Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN MASTARAKAT


DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Maria Delvasari Multi
2. Marselina Juita
3. Natalia O Harum
4. Riyanie E Ngadut
5. Kristina S Kusung
6. Elciana S Jeleng
7. Grasela K Wiwe
8. Maria Fitriana Denger
9. Sefirina Jetriana
10. Maria Alfiani Mensa
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada TYE,karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan malakalah yang berjudul “Perspektir Pemberdayaan
Masyarakat Dan Pembangunan Masyarakat”ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampuh
mata kuliah Konsep pemberdayaan masyarakat yang sudah membimbing kami
dalam pembuatan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepda
teman-teman yang setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan yang belum kami ketahui.Maka dari itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca,demi tercapainya makalah yang sempurna.
Akhirkata kami ucapkan terimakasih.

Tenda,05 Oktober 2023


DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………....
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….....
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….
2.1 Bagaimana perubahan paradigma pembanguna………………………
2.2 Apa saja teori pemberdayaan masyarakat……………………………..
2.3 Apa saja peluang pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan……
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, Perspektif pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
masyarakat adalah dua konsep yang saling terkait dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu komunitas
dalam masyarakat.
Dalam konteks pemberdayaan, paradigma memiliki peran untuk
membentuk perspektif, bagaimana melihat masalah, apa yang dianggap
sebagai masalah ketidakberdayaan, apa masalah yang dianggap bermanfaat
untuk dipecahkan serta metode apa yang dapat digunakan untuk meneliti dan
mengitervensi masalah tersebut. Paradigma pula yang mempengaruhi
pandangan seseorang mengenai baik buruk, adil tidak adil, tepat atau tidaknya
suatu program dalam memecahkan masalah. Pendekatan partisipatif dalam
pembangunan merupakan kritik dari metode konvensional yang menempatkan
subjek sebagai sesuatu yang patut untuk diberdayakan melalui aktifitas
pembangunan sehingga menimbulkan kritik oleh para penganut
developmentalisme dalam hal metodologi dan partisipasi menjadi isu sentral
dalam pelaksanaan program pembangunan tersebut. Tiga hal yang menjadi
prinsip dasar dalam program pemberdayaan (Reason dan Bradbury, 2002)
yaitu pengetahuan, tindakan dan kesadaran. Pengetahuan dianggap sebagai
kekuatan yang dapat memberikan akses kuasa kepada subjek yang
diberdayakan karena dengan memiliki pengetahuan, maka akan dapat meretas
batas jaringan sosial dalam masyarakat. Namun, pengetahuan dan kuasa
tersebut dianggap tidak mampu memberikan perubahan yang baik pada subjek
yang diberdayakan jika tidak dibarengi dengan tindakan yang melibatkan
kuasa antara dua atau lebih pelaku yang diposisikan dalam mekanisme
kekuasaan tersebut untuk membentuk tindakan lainnya yang lebih besar
(Hayward,1998:15).
Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan masyarakat adalah dua
konsep yang saling terkait. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
memberdayakan masyarakat melalui realisasi potensi kemampuannya.
Sedangkan pembangunan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan.
Berikut adalah beberapa perspektif pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan masyarakat yang dapat ditemukan dalam literatur:

 Perspektif Pluralis
Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi, kekuasaan tersebar di banyak kelompok yang saling
berkompetisi.

 Perspektif Positivistik
Menempatkan ontologi-realisme dan menganggap bahwa
pemberdayaan masyarakat dapat dicapai melalui program-program
pembangunan yang terukur dan terencana.

 Perspektif Pembangunan Sosial


Memuat tulisan-tulisan yang mengangkat problematika upaya
penguatan pelembagaan dalam proses pengembangan masyarakat
di Indonesia. Penguatan pelembagaan mencakup pelembagaan
inisiatif-inisiatif pemberdayaan masyarakat melalui Corporate
Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan, program-program
pembangunan sosial oleh negara, maupun inisiatif-inisiatif
perubahan dan pemberdayaan oleh komunitas dan masyarakat itu
sendiri.

