Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP

PENGURANGAN NYERI IBU BERSALIN KALA 1 DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS RONGGA KBB

TAHUN 2023

SKRIPSI

Gina Nuralia

2250347056

PRODI KEBIDANAN (S-1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses alami yang dialami oleh ibu bersalin dan

berlangsung dengan normal dalam kehidupan. Persalinan dapat didefinisikan

sebagai proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam

rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks

akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi dan kekuatan yang

teratur(Kurniati, 2023). Dalam proses persalinan terjadi perubahan fisiologis dan

psikologis, salah satu perubahan fisiologis yang menyebabkan ketidaknyamanan

yang dirasakan oleh ibu bersalin yaitu kontraksi uterus dimana kontraksi uterus

terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormone

progresteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin sehingga ibu

mengalami nyeri pada bagian pinggang.

Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Banyak

wanita yang berfikir bahwa nyeri yang akan dialami adalah bagian yang sangat

besar yang harus dihadapi dalam persalinan. Sebagian besar (90%) persalinan

disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri pada persalinan lazim terjadi dan

merupakan proses yang melibatkan fisiologis dan psikologis ibu sehingga

beberapa ibu sering merasa tidak akan mampu melewati proses persalinan

(Griffin, 2011).

1
2

Rasa nyeri dalam persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat

mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan

darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera

ditangani akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut, dan stress (Maryunani,

2010). Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan, baik faktor internal

maupun eksternal yang meliputi paritas, usia, budaya, mekanisme koping,

emosional, tingkat pendidikan, lingkungan, kelelahan, kecemasan, lama

persalinan, pengalaman masa lalu, support sistem dan tindakan medik

(Henderson, 2012). Seorang ibu yang sedang dalam proses persalinan pasti akan

mengalami nyeri pinggang pada saat persalinan. Murray melaporkan kejadian

nyeri pada 2700 ibu bersalin, diantaranya 15% mengalami nyeri ringan, 35%

dengan nyeri sedang, 30% dengan nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri

yang sangat hebat. (Murray, 2010).

Efek nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat

mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan

darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera di

atasi maka akan mengakibatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress

(Maryunani, 2010). Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada

kala 1 fase aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang

ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu

tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat

(Hermawati, 2009).
3

Upaya yang dilakukan bidan sesuai dengan KEPMENKES No. 320 Tahun

2020 tentang standar profesi bidan pada poin keterampilan klinis dalam praktik

kebidanan bidan harus mampu melakukan dukungan terhadap perempuan dan

keluarga dalam memberikan pelayanan kebidanan salah satunya melakukan

manajemen nyeri pada masa persalinan dengan memberikan rasa nyaman kepada

ibu.

Secara fisiologi, nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase

laten dan fase aktif, timbulnya nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus

yang mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks. Dengan makin bertambahnya

baik volume maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan

bertambah kuat dan puncak nyeri terjadi pada fase aktif. Sebagian besar nyeri

diakibatkan oleh dilatasi servik dan regangan segmen bawah rahim, kemudian

akibat distensi mekanik, regangan dan robekan selama kontraksi. Intensitas nyeri

berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan.

Asuhan persalinan kala I merupakan asuhan yang dibutuhkan ibu saat

proses persalinan. Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah

terjadi pembukaan serviks dan kontraksi teratur minimal 2x dalam 10 menit

selama 40 detik yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan

lengkap). Kala I merupakan puncak nyeri yang terhebat, karena nyeri persalinan

merupakan sebuah pengalaman subjektif yang disebabkan oleh iskemik otot uteri,

penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium, tuba fallopii dan distensi

bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum.


4

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi nyeri persalinan. Berat

ringannya nyeri yang dirasakan ibu dan bagaimana ibu berespon dalam

menghadapi nyeri sangat berpengaruh pada kelangsungan proses persalinan.

Dampak yang dapat terjadi jika ibu tidak dapat menahan rasa nyeri yang terjadi

akan mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan

menimbulkan stress, stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan

berakibat pada persalinan yang lama bahkan kematian ibu.

Selain itu nyeri persalinan juga dapat menimbulkan stres yang menyebabkan

pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini

dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi

pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,

penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus

serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah

banyak(Sumarah, 2009).

Nyeri persalinan yang dialami oleh setiap wanita yang pernah melahirkan

berdampak secara psikologis, sehingga setiap wanita yang mengalami kehamilan

terbayang akan nyeri persalinan, terlebih pada wanita yang mempunyai

pengalaman tidak menyenangkan selama menjalani proses persalinan yang

pertama dalam (Pratiwi dkk, 2016).

Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala 1 fase

aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin

dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan

dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat. Hal ini
5

akan menyebabkan ibu bersalin memiliki pengalaman persalinan yang buruk,

mengalami trauma persalinan yang berkepanjangna dan bahkan secara tidak

langsung dapat menyebabkan post partum blues. Maka sangat penting bagi

seorang penolong persalinan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan rasa nyaman

saat persalinan. Salah satu dari kebutuhan tersebut adalah pengontrolan nyeri

pinggang persalinan yang paling tepat dan efektif baginya dan membutuhkan

dukungan untuk menerapkan teknik tersebut pada saat proses persalinan. (Alfian,

dkk. 2018)

Banyak metode yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri pada

persalinan, baik metode farmakologis (menggunakan obat-obatan) maupun non

farmakologis (secara tradisional). Walaupun metode farmakologis lebih efektif

dapat mengurangi nyeri persalinan, selain lebih mahal juga berpotensi mempunyai

efek samping yang kurang baik bagi ibu maupun janin. Efek obat yang diberikan

kepada ibu terhadap bayi dapat langsung menurunkan fetal heart rate (FHR) yang

bervariasi, dan yang tidak langsung seperti obat yang menyebabkan hipotensi

maternal dan menurunkan aliran darah ke plasenta, sehingga menimbulkan

hipoksia dan asiodosis pada bayi. (Alfian, dkk. 2018)

Salah satu untuk mengurangi nyeri persalinan yaitu dengan teknik non

farmakologi alternatif salah satunya yaitu dengan masase. Masase dapat

meningkatkan relaksasi tubuh dan mengurangi stress, disamping itu masase

merupakan asuhan yang efektif, aman, sederhana dan tidak menimbulkan efek

yang merugikan baik pada ibu maupun janin (Mander, 2012).


6

Penerapan terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri pada persalinan

merupakan metode yang harus dikembangkan oleh semua penolong persalinan.

Hal ini secara tidak langsung akan membantu ibu bersalin dalam mengatasi nyeri

akibat persalinan yang terjadi dan menekan resiko terjadinya komplikasi akibat

persalinan yang terjadi. Prinsip metode ini adalah mengurangi ketegangan ibu

sehingga ibu merasa nyaman, rileks dan meningkatkan stamina menghadapi

persalinan.

Pijat cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman

selama persalinan. Dalam persalinan, massage juga membuat ibu merasa lebih

dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin

menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah atau takut (Rahman,

dkk 2017).

Massage effleurage merupakan melakukan tekanan tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau

perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau

memperbaiki sirkulasi. Massage effleurage pada punggung selama 3-10 menit

dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, meningkatkan

pernapasan dan merangsang produksi hormone endorphin yang menghilangkan

sakit secara alamiah.(Maryunani, A, 2010).

Pemberian massage effleurage telah terbukti meningkatkan kemampuan

ibu untuk mentoleransi nyeri selama melahirkan. Sebagaimana penelitian yang

dilakukan oleh Siti Fatimah dkk (2021) bahwa pemberian massage dalam

menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif lebih efektif dibandingkan


7

pemberian kompres air hangat. Sedangkan hasil penelitian Sri Rahayu (2019)

mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi massage effluarage.

