Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Strategi Dan Model Pembangunan Masyarakat Desa (2)

NAMA : Maria Silent Marpaung


NIM : 05041282126056
PROGRAM STUDI : Peternakan

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS SRWIJAYA
2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah sosiologi pedesaan dengan
judul “Strategi Dan Model Pembangunan Masyarakat Desa (2)”.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan yulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi agama, bangsa, dan
negara.

Indralaya, 4 Maret 2022

Maria Silent Marpaung

2
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………... 1
KATA PENGANTAR………………………………………....…………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………...………………................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………….....................……………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………......................…………………………… 5
1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan……………………......……………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembangunan Masyarakat Desa…………………...............…………………………… 6
B. Pendekatan Modernisasi………………………….............…………………………… 7
C. Community Development.............................................................................................. 9
D. Pendakatan Partisipatif……………................…………………....................................10
E. Pemberdayaan Masyarakat…………………………………...............………………. 12
F. Teori Pembangunan Desa...............................................................................................13
G. Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21..................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………...................………...... 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………........ 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan pembangunan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendekatan dan strategi
yang digunakan. Dalam melaksanakan pembangunan terkadang masyarakat tidak menerima
program-program yang dijalankan oleh pemerintah dalam membangun suatu daerah, sehingga
terkadang terjadi benturanbenturan kecil yang menyebabkan terlambatnya program-program
yang akan dijalankan. Untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan suatu pendekatan atau strategi
sehingga dapat memberikan keberhasilan dalam pembangunan. Dinamika teori pembangunan
tersebut tidak terlepas dari pemahaman terhadap konsep pembangunan yang bersifat terbuka
ujungnya.Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa implementasi konsep pembangunan
ternyata telah banyak merubah kondisi kehidupan masyarakat. Pada sebagian komunitas,
pembangunan telah mengantarkan kehidupan mereka menjadi lebih baik bahkan sebagian dapat
dikatakan berlebihan, sementara komunitas lainnya pembangunan justru mengantarkan mereka
pada kondisi yang menyengsarakan dimana angka pengangguran, kemiskinan menjadi semakin
bertambah sejalan dengan proses pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah.
Oleh karena itu pemahaman terhadap pembangunan hendaklah selalu bersifat dinamis,
karena setiap saat selalu akan muncul masalah-masalah baru. Pilihan pendekatan pembangunan
yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi bukan saja telah mengakibatkan berbagai bentuk
ketimpangan sosial tetapi juga menimbulkan berbagai persoalan lain seperti timbulnya akumulasi
nilainilai hedonistik, ketidak pedulian sosial, erosi ikatan kekeluargaan dan kekerabatan, lebih
dari itu pendekatan pembangunan tersebut telah menyebabkan ketergantungan masyarakat pada
birokrasi-birokrasi sentralistik yang memiliki daya absorsi sumber daya yang sangat besar,
namun tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan lokal dan secara sistematis telah
mematikan inisiatif masyarakat lokal untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
(Korten,1987)

4
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa pembangunan masyarakat desa?
B. Apa arti pendekatan Modernisasi?
C. Apa Community Development?
D. Apa Pendekatan Partisipatif?
E. Apa itu Pemberdayaan Masyarakat?
F. Apa teori pembangunan desa?
G. Apa itu Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21?

1.3. Manfaat dan Tujuan Penulisan

Mengetahui pendekatan dan strategi pembangunan masyarakat di Indonesia.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Masyarakat Desa

Pembangunan masyarakat desa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat,
sehingga mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama.
Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana
mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan maslaah secara bersama (Raharjo Adisasmita,
2006 : 116). Ada pula yang mengartikan bahwa pembangunan masyarakat adalah kegiatan yang
terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat. Istilah pembangunan masyarakat desa sebagai community
development mengandung makna pembangunan dengan pendekatan kemasyarakatan (community
approach), partisipasi masyarakat (community partisipation), dan organisasi kemasyarakatan
(community organisation). Adapun inti dari pembangunan pedesaan adalah mendayagunakan
tenaga kerja pedesaan, juga mempertimbangkan faktor-faktor penyedia sarana dan prasarana
produksi, bahan baku, transportasi, dan keterampilan masyarakat (Kasryno dan Stepanek, 1985).
Adapun tujuan utamanya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk menjadi masyarakat
yang makmur dan sejahtera, sesuai dengan visi pembangunan nasional bangsa Indonesia.

