudara pertama kemoterapi, radiasi, biopsy dan

mastektomi. Biopsidan Mastektomi merupakan tindakan

pembedahan yang dilakukan dengan mengambil sebagian atau

seluruh tumor, tindakan ini menyebabkan terjadinya luka pada

area operasi, luka yang disebabkan pembedahan ini

mengakibatkan pasien merasakan nyeri, untuk memperingan

ataupun menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan ada dua

tatalaksana farmako dan non farmako, untuk penatalaksanaan

non farmako sendiri ada bebrbagai tatalaksana yang dapat

diterapkan yaitu : masase, distraksi, Al-quran, music,

aromaterapi, dzikir, GIM, hidroterapi, kompres dingin dan

kompres hangat. Musik menghasilkan perubahan status


99

kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan waktu, dalam

keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat

memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya

mengurangi nyeri. Mekanisme kerja perawatan aromaterapi

dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem

fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman,

wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat,

dan emosi seseorang, Beberapa jenis aromaterapi yang

digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri adalah

aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender, Aromaterapi

lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan

untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam

lemon salah satunya adalah linalool yang berguna untuk

menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek

tenang bagi siapapun yang menghirupnya.


100

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Desain penelitian adalah strategi dalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data. Desain

penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan

dilaksanakan [ CITATION Nur14 \l 1033 ]. Jenis penelitian ini menggunakan

quasi eksperimen, dengan desain rancangan yang digunakan

dalampenelitian ini adalah nonequivalent control group design. Bentuk

rancangan ini sebagai berikut:

Skema penelitian one group pretest-post test

Kelompok eksperimen

Subjek Pre Intervensi Post Test


P 01 X 02
Keterangan :

P : Perlakuan

01: Pengukuran awal sebelum dilakukan intervensi (pretest)

X : Intervensi dan musik

02 : Pengukuran kedua setelah dilakukan intervensi (Post Test)


101

Kelompok kontrol

Subjek Pre Intervensi Post Test


P 01 - 02
Keterangan :

P : Perlakuan

01: Pengukuran awal sebelum (pretest)

- : tidak dilakukan intervensi hanya menerima perawatan biasa

02 : Pengukuran kedua setelah perawatan biasa(Post Test)

B. Frame Work

Kerangka penelitian adalah tahapan dalam penelitian yang

menjelaskan alur penelitian dari menentukan populasi sampai kesimpulan

[ CITATION Nur14 \l 1033 ]. Kerangka Penelitian akan dijelaskan pada

Gambar 4.1
102

Populasi : paien post operasi payudara di RS lavalette

Teknik Sampling : total sampling

Sampel : sampel yang diambil adalah semua pasien post operasi payudara di RS lavalette

Variabel Dependen : nyeri


pasien post op kankker
payudara

Pengumpulan Data: Kuesioner NRS

Skala Data : Ordinal

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri sangat berat

Kelompok kontrol Kelompok Intervensi

Perawatan biasa Variabel Independen :

Aromaterapi lavender & musik

Pengumpulan Data: Kuesioner NRS

Pengolahan data
Editing, coding, scoring, cleaning, tabulasi

Analisis Data : Wilcoxon

Hasil dan Kesimpulan

Ho : Aroma terapi lavender & musik H1 : Aroma terapi lavender & musik
tidak efektif dalam mengurangi nyeri efektif dalam mengurangi nyeripasien
pasien post op kanker payudara post op kanker payudara
103

Gambar 4.1 Kerangka Penelitian Efektivitas Aromaterapi Dan Musik Terhadap Nyeri
Pada Pasien Kanker Payudara Periode Post Operasi
C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka Hipotesa yang

diajukan dalam penelitian ini adalah

H1 : Aroma terapi lavender & musik efektif dalam mengurangi nyeripasien post op
kanker payudara

H0 : Aroma terapi lavender & musik tidak efektif dalam mengurangi nyeri pasien post op kanker
payudara

D. Variabel Penelitian

1. Jenis Variabel

Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel ini sering disebut stimulus, prediktor. Variabel ini merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (Yudha, 2017). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

aromaterapi lavender dan musik.

b. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel ini disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Yudaha, 2017). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pasien post op kanker

payudara
2. Definisi Operasional
Tabel 4.2 Definisi Operasional Efektivitas Aromaterapi Lavender Untuk Mengurangi Kecemasan Pasien Kemoterapi di RS
Lavalette
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Data
Aromatera Aromaterapi lavender dan musik merupakan - - -
pi teknik relaksasi yang berfokus pada ketenangan
lavender dan mengurangi nyeri
dan musik
Nyeri post Nyeri yang dirasakan pasien setelah tindakan Kuesioner Ordinal Skala 0 : Tanpa nyeri
operasi pembedahan NRS
kanker Skala 1-3 : Nyeri
payudara
ringan

Skala 4-6 : Nyeri

sedang

Skala 7-9 : Nyeri berat

Skala 10 : Nyeri

sangat berat

39
E. Populasi

Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian [ CITATION Nur14 \l 1033 ]. Populasi dalam penelitian

ini adalah pasien post operasi kanker payudara di RS

lavalette.

F. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling[ CITATION Nur14 \l

1033 ]. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien post

operasi kanker payudara di RS lavalette pada saat dilakukan

penelitian.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah di ruang rawat inap bedah rs lavalette

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah bulan desember 2021 selama satu

minggu

H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Sampling

39
40

Teknik Sampling adalah tahapan yang dilakukan dalam

pengambilan sampel agar mendapatkan sampel yang sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian [ CITATION Nur14 \l

1033 ]. Teknik sampling pada penelitian ini adalah total

sampling yaitu jumlah populasi sama dengan jumlah sampel.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat ukur adalah intrumen yang digunakan untuk mengukur

data di lapangan [ CITATION Bun17 \l 1033 ] . Alat ukur dalam

penelitian ini adalah lembar kuesioner untuk mengukur

tingkat nyeri pasien post operasi kanker payudara.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian. Bagian

pertama adalah kuesioner mengenai data demografi. Bagian

kedua adalah kuesioner mengenai kecemasan.

a. data demografi

Pada bagian ini responden akan mengisi data identitas diri

yang terdiri dari :

1). Nama / Inisial Responden

2). Usia Responden

3). Jenis Kelamin Responden

4). Pendidikan Responden

5). Riwayat Penyakit Responden


41

6). Sumber Pendanaan

7). Jenis Operasi

8). Stadium Kanker

9). Jenis analgesik Post op

10). Lokasi kanker

11). Lama Rawat Inap

12). Domisili

13).Status Pernikahan

14). Jenis Pekerjaan

b. Kuesioner Nyeri

Kuesioner nyeri yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Numeric Rating Scale (NRS)

Berilah tanda (X ) pada kolom yang sesuai dengan yang anda

rasakan saat ini.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan

0: tidak nyeri

1,2,3 : nyeri ringan

4,5,6 : nyeri sedang

7,8,9 : nyeri berat

10 : nyeri sangat berat


42
45
46

I. Teknik Analisa Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang dibutuhkan dalam sebuah

penelitian [ CITATION Nur14 \l 1033 ]. Langkah-langkah dalam

pengumpulan data berupa :

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti melakukan administrasi perizinan kepada Dekan Fakultas

Ilmu Keperawatan Stikes Majapahit.

b. Peneliti melakukan administrasi perizinan kepada Direktur RS

Lvalette.

c. Peneliti mempersiapkan lembar informed consent dan kuesioner yang

digunakan untuk mengumpulkan data dari responden sesuai dengan

jumlah sampel yang ditentukan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Merekap nama-nama pasien post operasi kanker payudara.

b. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian pada responden

c. Peneliti dibantu oleh relawan sebanyak 2 relawan (perawat RS

Lavalette).

d. Peneliti meminta persetujuan kepada pasien yang tercatat sebagai

responden untuk menjadi responden dalam penelitian.

e. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden dan

meminta responden untuk menandatangani surat pernyataan bersedia

menjadi responden.

f. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden.


