Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat

marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga

disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh

rasa takut dan cemas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada

masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat

yang telah maju 7- 14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar

(90%) persalinan disertai rasa nyeri (Manuaba, 2012).

Menurut WHO (2015) angka kematian ibu di Dunia sebesar 303.000.

WHO memperkirakan ada 500.000 kematian ibu melahirkan diseluruh dunia

setiap tahunnya. Penyumbang terbesar angka kematian ibu merupakan negara

berkembang dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, jika

dibandingkan dengan angka kematian ibu di negara maju yaitu 14 kematian

ibu per 100.00 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Dunia menurun sekitar

44% dibandingkan dengan tahun 2010 (WHO 2015).

Angka Kematian Ibu di Indonesia sampai saat ini msih cukup tinggi,

Indonesia sebagai negara berkembang yang mempunyai AKI lebih tinggi di

banding negara ASEAN lainnya. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia

tercatat mengalalami kenaikan yang signifikan yaitu sekitar 359/100.000

kelahiran hidup jika dibandingkan dengan hasil Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 AKI sebesar 228/100.000


1
kelahiran hidup. Namun AKI kembali menujukkan penurunan pada tahun

2015 menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Banyak faktor penyebab kematian

ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9%, termasuk infeksi luka

rupture perineum 11%, komplikasi puerpurium 8%, dan penyebab tidak

langsung 10,9% (Depkes RI, 2015).

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada

pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Nyeri persalinan disebabkan

adanya regangan segmen bawah rahim dan servik serta adanya ischemia otot

rahim.Nyeri pada saat persalinan menempati skor 30-40 dari 50 skor yang

ditetapkan Wall dan Mellzack. Skor tersebut lebih tinggi dibandingkan syndrome

nyeri klinik seperti nyeri punggung kronik, nyeri akibat kanker, nyeri tungkai dan

lainnya (Fraser, dkk,2009).

Banyak metode yang ditawarkan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,

baik metode farmakologis (menggunakan obat- obatan) maupun non

farmakologis (secara tradisional).Jika memungkinkan pilihan terapi non

farmakologis untuk penatalaksanaan nyeri pada persalinan harus dipertimbangkan

sebelum menggunakan obat analgesik. Beberapa pengelolaan nyeri persalinan

secara farmakologis sebagian besar merupakan tindakan medis.Walaupun

tindakan farmakologis lebih efektif dalam mengurangi nyeri persalinan, selain

lebih mahal juga berpotensi mempunyai efek samping bagi ibu maupun

janinnya (Maryunani, 2010).

2
Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulangi rasa nyeri

adalah dengan Slow Stroke Back Massage (SSBM) yang merupakan salah satu

metode non farmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan.

Menurut Hartini (2013:16) Slow Stroke Back Massage (SSBM) adalah salah

satu alternatif pengobatan non farmakologi yang dapat mengurangi rasa nyeri,

juga dapat diterapkan pada nyeri perineum. Slow Stroke Back Massage (SSBM)

merupakan pijatan lembut, lambat, dengan penekanan berirama sebanyak 60

pijatan dalam satu menit dan dilakukan dalam waktu 3-10 menit.

Hasil penelitian Meihartati (2017) menunjukkan slow stroke back massage

sangat efektif terhadap penurunan nyeri perineum derajat 2 pada ibu nifas 2

jam post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak Paradise. Penelitian yang

dilakukan oleh Ma’rifatul (2014) menyebutkan bahwa nilai rata-rata nyeri pada ibu

melahirkan sebelum diberikan teknik Endorphin massage yaitu 9, dan rata-rata

nyeri menurun setelah diberikan teknik Endorphin massage menjadi 6,73. Hasil

penelitian juga menunjukan mayoritas nyeri pada ibu melahirkan sebelum

diberikan teknik Endorphin Massage adalah nyeri berat sebanyak 6 responden

(54,5%) dan 5 responden dengan nyeri berat sekali (45,5%). Hasil ini sama dengan

hasil yang didapatkan oleh peneliti Fitri (2018) dimana nyeri persalinan sebelum

intervensi adalah 6.43 dan intensitas nyeri setelah dilakukan intervensi adalah

4.13. Terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi. Karena stimulasi yang dilakukan terutama pada daerah saraf torakal

10-11-12 sampai lumbal 1 memberikan sensasi menyenangkan yang melawan

rasa tidak nyaman pada saat kontraksi ataupun diantara kontraksi.

3
Berdasarkan uraian permasalahan dan beberapa hasil penelitian sebelumnya

maka penulis ingin menganalisa pengaruh slow stroke back massage terhadap

penurunan intensitas nyeri inpartu (persalinan) kala I pada ibu bersalin.

1.2 Tujuan penulisan

Untuk menganalisis pengaruh slow stroke back massage terhadap penurunan

intensitas nyeri inpartu (persalinan) kala I pada ibu bersalin.

1.3 Manfat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang masalah keperawatan pada ibu bersalin Kala I dalam mengatasi

nyeri bersalin.