Berdasarkan penelitian Wulandari, dkk (2015) di Ruang Bougenville

RSUD Tugurejo Semarang dengan judul Pengaruh Massage Effleurage Terhadap

Pengurangan Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida

bahwa ada pengaruh pemberian massage effleurage terhadap intensitas nyeri pada

ibu bersalin kala l fase aktif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi

massage efflurage sebagai terapi non farmakologis dapat menurunkan intensitas

nyeri pada ibu bersalin.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang pengaruh effleurage

massage terhadap nyeri kala I fase aktif di Praktik Mandiri Bidan Nuriman Rafida

dan Praktik Bidan Mandiri Latifah Kota Jambi Tahun 2019 terdapat pengaruh

yang signifikan antara effleurage massage terhadap penurunan nyeri kala I fase

aktif di Praktik Mandiri Bidan Nuriman Rafida dan Praktik Bidan Mandiri Latifah

Kota Jambi Tahun 2019 dengan nilai P (value) 0.000 < 0.05 (Hernawati, dkk

2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana pengaruh pijat effleurage terhadap pengurangan nyeri pada ibu

bersalin kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Rongga KBB.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
8

Untuk mengetahui pengaruh pijat effleurage terhadap pengurangan nyeri pada

ibu bersalin kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Rongga.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat nyeri ibu bersalin kala I sebelum dilakukan pijat

effleurage.

b. Mengetahui tingkat nyeri ibu bersalin kala I sesudah dilakukan pijat

effleurage

c. Menganalisis perbedaan nyeri pada ibu bersalin kala I sebelum dilakukan

pijat dan sesudah dilakukan pijat effleurage.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan

tentang salah satu tehnik mengurangi nyeri persalinan yaitu massage

effleurage serta dapat dijadikan sebagai dasar penelitian massage effleurage

selanjutnya.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman meneliti dan menambah pengetahuan dalam

menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dan penerapan

pada kasus yang nyata.

b. Bagi Tempat Bersalin

Diharapkan berguna dan memberikan motivasi untuk penerapat teknik

massage effleurage dalam mengurangi nyeri bersalin. Kala 1 fase aktif.


9

c. Bagi instritusi

Diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian dan referensi untuk

pengembangan penelitian massage effleurage selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup

berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput

janin dari tubuh ibu (Fitriana dan widy, 2018).

Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Nuraisah, dkk, 2012 dalam Persari, 2018).

2) Tanda – Tanda Persalinan

a. Lightening

Menurut Fitriana, widy (2018) Terjadi penurunan fundus karena kepala

bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh:

1. Kontraksi braxton hicks.

2. Ketegangan oto perut.

3. Ketegangan ligamentum rotundum.

4. Gaya berat janin kepala kearah bawah.

b. Pollakisuria

Pada bulan ke-IX,berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan

epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan

kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini

10
11

menyebabkan kandung kemih tertekan sehingga merangsang ibu untuk

sering kencing yang disebut pollakisuria.

c. Kontraksi

Kontraksi persalinan merupakan kontraksi dari otot–otot rahim

(myometrium) akibat pengaruh hormon oksitosin. Pada awalnya kontraksi

tersebut terjadi tidak teratur dan berpola. Uterus akan menjadi keras ketika

dipalpasi, menyebabkan effacement (pemendekan dan penipisan serviks)

dan dilatasi serviks yang progresif (Lockhart dan Saputra, 2014 dalam

Persari, 2018).

d. Perubahan serviks

Pada akhir bulan kehamilan hasil pemeriksaan serviks menunjukkan

bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak. Namun

kondisinya berubah menjadi lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi

pembukaan dan penipisan (Menurut Fitriana dan widy, 2018).

3) Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan, yaitu :

a. Passage

Passage atau jalan lahir dibagi atas bagian keras dan bagian lunak. Bagian

keras meliputi tulang-tulang panggul dan bagian lunak meliputi uterus,

otot dasar panggul, dan perineum. Janin harus mampu menyesuaikan

dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran

dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.


12

b. Power

Power adala kekeuatan yang mendorong janin keluar. Kekuataan yang

mendorong otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament,

dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

c. Passanger

Terdiri dari janin dan plasenta. Janin bergerak di sepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin,

presentasi letak, sikap, dan posisi janin. Janin dapat memengaruhi

persalinan karena presentasi dan ukurannya.

4) Tahapan persalinan kala I

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaann lengkap. Pada permulaan his, kala

pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-

jalan. Proses pembukaan serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a. Fase laten

berlangsung selama 8 jam pada primigravida. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran 3cm.

b. Fase aktif

Menurut Varney (2007) dalam Persari (2018), fase aktif merupakan

periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan yang biasanya

mengacu pada pembukaan servik 4cm hingga pembukaan lengkap 10cm.

Pada fase ini kontraksi menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih

panjang dan intensitas lebih kuat sehingga intensitas nyeri yang dirasakan
13

dari sedang hingga sangat berat (Fitriyanti, 2017). Fase aktif dibagi

menjadi :

1. Fase akselerasi, yaitu fase pembukaan dari pembukaan 3 cm menjadi

4 cm dalam waktu 2 jam.

2. Fase dilatasi maksimal,yaitu dari 4 cm sampai 9 cm yang dicapai

dalam 2 jam.

3. Fase dekelerasi (kurangnya kecepatan),yaitu fase pembukaan dari

pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.

Gambar 2.1Dilatasi serviks (Johariyah,Ema 2012)

5) Perubahan Psikologi pada Kala I Persalinan

Persepsi nyeri pada saat kontraksi juga terjadi karena keadaan

psikologi ibu bersalin seperti emosi, rasa takut dan kecemasan yang bersifat

sangat subjektif dan berbeda – beda pada setiap fase pembukaan serviks

(Lowe, 2022 dalam Persari, 2018).


14

Pada fase laten banyak ibu merasa bergairah dan cemas disaat

merasakan kontraksi pertama. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati bahwa

sebentar lagi ia akan bertemu buah hatinya. Namun, disisi lain ibu juga

merasa cemas terutama ibu primigravida yang tidak memiliki pengalaman

mengenai persalinan dan kontraksi palsu sehingga mereka salah sangka

tentang kemajuan persalinannya. Pada saat seperti itu berikan penjelasan

tentang apa yang sedang terjadi pada tubuhnya, sapa ibu secara positif lalu

lakukan observasi dan pemeriksaan, berikan penjelasan dengan lembut ibu

tentang kemajuan persalinannya. Pada fase laten kontraksi terasa seperti

sensasi pegal atau tekanan di perut bagian bawah dan punggung yang

merupakan kontraksi ringan. Pada fase ini kontraksi biasanya tidak teratur

yang merupakan cara alami tubuh untuk bersiap–siap jadi sarakan ibu

bersalin untuk tetap menikmati proses tersebut dan tetap aktif bergerak, tetap

makan, minum, tertawa dan mengobrol dengan riang diantara kontraksi atau

anjurkan ibu untuk kembali kerumah, beristirahat, mengalihkan perhatiannya

dengan kembali ke kegiatan sehari–hari seperti pergi berbelanja, berjalan–

jalan atau menonton film dengan suami (Aprilia, 2011).

Begitu persalinannya memasuki fase aktif ibu tidak punya keinginan

untuk makan atau mengobrol, ia juga menjadi lebih pendiam dan bertindak

berdasarkan naluri karena bagian primitif otak mengambil alih. Ketika

persalinan semakin kuat ibu menjadi kurang mobilitas, memegang atau

meremas sesuatu saat kontraksi (Chapman, 2007 dalam Persari, 2018).


15

Pada fase ini kontraksi menjadi semkin teratur dengan nyeri sedang

yang menyebabkan ibu bersalin terkadang panik dan tanpa sadar mencubit

pendamping persalinannya. Ketika hal ini dilakukan, jangan memarahinya.

Namun, ajak dia untuk melepaskan remasan / genggaman dan merilekskan

tubuhnya karena ketika ibu meremas, justru ibu akan menciptakan

ketegangan lain di tubuhnya. Ajak ibu untuk melakukan kegiatan yang aktif

selama kontraksi, seperti sering mengubah posisi, bernafas dengan perut,

melakukan pelvic rocking, dan membiarkan ibu tidur beberapa saat disela –

sela kontraksi akan sangat berarti bagi ibu (Aprilia, 2014).

B. Nyeri Persalinan

1. Pengertian Nyeri Persalinan

Menurut Cuningham dalam Andarmoyo, dkk (2012), nyeri persalinan

sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan

intensitas yang berbeda pada masing-masing individu. Nyeri merupakan

rangsangan tidak enak yang menimbulkan rasa takut dan stres yang dapat

mengakibatkan pengurangan aliran darah ibu ke janin sehingga pertukaran

oksigen pada sirkulasi utero – plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin.

2. Penyebab Nyeri Persalinan

Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi.

Penyebabnya meliputi faktor fisiologis dan psiklogis (khasanah dalam

Andarmoyo, dkk. 2012).


16

a. Faktor Fisiologis

faktor fisiologis yang dimaksud adalah kontraksi. Gerakan otot ini

menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim memanjang dan

kemudian memendek. Serviks juga akan melunak, menipis, dan

mendatar, kemudian tertarik. Saat itulah janin menekan mulut rahim

dan kemudian membukanya. Jadi,kontraksi merupakan upaya membuka

jalan lahir.

b. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan memengaruhi rasa nyeri.

Setiap ibu mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan.

Hal ini karena ambang batas rasa nyeri setiap orang berlainan dan

subjektif.

3. Fisiologis Nyeri Persalinan

Mahdi (2009) dalam Andarmoyo, dkk (2012) menjelaskan bahwa

fisiologis terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai dengan tahap persalinan,

yaitu persalinan kala I.

a. persalinan kala I

ditimbulkan oleh stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada leher

rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini berasal dari

kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan

kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan.


17

Tabel 2.1 Perbedaan kontraksi pada persalinan sejati dan kontraksi persalinan

palsu

Kontraksi pada persalinan Sejati Kontraksi pada persalinan palsu


Kontraksi terjadi dengan interval teratur Kontraksi terjadi dengan interval tidak teratur
Interval terhadap nyeri memendek Interval tetap lama
Nyeri di punggung dan abdomen Nyeri di perut bawah
Serviks membuka Serviks belum membuka
Nyeri tidak hilang dengan sedasi Nyeri mereda dengan sedasi
4. Mekanisme Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan kala I terjadi karena adanya stimulus nyeri. Stimulus

nyeri ini berasal dari kontraksi uterus (gerakan otot-otot polos uterus yang

memanjang dan kemudian memendek) yang mengakibatkan dilatasi serviks

(pendataran dan penipisan mulut rahim), iskemia miometrium dan tarikan

ligamentum pelvis. Nyeri akibat dilatasi serviks dan iskemia pada uterus ini

adalah nyeri viseral yang dirasakan oleh ibu pada bagian bawah abdomen

dan menyebar ke daerah lumbar, punggung dan paha.

Nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan menurun atau

menghilang pada interval kontraksi. Stimulus nyeri dari kontraksi uterus

merambat ke serabut saraf bermeilin kecil (A delta) dan serabut saraf tak

bermeilin (serabut C). Lalu dideteksi oleh nociceptor (bertindak sebgai

reseptor, pendeteksi stimulus dan penghantar impuls nyeri) sebagai

impuls nyeri. Impuls nyeri ditransmisikan oleh serabut syaraf aferen

viseral melalui pleksus uterus, pleksus pelvis, pleksus hipogastrik inferior,

middle, posterior masuk ke dalam medula spinalis melalui segmen saraf

spinalis lumbal atas (L1) dan segmen bawah (T10, T11, T12). Transmisi
18

impuls nyeri dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus melalui

spinotalamikus (STT), lalu impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik

motorik yang ada di otak besar, tempat nyeri dipersepsikan. Setelah sampai

ke otak, nyeri dirasakan secara sadar dan menimbulkan respon berupa

perilaku dan ucapan yang merespons adanya nyeri.

Pada akhir persalinan kala I dan persalinan kala II, nyeri yang

dirasakan ibu adalah nyeri somatik yang dirasakan pada daerah perineum

akibat peregangan pada jaringan perineum, tarikan peritonium dan daerah

uteroservikal saat kontraksi, atau penekanan kandung kemih, usus, dan

struktur sensitif panggul oleh bagian terendah janin. Sumber nyeri pada

akhir kala I dan kala II berasal dari saluran genital bawah, antara lain

perineum, anus, vulva dan klitoris. Melalui serat saraf aferen somatik

impuls nyeri ditransmisikan ke saraf pudendal menuju S4, S3 dan S2. Nyeri

yang dirasakan terutama pada daerah vulva dan sekitarnya serta daerah

pinggang (Johariyah, 2012).

Mekanisme nyeri persalinan dapat dilihat pada gambar berikut ini:


19

Gambar 2.2 Impuls nyeri persalinan (Sumber : Kustari dkk, 2012)

Referred pain (lokasi penyebaran rasa nyeri) berubah-ubah selama proses

persalinan, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.3 Lokasi penyebaran rasa nyeri persalinan (Sumber: Rukiyah dkk,

2009)
20

5. Jenis Nyeri Persalinan

a. Nyeri Viseral

Rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks dan iskemia

uterus pada persalinan kala I. Pada kala I fase laten lebih banyak

penipisan di serviks sedangkan pembukaan serviks dan penurunan daerah

terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu merasakan nyeri

yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah

lumbal punggung dan menurun ke paha. Ibu biasanya mengalami nyeri

hanya selama kontraksi dan bebas rasa nyeri pada interval antar

kontraksi.

b. Nyeri Somatik

Nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala II persalinan.

Nyeri disebabkan oleh peregangan perineum dan vulva, tekanan servikal

saat kontraksi, penekanan bagian terendah janin secara progresif pada

fleksus lumbosakral, kandung kemih, usus dan struktur sensitif panggul

yang lain (Judha, 2012 dalam Persari, 2018).

6. Perubahan – Perubahan Akibat His

a. Pada uterus dan serviks

Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air

ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi

mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).

1. Pada ibu
21

Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada

kenaikan nadi dan tekanan darah.


22

2. Pada janin

pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul

hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas

didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi

hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka

terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 per

menit, tidak teratur.

7. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

Menurut Andarmoyo, dkk (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan, yaitu :

a. Fakor internal

1) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri

Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu

mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri.

2) Usia

Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih

labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang

dirasakan menjadi lebih akurat. Usia juga dipakai sebagai salah satu

faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan

meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahan terhadap nyeri.


23

3) Aktivitas fisik

Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi

rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak melakukan latihan-

latihan yang terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada

wanitakarena hal ini justru akan memicu nyeri yang lebih berat.

4) Kondisi psikologis

Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting

dalam memunculkan keletihan pada wanita karena hal ini justru akan

memicu nyeri yang lebih berat.

b. Faktor eksternal

1) Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme pertahanan

tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi

psikologis yang relatif stabil.

2) Lingkungan fisik

Lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan cuaca, panas.

dingin, ramai, bising, memberikan stimulus terhadap tubuh yang

memicu terjadinya nyeri.

3) Budaya

Budaya tertentu akan memengaruhi respons seseorang terhadap

nyeri.

4) Support system
24

Tersedianya sarana dan support system yang baik dari lingkungan

dalam mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan orang terdekat

sangat membantu mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh

seseorang saat menghadapi persalinan.

5) Sosial ekonomi

Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu

mengatasi rangsang nyeri yang dialami.

6) Komunikasi

Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan

hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa

penyebabnya, cara mengatasi, dan apakah hal ini wajar akan

memberikan dampak yang positif terhadap manajemen nyeri.

Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak

tahu bagaimana yang harus dilakukan jika mengalami nyeri saat

persalinan.

C. Pengukuran Skala Nyeri

Nyeri atau rasa sakit merupakan suatu pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan, biasanya berkaitan dengan adanya

kerusakan jaringan atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan

tubuh. Nyeri merupakan kondisi yang membuat seseorang merasa tidak

nyaman bahkan bisa berlanjut menimbulkan gangguan rasa aman atau

terancam kehidupan. Rasa nyeri sangat individual, banyak faktor yang

mempengaruhi sehingga menimbulkan pressepsi yang berbeda-beda


25

antara individu satu dengan lainya. Sehingga penengkajian bisa berbeda-

beeda pula tergantung siapa yang akan kita kaji, berapa umur, apa ras dan

dalam kondisi yang bagaimana (Muttaqin dalam Rejeki, 2020). Ada

beberapa cara pengkajian nyeri :

a. Pengkajian Nyeri berdasakan PQRST

b. skala Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

c. Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale).

d. Self-report measure

e. Verbal Rating Scale (VRS)

f. Numeral rating scale (NRS)

Pengukuran skala nyeri dalam penelitian ini menggunakan

Numeric Rating Scale dan Wong Baker Pain Rating Scale . Dianggap

sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin,

dan perbedaan etnis. Lebih baik dari pada VAS terutama untuk menilai

nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk

menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan

tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama

antar kata yang menggambarkan efek analgesik.

• Numeric Rating Scale (NRS) (Gambar 3)

Gambar 3. Numeric Rating Scale (NRS)


26

1) Tidak Nyeri Skala (0) : Tidak Nyeri

2) Nyeri Ringan Skala (1-3) : Secara objektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

3) Nyeri Sedang Skala (4-6) :Secara objektif klien mendesis,

menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dan dapat

mengikuti perintah dengan baik.

4) Nyeri Berat Skala (7-9) : Secara objektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon

terhadap tindakan. Dapat menunjukkan

dengan baik.

5) Nyeri Sangat berat Skala (10) : Klien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi atau memukul.

• Wong Baker Pain Rating Scale

Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak

dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka

(Gambar 4).
27

Gambar 4. Wong Baker Pain Rating Scale


D. Cara Menilai Tingkat Nyeri
Ada 3 jenis pengukuran tingkat nyeri yaitu (Rejeki, 2020):

a. Self-report measure

Pengukuran tingkat nyeri dengan metose Self-report measure

adalah dengan cara pasien diminta untuk menilai sendiri rasa nyeri

yang dirasakan apakan nyeri yang berat (sangat nyeri), kurang nyeri &

nyeri sedang., kemudian dicatat sendiri sebagai cataqtan harian rasa

nyeri. Menggunakan buku harian merupakan cara lain untuk

mendapati informasi baru mengenai nyerinya apabila rasa nyerinya

tetap menerus atau menetap atau kronik. Cara ini amat sangat

membantu buat mengukur pengaruh nyeri pada kehidupan pasien

tersebut. Penilaian terhadap intensitas nyeri, kondisi psikologi dan

emosional atau kondisi affektif nyeri juga dapat dicatat (Loretz, 2005).

b. Observational measure (Pengukuran secara observasi)

Observasional measure merupakan jenis metode lain dari

pengukuran tingkat nyeri. Pengukuran jenis ini relatif membutuhkan

biaya yang agak besar karena memerlukan waktu yang agak lama.
28

Pada umumnya bentuk pengukuran tingkat nyeri ini mengandalkan

pada tenaga terapis untuk mencapai kelengkapan/kesempurnaan

dalam pengukuran dari berbagai faktor pengalaman nyeri dan

kebanyakan berkaitan dengan perilaku penderita. Pengukuran ini

dimungkinkan kurang sensitif terhadap komponen subyektif dan

affektif dari rasa nyeri

c. Pengukuran fisiologis

Perubahan biologis dapat digunakan sebagai pengukuran tidak

langsung dari nyeri yang dirasakan pasien. Pada dasarnya tubuh

mempunyai kemampuan homeostatis sehingga respon biologis pada

nyeri akut dapat distabilkan dalam waktu beberapa waktu karena

tubuh berusaha mejbuat pemulihan. Sebagai contoh, pernafasan,

denyut nadi dapat menunjukkan beberapa perubahan yang kecil pada

awal migrain apabila terjadi serangan yang tiba-tiba dan keras, tetapi

beberapa waktu setalah kejadian perubahan tersebut akan kembali

seperti sebelum penderta mengalami migrain. Pengukuran fisiologis

bermanfaat dalam keadaan dimana pengukuran secara observasi lebih

sulit untuk dilakukan.

8. Penatalaksanaan Nyeri

a. Cara farmakologi

Penanganan dengan pemberian obat-obatan analgesik yang bisa

disuntikan, melalui infus intravena yaitu saraf yang menghantarkan

nyeri.
29

b. Metode Nonfarmakologi

Menurut Brunner dan Suddarth (2012) dalam Safitri (2019), metode

pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak

membahayakan, metode ini seperti:

1) Ditraksi

Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri

merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif

afektif lainnya.

2) Relaksasi

Seluruh sistem saraf, organ tubuh dan panca indra dapat beristirahat,

untuk melepaskan ketegangan yang ada dan pada dasarnya tetap

sadar, salah satunya dengan kontrol pernafasan.

3) Pemijatan/Massage

Massage adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering

dipusatkan pada pinggang dan bahu. Massage menstimulasi reseptor

tidak nyeri. Massage juga membuat pasien lebih nyaman karena

membuat relaksasi otot.

4) Hypnosis

Efek untuk menurunkan nyeri akut dan kronis. teknik ini mungkin

membantu pereda nyeri trauma dalam periode sulit.

5) Memberi Rangsangan Alternatif yang Kuat

Penanganannya berupa kompres hangat dan kompres dingin.


30

E. Massage Effleurage

1. Pengertian

Menurut Herinawati, dkk, (2019), Effleurage adalah pijatan ringan

dengan menggunakan jari tangan, biasanya pada perut, seirama dengan

pernapasan saat kontraksi.

Menurut Trimowiyanto (2012) dalam Putri (2018), effleurage massage

adalah suatu gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan tangan

melekat pada bagian-bagian tubuh yng digosok dengan ringan dan

menenangkan. Massage Effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi

darah, menghangatkan otot abdomen, dan meningkatkan relaksasi fisik dan

mental. Massage effleurage merupakan teknik relaksasi fisik.

Menurut Ellysusilawati (2018) effleurage (bentuk massage dengan

menggunakan telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan

tubuh dengan arah sirkular secara berulang). Massage Effleurage yaitu usapan

di punggung atau abdomen dengan lembut (Ina, Fitri, 2017) dalam (Putri,

2018).

Menurut Jerdi (2007) effleurage massage berasal dari bahasa Prancis

yang berarti “skimming the surface” yang artinya “mengambil buih

dipermukaan”. Massage Effleurage adalah salah satu gerakan utama dalam

pijat dan bisa dilakukan di bagian tubuh manapun.

2. Teknik Massage Effleurage

Menurut Bobak, (2005) dalam Herinawati, dkk (2019), tehnik Massage

effleurage merupakan salah satu metode non farmakologis yang dilakukan


31

untuk mengurangi nyeri. Massage Effleurage berupa usapan lembut, lambat,

dan panjang tidak putus-putus. Bisa dilakukan dengan posisi miring, tehnik

massage ini menimbulkan efek relaksasi dan menciptakan perasaan nyaman.

Peranan effleuerage digunakan untuk membantu ibu distraksi dan

mengurangi nyeri. Secara fisiologis teknik massage effleurage pada abdomen

dapat menurunkan tingkat nyeri, hal ini sesuai dengan teori gate control yang

menyatakan rangsanganrangsangan nyeri dapat diatur atau dihalangi oleh pintu

mekanisme sepanjang sistem pusat neurons. Nyeri merupakan suatu

mekanisme produksi bagi tubuh, timbul bila mana terdapat jaringan yang

dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi atau menghilangkan rasa

nyeri (Handayani, 2016). Stimulasi dengan effleurage Massage menutup

gerbang sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan 'nyeri karena sudah

diblokir oleh stimulasi dengan effleurage massage sehingga persepsi nyeri

berubah, karena serabut di permukaan kulit (Cutaneus) sebagian besar adalah

serabut saraf yang berdiameter luas. Teknik ini juga memfasilitasi distraksi dan

menurunkan transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen sehingga

mengurangi ketidak nyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik relaksasi

Effleurage mengurangi ketegangan otot. Meningkatkan sirkulasi area yang

sakit dan mencegah terjadinya hipokisa pada janin (Handayani, 2016).