47

g. Peneliti menjelaskan prosedur pengisian kuesioner dan meminta

responden untuk menjawab dengan sejujur-jujurnya.

h. Peneliti memeriksa kelengkapan identitas dan kesesuaian responden.

i. Peneliti memeriksa kelengkapan data.

j. Peneliti memeriksa ulang kuesioner jika ada pengisian yang salah atau

kurang lengkap diberikan kembali pada responden untuk dilengkapi

k. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh

responden

l. Peneliti melakukan intervensi aromaterapi dan musik selama 6 jam

m. Peneliti memberikan kuesioner yang sama seperti sebelum intervensi

dan meminta pasien menjawab sejujur-jujurnya

n. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh

responden.

o. Peneliti mengucapkan terimakasih dan memberikan hadiah kepada

responden serta menutup sesi penelitian.

H. Analisa Data

1. Langkah-Langkah Pengelolahan Data

Menurut Hidayat (2009) terdapat langkah-langkah dalam

pengelolahan data, berupa :

a. Editing adalah proses pemeriksaan ulang data yang didapatkan.

b. Coding adalah proses pemberian kode numerik pada data yang terdiri

atas beberapa kategori.

c. Entri Data adalah proses memuat data ke dalam database computer,

lalu membuat distribusi frekuensi sederhana.


48

d. Melakukan Teknik Analisis adalah melakukan analisis terhadap data

menggunakan ilmu statistic yang sesuai dengan tujuan yang hendak

dianalisis.

2. Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah teknik analisis dengan variable tunggal.

Bentuk paling sederhana dari analisis univariate adalah perhitungan

jumlah kasus dalam masing-masing kategori yang disebut dengan

distribusi frekuensi [ CITATION Lap13 \l 1033 ]. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel. Pada

umumnya analisis univariate hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari tiap variabel [ CITATION Sum11 \l 1033 ]. Pada

penelitian ini menggunakan tabel frekuensi katagorikal dan yang akan

diteliti adalah nama / inisial responden, usia responden, jenis kelamin

responden, pendidikan responden, riwayat penyakit responden, sumber

pendanaan, jenis operasi, stadium kanker, jenis analgesik post op, lokasi

kanker, lama rawat inap, domisili, status pernikahan, jenis pekerjaan dan

tabulasi silang karakteristik responden dengan kecemasan yang

dirasakan.

3. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah teknik analisis pada dua variable

simultan[ CITATION Swa16 \l 1033 ] . Analisis bivariat dalam penelitian ini

adalah menganalisa efektivitas aromaterapi lavender dan musik untuk

mengurangi nyeri pasien post operasi.

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah Uji

wilcoxon.
49

J. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2014) etika penelitian terdiri dari tiga prinsip,

berupa :

a. Prinsip Manfaat

1. Bebas dari penderitaan yakni selama penelitian dilakukan tidak

memberikan penderitaan kepada subjek.

2. Bebas dari eksploitasi yakni informasi dari subjek tidak dipergunakan

dalam hal-hal yang merugikan subjek dalam bentuk apa pun.

3. Resiko (Benefits Ratio) yakni peneliti harus memperhatikan resiko dan

keuntungan yang akan berdampak pada subjek pada setiap tindakan.

b. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Right Human Dignity)

1. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden yakni subjek memiliki hak

untuk bersedia menjadi responden atau tidak tanpa ada sangsi apa pun.

2. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan yakni

peneliti harus memberikan penjelasan terkait pelaksanaan penelitian dan

bertanggung jawab terhadap subjek.

3. Informed consent yakni subjek harus mendapatkan informasi lengkap

terkait penelitian yang akan dilaksanakan dan memiliki hak untuk

bersedia atau tidak bersedia menjadi responden.

c. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

1. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil yakni subjek

diperlakukan adil baik sebelum, selama, dan sesudah dilaksanakannya

penelitian tanpa diskriminasi apabila mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian.


50

2. Hak dijaga kerahasiannya yakni subjek memiliki hak untuk

merahasiakan data yang diberikan, untuk itu perlu adanya tanpa nama

(anonymity) dan rahasia (confidentiality).


51

Anda mungkin juga menyukai