Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rumah sakit merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang pelayanan
jasa kesehatan dengan tanggung jawab memberikan pengobatan, perawatan,
mengusahakan kesembuhan dan kesehatan pasien serta mengupayakan pendidikan
hidup sehat bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sehingga setiap individu
masayarakat yang mengalami berbagai macam tindakan medis seperti halnya operasi dan
perawatan pasca operasi memerlukan penanganan yang baik.
Penyakit yang memerlukan penanganan khusus dan tindakan medis dengan
penangangan profesional wajib diterapkan disetiap pelayanan kesehatan baik kondisi pasien
yang dinyatakan stabil maupun tidak stabil. Pada kasus pembedahan dan penyakit yang
memerlukan pembedahan masih menjadi perhatian seperti beberapa penyakit diantaranya
adalah tumor intra abdomen.
Menurut WHO (2018) Angka kejadian tumor atau kanker adalah penyebab
utama kematian kedua di dunia, sekitar 8,8 juta kematian pada tahun 2015. Data
kematian tumor abdomen sebesar 754.000 kematian. Salah satu faktor resiko
terjadinya kematian akibat tumor adalah penggunaan tembakau sekitar 22%.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000
penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI
Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000
penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.
Berdasarkan data Riskesdas,(2019) prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi
1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di
provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per
1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk. Tingginya prevelensi
kejaidan tumor dan tatalaksana pembedahan menjadi tindakan medis yang paling
sering dilakukuan diantaranya laparatomi. Laparatomi adalah pembedahan yang
dilakukan pembedahan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya
terjadi pada usus halus. (El-Hady, 2020)
Menurut (WHO) pasien laparatomi di dunia meningkat setiap tahunnya
sebesar 15%. Jumlah pasien laparatomi mencapai peningkatan yang sangat signifikan.
Pada tahun 2020 terdapat 80 juta pasien operasi laparatomi diseluruh rumah sakit di
dunia. Berdasarkan data Riskesdas (2021) angka kejadian laparatomi di Sumatera
Barat berjumlah 1.409 pasien. Sedangkan di Kota Padang berdasarkan data dari
RSUP Dr M Djamil Padang tahun 2020- 2021 angka kejadian pembedahan laparatomi
berjumlah 362 pasien. Masalah yang timbul pada pasien post laparatomi adalah nyeri
sehingga pasien tidak toleran terhadap aktifitas sehari - harinya. Nyeri pada post
operasi laparatomi sering dirasakan setelah tindakan operasi selesai karena efek obat
anestesi yang digunakan selama operasi mulai menghilang.
Tindakan yang yang ada saat ini lebih berfokus kepada penanganan
farmakologi untuk dapat membantu meredakan nyeri secara langsung, tetapi terkait
dengan efek samping dapat menyebabkan ketergantungan obat. Sedangkan untuk
menangani dengan cara non farmakologi salah satunya yakni dengan SEFT. Terapi
SEFT dapat mengatasi gangguan tidur karena terapi ini berfokus dengan kalimat
doa sehingga tubuh akan mengalami relaksasi dan menyebabkan tenang, selain untuk
penyembuhan baik fisik maupun emosi, juga dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi dan kedamaian hati. Hasil analisa dwi (2022) menunjukan bahwa ada
penurunan skala nyeri setelah intervensi. Pada subjek 1 skala nyeri 7 (nyeri berat)
menjadi skala nyeri 4 (nyeri sedang) dan subjek 2 skala nyeri 8 (nyeri berat) menjadi
skala nyeri 4 (nyeri sedang). Terapi SEFT efektif digunakan untuk menurunkan
nyeri post operasi karena mudah dilakukan. Terapi baik diterapkan oleh perawat
diruangan untuk menurunkan skala nyeri pasien post operasi.
Sejalan dengan penelitan mujib (2020) menunjukkan rerata nyeri sebelum
intervensi adalah 5,7 (SD: 1,11) pada kelompok intervensi dan 5,61 (SD: 1,19) pada
kelompok kontrol. Rerata nyeri setelah intervensi adalah 3,61 (SD: 0,97) pada
kelompok intervensi dan 4,77 (SD: 1,06) pada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan
intervensi SEFT dapat menurunkan nyeri post op. Berdasarkan uraian di atas dan
beberapa intervensi yang dikembangkan oleh peneliti sebelumnya dapat menurunkan
tingkat nyeri pasien shingga penulis tertarik untuk mengaplikasikan inovasi SEFT di
RSUD Kab. Tangerang Banten Tahun 2024.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian yang ada nyeri merupakan masalah keperawatan yang selalu
dialami oleh paisen post op khususnya post laparatomi pada pasien tumor intra
abdomen. Sehingga kondisi ini mesti mendapatkan penanganan yang tepat dan
terkendali untuk menurunkan skala nyeri menjadi semakin berat, dari hasil literatur
yang dikemukakan intervensi SEFT tepat untuk dijadikan metode dalam menurunkan
skala nyeri post op selain therapi farmakologi. Adapun rumusan masalah yang dapat
diambil dari kasus ini yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Intra Abdomen
Post Operasi Laparatomi Dengan Penerapan Seft Therapi Terhadap Penurunan Nyeri
Di Ruang Anggrek C Rsud Kabupaten Tanggerang”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Penerapan Seft Therapi Terhadap Penurunan Nyeri Di Ruang
Anggrek C Rsud Kabupaten Tanggerang

2. Tujuan Khusus
a. Terindentifikasi pengkajian, intervensi, implementasi, dan inovasi pada
pasien nyeri post op laparatomi.
b. Teridentifikasi skala nyeri sebelum dilakukan penereapan SEFT Therapy
pada pasien post op laparatomi.
c. Teridentifikasi skala nyeri setelah dilakukan penereapan SEFT Therapy
pada pasien post op laparatomi

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bukti empiris mengenai penanganan
nyeri dengan menggunakan penerapan SEFT Terapi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan pengalaman, ilmu baru, dan kemampuan skill
dalam melakukan asuhan keperawatan denga inovasi Teknik akupresur titik
Hegu (P6) terhadap penurunan tingkat nyeri .
b. Institusi Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan
memperkaya kepustakaan institusi serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dalam proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai