Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KB HORMONAL
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata
kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga di
Program Studi DIII Kebidanan Tasikmalaya”

Dosen Pengampu:
Dr. Meti Widya Lestari, SST, M.Keb

Disusun oleh:

Risa Ambarsari Hudaeli ( P20624118027)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kb Hormonal”.
Shalawat beserta salam juga tidak lupa pula penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita
dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang dan penuh
ilmu pengetahuan seperti saat ini. Makalah ini dibuat untuk lebih
memahami dan menambah pengetahuan tentang Kb Hormonal.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari


kesalahan. Maka dari itu, penulis mohon untuk kritik dan saran
yang membangun kepada pembaca jika ter dapat kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, demi kesempurnaan makalah
ini.

Penulis berharap agar makalah yang berjudul “ Kb


Hormonal” ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan pembaca.

Tasikmalaya, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................Latar Belakang
..........................................................................................1
1.2..............................................................Rumusan Masalah
..........................................................................................2
1.3.................................................................Tujuan Penulisan
..........................................................................................2
1.4...............................................................Manfaat Penulisan
..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1..............................................................................KB Suntik
............................................................................................3
2.1.1 Definisi Kb Suntik .................................................4
2.1.2 Macam-macam Kb Suntik ....................................4
2.1.3 Indikasi Kb Suntik ................................................4
2.1.4 Kontraindikasi Kb Suntik ......................................4
2.1.5 Cara Kerja Kb Suntik ............................................4
2.1.6 Efek Samping Kb Suntik .......................................4
2.2.....................................................................................Pil Kb
............................................................................................3
2.2.1 Definisi Pil Kb .......................................................4
2.2.2 Macam-macam Pil Kb ..........................................4
2.2.3 Indikasi Pil Kb........................................................4
2.2.4 Kontraindikasi Pil Kb ............................................4
2.2.5 Cara Kerja Pil Kb ..................................................4
2.2.6 Efek Samping Pil Kb .............................................4
BAB III PENUTUP

ii
3.1............................................................................Simpulan
........................................................................................37
3.2..................................................................................Saran
........................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1..............................................................Latar Belakang
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana
bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan
progesteron, hormon-hormon ini bekerja sebagai penghambat
pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing
hormon sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba,
2002).
Kontrasepsi hormonal ini menggunakan hormon dari
progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakulan dalam
bentuk pil, suntikan atau implan. Pada dasarnya, mekanisme
kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel
telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim,
sehingga sulit ditembus sperma membuat lapisan dalam
rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil
konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga
mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.
Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula
bersifat permanent. Penggunaan kontrasepsi merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas Meskipun
masing- masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektivitas
yang tinggi dan hampir sama, akan tetapi efektivitas
kontrasepsi juga dipengaruhi oleh perilaku dan tingkat sosial
budaya pemakainya (BKKBN, 2006).
1.2..........................................................Rumusan Masalah

1
1. Apa yang di Maksud dengan KB Suntik?
2. Apa yang di maksud dengan pil KB ?
1.3...........................................................Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu nilai tugas kesehatan
perempuan dan kesehatan keluarga.
2. Untuk mengetahui apa itu Kb Suntik.
3. Untuk mengetahui apa itu Pil Kb.
1.4.........................................................Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan
pemaparan pemikiran tentang KB Hormonal.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan
pengetahuan tentang KB Hormonal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KB Suntik
2.1.1 Definisi KB Suntik
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yamh disuntikan
ke dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu, kemudian masuk
kedalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh
yang berguna untuk mencegah timbulnyaa kehamilan ( Hanafi,
2012).
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin
banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya
yang praktis, harganya relatif murah dan aman.
Sebelum disuntk, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk
memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam
keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB
mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula
bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk
penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.

