Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILOSOFI KEBIDANAN DAN PELAYANAN KOMPLEMENTAR

Oleh
SRI LINA

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “filosofi kebidanan dan pelayanan komplementer. Tidak lupa kami ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga segala bantuan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.Kami menyadari makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, maupun sistematika. Oleh karena
itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk perbaikan dari
kesalahan makalah ini.Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya dalam upaya peningkatan wawasan wacana
pendidikan nasional.Akhir kata kami hanya dapat mengucapkan terima kasih dan
semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.

Bandar Lampung, 2022

Penyusun 

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bidan, Ilmu dan Pengetahuan Kebidanan ................................... 2
B. Tinjauan Filosofi Kebidanan.......................................................................... 3
C. Tinjauan keilmuan dalam Kebidanan............................................................. 5
D. Jenis Pengetahuan........................................................................................... 9
E. Konsep Dasar Terapi komplementer.............................................................. 10
F. Dasar Hukum Terapi Komplementer............................................................. 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini masyarakat sering kali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan
kesehatan, bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan kemuka
pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan kemudian pasien
tersebut menuntutnya maka media massa dan media cetak akan menjadikannya
berita yang menarik dan tersebar luas dimasyarakat. Hal tersebut tentu saja
merupakan masalah yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas pelayanan
kebidanan yang diberikan kepada pasien. Dalam menjamin kualitas, efektifitas,
dan efisiensi pelayanan kebidanan masing-masing bidan diharapkan memahami
filosofi, definisi bidan, manfaat penggunaan Standar asuhan kebidanan serta
evaluasi penerapan standar.
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa bidan mempunyai tugas penting dalam
memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan,
nifas dan menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta
memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Oleh karena itu setiap tugas yang
dilakukan bidan harus berpegang pada keyakinan / pandangan hidup bidan yang
digunakan sebagai kerangka berfikir dalam memberikan asuhan kepada klien
termasuk filosofi dan tinjauan keilmuan dalam kebidanan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bidan, Ilmu dan Pengetahuan Kebidanan


Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang
prakteknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation of
Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International
Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya.
Pada tahun 1990 pada Pertemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi
tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992).
Sedangkan kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai
disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi
ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan
kepada ibu dalam masa pra konsepsi, masa hamil, ibu bersalin, post partum, bayi
baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu
dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu
keluarga dan masyarakat.
Kebidanan adalah seni dan praktek yangmengkombinasikan keilmiahan,
filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syaratatau ketetapan dalam
pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya yangnormal, termasuk
kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan atau orangyang berarti
lainnya. (Lang,1979.)Menurut sarwono (2006), Ilmu kebidanan ialah bagian ilmu
kedokteran yangkhusus mempelajari segala soal yang berkaitan dengan lahirnya
bayi. Dengan demikian yang menjadi objek ilmu ini ialah kehamilan , persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir.
Dapat dikatakan bahwa ilmu dan pengetahuan kebidanan adalah segala atau
semua disiplin ilmu dan pengehuan yang mendasari segala proses dalam
pelayanan maupun pendidikan kebidanan yakni melipui ilmu dasar,ilmu ilmu
social, ilmuterapan, dan ilmu kebidanan.

