Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NYERI PERSALINAN DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN NYERI MELAHURKAN

BAB I. PENDAHULUAN

M : Rasa nyeri pada persalinan terjadi karena nyeri kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan peningkatan aktifitas system saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut
jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera di atasi maka akan
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut, dan stress (Maita, 2016)
Ketidaknyamanan, rasa takut dan rasa nyeri masalah bagi ibu bersalin. Hal tersebut
merupakan rintangan terbesar dalam persalinan dan jika tidak diatasi akan berdampak pada
terhambatnya kemajuan persalinan. Partus lama dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis
ibu yang meliputi persepsi ibu pada rasa nyeri saat persalinan Nyeri pada primigravida
menyebabkan frustasi dan putus asa, sehingga beberapa ibu sering merasa tidak akan mampu
melewati proses persalinan.
S : Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa.
Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup
(ASEAN Secretariat, 2020). Sebanyak 91,9% wanita mengalami nyeri saat proses persalinan
kala I (Legiati Titi dan Widiawati Ida, 2013). Hasil penelitian lain menunjukkan primipara
mengalami tingkat nyeri persalinan lebih tinggi dibandingkan dengan multipara yaitu sebesar
2,63 kali (95% CI 0,96-7,20) (Fania Nurul Khoirunnisa dkk, 2017)
( Cunningham et al, 2013). menyatakan bahwa sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa
nyeri. Rasa nyeri pada persalinan lazim terjadi dan merupakan proses yang melibatkan
fisiologis dan psikologis ibu. Nyeri pada primigravida menyebabkan frustasi dan putus asa,
sehingga beberapa ibu sering merasa tidak akan mampu melewati proses persalinan. Murray
melap7 kontraksi, peregangan serviks, kurangnya suplai darah pada korpus uteri, dan segmen
bawah rahim yang meregang. Nyeri yang ditimbulkan melalui saraf sensorif torakal bawah,
saraf spinalis T11-12, lumbal atas dan saraf simpatik, dimana semua saraf bejalan mulai dari
perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan kortek serebri (Khasanah dan
Sulistyawati, 2020)
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon stres yang
berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan ketegangan otot
polos dan vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus yang
membuat impuls nyeri bertambah banyak(Kurniawati dkk., 2017)
S : Massage merupakan salah satu teknik aplikasi teori gate-control, dengan menggunakan
teknik massage atau pemijatan yang dapat meredakan nyeri dengan menghambat sinyal nyeri,
meningkatkan aliran darah dan oksigenasi keseluruh jaringan. Ibu bersalin yang mendapat
pijatan 20 menit setiap jam selama persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit. Hal ini
menyebabkan karena pemijatan merangsang tubuh untuk melepaskan endorphin yang
berfungsi sebagai Pereda rasa sakit dan menyebbakan rasa nyaman. Berdasarkan penelitian
sebelumnya data yang diperoleh dari (Marliani, Siagian, 2022) jumlah ibu bersalin periode
Januari sampai Desember 2020 sebanyak 110 orang dan yang ada dilakukan pijat
punggung dengan teknik effluarage sebanyak 84 (76,4%) orang, teknik murottal sebanyak
21 orang (19,1%) dan teknik relaksasi napasdalam sebanyak 5 orang (4,5%), sedangkan
pada periode Maret sampai Mei 2021 jumlah ibu bersalin sebanyak 55 orang dan yang
ada dilakukan pijat punggung dengan teknik effluaragesebanyak 43 (78,2%) orang,
sedangkan 12 orang (21,8%) lainnya dilakukan teknik counterpressure. Kemudian menurut
(Linda Rambe, 2021) dari 21 orang ibu ada ibu yang berhasil mengurangi rasa nyeri yang
hebat. Pada saat ibu akan melahirkan tidak diberikan tindakan massage punggung, dari 12
orang ibu (57,1%) ada 1 orang ibu bersalin 4,8% yang merasakan sakit yang kuat dan lama
setelah dilakukan tindakan pijatan punggung. Ini menunjukkan teknik masase cukup manjur
dalam menurunkan rasa nyeri yang hebat pada persalinan. Secara statistik didapatkan p=
0,000, masase punggung berpengaruh terhadap penurunan derita perih ada awal mula akan
terjadinya persalinan.
1.2 Rumusan Masalah