 Perspektif Kolaboratif Kolaborasi


Antara ketiga aktor, yaitu masyarakat, negara, dan perusahaan,
masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan sosial di
Indonesia. Namun, kolaborasi tersebut sangat penting dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan yang mempengaruhi diri mereka sendiri dan komunitas
mereka.

Dalam praktiknya, pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui


berbagai program dan kegiatan, seperti PNPM Mandiri atau PNPM Perdesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan.Program-
program ini bertujuan untuk memerangi kemiskinan dan ketimpangan serta
mendorong masyarakat untuk lebih aktif lagi. Oleh karena itu, pemberdayaan
masyarakat tidak dapat dipisahkan dari pembangunan, penanaman, dan praktik
demokrasi.

1.2 Rumusan masalah


1) Bagaimana peubahan paradigma pembangunan?
2) Apa saja teori pemberdayaan masyarakat?
3) Bagaimana peluang pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatann?
1.3 Tujuan masalah
1) Untuk mengetahui perubahan paradigma pembangunan
2) Utuk mengetahui teori pemberdayaan masyarakat
3) Untuk mengetahui peluang pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan paradigma pembangunan
Perubahan paradigma pembangunan dapat merujuk pada berbagai
bidang, seperti ekonomi dan sosial. Dalam konteks ekonomi, perubahan
paradigma pembangunan dari resource-driven economy ke innovation-driven
economy menjadi suatu hal yang penting. Hal ini dilakukan dalam rangka
mewujudkan ekosistem riset dan inovasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam upaya pemulihan ekonomi berbasis riset dan inovasi adalah mempercepat
komersialisasi hasil riset dan inovasi melalui kerja sama dengan dunia usaha
seperti industri dan UMKM, serta dengan lembaga penelitian lainnya.
Sementara itu, dalam konteks sosial, perubahan paradigma
pembangunan berorientasi ekonomi menjadi pembangunan berorientasi manusia
semakin penting. Pembangunan perlu dipandang sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik dari aspek pendidikan, kesehatan,
maupun kebahagiaan. Dalam paradigma pembangunan seperti itulah peran ilmu-
ilmu sosial semakin penting. Ilmu-ilmu sosial dapat memberi arah bagaimana
pembangunan seharusnya dilakukan dan ke arah mana pembangunan dijalankan.
Dalam konteks pembangunan nasional, pemerintah Indonesia
mencantumkan target-target pembangunan manusia sebagai bentuk komitmen
untuk memperbaiki kualitas manusia Indonesia. Target-target tersebut menjadi
ukuran dalam keberhasilan menilai keberhasilan pembangunan nasional ke
depan[5]. Perubahan habitat masyarakat dunia yang makin menghargai aspek
budaya, sosial, religi, dan kearifan lokal sebagai sebuah bentuk kesuksesan, makin
mendukung perlunya penerapan Good Governance and Human Rights (GRH) di
Indonesia.
Perubahan paradigma pembangunan ekonomi menjadi suatu hal yang
penting dalam kerangka mewujudkan ekosistem riset dan inovasi. Paradigma
pembangunan ekonomi yang semula berbasis resource-driven economy perlu
didorong untuk bergeser menjadi berbasis innovation-driven economy. Selain itu,
terjadi perubahan paradigma pembangunan berorientasi ekonomi menjadi
pembangunan berorientasi manusia, di mana ilmu-ilmu sosial semakin penting
dalam memberi arah bagaimana pembangunan seharusnya dilakukan dan ke arah
mana pembangunan dijalankan. Pada tingkat nasional, pemerintah Indonesia
mencantumkan target-target pembangunan manusia sebagai bentuk komitmen
untuk memperbaiki kualitas manusia Indonesia, dan ada suatu perubahan
paradigma baru dari pemerintah dalam memandang kinerja serta keberhasilan
pembangunan.
Berikut beberapa jenis perubahan paradigma pembangunan:
- Paradigma pertumbuhan (growth paradigm)
- Paradigma kesejahteraan (welfare paradigm)
- Paradigma pembangunan manusia (people centered development paradigm)

Perubahan paradigma pembangunan juga dapat terjadi dari pemerintahan yang


berorientasi pada pembangunan menjadi pemerintahan yang berorientasi pada tata
kelola (governance). Selain itu, terdapat pergeseran paradigma pembangunan dari
pembangunan berorientasi ekonomi menjadi pembangunan berorientasi manusia,
di mana ilmu-ilmu sosial semakin penting dalam memberi arah bagaimana
pembangunan seharusnya dilakukan dan ke arah mana pembangunan dijalankan.
Pergeseran paradigma pembangunan juga dapat terjadi dalam pengembangan
wilayah dan penerapan otonomi daerah di Indonesia.

2.2 Teori pemberdayaan masyarakat


1. Teori ABCD (Asset Based Community Development)
Salah satu model pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya
pemberdayaan masyarakat adalah pendekatan ABCD (Asset Based
Community Development). ABCD merupakan model pemberdayaan
masyarakat yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang
dimiliki oleh komunitas masyarakat setempat (Maulana, 2019).
Dalam pendekatan ini, masyarakat dianggap sebagai aset berharga
bagi desa. Komunitas masyarakat yang ada di desa, misalnya BUM Desa,
Ibu-Ibu PKK, Kelompok Tani, atau kelompok remaja, merupakan aset
desa yang sangat berharga. Berbagai kelompok masyarakat tersebut dapat
dilihat keterampilan atau potensinya kemudian diberikan wadah untuk
dapat dikembangkan dan diberdayakan sehingga menghasilkan sebuah
karya yang dapat bernilai sosial maupun ekonomis.
Pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan ABCD ini,
merupakan sebuah alternatif pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan aset lokal sebagai penekanannya. Adapun yang dimaksud
“aset” dalam konteks ini adalah potensi yang dimiliki oleh masyarakat
sendiri (Fitriawan, 2020). Masyarakat dapat menggunakan potensi atau
kekayaan yang dimiliki sebagai senjata pamungkas untuk melakukan
program pemberdayaan. Potensi tersebut dapat berupa kekayaan yang
dimiliki oleh anggota masyarakat, misalnya kecerdasan, kreativitas,
kepedulian, gotong royong, dan solidaritas. Kemudian bisa juga berupa
ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) seperti bentang alam yang indah,
ladang yang subur, pantai yang menghasilkan banyak ikan, atau sungai
yang menghasilkan pasir.
2. Teori Stakeholders
Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai
suatu bentuk upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk
mengembangkan, memandirikan, dan menswadayakan masyarakat agar
mampu membuat suatu perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas potensi daerah. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini tentu saja
tidak terlepas dari peran para pemangku kepentingan (stakeholders),
seperti pemerintah sebagai pembuat, penyusun, dan pelaku pemberdayaan,
kemudian pihak swasta, akademisi, masyarakat yang diberdayakan, dan
berbagai pihak lain.
Peranan para pemangku kepentingan tersebut, tentu saja tidak bisa
dilakukan secara terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, namun harus
dilakukan secara kolektif dan saling bersinergi demi tercapainya tujuan
bersama. Secara konseptual, stakeholders dapat didefinisikan sebagai
orang/kelompok yang memiliki keterikatan didasari oleh kepentingan
tertentu (Wahyu, Golar, & Massiri, 2019).
Dengan demikian, jika berbicara mengenai stakeholders theory
berarti membahas hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan berbagai
pihak. Hal utama mengenai teori stakeholders adalah bahwa stakeholders
merupakan sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang
suatu organisasi dan lingkungannya, mengenai sifat saling mempengaruhi
antara keduanya yang kompleks dan dinamis. Stakeholders dan organisasi
saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya
yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu
organisasi memiliki akuntabilitas terhadap stakeholdersnya (Nur &
Priantinah, 2012).
2.3 Peluang pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan suatu
upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah sasaran utama dari
promosi kesehatan, dan merupakan salah satu dari strategi global promosi
kesehatan pemberdayaan (empowerment).Pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target
memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
Faktor-faktor internal dan eksternal komunitas pada level anggota
masyarakat, institusi masyarakat, kepemimpinan masyarakat, dan akses
informasi kesehatan memiliki peran penting dalam pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam wacana
pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,
jaringan kerja, dan keadilan.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dilakukan melalui
berbagai pendekatan, sehingga tingkat keberhasilan pemberdayaan
kesehatan mempunyai tingkat yang tinggi dalam mengubah sikap atau
perilaku hidup sehat masyarakat.Selain pendekatan di atas, pemberdayaan
kesehatan masyarakat didukung oleh kemampuan anggaran, sarana dan
prasarana kesehatan, SDM kesehatan, dan dukungan masyarakat.
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Gerakan
pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat, dan
derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri
dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan.
Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
terutama dalam hal meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. kegiatan profesi lain, seperti perencana kota dan pengembang
perumahan. Pengembangan masyarakat juga masih sering dilakukan oleh
para voluntir dan aktivis pembangunan yang tidak dibayar.
Telah terjadi perdebatan panjang mengenai apakah pengembangan
masyarakat dapat dan harus didefinisikan sebagai kegiatan profesional dan
yang jelas, pengembangan masyarakat memiliki tempat khusus dalam
khazanah pendekatan pekerjaan sosial, meskipun belum dapat
dikategorikan secara tegas sebagai satu-satunya metode milik pekerjaan
sosial .
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai salah
satu model pendekatan pembangunan (bottoming up approach) merupakan
upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumber daya lokal yang
ada. Dan dalam pengembangan masyarakat hendaknya diperhatikan bahwa
masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, yang kemungkinan
sebagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal sosial. Adapun
pertimbangan dasar dari pengembangan masyarakat adalah yang pertama,
melaksanakan perintah agama untuk membantu sesamanya dalam hal
kebaikan.
Kedua, adalah pertimbangan kemanusiaan, karena pada dasarnya
manusia itu bersaudara. Sehingga pengembangan masyarakat mempunyai
tujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan masyarakat, agar
mereka dapat hidup lebih baik dalam arti mutu atau kualitas hidupnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perspektif pemberdayaan masyarakat dan pembangunan masyarakat
adalah dua konsep yang saling terkait dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu komunitas
dalam masyarakat. Dalam konteks pemberdayaan, paradigma memiliki
peran untuk membentuk perspektif, bagaimana melihat masalah, apa yang
dianggap sebagai masalah ketidakberdayaan, apa masalah yang dianggap
bermanfaat untuk dipecahkan serta metode apa yang dapat digunakan
untuk meneliti dan mengitervensi masalah tersebut.
Adapun perubahan paradigma pembangunan Perubahan dapat merujuk
pada berbagai bidang, seperti ekonomi dan sosial. Dalam konteks
ekonomi, perubahan paradigma pembangunan dari resource-driven
economy ke innovation-driven economy menjadi suatu hal yang penting.
Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan ekosistem riset dan inovasi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pemulihan ekonomi
berbasis riset dan inovasi adalah mempercepat komersialisasi hasil riset
dan inovasi melalui kerja sama dengan dunia usaha seperti industri dan
UMKM, serta dengan lembaga penelitian lainnya.
Dua teori tentang pemberdayaan masyarakat meliputi:
1. Teori ABCD (Asset Based Community Development)
Salah satu model pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya
pemberdayaan masyarakat adalah pendekatan ABCD (Asset Based
Community Development). ABCD merupakan model pemberdayaan
masyarakat yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang
dimiliki oleh komunitas masyarakat setempat (Maulana, 2019).
2. Teori Stakeholders
Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai
suatu bentuk upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk
mengembangkan, memandirikan, dan menswadayakan masyarakat agar
mampu membuat suatu perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas potensi daerah. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini tentu saja
tidak terlepas dari peran para pemangku kepentingan (stakeholders),
seperti pemerintah sebagai pembuat, penyusun, dan pelaku pemberdayaan,
kemudian pihak swasta, akademisi, masyarakat yang diberdayakan, dan
berbagai pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/
335636249_Dinamika_dan_Perspektif_Pemberdayaan_Masyarakat_Di_In
donesia
https://jip.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/article/view/5791
Journal of Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling, and Creative
Economy Volume 1, Issue 2, November 2021, ISSN: 2776-7434 (Online)
MEU Harahap - Tadbir: Jurnal Manajemen …, 2020 - jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id
AS Alam - Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan …, 2007 - neliti.com

Anda mungkin juga menyukai