2
B. Tinjauan Filosofi Kebidanan
Filosofi berasal dari bahasa Yunani : philosophy yang berarti menyukai
kearifan “sesuatu yang memberikan gambaran dan berperan sebagai tantangan
untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai dasar untuk memberikan
informasi dan meningkatkan praktek tradisional”. Menurut Chinn dan Krammer,
1991 Filosofi merupakan suatu disiplin ilmu yang memperhatikan dan menggali
dalil-dalil yang ada untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari”. Garis besar
filosofi adalah pendekatan berpikir tentang kenyataan, termasuk tradisi
agama,aliran yang dianut oleh keberadaa dan fenomena.(Pearson dan Vaugan,
1986). Jadi filosofi diartikan sebagai ilmu tentang sesuatu disekitar kita dan apa
penyebabnya.
Anggapan tentang filosofi :
a) Elit; Hanya untuk golongan tertentu, bukan untuk konsumsi umum
b) Sulit; Beberapa aspek dari filosofi sering dianggap sulit, kompleks dan
berbelit belit.
c) Obscure; Dianggap sebagai hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan
kehidupan sehari-hari.
d) Abstrak (tidak jelas); Filosofi mencoba membangkitkan tingkat
pengertian pada hal tertentu yang dapat dihindari. Bagaimana fakta
bahwa banyak filosofi adalah abstrak tetapi tidak berarti bahwa hal
tersebut tidk ada penerapan yang nyata
Dimensi kefilosofian keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan karakteristik,yaitu:
a) Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang
bersifatkeilmuan
b) Bersifat generik artinya merincikan segolongan tertentu dari
pengetahuanilmiah, contoh:ilmu ± ilmu sosial
c) Bersifat spesifik artinya memiliki ciri- ciri yang khas dari sebuah disiplin
ilmu yang membedakannya dengan disiplin keilmuan lain
Pada hakekatnya pengetahuan ilmiah suatu disiplin keilmuan dapat
dibedakan antara pikiran dasar yang melandasi suatu pemikiran dan tubuh

3
pengetahuan teoritis yang dibangun di atas pemeikiran dasar tersebut. Pikiran
dasar tersebut terdiri dari postulat, asumsi dan prinsip.
Postulat merupakan anggapan tentang sesuatu obyek yang merefeleksikan
sudut pandang tertentu. Anggapan ini tidak terkait kepada benar atau salah
melainkan kepada setuju atau tidak setuju dengan postulat. Setiap prinsip
keilmuan mempunyai postulat yang khas yang berbeda dengan disiplin ilmu yang
disebabkan cara pandang yang berbeda pula meskipun mungkin obyek yang
menjadi telaahannya sama. Pikiran dasar kedua adalah asumsi yakni pernyataan
dasar tentang realitas menjadi objek. Oleh karena kaitannya dengan realitas
menjadi objek. Oleh karena kaitannya dengan empiric, maka pernyataan ini harus
diuji kebenarannya. Suatu asumsi belum tentu benar atau cocok dengan suatu
kondisi tertentu.
Asumsi yang berbeda akan menghaasilkan tubuh pengetahuan yang berbeda
pula dan pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Dengan
postulat dan asumsi tersebut terbangunlah prinsip yang merupakan pernyataan
dasar mengenai tindakan atau pilihan. Prinisp ekonomi umpamanya merupakan
tindakan manusia untuk memperoleh untung yang sebesar-besarnya dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya, merupkan dasar atau landasan bagi manusia
sebagai elaku ekonomi. Postulat, asumsi dan prinsip merupakan pikiran dasar dari
sebuah pengetahuan ilmiah. Pikiran dasar dalam ilmu kebidanan adalah
memberdayakan semua potensi klien (wanita/ibu) untuk menghimpun kekuatan
(power) dirinya sendiri dalam upaya melahirkan janin yang dikandung dalam
tubuhnya. Socrates (427 – 374 SM), seorang Filsuf Yunani menyebutkan hal ini
sebagai mateutika tekhne (ketrampilan kebidanan). Di atas pikiran dasar inilah
dibangun tubuh pengetahuan teoritis yang secara ekstensif berupaya
mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol berbagai jenis
gejala dari objek telaahan dari sebuah disiplin ilmu.
Pada hakekatnya pengetahuan ilmiah suatu disiplin keilmuan dapat
dibedakan antara pikiran dasar yang melandasi suatu pemikiran dan tubuh
pengetahuan teoritis yang dibangun di atas pemeikiran dasar tersebut. Pikiran
dasar tersebut terdiri dari postulat, asumsi dan prinsip. Postulat merupakan