Berikut langkah-langkah melakukan massage effleurage:

a. Mengatur posisi senyaman mungkin seperti miring ke kiri atau duduk.


32

Gambar 2.5 posisi miring

b. Tarik nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkan secara perlahan

melalui mulut hingga merasa rileks.

c. Melakukan massage effleurage dengan menggunakan minyak zaitun atau

lotion.

Gambar 2.6

d. Pada saat timbulnya kontraksi jari-jari tangan rapat mencakup otot,

gosokan menuju arah jantung dan dilakukan secara berirama dan kontinyu.
33

Gambar 2.6 tehnik Massage Effleurage


34

Dengan merangsang titik di sepanjang meridian medulla spinalis yang

ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke formatio retikularis, thalamus,

dan sistem limbic tubuh akan melepaskan endorfin. Massage Effleurage pada

area punggung menstimulasi serabut taktil kulit sehingga sinyal nyeri dapat

dihambat dan korteks serebri tidak menerima sinyal nyeri tersebut, nyeri

yang dirasakanpun dapat berkurang/menurun (Nastiti, dkk. 2012).

Massage Effleurage ini dilakukan selama ±10 menit pada saat terjadinya

kontraksi dan berikan lotion atau minyak/baby oil tambahan jika dibutuhkan

merupakan tehnik effleurage massage yang aman, mudah untuk dilakukan,

tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya yang banyak, tidak

memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri ataupun dengan bantuan

orang lain (Ekowati, 2011) dalam (Putri, 2018).

Dalam jurnal hernawati dkk pada tahun 2019 terdapat beberapa pola

tekhnik effleurage tersedia pilihan pola pemijatan tergantung pada keinginan

masing-masing pemakai dan manfaatnya dalam memberikan kenyamanan.

Pola teknik effleurage yang bisa dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan

akibat kontraksi uterus adalah:

a. Teknik menggunakan dua tangan

Teknik ini bisa dilakukan oleh ibu inpartu sendiri dengan menggunakan

kedua telapak jari-jari tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstan

dengan cara gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian

bawah diatas simpisis pubis, mengarah ke samping perut, terus ke fundus


35

uteri kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah di

samping simpisis pubis (Bobak,2005:57)

Gambar 3. Teknik pijat Effleurage dengan dua tangan oleh ibu inpartu

b. Teknik menggunakan satu tangan

Teknik ini dapat dilakukan oleh orang lain (suami, keluarga atau petugas

kesehatan) dengan menggunakan ujung-ujung jari tangan melakukan

usapan pada abdomen secara ringan, tegas, konstan dan lambat dengan

membentuk pola gerakan seperti angka delapan (Bobak,2005:58)

Gambar 4. Teknik pijat Effleurage dengan satu tangan


36

c. Teknik pemijatan lain yang dapat dilakukan pasangan atau pendamping

persalinan selama persalinan adalah:

1) Melakukan usapan dengan menggunakan seluruh telapak tangan pada

lengan atau kaki dengan lembut

2) Melakukan masase pada wajah dan dagu dengan lambat

3) Selama kontraksi berlangsung, lakukan usapan ringan pada bahu dan

punggung

4) Melakukan gerakan membentuk pola 2 lingkaran dipaha ibu bila tidak

dapat dilakukan di abdomen fasilitasi jika ibu ingin menyewa seorang

terapis pijat professional untuk mendampinginya selama persalinan.

Pengetahuan dan keahlian terapis pijat professional akan mampu

menggabungkan teknik lain seperti refleksologi dan penggunaan titik-

titik tekanan.

3. Cara Melakukan Effleurage Massage

Prosedur tindakan stimulasi kulit dengan teknik effleurage massageyaitu:

a. Atur posisi tidur ibu dengan posisi tidur telentang rileks dengan

menggunakan 1 atau 2 bantal, kaki diregangkan 10 cm dengan kedua lutut

fleksi dengan membentuk sudut 450

b. Pada waktu timbulnya kontraksi, kaji respon fisiologis dan psikososial ibu

lalu tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri.

c. Pada waktu timbul kontraksi berikutnya, letakkan kedua telapak ujung-

ujung jari tangan diatas simpisis pubis bersama inspirasi pelan, usapkan

kedua ujungujung jari tangan dengan tekanan yang ringan, tegas dan
37

konstan ke samping abdomen, mengelilingi samping abdomen menuju

kearah fundus uteri, setelah sampai fundus uteri seiring dengan ekspirasi

pelan-pelan usapkan kedua ujung-ujung jari tangan tersebut menuju perut

bagian bawah di atas simpisis pubis melalui umbilicus. Lakukan gerakan

ini berulang-ulang selama ada kontraksi.

d. Sesudah dilakukan perlakuan, kaji respon fisiologis dan psikologis ibu

dan tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri

Berdasarkan teori Indrayani (2016:136) Penatalaksanaan nyeri persalinan

dapat dilakukan dengan effleurage massage untuk mengalihkan perhatian

ibu dari nyeri saat kontraksi.

Menurut Ayuningtyas (2019) aturan-aturan yang harus diperhatikan

dalam pelaksanaan terapi pijat, antara lain :

a. Pijatan yang kuat tidak boleh diterapkan pada pasien dengan gangguan

perdarahan atau jumlah trombosit darah yang rendah. Selain itu pemijatan

juga tidak boleh dikonsumsi pada orang yang mengonsumsi obat

pengencer darah.

b. Terapi pijat tidak boleh dilakukan pada bagian tubuh manapun yang

mengalami pembekuan darah, patah tulang, luka terbuka, infeksi kulit,

atau kelemahan tulang (osteoporosis atau kanker tulang). Orang yang

belum lama dioperasi juga tidak diperbolehkan mendapatkan terapi pijat.


38

c. Secara umum terapi pijat aman untuk pasien kanker, walau demikian

merekan harus berkonsultasi dengan ahli onkologi sebelum melakukan

terapi pijatan, khususnya yang melibatkan tekanan yang dalam atau intens.

Setiap tekanan langsung terhadap tumor atau kanker bisa saja

memperburuk kondisi pasien.

4. Mekanisme Kerja Massage Effleurage

Effleurage massage dapat memberikan efek rasa nyaman, menimbulkan

relaksasi, serta merangsang pengeluaran hormon endorphin yang dapat

menghilangkan rasa sakit secara ilmiah yang di dukung oleh teori Melzack and

Wall (1965) dalam Andarie (2018) tentang Gate Control Theory. Teori ini

menjelaskan tentang dua macam serabut saraf berdiameter kecil dan serabut

saraf berdiamter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda. Impuls rasa sakit

yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control

dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga

akan menimbulkan rasa sakit.

Tetapi impuls rasa sakit ini dapat di blok dengan memberikan

rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan gate control

akan tertutup dan rangsangan berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar

yang banyak pada kulit, harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls

rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai kortekks

serbral. Ketika dilakukan massage effleurage terjadilah hambatan nyeri

kontraksi uterus, karena pada saat itu serabut Delta A akan menutup gerbang

sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan nyeri yang sudah diblokir oleh
39

counter stimulusi masase ini sehingga persepsi nyeri dapat berubah (Parulin

T.S, dkk, 2014) dalam (Andarie, 2018).

Menurut Geofferey (1994) dalam Putri (2018) sensasi menyenangkan

pada saat effleurage massage merangsang nukleus pada otak untuk

menurunkan aktivitas saraf tulang belakang dan membantu melepaskan opioid

endogenus sebagai inhibitor neurotransmiter (penghambat) respon nyeri untuk

tiba di otak, selanjutnya intensitas nyeri ke pusat terhambat.

