Anda di halaman 1dari 62

MINI REVIEW JURNAL PERSALINAN

TEKNIK REBOZO DENGAN AROMATERAPHY BIITER ORANGE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktek Asuhan
Kebidanan Persalinan (Stase 4) di Program Studi Profesi Bidan

Dosen Pengampu: Lisnawati, SST, M. Keb

Disusun Oleh :

ISTI SUCI SUNDARI


NIM: P2.06.24.8.21.057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam. Limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-nya yang berlimpah dan tiada akan pernah habis terhitung.
Sungguh, maha besar Allah karena telah meridhai sehingga penulis dapat
menyelesaikan Mini Review Praktik Profesi Bidan. Laporan ini dipergunakan
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik (Stase 4) Program Studi Profesi
Bidan Politeknik Kementerian Kesehatan Tasikmalaya. Mini review ini bisa
diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Nunung Mulyani, APP,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
2. Dr. Meti WL, SST M,Keb, selalu Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
3. Uly Artha Silalahi, SST,M. Keb, selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Lisnawati, SST, M. Keb, selaku Dosen Pembimbing
5. drg. Retno Widowati, selaku Kepala Puskesmas Watubelah
6. Hj. Ade Markonah, SST, selaku Pembimbing Lapangan Puskesmas
Watubelah
Dalam penyusunan mini review ini saya menyadari masih banyak kekurangan
dan kelemahannya. Oleh karena itu saya sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, saya barharap
semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
mahasiswa dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Cirebon, 20 November 2021

Penyusun
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan saat yang dinanti-nantikan ibu hamil untuk
merasakan kebahagiaan yang didambakan. Namun bagi beberapa wanita,
persalinan kadang diliputi oleh rasa takut dan cemas terhadap rasa nyeri saat
persalinan (Prawirohardjo, 2016). World health Organization (WHO)
memperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan di seluruh dunia, dan 20
juta perempuan mengalami kesakitan saat persalinan. Dalam persalinan sering
kali juga timbul rasa cemas, panik, dan takut rasa sakit yang luar biasa yang
dirasakan ibu yang dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan
lamanya proses persalinan yang menimbulkan partus macet. (Kurniasih dalam
Handayani, 2014).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014 mencatat bahwa
partus lama (42,96%) merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
utama disusul oleh perdarahan 35,26%, dan eklampsia 16,44%. Pada ibu dapat
terjadi perdarahan, syok, dan kematian sedangkan pada bayi dapat terjadi fetal
distress, asfiksia dan caput. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) tahun
2014, persalinan partus lama di Rumah Sakit di Indonesia diperoleh proporsi
4,3% yaitu 12,176 dari 281,050 persalinan.
Partus lama dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu yang meliputi
persepsi ibu pada rasa nyeri saat persalinan. Nyeri persalinan dapat
menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan
seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan ketegangan
otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan
kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah
dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls
nyeri bertambah banyak (Pilliteri, 2003; Bobak, 2005; Cunningham et al. 2013).
Nyeri pada persalinan merupakan masalah penting dalam asuhan kebidanan,
karena efek yang ditimbulkan oleh nyeri berpotensi membahayakan ibu dan
janinnya. Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi
kadar katekolamin dan kortisol yang menaikkan aktivitas sistem saraf simpatis,
perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan akibatnya
mempengaruhi lama persalinan. Nyeri juga dapat menyebabkan aktivitas uterus
yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama. Nyeri
persalinan yang berat dan lama dapat mempengaruhi ventilasi, sirkulasi
metabolisme, dan aktivitas uterus. Nyeri yang menyertai kontraksi uterus akan
menyebabkan hiperventilasi yang berakibat pada penurunan kadar PaCO2. Salah
satu bahaya kadar PaCO2 ibu yang rendah adalah penurunan kadar PaCO2 janin
yang akan menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin bahkan
berujung pada kematian janin (Mander, 2012).
Penanganan nyeri persalinan maupun lama persalinan beraneka ragam,
yaitu dengan metode farmakologis dan nonfarmakologis. Dalam pemberian
metode farmakologis, nyeri persalinan akan berkurang secara fisiologis, namun
kondisi psikologis dan emosional ibu akan terabaikan (Makvandi, 2016).
Sedangkan untuk metode non-farmakologis bersifat efektif tanpa efek samping
yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu
dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya (Maryunani, 2015). Metode
farmakologi berupa pemberian analgetik dan pemberian suntik anastesi.
Sedangkan metode nonfarmakologi seperti massase, visualisasi persalinan,
relaksasi, posisi melahirkan, aromaterapi, brithingball, water birth, hypobirthing,
yoga dan peregangan, teknik rebozo serta teknik pernapasan (Padila, 2014).
Asuhan sayang ibu dalam kala I juga harus diberikan, salah satunya adalah
memberikan teknik relaksasi pada kala I yaitu dengan pernapasan, aromaterapi,
posisi ibu dan pijat. Salah satu teknik relaksasi dan tindakan nonfarmakologi
dalam penanganan nyeri saat persalinan dengan menggunakan teknik rebozo. Di
Indonesia tehnik ini tehnik ini sudah diterapkan dibeberapa klinik seperti Pro V
Clinik di Permata Hijau Jakarta yaitu klinik bidan Lanny Kuswandi, seorang
pelopor Hypnobirthing di Indonesia dan sedang trend disosialisasikan di
workshop Hypnobirthing dan media, tehnik ini dinamakan tehnik Rebozo.
Rebozo merupakan selendang tradisional atau secarik kain dari Mexico yang
digunakan para bidan di Eslandia untuk membantu ibu melahirkan. Dengan
tehnik Rebozo dililitkan di sekitar panggul dan bokong, kemudian
menggoyangkannya pelan-pelan, gerakan ini bisa dilakukan mulai trimester III
sampai persalinan dan diyakini dapat membuat ibu hamil rileks dan membantu
bayi menemukan jalan lahir (Sarihusada, 2014). Teknik rebozo ini juga
membantu ibu untuk lebih rileks tanpa obat-obatan apapun dalam menghadapi
persalinan. Hal ini membuat teknik rebozo sangatlah berguna ketika persalinan
lama dan ibu merasa tidak nyaman.
Dalam penggunaan teknik rebozo, rangsangan nyeri yang timbul pada ibu
bersalin akan dialihkan melalui sentuhan, gosokan dan belaian dari kain rebozo
atau kain jarik. Dengan melakukan sentuhan terus menerus dengan kain jarik,
ibu bersalin akan merasa lebih nyaman dan lebih relaks. Hal ini akan
meningkatkan produksi hormon serotonin yang berkaitan erat dengan perasaan
bahagia dan tingkat relaksasi ibu bersalin. Sehingga, rasa nyeri yang dirasakan
oleh ibu bersalin dapat dialihkan dan ibu menjadi lebih nyaman dalam
menghadapi proses persalinan.
Adapun penambahan pemberian aromaterapi menjadi salah satu pendukung
untuk mengurangi rasa nyeri pada saat persalinan. Aromaterapi merupakan salah
satu terapi non farmakologi yang menggunakan sari minyak murni. Beberapa
aromaterapi yang dapat mengatasi nyeri yaitu lemon dan bitter orange. lemon
dan biiter orange memiliki kandungan limonene yang dapat menghambat
prostaglandin sehingga dapat menurunkan nyeri persalinan. Kandungan
limonene pada lemon sebanyak 60-80% sedangkan pada biiter orange 96,69%
(Megawati dan Rosa, 2015).
Aromaterapi bitter orange selain murah, mudah digunakan dan non-invasife
juga dapat mengurangi nyeri persalinan. Dimana aromaterapi ini mempengaruhi
sistem limbik di otak yang mempengaruhi emosi, suasana hati, dan memori,
yang menghasilkan neurohormon di endorphin yang berfungsi untuk
menghilangkan rasa sakit dan serotonin yang berfungsi menghilangkan stress
dan cemas saat menghadapi persalinan. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas
Watubelah dengan metode wawancara pada Bulan September-Oktober 2021 7
diantara 12 ibu bersalin menyatakan tidak tahan merasakan nyeri persalinan
dibagian perut, pinggang, punggung dan menjalar ke tulang belakang. Maka dari
itu penulis mereview beberapa jurnal mengenai nyeri persalinan, faktor
penyebab nyeri persalinan dan cara penanganan nyeri persalinan di kala 1.
B. Tinjauan Literature
1. Nyeri Persalinan
a. Definisi Nyeri Persalinan
Menurut Cunningham, 2004 dalam Judha dkk, 2015, Nyeri persalinan
sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan
intensitas yang berbeda pada masing-masing individu.
Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut,
kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan
dukungan (Perry & Bobak, 2004 dalam Judha dkk, 2015)
Rasa nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit
pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini
menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya
pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan. (Judha dkk, 2015)
b. Mekanisme Nyeri Persalinan
Prinsip dasar nyeri pada persalinan mengikuti serangkaian jalur serat
saraf nyeri seperti pada mekanisme penjalaran nyeri pada umumnya,
dimana proses nosisepti tesebut dikelompokkan menjadi empat tahap,
antara lain adalah sebagai berikut (Negara dan Winata, 2013).
a. Tranduksi
Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri atau
stimulasi noksius menjadi aktifitas listrik yang terjadi pada ujung-ujung
saraf sensoris. Beberapa mediator radang seperti: prostaglandin,
serotonin, bradikinin, leukotrien, substansi P, kalium, histamin, dan
asam laktat merupakan beberapa zat algesik yang mampu mengaktifkan
atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Serat sarafafferent A-delta
dan C adalah serat saraf sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan
sensorik nyeri dari perifer ke sentral yaitu menuju susunan saraf pusat.
Adanya interaksi antara zat algesik dengan reseptor nyeri
menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Apabila ambang nyeri dari
nosiseptor terlampaui, maka energi atau stimulus mekanik, suhu dan
kimia akan diubah menjadi potensial aksi elektrikal atau transduksi
yang kemudian akan ditransmisikan sepanjang serat saraf ke arah
medula spinalis.
b. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyaluran impuls nyeri melalui
serabutAdelta dan C setelah terjadinya proses tranduksi. Serat afferent
A- delta dan C meneruskan impuls nyeri ke sentral, yaitu kornu dorsalis
medula spinalis. Serat A-delta mempunyai diameter lebih besar
dibanding dengan serat C. Serat A-delta menghantarkan impuls lebih
cepat (12-30 m/s) dibandingkan dengan serat C (2 sampai 3 m/s).
c. Modulasi
Modulasi merupakan proses interaksi antara sistem analgesik
endogen dengan input nyeri yang masuk ke dalam kornu dorsalis
medula spinalis. Impuls nyeri yang diteruskan oleh serat-serat A-delta
dan C ke sel-sel neuron nosisepsi di kornu dorsalis medula spinalis tidak
semuanya diteruskan ke sentral melalui traktus spinotalamikus. Di
daerah ini akan terjadi interaksi antara impuls yang masuk dengan
sistem inhibisi, baik sistem inhibisi endogen maupun sistem inhibisi
eksogen. Apabila impuls yang masuk lebih dominan, maka penderita
akan merasakan sensibel nyeri, sedangkan bila efek sistem inhibisi yang
lebih kuat, maka penderita tidak akan merasakan sensibel nyeri.
d. Persepsi
Impuls yang diteruskan ke kortek sensorik akan mengalami proses
yang sangat komplek, salah satunya adalah proses interpretasi dan
persepsi yang pada akhirnya akan menghasilkan persepsi nyeri.
Gambar 2.1. Tahapan Nyeri Persalinan (Negara dan Winata, 2013)

