Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK

MENURUNKAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI KISTA


OVARIUM DI RSUD PROVINSI SULAWESI UTARA

OLEH
DIANTJE KAKAMBONG
NIM 711530123046

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO


JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah, berkat rahmat dan bimbingan Nya
penulis dapat menyelesaikan. Makalah dengan judul “Penerapan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Kista Ovarium” dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima
saran-saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan
agar dapat meningkatkan hasil penulisannya dilain kesempatan.
Dengan terselesaikannya makalah, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait dalam penyusunan makalah ini.
Harapan penulis semoga kelak setelah membaca karya tulis ini, wawasan para pembaca
menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para pembaca dimasa yang akan
datang. Amin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kista Ovarium........................................................................ …5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kista Ovarium ........................................12
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Rasa Nyaman...........................................13
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Penelitian...............................................................................................14
B. Pengumpulan Data.............................................................................................14
C. Analisa Data……...............................................................................................14
D. Definisi Operasional..........................................................................................14
E. Instrumen pengumpulan data ............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kista ovarium merupakan salah satu dari gangguan reproduksi. Menurut


Depkes RI (2011), kista ovarium adalah suatu tumor, baik berukuran kecil ataupun
besar, cystic ataupun padat, jinak ataupun ganas. Ini merupakan salah satu tumor
jinak yang sering ditemukan pada wanita di masa reproduksinya. Menurut data
World Health Organization (WHO) tahun 2015 di seluruh dunia terdapat 234.000
wanita yang terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Di Amerika
Serikat pada tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak 32.680
wanita dengan angka kematian sebesar 54,57 %. (K. Soom, Istiqamah, & Husnah,
2021). Di Indonesia, angka kejadian pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak
23.400 wanita mengalami kista ovarium, dan 59,40% (13.900 orang) meninggal
dunia (Kemenkes RI, 2018).

Angka kejadian di RSUD Provinsi Sulawesi Utaraterdapat 36 kasus pada periode


3 bulan terakhir (Februari hingga April 2022), hal itu menunjukkan angka yang
tinggi.Penatalaksanaannya pun bervariasi, mulai dari pengobatan ringan non
invasif seperti halnya mengonsumsi obat penghancur kista,hingga pengobatan
dengan tindakan medis invasif seperti halnya operasi laparatomi. Operasi
tersebut merupakan pembedahan abdomen, membuka selaput abdomen dengan
operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ abdomen dan membantu
diagnosa masalah termasuk penyembuhan penyakit-penyakit pada bagian abdomen.
Pembedahan itu memberikan efek nyeri pada pasien sehingga memerlukan penanganan
khusus. Karena nyeri bersifat subjektif jadi dalam menyikapi nyeri berbeda antara
satu individu dengan individu lainnya.(Hutahaean, Febriana, & Apifah, 2019)

Rasa nyeri timbul hampir setiap jenis operasi, nyeri pasca operasi hebat
dirasakan salah satunya pada kasus post laparatomi. Nyeri pada pasien post operasi ini
merupakan nyeri akut yang belum banyak dimengerti dan tidak dapat diatasi dengan
baik. Rasa nyeri setelah bedah ini biasanya berlangsung 24 sampai 48 jam namun
dapat berlangsung tergantung kepadalamanya operasi, penahan nyeri yang dimiliki
manusia.(Tiga, Setahun, & Januari, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan
Sommer et al (2008) prevalensi pasien post operasi mayor yang mengalami nyeri
sedang sampai berat sebanyak 41% pasien post operasi pada hari ke 0, 30% pasien pada
hari ke 1, 19% pasien pada hari ke 2, 16% pasien pada hari ke 3 dan 14% pasien pada
hari ke 4.(Yumni, Anifah, Rizal, & Mahmud, 2019).

