Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN KB


“Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi Pelayanan
Kebidanan
Di Program Studi D III Kebidanan Tasikmalaya”

Dosen Pengampu :
Sinar Pertiwi, SST, MPH

Disusun oleh :
Kelompok :6
Anggota :
1. Fanny Sri Lestari (P20624118008)
2. Rahayu Bunga Piani O (P20624118022)
3. Ranti Rosmayanti (P20624118024)
4. Risa Ambarsari H (P20624118027)
5. Sarah Tanzil H (P20624118031)
6. Selvi Septiani (P20624118032)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikanmakalah yang berjudul “Teknologi Terapan dalam Pelayanan KB”.
Shalawat beserta salam juga tidak lupa pula penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang
terang benderang dan penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini. Makalah ini dibuat
untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang teknologi terapan
dalam pelayanan KB.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka
dari itu, penulis mohon untuk kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
jika ter dapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis berharap agar makalah yang berjudul “Teknologi Terapan dalam
Pelayanan KB” ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu
pengetahuan pembaca.

Tasikmalaya, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Alat Dalam KB.............................................................................................3


2.2 System dalam KB.......................................................................................13
2.3 Prosedur dalam KB....................................................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................19
3.2 Saran...........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi
sekarang ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia
bahkan di dunia, penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus
berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam
beraktivitas.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang
mulai dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta
spesialis tidak mau ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan
serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu keluarga berencana. Keluarga
Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan mengatur jarak kelahiran, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
(Rismawati, 2012).
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari
itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB
dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan
kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh
akseptor (Depkes, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Alat apa saja yang bisa digunakan dalam KB?
2. Apa saja Sistem yang dapat digunakan dalam KB?
3. Bagaiamana prosedur dalam KB?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Alat yang digunakan dalam KB.
2. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam KB.
3. Untuk mengetahui prosedur KB.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan pemikiran
tentang teknologi terapan dalam pelayanan KB.
2. Pembaca, sebagai media informASI perkembangan pengetahuan tentang
teknologi terapan dalam pelayanan KB.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alat dalam Pelayanan KB


A. Kontrasepsi secara mekanis untuk pria
1. Kondom
Pada tahun 1553 Gabrielle Fallopii melukiskan tentang penggunaan
kantong sutera yang diolesi minyak, dan yang dipasang menyelubungi
penis sebelum koitus. Penggunaanya ialah untuk tujuan melindungi pria
terhadap penyakit kelamin.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
Diameternya biasanya kira-kira 31 – 36,5 mm dan panjang lebih kurang
19 mm. Kondom dengan pelicin mempunyai sifat spermatisid.
Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
b. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada
pria yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
c. Tinggalkan sebagian kecil ujung kondom untuk menampung sperma.
Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya,
keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
d. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom
untuk mencegah terjadinya robekan.
e. Kelurkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi
dan tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari
vagina, supaya sperma tidak tumpah.
B. Kontrasepsi secara mekanis untuk wanita
1. Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi.
Secara umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni diafragma
vaginal dan cervical cap.

3
a) Diafragma vaginal
Pada tahun 1881 mensinga dari Flensburg (Belanda) telah
menciptakan untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna
mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya diafragma vaginal ini
terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan
selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan
semacam per arloji; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk
kubah (dome). Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran
mempunyai diameter andara 55 sampai 100 mm.
1) Cara pemakaian diafragma vaginal
Tentukan terlebih dahulu ukuran diafragma yang akan dipakai,
dengan mengukur jarak antara simfisis bagian bawah dan forniks
vaginae posterior dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah tangan dokter, yang dimasukkan ke dalam vagina akseptor.
Pinggir mangkuk dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk, dan
diafragma dimasukkan ke dalam vagina sesuai dengan sumbunya.
Setelah selesai pemasangannya, akseptor harus meraba dengan
jarinya bahwa porsio servisis uteri terletak di atas mangkuk, pinggir
atas diafragma di forniks vagina posterior, dan pinggir bawah di
bawah simfisis.
Sebelum dimasukkan, obat spermatisida diletakkan dalam
mangkuk diafragma serta dioleskan pada pinggirnya. Setelah
koitus, diafragma tidak boleh segera dikeluarkan, akan tetapi harus
menunggu 6 sampai 8 jam. Dalam waktu itu sperma dalam vagina
dikirakan sudah mati.
2) Cara penyimpanan diafragma vaginal
Setelah dipakai, diafragma vaginal dicuci dengan air dan
sabung dingin sampai bersih, lalu dikeringkan dengan air halus,
dan kemudian diberi bedak. Diafragma vaginal harus disiman di
tempat yang tidak boleh kena panas. Jika dijaga dengan baik,

4
diafragma dapat dipergunakan untuk selama kira-kiran 1 – 1 ½
tahun.
b) Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai
bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet
yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm;
jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada
porsio servisis uteri seperti memesang topi.
C. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
AKBK adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel
yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan
ditusukkan dibawah kulit.
1. Prosedur pemasangan
a. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap
mungkin mengenai AKBK ini sehingga calon akseptor betul-betul
mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan
dipakainya.
b. Persiapan alat-alat yang diperlukan
1) Sabun antiseptic
2) Kasa steril
3) Cairan antiseptik (Betadine)
4) Kain steril yang mempunyai lubang
5) Obat anestesi local
6) Semprit dan jarum suntik
7) Troikar no. 10
8) Sepasang sarung tangan steril
9) Satu set kapsul implant
10) Scalpel yang tajam
c. Teknik pemasangan
1) Calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan
kiri diletakkan pada meja kecl di saming tempat tidur akseptor.

5
2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci
dengan sabung antiseptik kemudian diberi cairan antiseptic.
3) Daerah tempat pemasangan ditutup dengan kain steril yang
berlubang.
4) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6 – 10 cm di atas lipata
siku.
5) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan
scalpel yang tajam.
6) Troikar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
7) Kemudian kapsul dimasukkan ke dalam troikar dan didorong
dengan plunger sampai kapsul terletak dibawah kulit.
8) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai
ke enam; keenam kapsul di bawah kulit diletakkan demikian rupa
sehingga susunannya seperti kipas.
9) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, troikar ditarik pelan-
pelan keluar.
10) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
11) Jika ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril, kemudian
diberi plester; umumnya tidak diperlukan jahitan.
12) Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih
kuran 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan
yang mengganggu.
D. Kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan
demikian satu kali motivasi.
2. Tidak menimbulkan efek sistemik.
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunakan secara massal.
4. Efetivitas cukup tinggi.
5. Reversibel

6
Efek sampingan AKDR
1. Perdarahan
2. Rasa nyeri dan kejang di perut
3. Gangguan pada suami
4. Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR
1. Infeksi
2. Perforasi
3. Kehamilan
Kontraindikasi pemasangan AKDR
1. Yang termasuk ke dalam kontraindikasi relatif ialah :
a. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
b. Insufisiensi serviks uteri
c. Uterus dengan perut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio
sesarea, enukleasi mioma, dan sebagainya.
d. Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
e. Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
a. Kehamilan
b. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
c. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
d. Adanya metroragia yang belum disembuhkan
e. Pasangan yang tidak lestari
Teknik pemasangan AKDR
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas
meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan
bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum
dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan laruta
antiseptik (Betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks
dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus
untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanallis servikalis serta

7
kavum uteris. AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri
eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks.
Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan ara poros
kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan
lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya sambil mengeluarkan tabung
penyalur perlahan-lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam
posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga
dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 ½ - 3
cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.
E. Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Falloppii
wanita sedangkan vasektomi pada kedua vas deferens pria, yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak
menyebabkan kehamilan lagi.
1. Tubektomi Pada Wanita
Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba :
a. Laparotomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna
tubektomi. Disini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan
tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk
keperluan lain.
b. Laparotomi postpartum
Laparotomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya
ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk
perawatan pascaoperasi, dan oleh karena uterus masih besar, cukup
dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan
dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di
garis tengah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan
penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara pomeroy.
c. Minilaparotomi

8
Laparotomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat
di garis tengah di atas fundus simfisis sepanjang 3 cm sampai
menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus
(elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alat ini uterus
bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan
kemudian didorong ke arah lubang sayatan. Kemudian dilakukan
penutupan tiba dengan salah satu cara.
d. Laparoskopi
Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri,
dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu
diperlukan pada waktu laparosopi. Setelah dilakukan persiapan
seperlunya, dibuat sayatan kulit dibawah pusat sepanjang lebih 1 cm.
Kemudian, ditempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga
perinoteum dengan jarum khusus (jarum veres), dan melalui jarum itu
dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1
sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit. Sesudah itu
troikar diangkat dan dimasukkan laparoskop melalui tabung. Untuk
memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita diletakkan
dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan melalui cunam
serviks pada porsio uteri. Kemudian dengan cunam yang masuk dalam
rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan
dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan memeasang
pada tuba cincin yoon atau cincin Falope atau clip Hulka. Berhubung
dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi,
sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.
e. Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi
genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang
serviks uteri dijepit dan uterus ditarik keluar dan agak keatas, tampak
kavum Douglasi mekar diantara ligamentum sakro-uterinum kanan
dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi

9
dengan jarumTouhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut
udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum
diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop.
Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cunam
khusus tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk dilakukan penutupannya
dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan
cincin Falope.
Cara penutupan tuba
a. Cara madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga
terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut
dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan
benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan
pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh
karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%.
b. Cara Pomeroy
Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan
mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan
terbuka, kemudian dasarya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba
di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-
ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalannya
berkisar antara 0 – 0,4 %.
c. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat
diserap; ujung proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam miometrium,
sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
d. Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba
bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam
ligamentum latum.
e. Cara Uchida

10
Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) diatas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba
dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah
serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut
mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung
tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4 – 5 cm; tuba
dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba
yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa,
sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka
sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini
adalah 0.
f. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu
ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah
fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh
finbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba
dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah
sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kegagalan 0,19%.
F. Metode operasi pada pria
1. Vasektomi
Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan oleh
seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu. Selain itu,
vasektomi tidak memerlukan alat-alat yang banyak, dapat dilakukan secara
poliklinis, dan umumnya dilakukan dengan mempergunakan anestesia
lokal.

11
a. Indikasi vasektomi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa
pasangan suami-isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak
suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
b. Kontraindikasi vasektomi
Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi; hanya
apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu
sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.
c. Keuntungan vasektomi antara lain :
1) Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
2) Tidak mengganggu libido seksualitas
3) Dapat dikerjakan secara poliklinis
d. Teknis vasektomi
Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi disucihamakan.
Kemudian, dilakukan anestesia lokal dengan xilokain. Anestesia
dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagia atas, dan
pada jaringan di sekitar vas deferens. Vas dicari dan setelah ditentukan
lokasinya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Setelah
itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm
didekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan
dikeluarkan dari sayatan (harus diyakinkan betul, bahwa memang vas
yang dikeluarkan itu), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua
ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi pada sebelah
yang lain.
Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan
betul-betul steril jika telah mengalami 8 sampai 12 ejakulasi setelah
vasektomi. Oleh karena itu, sebelum hal tersebut diatas tercapai, yang
bersangkutan dianjurkan pada koitus memakai cara kontrasepsi lain.
Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan,
rasa nyeri/sakit, terjadinya hematoma oleh karena perdarahan kapilar,
epididimitis, terbentuknya granuloma.

12
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi
spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui
adanya anomali vas deferens misalnya ada 2 vas di sebelah kanan atau
kiri. Koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.
Sterlilisasi, baik pria maupun wanita makin lama makin banyak
dilakukan diseluruh dunia. Diantara mereka yang mengalami tindakan,
niscaya ada yang kemudian ingin supaya kemampuan untuk menjadi
hamil atau menghamilkan dikembalikan lagi. Akhir-akhir ini dengan
pembedahan yang menggunakan mikroskop (micro surgery)
rekanalisasi tuba Falloppi/vas deferens.
2.2 System KB
1. Kunjungan KB
Peserta KB Aktif (Current User) : Akseptor yang pada saat ini
sedang memakai alat dan obat kontrasepsi (alokon) untuk menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan, dan masih terlindungi oleh
kontrasepsi.
Peserta KB Baru: peserta yang baru pertama kali menggunakan
metode kontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran dan sesudah
melahirkan.
2. ABPK (Alat Bantu pengambilan keputusan Ber-KB)
Menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan berKB untuk Klien
dan Bidan. Lembar balik ini merupakan alat bantu bagi Anda dan klien
yang dapat :
1. Membantu klien memilih dan memakai metode KB yang paling sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Memberikan informasi penting yang anda perlukan dalam memberikan
pelayanan KB yang berkualitas;
3. Menawarkan tips dan panduan tentang cara berkomunikasi dan
melakukan konseling secara efektif.
3. Bagan Acuan Cepat Kelaiakan Medis Penggunaan Konstrasepsi menurut
WHO 2015 (WHO Wheel)

13
Roda ini berisi kriteria kelayakan medis untuk memulai penggunaan metode
kontrasepsi, berdasarkan pada Medical Eligibility Kriteria Penggunaan
Kontrasepsi, 5th edisi (2015), salah satu pedoman berbasis bukti WHO. Ini
memandu penyedia keluarga berencana dalam merekomendasikan metode
kontrasepsi yang aman dan efektif untuk wanita dengan kondisi medis atau
relevan secara medis karakteristik.
Roda tersebut mencakup rekomendasi untuk memulai penggunaan sembilan
jenis metode kontrasepsi yang umum:
1. Pil kombinasi, COC (kombinasi kontrasepsi oral dosis rendah, dengan ≤
35 μg etinil estradiol).
2. Gabungan alat kontrasepsi.
3. Cincin vagina kontrasepsi kombinasi, CVR
4. Kontrasepsi suntik gabungan, CIC
5. Pil progestogen saja, POP
6. Injeksi progestogen saja, DMPA (IM, SC) / NET-EN (depot
medroksiprogesteron asetat intramuskular atau subkutan atau
norethisterone enantate intramuscular)
7. Implan progestogen, LNG / ETG (levonorgestrel atau etonogestrel)
8. Perangkat intrauterine pelepasan Levonorgestrel, LNG-IUD
9. Perangkat intrauterine dengan bantalan tembaga, Cu-IU
Jika penilaian klinis terbatas, kategori 1 dan 2 keduanya berarti
metode tersebut dapat digunakan, dan kategori 3 dan 4 keduanya berarti
metode tidak boleh digunakan tidak ada batasan untuk beberapa kondisi:
ada banyak kondisi medis. Bila SEMUA metode dapat digunakan (artinya,
semua metodenya adalah akategori 1 atau 2). Beberapa kondisi ini
tercantum di bagian belakang roda.
2.3 Prosedur KB
1. Obat
a. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada

14
kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan
umumnya berupa reaksi alergik.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain
dalam bentuk :
1) Suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries.
Suppositorium dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina
sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama
kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
2) Jelly atau creme : 1) Perseptn vaginal jelly, Orthogynol vaginal
jelly, 2) Delfen vaginal creme. Jelly lebih encer daripada creme.
Obat ini disemprotkan ke dalam vagina dengan menggunakan
suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
3) Tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan,
tablet terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian
dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30
sampai 60 menit.
4) C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut
dalam air. Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat
dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina.
Obat mulai efektif setelah 30 menit.
2. Teknologi Kontasepsi terkini/ CTU

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive


Technology Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran
informasi dan teknologi kontrasepsi. Penggunaan. Pemahaman tentang
teknologi terkini, juga diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan
masalah barier medik diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi
penghambat akses bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.
Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan
penyegaran pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan
kemajuan teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu terbaru
untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat.