Dari beberapa ringkasan latar belakang tersebut, di dapatkan rumusan masalah yakni
“Bagaimana Deep Back Massage memberikan pengaruh pada intensitas nyeri pada ibu
bersalin?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui Deep Back Massage sangat berpengaruh dalam menurunkan nyeri
pada ibu bersalin

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Deep Back Massage pada ibu bersalin


2. Untuk mengetahui intensitas nyeri persalinan pada primigravida
3. Untuk mengetahui pengaruh Deep Back Massage pada ibu hamil

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi penulis mengenai pengaruh pada intensitas nyeri pada ibu bersalin
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan literatur review tentang nyeri persalinan pada primigraavida setelah


melakukan pijta deep back massage dapat menambah referensi pengetahuan tentang tindakan
keperawatan yang dilakukan pada ibu hamil primigravida yang mengalami nyeri pada saat
persalinan.

1.4.3 Bagi Layanan Kesehatan

Diharapkan literatur review dapat menambah intervensi bagi pelayanan kesehatan


pada kasus nyeri persalinan pada primigravida.

1.4.2 Bagi Klien

Diharapkan literatur review dapat dijadikan sebagai informasi yang dapat bermanfaat
khususnya bagi para ibu hamil agar termotivasi untuk melakukan teknik pijat punggung atau
deep back massage agar dapat mengurangi nyeri pada saat dirinya baik anggota
keluargannya yang mengalami nyeri saat persalinan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ibu Hamil

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah penyatuan sperma dan sel telur berikutnya adalah Nidashi. Dari
pembuahan hingga kelahiran bayi, kehamilan normal terjadi dalam waktu 40 minggu
atau 9 bulan dalam kalender internasional. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa
kehamilan berakhir dengan pertemuan sel telur dan sperma di dalam dan di luar rahim
dan pengeluaran bayi dan plasenta melalui jalan lahir. (Hapsari, 2019)

2.1.2 Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil

Perubahan fisik menurut (siti Tyastuti, 2016)

a) Perubahan Sistem Reproduksi


1) Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin.
Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon progesteron berperan
untuk elastisitas/kelenturan uterus.
2) Vagina / vulva.

Gambar 1. 1 Perbesaran Uterus Menurut Usia Kehamilan

Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan warna merah ungu
kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih
asam, keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita
hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur.
Hypervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga
dapat meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual terutama pada
kehamilan trimester dua.
3) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi
produksi progesteron d an estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat.
Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak
terjadi siklus hormonal menstruasi.
b) Perubahan Payudara
Berkat efek hormon estrogen, dapat merangsang pembentukan saluran susu di
payudara. sedangkan hormon progesteron meningkatkan sel asinar payudara. Hormon
laktogenik plasenta (termasuk somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
proliferasi kelenjar susu dan meningkatkan produksi kasein, laktalbumin,
laktoglobulin, sel lemak dan kolostrum. Wanita hamil mengalami pembesaran dan
peregangan payudara, hiperpigmentasi kulit dan hipertrofi kelenjar Montgomery
terutama area areola dan papila akibat melanofor, puting susu membesar dan terlihat.
c) Perubahan Pada Sistem Endokrin
Progesteron :
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus luteum dan setelah
itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama
hamil dan menjelang persalinan mengalami penurunan. Produksi maksimum
diperkirakan 250 mg/hari.
Estrogen :
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah Ovarium. Selanjutnya estrone
dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan kadarnya meningkat beratus kali lipat, out
put estrogen maksimum 30 – 40 mg/hari.Kadar terus meningkat menjelang aterm.
d) Perubahan Pada Kekebalan
Pada ibu hamil, pH vagina berubah, keputihan menjadi lebih basa daripada asam,
oleh karena itu ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Dari 8 minggu
kehamilan, gejala kekebalan terlihat dengan adanya limfosit. Seiring bertambahnya
usia kehamilan, jumlah limfosit meningkat. Saat kehamilan berlanjut, sel limfoid
yang membentuk molekul imunoglobulin diamati. Imunoglobulin yang dihasilkan
adalah: Imunoglobulin Gamma-A: Dibentuk selama dua bulan kehamilan dan tidak
ditemukan sampai setelah kelahiran bayi.
e) Perubahan Pada Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan uretra melebar dan
melemahkan otot-otot saluran kemih. Saat buang air kecil lebih sering (poliuria), laju
filtrasi glomerulus meningkat menjadi 69%. Selama trimester pertama dan ketiga,
rahim yang membesar dapat menekan dinding saluran kemih, menyebabkan striktur
uretra dan kemungkinan hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea, dan asam urat
dalam darah dapat menurun, tetapi dianggap normal. Ibu hamil sering mengalami
buang air kecil selama trimester pertama dan ketiga, sehingga sangat disarankan untuk
sering mengganti pakaian dalam agar tetap kering.
f) Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping, mual dan muntah. Ketika mual
dan muntah terjadi di pagi hari, itu disebut morning sickness. Selain itu, terjadi
perubahan peristaltik yang sering disertai dengan kembung dan sembelit. Pada
beberapa kondisi patologis, muntah dapat terjadi hingga 10 kali sehari (hiperemesis
gravidarum).Aliran darah ke panggul dan peningkatan tekanan vena dapat
menyebabkan wasir pada tahap akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat
menyebabkan gusi hiperemik dan cenderung mudah berdarah. Air liur tidak
bertambah, walaupun banyak ibu hamil yang mengeluhkan air liur yang berlebihan
(ptyalism), perasaan ini mungkin disebabkan karena ibu hamil tersebut secara tidak
sadar menelan air liur saat mual, sehingga sepertinya air liurnya banyak. Pada
trimester pertama kehamilan, nafsu makan ibu hamil sering menurun, yang mungkin
disebabkan oleh rasa mual dan muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda.
Pada trimester kedua, mual dan muntah mulai berkurang, nafsu makan meningkat.