B. Pendekatan Modernisasi

Pembangunan Pedesaan didasarkan pada pendekatan modernisasi dan dilakukan melalui


penerapan satuan produksi yang padat modal ke dalam sektor pertanian tradisional yang padat
karya dengan harapan mendorong distribusi pendapatan melalui “trickling down effect” dan
pemanfaatan teknologi modern. Pendekatan ini mengakibatkan ketergantungan masyarakat desa

6
pada pemerintah. Intervensi pemerintah cenderung bertambah besar, misalnya dalam
pembangunan irigasi tersier, pengelolaan lumbung desa, dan lain sebagainya. Pembangunan yang
didesain oleh pemerintah selama orde baru, pada dasarnya mengingkari konsep ideal
pembangunan itu sendiri. Dalam tatanan ideal pembangunan seharusnya menjadi tanggung jawab
bersama antar pemerintah dan rakyat melalui community power-nya, sehingga tidak akan terjadi
pengklaiman bahwa pemerintah sebagai penangung jawab pembangunan. modernisasi merupakan
teori yang paling dominan menentukan wajah pembanguan. Ada dua teori besar yang
mempengaruhi teori Modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori fungsional. Asumsi teori
modernisasi merupakan hasil dari konsep dari metafora teori evolusi. Menurut teroi-teori evolusi,
perubahan sosial bersifat linear, terus maju dan perlahan, yang membawa masyarakat berubah dari
tahapan primitive menuju ke tahapan yang lebih maju.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka para toretikus perspektif modernisasi membuat


kerangka teori dan tesis dengan ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, modernisasi merupakan proses
bertahap. Teori Rostow tentang tinggal landas membedakan berbagai fase pertumbuhan ekonomi
yang hendak dicapai oleh masyarakat, diawali dengan masa primitif dan sederhana menuju
masyarakat menuju dan berakhir pada tatanan yang maju dan kompleks. Kedua, modernisasi
sebagai proses homogenisasi. Tidak terbantahkan bahwa proses modernisasi merupakan sebuah
proses yang menuntut kesamaan dan kemiripan, dan hal ini menjadi indikator bahwa proses
pembangunan dikatakan berhasil. Proses homogenisasi ini terjadi dalam beberapa tingkat, yang
pertama homogenisasi internal, yaitu homogenisasi yang terjadi di dalam negara tersebut. Artinya,
diantara masyarakat sudah tidak terjadi ketimpangan ekonomi dan sosial. Yang kedua adalah
homogenisasi eksternal yaitu kemiripan dan kesamaan antara negara maju dan negara
berkembang. Watak homogenisasi ini merupakan salah satu target para pemikir teori Modernisasi
untuk melaksanakan pembangunan secara efektif. 71 Ketiga, modernisasi merupakan proses
Eropanisasi dan Amerikanisasi atau yang lebih populer bahwa modernisasi itu sama dengan barat.
Hal in terlihat bahwa keberhasilan itu merupakan sesuatu yang bersifat barat. Negara barat
merupakan negara yang tak tertandingi dalam kesejahteraan ekonomi dan politik. Dan negara maju
ini dijadikan mentor bagi negara berkembang. Dalam hal yang lebih nyata, kebijakan
industrialisasi dan pembangunan ekonomi sepenuhnya mencontoh hal-hal yang dilakukan negara
maju tanpa memperhatikan faktor budaya dan sejarah lokal negara berkembang.

7
Keempat, modernisasi merupakan proses yang tidak mundur. Proses modernisasi
merupakan proses yang tidak bisa dihentikan ketika sudah mulai berjalan. Dengan kata lain ketika
sudah melakukan kontak dengan negara maju maka dunia ketiga tidak mampu menolak proses
selanjutnya. Kelima, modernisasi merupakan perubahan progresif. Hal ini memang diterima oleh
para pemikir pembangunan, namun demikian efek samping dari proses ini merupakan suatu proses
yang memakan banyak korban yang secara sosial tentu saja berbiaya mahal. Keenam,modernisasi
memerlukan waktu panjang. Karena modernisasi merupakan proses evolusioner, sehingga
perubahan yang dapat dilihat juga tidak serta merta cepat. Dengan demikian, dibutuhkan waktu
yang lama untuk melihat perubahan yang dialami, bahkan membutuhkan waktu antar generasi
untuk melihat seluruh proses yang dijalankan modernisasi, termasuk akibat yang dialami proses
modernisasi. 72 Jika tilikan modernisasi didasarkan atas teori fungsional, maka teori modernisasi
mengandung asumsi bahwa modernisasi merupakan proses sistematik, transformasi, dan terus-
menerus. Pertama, sebagai proses sistematik.