Mekanisme nyeri yang terjadi selama proses persalinan, baik pada


kala I dan II dapat dijelaskan sebagai berikut (Negara dan Winata,
2013):
a. Kala I Persalinan, nyeri pada kala I persalinan berasal dari adanya
kontraksi uterus dan dilatasi serviks melalui serat saraf afferent yang
terdapat pada uterus dan servik menuju ke kornu dorsalis medula
spinalis setinggi Thorakal X (Th10) sampai Lumbal I ( L1) (Gambar 2).
Kemudian respon dari adanya nyeri tersebut akan menghasilkan efek,
baik secara reflek maupun melalui kontrol pusat saraf, melalui serat
saraf efferent simpatik yang mengakibatkan terjadinya kontraksi
miometrium uterus dan vasokonstriksi pembuluh darah di sekitar
genitalia interna dan juga serat saraf efferent parasimpatik yang
mengakibatkan terjadinya relaksasi miometrium uterus dan vasodilatasi
pembuluh darah di sekitar genitalia interna. Oleh karena adanya kedua
respon saraf tersebut, mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang
bersifat ritmis dan intermitten.
b. Pada akhir kala I dan awal kala II persalinan, nyeri disebabkan oleh
rangsangan noxious dari struktur pelvis yang lainnya yang diinervasi
oleh serat saraf sensoris segmen bawah lumbal dan sakral. Tekananpada
jaringan periuterin memperberat nyeri.
c. Selama persalinan perineum mengalami distensi akibat dorongan janin,
peregangan perineum menghasilkan signal nyeri melalui persarafan
sensorik nervus pudendus yang memasuki susunan sarafpusat melalui
syaraf sakral 2, 3 dan 4. Karena itu nyeri perineal dirasakan pada
dermatom sakral 2, 3 dan 4. Rangsang nyeri pada persalinan ini juga
mempengaruhi susunan saraf otonom, sistim kardiovaskular,
pernafasan dan otot rangka.

Gambar 2.2. Persarafan Uterus


Gambar 2.2 Persyarafan Uterus
Jalur persarafan nyeri selama proses persalinan, terkait
dengan penyebab, mekanisme saraf yang terkait, dan lokasi
nyeri yang dirasakan oleh ibu selama persalinan.
c. Penyebab Nyeri Persalinan Kala I
Nyeri berkaitan dengan kala I persalinan adalah unik dimana nyeriini
menyertai proses fisiologis normal. Meskipun persepsi nyeri dalam
persalinan berbeda-beda diantara wanita, terdapat suatu dasar fisiologis
terhadap rasa tidak nyaman/nyeri selama persalinan. Nyeri selama kala I
persalinan berasal dari:
1) Dilatasi serviks, dimana merupakan sumber nyeri yang utama.
2) Peregangan segmen uterus bawah.
3) Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan.
4) Hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi
5) Area nyeri meliputi dinding abdomen bawah dan area-area
pada bagianlumbal bawah dan sakrum atas.

Gambar 2.3. area/lokasi menjalarnya nyeri persalinan selama kala I Nyeri


paling hebat diperlihatkan pada area yang berwarna gelap (Sumber :
Maryunani, 2015)
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri persalinan
Ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri persalinan
(Judha dkk, 2015) antara lain:
1) Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh
budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin.
Menurut Mulyati (2002) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi
ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi perawat
maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik
budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan
mengekspresikan nyeri persalinan.
2) Emosi (cemas dan takut)
Stress atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan
kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit yang dirasakan.
Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stres
maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga
secara otomatis dari stres tersebut merangsang tubuh mengeluarkan
hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon konsentrasi
tinggi saat persakinan jika calon ibu melahirkan, berbagai respon tubuh
yang muncul antara lain dengan “bertempur atau lari”. Dan akibat
respon tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga
aliran darah dan oksigen ke dalam otot otot uterus berkurang karena
arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tidak
terelakkan.
Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir akan
lebih mudan terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan tegang,
tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka sehingga
yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panik
dan stres. Pada saar tubuh dalam keadaan stres, hormon stres yaitu
katekolamin akan dilepaskan, sehingga tubuh memberikan respon untuk
“bertempur atau lari”. Namun, sebaliknya dalam kondisi yang rileks
justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin, pengilang rasa sakit
yang alami didalam tubuh. Menurut para ahli, endorfin ini efeknya200
kali lebih kuat daripada morfin.
3) Pengalaman persalinan
Menurut Bobak pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat
mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagai ibu yang mempunyai
pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalinansebelumnya,
perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi
sensitifitasnya rasa nyeri.
4) Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan
dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu
mengatasi rasa nyeri.
5) Persiapan persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung
tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi
perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat
memilih berbagai teknik untuk metode latihan agar ibu dapatmengatasi
ketakutannya.
e. Metode pengurangan rasa nyeri
1) Metode Farmakologi
Rasa nyeri persalinan dapat dihilangkan dengan menggunakan
beberapa metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa nyeri,
misalnya pethidine, anastesi epidural, entonox, TENS atau ILA
(Intrathecal Labour Analgesia). Namun, belum semua metode dan obat
tersebut ada di Indonesia. (Maryunani, 2015)
a) Pethidine
Pemberian penthidine akan membuat tenang, rileks, malas
bergerak dan terasa agak mengantuk, tetapi tetap sadar. Obat ini
bereaksi 20 menit, kemudian akan bekerja selama 2-3 jam dan
biasanya diberikan pada kala I. Obat ini biasanya disuntikkan
dibagian paha luar atau bokong. Penggunaan obat ini juga
menyebabkan bayi mengantuk, tetapi pengaruhnya akan hilang
setelah bayi lahir. Pethidine tidak diberikan secara rutin, tetapi
diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang terlalu kuat.
b) Anastesi Epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu
untuktidak merasakan sakit tanda tidur. Obat anastesi disuntukkan
pada rongga kosong tipis (epidural) diantaranya tulang punggung
bagian bawah. Spesialis anastesi akan memasang kateter untuk
mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah
mati rasa selama sekitar 2 jam, sehingga rasa nyeri tidak terasa.
Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada
pengaruhnya pada kala II persalinan, jika tidak maka ibu akan
mengedan lebih lama.
c) Entonox
Metode ini menggunakan campuran oksigen dan nitrous oxida,
dapat menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada
epidural dan dapat digunakan sendiri. Jika kontraksi mulai terasa,
pegang masker di muka, lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa nyeri
akan berkurang dan kepala terasa lebih ringan.
2) Metode Non-Farmakologi
a) Metode panas dingin
Metode panas dingin memang tidak menghilangkan keseluruhan
nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas
yang dibungkus handuk dan dicelupkan ke air dingin mengurangi
pegal di punggung dan kram bila ditempel di punggung. Menaruh
handuk dingin diwajah juga bisa mengurangiketegangan.
b) Gerakan
Teruslah bergerak agar sirkulasi darah meningkat, nyeri punggung
berkurang, dan perhatian teralih dari rasa nyeri. Cobalah berbagai
posisi persalinan, gunakan bantal untuk menyangga sampai
diperoleh posisi paling nyaman.
c) Pijat
Pijatan pada bahu, leher, wajah, dan punggung bisa meredakan
ketegangan otot serta memberi rasa relaks. Sirkulasi darah juga
menjadi lancar sehingga nyeri berkurang.
d) Teknik bernafas yang benar
Metode ini menekankan teknek bernapas yang benar selama
kontraksi. Berkonsentrasi pada napas dapat mengalihkan ibu dari
nyeri, membuat otot-otot relaks serta ketegangan mengendur.
Tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh ahli/dbantu dengan terapis.
e) Akupuntur
Dalam filosofi Cina, rasa nyeri terjadi akibat ketidakseimbangan
aliran energi dalam tubuh. Keseimbangan itu dikendalikan dengan
menusukkan jarum-jarum kecil atau menggunakan tekanan jari
tangan ke titik tertentu di tubuh. Banyak wanita hamil yang
merasakan manfaatnya untuk mengatasi keluhan selama hamil,
seperti mual atau sakit kepala. Metode ini kemudian juga dipakai
untuk meringankan nyeri persalinan.
f) Refleksiologi
Menekan titik dikaki untuk mengurangi nyri. Pijatan lembut di
kakijuga membuat nyaman. Pikiran dari penderita rasa nyeri akan
teralihkan kepada pijatan tersebut.
g) Hypnobirthing
Hipnotis saat menghadapi persalinan memberi sugesti lewat
relaksasi pikiran ibu. Dengan dibimbing terapis hipnotis, ibu akan
dapat mengontrol pikiran, rasa nyeri pun akan hilang. Metode
hypnobirthing merupakan teknik otohipnosis (selfhypnosis) atau
swasugesti, dalam menghadapi kehamilan dan persiapan melahirkan
yang membantu para wanita hamil melalui masa persalinannya
dengan cara yang alami, lancar, dan nyaman (tanpa rasa sakit).
h) Aromatherapy
Menghirup aroma minyak esensial dapat mangurangi ketegangan,
terutama pada persalinan tahap awal. Dapat juga untuk
mengarumkan ruang persalinan karena dapat memberikan efek
menenteramkan. Aromaterapi atau bau-bauan yang menyenangkan
dan memberikan rasa nyaman serta relaksasi pada tubuh dan pikiran
ibu, mengurangi ketegangan, rasa nyeri dan cemas akan tereduksi,
sehingga nyeri akan berkurang (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
Sedangkan menurut Zone (2014) ada 7 cara unik dari para wanita
diseluruh dunia untuk mengurangi nyeri persalinan secara alami yaitu :
(1) Di swedia : Sentuhan dengan ciuman pasangan
(2) Di Norwegia : Acupunture
(3) Di Jepang : Terapi permen
(4) Di Inggris : Senam perut
(5) Di Belanda : Hidroterapi
(6) Di Islandia : Rebozo
(7) Dikanada : Meditasi
2. Konsep Rebozo
a. Definisi Rebozo
Rebozo adalah selendang atau syal tradisional Meksiko. Selama
berabadabad, rebozo telah membantu wanita dalam persalinan. Manfaat
rebozo mendukung, menghilangkan rasa sakit dan memberdayakan untuk
wanita yang bekerja, dan juga untuk pasangan kelahirannya. Rebozo tidak
terbatas dan dapat melakukan banyak peran berbeda dalam kehidupan
wanita di Meksiko dan Amerika Selatan (Kirby, 2011).
Rebozo adalah garmen datar panjang yang kebanyakan digunakan oleh
wanita di Meksiko. Bisa dipakai dengan berbagai cara, biasanya dilipat
atau dililitkan di sekitar kepala atau badan bagian atas hingga naungan dari
sinar matahari, memberikan kehangatan dan sebagai aksesori pada
pakaian. Hal ini juga digunakan untuk membawa bayi dan kumpulan
besar, terutama di kalangan perempuan pribumi. Asal mula garmen tidak
jelas, tapi kemungkinan besar berasal pada masa penjajahan awal, karena
versi tradisional dari pertunjukan garmen tersebut mempengaruhi
orangorang pribumi, Eropa dan Asia. Rebozo tradisional dipasangkan dari
kapas, wol, sutra dan rayon dalam berbagai ukuran tapi semua memiliki
semacam pola (biasanya dari metode ikat yang sekarat) dan memiliki
pinggiran, yang bisa jadi jari berkelok - kelok menjadi desain yang rumit.
Pakaian itu dianggap bagian dari identitas Meksiko dan hampir semua
wanita Meksiko memiliki setidaknya satu (Kirby, 2011).
Sementara semua Rebozo adalah kain tenun persegi panjang dengan
pinggiran, ada variasi yang signifikan dalam batasan ini. Ada tiga kelas
Rebozo. Yang tradisional memiliki desain yang dibuat dengan teknik
tenun ikat dan hadir dalam berbagai pola. Daerah Rebozo lebih berwarna
dan asal-usulnya dapat diidentifikasi, terutama yang berasal dari Oaxaca,
Chiapas dan Guerrero. Rebozo kontemporer bereksperimen dengan serat
dan desain non-tradisional. Ukuran bervariasi dengan panjang bervariasi
dari 1,5 sampai sekitar 3,5 meter (Kirby, 2011). Rebozo adalah sepotong
kain tenun serbaguna yang biasanya dipakai oleh wanita di Meksiko dan
Guatemala. Seringkali berwarna cerah dan kadangkadang dihiasi dengan
jumbai, tidak hanya memberikan kehangatan sebagai selendang atau
selimut, tetapi dapat digunakan untuk menggendong bayi, anak-anak yang
lebih tua, kayu bakar atau berbelanja, dan memiliki banyak kegunaan lain,
yang paling menarik yang dipekerjakan oleh bidan tradisional. Rebozo
lebih dari cukup untuk mengelilingi tubuh dan lebarnya sekitar 70 cm
(Iversen, dkk. 2017).
b. Manfaat Rebozo
Teknik Rebozo ini dapat membantu untuk menjadi lebih rileks tanpa
bantuan obat apapun. Hal ini membuat teknik ini sangatlah berguna ketika
persalinan lama dan mulai merasa tidak nyaman terhadap persalinan.
Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk memberikan ruang ke
bayi, sehingga bayi Anda dapat berada di posisi yang seoptimal mungkin
untuk persalinan.
c. Teknik Rebozo
Menurut Lanny, K (2017) terdapat beberapa teknik Rebozo untuk
mempelajarinya dengan benar.
1) Rebozo Shake The Apples Tree/Goyangkan Bokong