15
Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini (CTU) adalah para Bidan
atau Dokter sebagai Tenaga Kesehatan yang menjalankan pelayanan KB
secara langsung pada masyarakat di fasilitas kesehatan. Adapun kriteria
yang mengikuti pelatihan ctu ini adalah :
1. Tenaga kesehatan yang masih aktif memberi pelayanan KB
2. Masih bekerja di fasilitas kesehatan, minimal 2 (dua) tahun setelah
mengikuti pelatihan.
Jumlah peserta pelatihan ini dalam satu gelombang adalah 15 (lima belas)
orang. Hal ini untuk menjaga efektifitas dan kualitas pembelajaran dalam
pelatihan tersebut.
Fungsi dalam melaksanakan perannya yang menjalankan ctu mempunyai
fungsi:
a. Melakukan Konseling KB;
b. Melakukan pelayanan KB.
c. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya di atas, maka peserta harus memiliki
kompetensi:
1. Melakukan konseling dan penapisan klien untuk pelayanan
Keluarga Berencana (KB)
2. Melakukan tindakan kewaspadaan standar (universal precautions)
dan pencegahan infeksi dalam pelayanan KB
3. Melakukan Pelayanan KB terutama yang efektif dan jangka
Panjang sesuai dengan teknologi kontrasepsi terkini yaitu Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit (AKBK) atau yang dikenal secara umum Implan
4. Mengetahui secara umum berbagai metoda kontrasepsi selain
metoda kontrasepsi jangka panjang dan kontrasepsi mantap.
3. Vaksin
Penelitian tentang vaksin kontrasepsi sendiri sudah dilakukan sejak
belasan tahun lalu oleh tim peneliti Universitas Brawijaya (Unibraw).
Untuk vaksin kontrasepsi wanita, penelitiannya kini bahkan sudah

16
dalam tahap final dan akan segera diproduksi. "Secara penelitian, ini
sudah final. Tinggal sedikit berharmonisasi dengan produksi di
Biofarma," kata Prof Dr Drh Aulanni`am, DES, anggota tim peneliti
Unibraw, dalam acara Forum Riset Vaksin Nasional 2011 di Jakarta,
Selasa (26/7/2011) kemarin. Pada prinsinpinya, ujar Aulanni, vaksin
kontrasepsi wanita berbeda dengan alat KB suntik yang ada. Vaksin
kontrasepsi yang sedang dikembangkan ini berupa protein yang akan
mengenali molekul zona pelusida atau protein di luar sel telur yang
berfungsi mengenali sperma (reseptor) dan membuatnya tidak lagi
mengenali sperma. Penelitian di Unibraw ini diawali dengan membuat
poliklonal antibodi terhadap zona pellusida-3 (ZP3) sebagai reseptor
sperma. "Kalau kita membuat antibodi terhadap pada ZP3 itu, dia
akan menempel ke ZP3 itu sehingga semua protein yang melingkari
sel telur itu berubah formasinya. Karena itu, begitu ada sperma datang
tidak mengenali lagi," ujarnya. Protein ini, menurut dia, bersifat
reversible dan tidak menyebabkan patologis di saluran reproduksi
wanita. Vaksin kontrasepsi ni juga sudah dicobakan pada hewan
Makaka vesicularis (monyet). "Ada kesamaan antarmamalia sehingga
sumber ini bisa dipakai untuk yang lain," kata Aulanni. Menurut
Aulanni, bahan dalam pembuatan vaksin ini juga aman dan halal
karena berasal dari sel telur sapi. Cara kerjanya pun tidak jauh
berbeda dengan suntik vaksin polio. Begitu disuntik, protein akan
langsung menuju ke sel telur wanita. Proyeksi ke depan, menurut dia,
sejalan dengan program Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Diharapkan vaksin kontrasepsi ini
bisa masuk anggaran pemerintah sehingga bukan tak mungkin dapat
dinikmati secara gratis oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan,
vaksin kontrasepsi tersebut, ujarnya, sudah ada rencana untuk
dipasarkan di China. "Pertumbuhan di sana lebih banyak. Jadi ke
depannya bisa menjalin kerja sama dengan China. Rencananya akhir
tahun ini, tetapi paling cepat akhir 2012," katanya. Kesuksesan