2.2 Konsep Nyeri Persalinan

2.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses keluarnya bayi dan placenta dari rahim ibu dengan masa gestasi
yang cukup yaitu 38 sampai dengan 42 minggu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran
fetus yang dapat hidup (viable), plasenta, dan selaput membrane ke dunia luar melalui jalan
lahir. Persalinan normal adalah lahirnya fetus tunggal yang aterm, persalinan spontan tanpa
induksi dan alat bantu yang terjadi dalam waktu 4-24 jam, serta tidak mengalami komplikasi
yang diikuti dengan persalinan plasenta secara spontan. Persalinan merupakan proses
pengeluaran janin, plasenta dan selaput janin dari rahim ibu. Proses persalinan ditandai
dengan adanya rasa nyeri akibat kontraksi dari rahim yang secara fisiologis terjadi (Rejeki,
2018)

2.2.2 Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan
tersebut.(Bahrudin, 2018)

Nyeri juga merupakan suatu pengalaman secara emosional dan berhubungan dengan perasaan
yang tidak enak yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan secara nyata atau potensial
(Rejeki, 2018)

Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain budaya, takut, kecemasan, pengalaman persalinan
sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan .Rasa nyeri pada persalinan adalah
manaifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang
menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini
menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). (Rejeki, 2018)

2.2.3 Etiologi

Anemia ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) atau ambang hematokrit (nilai
referensi) karena rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan hemoglobin (Hb),
peningkatan pemecahan sel darah merah (hemolisis), atau kelebihan darah. kehilangan
Defisiensi besi berperan penting dalam kejadian anemia, namun anemia juga dipengaruhi
oleh defisiensi nutrisi lain, penyakit nongizi dan penyakit genetik (keturunan). (Ananti dan
Muthmainah, 2016)

Gejala umum dari anemia adalah kelelahan, sesak napas, nyeri dada, sakit kepala, kulit pucat,
ekstritimitas dingin, kuku sendok, dan lidah pucat pada pemeriksaan fisik (Udayana dkk.,
2019)

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat,
dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Astriana, 2017)

2.2.3 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.Berdasarkan letaknya,
nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit
(Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya
yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.(Sari dkk.,
2018)

2.2.3 Klasifikasi

Klasifikasi anemia menurut (Bakta, 2017)

Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran


morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam
klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan:

a) Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg


b) Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27- 34 pg
c) Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl.