Gambar 2.11 Rebozo Shake The Apples Tree (Lanny, 2017)


Posisikan ibu seperti table pose dengan menggunakan bola
(gymball), posisikan selendang daerah panggul. Merupakan teknik
dimana mengerakan pelan-pelan bagian bokong ibu sesuai kenyamanan
menggunakan selendang dan kedua tangan menopang pada Bola gym
atau dapat menggunakan kursi sofá dilapisi bantal. Tehnik ini bisa
dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu sampai hari awal persalinan.
Pertama-tama ibunya anjurkan untuk rileks dengan memejamkan mata
supaya lebih rileks lagi, lalu posisi kaki suami atau terapis ditekuk satu,
kemudian pegang selendang di ujung, condongkan badan Ibu dan kita
gerakkan pelan-pelan dan liat reaksi ibu. Gerakan ini sangat nyaman
terutama berfungsi untuk melenturkan otot-otot panggul dan perut
bagian depan atas kebawah, sehingga dapat memberi ruangan janin
lebih longgar. Kadang-kadang tehnik ini dapat membuat ibu sampai
tidur, karena tehnik ini memberi rasa nyaman, seperti di massage pada
perut tanpa sentuhan dibagian perut.
2) Rebozo Sifting
a) Sifting Birth Ball atau Menggunakan Balon Gym

Gambar 2.12 Sifting Birth Ball/Menggunakan Balon Gym (Lanny, 2017)


Dapat juga dengan menggunakan kursi sofa untuk menopang dan
dilapisi bantal. Teknik ini menggunakan selendang/kain/bate untuk
membungkus perut, partner/suami dapat berdiri membuka kaki lebar
dan ambil posisi nyaman seperti mengayun sepeda menggunakan
selendang dengan lembut.
b) Rebozo Sifting While Lying Down/Berbaring

Gambar 2.13 Rebozo Sifting While Lying Down/Berbaring (Lanny, 2017)


Ibu berbaring menggunakan bantal, kepala lebih tinggi. Bungkus
bate atau selendang dibagian sekitar pinggang sampai pinggul lalu
goyangan secara perlahan dengan lembut dan hati-hati seperti
mengayun.
d. Mekanisme Rebozo
Dalam penggunaan teknik rebozo, rangsangan nyeri yang timbul pada
ibu bersalin akan dialihkan melalui sentuhan, gosokan dan belaian dari
kain rebozo atau kain jarik. Dengan melakukan sentuhan terus menerus
dengan kain jarik, ibu bersalin akan merasa lebih nyaman dan lebih relaks.
Hal ini akan meningkatkan produksi hormon serotonin yang berkaitan erat
dengan perasaan bahagia dan tingkat relaksasi ibu bersalin. Sehingga, rasa
nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin dapat dialihkan dan ibu menjadi
lebih nyaman dalam menghadapi proses persalinan.
Stimulasi nyeri : penurunan
rasio hormon progeteron- Kontraksi miometrium,
estrogen, peningkatan peregangan serviks, iskemia
prostaglandin, peningkatan rahim : Kontaksi rahim
oksitosin, endokrin : Proses
Transduksi

Dihantarkan serabut syaraf


(tipe A-delta, serabut C) Merangsang reseptor
mentransmisikan dari nyeri viseral yang
perifer ke spinal cord berlokasi di bawah
(medulla spinalis) abdomen

Sistem aktivasi retikuler Area substansia grisea

Tindakan tehnik rebozo sifting while


lying down & shake the apples

Menyebabkan tubuh mengeluarkan Tubuh merasa rileks


relaksin, endorphins dan oksitosin

Menekan impuls nyeri pada syaraf


spinalis dan syaraf asesori ttorakal
sampai sacral bawah serta saraf
simpatik lumar atas : Proses Modulasi

Hipotalamus, korteks Persepsi nyeri : Nyeri berkurang


serebri (somatosensorik) Proses Persepsi
3. Aromaterapi Bitter Orange
a. Definisi Aromaterapi Bitter Orange
Aromaterapi Bitter Orange Aromaterapi bitter orange (Citrus
Aurantium) merupakan sebuah terapi nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri pada ibu bersalin kala I (Wiji, Heni, Kartika, 2015). Bitter
orange dalam sediaan minyak biasa digunakan sebagai aromaterapi.
Minyak ini memiliki efek menjadi ressive, anti-septik, antispasmodik dan
obat penenang ringan. Aromaterapi bitter orange dapat memberikan
suasana ceria, kelenjar getah bening tak lancar, dan tekanan darah tinggi.
Tindakan pemberian aromaterapi bitter orange (Citrus Aurantium)
merupakan salah satu alternatif yang dapat diberikan kepada ibu bersalin
kala I untuk mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif (Astuti, 2015).
Bitter orange (C. Aurantium) terdiri dari minyak esensial yang disebut
dengan neroli. Ada 10 lebih komponen dari Citrus Aurantium minyak,
yang sebagian besar mononterpens berikut: limonene, linalool, linalyl
asetat, geranyl asetat, geraniol, nerol, neryl acetate. Limonene yang
terdapat pada bitter orange berfungsi mengontrol siklooksigenase I dan II,
mencegah aktifitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit. Selain itu
juga merangsang sistem saraf pusat, meningkatkan mood, menurunkan
tekanan darah, sebagai obat penenang analgesik. Aromaterapi bitter
orange dapat diberikan dalam bentuk inhalasi (dihirup), kompres, pijat,
dan berendam (Astuti, 2015; Suza, 2007).
Kandungan utama dari aromaterapi bitter orange adalah linalyl asetat
dan linalool. Diteliti efek dari setiap kandungan aromaterapi bitter orange
untuk mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti
cemas) menggunakan Geller conflict dan Vogel conflict test. Linalyl asetat
sebagai salah satu kandungan utama pada bitter orange tidak menghasilkan
efek anti cemas yang signifikan pada kedua test. Linalool pada bitter
orange merupakan kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti
cemas (relaksasi), wangi yang dihasilkan dari aromaterapi bitter orange
akan menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkefalin, berfungsi
sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin merupakan neuromodulator
yang berfungsi untuk menghambat nyeri fisiologis (Tarsikah, Susanto,
Sastramihardja, 2012). Enkefalin sama halnya dengan endorphin yang
dihasilkan secara alami oleh tubuh dan memiliki kemampuan untuk
menghambat transmisi nyeri, sehingga nyeri berkurang (Fraser, 2009).
b. Pengaruh Aromaterapi Bitter Orange dengan Nyeri Persalinan
Secara fisiologis nyeri persalinan terjadi ketika otot-otot rahim
berkontraksi sebagai upaya membuka serviks dan mendorong kepala bayi
ke arah panggul. Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus
melalui sekresi kadar katekolamin dan kortisol yang meningkat sehingga
mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga dapat menyebabkan
penurunan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan
mengakibatkan persalinan lama. Stress yang disebabkan oleh nyeri
persalinan dapat meningkatkan pelepasan katekolamin maternal sehingga
menyebabkan penurunan aliran darah uterus (Mander, 2003).
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri persalinan,
yaitu dengan metode farmakologi dan nonfarmakologi. Aromaterapi bitter
orange (Citrus Aurantium) merupakan salah satu alternatif terapi
nonfarmakologis yang dapat diberikan untuk mengurangi nyeri pada ibu
bersalin kala I fase aktif. Bitter orange memiliki efek menjadi ressive, anti-
septik, anti-spasmodik dan obat penenang ringan. Terdapat 10 lebih
komponen dari Citrus Aurantium antara lain sebagai berikut: limonene,
linalool, linalyl asetat, geranyl asetat, geraniol, nerol, neryl acetate.
Limonene yang terdapat pada bitter orange berfungsi mengontrol
siklooksigenase I dan II, mencegah aktifitas prostaglandin, mengurangi
rasa sakit, merangsang sistem saraf pusat, meningkatkan mood,
menurunkan tekanan darah, sebagai obat penenang analgesik yang dapat
diberikan dalam bentuk inhalasi (dihirup), kompres, pijat, dan berendam
(Astuti, 2015; Suza, 2007).
Kandungan utama dari aromaterapi bitter orange adalah linalyl asetat
dan linalool. Diteliti efek dari setiap kandungan aromaterapi bitter orange
untuk mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti
cemas) menggunakan Geller conflict dan Vogel conflict test. Linalyl asetat
sebagai salah satu kandungan utama pada bitter orange tidak menghasilkan
efek anti cemas yang signifikan pada kedua test. Linalool pada bitter
orange merupakan kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti
cemas (relaksasi), wangi yang dihasilkan dari aromaterapi bitter orange
akan menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkefalin, berfungsi
sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin merupakan neuromodulator
yang berfungsi untuk menghambat nyeri fisiologis (Tarsikah, Susanto,
Sastramihardja, 2012). Enkefalin sama halnya dengan endorphin yang
dihasilkan secara alami oleh tubuh dan memiliki kemampuan untuk
menghambat transmisi nyeri, sehingga nyeri berkurang (Fraser, 2009).
Mekanisme aromaterapi bitter orange untuk menurunkan nyeri
persalinan pada kala I melalui sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
Organ penciuman berhubungan langsung ke otak. Bau merupakan suatu
molekul yang mudah menguap langsung ke udara. Apabila masuk ke
rongga hidung melalui pernafasan, akan di terjemahkan oleh otak sebagai
proses penciuman. Penerimaan molekul bau tersebut oleh saraf olfactory
epithelium, yang merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta ujung saraf.
Ditransmisikan bau tersebut sebagai pesan ke pusat penciuman yang
terletak pada pangkal otak, pada bagian ini berbagai sel neuron
menginterprestasikan bau dan mengantarkannya ke sistem limbik yang
selanjutnya dikirim ke hipotalamus untuk diolah. Saat aromaterapi dihirup,
rambut getar yang ada di dalam hidung akan mengantarkan pesan
elektrokimia ke pusat emosi dan daya ingat seseorang, lalu akan
mengantarkan pesan balik keseluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Pesan
yang dihantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi
dengan pelepasan substansi neurokimia yaitu berupa perasaan senang,
tenang, dan rileks. Sehingga aromaterapi bitter orange mampu mengurangi
nyeri persalinan kala I fase aktif.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode
penelusuran artikel jurnal/literature review dengan menggunakan kata kunci
sesuai topik. Pencarian studi yang digunakan menggunakan sistem search
engine Google Schoolar dan PubMed 2017-2021.
D. Pembahasan
1. Kecemasan, Usia, Paritas dan Nyeri Persalinan Kala I Aktif
Judul Kecemasan, Usia, Paritas dan Nyeri Persalinan Kala I Aktif
Jurnal Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai
Volume & Vol. 12, No. 2, Hal. 47-52
Halaman E-ISSN 2657-1390. P-ISSN 19779-469X
W: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM/index
Tahun 2019
Penulis Yoga Tri Wijayanti, Sumiyati, Prasetyowati