2.1.2 Macam-macam KB Suntik

3
Macam-macam alat kontrasepsi Suntik adalah
1. KB Suntik 3 Bulan
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) 150 mg.
Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan
(12 Minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari
pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah
melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan ada yang dikemas dalam
cairan 3ml atau 1ml.
2. KB Suntik 1 Bulan
Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol
Cypionate (hormon estrogen). Komposisi hormon dan cara kerja
Suntikan KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan
pertama diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau
6 minggu setelah melahirkan bila Anda tidak menyusui.
2.1.3 Indikasi KB Suntik
KB suntik diberikan kepada wanita yang mengiginkan
kontrasepsi jangka panjang (wanita yang telah mempunyai
cukup anak, telah anggan / tidak bisa untuk dilakukan
sterilisasi.Ini juga diberikan kepada wanita yang mempunyai
kontra indikasi estrogen / menunjukkan efek samping diberikan
kepada ibu menyusui dan pada wanita yang mendekati
menopause,tidak ada kehamilan, riwayat siklus haid teratur,
tidak terdapat kontraindikasi.
2.1.4 Kontraindikasi KB Suntik
Adapun kontraindikasi penggunaan KB Suntik
1. Hamil atau diperkirakan hamil.
2. Kurang dari 6 minggu pasca persalinan.
3. Usia lebih dari 35 tahun.

4
4. Perokok.
5. Tumor atau Keganasan.
6. Penyandang diabetes, Punya riwayat penyakit jantung,
stroke dan tekanan darah tinggi.
7. Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya.
8. Penderita kanker payudara, punya riwayat kanker
payudara atau mengalami pertumbuhan abnormal pada
payudara.
9. Punya riwayat masalah pembekuan darah.
10. Penderita migrain.
11. Keberatan moral terhadap metode kontrasepsi
hormonal.
12. Terdapat tromboflebitis / riwayat tromboflebitis.
13. Varices berat.
2.1.5 Cara Kerja KB Suntik
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan
balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses
ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat
menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak
terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat
pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat
peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
(Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan
progesteron bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon
mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback)
menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar

5
hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk
mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi
dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan
progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga
akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara
primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of
hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari
ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan
endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau
depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan
mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari
ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari
endometrium (Hartanto, 2002). Adapun cara kerja KB suntik
adalah :
1. Menghentikan ovulasi atau proses pelepasan sel telur
dari ovarium setiap bulannya
2. Mengentalkan lendir di leher rahim, sehingga sperma
terhalang dan sulit masuk ke rahim untuk membuahi sel
telur
3. Membuat lapisan rahim menjadi lebih tipis, sehingga
bila ada sel telur yang berhasil dibuahi, sel tersebut
tidak akan berkembang karena kondisi rahim tidak
mendukungnya
2.1.6 Efek Samping KB Suntik
1. Gangguan Haid
Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah
gangguan perdarahan.Hampir 40% kasus mengeluh ganguan
haid sampai akhir tahun pertama suntikan DMPA. Perdarahan
bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun

6
dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah
kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin
lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007).
Terdapat beberapa istilah gangguan Haid, Amenorea
adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan
KB selama 3 bulan berturut-turut atau lebih.Spooting adalah
bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama
akseptor mengikuti KB suntik.Metrorhagie adalah perdarahan
yang berlebihan di luar siklus haid. Menometorhagie adalah
datangnya haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam
siklus haid, semua keluhan ini dapat terjadi selama menjadi
akseptor suntik KB (Suratun, 2008)
Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena
terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan
progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang
berlekuk – lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan
pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon
estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon
(Hartanto, 2005), gangguan pola haid metroraghia disebabkan
oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai
dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur
volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan
organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional, gangguan
pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan
hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan
endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Suratun,
2008).
Penatalaksanaan untuk amenorea, yakinkan ibu bahwa
hal itu adalah bisa, bukan merupakan efek samping yang serius,
evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika

7
terjadi amenorea setelah masa siklus haid yang teratur.Jika tidak
ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang
pendarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi (Handayani,
2010).
Perdarahan ringan atau spooting, sering terjadi dan tidak
berbahaya.Bila spooting terus berlanjut, atau haid telah berhenti
tetapi kemudian terjadi perdarahan, maka perlu di cari penyebab
perdarahan tersebut kemudian di lakukan penanganan yang
tepat.Bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas,
Tanya klien apakah masing ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak
ganti dengan jenis kontrasepsi lain. Bila perdarahan banyak atau
lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan dalam
siklus haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa haid yang
normal, jelaskan kepada klien bahwa hal itu biasa terjadi pada
bulan pertama suntikan. Bila klien tidak dapat menerima
keadaan tersebut, atau perdarahan yang terjadi mengancam
kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti metode kontrasepsi
lain. Untuk mencegah anemia pada klien, perlu di berikan
preparat besi dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi (Pinem, 2009).
2. Perubahan Berat badan
Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram
dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun,
2008). Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula
menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di
bawah kulit dan bukan merupakan karena retensi (penimbunan)
cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor
makan lebih banyak dari biasanya. Akibatnya pemakaian