2.2.4 Patofisiologi

Iron dibutuhkan untuk produksi HgB dimana satu molekul terdiri dari protein (globin)
dikombinasikan dengan 4 molekul heme (pigmented compound). Satu molekul heme
terdiri dari 1 atom iron. Ketika jumlah simpanan iron berkurang, produksi Hgb akan
menurun. Sehingga efek utama defisiensi iron adalah penurunan Hgb dan penurunan
kapasitas ikatan oksigen dalam darah (Nurbadriyah, 2019)

Pada kehamilan, sel darah merah dan hemoglobin meningkat secara perlahan pada
pertengahan awal periode kehamilan, kemudian pertengahan akhir kehamilan terjadi
peningkatan sel darah merah, konsentrasi hemoglobin serta hematokrit masih berlanjut
dan kembali normal setelah 6 minggu masa kuning.(Udayana dkk., 2019)

2.2.5 Komplikasi

Komplikasi anemia pada kehamilan menurut (Ristica, 2013)

1) Plasenta Previa

2) Preeklamsia dan Eklamsia


3) Ketuban Pecah Dini

4) Perdarahan Post Partum

5) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

6) IUGR (Intrauterine Groeth Restriction) / Pertumbuhan janin terhambat

7) Cacat Bawaan

8) Retardasi Mental

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian pada kehamilan terdiri atas pengkajian Riwayat kehamilan secara


menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium (Reeder dkk., 2011)

1) Menurut (Reeder dkk., 2011) Riwayat kehamilan secara menyeluruh pengkajian


riwayat klien meliputi :
a) Karakteristik pribadi (usia, pekerjaan, suku, agama, anggota keluarga di rumah,
Berat badan, tinggi badan).
b) Riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan (seperti penyakit yang
dapat diturunkan secara genetik).
c) Riwayat menstruasi/haid terkait penentuan Hari pertama haid terakhir (HPHT)
d) Riwayat kehamilan sebelumnya termasuk komplikasi kehamilan, persalinan,
neonatal, dan post partum/nifas.
e) Riwayat kehamilan saat ini (apakah ada penyakit sejak awal kehamilan).
f) Kebiasaan penggunaan penggunaan obat–obatan, merokok dan kafein (minum kopi
dan teh).
g) Sikap terhadap kehamilan ini (apakah positif atau negatif).
h) Rencana persalinan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda sebagai perawat
dianjurkan untuk mengukur tanda - tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi,
respirasi, dan suhu. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang dilakukan meliputi
pemeriksaan:
a) Kepala dan leher lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut. Lalu
palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
b) Dada dan jantung lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop daerah
jantung dan paru–paru.
c) Payudara inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak, palpasi area
payudara dan axilla di seluruh kuadran.
d) Kulit Inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
e) Ekstremitas lakukan pemeriksaan reflex patella dengan menggunakan reflex
hammer.
3) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolisme
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan Latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perseptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran
2.2.2 Masalah Keperawatan

Diagnosa Keperawatan menurut SDKI (2018) antara lain :

a. Defisit pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil berhubungan dengan kurang
terpapar informasi.
Menurut SDKI (201), halaman 246, kode D.0111.
Keterangan :

1) Kategori : Perilaku
2) Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
3) Definisi : Ketidaan dan kurangnya informasi
kognitif yang berkaitaan dengan topik
tertentu.
4) Penyebab
a) Keterbatasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam bekerja
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktauan menemukan sumber informasi

5) Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
a) Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah
6) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b) Menunjukan perilaku berlebihan
7) Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi yang baru dihadapi oleh klien
b) Penyakit akut
c) Penyakit kronis

2.2.3 Intervensi

Tabel 1. 1. SLKI Tingkat Pegetahuan

Luaran Utama Tingkat Pengetahuan


Luaran Tambahann Memori
Motivasi
Proses Informasi
Tingkat Agitasi
Tingkat Kepatuhan
A. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan termoregulasi membaik,
dengan kriteria hasil :

1) Perilaku sesuai anjuran meningkat


2) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
3) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun
4) Perilaku membaik

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Definisi

Edukasi kesehatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat.