Latar Belakang Nyeri yang dirasakan pada ibu dapat menimbulkan


psikologi ibu terganggu (stress) yang menyebabkan
pelepasan hormon katekolamin dan steroid, sehingga
dapat menyebabkan ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Proses tersebut
menimbulkan terjadinya penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran
darah dan oksigen ke uterus, penurunan sirkulasi
uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke
uterus serta timbulnya iskemia uterus yang menimbulkan
bertambahnya jumlah impuls nyeri (Sumarah, Widyastuti,
& Wiyati, 2012). Peningkatkan nyeri selama melahirkan
juga dapat dipicu oleh kecemasan yang tidak teratasi.
Sebaliknya nyeri selama melahirkan juga menimbulkan
kecemasan, sehingga antara stres, kecemasan, ketakutan
dan nyeri merupakan siklus yang berkesinambungan.
Sementara pasien yang mengalami nyeri empat kali lebih
cemas jika di-bandingkan pasien yang tidak mengalami
nyeri (Baesdo, 2008).
Hasil penelitian sebelumnya determinan non-medis
paling dominan yang mendorong ibu bersalin sectio
caesaria adalah ketakutan ibu karena rasa sakit pada
persalinan sebesar 96,5 % (Indrayani & Djami, 2016).
Penelitian terdahulu tentang faktor resiko dan penanganan
nyeri persalinan) di Mojokerto jawa Timur mengkaji
hubungan antara usia,suku, pendidikan, paritas dan status
pekerjaan. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa usia,
dan suku ibu bersalin berhubungan dengan nyeri
persalinan kala 1 fase aktif, sedangkan pekerjaan dan
paritas tidak berhubungan dengan nyeri persalinan pada
kala I fase aktif (Syalfina, 2017).
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu bersalinan kala 1 fase
aktif yang bersalin di Bidan Ekasanti, AMd.Keb, dan
Sulistiorahayu S.ST. Berdasarkan perhitungan didapatkan
jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 29,
kemudian ditambah 10% untuk menghindari missing data
sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 32. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuatoleh peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2016). Sampel
yang digunakan adalah Ibu bersalin normal di wilayah
Trimurjo (Bidan Ekasanti dan Sulistiorahayu) selama
periode bulan Agustus- September 2018.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah
usia, paritas dan kecemasan. Variabel dependent dalam
penelitian ini adalah respon nyeri persalinan.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara
dan observasi. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner dengan cara ukur angket yang digunakan untuk
memperoleh data usia, paritas dan pengukuran tingkat
kecemasan. Tingkat kecemasan diukur menggunakan
Zung Self-Rating Anxiety Scales (ZSAC) (Kaplan &
Saddock, 1998). Sedangkan, intensitas atau tingkat nyeri
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
Numeric Rating Scale (NRS) dengan skala 0-10 (Potter &
Perry, 2005).
Adapun kategorisasi nyeri dibedakan menjadi nyeri
hebat dengan score NRS > 5 dan nyeri ringan dengan sore
NRS ≤ 5. Data hasil penelitian dilakukan uji statistik yang
menggunakan uji chi square. Uji ini digunakan untuk
melihat hubungan usia, paritas dan kecemasan dengan
respon nyeri pada ibu bersalin. Penelitian dilakukan
dengan mempertimbangkan etik penelitian setelah
melalui proses pemberian izin penelitian oleh Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang, Praktek Mandiri Bidan, dan
informed consent dari oleh responden.
Pembahasan Faktor psikologis, seperti rasa cemas menjadi salah satu
faktor peningkatan nyeri persalinan. Hasil penelitian ini
menunjukkan variabel tingkat kecemasan pasien separoh
lebih responden tidak cemas (56,3%) dan ibu bersalin
yang merasakan nyeri hebat terdapat 62,5%. Terdapat
hubungan yang bermakna antara kecemasan ibu dengan
nyeri persalinan kala 1 (p=0.017; POR 7,5; 95% CI 1,3-
43,7).
Hasil lain penelitian ini memperlihatkan bahwa usia
tidak ada hubungan dengan nyeri persalinan kala I
(p=0.260). Faktor paritas juga tidak terbukti berhubungan
dengan dengan nyeri persalinan kala I (p= 0,706).

2. Hubungan Umur, Paritas dan Pendamping Persalinan dengan Intensitas


Nyeri Persalinan Kala I
Judul Hubungan Umur, Paritas dan Pendamping Persalinan
dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Jurnal Journal Endurance
Volume & Vol. 2, No. (2), Hal. 178-185
Halaman
Tahun 2017
Penulis Afritayeni
Latar Belakang Ibu yang mengalami nyeri saat bersalin memiliki
berbagai hambatan fisik dan psikologis padaibu saat
persalinan akan menambah rasa nyeri yang terjadi.
Kondisi nyeri yang hebat pada proses persalinan
memungkinkan para ibu cenderung memilih cara yang
paling gampang dan cepat untuk menghilangkan rasa
nyeri, maka berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan
nyeri pada persalinan baik secara farmakologi maupun
non farmakologi (Umboh, 2015).
Salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologis
yang dapat mengurangi nyeri ibu saat persalinan adalah
pendampingan dari suami atau keluarga, karena efek
perasaan termasuk kecemasan pada setiap ibu bersalin
berkaitan dengan persepsi orang yang mendukung.
Kehadiran seorang pendamping persalinan memberikan
pengaruh pada ibu bersalin karena dapat membantu ibu
saat persalinan serta dapat memberikan perhatian, rasa
aman, nyaman, semangat, menentramkan hati ibu,
mengurangi ketegangan ibu atau status emosional
menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses
persalinan (Umboh, 2015).
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik
kuantitatif dengan rancangan cross sectional.Penelitian
ini untuk mengetahui hubungan umur, paritas dan
pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan
kala I fase aktif deselerasi di Klinik Pratama Sarinah Kota
Pekanbaru Tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 161 ibu bersalin. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik accidental sampling dengan
mengambil sampel minimum dengan jumlah sampel
penelitian sebanyak 30 ibu bersalin. Pengolahan data
menggunakan komputer dengan teknik editing, coding,
tabulating, processing, data entry dancleaning. Analisis
data secara univariat dan bivariat (Sugiyono, 2014)
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada
sebanyak 3 (7.3 %) ibu yang berusia 20-35 tahun dan
mengalami intensitas nyeri persalinan berat, sedangkan
ibu yang usia < 20 dan > 35 tahun ada 8 (3.7 %) yang
mengalami intensitas nyeri berat. Hasil uji statistik
diperoleh hasil P Value = 0,001 yang artinya P < 0,05
terdapat hubungan yang signifikan antaraumur dengan
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif deselerasi di
Klinik Prtama Sarinah Kota Pekanbaru tahun 2016. Ibu
bersalin dengan paritas tinggi sebanyak 1 (7.6 %) ibu yang
mengalami intensitas nyeri berat, sedangkan ibu yang
paritas rendah ada 11 (4,4 %)ibu yang mengalami
intensitas nyeri berat. Hasil uji statistik diperoleh hasil P
Value = 0.000yang artinya P < 0,05 terdapat hubungan
yang signifikan antara paritas dengan intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif deselerasi di Klinik Prtama
Sarinah Kota Pekanbaru tahun 2016. Ibu yang bersalin
ada sebanyak 3 (6.2 %) ibu yang didampingi dan
mengalami intensitas nyeri berat, sedangkan ibu yang
tidak didampingi ada 8 (4.8 %) yang mengalami intensitas
nyeri berat. Hasil uji statistik diperoleh P Value = 0.018
yang artinya P < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan
antara pendamping persalinandengan intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif deselerasi di Klinik Prtama
Sarinah Kota Pekanbaru tahun 2016.
3. Efektivitas Teknik Rebozo dan Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin
Judul Efektivitas Teknik Rebozo dan Nafas Dalam Untuk
Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu
Bersalin
Jurnal Jurnal Kebidanan
Volume & Halaman Vol. 2, No. 1, Hal. 1-13
Tahun 2020
Penulis Fitriana Puspitaningrum, Wahyu Pujiastuti, Siti Maryani