Menurut Maslow (dikutip dalam Perry dan Potter, 2005), kebutuhan rasa nyaman
merupakan kebutuhan dasar setelah kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi.
Seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-
harinya. Orang tersebut akan terganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidurnya, pemenuhan individual, juga aspek interaksi sosialnya yang dapat
berupa menghindari percakapan, menarik diri, dan menghindari kontak.
(Hamarno, Ciptaningtyas, & H, 2017) Selain itu, seseorang yang mengalami nyeri
hebat akan berkelanjutan, apabila tidak ditangani pada akhirnya dapat
mengakibatkan syok neurogenik pada orang tersebut. Sehingga diperlukan
manajemen nyeri yang handal dalam mengatasi nyeri yang bersifat efektif dan
efisien (Ganong, 2002) dikutip dari (Hamarno, Ciptaningtyas, & H, 2017) Manajemen
nyeri meliputi pemberian terapi analgetik dan terapi nonfarmakologi berupa
intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi nafas dalam. Hal ini
dimaksudkan untuk melengkapi atau mendukung pemberian terapi analgetik agar
pengendalian nyeri menjadi efektif. Managemen nyeri atau pain managementadalah
salah satu bagian dari disiplin ilmu medisyang berkaitan dengan upaya-upaya
menghilangkan nyeri atau pain relief.(Rosmiati, 2021)

Smeltzer & Bare (2002), menyatakan bahwa teknik relaksasi napas dalam
dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan
merelaksasikan otot-otot skele yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik
sehingga membuat nyeri menjadi berkurang.Teknik relaksasi nafas dalam tidak
memerlukan alat hanya melibatkan sistem otot dan respirasi sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.(Rosmiati, 2021).Berdasarkan penelitian dari
Harmono et al, 2017 membuktikan bahwa untuk tindakan operasi kista ovarium nyeri
sebelum diberikan tindakan DBE (Deep Breathing Exercise)atau teknik relaksasi nafas
dalam rata-rata nyeri responden sebesar 5,0 dalam rentang nyeri sedang, setelah
responden mendapatkan latihan DBE (Deep Breathing Exercise) atau teknik relaksasi
nafas dalam,nyeri responden berkurang menjadi skala 3,0 nyeri menurun sebesar 2,0
dalam rentang nyeri ringan.

Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dengan post operasi kista ovarium
dimana pasien merasakan nyeri berskala 6 maka penulis tertarik untuk
menerapkan teknik relaksasi nafas dalam sebagai upaya menurunkan nyeri untuk
digunakan sebagai penelitian.

Kista ovarium memiliki resiko yaitu mengalami degenersi keganasan menjadi


kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau tepuntir sehingga menimbulkan nyeri
akut, perdarahan, atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista ovarium
merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reprodusi wanita.
Tingginya angka kematian karena penyakit ini dikarenakan tanpa adanya gejala dan
tanpa menimbulkan keluhan, sehingga sulitnya mendeteksi penyakit ini menyebabkan
60% sampai70% pasien datang pada stadium lanjut insiden kista ovarium itu 70% dari
populasi wanita dan 85% bersifat jinak. Lebih dari 80% kematian akibat tumor ovarium
terjadi pada usia 35-75 tahun karena tumor ini sulit untuk di diagnosis, kelangsungan
hidup hanya sebesar 35%-38%.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan manajemen nyeri teknik relaksasi napas dalam pada pasien
gangguan sisitem reproduksi ( post operasi kista ovarium ) dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman.

C. Tujuan Penilitian
1. Tujuan umum
Uuntuk mengetahui penerapan manajemen nyeri teknik relaksasi napasdalam
pada pasien gangguan sistem reproduksi ( post operasi kistaovarium ).
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi kefektifan manajemen nyeri teknik relaksasi napas dalam pada
pasien gangguan sistem reproduksi ( post operasi kista ovarium )
D. Manfaat
1. Bagi tempat peneliti rumah sakit bahteramas sebagai bahan pertimbangan untuk
menerapkan asuhan keperawatan khususnya kista ovarium.
2. Bagi peneliti menambah pengalaman dalam mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada paien dengan kista ovarium dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman (bebas nyeri).
3. Bagi institusi sebagai ilmu pengetahuan tentang keperawatan maternitas
padagangguan sistem reproduksi
4. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan
gangguan system reproduksi kista ovarium.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kista Ovarium