8
suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah (Hanafi,
2005).
Efek samping utama yang lain bagi beberapa waktu ialah
kenaikan berat badan. Bukti kenaikan berat badan selama
penggunaan DMPA masih perdebatan. Sebuah penelitian
melaporkan kenaikan berat badan lebih dari 2,3 kg pada tahun
pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap sehingga
mencapai 7,5 kg selama 6 tahun. Beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan berat
badan. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo Provera
harus mendapat saran tentang kemungkinan peningkatan berat
badan dan mendapat konseling tentang penatalaksanaan berat
badan sesuai dengan gaya hidup sehat (Varney, 2006).
Penanggulanganya, jelaskan kepada akseptor bahwa
kenaikan penurunan BB adalah efek samping dari pemakaian
suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat tersebut
diakibatkan dari pemakaian suntikan KB. Kenaikan dapat
disebabkan oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi
penurunan BB. Hal ini pun tidaklah selalu disebabkan oleh
suntikan KB dan perlu diteliti lebih seksama.Pengaturan diet
merupakan pilihan yang utama.Dianjurkan untuk melaksanakan
diet rendah kalori disertai olahraga seperti olah raga yang
teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk diet
tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk ganti cara ke
kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2008).
3. Pusing dan Sakit Kepala
Rasa berputar/sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu
sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala biasanya bersifat
sementara.pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi
tubuh terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif

9
(mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air
sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan
sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak (Suratun, 2008).
Hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan
bahwa dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan akan
menyebabkan perasaan sakit kepala atau pusing yang menetap.
Penelitian yang dilakukan oleh Chrad (2005) menyebutkan
bahwa sakit kepala yang dirasakan oleh pengguna kontrasepsi
suntik 3 bulan kemungkinan disebabkan oleh penyakit bawaan
yang pernah akseptor derita seperti migrain. Seorang wanita
yang mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran
tentang kemungkinan sakit kepala (Varney, 2007).
Penanggulanganya, jelaskan secara jujur kepada calon
akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada, tetapi
jarang terjadi.Biasanya bersifat sementara. Pemberian anti
prostaglandin atau obat mengurangi keluhan misalnya asetol
500mg 3x1 tablet/hari atau paracetamol 500mg 3x1. Bila tidak
ada perubahan ganti dengan cara kontrasepsi non hormonal
(Suratun, 2008). Penanganan lain yang dapat dilakukan yaitu
melakukan penilaian berupa periksa tekanan darah, bila perlu
lakukan pemeriksaan neurologis yang lengkap, anamnese
meliputi pertanyaan tentang berat ringannya sakit kepala,
lamanya stress, lokasi sakitnya, hubungan dari sakit kepala
dengan minum pil oral, adakah riwayat keluarga dengan migrain.
Dan bila sakit kepalanya jelas disebabkan oleh kontrasepsi suntik
3 bualn, hentikan kontrasepsi suntik 3 bulan/ganti preparer lain
yang aktifitasnya estrogen dan progesteron lebih rendah, sakit
kepala pada akseptor kontrasepsi suntik harus ditanggapi
dengan serius karena dapat merupakan tanda bahaya utama
yang mendahului CFA.