Latar Belakang Pengurangan nyeri saat persalinan perlu dilakukan


karena dapat menghilangkan stress dan rasa
ketidaknyamanan akibat kebanyakan dari wanita sudah
membayangkan rasa sakit saat persalinan. Berbagai
macam metode pengurangan nyeri yang berkembang
saat ini , terdapat 2 metode yaitu farmakologi dan
non-farmakologi. Metode farmakologi pengobatan
menggunakan obat-obatan dengan arahan medis yang
sudah disesuaikan dengan indikasi mengurangi rasa
nyeri, ada dua cara pada metode farmakologi guna
menurunkan tingkat nyeri bahkan menghilangkan
nyerinya yaitu analgesik dan anestesi. Sedangkan metode
nonfarmakologi, menggunakan sarana yang lebih
sederhana, aman, mudah ditemukan dan digunakan
sebagai penatalaksanaan nyeri selama persalinan
(Maryunani, 2010)
Teknik Rebozo merupakan teknik mengurangi nyeri
yang berasal dari Amerika Latin. Teknik tersebut
digunakan karena salah satu teknik yang praktis dan non-
invasif yang digunakan saat akan bersalin. Pada saat
persalinan dapat dilakukan oleh wanita di saat kondisi
berbaring, berdiri, atau berada di lutut dan tangannya.
Teknik Reboz osaat akan bersalin bertujuan untuk
mengatasi nyeri pada persalinan tanpa intervensi obat
serta menjadi mediator bagi wanita dalam
menggunakan obat-obatan seminimal mungkin selama
menjalani proses persalinan.
Metode Penelitian Desain penelitian ini menggunakan randomized
controlled trial.Penelitian ini menggunakan data primer
yang diperoleh dari hasil pemberian teknik rebozo dan
nafas dalam saat persalinan kala 1 fase aktif.
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Puskesmas
Candiroto dan Puskesmas Ngadirejo Kabupaten
Temanggung pada bulan Februari hinggaMaret 2020.
Populasi penelitian mencakupsemua ibu bersalin dalam
persalinan kala 1 fase aktif direntang bulan Februari
sampai Maret tahun 2020 yang jumlahnya
diestimasikan dari data register ibu hamil yaitu
sejumlah 42 orang. Teknik pengambilan sample
menggunakan Sampling Jenuh.
Sample penelitian ini yaitu ibu bersalin kala 1 fase
aktif yang mengalami nyeri persalinan kala 1 pada
bulan Februari sampai maret 2020 sejumlah 42
responden, yang diambil dari Puskesmas Candiroto
dan Puskesmas Ngadirejo Kabupaten Temanggung.
Dari 42 responden yang dijadikan sample kemudian
dikelompokkan menjadi 2, yaitu kelompok intervensi
teknik rebozo 21 responden dan kelompok kontrol nafas
dalam 21 responden sebagai.Selanjutnya peneliti akan
menilai skala nyeri untuk mengukur nyeri sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan dalamkelompok intervensi
dan juga kelompok kontrol dengan menggunakanskala
nyeri Observasi Perilaku
Pembahasan 1. Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Sebelum
diberikan Teknik Rebozopada Kelompok Intervensi
dan Nafas Dalam pada Kelompok Kontrol
Hasil penelitian pada bersalin kala 1 fase aktif
di Puskesmas Candiroto dan Puskesmas Ngadirejo
sebelum diberikan intervensi teknik rebozosebagian
besar responden mengalami nyeri persalinan dengan
skala nyeri 7 sebanyak 5 responden, nyeri
persalinan dengan skala tertinggi 10, dan nyeri
persalinan dengan skala terendah 4. Sedangkan
sebelum diberi perlakuan teknik nafas dalam pada
kelompok kontrol sebagian besar mengalami
nyeri dengan skala 4 sejumlah6 responden, nyeri
persalinan dengan skala tertinggi yaitu 8, dan
skala nyeri terendah yaitu 3.
2. Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Sesudah
diberikan Intervensi Teknik Rebozo
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Candiroto dan Puskesmas Ngadirejo sesudah
diberikan intervensi teknik rebozo sebanyak 21
responden mengalami penurunan nyeri persalinan
kala 1 fase aktif.
3. Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Sesudah
diberikan Intervensi Teknik Nafas Dalam
Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok
kontrol sebanyak 14 responden mengalami
penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif dan 7
responden yang tidak mengalami penurunan nyeri
setelah diberikan perlakuan teknik nafas dalam.
4. Hubungan Dukungan Suami dan Keluarga dengan Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I
Judul Hubungan Dukungan Suami dan Keluarga dengan
Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Jurnal Jurnal Kesehatan
Volume & Halaman Vol. 12, No. (2), Hal. 118-124
Tahun 2019
Penulis Elika Puspitasari

Latar Belakang Diharapkan dari dukungan suami yang diberikan akan


menenangkan emosi ibu sehingga proses persalinan akan
dilewati dengan perasaan senang dan terhindar dari
depresi, dan akan memperkecil nyeri yang dirasakan ibu
saat bersalin. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Hilmansyah (2011) bahwa dukungan yang baik akan
membantu ibu menurunkan rasa nyeri yang diderita.
Dalam kondisi relaks, tubuh akan memproduksi hormon
bahagia yang disebut endorphin yang akan menekan
hormon stressor sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan
berkurang. Dukungan diberikan oleh suami akan
membuat ibu lebih nyaman dan lebih menikmati setiap
perjalanan persalinan, semakin ibu menikmati proses
persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya
ibu tidak lagi terfokus pada rasa nyeri persalinan,
sehingga nyeri persalinan tidak lagi terasa.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik insidental sampling. Sampel yang
diperoleh selama pelaksanaan penelitian ada 35 ibu
bersalin. Alat untuk pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data yang
diperoleh berupa data primer untukdukungan suami dan
keluarga serta pengukuran nyeri persalinan kala I fas aktif
diperoleh melalui observasi. Analisis bivariatnya
digunakan uji korelasi Spearman.
Pembahasan Menunjukkan usia responden dengan rentang 31-35
tahun sebanyak 14 orang (40%), mayoritas responden
merupakan multipara yaitu 19 orang (54,3%), pendidikan
dengan klasifikasi tinggi sebanyak 26 orang (74,3%), dan
19 orang (54,3%) reponden tidak memiliki pengalaman
nyeri persalinan sebelumnya.
Tabel 2. menunjukkan skor minimal untuk dukungan
suami dan keluarga adalah 9 dan skor maksimalnya
adalah 20, dengan nilai rata-rata sebesar 17,20. Variabel
tingkat nyeri persalinan kala 1 untuk skor minimalnya 5,
skor maksimalnya 10, dan nilai rata-ratanya 7,80. Uji
statistik antar variabel menggunakan Spearman-rho
karena data interval tidak terdistribusi normal dimana p-
value < 0,05. Uji hipotesis menunjukkan Ho ditolak dan
Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan suami dan keluarga dengan
intensitas nyeri persalinan Kala I dibuktikan dengan p-
value < 0,05 (0,018). Nilai koefisien korelasi (-0,396)
menunjukkan hubungan yang negatif dimana semakin
tinggi dukungan suami dan keluarga maka semakin
rendah intensitas nyeri persalinan yang dirasakan oleh ibu
bersalin.
Uji statistik antar variabel menggunakan Spearman-rho
karena data interval tidak terdistribusi normal dimana p-
value < 0,05. Uji hipotesis menunjukkan Ho ditolak dan
Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan suami dan keluarga dengan
intensitas nyeri persalinan Kala I dibuktikan dengan p-
value < 0,05 (0,018). Nilai koefisien korelasi (-0,396)
menunjukkan hubungan yang negatif dimana semakin
tinggi dukungan suami dan keluarga maka semakin
rendah intensitas nyeri persalinan yang dirasakan oleh ibu
bersalin.
Data tabel 3. diketahui bahwa responden terbanyak
pada item “datang ke klinik bersama ibu bersalin”
sebanyak 91% responden sedangkan item terendah pada
item “mengelus perut dan punggung” sebanyak 54%
responden.
5. Danish women’s experiences of the rebozo technique during labour: A
qualitative explorative study
Judul Danish women’s experiences of the rebozo technique
during labour: A qualitative explorative study
Jurnal Sexual & Reproductive Healthcare
Volume & Halaman Volume 1, Nomor 3, Hal. 79–85
Tahun 2017
Penulis Mette Langeland Iversen, Julie Midtgaard, Maria Ekelin,
Hanne Kristine Hegaard

Latar Belakang A wide range of nonpharmacological, easily available


and noninvasive methods exist as components in the
management of pain during labour. One such method is
the practical technique called “rebozo”, originating from
Latin America. The rebozo technique is a noninvasive,
practical technique carried out while the woman either
stands, lies down or is on her hands and knees. It involves
gently controlled movements of the labouring woman’s
hips from side to side by using a special woven scarf, and
is carried out either by the midwife or another support
person.
Mexican birth culture, in particular, has a long tradition
for the performance of the rebozo technique before,
during, and after birth. There has not been a European
tradition for the use of rebozo so far, but a noticeable
recognition of the technique at Danish birth facility
centres during the past couple of years resulted in the
registration of rebozo as a part of a national obstetrics
database starting in 2014. While the initial prevalence of
rebozo seems to be below 2% for women with indented
vaginal deliveries, a local Danish assessment indicated a
rate around 9% for the year 2014. The different rates
indicate a potentially large geographic variation in usage,
and moreover that a relatively large number of Danish
women will come to know the technique during labour.
The use of rebozo has produced individual narratives with
positive statements in non-peerreviewed papers, claiming
that the technique to some extent is comparable to
nonpharmacological methods with regard to increasing
contractions and pain-relieving effect.
Metode Penelitian This study is an explorative, qualitative study based on
individual interviews and analysed by means of
qualitative content analysis, as described by Graneheim
and Lundman [13]. Inspired by the methodological
approach interpretive description [14], this study intended
to provide clinical knowledge related to the current and
future practice of the rebozo technique.
Participants were recruited during a 2-month period
(from April to June 2014) from two different public
hospitals. One hospital was the Copenhagen University
Hospital Rigshospitalet, which is the most specialised
hospital in Denmark, serving around 10% of all births in
the country. The hospital serves as a birth facility centre
for women living in Copenhagen, but also as a tertiary
referral centre for women with pregnancy complications.
The second hospital was Roskilde/Koege Hospital,
Region Sjaelland, which is a medium-sized birth facility
centre, serving 2266 deliveries in 2012, corresponding to
nearly 4% of the total births in Denmark.
The women gave written informed consent for the
authors to use specific obstetric information for the
purpose of the study and furthermore to be contacted by
telephone. During the recruitment period, midwives were
continually encouraged by e-mails and posters to consider
all women receiving rebozo as possible participants and
to provide them with the written study information.
A total of 30 women agreed to be contacted during the
week after giving birth, of whom 17 were included in the
study and contacted by phone by the first author. They all
gave oral and written informed consent to participate,
resulting in 17 individual interviews (6 women from
Copenhagen University Hospital and 11 from
Roskilde/Koege Hospital). The remaining 13 women
were informed by phone that there was already a
sufficient number of participants. Five short questions
were designed in order to collect specific obstetric
information about the individual participants, including
details about the use of rebozo during labour.
Pembahasan This study explored women’s experiences with the
rebozo technique performed during labour and found that
the majority of the women felt bodily pleasure, leading to
enhancement of pain management. Few of the women felt
unpleasant bodily sensations. Varying levels of
importance were ascribed to rebozo; however, the
experiences indicated that rebozo potentially could be
conducive to the progress of labour (mainly in cases of
multiparity, foetus malposition and lack of foetus
descending). Furthermore, rebozo strengthened
interpersonal relations and elicited feelings of not going
through labour alone, making the midwife appear caring
and proactive when performing the technique. Lastly,
rebozo became a tool for cooperation between the woman
and the person performing the technique, giving the
partner a specific task during labour.