Tindakan

Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan


2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan


2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat

2.3 Konsep Tablet Fe

2.3.1 Definisi Tablet Fe

Zat besi merupakan mikromineral yang paling melimpah dalam tubuh manusia dan
hewan, bahkan terdapat 3-5 gram di dalam tubuh orang dewasa. Besi memenuhi
beberapa fungsi penting dalam tubuh: sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh, sebagai alat untuk mengukur elektron dalam sel, dan sebagai bagian
dari berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh. (Ariesta dan Naufalia, 2017)

Program suplementasi tablet besi (iron-folicacid supplementation atau IFAS) pada ibu
hamil merupakan program utama pengendalian anemia ibu hamil di banyak negara
yang kebutuhan asu- pan zat besinya tidak memungkinkan diperoleh dari makanan
sehari-hari (WHO 2012), seperti di Indo- nesia.(Wiradnyani dkk., 2013)

2.3.2 Manfaat Tablet Fe Untuk Ibu Hamil

Pengetahuan akan manfaat tablet tambah darah bagi ibu hamil dan janin sangat
penting untuk disampaikan, agar ibu hamil mengerti mengapa tablet tambah darah
harus diminum setiap hari secara teratur selama masa kehamilan dan setelah
melahirkan.(Ariesta dan Naufalia, 2017)

Menurut (Almatsier, 2009) Manfaat Tablet Fe Untuk Ibu Hamil

a) Metabolisme Energi

Di setiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang
berperan dalam fase akhir metabolisme energi. Protein ini membawa hidrogen dan
elektron dari makanan penghasil energi ke oksigen untuk membentuk air. Selama
proses ini, molekul protein yang mengandung besi diproduksi oleh sel darah merah
dan mioglobin otot.

b) Sistem Kekebalan Tubuh


Zat besi berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, karena penurunan
pembentukan sel-sel ini, respon imun limfosit T terganggu, yang dapat disebabkan
oleh penurunan sintesis DNA, selain itu sel darah putih yang tidak dapat
menghancurkan bakteri dalam keadaan bekerja secara aktif.

2.3.4 Efek Samping Tablet Fe

Efek samping yang paling sering dikeluhkan ibu saat minum Fe adalah mual setelah
minum Fe, muntah dan feses berwarna hitam bila disertai dengan kurangnya
pengetahuan dan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi ibu, yang dapat
menyebabkan ibu tidak mengikuti asupan Fe. (Ariesta dan Naufalia, 2017)

2.3.5 Prosedur
Pemerintah Indonesia merekomendasikan agar semua ibu hamil secara teratur mengonsumsi
setidaknya 90 tablet penambah darah selama kehamilan dan 2 tablet penambah darah setelah
melahirkan. Teratur adalah kata kunci penting, yang berarti bahwa ibu hamil harus
memastikan bahwa mereka minum pil penambah darah setiap hari selama kehamilan
setidaknya selama 90 hari tanpa gangguan. Mengambil tablet peningkatan darah setiap hari
meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi, yang lebih bermanfaat bagi
wanita hamil. (Ariesta dan Naufalia, 2017)
BAB 3. METODOLOGI KEPERAWATAN
Bab ini membahas tentang metode penulisan yang digunakan dalam menyelenggarakan
laporan kasus terhadap masalah keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik pada Ibu Post
Caesarean Section

1.1. Desain Penelitian


Desain yang dipakai dalam penulisan laporan kasus, yaitu laporan yang ditulis secara
naratif untuk mendekskripsikan pengalaman medis seorang atau beberapa orang pasien secara
rinci untuk tuuan peningkatan capaian pengobatan, pengenmabangan ilmu pengetahuan, dan
peningkatan pendidikan dalam bidang medis.

Dalam bidang penelitian kualitatif pada jenis desain laporan kasus, tujuan khusus
penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan yaitu untuk mengetahui suatu proses
atau kegiatan (Lapau, 2015).

Laporan kasus dalam karya tulis ini adalah Asuhan Keperawatan pada dengan Masalah
Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik.

1.2. Batasan Istilah


Batasan istilah (atau dalam versi kualitatif disebut sebagai definisi operasional) adalah
definisi berdasarkan karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci
definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermata terhadap suatu objek atau fenomena yang
kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain. Batasan istilah disusun secara naratif dan
apabila diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat
penulis (Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2008).
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam laporan kasus ini meliputi proses asuhan
keperawatan, stroke iskemik, dan hambatan mobilitas fisik.

3.2. 1. Definisi Persalinan


.
3.2. 2. Definisi Nyeri Melahirkan
Pengalaman sensorik dan emosional yang bervariasi dari menyenangkan sampai tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan persalinan (SDKI 2017)

1.3. Partisipan
-

Kriteria partisipan yang aka dilakukan penelitian dalam rancangan proposal ini yaitu:

a. Pasien dengan diagnosa nyeri melahirkan


b. Pasien dengan.
c. Pasien dengan.
d. Keterbatasan.
e. Keterbatasan.
f. Pasien tidak dalam penurunan kesadaran
g. Pasien mengalami hemiparase dengan penurunan kekuatan otot
1.4. Lokasi dan Waktu
Pada laporan kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pada ibu bersalin primigravida
dengan masalah keperawatan Nyeri Melahirkan

3.4. 1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan.

3.4. 2. Waktu
Tanggal Bulan tahun dan jam penelitian ini

1.5. Pengumpulan data


Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Sebelum
melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat
memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa
observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.5. 1. Macam-macam Data


Perawat mengumpulkan dan mendokumentasikan dua jenis data yang berhubungan
dengan pasien: data subjektif dan objektif serta pemeriksaan yang menunjang lainnya.

a. Data Subjektif
Data subjektif berasal dari laporan lisan pasien/keluarga pasien mengenai persepsi dan
pemikiran tentang kesehatannya, kehidupan sehari-hari, kenyamanan, hubungan, dan
sebagainya. Pada data Subjektif kedua pasien yaitu “Pasien mengatakan tidak dapat
menggerakkan tangan kiri dan kaki kiri. Perawat dapat menggunakan informasi ini untuk
memvalidasi perilaku pasien, dan perilaku tersebut dapat digunakan sebagai data subjektif”.

b. Data Objektif
Data objektif adalah hal-hal yang perawat amati tentang pasien. Data objektif yang
dikumpulan melalui pemeriksaan fisik dan hasil tes diagnostik.

c. Sumber data
Data penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
data primer dan data sekunder

1) Sumber Data Primer


Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada responden dengan
berpedoman pada daftar beberapa pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti. Selain
melalui wawancara mendalam, data primer dikumpulkan melalui wawancara kepada
sekelompok orang dan juga melalui pengamatan. Sebagai contoh, perawat mengobservasi
pola pernafasan pasien, sebagai sumber data primer dalam hal ini adalah pasien.

2) Sumber Data Sekunder


Data sekunder diperoleh melalui telaahan dokumen, rekam medis, foto, data klinis,
catatan pengamatan, dan lain-lain.

3.5. 2. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara mewancarai langsung kepada
orang tua yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung. Metode ini dapat
dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta
jumlah responden sedikit. Dalam metode wawancara ini, dapat digunakan instrument berupa
pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau checklist. Wawancara bisa berisi tentang
anamnesa terkait identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga,
dll. Sumber data dari klien, keluarga, dan perawat lainnya.

3.5. 3. Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam
metode observasi ini, instrument yang dapat digunakan, adalah lembar observasi, panduan
pengamatan (observasi), atau lembar checklist .

Menurut debora, 2011 observasi dapat dilakukan jika ada kontak langsung dengan klien.
Bagian yang bisa diamati antara lain respon fisik dan psikologis, respon emosi, serta rasa
aman dan nyaman yang dirasakan klien. Observasi bisa membantu perawat untuk
menentukan status fisik dan mental klien. Dengan mengamati klien secara seksama, kita bisa
mengetahui berbagai macam perasaan klien, adanya nyeri, cemas, dan kemarahan. Observasi
pada laporan ini berupa pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.

3.5. 4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang
berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar
periksa, dan film documenter.

1.6. Penyusunan Laporan Kasus


Secara umum kegiatan penyusunan laporan kasus memiliki empat tahapan yaitu sebagai
berikut.

3.6.1. Penyumpulan data


Dengan menggunakan hasil WOD (Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi).
Hasil tersebut ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip
atau catatan terstruktur.

3.6.2. Meduksi data


Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu
dalam bentuk trankip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif, dianalisa
berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan dengan nilai normal.

3.6.3. Penyajian data


Dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, ataupun teks naratif. Kerahasiaan pasien
dijaga dengan cara mengaburkan identitas pasien.