10
4. Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang
senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang terjadi pada
peserta suntik, tidak berbahaya kecuali bila berbau, panas, atau
terasa gatal sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lengkap
untuk mengetahui adanya infeksi, jamur, atau
candida. Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal
abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan
oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina
dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan
keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit.
Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan
ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si
penderita buang air kecil.
Gejala keputihan antara lain keluarnya cairan berwarna
putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan
ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa.
Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada wanita tertentu.
Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang
menyertainya.Biasanya keputihan yang normal tidak disertai
dengan rasa gatal.Keputihan juga dapat dialami oleh wanita
yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya
lemah.Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat
kelamin luar.
Penanggulanganya, jelaskan bahwa peserta suntik
jarang terjadi keputihan.Apabila hal ini terjadi juga harus di cari
penyebabnya dan diberikan pengobatannya.Konseliang
sebaiknya dilakukan sebelum peserta ikut KB suntik.Anjurkan

11
untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam
agar tetap bersih dan kering. Bila keputihan sangat menganggu
sebaiknya di rujuk untuk mendapatkan pengobatan yang tepat
(Suratun, 2008).
5. Mual muntah, Rambut rontok, jerawat, kenaikan tekanan
darah, penurunan libido, alergi, dan hiperpigmentasi.

2.2 Pil Kb
2.2.1 Definisi Pil KB
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara
diminum (pil) berisi hormon estrogen dan atau progesteron.
Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah,
menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang
memang tidak diinginkan.
Untuk itu kepatuhan untuk mengkonsumsi pil KB secara
teratur sesuai dengan petunjuk tenaga kesehatan harus
dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB bertujuan agar
manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan
menjarangkan terjadinya kehamilan bisa dirasakan.
Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi pil KB tidak bisa menjamin
bahwa akseptor KB pil terhindar dari kehamilan.
2.2.2 Macam-macam Pil KB
Pada dasarnya sampai saat ini telah diketahui adanya
beberapa macam pil kontrasepsi sebagai berikut:
A. Pil Kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang dibuat dari
dua hormon sintetis, yaitu semua pil mengandung hormon
estrogen dan progesteron. Kandungan estrogen di dalam pil

12
biasanya menghambat ovulasi dan menekan perkembangan
telur yang dibuahi. Mungkin juga dapat menghambat implantasi.
Progesteron dalam pil akan mengentalkan lendir serviks untuk
mencegah masuknya sperma. Hormon ini juga mencegah
konsepsi dengan cara memperlambat transportasi telur dan
menghambat ovulasi.
Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.

13
2. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
3. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
B. Pil Progestin (Mini Pil)
Pil progestin (mini pil) merupakan pil kontrasepsi yang
mengandung hormon steroid (progesteron sintesis saja dalam
dosis yang kecil) yang digunakan per oral. Hormon ini bekerja
dengan mengentalkan cairan leher rahim dan membuat kondisi
rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.
Mini Pil bukan menjadi pengganti dari pil oral kombinasi,
tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan yang digunakan
wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang
menyusui atau untuk wanita yang harus menghindari estrogen
oleh sebab apapun.
Jenis kontrasepsi pil progestin yaitu:
1. Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg Levonorgestrel atau 350
µg Noretindron.
2. Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg Norgestrel.
2.2.3 Indikasi Pil KB
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak ataupun belum.
3. Gemuk atau kurus.
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5. Pasca keguguran.
6. Anemia karena haid berlebihan.

14
7. Riwayat kehamilan ektopik.
8. Siklus haid tidak teratur.
2.2.4 Kontraindikasi Pil KB
1. Kehamilan atau dicurigai hamil.
2. Diabetes mellitus
3. Wanita perokok usia diatas 35 tahun.
4. Gangguan tromboemboli.
5. Tromboflebitis.
6. Kerusakan hati/ fungsi hati atau hepatitis akut.
7. Cedera cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah otak
atau penyakit arteri coroner.
8. Tumor maligna atau bengina.
9. Hiperlipidemia.
10. Perdarahan genetalia abnormal yang tidar
terdiagnosis.
11. Karsinoma endometriuhum.
12. Ikterik kolestatik saat kehamilan atau yang berkaitan
dengan penggunaan pil kontrasepsi.
13. Neoplasia bergantung pada estrogen.
14. Karsinoma payudara.
15. Hipertensi.
2.2.5 Cara Kerja Pil KB
Kontrasepsi Pil KB kombinasi mempunyai mekanisme kerja
menekan ovulasi, mencegah implantasi, transfor gamet, fungsi
corpus luteum dan mengentalkan lendir serviks. Mencegah
pengeluaran hormon dari kelenjar hipofise (hormon LH) sehingga
tidak terjadi ovulasi, menyebabkan perubahan pada
endometrium, sehingga endometrium tidak siap untuk nidasi,
menambah kepekatan lender serviks, sehingga sulit dilalui
sperma, pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur

15
dengan sendirinya akan terganggu pula. Kandungan dan
mekanisme kerja pil kontrasepsi adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme kerja Esterogen
a) Ovulasi Esterogen menghambat ovulasi melalui
efek pada hipotalamus, yang kemudian
mengakibatkan supresi pada FSH (folikel
stimulating hormone) dan LH (luthenizing hormone)
kelenjar hipofise. Penghambatan tersebut tampak
dari tidak adanya esterogen pada pertengahan
siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH dan LH
pada pertengahan siklus dan supresi post ovulasi,
peninggian progesteron dalam serum dan pegnadiol
dalam urin yang terjadi pada keadaan normal.
Ovulasipun tidak selalu dihambat oleh esterogen
dalam pil kontrasepsi kombinasi (yang berisi
esterogen 50 mg atau kurang).
b) Implantasi Implantasi dari blastocyist yang sedang
berkembang terjadi 6 hari setelah fertilisasi, dan ini
dapat dihambat apabila lingkungan endometrium
tidak berada dalam keadaan optimal. Kadar
esterogen dan progesteron yang berlebihan atau
kurang/inadekuat atau keseimbangan esterogen –
progesteron yang tidak tepat menyebabkan pola
endometrium yang abnormal sehingga menjadi
tempat yang tidak baik untuk implantasi. Implantasi
dari yang telah dibuahi juga dapat dihambat oleh
estradiol dosis tinggi yang diberikan sekitar
pertengahan siklus pada senggama yang tidak
dilindungi, ini disebabkan karena terganggunya
perkembangan endometrium yang normal.

16
c) Transfor gamet/ovum Pada percobaan binatang,
transfor gamet/ovum dipercepat oleh esterogen, ini
disebabkan karena efek hormonal pada sekresi dan
peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.
d) Luteolysis Luteolysis yaitu degenerasi dari corpus
luteum yang menyebabkan penurunan yang cepat
dari produksi esterogen dan progesteron oleh
ovarium yang selanjutnya menyebabkan
dilepaskannya jaringan endometrium. Degenerasi
corpus luteum menyebabkan kadar penurunan
kadar progesteron serum dan selanjutnya
mencegah implantasi yang normal. Ini merupakan
efek yang mungkin disebabkan oleh pemberian
esterogen dosis tinggi pasca senggama.
2. Mekanisme kerja progesteron
a) Ovulasi Ovulasi sendiri dapat dihambat karena
terganggunya fungsi poros hipotalamus – hipofise –
ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH pada
pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesterone.
b) Implantasi Implantasi mungkin dapat dicegah bila
diberikan progesteron pra ovulasi. Pemberian progesteron
eksogenus yang dapat mengganggu puncak FSH dan LH
sehingga meskipun terjadi ovulasi, produksi progesteron
yang berkurang dari corpus luteum menyebabkan
penghambatan dari implantasi. Pemberian esterogen
secara sistemik dan untuk jangka waktu yang lama
menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat
dan atropi.
c) Transfor gamet/ovum Pengangkutan ovum dapat
diperlambat bila diberikan progesteron sebelum terjadi

17
fertilisasi. Pengangkutan ovum yang lambat dapat
menyebabkan peninggian insiden implantasi ektopik pada
wanita yang memakai kontrasepsi yang hanya
mengandung progesterone.
d) Luteolysis Pemberian jangka lama progesteron saja
mungkin menyebabkan fungsi corpus luteum yang
inadekuat pada siklus haid yang mempunyai ovulasi.
e) Lendir serviks yang kental Dalam 48 jam setelah
pemberian progesteron sudah tampak lendir serviks yang
kental, sehingga mortilitas dan daya penetrasi dari
spermatozoa sangat terhambat. Lendir serviks yang tidak
ramah untuk spermatozoa adalah lendir yang jumlahnya
sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan
ferning dan spinderbarkeit.
2.2.6 Efek Samping Pil KB
1. Pil Kombinasi
Efek samping dari pil kombinasi yaitu:
1) Perdarahan antara dua haid atau breakthrough bleeding
Pengguna pil KB bisa saja mengalami pendarahan yang
terjadi tanpa diduga, di luar masa haid. Mengonsumsi pil KB
dengan waktu yang sama tiap hari kemungkinan bisa membantu
meringankan. Perdarahan ringan sering terjadi karena masalah
menstruasi tidak teratur. Biasanya efek samping ini akan terasa
setelah konsumsi pil KB selama 1 atau 3 minggu pertama.
Terkadang masalah ini juga muncul jika lupa untuk minum pil KB.
Tapi jika perdarahan terjadi dalam waktu kurang lebih dari satu
minggu maka sebaiknya harus segera berkonsultasi dengan
dokter.
2) Penambahan berat badan