F. Penelitian Terkait

Tabel 2.2 Penelitian terkait


No. Nama Judul Sampel Metode Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
1 (Herinawa Pengaruh 30 orang quasy rata-rata nyeri persalinan
ti et al., Effleurage experimen
2019) Massage tal sebelum dilakukan effleurage
Terhadap dengan
Nyeri desain massage adalah 6,27 dengan
Persalinan pre dan
Kala I Fase post standar deviasi 1,363.
Aktif di design
Prakti Sedangkan pada nyeri setelah
Mandiri
Bidan effleurage massage terlihat
Nuriman
Rafida dan mean sebesar 4,17 dengan
Praktik
Mandiri standar deviasi 1,621. Hasil uji
Bidan
Latifah statitik yang didapatkan
Kota Jambi
didapatkan p value 0,000

(p<0,05) yang berarti ada

perbedaan signifikan antara

nyeri sebelum massage dengan


40

setelah massage, dengan kata

lain jika dilakukan effleurage

massage dapat menurunkan

nyeri. Sehingga dari hasil

analisis ini dapat ditarik

kesimpulanya itu ada

pengaruh effleurage massage

terhadap nyeri kala I fase aktif.

2 Ellysusiaw Efektivitas 32 orang quasi rata-rata skala nyeri persalinan


ati, Pemberian yang experimen normal fase aktif pada ibu
Teknik dibagi tal dengan Primigravida, dengan Teknik
Massage dalam 2 the Massage Effleurage adalah 2
Effleurage kelompok posttest dengan Std. deviasi 2,44,
dan Teknik perlakuan only sedangkan rata-rata skala nyeri
Massage control persalinan dengan Massage
Conterpress group Conterpressure adalah 6
ure design dengan Std. deviasi 6,36. Hasil
Terhadap Uji Statistik mengunakan
Rasa Nyeri Paired T-test didapatkan nilai
Persalinan P value 0,000 maka dapat
Normal disimpulkan bahwa tehnik
Pada Massage Effleurage lebih
Primigravid efektif dari pada tehnik
a Massage Conterpressure dalam
mengurangi nyeri persalinan
normal kala I fase aktif.

3 Nelly Pengaruh 10 orang Pre frekuensi nyeri sebelum


Karlinah, Effleurage Experime diberikan effleurage massage
dkk (2022) Massage ntal mayoritas nyeri sedang
Terhadap dengan sebanyak 9 responden dengan
Nyeri rancangan persentase 90,0% dan
Persalinan onegroupp minoritas nyeri berat sebanyak
Kala I Fase re- 1 orang dengan persentase
Aktif testpost- 10,0%. Sedangkan a frekuensi
test nyeri sesudah diberikan
designs effleurage massage mayoritas
41

nyeri menurun menjadi nyeri


ringan sebanyak 9 responden
dengan persentase 90,0% dan
minoritas nyeri sedang
sebanyak 1 orang dengan
persentase 10,0%. hasil Uji
Wilcoxon Rank Test
didapatkan p value = 0,002
atau p value< 0,05, artinya ada
pengaruh effleurage massage
terhadap tingkat nyeri pada
persalinan kala I fase aktif di
Praktik Mandiri Bidan (PMB)
Hasna Dewi Kota Pekanbaru
4 Siti Pengaruh 30 ibu quasi Pada penelitian ini p value
Fatimah, Kompres haml experimen 0,000 < 0,05 yang berarti
dkk (2021) Hangat Dan dengan tal design bahwa Ha diterima dan H0
Massage massage dengan ditolak. Hal ini berarti ada
Effluerage dan 30 rancangan pengaruh kompres hangat dan
Terhadap ibu hamil yang massage efleurage terhadap
Rasa Nyeri dengan digunakan rasa nyeri persalinan fase aktif
Persalinan kompres adalah kala 1 Di Praktik Mandiri
Kala I Fase hangat pretest- Bidan (PMB)
Aktif posttest Semiyati,Am.Keb Muara Enim
one group Tahun 2021.
design
5 Eline Pengaruh 26 orang Pre Dari hasil penelitian terlihat
Charla Teknik Eksperime telah terjadi penurunan tingkat
Sabatina Massase ntal nyeri sebanyak 16 0rang ibu
Bingan, Effleurage dengan bersalin mengalami nyeri
(2019) Terhadap One ringan setelah diberi perlakuan
Tingkat Group Massase Effleurage dengan
Nyeri Pada Pretest- rata-rata skala nyeri persalinan
Ibu Posttest sebesar 61,5%. Hasil uji
Bersalin Design. wilcoxon diperoleh nilai
Kala I Fase Dengan pvalue = 0,000. Dengan
Aktif pengambil demikian nilai pvalue lebih
an sampel kecil dari 0,05 sehingga dapat
Puposive disimpulkan terdapat pengaruh
Random Massase Effleurage terhadap
Sampling. penurunan intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif
6 Herinawati Pengaruh 30 orang n quasi Dari analisis deskriptif untuk
, dkk Effleurage experimen tingkat nyeri responden
(2019) Massage tal design sebelum dilakukan effleurage
terhadap dengan massage diperoleh hasil bahwa
42

Nyeri rancangan tidak ada satu pun responden


Persalinan yang yang merasakan nyeri ringan,
Kala I Fase digunakan terdapat 16 (53%) responden
Aktif di adalah yang merasakan nyeri sedang,
Praktik pretest- 14 (47%) responden
Mandiri posttest mengalami nyeri berat
Bidan one group sedangkan setelah dilakukan
Nuriman design massage effleurage tingkat
Rafida dan nyeri responden mengalami
Praktik penurunan, dimana untuk nyeri
Mandiri ringan dirasakan oleh 17
Bidan (57%), 10 responden (33.0%)
Latifah merasakan nyeri sedang, dan
Kota Jambi nyeri berat sebanyak 3
Tahun 2019 responden (10%). Dari hasil
analisis tersebut diketahui
bahwa setelah massage masih
ada beberapa responden yang
merasakan nyeri berat.
7 Miftakhul Efektivitas 30 orang Quasi Berdasarkan hasil analisis
Zanah, Effleurage experimen skala nyeri sebelum diberikan
dkk Massage tal effleurage massage dan
(2021) Dengan (eksperim aromaterapi lavender adalah
Aromaterap en semu) nyeri sedang 26 orang (86,7
i Lavender dengan %), nyeri berat sebanyak 3
Untuk pendekata orang (10,0 %) dan nyeri
Menurunka n one ringan 1 orang (3,3 %). Rata-
n Nyeri group pre rata skala nyeri sebelum
Persalinan test - post pemberian intervensi adalah
Di Pmb test design 5,85. Berdasarkan analisis
Yenita Kota univariat, skala nyeri
Pariaman persalinan setelah pemberian
effleurage massage dan
aromaterapi lavender adalah
nyeri ringan 22 orang (73,4%),
nyeri sedang 7 orang (23,3 %)
dan nyeri berat sebanyak 1
orang (3,3 %). Rata rata skala
nyeri setelah pemberian
aromaterapi adalah 3,75.
Hasil Uji Wilcoxon
menunjukkan nilai p = 0.00 (p
< α) sehingga H0 ditolak dan
Ha diterima dan disimpulkan
bahwa effleurage massage dan
aromaterapi lavender efektif
43

menurunkan nyeri persalinan


kala satu fase aktif. Hasil uji
statistik menunjukkan
effleurage maasage dan
aromaterapi lavender
menurunkan nyeri persalinan
sebesar 2.1
44

G. Kerangka Teori Penelitian

Bagan 2.1 kerangka teori

Penyebab nyeri persalinan Nyeri persalinan

penatalaksanaan
Faktor Faktor
fisiologis psikologis

Nyeri viseral Nyeri somatik Non


Cemas, farmakologi
farmakologi
takut

 Dilatasi  Peregangan
perineum
serviks Massage
dan vulva
 Iskemia  Tekanan Effleurage
uterus servikal

Terjadi hambatan
nyeri kontraksi uterus

Penurunan tingkat
nyeri ibu bersalin
45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala 1 fase

aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin

dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan

dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat.