1. Pengertian
Kista ovarium timbul karena ketidakseimbangan fisiologis ,misalnya
peningkatan hormone luteinizing bisa mengakibatkan stimulasi yang
berlebihan pada ovarium, tumbuhnya kista memerlukan dogonatropin.
Kebanyakan kista ovarium adalah asimtomatis dalam waktu yang cukup lama
atau bisa juga menimbulkan gejala tetapi tidak spesifik. Menstruasi bisa tidak
teratur apabila ada keseimbangan hormonal. kista yang membesar bisa
menimbulkan rasa nyeri tumpul, unilateral, pada bagian bawa abdomen. Pasien
juga merasa berat pada daerah pelvis yang bisa disertai dengan cepat mersa
lelah.(Gant F. Norman, Cunningham Garry ,F 2019)
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor yang merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang
jinak walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa
gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana
sekitar 60% sampai70% penderita datang pada stadium lanjut.
Kista ovarium merupakan suatu tumor baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat,, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai
yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor
ovarium yang besar dapat disebabkan kelainan letak janin atau dapat
menhalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul (Winjosastro. el,all
2017) Kista ovarium merupakan pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang mebentuk seperti kantong (Agusfarli,2008)
2. Klasifikasi
a. Kista ovarium non neoplastik
1) Kista folikel
Kista folikel ini berasal dari graaf yang tidak sampi berovulasi,namun
tunggu terus menjadi kista folikel, atau dan beberapa folikel primer
yang setelah tumbuh dibawa pengaruh oksigen tidak mengalami
atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista
(Prawirohardjo 2002 dalam buku Baradero Marry, SPC , Marry
Wilfrid, SPC, MSN, (2006)
Kista folikel adalah struktul normal, fisiologis, sementara dan sering
kali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi dan cairan folikel
dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada
wanita muda yang paling menstruasi dan merupakan kista yang paling
lazim dijumpai oleh ovarium normal. Kista ini biasanya asimtomatik
kecuali jika robek, dimana kasus ini nyeri pada panggul, jika kista
tidak robek biasanya menyusut sampai 2-3 kali siklus menstruasi.
2) Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi
korpus albikans. Terkadang korpus luteum akan mempertahankan diri
(korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi didalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua. Dinding kista kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel
teka.
3) Kista Techa-lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan
kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus lutein
hematoma. Kista techa lutein bisanya bilateral, kecil dan lebih jarang
diibbanding dengan kista folikel atau kista corpus lutein. Kista teka
lutein diisi oleh cairan kuning-kuningan secara perlahan -lahan terjadi
reabsobsi dari unsure-unsur darah, sehingga akhirnya tinggal cairan
yang jerni atau bercampur dara. (Wiknojosastro,2002 dalam buku
Gant F. Norman, Cunningham Garry ,F 2010)
4) Sindroma rolistik ovarium
Tejadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen
yang terlalu tinggi, testosterone dan LH serta penurunan sekresi FSH.
Tanda menstruasi tidak teratur, infertilisasi
b. Kista ovarium plasti
1) Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista Kista
ini juga dapat menyerang ovarium kanan ataupun kiri. Gejala yang
timbul biasanyya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti
vesikula urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontenensia atau
retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia
diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
2) Kista dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berberdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada
ektodermal endoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis,
konsistensi sebagian kistis kenyal dan sebagian laagi padat. Dapat
terjadi perubahab kearah keganasan. Kista ini siduga berasal dari sel
telut melalui proses parthenogenesis (Smeltzer,2002 dalam buku
Nurairi, A. H., & Kusuma, H. (2018).
3) Kista coklat ( Endometroma)
Terjadi karena lapisan karena lapisan didalam rahim tidak terletak
didalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya
setiap kali haid, lapisan ini akan menghhasilkan darah terus-menerus
yang akan yang akkan trtimbun didalam dalam ovarium dan menjadi
kista. Kista ini dapat terjadi pada satu ovarium. Gejala utamanya yaitu
rasa sakit terutama ketika haid atau bersenggama.
3. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab kista ovarium belum sepenuhnya belum
dimengerti tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam
pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium- hipotalamus.
Penyebab tumbuhnya kista ovarium adalah gagalnya sel telur atau folikel untuk
berovulasi.
Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal yaitu :
a. Usia > 35 tahun
b. Adanya riwayat kista ovarium sebelumnya
c. Ada riwayat perna mengalami kanker payudara
d. Siklus menstruasi yang tidak normal
e. Peningkatan disrtibusi lemak dibagian tubuh dibagian atas
f. Pada wanita yang tidak subur (infertilisasi), resiko tumbuhnya kista naik
empat kali lipat
g. Menstruasi dini, yang terjadi diusia 11 tahun atau lebih muda lagi
h. Ovulasi yang terus berlangsung tanpa intorupsi dalam waktu lama
i. Ketidakseimbangan hormonal
j. Penggunaan pil KB
k. Kehamilan multiple
l. Genetik
m. Merokok

Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan sel abdomen dari epithelium
ovarium dan dibagi menjadi dua :

a. Kista non neoplasma disebabkan karena ketidakseimbangan hormone


estrogen dan progesteron diantaranya adalah
1) Kista fungsional non ,kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epithelium yang berkurang dalam korteks
2) Kista non fungsional
a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
rupture atau foliikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikel diantaranya siklus menstuasi. Banyak terjadi pada wanita
yang menarche kurang dari 12 tahun.
b) Kista kurpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi
c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar
hemoglobin terdapat pada molahidatidosa
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
b. Kista neoplasma
1) Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
2) Kistadenoma ovari serosum berasal dari epitel permukaan ovarium
4. Manifestasi Klinis
Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik tanpa ada
gejala (asomatik). mayoritas penderitta tumor ovarium tidak menunjukan adanya
gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini
berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat
pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya
ketidakberaturan menstruasi, nyeri pada perut bagian bawah, rasa sebah pada
perut dan timbul benjol pada perut.
Pada umumnya kista adenoma ovari serosum tak mempunyai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan tumor biasa
licin akan tetapi dapat pula berbagai karena ovariumpun dapat berbentuk
multivokuler. Meskipun lazimnya beronggga satu warna kista putih keabu-abuan.
Tanda dan gejala yang sering muncul oada kista ovarium adalah :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b. Perasaan penuh dan ditekan diperut bagian bawah
c. Nyeri saat bersenggama
d. Pendarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan nlebih lama,
mungkin lebih pendek, atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa
atau siklus menstruasi tidak teratur.
e. Gangguan haid
f. Jika sudah menekan rektum mungkin terjadi konstipasi atau serung berkemi
g. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut
h. Asites
i. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan napsu makan
j. Gangguan buang air basar dan kecil.( Ida Bagus GedeManuaba2009)
5. Patofisiologi
Kista terdiri dari folikel-folikel praovulasi yang telah mengalami
artresia(degenerasi). Pada wanita yang yang menderita ovarium polokistik,
ovarium utuh dan FSH SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH
dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH
lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan
LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen
oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anavulasi beregenerasi yang
membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Gant F.
Norman, Cunningham Garry ,F 2018).
6. Komplikasi
Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada ovarium
Jika kista yang besar menekan kandungg kemih akan mengakibatkan seseorang
sering berkamih karena kapasitas kandung kemih menjadi berkurang. Beberapa
wanita denggan kista ovarium tidak menimbulkan keluhan, tetapi dokterlah yang
menemukan pada saat pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium yang berkembang
setelah menopause mungkin akan menjadi suatu keganasan.
7. Pemeriksaansering penunjang
1) Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adanya kista
a. Ultra sound / scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran
b. Laparoskopi : Dilakukan untuk melihat tumor dan perdarahan
c. Hitung darahh lengkap
d. Foto roontgen
8. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah
bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/fisiologis pada
pasien muda yang sehat. kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menhilangakn kista. Sekitar 80% lesi yang terjadi pada
wanita berusia 29 dan lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang
jinak. Perawatan paska operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan
satu pengecualian. Penurunan tekannan intara abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Komplikasi ini dapat dicegah samapi dengan suatu tingkat dengan
memberikan gurita abdomen yang ketat (Suzanne,S, C).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium
1. Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan
keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya.
Adapun pengkajiannya meliputi :
1) Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk
2) Riwayat kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
3) Status Obstetrikus, meliputi :
a. Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
b. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
c. Riwayat persalinan
d. Riwayat KB
Pengkajian post operasi
a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b. Auskultasi bising usus
c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d. Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e. Kaji terhadap nyeri atau mual
f. Kaji status alat intrusive
g. Kaji status balutan
h. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan
i. lamanya waktu di bawah anestesi.
j. Kaji status psikologis pasien setelah operasi
2. Diagnosa keperawatan Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan otot akibat pembedahan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bekas operasi
4) Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik akibat efek
anastesi.( Aspiani Yuli Reny.,2017).
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Kebutuhan Rasa Nyaman
Nyeri merupakan kondisi berupa pesan tidak menyenangkan bersifat
subjektifkarena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. Munculnya nyeri nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rannsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian,
dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon
akibat adanya stimulasi atau ransangan. Stimulasi hal tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikidin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepaskan
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
dapat berupa termal, listrik atau mekanis. Nyeri di bagi menjadi dua yaitu nyeri akut
dab nyeri kronik.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif studi kasus penelitian ini
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagian penerapan pada pasien
kista ovarium dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di RSUD Provinsi Sulawesi
Utara