1.3.2 Manfaat praktis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan

khususnya pelayanan keperawatan terutama intervensi keperawatan yang berkaitan

dengan penurunan intensitas nyeri persalinan

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencaharian

Analisis jurnal ini menggunakan 3 (tiga) media atau metode pencarian jurnal,

yaitu sebagai berikut :

1. Google Scholar dengan alamat situs : https://scholar.google.co.od

2. Portal Garuda dengan alamat situs : http://download.portalgaruda.org

3. BMC: rrtjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s41100-018-0162-y

No Nama jurnal Tahun terbit


1 Efektivitas Slow Stroke Back Massage 2017
Terhadap Nyeri Perineum Derajat 2 Pada Ibu
Nifas 2 Jam Post Partum
2 Efektivitas Stimulasi Kutan Slow Stroke Back 2018
Massage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Bersalin
3 Pengaruh Massage Effleurage Terhadap 2017
Pengurangan Rasa Nyeri Pada Persalinan Kala
I Fase Aktifdi Wilayah Kerja Puskesmas
Kemalang
4 Pengaruh Terapi Pijat Terhadap 2016
Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif Pada Ibu Bersalin (Studi Kasus Di
Kota Bandung)
5 Pengaruh Metode Deep Back Massage 2018
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Persalinan
Kala I Fase Aktif Di Klinik Pratama Mutiara
Bunda Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2018

2.2 Konsep Teoritis


2.2.1 Nyeri

1. Pengertian N yeri

Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau

5
yang dirasakan dalam kejadian- kejadian saat terjadi kerusakan. Nyeri merupakan

mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran telah

atau akan terjadi kerusakan jaringan (Andarmoyo S. 2013).

Pada kehamilan dan persalinan rasa nyeri diartikan sebagai “sinyal”

untuk memberitahukan kepada Ibu bahwa dirinya telah memasuki tahapan

proses persalinan. Rasa nyeri dari persalinan adalah manifestasi dari adanya

kontraksi (pemendekan) otot rahim kontraksi inilah yang menimbulkan rasa

sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini

menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya

pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan (Judha, 2012).

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada

pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Nyeri persalinan disebabkan

adanya regangan segmen bawah rahim dan servik serta adanya ischemia otot

Rahim (Fraser, dkk,2009).

2. Mekanisme Terjadinya Rangsangan Nyeri

Andarmoyo (2013) mengungkapkan bahwa rangsang nyeri dapat terjadi

pada seseorang dengan beberapa teori, beberapa teori tentang terjadinya

rangsangan nyeri, yaitu :

a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal

cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian

6
naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan

berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Nyeri disebabkan oleh berbagai reseptorsensori yang di rangsang oleh pola

tertentu. N yeri merupakan akibat stimulasi reseptor yang menghasilkan pola

tertentu dari impuls saraf. Teori ini bertujuan bahwa rangsangan yang kuat

mengakibatkan berkembangnya gaung terus menerus pada spinal cord sehingga

saraf transmisi nyeri bersifat hipersensitif yang mana rangsangan dengan

intensitas rendah dapat menghasilkan transmisi nyeri

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Dalam teori ini dikatakan bahwa nyeri dapat diatur atau di hambat oleh

mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini

mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka

dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Neuron Delta A dan C

melepaskan substandi P untuk mentrasmisi impuls melalui mekanisme

pertahanan. Selain itu juga terdapat neuron beta A yang lebih tebal dan lebih

cepat dalam melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila rangsangan

yang dominan berasal dari serabut beta A, maka akan menutup mekanisme

pertahanan, pesan yang disampaikan akan menstimuli mekanoreseptor

atau substansi yang dapat menghambat rangsang nyeri. Namun, apabila

rangsangan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C,

maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien dapat mempersepsikan

sensasi nyeri.

7
d. Endogenous opiat Theory

Endorphine adalah opiat endogen tubuh atau morfin alami yang terdapat

pada tubuh. Endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang

diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine bertindak sebagai

neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi

dari pesan nyeri. Kegagalan dalam melepaskan endorphine memungkinkan

terjadinya nyeri.

3. Penilaian Nyeri

Nyeri yang dialami seseorang bersifat sangat subyektif, tergantung

bagaimana seseorang menginterpretasikan nyeri, namun tingkat nyeri yang

dirasakan oleh penderita dapat diukur dengan skala pengukuran nyeri dan dengan

pemeriksaan kadar endorphin dalam darah. Penilaian nyeri dengan skala

pengukuran nyeri dan kadar hormon endorphin dijelaskan sebagai berikut :

a. Skala pengukuran nyeri

Judha (2012) menyebutkan salah satu cara untuk mengukur tingkat nyeri

adalah dengan menggunakan skala nyeri berdasarkan skala intensitas

numerik (numeric rating scale) yaitu:?

| | | | | | | | | | |

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bagan 2.1 Skala Pengukuran N yeri

Keterangan:

Semakin besar nilai, maka semakin berat intensitas nyerinya:


8
(1) Skala 0 = tidak nyeri

(2) Skala 1- 3 = nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan

manual dirasakan sangat membantu.