17
pengembangan riset vaksin kontrasepsi wanita, menurut Aulanni,
diharapkan bakal diikuti vaksin kontrasepsi pria. Pasalnya, vaksin
kontrasepsi untuk kaum Adam ini juga dinilainya memiliki prospek
bagus karena memiliki sejumlah kelebihan. Kelebihannya antara lain
tidak mengganggu hormon dan libido pria, jangka waktu penyuntikan
yang cukup lama, serta dapat dengan mudah kembali ke kondisi
kesuburan semula setelah suntikan dihentikan.
Selama ini, penggunaan alat kontrasepsi untuk program Keluarga
Berencana (KB) hanya terfokus pada wanita. Padahal, alat kontrasepsi
juga tersedia untuk laki-laki. Sejumlah peneliti dari Universitas
Indonesia pun saat ini tengah mengembangkan alat kontrasepsi untuk
laki-laki berupa vaksin. “Bentuknya vaksin, kita harap laki-laki yang
divaksin kontrasepsi ini, spermanya akan lumpuh,” ujar Manajer Riset
dan Pelayanan Masyarakat Fakultas Kedokteran Indonesia, Budi
Wiweko, dalam perayaan ulang tahun Merk Indonesia ke-45, di
Kantor PT Merck Tbk, Jakarta, Selasa (8/12/2015). Saat ini, vaksin
kontrasepsi masih dalam riset dan pengembangan. Menurut dokter
yang akrab disapa Iko ini, dalam percobaan sampel sperma di
laboratorium, suntikan vaksin kontrasepsi efektif untuk mematikan
sperma. Dengan begitu, sel sperma tidak akan sukses membuahi sel
telur wanita. Opsi lain, lanjut Iko, dikembangkan tisu untuk
mematikan sel sperma. Iko mengatakan, alat kontrasepsi ini tidak
bersifat permanen. Alat kontrasepsi untuk pria juga minim efek
samping, berbeda dengan alat kontrasepsi untuk wanita. Targetnya, 5-
6 tahun mendatang sudah ada vaksin kontrasepsi yang bisa digunakan
masyarakat untuk program KB. Ia menegaskan, tujuan alat
kontrasepsi adalah sebagai alat kesehatan. Ada tiga tujuan
menggunakan alat kontrasepsi dalam, program KB, yaitu mencegah
kehamilan, menunda kehamilan, dan merencanakan kehamilan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive
Technology Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran
informasi dan teknologi kontrasepsi.Penggunaan istilah teknologi terkini,
tidaklah indentik dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti yang
mahal. Istilah ini diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk
institusi pelayanan dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten, dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat
atau keluarga yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas.
Pemahaman tentang teknologi terkini, juga diharapkan dapat
mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara petugas klinik
yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang
membutuhkan pelayanan KB.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variebel yang
mempengaruhi fertilisasi. (Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi menurut
Mochtar, 2004 adalah cara mencegah terjadinya konsepsi dengan
menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi menurut BKKBN,
2012 adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.Adanya
teknologi kontrasepsi terkini akan terus mengantisipasi beberapa hambatan
dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga dapat mengurangi efek
samping, menambah kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi. Untuk
itu setiap tenaga kesehatan harus mengetahui teknologi-teknologi
kontrasepsi terkini, dan dalam hal ini Pemerintah telah mengadakan

19
pelatihan-pelatihan CTU di daerah-daerah agar pelatihan ini berdistribusi
merata disegala daerah.49
3.2 Saran
Alhamdulillah, berkar rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah
SWT penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari
akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
untuk perbaikan dan penyempurnaan. Akhirnya penyusun berharap,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan
pembaca pada umumnya. Amiin

20
DAFTAR PUSTAKA

Vera, Siska. 2017. Teknologi Terapan dalam Pelayanan KB. Diakses pada 17
Maret 2020, dari https://bdsiskaferaviana.blogspot.com/2017/11/teknologi-terapan-
dalam-pelayanan-kb.html

21

Anda mungkin juga menyukai