18
Walau tergolong efek samping yang jarang, beberapa
wanita mengalami kenaikan berat badan tubuh. Hal ini umumnya
terjadi karena penumpukan cairan. Efek samping ini biasanya
tidak berlangsung lama dan berat badan bisa kembali normal
setelah beberapa waktu menggunakan pil KB.Beberapa wanita
dapat mengalami peningkatan berat badan karena terjadinya
retensi (tertahannya) cairan di dalam tubuh. Peningkatan berat
badan ini biasanya tidak terlalu banyak dan tidak terjadi pada
sebagian besar wanita. Peningkatan berat badan ini biasanya
juga hanya bersifat sementara dan akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 2-3 bulan.
Berbagai penelitian pun menemukan bahwa tidak ada bukti
kuat bahwa penggunaan pil KB memang dapat menyebabkan
peningkatan berat badan. Terjadinya peningkatan berat badan
atau tidak setelah menggunakan pil KB sebenarnya juga
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor genetika, gaya
hidup, dan jenis KB yang digunakan.Sekarang ini, terdapat 2
jenis pil KB yang biasa digunakan yaitu pil kombinasi, yang
mengandung estrogen dan progestin serta pil KB yang hanya
mengandung progestin
3) Nyeri tekan pada/payudara mengecil
Nyeri pada payudara biasanya terjadi pada wanita yang
baru saja menggunakan pil KB. Hal ini bisa disebabkan karena
perubahan hormon dari pil KB bisa membuat payudara menjadi
lebih kencang, lembut dan selalu berubah saat akan menghadapi
siklus.
4) Jerawat
Pada wajah tidak hanya ditimbulkan akibat penggunaan pil
KB yang tidak cocok dengan tubuh, melainkan karena faktor
kebiasaan seseorang. Pada satu kasus ketika wajah anda

19
seharian terdedah matahari langsung, dan kepanasan, anda
dianjurkan untuk tidak langsung membasuh muka anda dengan
air.kandungan hormon progesterone dalam pil kb memang dapat
menimbulkan jerawat jika tubuh anda tidak sesuai.
5) Mual
Wanita yang baru mulai mengkonsumsi atau memakai pil
KB biasanya akan merasa mual pada minggu-minggu pertama.
Mual menjadi efek samping yang sangat ringan tapi juga bisa
menjadi lebih berat dan mengganggu aktifitas. Untuk mengatasi
mual sebaiknya pil KB diminum setelah makan atau sebelum
tidur malam.
6) Sakit kepala
Sakit kepala dapat terjadi karena stress, kurang tidur,
infeksi sinus, atau migraine. Pil KB dapat membuat sakit kepala
lebih baik atau lebih buruk. Efek ini biasanya akan terasa pada
awal mengonsumsi pil KB. Jika efek tersebut tidak berkurang,
pertimbangkan untuk berganti merek obat atau metode
kontrasepsi dan konsultasikan dengan dokter.
7) Pusing
Pusing menjadi salah satu efek samping dari pil KB karena
kandungan estrogen yang sangat rendah. Kondisi ini sering
terjadi pada wanita yang baru mulai menggunakan pil KB atau
memang memiliki masalah kesehatan tertentu seperti tekanan,
stress atau migren. Pusing biasanya akan hilang sendiri tanpa
perawatan kecuali jika pusing terjadi lebih dari 7 hari.
2. Pil Progestin (Mini Pil)
Efek samping dari mini pil yaitu:
1) Perubahan pola menstruasi
a) Dapat terjadi perdarahan bercak dan perdarahan
menyerupai haid dengan insidens 6-25%