(3) Skala 4-6 = Nyeri sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri dengan tepat dan dapat mendeskripsikan nyeri, klien

dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap

tindakan manual.

(4) Skala 7-9 = nyeri berat

Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi masih

responsif terhadap tindakan manual, dapat menunjukkan lokasi nyeri

tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi, napas panjang, destruksi dll.

(5) Skala 10 = nyeri sangat berat (panik tidak terkontrol).

Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik berteriak

dan histeris, klien tidak dapat mengikuti perintah lagi, selalu

mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik- narik apa saja yang

tergapai, dan tak dapat menunjukkan lokasi nyeri. (Judha M, dkk

(2012)

b. Kadar endorphin

Endorphin adalah opiat endogen tubuh atau morfin alami yang terdapat

pada tubuh sehingga dapat menimbulkan efek penurunan nyeri. Orang

9
yang merasakan nyeri dapat diartikan bahwa kadar endorphin didalam

tubuhnya rendah.

2.2.2 Inpartu

1. Pengertian

Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan

(Wiknjosastro, 2005). Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :

a. Kala I

Kala I disebut dengan kala pembukaan, yaitu waktu untuk pembukaan

serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala I persalinan

merupakan stadium dilatasi serviks, kala I berlangsung mulai dari onset

persalinan hingga di latasi serviks yang lengkap. Secara klinis ditandai

dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody show) karena serviks

mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (Affacement). Darah berasal dari

pecahnya pembulu darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka (Saifudin AB, 2009). Kala

pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :

1) Fase Laten

Fase laten adalah suatu fase dimana pembukaan serviks berlangsung

lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dam 7 sampai 8 jam.

2) Fase Aktif

Fase aktif berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase yaitu :

a) Fase Akselerasi : Berlangsung sekitar 2 jam. Pembukaan 3 cm

sampai 4 cm.

10
b) Periode di latasi maksimal (steady) : Berlangsung sekitar 2 jam,

pembukaan 4 cm sampai 9 cm.

c) Periode deselarasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm sampai 10 cm atau lengkap.

Terdapat perbedaan waktu kala pembukaan pada primigravida dan

multigravida. Pada primigravida serviks mendatar (effacement) terlebih

dahulu kemudian mengalami dilatasi, berlangsung 13-14 jam pada

multigravida serviks mendatar dan membuka secara bersamaan

berlangsung 6 sampai 7 jam (Wiknjosastro, 2005).

3) Kala II

Kala II disebut dengan kala pengeluaran janin, yaitu waktu uterus dengan

kekuatan halus ditambah kekuatan meneran mendorong janin keluar

hingga lahir.

4) Kala III

Kala III adalah waktu untuk melepaskan dan pengeluaran uri.

5) Kala IV

Kala IV dimulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam

2. Nyeri pada inpartu

a. Pengertian Nyeri pada Inpartu

Nyeri pada Inpartu atau nyeri persalinan suatu perasaan tidak

menyenangkan yang merupakan respon individu yang menyertai dalam

proses persalinan oleh karena adanya perubahan fisiologis dari jalan lahir

dan rahim (Judha, 2012). Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan

11
ujung- ujung saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam,

nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan distensi

perineum. Serat saraf aferen viseral membawa impuls sensorik dari rahim

memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas

dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (Andarmoyo, 2013).

b. Faktor-faktor penyebab nyeri pada inpartu

Dalam bukunya, Andarmoyo (2013) mengungkapkan nyeri pada inpartu

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1) Faktor Fisiologis

(a) Usia

Wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri

persalinan yang lebih tinggi.

(b) Paritas dan Pengalaman sebelumnya

Primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal

persalinan, sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat

nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan cepat pada

persalinan kala II. Pengalaman sebelumnya juga mempengaruhi

respon nyeri, apabila seseorang pernah mengalami nyeri yang

sama dan pada waktu itu dapat mengatasi nyeri tersebut, akan lebih

mudah bagi individu dalam menginterpretasikan makna nyeri,

begitu pula sebaliknya.

(c) Berat bayi

12
Besar atau kecilnya janin mempengaruhi peregangan pada uterus

dan servik, semakin besar janin semakin meregangkan servik dan

meningkatkan rasa nyeri.

2) Faktor Psikologis

(a) Kecemasan

Kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa

sakit, ketidaksiapan menjalani proses melahirkan, dukungan dan

pendamping persalinan, takut terhadap hal yang tidak diketahui,

pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah

kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang

nosiseptif pada tingkat korteks serebral dan peningkatan sekresi

katekolamin yang juga meningkatkan ransang nosiseptif pada

pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot

(Judha, 2012).

(b) Perhatian

Perhatian dapat diwujudkan dengan kehadiran orang terdekat

selama persalinan. Kehadiran orang-orang terdekat dan sikap

dalam mendukung klien juga berbengaruh dalam penurunan nyeri.

Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang

dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Bobak

& Jensen, 2014).

13
c. Fisiologi nyeri pada inpartu

Nyeri persalinan pada kala I dapat terjadi karena munculnya kontraksi

otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim

(penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)

akibat kontraksi arteri miometrium. Ketidaknyamanan dari perubahan

serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah

abdomen menyebar ke daerah lumban punggung dan menurun ke paha.

Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat

relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi

panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan

jaringan perineum (Bobak & Jensen , 2004). Sensasi nyeri dihasilkan oleh

jaringan serat saraf kompleks yang melibatkan sistem saraf perifer dan

sentral. N yeri persalinan, system saraf otonom dan terutama komponen

simpatis juga berperan dalam sensasi nyeri (Mander, 2003).

Sistem saraf otonom mengontrol aktifitas otot polos dan viseral, uterus

yang dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi

tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yaitu sistem simpatis

dan parasimpatis. Saraf simpatis menyuplai uterus dan membentuk

bagian yang sangat penting dari neuroanatomi nyeri persalinan. Neuron

aferen mentransmisikan informasi dari rangsang nyeri dari sistem saraf

otonom menuju sistem saraf pusat dari visera terutama melalui serat saraf

simpatis. Neuron aferen somatik dan otonom bersinaps dalam region

kornu dorsalis dan saling mempengaruhi, menyebabkan fenomena yang

14
disebut nyeri alih. Nyeri ini adalah nyeri yang paling dominan dirasakan

selama bersalin terutama selama kala I (Mander, 2003).

Neuron aferen otonom berjalan ke atas melalui medulla spinalis dan

batang otak berdampingan dengan neuron aferen somatik, tetapi

walaupun sebagian besar serat aferen somatik akhirnya menuju thalamus,

banyak aferen otonom berjalan menuju hipotalamus sebelum menyebar ke

thalamus dan kemudian terakhir pada kortek serebri.

Selama kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan

segmen bawah uterus dan distensi korpus uteri. Intensitas nyeri

selama kala ini diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang

dibangkitkan. Hasil temuan bahwa tekanan cairan amnion lebih dari 15

mmHg di atas tonus yang dibutuhkan untuk meregangkan segmen bawah

uterus dan servik dan dengan demikian menghasilkan nyeri. Dengan

demikian logis untuk mengharapkan bahwa makin tinggi tekanan cairan

amnion, makin besar distensi sehingga menyebabkan nyeri yang lebih

berat. N yeri ini dilanjutkan ke dermaton yang disuplai oleh segmen

medulla spinalis yang sama dengan segmen yang menerima input

nosiseptif dari uterus dan serviks (Mander, 2003).

Fenomena nyeri alih menjelaskan bagaimana nyeri pada suatu organ yang

disebabkan oleh kerusakan jaringan dirasakan seolah-olah nyeri ini

terjadi pada organ yang letaknya jauh. Kasus yang kurang jelas adalah

nyeri selama kala I persalinan yang diperantarai oleh distensi mekanis

segmen bawah uterus dan serviks, tetapi nyeri tersebut dialihkan ke

15
abdomen, punggung bawah, dan rectum. Serat nosiseptif dari organ viseral

memasuki medulla spinalis pada tingkat yang sama dengan saraf aferan

dari daerah tubuh yang dialihkan sehingga serta nosiseptif dari

uterus berjalan menuju segmen medulla spinalis yang sama dengan

aferen somatik dari abdomen, punggung bawah, dan rektum (Mander,

2003).

d. Dampak nyeri pada persalinan

Nyeri persalinan yang lama dapat menyebabkan hiperventilasi, sehingga

dapat menurunkan kadar PaCO 2 ibu dan peningkatan PH. Apabila kadar

PaCO2 ibu rendah maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga dapat

menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin. Keadaan tersebut

merangsang peningkatan katekolamin yang menyebabkan gangguan pada

kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri (Mander, 2003).

Nyeri persalinan dapat menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus

atau inersia uteri. Nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi,

sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah dan

berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan

meningkatkan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada

kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri (Anjartha R, 2007).

e. Upaya-upaya untuk mengurangi nyeri pada inpartu

Upaya dalam menangani nyeri dapat terbagi menjadi dua, yaitu

penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan

farmakologis beresiko memiliki efek samping pada kesejahteraan janin

16
dalam kandungan. Dalam hal ini upaya untuk menurunkan nyeri pada

inpartu lebih ditekankan pada penatalaksanaan nonfarmakologis (Mander,

2003). Dalam bukunya, Andarmoyo (2013) mengungkapkan bahwa

upaya nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri antara lain Terapi es dan

panas/ kompres panas dan dingin, Stimulasi saraf elektris transkutan,

Distraksi (pengalihan perhatian), Relaksasi, Imajinasi terbimbing,

Hipnosis, Akupuntur dan Massase/ pemijatan. Ada beberapa jenis

massage dalam upaya mengurangi nyeri, antara lain, counter pressure,

effluerage, kneading dan Slow Sroke Back Massage (SSBM).

