Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

“Merancang Model Pemberdayaan Masyarakat”

OLEH :

KELOMPOK 3

Arifa (2211211004) Putri Wulandari (2211211017)

Daniatul Fitri (2211212043) Melda Gusmawati (2211219001)

Dianda Arza Nabila K (2211211014) Suci Rahmahesi (2211213059)

Khori Rahmadhani (2211212061) Syntia Oktariza (2311216002)

DOSEN PENGAMPU :

Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Merancang Model Pemberdayaan Masyarakat”
ini tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam kami junjungkan kepda Nabi
Muhammad SAW.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat yang
sudah memberi tugas ini, sehingga kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
bidang studi ini. Terima kasih juga kami ucapkan untuk seluruh anggota kelompok 3 yang
sudah bekerja sama dengan baik dan saling memberi semangat satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas ini.

Kami selaku penyusun makalah ini berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat digunakan sebagai referensi untuk materi terkait merancang model pemberdayaan
masyarakat. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami akan sangat menghargai setiap kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.

Padang, 19 November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 4
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat ............................................................................ 5
2.2 Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat ................................................................ 5
2.3 Metode Pemberdayaan Masyarakat............................................................................. 7
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberdayaan Masyarakat .......................... 13
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 15
3.2 Saran.............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertulis di
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, upaya kesehatan harus selalu
diusahakan peningkatannya secara terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai
investasi dalam pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Perhatian terhadap permasalah kesehatan terus dilakukan terutama dalam perubahan
paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma sehat. Paradigma
sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat, menekankan pada
kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat orang
sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya
paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian
kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas
kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama
dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma
sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam
mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia
sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat sudah sesuai
dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya Kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaimana strategi dalam pemberdayaan masyarakat?
3. Bagaimana metode pemberdayaan masyarakat?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode pemberdayaan masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat
2. Untuk mengetahui strategi dalam pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui metode pemberdayaan masyarakat
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pemberdayaan masyarakat
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.

Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,bahwa


pembangunan kesehatan harus di lakukan dengan memberdayakan masyarakat agar
meningkatnya kesadaran masyarakat,kamuan dan kemampuan hidup masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat.

2.2 Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang digunakan dalam
pembangunan masyarakat untuk mencapai kompetensi dan kemandirian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan
masyarakat, antara lain:
1. Pengembangan sumber daya manusia: Meliputi peningkatan keterampilan,
pengetahuan, dan kapasitas individu.
2. Pengembangan teknis-profesional: Meningkatkan kemampuan teknis dan profesional
masyarakat.
3. Strategi gotong royong: Mendorong kerjasama dan solidaritas antar warga.
4. Strategi konflik: Melihat kehidupan masyarakat yang dikendalikan oleh segelintir
orang atau kelompok kepentingan tertentu.
5. Strategi pembelotan budaya: Menekankan pada perubahan tingkat subyektif
individual, mulai dari perubahan nilai-nilai.

Selain itu, strategi pemberdayaan masyarakat juga memerlukan komunikasi yang baik,
pendampingan berkelanjutan, dan fokus pada masyarakat. Dalam proses pemberdayaan,
penting untuk mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di masyarakat serta menyusun
rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian. Dengan memposisikan masyarakat
sebagai subyek dalam pembangunan, strategi pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Oleh karena itu, pemilihan strategi yang tepat sangat penting untuk mencapai tujuan
pemberdayaan masyarakat.
Adapun beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian
diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1. Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi


Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu
;pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia,setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan
tarafpendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber
kemajuan ekonomiseperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana
dasar fisik, sepertiirigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas
pelayanan kesehatan, yangdapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling
bawah, serta ketersediaan Lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di
perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.
Untuk itu, perlu ada program khusus bagimasyarakat yang kurang berdaya, karena
program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan
masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat,tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern,
seperti kerjakeras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian
pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi
sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan
masyarakat didalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat
dalam prosespengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh
karena itu,pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengamalan demokrasi.
3. Memberdayakan mengandung arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah, oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena
itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam
konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi, karena halitu justru akan mengerdilkan yang kecil dan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang, sertaeksploitasi yang kuat atas yang
lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap
apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yanghasilnya dapat
dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah
memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

2.3 Metode Pemberdayaan Masyarakat


A. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

Rapid Rural Appraisal (RRA) ialah tata cara evaluasi kondisi dusun dengan cara kilat,
yang dalam praktik, aktivitas RRA lebih banyak dicoba oleh “orang luar” dengan
tanpa ataupun sedikit mengaitkan warga setempat. Walaupun kerap dibilang selaku
metode riset yang “kilat serta agresif atau kotor” namun RRA ditaksir sedang lebih
bagus dibandingkan teknik- teknik kuantitatif klasik. Tujuan metode RRA adalah
untuk pengumpulan data dengan cara cermat dalam durasi yang terbatas kala
ketetapan mengenai pembangunan perdesaan wajib didapat dalam waktu yang
singkat. Tidak hanya itu, bermanfaat dalam memantau kecondongan perubahan-
perubahan di perdesaan, alhasil bisa melaksanakan usaha buat kurangi ketidakpastian
yang terjalin di alun-alun serta menganjurkan penanganan permasalahan yang
dimungkinkan hendak mencuat. Berikut ini prinsip-prinsip dasar Rapid Rural
Appraisal (RRA) adalah:
1. Triangulasi berkaitan dengan penggunaan lebih dari satu, seringkali tiga,
sumber informasi untuk validasi. Untuk mendapatkan informasi, tidak ada
cara yang dapat disebut "terbaik." Oleh karena itu,untuk meningkatkan akurasi
informasi, triangulasi menjadi elemen penting dari RRA.
2. Ketidaktahuan yang optimal berarti mengetahui perbedaan antara apa yang
layak diketahui dan apa yang tidak, memungkinkan pengumpulan informasi
yang diperlukan untuk proyek-proyek penelitian. Hal ini menghindari
pengumpulan terlalu banyak data yang tidak relevan.
3. Ketidaktepatan yang tepat. Dalam survei konvensional, banyak data yang
dikumpulkan memiliki tingkat presisi yang benar- benar tidak perlu.
Seringkali lebih bermanfaat untuk menetapkan penyebab masalah, tren dan
arah perubahan, daripada informasi yang akurat tentang angka absolut yang
dipengaruhi oleh masalah.
4. Pembelajaran yang cepat dan progresif dapat terjadi karena sifat eksploratif
dan iteratif RRA. Banyak masalah baru yang diangkat bersama dengan
wawasan yang lebih baik ke dalam masalah. Namun, masalah dan wawasan
baru inilah yang mengarah pada pemahaman tentang masalah nyata dan
solusinya.
5. Belajar dari, dan bersama dengan, masyarakat perdesaan. Persepsi dan
pemahaman lokal akan situasi dan masalah sangat penting untuk dipelajari dan
dipahami karena tujuannya adalah untuk merencanakan program yang dapat
dijalankan dan dapat diterima oleh penduduk setempat. Basis pengetahuan
penduduk lokal harus disadap untuk menghindari kesalahpahaman tentang
kehidupan dan kendala populasi ini. Juga, dengan melibatkan masyarakat
setempat dalam mendefinisikan kebutuhan masyarakat dan mengidentifikasi
solusi yang mungkin, masyarakat mengembangkan "rasa memiliki" dari
kegiatan tersebut. Ini mengurangi kemungkinan kegagalan.
Teknik Pengumpulan Data Rapid Rural Appraisal (RRA):
a. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan informasi dari sumber sekunder sangat penting
sebelum dimulainya pekerjaan lapangan yang sebenarnya. Berbagai
sumber sekunder harus disadap, tergantung pada tujuan penelitian
tertentu.
b. Pengumpulan Data Primer
Wawancara terstruktur ini dilakukan dengan mengembangkan
garis besar atau pedoman untuk mempertahankan arah
wawancara.
c. Focus Group Discussion
Diskusi kelompok juga berguna untuk mengecek informasi. Juga,
informasi tertentu yang sensitif mungkin lebih mudah diperoleh
dalam
pertemuan yang lebih besar di mana sumbernya tidak dapat
diarahkan ke satu individu saja. Informasi seperti itu sering berkaitan
dengan penyalahgunaan dana dan sumber daya atau penganiayaan
atau kekerasan yang ditujukan kepada kelompok orang tertentu.
d. Observasi
Pengamatan langsung dari semua kegiatan utama mungkin tidak
dapat
dilakukan dengan RRA. Namun, meluangkan waktu untuk berjalan-
jalan saja di masyarakat, mengamati kegiatan dan mengajukan
pertanyaan pada saat yang tepat, dapat menghasilkan informasi
penting.
e. Informan
Informasi utama merupakan kunci yang bisa menjadi sumber utama
informasi. Orang-orang dari komunitas yang, karena kedudukan
resmi atau kepemimpinan informal memiliki akses ke informasi
tentang komunitas daripada masalah individu adalah sumber daya
yang baik.
f. Profil Desa atau Komunitas
Profil desa atau komunitas cukup dengan berada di sekitar komunitas
dan mengamati memfasilitasi pengumpulan informasi.

B. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

Participatory Rural Appraisal (PRA) atau yang lebih dikenal dengan Pemahaman
Partisipatif Kondisi Perdesaan (PRA) ialah metode yang mengikutsertakan lapisan
masyarakat dalam mengkaji masalah kehidupan untuk menyusun perencanaan dan
kebijakan secara nyata. Metode PRA dapat menyebar dan diakui fungsinya ketika
paradigma pembangunan berkelanjutan mulai digunakan sebagai dasar pembangunan
oleh negara-negara berkembang. Secara garis besar PRA merupakan serangkaian
metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk berbagi satu sama lain serta
mengkaji pengetahuan mereka tentang kehidupan di desa, dan kemudian membuat
rencana serta aksi yang nyata (Chambers, 1996). Berikut ini prinsip-prinsip dasar
PRA:
1. Mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terpinggirkan supaya
mendapatkan peluang untuk mempunyai peran dan memperoleh manfaat
selama proses program pembangunan berlangsung. Keberpihakan
menitikberatkan usaha guna tercapainya keseimbangan perlakuan kepada
berbagai golongan yang ada pada masyarakat, diutamakan kepada golongan
yang teramat miskin agar taraf hidupnya berubah ke arah yang lebih baik.
2. Pemberdayaan (penguatan) masyarakat.
PRA memuat peningkatan keahlian masyarakat. Keahlian masyarakat dapat
ditingkatkan selama proses mengkaji kondisi, mengambil keputusan dan
menentukan kebijakan, hingga proses penilaian, serta pengoreksian tindakan
yang sedang berlangsung.
3. Masyarakat berperan menjadi pelaku, sedangkan orang luar berperan menjadi
penyedia/fasilitator.
Masyarakat dalam prinsip-prinsip dasar PRA diposisikan pada bagian inti dalam
proses pembangunan yang sedang berlangsung. Adapun, orang luar diharapkan
memiliki kesadaran terhadap posisinya sebagai fasilitator. Fasilitator diharapkan
mempunyai keinginan untuk belajar dari masyarakat dan menjadikan mereka
sebagai pusat informasi untuk memahami situasi yang sedang dihadapi. Pada
tahap permulaan, andil orang luar memanglah lebih besar, namun setelah
itudiupayakan peran itu dapat menyusut dan dialihkan kembali kepada
masyarakat.

4. Bebas dan informal.


Metode PRA dilaksanakan dalam sebuah kondisi yang bebas, tidak memaksa,
terbuka, dan juga informal. Keadaan ini akan melahirkan nuansa yang tidak
kaku karena orang luar akan masuk sebagai anggota masyarakat, bukan
sebagai orang asing yang harus disambut dengan formal oleh masyarakat.
5. Triangulasi.
Salah satu proses PRA adalah berupaya untuk menghimpun serta mengkaji
data bersama masyarakat secara terstruktur. Untuk mendapatkan informasi
yang terpercaya, maka perlu menggunakan triangulasi check and recheck.
Triangulasi diaplikasikan melalui diversifikasi keanggotaan tim (keanekaan
keahlian atau pengetahuan), diversifikasi pangkal data (keanekaan background
masyarakat, tempat, dan gender), serta keanekaan metode.
6. Kontinuitas.
Dalam pengimplementasian metode PRA, rangkaian tahapan tidak berhenti
setelah tuntasnya tahapan eksplorasi data, meskipun dirasa memadai serta
orang luar yang mendukung terselenggaranya tahapan tersebut telah keluar
dari desa. PRA adalah sebuah metode yang perlu diyakini dan dihayati oleh
lembaga dan eksekutor lapangan sehingga persoalan yang dikembangkan
secara berkelanjutan akan berasaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang
berusaha mengembangkan kemampuan atau keahlian masyarakat.
7. Terbuka.
Salah satu prinsip pada PRA adalah prinsip terbuka yang meyakini bahwa
metode ini belum sepenuhnya sempurna dan siap. Oleh karena itu, perlu
adanya kerelaan untuk menerima kritikan maupun masukan yang dapat
dijadikan sebagai dasar dalam membenahi konsep, gagasan, serta rancangan
guna meningkatkan PRA yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan
masyarakat.
Langkah-langkah dari PRA:
1) Penelusuran Sejarah Desa.
2) Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan.
3) Penyusunan kalender musim dan profil perubahan.
4) Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari).
5) Observasi langsung terhadap dinamika sosial.
6) Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan
(pemetaan prasarana, bangunan, ruangan, sumber daya alam dan
lokasi).
7) Pembuatan diagram kajian lembaga desa.
8) Pembuatan bagan alur input-output.
9) Bagan hubungan antar pihak (diagram venn.
10) Mengkaji mata pencaharian masyarakat.
11) Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan
ditemukan masyarakat.
12) Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah
13) Analisis pola keputusan.
14) Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.
15) Pengurutan potensi atau kekayaan.
16) Pengorganisasian masalah.
C. Participation Action Research (PAR)
Penelitian tindakan partisipatoris merupakan sebuah upaya untuk mendalami serta
memajukan taraf hidup manusia dengan menciptakan pengembangan. Peneliti serta
subjek penelitian berupaya mendalami serta membenarkan penerapan sebuah tindakan
pada suatu tempat serta suasana di mana mereka ikut serta. Penelitian ini
memanfaatkan dan menyebabkan beberapa orang untuk meningkatkan pengawasan
akan kehidupan mereka secara langsung (Baum, dkk., 2006). Model dan pendekatan
Participation Action Research secara umum digunakan dengan maksud sebagai
berikut.
1. Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat atau memanfaatkan masyarakat
atas bawah melalui pendidikan kritis, pembelajaran orang dewasa, dialog
publik, dan sebagainya.
2. Untuk mengubah cara pandang mengenai penelitian dengan menjadikan
penelitian sebagai proses partisipasi.
3. Untuk menggeser paradigma dari masyarakat sebagai objek menjadi
masyarakat sebagai subjek.
4. Untuk menciptakan perubahan (transformation) nilai sosial di masyarakat.
5. Peserta mampu mengkaji masalah dengan baik termasuk mengenalki kekuatan
dan kelemahan di masyarakat.
Tingkatan level dalam PAR:

a. Penelitian tindakan level 1 (Meneliti tapi tidak menguji tindakan yang


disarankan)
Adalah penelitian tindakan di mana peneliti melakukan penelitian untuk menemukan
masalah dan potensi, dan selanjutnya menemukan tindakan untuk perbaikan, hanya
peneliti tidak menguji tindakan tersebut. Peneliti hanya memberikan saran tindakan
untuk perbaikan
b. Penelitian tindakan level 2 (Tanpa meneliti tapi menguji tindakan)
A penelitian tindakan di mana peneliti tidak melakukan penelitian untuk menemukan
masalah dan potensi. Karena peneliti sebagai pelaku kerja, seperti halnya guru dengan
kelasnya, maka guru melakukan refleksi apa yang menjadi masalah dan potensi.
Berdasarkan atas refleksi masalah dan potensi tersebut, peneliti mempunyai rencana
tindakan untuk memperbaikinya. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diuji dengan
menggunakan beberapa siklus, sampai tindakan tersebut terbukti atau tidak terbukti
secara konsisten dapat meningkatkan hasil yang diharapkan. Penelitian tindakan yang
banyak dilakukan oleh nakes, kader, dll adalah menggunakan level 2 ini.
c. Penelitian tindakan level 3 (Meneliti dan menguji tindakan yang dikembangkan)
Penelitian tindakan level 3 Adalah penelitian tindakan, di mana peneliti melakukan
penelitian untuk menemukan masalah dan potensi, dan selanjutnya peneliti
mengembangkan tindakan yang telah ada untuk memecahkan masalah atau untuk
meningkatkan perbaikan kerja. Tindakan yang dikembangkan tersebut, selanjutnya
diuji dengan menggunakan beberapa siklus, sampai tindakan tersebut terbukti atau
tidak terbukti secara konsisten dapat meningkatkan hasil yang diharapkan.
d. Penelitian tindakan level 4 (Meneliti dan menguji tindakan yang diciptakan)
Adalah penelitian tindakan, di mana peneliti melakukan penelitian untuk menemukan
masalah dan potensi, dan selanjutnya peneliti menemukan atau menciptakan tindakan
baru untuk memecahkan masalah atau untuk meningkatkan perbaikan kerja. Tindakan
yang ditemukan atau diciptakan tersebut, selanjutnya diuji dengan menggunakan
beberapa siklus, sampai tindakan tersebut terbukti atau tidak terbukti secara konsisten
dapat meningkatkan hasil yang diharapkan. Penelitian tindakan yang tertinggi adalah
penelitian tindakan level 4, dimana peneliti dapat menemukan dan atau menciptakan
tindakan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Tindakan baru tersebut setelah
diuji, ternyata terbukti dapat memecahkan masalah dan memperbaiki proses dan hasil
kerja.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberdayaan Masyarakat


Metode pemberdayaan masyarakat mempunyai kelebihan dan kekurangan yang perlu
dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan metode pemberdayaan
masyarakat berdasarkan hasil pencarian :

A. Kelebihan Metode Pemberdayaan Masyarakat


1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka waktu panjang dan
berkelanjutanMampu memahami dirinya secara utuh, merencanakan masa
depan, dan mengantisipasi kondisi perubahan ke depan
2) Melibatkan seluruh kelompok masyarakat, termasuk masyarakat miskin, serta
memberikan rasa tanggung jawab penuh atas tindakan dan ucapanny
3) Pembentukan individu dan masyarakat untuk menjadi mandiri dan berdaya
bagi sesame
4) Proses pemberdayaan masyarakat memberikan kewenangan, aksesibilitas
terhadap sumber daya, serta lingkungan yang akomodatif
5) Mendorong partisipasi masyarakat secara maksimal
6) Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan pengalaman
dan pengembangan daya nalarnya

B. Kekurangan Metode Pemberdayaan Masyarakat


1) Potensi sering terjadi perbedaan partisipasi setiap individu, sehingga
menghambat Pembangunan
2) Terjadinya perubahan mendadak pada masyarakat, meliputi kebudayaan,
sosial, ekonomi, dan kondisi geografis
3) Kurangnya koordinasi ketika hendak memutuskan suatu Tindakan
4) Materi pelatihan dipaksakan tanpa memperhatikan masalah dan kebutuhan
Masyarakat
5) Program pemberdayaan tidak berkelanjutan
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu
strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat untuk mencapai kompetensi dan
kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam Merancang Model Pemberdayaan Masyarakat terdapat beberapa metode yaitu
Metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Participation
Action Research (PAR). Metode pemberdayaan masyarakat mempunyai kelebihan dan
kekurangan yang perlu dipertimbangkan.

3.2 Saran
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu/Bapak, teman, atau pun pembaca yang sudah
menyempatkan diri untuk membaca makalah kami ini. Kami telah membuat makalah ini
dengan data-data yang kami kumpulkan dari berbagai sumber dan telah kkami rangkum
secara singkat dan jelas agar pembaca baik hanya untuk menambah pengetahuan maupun
untuk pendidikan atau bahkan untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi disamping itu kami
mengetahui banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami memohon dan meminta
saran serta kritik yang membangun agar kami bida lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mardikanto, & Totok. (2013). Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik).
Bandung: Alfabeta.

Baum, F.M.C. & Smith, D. (2006). Participatory Action Research. Adelaide: Department of
Public Health, Flinders University.

Alkhalivi, D. (2018). Participatory Rural Appraisal (PRA)

Sekar, A.A. (2018). Penggunaan Metode "Participatory Rural Appraisal" (PRA) dalam
Evaluasi Kebijakan/Program.

Anda mungkin juga menyukai