20
b) Lama haid dan volume darah haid dapat berubah
c) Panjang siklus dapat sangat bervariasi
d) Tetapi ada peneliti yang menyatakan bahwa gangguan
tersebut lebih sering terjadi pada wanita dengan berat
badan rendah/kurus. Variasi dalam panjang siklus haid
sangat beragam, ada yang siklusnya sangat pendek (11-17
hari, pada 10-20% kasus), ada yang sangat panjang > 45
hari (5-10%).
e) Memang tidak ditemukan efek buruk pada perkembangan
janin, tetapi progestin dosis tinggi yang diberikan pada
kehamilan dini kadang-kadang dapat menyebabkan
maskulinisasi dari janin wanita.
2) Nyeri tekan payudara
Pada siklus pertama payudara dapat terasa nyeri/ tegang
tetapi gejala ini segera menghilang pada siklus berikutnya.
3) Sakit kepala
Kadang-kadang keluhan ini dirasakan karena kecemasan
menggunkan pil kontrasepsi. Migraine kemudian akan
menyembuh atau kadang-kadang malah menghebat. Harus
difikirkan kemungkinan migraine timbul secra tiba-tiba dan hebat
atau nyeri kepala yang hebat.
4) Mual dan pusing.
Mual/muntah sering ditemukan pada siklus pertama dan
dapat berulang pada siklus berikutnya. Pada umumnya
mual/muntah ini akan menghilang bila penggunaan pil
dteruskan. Bila mual/muntah masih berlangsung terus maka
harus difikirkan tentang kemungkinan kehamilan.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana
bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,
hormon-hormon ini bekerja sebagai penghambat pengeluaran
folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon sehingga
proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat
kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal, dan
dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun
bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak
mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi
penggumpalan darah. Oleh karena tindakan dilakukan oleh
tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat
suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk

22
kembali melakukan suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak
menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin
kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung
sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh
wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Cyclofem.
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara
diminum (pil) berisi hormon estrogen dan atau progesteron.
Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah,
menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang
memang tidak diinginkan.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada
para pembaca dalam menambah pengetahuan tentang KB
Hormonal. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu kritk dan saran diharapkan untuk dapat
menyempurnakannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Yayu. 2017. Hubungan Penggunaan Kb Suntik Dan Non


Kontrasepsi Dengan Siklus Menstruasi Pada Wanita Usia
Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden Ii. Phd Thesis.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

SARI, Hesti F. 2015. Hubungan Penggunaan dan lama


penggunaan jenis kontrasepsi hormonal dengan kejadian
keputihan pada akseptor keluarga berencana di wilayah kerja
puskesmas kartasura sukoharjo. PhD Thesis. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Tarigan, Helvi Yanti. 2019. Gambaran Pengetahuan Akseptor Kb


Suntik Tentang Efek Samping Kb Suntik Di Klinik Pratama Niar
Patumbak Kabupaten Deli Serdang Medan.

Wawang, Kamelia Ingria; Arief, Bambang. Tingkat Pengetahuan


Akseptor Keluarga Berencana (Kb) Terhadap Penggunaan
Kontrasepsi Pil Kombinasi Di Wilayah Buntang Desa Compang
Teo Kecamatan Elar Kab. Manggarai Timur. 2017. Phd Thesis.
Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang.

Dewi, Dahlia Sri Tunggal. Kajian Efek Samping Kontrasepsi


Hormonal Pada Akseptor Kb Di Puskesmas Kendalsari Kota
Malang. 2019. Phd Thesis. Akademi Farmasi Putra Indonesia
Malang.

Nurlinda, 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Akseptor KB


Hormonal Tentang efek samping KB Hormonal di Puskesmas
Gentung Kabupaten Gowa tahun 2016 .“Karya Tulis Ilmiah”.

24
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/5279/1/nurlinda_opt.pdf&ved=2ahUKEwj-78-
MouToAhWGF3IKHbnYDSUQFjALegQIChAB&usg=AOvVaw3Zm
_4xC3gGdv3lDOHxmb9M&cshid=1586742731305
Kemenkes. 2017. Kespro dan KB Komprehensif. Jakarta:
BPPSDMK

Jitowiyono,sugeng . 2019 . Keluarga Berencana (KB) dalam


perspektif bidan . Yogyakarta : PT PUSTAKA BARU.

25

Anda mungkin juga menyukai