Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MASYARAKAT DAN INTERAKSI BERBASIS

MASYARAKAT
PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

KELOMPOK 2 :

ANGGUN MAULIDIA (2313201090 )

DEWANI ANGGITA PUTRI ( 2313201089P )

MARTHOMY SHAVANA ( 2313201037P0

RADEN HABIEB N ( 2313201065P )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah, SWT atas rahmat dan hidayahnya


tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah “Pengembangan dan
Pengorganisasian Masyarakat” sehingga diharapkan dapat menjadi
referensi dalam proses perkuliahan.
Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah
kami ini masih banyak hal-hal yang perlu dibahas dalam mekanisme
perencanaan ini.
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca.
Kami juga tidak segan-segan untuk menerima kritik dan saran, agar
makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan sesungguhnya semua
itu bersifat membangun.
Terima kasih.

Bengkulu, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2
D. Manfaat........................................................................................................... 2
E. Metode Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................4


BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...............................................................7


B. Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat.............................................7
C. Metode Pemberdayaan Masyarakat.................................................................10

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 19
B. Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan
memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat dalam
proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga
masyarakat dapat menyelaisaikan masalah yang dihadapi serta dapat
mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley,
1991;dan fatermant 1996). Pross pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembngkan
kemampuanya sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah
dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan ,aksesibilitas
terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif ( zimmerman
1996;18, Res ;1992: 42).
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam
pembangunan secara psrtisipatif kiranya sanagat sesuai dan dapat
dilandasi untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan
dalam masyarakat beserta lingkaungan strategisnya. Sebagai konsep
dasar pembanguanan pastisipatif adalah melakukan upaya
pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri
sehingga masyarakat itu mampu untuk berkembng dan mengatasi
permasalahnya secara mandiri,berkesinambungan dan berkelanjutan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, seorang pemberdaya harus
menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan memperlakukan
masyarakat sesuai dengan moral, dan memandang warga sebagai subyek
yang mempunyai hak untuk mengatur kehidupan mereka serta mempunyai
keinginan dan kemampuan untuk berbuat demikaian. Pemberdaya wajib
untuk memahami masyarakat dan mendampingi secara mental dan
inteletual dalam usaha perbaikan yang mereka dambakan. Denga
demikian dalam pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari masalah
evaluasi. Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek/pembedayaan
yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu sudah mendatangkan
perbaikan sesuai yang diharapkan warga masyarakat, maka harus
dilakukan suatu penelitian. Dua metode penelitian evaluatif yang bersifat
bottom-up adalah rapid rural appraisal(PRA), dan participatory rural
appraisial ( PRA).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat ?
2. Bagaimana tahapan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan masyarakat
2. Mengetahui tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
3. Mengetahui metode-metode dalam pemberdayaan masyarakat
D. Manfaat
Memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi mengenai
pemberdayaan masyarakat,terutama tahapan dan metode
pemberdayaan masyarakat.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca
maupun penyusun dapat mempermudahnya dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat apalagi yang memiliki basic di kesehatan
masyarakat agar dapat mengubah perilaku masyarakat yang buruk
menjadi ke yang lebih baik supaya kesehatan mereka tetap terjaga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”yang berarti
kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya,
atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/kemampuan, dan atau
proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki
daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pengertian “proses” menunjuk an pada serangkaian tindakan
atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sitematis yang
mencerminkan pertahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang
atau belum berdaya menuju keberdayaan. Proses akan merujuk pada
suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah
kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun
practice (KAP) menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku
sadar dan kecakapan-keterampilan yang baik.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang
mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus
terlibat dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis
sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta
dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri (Oakley,
1991;dan fatermant 1996).
Prijono&Pranarka (1996:77) menyatakan bahwa: pemberdayaan
mengandung dua arti. Pengertian yang pertama adalah to give power or
authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau
mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/ belum berdaya),
pengertian kedua to give ability to or enable (kemampuan atau
keberdayaan serta memberikan
peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu).sedangkan
dalam konteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan
merupakan suatu usaha untuk memberikan daya, atau meningkatkan
daya (Tri Winarni, 1998: 75-76).

B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang
sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang
mandiri.Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang
dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan
kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya yang
dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan demikian
untuk menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber
daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik
dan afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.

C. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya,
melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari
jauh di jaga agar tidak jatuh lagi (Sumodiningrat 2000 dalam Ambar
Teguh, 2004: 82). Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan
melalui suatu masa proses belajar hingga mencapai status mandiri,
meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan
secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam
rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara
bertahap.

Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut


adalah meliputi :
1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan
memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat dalam proses
pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil
keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan
fatermant 1996). Pendapat lain menyatakan bahwa Pemberdayan
masyarakat adalah proses pemberian informasi secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan masyarakat, serta
proses membantu masyarakat,agar masyarakat tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowlage), dari tahu menjadi
mau ( aspek attitude), dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang diperkenalkan (aspek praktice)( Natoatmodjo 2003).
Sasaran utama pemberdayaan adalah idividu,keluarga serta kelompok
masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar,
kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut
memahami bahwa sesuatu(misalnya diare) adalah masalah baginya
dan bagi masyarakatnya.sepanjang orang yang bersangkutan belum
mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah,
maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima menerima informasi
apapun lebih lanjut. Manakalah ia telah menyadari masalah yang
dihadapinya,maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih
lanjut tentang masalah yang bersangkutan. (Depkese RI,2006).

B. Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat


Dalam melaksanakan pemberdayaan masyakakat memiliki tahapan
sebagai berikut :

a. Tahap 1 Seleksi lokasi


Seleksi lokasi dilakukan untuk menentukan tempat atau wilayah
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang diinginkan. Pemilihan
lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh
lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya :
1) Kesediaan masyarakat menerima kegiatan non-fisik.

2) Tidak terlalu banyak kegiatan keproyekan lain

3) Adanya masyarakat yang terpinggirkan

4) Dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat

5) Lokasi terjangkau,sesuai kemampuan dan sarana


Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam
Pemberdayaan Masyarakat akan tercapai serta pemilihan lokasi
dilakukan sebaik mungkin. Bisa saja suatu desa terlalu luas untuk
menerapkan Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh sehingga
Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan misalnya dalam salah satu
dusun.

b. Tahap 2. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat


Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat dilakukan untuk
menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang
program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan
masyarakat untuk berperan dan terlibat di dalam program.
Tahapan dan metode dalam proses sosialisasi meliputi: Pertemuan
formal dengan Aparat Desa dan tokoh-tokoh masyarakat,
Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal dengan
masyarakat, Pertemuan informal dengan masyarakat: kunjungan
rumah, diskusi kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat (sosial, agama, lapangan)
Hal – hal yang perlu disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan,
manfaat, sasaran Pemberdayaan Masyarakat, Prinsip-prinsip
Pemberayaan Masyarakat (termasuk prinsip non-fisik), Penjelasan
kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda dan lain-lain), Umpan
balik masyarakat terhadap semua aspek di atas. Materi dan media
yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi diantaranya: Brosur,
Film(video), Poster ,Buku dll.

c. Tahap 3 Proses pemberdayaan masyarakat


1. Kajian Keadaan Perdesaan partisipatif.
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dimaksudkan agar masyarakat
mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa
keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Selain itu
tahap ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai aspek
sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta sumber daya
alam dan sumber daya manusia. Gambaran ini akan memberikan
dasar untuk penyusunan rencana kegiatan pengembangan.
2. Pengembangan Kelompok
Pengembangan kelompok dilakukan dengan memfokuskan
kegiatan pada masyarakat yang benar-benar tertarik dan
berminat untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam hal ini
perlu diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang
terabaikan lain. Kegiatan bersama ini dapat berbentuk suatu
kelompok yang lengkap dengan kepengurusan dan aturan.
Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat dan bisa
terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan
Partisipatif maupun sesudahnya. Berkaitan dengan Pemberdayaan
Masyarakat untuk memandirikan masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan
kelompok adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar
mampu mengelola sendiri kegiatannya.
3. Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan
anggotanya mampu mengembangkan dan melaksanakan
rencana kegiatan yang konkrit dan realistis. Dasar
penyusunan adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah
teridenitfikasi dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dan
tujuan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam penyusunan
rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi,
bukan hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok
berperan serta.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipasi (M&EP)
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif bukanlah suatu kegiatan
khusus, tetapi dilaksanakan secara mendalam pada semua tahap.
agar proses Pemberdayaan Masyarakat berjalan dengan baik dan
tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan oleh semua pihak
yang terlibat dalam PM di mana intinya adalah peran masyarakat
sebagai pelaku utama. M&EP adalah suatu proses penilaian,
pengkajian dan pemantauan kegiatan PM, baik prosesnya
(pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun
proses perbaikan kalau diperlukan

d. Tahap 4. Pemandirian Masyarakat


Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses
pembelajaran terus-menerus bagi masyarakat dengan tujuan
kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf
hidupnya. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal
proses sadar bahwa hal ini akan terjadi.

C. Metode Pemberdayaan Masyarakat


Metode pemberdayaan masyarakat di bagi dua yaitu meliputi Metode
PRA (Participatory Rural Appraisal), dan metode RRA (Rapid Rural
Appraisal)

1. Metode PRA (Participatory Rural Appraisal)


PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi
dan kehidupan pedesaan dari,dengan dan oleh masyarakat desa.
Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode
pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling
berbagi, maningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka
tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan
bertindak (Chambers 1995).
Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan
rancangan program yang gayut dengan hasrat dan keadaan
masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa
keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui
kegiatan aksi. Dapat disebutkan bahwa PRA adalah sekumpulan
pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk
turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka
mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat
membuat rencana dan tindakan (Chambers, 1995).
Beberapa teknik penerapan PRA antara lain : (a) Penelusuran Alur
Sejarah, (b) Penelusuran Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata
Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana Kegiatan, (e) Focus Group
Discussion, (f) Pemetaan, dll.
Beberapa hal prinsipyang ditekankan dalam PRA adlah :
a. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan
masyarakat.
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan
serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan
tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan
persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari
metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari
masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam
perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi,
sementara itu pengetahuan modern yang diperkenalkan orang
luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh karenanya
diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan
sesuatu program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat
teknik tunggal yang telah selesai, sempurna,dan pasti benar.
Oleh karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang
dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses
pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaan penerapan yang ingin
dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang terjadi
agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan kegiatan
coba-coba (trial and error ) yang tanpa perhitungan kritis untuk
meninimalkan kesalahan.
b. Keterlibatan semua anggota menghargai perbedaan dan informa
Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun
terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan
kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan
masyarakatadalah sangat penting. Golongan yang paling
diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki akses dalam
kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan,anak-anak,
dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan
golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling
menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang
terpenting adalah pengorganisasian masalah dan penyusunan
prioritas masalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat
sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana
yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai
tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena
orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai
tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian
suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA
berjalan dengan baik.
c. Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku.
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya
sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, penyuluh,
instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari
masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama.
Bahkan dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi
kegiatan. Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik
dan materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak
ditentukan oleh masyarakat.

d. Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat
diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan
bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck).
Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan
tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan
masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
1) Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu
bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi
teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang
diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam
pengembangan program.
2) Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan
mengusahakan kebenaran data dan informasi (terutama data
sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan
menggunakan teknik lain
e. Optimalisasi hasil, orientasi praktis, dan keberlanjutan program.
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber,
pelaksana yang trampil, partisipasi masyarakat yang semuanya
terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan
yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh
karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan
agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya
yang tersedia tidak cukup. Orientasi PRA adalah pemecahan
masalah dan pengembangan program. Dengan demikian
dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar
perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang
pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir
salah daripada kesimpulan yang hampir benar. Masalah dan
kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan
masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun
merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program
yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA
yang digerakkan dari potensi masyarakat.

Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan
program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa
mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum
siklus tersebut secara ringkas adalah sbb.:
1) Menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan
masyarakat secara umum
2) Perumusan maslah dan penetapan prioritas guna memperoleh
rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
3) Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan
gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan
masalah melalui urun rembug masyarakat.
4) Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai
dengan kemampuan masyarakat dan sumberdaya yang
tersedia dalam kaitannya dengan swadaya
5) Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan
masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat
secara mudah dipantau.
6) Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan
untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
7) Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
8) Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat
kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun
9) Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai
yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya
masalah lanjutan, dll.
Keunggulan dan kelemahan dari metode PRA
a. Keunggulan PRA adalah sebagai berikut :
1. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat
2. Keikutsertaan masyarakat miskin
3. Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan
program lebig besar.
4. Melibatkan gender pada program.
5. Cocok diterapkan dimana saja.
b. Kelemahan PRA adalah sebagai berikut :
1. Tidak semua fasilitator program memiliki kemampuan
yang baik dalam memfasilitasi masyarakat.
2. Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-
pertemuan, dan musyawarah- musyawarah yang sifatnya
umum.
3. Sebagian fasilitator belum terampil dalam memfasilitasi
pengolahan dan analisis informasi.

2. Metode RRA (Rapid Rural Appraisal)


RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan
desa secara cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak
dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan
masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik
penelitian yang “cepat dan kasar/kotor ” tetapi RRA dinilai masih
lebih baik dibanding teknik -teknik kuantitatif klasik.
Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat
dalam waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan
perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak program
pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan
pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya,
banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima
oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut sudah
direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat
tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan
masalahnya.
Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif
untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan
cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja
kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah metode,
cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan
pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja
tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat
komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah.
Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat
perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah
sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah
di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam
memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk
mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan
penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Menurut Beebe James (1995), metode RRA menyajikan
pengamatan yang dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih
pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis
yang berbeda. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan
pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk
menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem,
(b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan
analisis secara berulang-ulang (iterative).

Prinsip-pronsip yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu :


a. Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan
perolehan informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan
dibanding sekadar jumah dan ketepatan serta relevansi informasi
yang dibutuhkan.
b. Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara
berulang-ulang, tanyakan kepada kelompok termiskin.
c. Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin
untuk bertanya dalam beragam perspektif
d. Belajar dari dan bersama masyarakat.
e. Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan
terpaku pada bekuan yang telah disiapkan.

Sebagai suatu tehnik penilaian, RRAmengambungkan beberapa


tehnik yang terdiri dari :
1. Review/telaahan data sekuler, termasuk peta wilaya dan
pengamatan lapang secara ringkas.
2. Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.
3. Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
4. Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
5. Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi
6. Kecendrungan-kecendrungan.
7. Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
8. Pembuatan laporan lapang secara cepat

a. Keunggulan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :


1. Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak biasa
2. Dapat melayani policy makers yang ingin memutuskan suatu hal
dengan segera dan mereka memerlukan informasi terakhir
sebelum keputusan tersebut diambil.
3. Mampu memonitoring dan mengevaluasi masalah atau isu baik
dibidang penelitian maupun perencanaan
4. Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa masalah atau
isu baik dibidang penelitian maupun perencanaan.
5. Dapat membantu dalam pemecahan cara penyebaran tekhnologi
(terutama karena kendala sosial dan ekonomi) dan bagaimana
mengakomodasi keinginan masyarakat sebagai pengguna
tekhnologi.
6. Mampu memahami suatu permasalahan atau isu dengan perspektif
lintas disiplin.
7. Data membantu dalam menginterprestasikan data kuantitatif yang
telah dikumpulkan sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan
sulit dihubungkan satu dengan lainnya, dapat dipecahkan dengan
metode RRA.
b. Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :
1. Metode sampling diabaikan.
2. Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan secara cepat.
Yang lebih menonjol adalah expert judgement peneliti
3. Tidak mampu mengungkap data kuatitatif.
4. Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan data konkret,
misalnya suatu tekhnologi telah diadopsi masyarakat sebesar
70%, daripada informasi tentang adopsi tekhnologi meningkat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberdayan masyarakat adalah proses pemberian informasi secara
terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
masyarakat, serta proses membantu masyarakat,agar masyarakat
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowlage), dari tahu menjadi mau ( aspek attitude), dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek praktice)(
Natoatmodjo 2003).
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat memiliki 4 tahapan
yaitu sebagai berikut :
a. Tahap 1. Seleksi lokasi
b. Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat
c. Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat
d. Tahap 4. Pemandirian Masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat dua metode yang sering
digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Metode PRA ( participatory rural appraisal.)
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi
dan kehidupan pedesaan dari,dengan dan oleh masyarakat dese.
Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode
pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling
berbagi, maningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka
tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan
bertindak (Chambers 1995).
2. Metode RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan
desa secara cepat, yang dalam praktek, kegiatan R RA lebih banyak
dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan
masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik
penelitian yang “cepat dan kasar ” tetapi RRA dinilai masih lebih baik
dibanding teknik -teknik kuantitatif klasik.
Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling
melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak
digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara
partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya.

B. Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat harus
dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang benar agar pada saat
melaksanakanya lebih mudah dan keberhasilanya dapat terjamin. Selain
itu pemilihan metode yang tepat juga dapat mempengaruhi keberhasilan
pemberdayaan masyarakat,maka dari itu pilihlah metode yang tepat dengan
mempertimabangkan keadaan masyarakatnya.
Kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen
mata kuliah maupun teman-teman pembaca lainnya agar pada
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,. R. 20012. Pengenalan Metode Pemberdayaan Masyarakat.


file:///E:/Download/Lets%20Go%20Blog%20%20PENGENALAN
%20METODE%20PEMBERDAYAAN %Masyarakat.htm

Puspropkes Depkes RI. 2006. Pemberdayaan Kesehatan Desa. Pusat


Promosi Kesehatan: Jakarta. Ronaldo,. Abeth. 2012. Tahapan
Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
file:///E:/Download/New%20folder/tahapan%20pelaksanaan
%20pemberdayaan%20masyarakat.htm
Saputro,. Thomas. 2014. Metode Pemberdayaan Masyarakat (PRA
Dan RRA).
file:///E:/Download/METODE%20PEMBERDAYAAN
%20MASYARAKAT%20%28%20RRA%20DAN%20PRA
%20%29%20_%20Ilmu%20Ternak.htm.

Anda mungkin juga menyukai