4
anggapan tentang sesuatu obyek yang merefeleksikan sudut pandang tertentu.
Anggapan ini tidak terkait kepada benar atau salah melainkan kepada setuju atau
tidak setuju dengan postulat. Suatu asumsi belum tentu benar atau cocok dengan
suatu kondisi tertentu. Asumsi yang berbeda akan menghaasilkan tubuh
pengetahuan yang berbeda pula dan pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan
yang berbeda.
Dengan postulat dan asumsi tersebut terbangunlah prinsip yang merupakan
pernyataan dasar mengenai tindakan atau pilihan. Prinisp ekonomi umpamanya
merupakan tindakan manusia untuk memperoleh untung yang sebesar-besarnya
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, merupkan dasar atau landasan bagi
manusia sebagai elaku ekonomi. Postulat, asumsi dan prinsip merupakan pikiran
dasar dari sebuah pengetahuan ilmiah. Pikiran dasar dalam ilmu kebidanan adalah
memberdayakan semua potensi klien (wanita/ibu) untuk menghimpun kekuatan
(power) dirinya sendiri dalam upaya melahirkan janin yang dikandung dalam
tubuhnya. Socrates (427 – 374 SM), seorang Filsuf Yunani menyebutkan hal ini
sebagai mateutika tekhne (ketrampilan kebidanan). Di atas pikiran dasar inilah
dibangun tubuh pengetahuan teoritis yang secara ekstensif berupaya
mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol berbagai jenis
gejala dari objek telaahan dari sebuah disiplin ilmu.

C. Tinjauan keilmuan dalam Kebidanan


Setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan
tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut
adalah :ontology, epistemology dan aksiologi. Ontology merupakan asas
dalammenetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan
(objek ontology atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang
hakekatrealitas (metafisika) dari objek ontologis atau objek formal
tersebut.Epistemology merupakan asas mengenai cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi
merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh dandisusun
dalam tubuh pengetahuan tersebut.Ilmu /science adalah suatu studi / pengetahuan

5
yang sistematik untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan
fisiknya melaluimetode ilmia(Hutchinson,1994).

1. Pendekatan Ontologis
Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannyahanya
beradapada daerah ± daerah dalam jangkauan pengalaman manusia.Objek
penelaahan yang berada dalam batas pra pengelaman ( Penciptamanusia) dan
pasca pengalaman (surge dan neraka) diserahkan ilmunya pada pengatahuan lain.
Ilmu merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak  pengetahuan yang
mencoba menelaah kehidpan dalam batas batas ontologytertentu. Penetapan
lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empirisini secara konsisten
dengan asas epistemologis keilmuan yang mensyaratkanadanya verifikasi dalam
proses penemuan dan penyusunan pernyataanyang bersifat benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan ontologism adalah penafsiran hakekatrealitas
(metafisika)dari objek ontologis keilmuan. Penafsiran metafisika keilmuan harus
didasarkan kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya dengan
deduksi deduksi yang dapat di verifikasikan secara fisik. Ini berarti bahwa secara
metafisik ilmu terbebas dari nilai nilai yang bersifat dogmatig. Suatu pernyataan
dapat diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melalui
pengkajian / penelitian berdasarkan epistemologiskeilmuan. Metafisika keilmuan
berdasarkan sebagaimana adanyamenyebabkan ilmu menolak premis moral yang
bersifat seharusnya. Ilmu atau science adalah suatu studi atau pengetahuan yang
sistematik untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya
melalui metoda ilmiah. Ilmu justru merupakan pengetahuan yang dapat dijadikan
alat untuk mewujudkan tujuan – tujuan yang mencerminkan das solen dengan
jalan mempelajari das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan serta mengawasi
gejala alam.
Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek
penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah
moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan
martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan.

6
2. Pendekatan Epistemiologi
Landasan epistemologis tercermin secara operasional dalam metoda ilmiah.
Pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun
tubuh pengetahuannya berdasarkan:
a) Kerangka pemikian yang bersifat logis dengan argumentasi yang
bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil
disusun
b) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka
pemikirantersebut
c) Melakukan verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji
kebenaran pernyataan secara factual
Kerangka pemikiran yang bersifat logis adalah argumentasi yang bersifat
rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam.Verifikasi
secara empiris berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataanhipotesis
terhadap kenyataan factual. Verifikasi ini menyatakan bahwa ilmu terbuka untuk
kebenaran lain selain yang terkandung dalam hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan
keterbukaan baru mempunyai sifat pragmatis yang prosesnya secara berulang
berdasarkan berfikir kritis. Disamping sifat moral yang secara implicit terkait
dengan proses logico-hypotico-verifikatif tersebut terdapat azas moral yang secara
eksplisitmerupakandas-solen dalam epistemology keilmuan. Azas tersebut
menyatakan bahwa dalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus
ditujukan untuk menemukan kebenaran yang dilakukan dengan penuh kejujuran,
tanpamempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan
kekuatan argumentasi secara individual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang
berintikan proses logico-hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut (2005 : 127-128) :
a) Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek
empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-
faktor yang terkait di dalamnya

7
b) Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk
konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional
berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan
permasalahan.
c) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan
kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta fakta yang
relevan dengan hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.
e) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima.