B. Pengumpulan Data
Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah individu yang pengalami gangguan
sistem reproduksi dengan diagnosa medis kista ovarium dan mengalami masalah
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan kriteria Kriteria iklusi yaitu :
1. Klien yang bersedia menjadi responden, yaitu klien dengan post
operasi kista ovarium
2. Klien yang sudah kooperatif dan suda bisa bekomunikasi dengan cukup baik
kepada peneliti

C. Analisa Data
Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada
pasien post operasi kista ovarium dengan menggunakan” TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAM UNTUK MENURUNKAN NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI KISTA OVARIUM DI RSUD PROVINSI SULAWESI UTARA”

D. Defenisi Operasional
1. Pasien kista ovarium yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah pasien yang
mengalami gangguan sistem reproduksi kronik yaitu pertumbuhan sel-sel yang
abdnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong dengan tanda nyeri
pada bagian bawah perut yang sangat menonjol dan akan dilakukan operasi
2. Kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan kedua dari kebutuhan fisiologis yang
harus terpenuhi setiapa orang yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah
mendemonstrasikan cara mengontol nyeri secara mandiri oleh penderita
kistaovarium teknik yang suda di ajarkan oleh perawat yaitu teknik relaksasi
napas dalam.
3. Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari
ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Berbagai metode relaksasi digunakan untuk menurunkan kecemasan dan
ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan denyut jantung, penurunan
respirasi serta penurunan ketegangan otot. Contoh tindakan relaksasi yang dapat
untuk menurunkan nyeri adalah napas dalam dan relaksasi otot

E. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan format pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan
dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, thermometer, penlaigh, hummer.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi
langsung, wawancara dan studi dukumentasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani Yuli Reny.,(2017) Asuhan keperawatan maternitas aplikasi NANDA, NIC


dan NOC . Jakarta : TIM
Baradero Marry, SPC , Marry Wilfrid, SPC, MSN, Klien Gangguan Sistem
Reproduksi Dan Seksualitas Jakarta: Medika Salemba
Bulechek, Gloria M et al. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6.
Singapore: Elsevier, Alih Bahasa Intisari Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor.
dr. Chandranita Manuaba Ida Ayu., Sp,Og, dr Ida Bagus Gede Fajar Manuaba
Sp.Og, Prof, dr. Ida Bagus Gede Manuaba Ilmu Genokologi Dan
Obstetri . Jakarta :EGC
Donsu, J. D. T. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Gant F. Norman, Cunningham Garry ,F Dasar-Dasar Genokologi Dan
Obstetri .Jakarta :EGC
H.Alimul Aziz.A.,Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta : Salemba Medika
Jones-Derek Llewellyn. (2001). Dasar-Dasar Obstetric Dan Genokologi
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai