Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INDOKATOR, ARAH DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan
Perencanaan Keluarga
Di Program Studi D III Kebidanan Tasikmalaya

Dosen Pengampu :
Wiwin Mintarsih P, SSiT, M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok :2
Anggota :
1. Adi Retma Rahmawati (P20624118001)
2. Salma Dinda A. (P20624118028)
3. Selvi Septiani (P20624118032)
4. Tri Novianty (P20624118038)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Indikator, Arah
Dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Indikator, Arah Dan
Strategi pemberdayaan masyarakat. Kami berharap makalah ini bisa menjadi
prasarana dalam mempermudah mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam
Program Kesehatan.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Tasikmalaya, Februari 2020

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Indikator Pemberdayaan............................................................................3
2.2 Arah Pemberdayaan Masyarakat...............................................................5
2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat..........................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................10
3.2 Saran .......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1................................................................................................... Latar Belakang


Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat
lumrah dibicarakan untuk kemajuan dan perubahan bangsa saat ini dan untuk
kedepan, apalagi jika dilihat dari skill masyarakat ind!nesia kurang baik,
sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. konsep
pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat
(community developments) dan pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat (community based developments).
Pertama-tama perlu dipahami arti dan makna pemberdayaan dan
pembangunan masyarakat keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah
kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian
besar memiliki kesehatan fisik dan mental, serta didik dan kuat inovatif,
tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi, sedangkan pembangunan
masyarakat adalah suatu hal yang perlu manage untuk kemampuan masyarakat
itu sendiri.
Memberdayakan masayarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang masih
belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat, sehingga muncul perubahan
yang lebih efektif dan efisien.
1.2.............................................................................................. Rumusan Masalah
1. Apa saja indikator pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaiman arah pemberdayaan masyarakat ?
3. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat ?

1
1.3................................................................................................Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui indikator pemberdayaan masyarakat
2. Untuk mengetahui arah pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat
1.4..............................................................................................Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan pemikiran
tentang informasi indokator, arah dan strategi pemberdayaan masyarakat.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan tentang
informasi indokator, arah dan strategi pemberdayaan masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Indikator Pemberdayaan
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator
pemberdayaan yang disebut empowerment index atau index pemberdayaan.
1. Kebebasan mobilitas
Kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat
tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas media,bioskop, rumah ibadah,
kerumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu
mampu pergi sendirian.
2. Kemampuan komoditas kecil
Kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan
keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng dan bumbu)
atau kebutuhan kebutuhan dirinya (minya rambut, sabun mandi, rokok,
bedak shampoo). Individu di anggap mampu melakukan kegiatan ini
terutama jika dia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin
pasangannya, terlebih jika dia dapat membeli barang-barang tersebut
dengan menggunakan uangnya sendiri.
3. Kemampuan komoditas besar
Kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau
tersier, seperti lemari pakaian, radio, baju dan lain-lain. Sepert halnya
indicator diatas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat
membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin pasangannya, terlebih jika
dia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya
sendiri.
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan rumah tangga
Mampu membuat keputusan sendiri maupun bersama suami atau
istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi
rumah, memperoleh kredit usaha dan lain-lain.

3
5. Kebebasan Relative dan Dominan Keluarga
Responden ditanya mengenai apakan dalam satu tahun terakhir ada
seseorang (suami, istri, anak-anak dan mertua) yang mengambil uang,
tanah, perhiasan dari dia tanpa izinnya, yang melarang mempunyai anak,
atau melarang bekerja di rumah
6. Kesadaran hukum dan politik
Mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah kelurahan,
seorang anggota DPRD setempat, nama presiden, mengetahui pentingnya
memiliki surat nikah, dan hukum-hukum waris
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes
Seseorang dianggap berdaya jika dia pernah terlibat dalam
kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya terhadap
suami yang memukul istri, istri yang mengavaikan suami dan
keluarganya, gaji yang tidak adil, penyalahgunaan bantuan sosial atau
penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.
8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga
Memiliki rumah, tanah, asset produktif dan tabungan. Seseorang
dianggap memiliki point tinggi jika dia memiliki aspek-aspek tersebut
secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
2.1.1. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
Indikator keberhasilan pemberdayaan meliputi faktor input, proses,
output, dan dampak atau outome
1. Indikator input
a. Para pemimpin, tokoh masyarakat formal dan informal
berpartisipasi dalam program pemberdayaan masyarakat
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada,
baik dana yang berasal dari konstribusi masyarakan maupun yang
bersumber dari luar
Bahan, alat serta material yang digunakan untuk menyokong atau untuk
kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut.

4
2. Proses
a. Jumlah penyuluhan kesehatan dilaksanakan dimasyarakat yang
bersangkutan.
b. Frekuensi dan jenis pelatihan dilaksanakan di masyarakat yang
bersangkutan dalam rangka memberdayakan masyarakat.
c. Jumlah tokoh masyarakat atau kader kesehatan yang telah
diintervensi atau dilatih sebagai motivator atau penggerak
pemberdayaan masyarakat.
d. Pertemuan-pertemuan masyarakat yang terselenggara dan
sebagainya.
3. Output
Beberapa contoh indikator pemberdayaan masyarakat adalah :
a. Jumlah dan jenis UKBM (upaya kesehatan yang bersumber daya
masyarakat misalnya, posyandu, polindes, pos obat desa, dan
sebagainya.
b. Jumlah orang atau anggota masyarakat yang telah meningkat
pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan.
c. Jumlah anggota keluarga yang mempunyai usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga (income generating).
d. Meningkatnya fasilitas-fasilitas umum di masyarakat, dan
sebagainya.
4. Outcome/dampak
a. Menurunnya angka kesakitan dalam masyarakat.
b. Menurunnya angka kematian dalam masyarakat.
c. Menurunnya angka kelahiran dalam masyarakat.
d. Meningkatnya status gizi anak balita dalam masyarakat.
e. Menurunnya angka kematian bayi dan sebagainya.
1.2 Arah Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan 2005-2025
yaitu :

5
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan;
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan;
3. Peningkatan status gizi masyarakat;
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas); serta
5. Pengembangan keluarga berkualitas.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilaksanakan upaya antara lain :
a. Pengembangan peningkatan swadaya masyarakat dalam pembangunan
kesehatan dengan pendekatan edukatif;
b. Pembinaan peran serta masyarakat termasuk swasta dalam upaya
kesehatan. Berdasarkan upaya tersebut maka Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan diarahkan pada pembinaan pemangku kepentingan,
diutamakan kader kesehatan agar mampu, responsif, akomodatif, dan
masyarakat mandiri dalam menghadapi krisis kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan,
secara umum ditujukan pada meningkatnya kemandirian masyarakat dalam
penanggulangan krisis kesehatan. Secara khusus ditujukan untuk :
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam penanggulangan krisis
kesehatan;
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan
peningkatan kemampuannya mengurangi risiko bencana dan kesehatannya
sendiri;
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat;
dan
4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
untuk ketangguhan masyarakat.

6
1.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan dalam
Penanggulangan Krisis Kesehatan mencakup :
1. Peningkatan kesadaran masyarakat
Melibatkan masyarakat dalam :
a. Penyebarluasan informasi melalui papan pengumuman
desa/kelurahan, radio komunitas, televisi, papan iklan (billboard),
siaran radio, penyuluhan, pemasangan poster, banner, flyer, pemutaran
film, acara radio dan televisi pemerintah dan swasta.
b. Penyusunan profil Desa/Kelurahan.
c. Pembuatan kajian risiko kesehatan.
d. Pembuatan analisis risiko kesehatan.
e. Pemetaan risiko kesehatan.
f. Penyusunan rencana kontinjensi.
g. Penyusunan rencana pengurangan risiko kesehatan.
h. Penyusunan rencana kesiapsiagaan.
2. Pengembangan kemampuan masyarakat
a. Melatih kader (kesehatan).
b. Mengembangkan kemampuan kelompok yang ada di Desa/kelurahan
c. Memberi orientasi dan sosialisasi kepada tokoh formal, tokoh
informal, kaum muda, Pramuka, kelompok perempuan, kelompok
renan.
d. Membuat sistem peringatan dini (sesuai kearifan lokal – teknologi dan
sumber daya lokal).
e. Melakukan gladi/simulasi lapangan.
f. Menyelenggarakan pelatihan organisasi dan kepemimpinan.
g. Menyelenggarakan pelatihan pengurangan risiko kesehatan.
Melatih kepala desa/lurah, anggota Lembaga Pedoman Pemberdayaan
Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Pemberdayaan Desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama, kaum muda, kader PKK.

7
h. Melakukan kunjungan (studi banding) ke Desa/Kelurahan yang sudah
melakukan kegiatan pengurangan risiko kesehatan.
3. Pengorganisasian masyarakat
a. Menguatkan atau memperkaya kelompok yang sudah ada berkaitan
dengan penanggulangan krisis kesehatan dan bencana. Bila belum ada
kelompok, maka dibentuk kelompok.
b. Membuat forum pengurangan risiko kesehatan, atau bergabung dalam
forum yang sudah ada dengan menambahkan agenda pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan.
c. Menggalang relawan.
d. Mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan kelompok-kelompok
yang ada di Desa/Kelurahan.
e. Membuat jejaring antar kelompok yang ada di Desa/Kelurahan.
4. Penggalangan kemitraan dan partisipasi lintas sektor terkait, swasta, dunia
usaha dan pemangku kepentingan
a. Membuat jejaring dengan Kelompok yang ada di luar Desa/kelurahan.
b. Membuat kelompok media sosial (radio komunitas, facebook, milist,
WA, Line, Telegram, twitter).
c. Membangun kemitraan dengan Dunia Usaha, dana sosial perusahaan
(CSR), dana aspirasi konstituen DPRD.
5. Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal
baik dana dan tenaga serta budaya
a. Menggalang sumber daya.
1) Melakukan mitigasi (pengurangan dampak) fisik dan non-fisik.
2) Membangun ketahanan ekonomi.
3) Melindungi kesehatan kelompok rentan (bayi, BALITA, BUMIL,
BUSUI, LANSIA, berkebutuhan khusus).
4) Mengelola sumber daya alam untuk pengurangan risiko kesehatan
5) Melindungi aset produktif utama masyarakat.
Monitoring, evaluasi, pembelajaran dan pelaporan berjenjang.

8
b. Menyebarluaskan upaya dan pembelajaran dilakukan oleh masyarakat
kepada tetangga desa dan wilayah rawan bencana lainnya dengan
menggunakan media budaya setempat.

Adapun Menurut Suharto (2005) dalam konteks pekerjaan sosial,


pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan
(empowerment setting) : mikro, mezzo, dan makro.
1.3.1. Matra Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan
yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).
1.3.2 Matra Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinnya.
1.3.3 Matra Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large
systemstrategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meskipun rumusan konsep pemberdayaan berbeda- beda antara ahli
yang satu dengan yang lainnya, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa
pemberdayaan adalah sebagai upaya berencana yang merubah atau
melakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi
ketidakberdayaan menjadi berdaya denngan menitikberatkan pada pembinaan
potensi dan kemandirian msyarakat.
Schuler, hashemi dan Riley mengembangkan 8 indikator
pemberdayaan diantaranya :
1. kebebasan mobilitas
2. kemampuan membeli komoditas kecil
3. kemampuan membeli komoditas besar
4. terlibat dalam pembuatan keputusan rumah tangga
5. kebebasan relative dari dominasi keluarga
6. kesadaran hukum dan politik
7. keterlibatan dalam kampanye/demonstrasi
8. jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga asas atau matra pemberdayaan (empowerment setting):
mikro,mezzo dan makro
3.2 Saran
Pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama. Maka diharapkan masyarakat dapat
dilibatkan sejak awal kegiatan yang memungkinkan masyarakat untuk belajar
lebih banyak, sehingga dapat terwujud masyarakat yang berdaya atau mandiri

10
DAFTAR PUSTAKA

Susilo,Yuniar.2016.
[online].Tersedia:https://id.scribd.com/doc/310254469/KONSEP-
INDIKATOR-DAN-STRATEGI-PEMBERDAYAAN
PENGEMBANGAN-MASYARAKAT.[09 Februari 2020].

Damara, Cherrya dkk.2015. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Di Kota Bandar
Lampung.Volume III.[09 Februari 2020].

Yurianto, Ahmad.2015.Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam


Penanggulangan Krisis Kesehatan.Jakarta:Menkes RI

Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan Prilaku


Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

11
12

Anda mungkin juga menyukai