3.6.4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil
penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan cara induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,
diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.7. Etika Penulisan


Prinsip dasar etik merupakan landasan untuk mengtaur kegiatan suatu penelitian.
Pengaturan ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sesuai kaidah penelitian antara peneliti
dan subjek penelitian. Subjek penelitian kualitatif adalah manusia dan peneliti wajib
mengikuti seluruh prinsip etik penelitian selama melakukan penelitian.

3.7.1. Prinsip Mengahrgai Harkat dan Martabat Partisipan


Penerapan prinsip ini bisa dilakukan peneliti untuk memnuhi hak-hak partisipan dengan
cara menjaga kerahasiaan identitas I(anonymity), kerahasiaan data (confidentiality),
mengahargai privacy dan dignity, dan menghormati otonomi (respect for autonomy).

a. Kerahasiaan Identitas Pasien (Aunimity)


Penulis tidak mencamtumkan nama responden atau hanya menuliskan kode responden
pada lembar pengumpulan data dan saat disajikan. Data tersebut disimpan di file yang khusu
dengan kode responden yang sama. Penulis merahasiakan apapun informasi dari pasien,
kecuali terdapat hal-hal yang dibutuhkan untuk hukum.

b. Kerahasiaan Data (Confidentiality)


Penulisan menjaga kerahasiaan data dan berbagai informasi yang diberikan oleh
partisipasinya dengan sebaik-baiknya, untuk menjamin kerahasiaan data, penulis wajib
menyimpan seluruh dokumentasi hasil pengumpulan data berupa data berupa lembar
persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkip wawancara dalam
tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh penulis.

c. Mengahargai Privacy dan Dignity


Selama proses pengumpulan data secara kualitatif, berisiko memunculkan dilema etik
ketika mengungkapkan berbagai pengamalam responden yang bersifat sangat rahasia bagi
pribadinya. Strategi mengatasi dilema etik ini, diantaranya, peneliti dapat menginformasikan
bahwa partisipan berhak untuk tidak menjawab pertanyaan wawancara yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi dirinya untuk menceritakan pengalamannya yang tidak
ingin diketahui oleh orang lain. Jika responden merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi
lebih lanjut, partisipan dengan sukarela dapat mengundurkan diri dari proses pengumpulan
data kapanpun sesuai keinginan responden. Penulis senantiasa menjaga privasi pasien ketika
dalam tindakan, baik diminta maupun tidak diminta.
d. Menghormati Otonomi (Respect of Autonomy)

Menghormati otonomi responden adalah pernyataan bahwa setiap responden memiliki


hak menentukan dengan bebas, secara sukarela, atau tanpa paksaan untuk berpartisipasi
dalam pengumpulan data yang dilakukan. Penulis harus memberikan informasi lengkap
dengan tujuan, manfaat, dan proses pengumpulan data yang akan dilakukan, sehingga
responden memahami seluruh proses pengumpulan data yang akan diikuti. Penulis juga harus
menghormati setiap keputusan pasien atau keluarga tentang kondisi dan tindakan yang berhak
pasien terima, sehingga penulis tidak memaksakan kehendak, tentunya dengan diberikannya
pendidikan kesehatan terlebih dahulu kepada keluarga.

3.7.2. Persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent)

Informed Concent seperti yang biasanya digunakan pada penelitian kuatitatif akan
menjadi masalah karena sifat penelitian kualitatif yang tidak menekankan tujuan yang
spesifik fleksibel, dan mengakomodasi berbagai ide yang tidak direncanakan sebelumnya
yang timbul selama penelitian. Peneliti tidak mungkin mnejelaskan keseluruhan studi yang
akan dilakukan di awal, maka perihal adanya Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dari
manusia sebagai subjek atau partisipan yang dipelajari. Persetujuan pasrtisipan merupakan
wujud dari penghargaan atas harkat dan martabat dirinya sebagai manusia, PSP merupakan
proses memperoleh persetujuan dari subjek/partisipan untuk berpartsisipasi dalam kegiatan
penelitian yang dilakukan. Penulis mmeberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan dan
prosedur tindakan yang akan dilakukan, setelah itu, partisipan berhak menentukan apakah
mau atau tidak dalam penelitian.
z

Anda mungkin juga menyukai