3. Pendekatan Aksiologis
Menurut Principia Cybernetica Web
(www.pespmc1.vub.-ac.be/ASC/ AXIOLOGY html)., aksiologi (axiology)
adalah :
 A branch of philosophy dealing with values, i.e., ethics, aesthetics,
religion. Based on the Greek for "worth."
 The study of the nature of types of and criteria of values and of value
judgments, especially in ethics (John Warfield)
 The general theory of value; the study of objects of interest.(Lotze)
Aksiologi keilmuan menyangkut nilai nilai yang berkaitan
dengan pengetahuan ilmiah yang baik secara internal,eksternal maupun sosial.
Nilai internal berkaitan dengan wujud dan kegiatan ilmiah dalam
memperoleh pengetahuan tanpa mengenyampingkan fitrah manusia. Nilai
eksternamenyangkut nilai nilai yang berkaitan dengan pengguanaan
pengetahuanilmiah. Nilai sosial menyangkut pandangan masyarakat yang menilai

8
keberadansuatu pengetahuan dan profesi tertentu. Penerapan pengetahuan sangat
tergantung kepada manusia yang meramalkanya. Oleh karena itu, kode
etik  profesi merupakan suatu persyaratan mutlak bagi keberadaan suatu profesi.
Kode etik profesi ini pada hakekatnya bersumber dari nilai internal
daneksternal dari suatu disiplin keilmuan. Bangsa Indonesia berbahagia karena
kebidanan sebagai suatu profesi dibidang kesehatan telah memilki kode etik yang
mutlak diaplikasikan kedalam praktek klinik kebidanan.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk keuntungan
dan berfaedah bagi umat manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan
sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusiadengan
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia dan kelestarian keseimbagan
alam. Untuk kepentingan menusia tersebut maka pengetahuan ilmiah yang
diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal.Komunal
berarti bahwa ilmu merupakan milik bersama, dimana setiap orang berhak
memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti ilmu mempunyai
konotasi parochial seperti ras,ideology atau agama.
Pendekatan ontologism, aksiologis, dan epistemiologis memberikan 18 azas
moral yang terkait dengan kegiatan keilmuan. Keseluruhan azas moral ini pada
hakekatnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok tanggung jawab
sosial.Tanggung jawab sosial professional ditujukan kepada masyarakat ilmuwan
dalam mempertanggungjawabkan moral yang berkaitan dengan landasan
epistemologis. Sedangkan tanggung jawab sosial yakni pertanggungjawaban
ilmuwan terhadap masyarakat yang menyangkut azas moral mengenai pemilihan
etis terhadap penelaahan keilmuwan dan penggunaan pengetahuan ilmiah.

D. Jenis Pengetahuan
Setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan
tiang penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah
ontology epistemology, dan aksiologi. Ontology merupakan azas dalam
menetapkan ruanglingkup ujud yang menjadi objek penelaahan dan penafsiran
tentang hakekat realitasdari objek ontology tersebut. Epistemology merupakan

9
azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi
suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan azas dalam menggunakan
pengetahuan yangdiperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.Ilmu
adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkansuatu
fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui metodailmiah
(Hutchinson,1994). Pengetahuan dapat dijadikan alat untuk mewujudkantujuan
tujuan yang mencerminkan dassolen dengan jalan mempelajari des sein agar dapat
menjelaskan, meramalkan serta mengawasi gejala alam.
Berdasarkan pikiran dasar, objek formal dan objek material, disusunlah
tubuh pengetahuan kebidanan (Body of Knowledge) yang dikelompokkan
menjadi empat, yaitu : Ilmu Dasar, Ilmu Sosial, Ilmu Terapan dan Ilmu
Kebidanan.