6. Persalinan Nyaman dengan Teknik Rebozo


Judul Persalinan Nyaman dengan Teknik Rebozo. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan
Jurnal Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
Volume & Halaman Vol.12, No.2, 287-291
Tahun 2021
Penulis Putri Yuriati, Etika Khoiriyah

Latar Belakang Salah satu penyebab dari AKI yaitu dalam proses
penanganan persalinan dimulai dari kala I sampai kala IV.
Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan
penolong persalinan. Jenis asuhan yang akan diberikan
dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan
sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesif.
Rebozo telah populer digunakan di negara maju oleh
tenaga kesehatan dalam melakukan pertolongan
persalinan sebagai metode non-farmakologis. Tekhnik
rebozo bersifat tekhnik noninvasif, praktis yang dilakukan
ketika ibu bersalin dalam posisi berdiri, berbaring atau
posisi lutut dan kedua telapak tangan menyentuh lantai.
Hal ini melibatkan gerakan pinggul ibu yang dikontrol
dengan lembut dari sisi ke sisi menggunakan syal tenun
khusus, dan dilakukan oleh bidan atau pendamping
persalinan.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pra
Eksperiment dengan pendekatan satisfic group
comparison desain untuk mengetahui pengaruh tekhnik
rebozo terhadap pengurangan rasa nyeri dan lamanya kala
I persalinan pada kelompok perlakuan dan untuk
mengetahui tingkat nyeri dan lamanya kala I persalinan
pada kelompok kontrol. Tekhnik rebozo diberikan selama
ada kontraksi sepanjang proses persalinan kala I. Lokasi
penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Tanjungpinang.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin
Primigravida di w ilayah Kota Tanjungpinang. Sampel
penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling, dengan kriteria inklusi yaitu Ibu
bersalin primigravida yang tidak ada riwayat keguguran,
bersedia menjadi informan, presentasi janin yaitu kepala,
tidak ada riwayat solusio plasenta, kehamilan cukup
bulan.
Pembahasan Berdasarkan Tabel. 1 Gambaran lamanya persalinan
kala I pada kelompok perlakuan (teknik rebozo) dan
kelompok kontrol kelompok perlakuan menunjukkan
sebagian besar responden berlangsung cepat sebesar
80,0% yaitu sebanyak 12 responden, sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar berlangsung lama
sebesar 73,3% yaitu dari 15 responden sebanyak 11
responden yang mengalami persalinan lama.
Tabel 2. Gambaran tingkat nyeri persalinan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil dari
tabel 2. menunjukkan bahwa tingkat nyeri persalinan pada
kelompok perlakuan sebagian besar responden
mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 80,0%, untuk
kelompok kontrol sebagian besar mengalami nyeri sedang
sebanyak 53,3% dan sebanyak 13,3% mengalami nyeri
ringan.
Perbedaan lama kala I pada kelompok perlakuan
(Teknik Rebozo) dan kontrolBerdasarkan tabel 3.
Diketahui bahwa mean lama kala I persalinan pada
kelompok perlakuan (teknik Rebozo) sebesar 1,20,
sedangkan mean kelompok kontrol sebesar 1,73. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan mean kala I persalinan
pada responden kelompok perlakuan (teknik Rebozo) dan
responden kelompok kontrol. Berdasarkan uji
independent t-test didapatkan P value 0,002 dan karena P
value 0,002 < 0,05 mak Ha diterima sehingga
disimpulkan ada pengaruh dilakukan teknik rebozo
terhadap lama kala I pada persalinan.
Tabel 4. Perbedaan tingkat nyeri pada kelompok
perlakuan (teknik Rebozo ) dan kontrol. Hasil dari tabel
4. dapat diketahui nilai median pada kelompok perlakuan
(Teknik Rebozo) sebesar 1,20 dan kontrol sebesar 2,20.
Uji statistik menggunakan uji T test Independen diperoleh
P value untuk selisih antara kelompok perlakuan (Teknik
Rebozo) dan kontrol sebesar 0,000 < 0,05 maka Ha
diterima, sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh
teknik rebozo terhadap tingkat nyeri pada persalinan.

7. Teknik Rebozo Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif dan Lamanya
Persalinan pada Ibu Multigravida
Judul Teknik Rebozo Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase
Aktif dan Lamanya Persalinan pada Ibu Multigravida
Jurnal Jurnal Keperawatan Silampari
Volume & Vol. 4, No. 1
Halaman e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1627
Tahun 2020
Penulis Yulidian Nurpratiwi, Muhammad Hadi, Idriani

Latar Belakang Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman


subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan
kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis
terhadap nyeri meliputi peningkatan pernapasan, tekanan
darah, denyut nadi, diameter pupil, keringat, dan
ketegangan pada otot (Wulandari & Putri, 2018).
Adapun penanganan yang akan diterapkan dalam
penelitian ini yaitu terapi non farmakologi, banyak teknik
non farmokologi yang sudah dilakukan penelitian
sebelumnya seperti massage, acupressure, acupuncture,
teknik rileksasi, teknik counterpressure dan teknik yang
lainnya, namun peneliti ingin mengembangkan terapi
alternatif yang baru dari terapi non farmakologi yang
lainnya yaitu teknik dari Mexico. Di Indonesia teknik ini
belum pernah dilakukan penelitian pada nyeri dan lamanya
persalinan kala I fase aktif yang dilakukan pada saat
kontraksi. Dimana teknik rebozo ini berasal dari Amerika
Latin. Teknik rebozo adalah sebuah teknik praktis non-
invasif yang dilakukan pada wanita berdiri, berbaring atau
bertumpu pada tangan dan lututnya. Ini melibatkan
gerakan pinggul wanita yang melahirkan yang dikontrol
dengan lembut berdampingan dengan menggunakan syal
anyaman khusus, dan dilakukan dengan baik oleh bidan
atau orang pendukung lainnya (Iversen et al., 2017).
Metode Penelitian Desain penelitian ini quasy eksperiment, dengan jenis
rancangan two group pre dan post design. Sampel
berjumlah 34 responden terdiri 17 responden pada
kelompok intervensi teknik RSTA dan 17 responden pada
kelompok intervensi teknik RSWLD. Teknik pengambilan
sampel accidental sampling. Dengan instrumen lembar
kuisioner karakteristik responden dan lembar observasi
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif dan lamanya
persalinan yaitu dengan NRS (Numeric Rating Scale).
Adapun prosedur pengambilan data peneliti mengajukan
permohonan tertulis kepada Ketua Program Studi Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Muhamidyah Jakarta untuk
meminta permohonan izin melakukan penelitian di
Pelayanan Kesehatan wilayah Kecamatan Cikarang
Kabupaten Bekasi yang akan ditujukan kepada
Kesbangpol Kabupaten Bekasi dengan tembusan ke
Puskesmas.
Setelah disetujui penelitian, peneliti melakukan kontrak
program terkait tujuan dilakukan penelitian dan persamaan
persepsi tentang lembar kuisioner dan lembar observasi
yang harus dilakukan oleh asisten peneliti (bidan atau
perawat). Asisten peneliti dalam penelitian ini adalah yang
sudah terlatih dalam teknik rebozo sifting while lying
down dan rebozo shake the apples. Kemudian setelah
peneliti mendapat calon responden, jelaskan tentang
maksud dan tujuan dan prosedur pelaksanaan, apabila
calon responden bersedia, maka calon responden wajib
mengisi lembar persetujuan (informed consent). Observasi
pengukuran intensitas nyeri dilakukan pada kala I fase
aktif pada ibu multigravida dimana observasi yang akan
dilakukan 4 kali pengukuran pada saat kontraksi setiap 30
menit. Lamanya dilakukan tindakan 5-10 menit. Observasi
intensitas nyeri persalinan dan lamanya persalian pada
intervensi teknik RSTA disebut kelompok A dan pada
teknik RSWLD disebut kelompok B. Pengukuran
intensitas nyeri persalinan Pre adalah tanpa intervensi
(pengukuran A1 dan B1), dan post adalah dilakukan
intervensi (pengukuran A2, A3, A4 dan B2, B3, B4).
Sedangkan pengukuran lamanya persalinan diukur setelah
proses persalinan selesai.
Pengolahan data dengan editing, coding, entry dan
clearing, sedangkan analisis data pada karakteristik
responden dan observasi intensitas nyeri persalinan dengan
NRS dan lamanya persalinan yang disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Analisis data
dilakukan untuk melihat data frekuensi dan persentase
karakteristik responden, intensitas nyeri dan lamanya
persalinan dengan analisis univariat, untuk melihat
perbedaan pre dan post intensitas nyeri persalinan dan
lamanya persalinan dari 2 kelompok intervensi rebozo
menggunakan analisis bivariat dengan uji t-test
berpasangan dan melihat hasil efektifitas dari 2 kelompok
intervensi teknik rebozo yang dilakukan pengukuran
secara berulang menggunakan analisis multivariat dengan
uji general linear model.
Pembahasan Nyeri Persalinan, dalam penelitian ini juga
menunjukkan rata-rata frekuensi dari pengukuran pertama
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif sampai dengan
pengukuran keempat pada teknik rebozo shake the apples
dan rebozo sifting while lying down yang terbesar yaitu
pada pengukuran pertama yang memiliki rata-rata 8,59
responden dan yang terendah pada pengukuran 3 pada
Rebozo Shake The Apples dan pengukuran 4 pada rebozo
sifting while lying down yang memiliki nilai rata-rata 7,41
responden.
Lamanya Persalinan, pada penelitian ini lamanya
persalinan yang paling terbesar pada teknik rebozo sifting
while lying down yaitu selama 154 menit dan yang
terendah pada teknik rebozo shake the apples selama 139
menit. Lamanya persalinan pada penelitian ini diambil dari
durasi kala I fase aktif sampai kala II dengan hasil kurang
dari nilai normal lamanya persalinan tersebut.
Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif pada Ibu Multigravida Sebelum dan Sesudah
Pemberian Intervensi pada Teknik Rebozo Shake the
Apples dan Rebozo Sifting While Lying Down.
Berdasarkan hasil analisis dependent sample t-test terlihat
nilai signifikan 2-tailed < 0,05, maka terdapat perbedaan
signifikan antara pre dan post pada intervensi teknik
rebozo shake the apples maupun teknik rebozo sifting
while lying down.
Perbedaan Rata-Rata Lamanya Persalinan pada Ibu
Multigravida dalam Pemberian Intervensi pada Teknik
Rebozo Shake the Apples dan Rebozo Sifting While Lying
Down. Berdasarkan hasil analisis Dependent Sample T-
Test lamanya persalinan terlihat nilai signifikan 2-tailed >
0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-
rata lamanya persalinan antara intervensi teknik rebozo
shake the apples dengan teknik rebozo sifting while lying
down. Hal ini terjadi karena pengukuran durasi lamanya
persalinan hanya dilihat di akhir setelah dilakukan
intervensi dari kala I fase aktif sampai bayi lahir,
sedangkan sebelum dilakukan intervensi tidak ada
pengukuran nilai lamanya persalinan. Sehingga dari
intervensi teknik rebozo shake the apples dan teknik
rebozo sifting while lying down mendapatkan nilai
lamanya persalinan perbedaan durasinya sedikit yaitu 154
menit pada rebozo shake the apples dan 139 menit pada
teknik rebozo sifting while lying down. Dimana durasi
tersebut kurang dari 360 menit pada kala I fase aktif pada
multigravida, artinya teknik rebozo ini dapat
mempengaruhi lamanya persalinan. Biasanya lama
persalinan pada fase aktif idealnya tidak lebih dari 10 jam,
sedangkan pada ibu multigravida lama persalinan kala I
fase aktif kurang lebih 6-8 jam.
Efektifitas Teknik Rebozo Shake the Apples dengan
Teknik Rebozo Sifting While Lying Down Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu
Multigravida. Hasil penelitian terbukti bahwa hasil analisis
pada asumsi homogenitas antar 4 pengukuran intensitas
nyeri persalinan pada intervensi teknik rebozo shake the
apples dengan rebozo sifting while lying down didapatkan
p value 0,118 > 0,05, artinya pada kedua teknik rebozo
memiliki varian sama atau homogen. Sehingga dapat
disimpulkan dari dua intervensi yang diberikan terdapat
perbedaan pengukuran intensitas nyeri persalinan dan
lamanya persalinan terhadap teknik rebozo shake the
apples dengan teknik rebozo sifting while lying down,
meskipun tidak terlalu besar, jadi dari dua kelompok
intervensi dikatakan sama-sama efektif dalam
mengalihkan nyeri persalinan kala I fase aktif dan lamanya
persalinan pada ibu multigravida.
8. Pengaruh Aromaterapi Bitter Orange terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Persalinan Kala I pada Ibu Bersalin
Judul Nurhayati, Santi. 2020. Pengaruh Aromaterapi Bitter
Orange terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Persalinan
Kala I pada Ibu Bersalin. Maternal Child Health Care
Journal. Volume 2. No.3.
Jurnal Maternal Child Health Care Journal
Volume & Volume 2. No.3
Halaman
Tahun 2020
Penulis Nurhayati, Santi