2.2.3 Slow Sroke Back Massage (SSBM)

1. Pengertian

Stimulasi kutan Slow stroke back massage adalah pijatan lembut,

lambat, dengan penekanan berirama sebanyak 60 pijatan dalam satu menit dan

dilakukan dalam waktu 3-10 menit (Mander, 2013).

Slow stroke back massage pada persalinan adalah pijatan lembut,

lambat, dengan penekanan berirama pada daerah torakal 10 sampai 12 dan

lumbal 1 yang merupakan sumber persarafan pada uterus dan cervik, teknik ini

dilakukan sebanyak 60 pijatan dalam satu menit dan dilakukan dalam waktu 3-10

menit.

2. Mekanisme kerja

a. Sistem Nervous

Stimulasi kutan adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara mengaktifkan transmisi

17
serabut saraf sensori A-beta yang lebih cepat sebagai

neurotransmiter, sehingga menurunkan transmisi nyeri yang di

hantarkan melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus

menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri (Potter & Perry, 2007).

b. Sistem Hormonal

Endorphin merupakan sistem penekanan nyeri yang dapat diaktifkan

dengan merangsang daerah reseptor endhorphin di zat kelabu

periaqueduktus otak tengah. Pemberian stimulasi kutan Slow stroke back

massage pada daerah torakal 10 sampai 12 dan lumbal 1 yang merupakan

sumber persarafan pada uterus dan cervik dapat merangsang reseptor

syaraf asenden, dimana rangsangan tersebut akan dikirim ke hipotalamus

dengan perjalanan melalui spinal cord, diteruskan ke bagian pons

dilanjutkan ke bagian kelabu pada otak tengah (periaqueduktus),

rangsangan yang diterima oleh periaqueduktus ini disampaikan kepada

hipotalamus, dari hipotalamus inilah melalui alur saraf desenden hormon

endorphin dikeluarkan ke pembuluh darah.

c. Metode Stimulasi Kutan Slow Sroke Back Massage (SSBM)

Stimulasi kutan slow stroke back massage dilakukan dengan mengusap

kulit klien secara perlahan dan berirama dengan gerakan sirkuler

dengan kecepatan 60 kali usapan per menit selama 3 – 10 menit.

Gerakan dimulai pada torakal 10 (T10) sampai 12 (T12) kemudian

mencapai lumbal 1 (L1). Metode stimulasi kutan slow stroke back

massage dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

18
Gambar 2.1 Stimulasi
Kutan
Slow Sroke Back Massage
(SSBM)

d. Standar Ope rasional Prosedur (SOP) Stimulasi Kutan Slow Sroke

Back Massage (SSBM)

1) Pengertian

Stimulasi kutan Slow stroke back massage adalah pijatan

lembut, lambat, dengan penekanan berirama pada daerah torakal

10 sampai 12 dan lumbal 1 yang merupakan sumber persarafan

pada uterus dan cervik, teknik ini dilakukan sebanyak 60 pijatan

dalam satu menit.

2) Tujuan

Mengurangi nyeri persalinan dengan mekanisme gate control dan

rangsangan pengeluaran hormon endorphin.

3) Prosedur

a) Tahap Persiapan

(1) Menyiapkan alat dan bahan

19
(a) Bahan pelicin berupa krem, minyak atau lotion

yang aman dan tidak kadaluwarsa

(b) 1 buah mangkuk kecil

(c) 1 lembar selimut

(d) 1 lembar washlap / handuk kecil

(e) 1 lembar handuk kering

(f) 1 buah sabun

(2) Menjaga lingkungan : atur pencahayaan dan

privacy ruangan

b) Tahap orientasi

(1) Memberikan salam

(2) Menjaga privacy klien dengan menutup pintu

dan jendela/korden

(3) Mengklarifikasi kegiatan massage

(4) Menjelaskan tujuan dan prosedur stimulasi kutan

slow stroke back massage

(5) Memberi kesempatan klien untuk bertanya

(6) Informed consent

(7) Mendekatkan alat ke klien

c) Tahap pelaksanaan

(1) Terapis mencuci tangan

(2) Menyiapkan krem, minyak atau lotion ke dalam

mangkuk kecil
20
(3) Mengatur posisi klien dengan posisi miring kiri

(4) Membantu klien melepas pakaian

(5) Memasang selimut pada bagian tubuh yang tidak

diberi massage

(6) Mengoleskan krem, minyak atau lotion pada punggung ibu

(7) Melakukan warming up massage dengan stretching

punggung (mengurut seluruh bagian punggung)

Gambar 2.2 Warming Up Massage Pada


SSBM

(8) Melakukan pemijatan utama dengan memijat secara lembut

bagian torakal 10 sampai 12 dan lumbal 1 dengan 60 pijatan

dalam satu menit, lamanya perlakuan disesuaikan dengan

masing masing kelompok eksperimen ( 5 menit, 10 menit

dan 15 menit). Gerakan pemijatan utama stimulasi kutan

slow stroke back massage dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(9) Mengakhiri pemijatan dengan teknik slow down massage

(mengurut punggung kembali)

21
Gambar 2.3 Slow Down Massage pada SSBM

(10) Membersihkan punggung ibu menggunakan air dan

sabun bila diperlukan kemudian dibilas dengan waslap

basah dan keringkan dengan handuk.

(11) Membantu ibu menggunakan pakaian kembali

(12) Mencuci tangan

2.2.4 Pengaruh Stimulasi Kutan Slow Sroke Back Massage (SSBM)


Terhadap kadar Endorphin dan Nyeri Persalinan
Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus.

Stimulus nyeri yang mencapai ambang nyeri akan menyebabkan aktivasi

reseptor dan terjadi penjalaran impuls nyeri oleh serabut saraf A delta dan C.

Adanya impuls ini akan menyebabkan gerbang nyeri di substansia gelatinosa

terbuka. Namun dengan pemberian stimulasi kutan slow stroke back massage,

dimana stimulus ini direspons oleh serabut A beta yang lebih besar, maka

stimulus ini akan mencapai otak lebih dahulu, dengan demikian akan menutup

gerbang nyeri sehingga persepsi nyeri tidak timbul. Di samping itu, stimulasi yang

diberikan dapat merangsang pengeluaran morfin alami tubuh yaitu hormone

endorphin dengan cara merangsang reseptor saraf sensorik untuk dihantarkan

menuju sistem saraf pusat. Jika impuls tersebut mengenai bagian kelabu pada
22
otak tengah (periaqueduktus), rangsangan yang diterima oleh periaqueduktus ini

disampaikan kepada hipotalamus, dari hipotalamus inilah melalui alur saraf

desenden hormon endorphin dikeluarkan ke pembuluh darah T ingginya kadar

beta endorphin meningkatkan Natural Killer (NK). NK merupakan second line

defense atau pertahanan lapis kedua yang berperan secara non spesifik

membunuh virus dan sel tumor dengan cara merusak sel yang terinfeksi virus

dan sel kanker dengan melisiskan membran sel pada paparan pertama (Hartini

A, 2013).

23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelusuran Jurnal

Kelebihan dan
Author/Penulis Tahun Metode Hasil Source
kekurangan
Efektivitas Slow 2017 Penelitian Hasil Statistik: uji - Kelebihan https://scholar.g
Stroke Back experimen, alternatif wilcoxon Penelitian ini dilakukan oogle.co.id
Massage Terhadap menggunakan didapatkan nilai P value dengan memberikan
Nyeri Perineum desain quasi (Exact. Sig/2 tailed) 0,002 intervensi langsung pada
Derajat 2 Pada Ibu experiment dengan (<0,05) artinya terdapat responden
Nifas 2 Jam Post rancangan pretest- perbedaan penurunan - Kekurangan:
Partum/ posttets tanpa tingkat nyeri perineum Desain penelitian yang
Meihartati control grup, sebelum dan sesudah digunakan hanya
jumlah sampel 20 diberikan slow stroke menggunakan 1 kelompok
orang. Analisis back massage. eksperimen
statistik
menggunakan
Wilcoxon.
Efektivitas 2018 Jenis penelitian Hasil penelitian - Kelebihan https://scholar.g
Stimulasi Kutan kuantitatif dengan menunjukkan rata-rata Penelitian ini dilakukan oogle.co.id
Slow Stroke Back pendekatan quasi intensitas nyeri persalinan dengan memberikan
Massage Terhadap eksperiment. sebelum intervensi adalah intervensi langsung pada
Penurunan Populasi berjumlah 6.43 dan setelah responden
Intensitas Nyeri 30 orang. Sampel dilakukan intervensi - Kekurangan:
Bersalin/ Fitri dengan teknik Non adalah 4.13. Terlihat nilai Desain penelitian yang
Random mean perbedaan antara digunakan hanya
Assignment. pengukuran pertama dan menggunakan 1 kelompok
Analisis data kedua adalah 2.3 dengan eksperimen
dengan uji statistik t standar deviasi 1.393.
Hasil uji statistik
didapatkan nilai 0.000
maka ada pengaruh teknik
stimulasi kutan slow stroke
back massage terhadap
penurunan intensitas nyeri
bersalin kala I.
Pengaruh 2017 Metode penelitian Hasil statistik - Kelebihan http://download.
Massage adalah quasi menggunakan pairet T Test Penelitian ini dilakukan portalgaruda.org
Effleurage eksperimental Ada Pengaruh massage dengan memberikan
Terhadap dengan pre and effleurage terhadap intervensi langsung pada
Pengurangan Rasa post test without pengurangan rasa nyeri responden
Nyeri Pada control group pada persalinan Kala I Fase - Kekurangan:
Persalinan Kala I desain. Sampel Aktif di Wilayah Kerja Desain penelitian yang
Fase Aktifdi penelitian sebanyak Puskesmas Kemalang. digunakan hanya
Wilayah Kerja 30 responden. menggunakan 1 kelompok
Puskesmas Analisis data eksperimen
Kemalang/ menggunakan uji
Rosalinna paired t-test
Pengaruh Terapi 2018 Penelitian Hasil penelitian ini - Kelebihan https://scholar.g
Pijat Terhadap menggunakan Pre menunjukkan terapi pijat Penelitian ini dilakukan oogle.co.id
Pengurangan Experimental memiliki pengaruh dengan memberikan
Nyeri Persalinan Design dengan terhadap nyeri persalinan intervensi langsung pada
Kala I Fase One Group Pretest- kala I fase aktif dengan responden
Aktif Pada Ibu Posttest. Sampel p-value <0,05. Endorphin- - Kekurangan:
Bersalin (Studi penelitian induced massage selama Desain penelitian yang
Kasus Di Kota berjumlah 36 persalinan kala I fase aktif digunakan hanya
Bandung/ responden dengan menggunakan 1 kelompok
Novianti teknik pengambilan eksperimen
sampling
Accidental.
Pengumpulan data
adalah melalui
wawancara dengan
menggunakan
kuesioner. Analisis
data menggunakan
univariat dan
bivariat uji t-
dependent.
Pengaruh Metode 2018 Penelitian ini ada pengaruh pemberian - Kelebihan https://scholar.g
Deep Back menggunakan deep back massage Penelitian ini dilakukan oogle.co.id
Massage metode quasi terhadap penurunan dengan memberikan
Terhadap eksperimen “one intensitas nyeri persalinan intervensi langsung pada
Intensitas Nyeri group pre-post test kala 1 fase aktif responden
Pada Persalinan design. sehingga penerapan deep - Kekurangan:
Kala I Fase Aktif back massage merupakan Desain penelitian yang
Di Klinik Pratama salah satu terapi non- digunakan hanya
Mutiara Bunda farmakologis sebagai menggunakan 1 kelompok
Kawalu Kota bagian integral dalam eksperimen
Tasikmalaya memberikan perawatan
Tahun dasar pertolongan
2018/Naviah persalinan.
3.2 Pembahasan

Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus.

Stimulus nyeri yang mencapai ambang nyeri akan menyebabkan aktivasi reseptor

dan terjadi penjalaran impuls nyeri oleh serabut saraf A delta dan C. Adanya impuls

ini akan menyebabkan gerbang nyeri di substansia gelatinosa terbuka. Namun

dengan pemberian stimulasi slow stroke back massage, dimana stimulus ini

direspons oleh serabut A beta yang lebih besar, maka stimulus ini akan mencapai

otak lebih dahulu, dengan demikian akan menutup gerbang nyeri sehingga persepsi

nyeri tidak timbul. Di samping itu, stimulasi yang diberikan dapat merangsang

pengeluaran morfin alami tubuh yaitu hormone endorphin dengan cara merangsang

reseptor saraf sensorik untuk dihantarkan menuju sistem saraf pusat. Jika impuls

tersebut mengenai bagian kelabu pada otak tengah (periaqueduktus), rangsangan

yang diterima oleh periaqueduktus ini disampaikan kepada hipotalamus, dari

hipotalamus inilah melalui alur saraf desenden hormon endorphin dikeluarkan ke

pembuluh darah Tingginya kadar beta endorphin meningkatkan Natural Killer

(NK). NK merupakan second line defense atau pertahanan lapis kedua yang

berperan secara non spesifik membunuh virus dan sel tumor dengan cara merusak

sel yang terinfeksi virus dan sel kanker dengan melisiskan membran sel pada

paparan pertama (Hartini A, 2013).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pemberian stimulasi slow

stroke back massage dapat menurunkan intensitas nyeri terutama pada nyeri

persalinan. Diantaranya adalah penelitian Meihartati (2017) tentang efektivitas

slow stroke back massage terhadap nyeri perineum derajat 2 pada ibu nifas 2 jam

27
post partum. Hasil Statistik menggunakan uji alternatif wilcoxon didapatkan

nilai P value (Exact. Sig/2 tailed) 0,002 (<0,05) artinya terdapat perbedaan

penurunan tingkat nyeri perineum sebelum dan sesudah diberikan slow stroke

back massage.

Penelitian Fitri (2018) tentang efektivitas stimulasi slow stroke back massage

terhadap penurunan intensitas nyeri bersalin juga menunjukkan rata-rata intensitas

nyeri persalinan sebelum intervensi adalah 6.43 dan setelah dilakukan

intervensi adalah 4.13. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama

dan kedua adalah 2.3 dengan standar deviasi 1.393. Hasil uji statistik didapatkan

nilai 0.000 maka ada pengaruh teknik stimulasi kutan slow stroke back massage

terhadap penurunan intensitas nyeri bersalin kala I.