Pengontrolan nyeri persalinan yang paling tepat dan efektif dan membutuhkan

dukungan untuk menerapkan teknik tersebut pada saat proses persalinan. (Alfian,

dkk. 2018)

Masase dapat meningkatkan relaksasi tubuh dan mengurangi stress,

disamping itu masase merupakan asuhan yang efektif, aman, sederhana dan tidak

menimbulkan efek yang merugikan baik pada ibu maupun janin (Mander, 2012).

Penerapan terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri pada persalinan

merupakan metode yang harus dikembangkan oleh semua penolong persalinan.

Hal ini secara tidak langsung akan membantu ibu bersalin dalam mengatasi nyeri

akibat persalinan yang terjadi dan menekan resiko terjadinya komplikasi akibat

persalinan yang terjadi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konsep

penelitian

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

O1 X O2
46

Sumber: Sugiyono (2016)

Keterangan:

O1 : Nilai nyeri ibu bersalin sebelum dilakukan massage effleurage.

X : Perlakuan (massage effleurage)

O2 : Nilai nyeri ibu bersalin sesudah diberi perlakuan massage effleurage.

B. Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah quasi experimen dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre-eksperimental dengan

rancangan yang digunakan adalah pretest post test one grup. Desain ini terdapat

pretest, sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum

diberikan perlakuan (Sugiyono, 2016).

Rancangan penelitian ini tidak ada control group ataupun randomization.

Sebelum perlakuan sampel terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat nyeri

bersalin fase aktif dan pada saat di akhir penelitian sampel dilakukan pengukuran

tingkat nyeri fase aktif sesudah dilakukan massage effleurage. Selanjutnya, hasil

pengukuran sebelum intervensi dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah

intervensi.

Desain penelitian merupakan prosedur untuk memperoleh sebuah informasi

dalam menyelesaikan masalah dalam sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan

studi Pre-Experiment untuk mengetahui pengaruh tehnik Massage Effleurage


47

terhadap nyeri ibu bersalin fase aktif.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atau praduga penelitian,

adapaun dalam penelitian ini terdapat dua hipotesisi

Ha: Ada pengaruh massage effleurage terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu

bersalin kala 1 fase aktif di PMB Wilayah Kerja Puskesmas Rongga Tahun 2023.

Ho: Tidak ada pengaruh massage effleurage terhadap penurunan tingkat nyeri

pada ibu bersalin kala 1 fase aktif di PMB Wilayah Kerja Puskesmas Rongga

Tahun 2023.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel, yaitu:

Variable independen Variabel dependen

Nyeri Persalinan
Massage effleurage

E. Definisi Operasional

Tabel Definisi Operasional

Definisi
Variabel Definisi konseptual Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

Tingkat Nyeri merupakan Tingkat nyeri Numeric Melihat 1. 0 = tidak Interval


Rating
nyeri pengalaman yang Scale skala ukur nyeri
48

persalinan sensori dan dirasakan ibu ( NRS ) NRS 2. 1-3 = nyeri

emosional yang bersalin kala 1 ringan

tidak fase aktif 3. 4-6 = nyeri

menyenangkan yang dinilai sedang

akibat dari menggunakan 4. 7-9 = nyeri

kerusakan jaringan lembar analog berat

yang aktual atau skala 5. 10 = nyeri

potensial intensitas sangat berat

(Smeltzer, 2002). nyeri,

dihitung

ketika sedang

ada kontraksi

Massage Gerakan Suatu cara SOP Observasi

Effleurage mengusap tubuh relaksasi

yang lembut dan dengan

perlahan, memberikan

pengurutan dapat tekanan

berupa gerakan menggunakan

pendek dan tangan pada

panjang dengan bagian sisi

seluruh telapak tulang belakang

tangan. Vita health pada ibu

(2007) bersalin kala 1


49

fase aktif.

F.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi

bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh

subyek itu (Sugiyono, 2018).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

bersalin di wilayah kerja Puskesmas Rongga dari bulan April – Juni 2023.

2. Sampel

a. Pengertian sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2018). Dimana sampel dalam penelitian ini adalah

29 Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Rongga

tahun 2023.

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability

sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan


50

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018).

Responden yang diambil sebagai sampel adalah Ibu Bersalin Kala I

Fase Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Rongga tahun 2023. pada saat

penelitian dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin. Adapun rumus slovin adalah

sebagai berikut:

N
n=
1 + N (e) 2
n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Standar Error (10%)

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka diperoleh besarnya sampel

sebagai berikut :

62
n=
1+62 (0.1)2
62
n=
1+0.62
62
n=
1.62
n= 38

c. Kriteria Inklusi

1) Pesalinan kala 1 fase aktif.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Ibu yang kooperatif

d. Kriteria eksklusi
51

1) Ibu tidak kooperatif dan kesadarannya menurun.

2) Persalinan dengan bukan letak kepala

3) TFU >36 cm

4) Ibu merasa pusing

5) Ibu nyeri ulu hati

6) Ibu dengan Hipertensi

G. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010) instrumen adalah alat atau fasilitas yang

digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP dan lembar

analog skala intensitas nyeri numeric 0-10.

H. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ibu bersalin di PMB Wilayah Kerja

Puskesmas Rongga dan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni tahun 2023.

I. Pembantu Peneliti

Dalam proses penelitian, peneliti dibantu oleh pemilik PMB di Wilayah

Kerja Puskesmas Rongga.

J. Teknik Pengumpulan, Pengolahan Data, dan Analisa Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan dan proses pengumpulan

karakteristik subyek yang diperlukan (Notoatmodjo, 2002). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan data primer
52

dengan menggunakan wawancara dan observasi (menggunakan alur berupa

ceklist dan skala nyeri) pada responden dengan cara:

a. Menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

b. Responden diberikan massage effleurage.

c. Mengidentifikasikan tingkat nyeri persalinan kala 1 sebelum responden

diberikan perlakuan massage effleurage.

d. Mengidentifikasikan tingkat nyeri persalinan kala 1 setelah diberikan

massage effleurage selama 10 menit.

e. Menulis hasil pengamatan tingkat nyeri persalinan kala 1 pada lembar

observasi.

2. Pengolahan Data

Penelitian ini mengunakan analisa statistik dengan komputerisasi, data yang

telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis melalui tahapan sebagai

berikut.

a. Editing

Merupakan tahap untuk melakukan pengecekan isi lembar observasi dan

checklist apakah sudah lengkap dan jelas terbaca, sehingga dapat diproses

dan lebih lanjut.

b. Coding

Yaitu memberikan kode terhadap hasil yang diperoleh dari data yang ada

untuk memudahkan memasukkan data dalam komputer agar memperoleh

proses pengolahan data.

c. Tabulating
53

Setelah dilakukan coding kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam

tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing

variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai.

3. Analisis data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa terhadap variabel hasil penelitian pada

umumnya. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase

dari variabel penelitian yang menghasilkan data numerik atau kategorik.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa data yang dilakukan pada dua variabel yang

diduga mempunyai korelasi (Notoatmodjo, 2005).

Uji yang digunakan adalah uji T Independen dan Uji T Dependen.