Latar Belakang Rasa sakit dan nyeri pada persalinan pada dasarnya di
sebabkan karena kontraksi kuat selama menjelang
persalinan dan hal tersebut merupakan hal yang dia alami.
Setiap wanita mempunyai rasa nyeri yang berbeda-beda.
Rasa nyeri dapat terjadi karena adanya faktor fisik atau
fisiologi yang lain atau bisa juga yang muncul karena
emosi atau perasaan. Hal ini laen adanya faktor sugesti
negative yang termasuk dalam fikiran alam bawah sadar,
yang mana fikiran bawah sadar tidak bisa membedakan
antara kenyataan dan imaginasi. Ketegangan dan ketakutan
yang di rasa oleh ibu menyebabkan rasa nyeri pada
persalinan, sehingga memperlambat proses persalinan
(Mustika, 2012).
Salah satu terapi non farmakologi untuk mengurangi
nyeri persalinan dan kecemasan yaitu dengan aromaterapi.
Aromaterapi adalah terapi nonfarmakologi yang
mengunakan minyak sari murni. Aromaterapi bitter orange
merupakan sebuah terapi non farmakologi untuk
mengurangi atau menringankan rasa sakit pada ibu yang
melahirkan kala I (Kumalasari, 2012).
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi exsperimen dengan
pendekatan Pre test-post test tanpa kelompok kontrol.
Dimanapenelitian ini di Bidan Praktek Swasta pada bulan
Januari 2020. seluruh perkiraan ibu bersalin pada bulan
Januari 2020 wilayah kerja puskesmas Muara Labuh yaitu
sebanyak 10 persalinan. Teknik sampel dalam penelitian
ini adalah non probability sampling yaitu purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang. Data
dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.
Data yang sudah dikumpulkan akan diolah dan dianalisa
secara komputerisasi dengan Uji Paired Simpel T-test.
Pembahasan Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa rata-rata
tingkat nyeri persalinan kala I sebelum (Pretest) pemberian
aromaterapi Bitter Orange adalah 6,50 dengan Standart
Deviasi 0,527. Nilai persalianan kala I terendah adalah 6
dan nilai tertinggi adalah 7.
Berdasarkan tabel diatas di ketahui bahwa rata-rata
tingkat nyeri persalinan kala I Sesudah (Postest) pemberian
aromaterapi Bitter Orange adalah 5,70 dengan Standar
Deviasi 0,483. Nyeri persalinan kala I terendah adalah 5
dan nilai tertinggi adalah 6.
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui hasil rata-rata tingkat
nyeri persalinan kala I sebelum (Pretest) pemberian
aromaterapi Bitter Orange adalah 6,50 dengan Standart
Deviasi 0,527. Dan tingkat nyeri persalinan kala I Sesudah
(Postest) pemberian aromaterapi Bitter Orange adalah 5,70
dengan Standar Deviasi 0,483.
Dari hasil analisis di dapatkan hasil penelitian
mengunakan Uji Paired Simpel T-test diperoleh nilai P
value 0,005 sehingga dapat di simpulkan bahwa ada
Pengaruh Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Penurunan
Tingkat nyeri Persalinan Kala I.

9. Pengaruh Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri Persalinan Pada Fase


Aktif Kala 1 Di Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020
Judul Pengaruh Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri
Persalinan Pada Fase Aktif Kala 1 Di Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020
Jurnal Jurnal Kesehatan
Volume & Vol. 04, Hal. 151-160 E-ISSN 2614-5375
Halaman
Tahun 2021
Penulis Irmawati.S, Rosdiana, Andi Baharuddin

Latar Belakang Dampak dari nyeri persalinan yang semakin sering dan
semakin lama dapat menyebabkan ibu merasa gelisah,
takut dan tegang bahkan stress yang mengakibatkan
adanya pelepasan hormon yang berlebihan diantaranya
hormon adrenalin, katekolamin dan steroid. Hormon
tersebut menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos
dan vasokonstriksi pembuluh darah yang berakibat
kurangnya aliran darah dan oksigen ke uterus sehingga
menyebabkan terjadinya iskemia uterus, hipoksia janin dan
membuat impuls nyeri bertambah banyak. Meningkatnya
katekolamin menyebabkan gangguan pada kekuatan
kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri yang
mengakibatkan terjadi partus lama.
Aromaterapi merupakan salah satu terapi non
farmakologi yang menggunakan sari minyak murni.
Aromaterapi bitter orange selain murah, mudah digunakan
dan non-invasife juga dapat mengurangi nyeri persalinan.
Dimana aromaterapi ini mempengaruhi sistem limbik di
otak yang mempengaruhi emosi, suasana hati, dan memori,
yang menghasilkan neurohormon di endorphin yang
berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit dan serotonin
yang berfungsi menghilangkan stress dan cemas saat
menghadapi persalinan
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode
eksperimental. Suatu rancangan penelitian yang digunakan
untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya
keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi
terhadap variabel bebas. Adapun rancangan penelitian
yang digunakan adalah Pre Eksperimental dengan desain “
One Group Pretest-Posttest Design”. Dalam rancangan ini,
keadaan awal subjek sebelum diberi perlakuan sehingga
peneliti dapat mengetahui kondisi subjek yang diteliti
sebelum dan sesudah diberi perlakuan yang hasilnya dapat
dibandingkan atau dilihat perubahannya. Lokasi Penelitian
ini akan dilakukan di Puskesmas Kulisusu Kabupaten
Buton Utara. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10
Februari sampai dengan 10 Agustus tahun 2020.Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di
Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian ibu inpartu yang
memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020 sebanyak 30 orang.
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel
adalah Purposive Sampling yaitu suatu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus.
Pertimbangan penentuan sampel yaitu ibu bersalin normal
anak pertama (primigravida), nyeri aktif kala 1, dan
bersedia menjadi sampel.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan alat diffuser, aromaterapi bitter orange serta
lembar observasi yang berisi pengkajian nyeri pasien
sebelum dan sesudah intervensi. Alat yang digunakan
untuk mengetahui perubahan tingkat nyeri responden
adalah Defense and Veterans Pain Rating Scale (DVPRS).
Intervensi yang diberikan adalah responden diminta untuk
menghirup uap aromaterapi bitter orange selama 15 menit
dengan menyesuaikan kontraksi ibu yaitu pada puncak his.
Tehnik Pengumpulan data yaitu data sekunder dan data
primer dengan pengegolahan dan penyajian data adalah
editing, coding, entry data dan cleaning data. Analisis data
dengan anlaisis univariat dan biavariat dimanaAnalisis
bivariat berguna untuk melihat pengaruh antara variabel
independen “ pemberian aromaterapi bitter orange “ dan
variabel dependen “ penurunan nyeri kala 1”. Pada
penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji
normalitas data sangat diperlukan untuk membuktikan
apakah variabel dari data yang diperoleh sudah normal apa
belum. Analisis yangdigunakan dalam penelitian ini
adalah statistik parametrik, maka dalam penelitian ini data
pada setiap variabel harus terlebih dahulu di uji
normalitasnya. Dalam penelitian ini uji normalitas data
yang digunakan adalah uji statistik Shapiro Wilk Test dan
Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed
Rank Test. Uji statistik ini digunakan apabila data
pengukuran variabel dependen tidak terdistribusi normal.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa
dari 30 responden masih terdapat 3 responden yang tidak
mengalami penurunan skala nyeri yang signifikan yakni
nyeri yang dialami masih berada pada rentang skala nyeri
yang sama sesudah diberikan aromaterapi bitter orange.
Dimana umur responden tersebut berada pada rentang
umur < 20 tahun. Diperoleh hasil 1 responden berumur 16
tahun dan 2 responden berumur 17 tahun. Pada saat
dilakukan intervensi ketiga responden tersebut memiliki
skala nyeri 6 sebelum dilakukan intervensi dan sesudah
dilakukan intervensi menjadi skala 5 dimana nyeri
responden masih berada pada rentang skala yang sama.
Dari ketiga responden ini termaksud dalam kategori < 20
tahun dimana umur yang masih relatif muda memiliki
kondisi psikologis yang masih labil sehingga akan
menimbulkan respon kecemasan. Meningkatnya rasa
kecemasan ini akan menyebabkan peningkatan stimulus
intensitas nyeri pada saat persalinan. Oleh karena itu, umur
dapat dijadikan sebagai salah satu faktor dalam
menentukkan toleransi nyeri.
10. Efektifitas Aromatheraphy Lemon dan Bitter Orange Terhadap Instensitas
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Judul Efektifitas Aromatheraphy Lemon dan Bitter Orange
Terhadap Instensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Jurnal Jurnal Kebidanan
Volume & Vol 7, No 1, Hal. 1-5
Halaman
Tahun 2021
Penulis Reva Afdila, Nuraida