Penelitian Rosalinna (2017) tentang pengaruh massage effleurage terhadap

pengurangan rasa nyeri pada persalinan Kala I Fase Aktif di Wilayah Kerja

Puskesmas Kemalang juga menunjukkan massage effleurage berpengaruh secara

signifikan terhadap pengurangan rasa nyeri pada persalinan Kala I Fase Aktif di

Wilayah Kerja Puskesmas Kemalang.

Penelitian Novianti (2018) tentang pengaruh terapi pijat terhadap

pengurangan nyeri persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin (Studi

Kasus Di Kota Bandung juga menemukan terapi pijat memiliki pengaruh terhadap

nyeri persalinan kala I fase aktif dengan p-value <0,05. Endorphin-induced

massage selama persalinan kala I fase aktif.

Beberapa penelitian tersebut juga diperkuat oleh teori Melzack dan Wall

(1965) tentang teori gerbang kendali nyeri (gate-control theory) yang

28
menjelaskan secara persuasive aspek psikologis nyeri, fisiologi transmisi nyeri

dan pengaruh modulasi (Moayedi & Davis, 2013). Teori ini menekankan pada

pengembangan mekanisme kendali nyeri dalam tubuh dan memberikan

penjelasan yang dapat diterima untuk pendekatan kendali nyeri non interventif

mencakup metode psikologis, massage punggung dan Transcutaneus electrical

nerve stimulations/stimulasi saraf elektrik transkutaneus (Mander, 2014).

Efek yang ditimbulkan dari slow stroke back massage (SSBM) terhadap

penurunan intensitas nyeri persalinan menurut teori disebabkan Stimulasi kutan

adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan

cara mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih cepat sebagai

neurotransmiter, sehingga menurunkan transmisi nyeri yang di hantarkan

melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang

sinap untuk transmisi impuls nyeri (Ikhtiarinawati & Nuraini, 2010). Slow stroke

back massage ialah tindakan massage pada punggung dengan usapan yang

perlahan selama 3-10 menit. Massage ini dapat menyebabkan terjadinya

mekanisme penutupan terhadap impuls nyeri saat melakukan gosokan punggung

pasien dengan lembut (Atashi, Mohammadi, Dalvandi, Abdollahi, & Kazemi,

2012).

3.3. Implikasi Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti

maka slow stroke back massage dapat digunakan sebagai salah satu intervensi

keperawatan dalam menurunkan intensitas nyeri persalinan terutama pada Kala I.

29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Teknik stimulasi slow stroke back massage berpengaruh terhadap penurunan

intensitas nyeri bersalin kala I.

4.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit

slow stroke back massage dapat digunakan sebagai salah satu intervensi

keperawatan dalam menurunkan intensitas nyeri persalinan terutama pada Kala

I sehingga rumah sakit dapat memasukan tindakan tersebut melalui kebijakan

standar operasional prosedur penanganan nyeri persalinan.

2. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang pentingnya slow

stroke back massage dalam menurunkan intensitas nyeri persalinan terutama

pada Kala I.

30
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri (1st ed.).


Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Atashi, V., Mohammadi, F., Dalvandi, A., Abdollahi, I., & Kazemi, R. (2012).
Effect of slow stroke back massage (SSBM) on shoulder pain and hand
function in patients with stroke. HAYAT, 18(2).

Bobak. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.

Danuatmaja, B., & Meiliasari, M. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit
(IV). Jakarta: Puspa Swara.

Fitri (2018) Efektivitas stimulasi slow stroke back massage terhadap penurunan
intensitas nyeri bersalin. Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (232-237)

Hartini. (2013). Pengaruh stimulasi kutaneus (slow stroke back massage)


terhadap intensitas nyeri haid pada siswi kelas xi sma jogyakarta. skripsi.
Jogyakarta: Universitas Negeri Jogyakarta.

Judha, M. (2012). Teori pengukuran nyeri dan nyeri persalinan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Mander, R. (2014). Nyeri Persalinan. (B. Sugiarto & N. B. Subekti, Eds.) (I).
Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. (Setiawan, Ed.) (I). Jakarta: EGC.

Meihartati (2017) Efektivitas slow stroke back massage terhadap nyeri perineum
derajat 2 pada ibu nifas 2 jam post partum.

Moayedi, M., & Davis, K. D. (2013). Theories of pain: from specificity to


gate control. Journal of Neurophysiology, 109(1), 5–12.
https://doi.org/10.1152/jn.00457.2012

Novianti (2018) Pengaruh terapi pijat terhadap pengurangan nyeri persalinan


Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin (Studi Kasus Di Kota Bandung. The
Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 1-8

Potter, P. (2007). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi


4, Volume 2. Jakarta : EGC

31
Rosalinna (2017) Pengaruh massage effleurage terhadap pengurangan rasa nyeri
pada persalinan Kala I Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kemalang.
CARING, Volume 1 Nomor 2, Desember 2017 55

World Health Orgazation. (2015) Bascommetro. Diakses pada tanggal 05 Maret


2017, dari http://www.bascometro.com/2015/ 12/angka-kematian-ibu-
untuk- tahun-2015.html.

32

Anda mungkin juga menyukai