54

SOP MASSAGE EFFLEURAGE PADA IBU BERSALIN

1 PENGERTIAN Masase Punggung pada Ibu Melahirkan adalah


teknik pijatan yang dilakukan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin saat
terjadi kontraksi dengan menggunakan sentuhan
tangan pada panggul klien secara perlahan dan
lembut untuk menimbulkan efek relaksasi.
2 TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah
2. Menurunkan respon nyeri punggung
3. Menurunkan ketegangan otot
3 IINDIKASI Klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri
punggung pada ibu hamil inpartu
55

4 KONTRAINDIKASI 1. Nyeri pada daerah yang akan di masase


2. Luka pada daerah yang akan di masase
3. Gangguan atau penyakit kulit
4. Jangan melakukan pemijatan langsung pada
daerah tumor
5. Jangan melakukan masase pada daerah yang
mengalami ekimosis atau lebam
6. Hindari melakukan masase pada daerah yang
mengalami inflamasi
7. Jangan melakukan masase pada daerah yang
mengalami tromboplebitis
8. Hati-hati saat melakukan masase pada daerah
yang mengalami gangguan sensasi seperti
penurunan sensasi maupun hiperanastesia
5 PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda
identifikasi klien dengan memeriksa identitas
dengan cermat
2. Jelaskan tentang prosedur yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien
untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
klien
3. Siapkan peralatan yang diperlukan
4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
5. Atur posisi klien sehingga merasa aman
nyaman
6 PERSIAPAN ALAT 1. Minyak untuk masase
2. Tisu
3. Handuk mandi besar
4. Satu buah handuk kecil
56

5. Sebuah bantal dan guling kecil dan selimut


7 Cara bekerja Prosedur Rasional
1. Beri tahu klien 1. Memberi waktu bagi
bahwa tindakan klien untuk
akan segera mempersiapkan diri
dimulai

2. Periksa TTV 2. Mengetahui kondisi


klien

3. Posisikan pasien 3. Posisi miring kiri


miring ke kiri dapat membantu untuk
untuk mencegah mencegah terjadinya
terjadinya tekanan pada perut ibu
hipoksia janin yang bisa
menyebabkan hipoksia
janin

4. Jika pasien masih 4. Memberi posisi yang


bisa untuk duduk nyaman sesuai dengan
berikan posisi keinginan klien agar
berlutut kemudian klien tidak merasa
berbaring dibantal tertekan dan tetap
yang besar rileks
senyaman
mungkin

5. Instruksikan 5. Nafas dalam dapat


pasien untuk membantu untuk
menarik nafas mempertahankan
dalam melalui kenyamanan
hidung dan klien agar tetap rileks
mengeluarkan dan dapat
lewat mulut secara mengurangi nyeri
perlahan sampai
pasien merasa
rileks

6. Tuangkan baby oil 6. Baby oil merupakan


pada telapak lubrikan yang baik
tangan kemudian untuk masase
gosokan kedua
57

tangan

hingga hangat
58

7. Letakkan kedua 7. Gerakan mengusap


tangan pada membantu dapat
punggung pasien, merangsang pelepasan
mulai dengan endorphin untuk
gerakan mengusap mengurangi rasa nyeri
dan bergerak dari dan memberi
bagian panggul kenyamanan pada
menuju sacrum klien

8. Buat gerakan 8. Gerakan sirkuler


melingkar kecil secara perlahan
dengan dengan pada satu titik
menggunakan ibu yang dirasa pasien
jari menuruni area terasa nyeri mampu
tulang belakang, memblok impuls nyeri
gerakkan secara agar nyerinya dapat
perlahan berikan berkurang dan gerakan
penekanan perlahan agar tidak
arahkan terjadi tekanan yang
penekanan berlebih pada
kebawah sehingga punggung ibu yang
tidak mendorong dapat menambah rasa
pasien kedepan nyeri

9. Usap bagian 9. Usapan pada daerah


lumbar atau punggung memberikan
punggung bawah relaksasi pada klien
dari arah kepala dan mencegah
ke tulang ekor, terjadinya lordosis
untuk mencegah pada daerah lumbal
terjadinya lordosis
lumbal

10. Bersihkan minyak 10. Memelihara


atau lotion pada kebersihan
punggung klien

11. Rapikan klien ke 11. Mempertahankan


posisi semula kenyamanan klien

12. Beritahu bahwa 12. Menginformasikan


tindakan telah kepada klien bahwa
selesai tindakan telah usai
59

13. Bereskan 13. Memelihara


60

peralatan kebersihan lingkungan


yang terapeutik
yang telah
digunakan 14. Membunuh organisme

14. Cuci tangan


8 EVALUASI 1. Evaluasi yang dicapai (penurunan skala
nyeri)
2. Beri reinforcement positif pada ibu hamil
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Tanggal atau jam dilakukan tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan
4. Nama dan paraf perawat
10 HAL-HAL YANG 1. Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien
PERLU harus selalu dikaji untuk mengetahui keadaan
DIPERHATIKAN klien selama prosedur
2. Istirahatkan klien terlebih dahulu setelah
dilakukan masase punggung selama kurang
lebih 1-2 menit
3. Perhatikan kontraindikasi dilakukan tindakan
61

INFORMED CONSENT

Setelah mendapatkan penjelasan secara rinci dan memahami intervensi yang akan
dilakukan penelitian ini, maka saya bersedia berpartisipasi menjadi responden
dalam penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Gina Nuralia
NIM : 2250347056
Prodi : S1 Kebidanan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
Selanjutnya saya tidak akan menuntut jika terjadi sesuatu hal dikemudian hari.
Berikut adalah identitas saya:
Tanggal pengukuran :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
GPA :
Pembukaan serviks :
Alamat :
No. Telepon/HP :
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Rongga , 2023

Responden

( )
62

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI


RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : …………………………………………………….
Pendidikan : ……………………………………………………..
Umur : ……………………………………………………..
Pembukaan serviks : ……………………………………………………..
GPA : ……………………………………………………..
Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan oleh
Nama : Gina Nuralia
NIM : 2250347056
Prodi : S1 Kebidanan Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi
Dengan judul “Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Pengurangan Nyeri Ibu
Bersalin Kala 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Rongga Kbb Tahun 2023”.
Saya telah mengerti dan memahami tujuan, manfaat serta dampak yang mungkin
terjadi dari penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti
akan menghormati hak-hak saya dan menjaga kerahasiaan saya sebagai
responden/narasumber penelitian.
Dengan pertimbangan di atas, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
dari pihak manapun saya memutuskan untuk bersedia berpartisipasi menjadi
responden dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.

Rongga, 2023
Yang membuat pernyataan,

( )
63

INSTRUMEN PENGUKURAN NYERI

Nama Ibu : …………………………………………………


Umur : …………………………………………………
Pendidikan : …………………………………………………
GPA : …………………………………………………
Pembukaan serviks : …………………………………………………

Petunjuk Pengukuran Nyeri

Berilah lingkaran pada salah satu angka dibawah ini yang menggambarkan
tingkat nyeri yang Anda rasakan pada saat mengalami nyeri bersalin kala I fase
aktif. Semakin besar angka maka semakin besar nyeri yang Anda rasakan.
A. Sebelum melakukan intervensi (pre-test)
Hasilnya :
Skala Nyeri

Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri Ringan
4-6 : Nyeri Sedang
7-9 : Nyeri Berat
10 : Nyeri Sangat Berat
B. Setelah dilakukan intervensi (post-test)
Hasilnya :

Skala Nyeri

Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri Ringan
4-6 : Nyeri Sedang
7-9 : Nyeri Berat
10 : Nyeri Sangat Berat

Keterangan :
Tidak nyeri Skala (0) : Tidak Nyeri.
Nyeri Ringan Skala (1-3) : Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
Nyeri Sedang Skala (4-6) : Secara objektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dan dapat
mengikuti perintah dengan baik.
Nyeri Berat Skala (7-9) : Secara objektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan dengan baik.
Nyeri Sangat Berat Skala (10) : Klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
atau memukul.
65

Herinawati, H., Hindriati, T., & Novilda, A. (2019). Pengaruh Effleurage Massage

terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Praktik Mandiri Bidan

Nuriman Rafida dan Praktik Mandiri Bidan Latifah Kota Jambi Tahun 2019.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(3), 590.

https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i3.764

Kurniati, S. (2023). Endorphin Massase, Kecemasan, Ibu Bersalin C.

Murray, S. (2010). No Title. In Jurnal Kebidanan. Salemba Medika.

Herinawati, H., Hindriati, T., & Novilda, A. (2019). Pengaruh Effleurage Massage

terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Praktik Mandiri Bidan

Nuriman Rafida dan Praktik Mandiri Bidan Latifah Kota Jambi Tahun 2019.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(3), 590.

https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i3.764

Kurniati, S. (2023). Endorphin Massase, Kecemasan, Ibu Bersalin C.

Murray, S. (2010). No Title. In Jurnal Kebidanan. Salemba Medika.

Rejeki, Sri. 2020. Buku Ajar Manajemen Nyeri Dalam Proses Persalinan (Non
Farmaka). Semarang : Unimus Press.
66

Anda mungkin juga menyukai