Latar Belakang Salah satu kendala yang dihadapi ibu pada saat bersalin
adalah kecemasan. Kecemasan sangat berpengaruh
terhadap kemajuan persalinan yang berakibat pembukaan
seviks yang tidak lancar. Kecemasaan dapat meningkatkan
nyeri persalinan dan dilaktasi servik yang tidak baik,
sehingga kecemasan dan nyeri persalinan sangat berkaitan
(Rahmy, 2013). Masalah yang terjadi dapat diatasi dengan
berbagai terapi baik secara farmakologi maupun
nonfarmakologi (Smith dkk, 2011). Terapi farmakologi
yang dapat digunakan yaitu senyawa analgesik narkotik,
analgesia sistemik, narkotik campuran dan lainya, akan
tetapi memiliki efek saping seperti mual, pusing, epidural
lumbar dan blok paraservikal. Untuk terapi
nonfarmakologi seperti kompres panas dingin, maasase,
hidroterapi dan aromaterapi (Koesnsoemardiyah, 2009).
Aromaterapi adalah terapi nonfarmakologi berbahan
sari minyak murni, yang berfungsi untuk menurunkan
nyeri persalinan. beberapa aromaterapi yang dapat
mengatasi nyeri yaitu lemon dan bitter orange. lemon dan
biiter orange memiliki kandungan limonene yang dapat
menghabat prostaglandin sehingga dapat menurunkan
nyeri persalinan (Young, 2011). Kandungan limonene
pada lemon sebanyak 60-80% dan pada biiter orange
96,69% (Megawati dan Rosa, 2015). Pada penelitian ini
peneliti menggunakan oil aromaterapi merek Living
young. Bitter orange dan lemon pada oil living memiliki
komponen utama minyak kulit jeruk adalah limonene (83-
97% untuk kulit jeruk manis).
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan
desain yang digunakan pada pretest-posttest control group
desain, yaitu pengamatan dilakukan pada saat sebelum dan
sesudah dilakukannya intervensi. Penelitian ini dilakukan
di PMB Martini, Amd.Keb. Populasi pada penelitian ini
adalah ibu bersalin kala I. Pengambilan sampel
menggunakan rumus Supranto J (2000) yaitu (t-1) (r-1) >
15, didapatkan jumlah sampel sebanyak 16 orang untuk 1
kelompok, maka jumlah sampel untuk 2 kelompok
sebanyak 32 orang. Tehnik pengambilan sampelnya
dengan acidental sampel. subjek dibutuhkan sebanyak 32
sampel, dengan jumlah perkelmpoknya sebanyak 16
orang. subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
lemon dan kelompok bitter orange Jenis data yang
digunakan yaitu data primer. pengumpulan data dibantu
oleh enumerator. Peneliti dengan bantuan enumerator
melakukan pemberian intervensi dan pemantauan nyeri
persalinan. Instrument yang digunakan pada penelitian ini
yaitu Visual Analog Scale (VAS). Analisis univariat
digunakan untuk untuk medeskripsikan kataristik
responden. Analisis bivariat untuk melihat rerata dan
efektifitas intervensi yang diberikan dengan uji paired
sampel t test, serta melihat perbedaan efektifitas kedua
kelompok dengan uji independent t-test.
Pembahasan Aromaterapi Lemon Terhadap Nyeri Persalinan Pada
penelitian ini didapatkan hasil ada pengaruh pemberian
aromaterapi lemon terhadap nyeri kala I persalinan.
Asumsi peneliti yaitu kenapa terjadi penurunan nyeri
persalainan, karena kandungan lemon yaitu limonene yang
merupakan komponen utama dalam senyawa kimia jeruk
yang dapat menghambat sistem kerja protatglandin
sehingga dapat mengurangin yeri dan Limonene
mengontrol siklooksigenase I dan II, mencegah aktivitas
prostaglandin dan mengurangi rasa sakit.
Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri Persalinan
Pada hasil penelitian ini didapatkan hasil ada pengaruh
pemberian aromaterapi bitter orange terhadap nyeri kala I
persalinanpada responden. Bitter orange (C. Aurantium)
terdiri dari minyak esensial yang disebut dengan neroli.
Ada 10 lebih komponen dari citrus aurantium minyak,
yang sebagian besar mononterpens berikut: limonene,
linalool, linalyl asetat, geranyl asetat, geraniol, nerol, neryl
acetate. Minyak ini memiliki efek menjadi ressive, anti-
septik, anti-spasmodik dan obat penenang ringan.
Limonele di temukan di bitter orange minyak mengontrol
siklooksigenase I dan II, mencegah aktifitas prostaglandin
dan mengurangi rasa sakit. Meskipun aromaterapi
menggunakan herbal lain telah menunjukkan efek pada
metode pengurangan nyeri persalinan. Dan juga
merangsang sistem saraf pusat, meningkatkan mood,
menurunkan tekanan darah, sebagai obat penenang
analgesic.

E. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 43,75% ibu bersalin merasakan
kecemasan menghadapi persalinan. Studi memperoleh hasil ada hubungan
kecemasan dengan nyeri persalinan kala I (p = 0,017; POR 7,5 CI 95%: 1,3-
43,7).
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukanbahwa ada
hubungan yang signifikan antara usia dengan intensitas nyeri persalinan
dengan P Value = 0.001, ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan
intensitas nyeri persalinan dengan P Value = 0.000 dan ada hubungan yang
signifikan antarapendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan
dengan P Value = 0.023.
3. Perbedaan Efektivitas antara teknik rebozodengan teknik nafas
dalamBerdasarkan hasil uji t-test tidak berpasangan diperoleh p value
sebesar 0,000 dimana p value < 0,05 dengan mean selisih pada teknik
rebozosebesar 4.14 dan mean selisih pada nafas dalam sebesar 0,76 yang
artinya mean pada teknik rebozo menunjukkan lebih efektif dibandingkan
dengan mean pada teknik nafas dalam pada penurunan nyeri persalinan
kala 1 fase aktif di wilayah kerja Puskesmas Candiroto dan Puskesmas
Ngadirejo.
4. Karakteristik responden yang memiliki usia dengan rentang 31-35 tahun
sebanyak 14 orang (40%), mayoritas responden merupakan multipara yaitu
19 orang (54,3%), pendidikan dengan klasifikasi tinggi sebanyak 26 orang
(74,3%), dan 19 orang (54,3%) reponden tidak memiliki pengalaman nyeri
persalinan sebelumnya. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan
antara dukungan suami dan keluarga dengan intensitas nyeri persalinan Kala
I dibuktikan dengan p-value < 0,05 (0,018). Nilai koefisien korelasi (-0,396)
menunjukkan hubungan yang negatif dimana semakin tinggi dukungan suami
dan keluarga maka semakin rendah intensitas nyeri persalinan yang dirasakan
oleh ibu bersalin.
5. This study contributes with a deeper and more nuanced understanding in a
hitherto unexplored area. Furthermore, it provides experiences of a
noninvasive, nonpharmacological method used during labour. The women’s
experiences of the rebozo technique performed during labour were of both a
physical and a psychological nature. The women experienced that the rebozo
technique enhanced pain management and that it potentially can be conducive
to the labour process as a harmless nonpharmacological method. The rebozo
technique can be seen as a tool for cooperation between a woman, the midwife
and the woman’s partner.
6. Dari hasil penelitian mengenai Persalinan Nyaman dengan Teknik Rebozo di
Wilayah Kota Tanjungpinang tahun 2020 terhadap 30 responden dapat
disimpulkan bahwa ibu bersalin primigravida lama kala 1 dengan
menggunakan tekhnik rebozo berlangsung lebih cepat 1,20 dengan p-value
0,002. Sedangkan tingkat nyeri ibu bersalin primigravida dengan
menggunakan teknik rebozo sebesar 1,20 dengan p-value 0,000. Secara
statistik ada pengaruh teknik rebozo terhadap lama kala 1 dan tingkat nyeri
pada persalinan.
7. Teknik rebozo shake the apples dan rebozo sifting while lying down dapat
mengalihkan nyeri persalinan kala I fase aktif dan mempercepat proses
persalinan pada ibu multigravida.
8. Rata –rata tingkat nyeri persalinan kala I sebelum (Pretest) di berikan
aromaterapi bitter orange adalah 6,50, Pengaruh penuruna tingkat nyeri
persalinan kala I sesudah (Postest) diberikan aromaterapi bitter orange adalah
5,70, Ada pengaruh pemberian aromaterapi bitter orange terhadap tingkat
penurunan nyeri persalinan kal I di BPM Bunda Kota Bukittinggi Tahun 2019
dengan hasil P-Value 0,000.
9. Disimpulkan bahwa nilai rata-rata sesudah diberi perlakuan lebih kecil
dibandingkan nilai rata-rata sebelum perlakuan. Sehingga dapat diartikan ada
pengaruh aromaterapi bitter orange terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif
di Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020.
10. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan rentan nyeri kala I
persalinan pada kedua kelompok, ada pengaruharomaterapi lemon terhadap
nyeri persalinan pada responden, ada pengaruh aromaterapi bitter orange
terhadap nyeri persalinan pada responden dan aromaterapi lemon dan bitter
orangesama-sama berpenaruh dalam menurunkan nyeri persalinan..
F. Kelebihan
1. Kelebihan Penelitian ini terdapat sumber-sumber internasional,
pembahasannya jelas dan sudah terdapat etik penelitian.
2. Kelebihan Penelitian ini hasil dan pembahasannya diuraikan secara detail dan
banyak sumber penelitian pendukung.
3. Kelebihan Penelitian ini pembahasan dijelaskan secara terperinci dan
menggunakan perbandingan intervensi.
4. Kelebihan Penelitian ini terdapat sumber-sumber yang mendukung penelitian
ini.
5. Kelebihan penelitian ini dilakukan intervesi, pembahasan dijelaskan secara
detail dan terdapat sumber-sumber internasional terbaru.
6. Kelebihan Penelitian ini metode penelitian, langkah-langkah dan pembahasan
dijelaskan secara detail.
7. Kelebihan dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian dijelaskan secara
detail dan terdapat saran yang membangun.
8. Kelebihan penelitian ini pembahasan dijelaskan secara detail dan terdapat
saran yang membangun.
9. Kelebihan penelitian ini langkah-langkah intervensi dijelaskan secra rinci dan
terdapat saran.
10. Kelebihan penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dan menggunakan
efektivitas atau perbandingan intervensi.
G. Kelemahan
1. Kelemahan penelitian ini langkahlangkah penelitian tidak dijelaskan dan
terdapat sumber buku lama.
2. Kelemahan penelitian ini waktu penelitian tidak dijelaskan dan tidak terdapat
saran sebagai masukan penelitian selanjutnya.
3. Kelemahan penelitian ini sampel yang digunakan dalam jumlah kecil.
4. Kelemahan penelitian ini tidak dijelaskan waktu, lamanya penelitian dan
tempat penelitian.
5. Kelemahan dalam penelitian ini penjelasannya panjang.
6. Kelemahan dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan tidak
dijelaskan.
7. Kekurangan dalam penelitian ini belum adanya sumber-sumber internasional.
8. Kekurangan dalam penelitian ini sampel yang digunakan dalam jumlah kecil.
9. Kekurangan dalam penelitian ini waktu yang digunakan lama dan belum
adanya sumber-sumber internasional.
10. Kelemahan dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian tidak dijelaskan.
H. Daftar Pustaka
1. Yoga Tri Wijayanti, Sumiyati, Prasetyowati. 2019. Kecemasan, Usia, Paritas
dan Nyeri Persalinan Kala I Aktif. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. Vol.
12, No. 2, Hal. 47-52. E-ISSN 2657-1390. P-ISSN 19779-469X. W:
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM/index
2. Afritayeni. 2017. Hubungan Umur, Paritas dan Pendamping Persalinan
dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I. Journal Endurance. Vol. 2, No.
(2), Hal. 178-185.
3. Fitriana Puspitaningrum. Efektivitas Teknik Rebozo dan Nafas Dalam Untuk
Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin.
Magelang: Prodi DIV Kebidanan Magelang Poltekkes Kemenkes Semarang.
4. Elika Puspitasari Elika Puspitasari. 2019. Hubungan Dukungan Suami dan
Keluarga dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I. Jurnal Kesehatan. Vol.
12, No. (2), Hal. 118-124.
5. Iversen, et al. 2017. Danish women’s experiences of the rebozo technique
during labour: A qualitative explorative study. Sexual & Reproductive
Healthcare. Volume 1, Nomor 3, Hal. 79–85.
6. Putri Yuriati, Etika Khoiriyah. 2021. Persalinan Nyaman dengan Teknik
Rebozo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol.12, No.2, 287-291.
7. Yulidian Nurpratiwi, Muhammad Hadi, Idriani. 2020. Teknik Rebozo
Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif dan Lamanya Persalinan pada
Ibu Multigravida. Jurnal Keperawatan Silampari. Vol. 4, No. 1. e-ISSN:
2581-1975 p-ISSN: 2597-7482. DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1627
8. Nurhayati, Santi. 2020. Pengaruh Aromaterapi Bitter Orange terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Persalinan Kala I pada Ibu Bersalin. Maternal
Child Health Care Journal. Volume 2. No.3.
9. Irmawati.S, Rosdiana, Andi Baharuddin. 2021. Pengaruh Aromaterapi Bitter
Orange Terhadap Nyeri Persalinan Pada Fase Aktif Kala 1 Di Puskesmas
Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020. Jurnal Kesehatan. Vol. 04,
Hal. 151-160 E-ISSN 2614-5375.
10. Reva Afdila, Nuraida. 2021. Efektifitas Aromatheraphy Lemon dan Bitter
Orange Terhadap Instensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif. Jurnal
Kebidanan. Vol 7, No 1, Hal. 1-5.

Anda mungkin juga menyukai