E. Konsep Dasar Terapi komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang merupakan produk Indonesia 
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di negara Singapura. Di
Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman
dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.
Terapi Komplementer  adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional
atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional-alternatif atau sering disebut dengan CAM
(Complementary Alternative Medicine) adalah pengobatan non konvensional
yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi

10
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Artinya  Pengobatan
komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai
sebagai pendamping terapi konvesional/medis. Sedangkan  pengobatan
alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter
pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai
keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis. Obat-obat
komplementer yang dipergunakan adalah obat  bersifat natural yaitu mengambil
bahan dari alam. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pengobatan
komplementer sebelumnya harus dikaji dan diteliti keefektivitasannya dan
keamanannya. Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

F. Dasar Hukum Terapi Komplementer


Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif antara lain :
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 
1. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
2. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
3. Bab VI bag III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional.

11
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik.
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,
No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode
pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas
pelayanan kesehatan

Jenis-jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:


1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif  meliputi: akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, Ayurveda
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet makro
nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon, hiperbarik,
EECP.

Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran.


Selama satu dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan dengan
mengkombinasikan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer, serta
telah menjadi bagian penting dari praktek kebidanan. (Harding & Foureur, 2009).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir,

12
bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan usia lanjut. (Kepmenkes RI,
No.369/MENKES/SK/III/2007) Walaupun di Indonesia belum ada Undang-
Undang yang mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan
komplementer, namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum
telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007
tentang pengobatan komplementer-alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer
merupakan bagian dari penerapan pengobatan komplementer dan alternatif dalam
tatanan pelayanan kebidanan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan,
definisi pengobatan komplementer dan alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan
dan efektifitas yang tinggi. (Kepmenkes RI, No.1109/Menkes/Per/IX/2007)
Dari sekian jenis pelayanan terapi komplementer yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007, beberapa
diantaranya yang saat ini sudah diterapkan oleh bidan-bidan dan wanita di
Indonesia, yaitu: hipnoterapi, penyembuhan spiritual dan doa, yoga, akupresur,
pijat urut, aromaterapi, healing dan jamu. (Anonim, 2012)
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir, bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan usia lanjut.
(Kepmenkes RI, No.369/MENKES/SK/III/2007) Walaupun di Indonesia belum
ada Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang pelaksanaan
pelayanan kebidanan komplementer, namun penyelenggaraan pengobatan
komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-alternatif.
Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari penerapan
pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan kebidanan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, definisi pengobatan komplementer
dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif

13
dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi.
(Kepmenkes RI, No.1109/Menkes/Per/IX/2007)

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan
Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Bidan mempunyai tugas penting
dalam memberi bimbingan, asuhan, memberikan suvervisi, dan memberikan
nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa
pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung
jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
Filosofi kebidanan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan
dijadikan panduan atau kerangka pikiran dalam memberikan asuhan
kebidanantermasuk didalamnya yaitu tinjauan keilmuan falsafah kebidanan,
dimensi kefilsafatan ilmu kebidanan, serta disiplin keilmuan kebidanan yang
mempunyai karakteristik dan speifikasi baik objek form maupun objek material.
Dengan demikian filosofi kebidanan akan menyediakan kerangka kerja dan
pondasi yang kuat dalam mengevaluasi efektifitas asuhan kebidanna guna
meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Pelayanan kebidanan komplementer menggambarkan bentuk pelayanan
kebidanan yang terpisah dan berbeda dari pelayanan kebidanan konvensional,
namun diterapkan sebagai langkah dalam mendukung keadaan normal klien atau
sebagai pilihan alternatif dalam mengatasi penyulit ataupun komplikasi. Bagi
banyak bidan dan wanita, pelayanan kebidanan komplementer adalah pilihan
untuk mengurangi intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan berdasarkan
pengalaman hal tersebut cukup membantu. Namun, sebagian besar terapi ini tidak
dianggap bermakna dalam pengobatan konvensional.
.

14
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Soeryani. 2017. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Sofyan, Mustika. 2016. Bidan Menyongsong Masa Depan (cetakan ke VII).


Jakarta: PP IBI.

Bidan Ku,2018 kuliahbidan.files.wordpress.com/2008/11/14-rkm-std-profesi-
bidan.doc

Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2018

Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2018

15

Anda mungkin juga menyukai