Proses modernisasi merupakan proses melibatkan seluruh aspek kehidupan bernegera,


termasuk industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi. Dan hal ini membentuk
wajah modernisasi sebagai sebuah bentuk yang teratur dibanding sebuah proses yang tidak
beraturan. Kedua, sebagai proses transformasi. Proses ini memberi arti atau makna bahwa
modernisasi merupakan proses yang membentuk dari sebuah kondisi tradisional menjadi modern
dalam segala aspek sosial budaya. Ketiga, sebagai proses yang terus-menerus. Proses modernisasi
melibatkan perubahan sosial yang terus-menerus. Sekali perubahan sosial terjadi,aspek sosial yang
lain juga akan ikut terpengaruh. Teori Modernisasi Merupakan teori pembangunan yang berisi
tahap-tahap yang harus dianut / diikuti negara berkembang untuk dapat mencapai kemajuan seperti
kemajuan negara-negara maju. Oleh karena sering disebut : JALUR LINIER. Negara berkembang
tidak dapat maju karena tidak memiliki nilai-nilai seperti yang dianut / dimiliki bangsa barat.
Teori-teori modernisasi mempengaruhi (kesenjangan) masalah pembangunan di negara-negara
yang sedang berkembang atau negara-negara dunia ketiga. Contohnya adalah penggunaan
teknologi robot pada sejumlah perusahaan jasa maupun non jasa. Robot digunakan sebagai alat
pembantu yang cepat, cerdas dan tepat guna. Hal ini menjadi alternatif tepat guna yang dapat
diandalkan pada masa modernisasi.

8
C. Community Development

Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan


masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-
ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan
pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Community Development
memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya
setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai
yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas
masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat
dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan
(equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan
(sustainability) dan kerjasama (cooperation), kesemuanya berjalan secara simultan.
Sektor energi dan sumber daya mineral di Indonesia sampai dengan saat ini masih memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan nasional. Kontribusi yang diberikan oleh
sektor ini tidak hanya dalam bentuk sumbangan devisa terhadap negara, tetapi juga dapat dilihat
dari multiplier efect yang telah diciptakan oleh industri-industri migas maupun pertambangan di
daerah-daerah. Salah satu multiplier efect yang disumbangkan oleh industri yang bergerak di
sektor energi dan sumber daya mineral adalah melalui program-program community development.
Program-program community development yang dilaksanakan oleh industri tersebut selain
merupakan bagian dari corporate social responsibility, juga dalam kerangka mempersiapkan life
after mining/operation bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya.

Berbicara tentang masalah community development ini, tampaknya bukan hanya di dunia
pertambangan dan migas yang melakukan hal ini. Berbagai industri dan dunia usaha di Indonesia
dan juga di seluruh dunia tampaknya telah memiliki arah yang sama untuk mengembangkan
hubungan yang lebih harmonis dengan komunitas lokal. Hal ini sebenarnya merupakan komitmen
bersama banyak pihak sebagai implementasi paradigma pembangunan berkelanjutan.
Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan dimana diartikan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk
memenuhi kebutuhannya, mempunyai 3 pilar utama (pertumbuhan ekonomi, pengentasan

9
kemiskinan & keberlanjutan) yang bersumber dari dua gagasan penting yaitu : (1) gagasan
kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia, yang harus diberi prioritas utama.
(2) gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi social masyarakat
terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan hari depan. Jadi
dalam paradigma ini tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus diupayakan dengan
keberlanjutannya yang artinya tidak harus memenuhi kebutuhan saat ini tanpa memperdulikan
kebutuhan masa yang akan datang, akan tetapi mengusahakan agar keberlanjutan pemenuhan
kebutuhan tersebut pada masa selanjutnya pada generasi kemudian.

Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan kegiatan community
development, antara lain adalah:

 Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam mengembangkan hubungan dengan


masyarakat lokal.
 Mengetahui sosial budaya masyarakat lokal.
 Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community development.
Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal dan community
development dapat menciptakan kesempatan usaha yang baru.

Untuk keperluan praktis, dapat dikemukakan bahwa dalam ilmu sosial banyak terdapat istilah-
istilah yang berbeda dengan pengertian yang sama. Istilah pengembangan masyarakat
sesungguhnya bersumber pada istilah community development, yang kemudian oleh Jack
Rothman (1979), disamakan pula dengan locality development. Dengan demikian jika dalam
tulisan ini disebutkan ke tiga istilah tersebut, sesungguhnya pengertiannya sama.

D. Pendekatan Parsipatif

Pendekatan partisipatif merupakan salah satu cara merumuskan kebutuhan pembangunan


daerah dan desa yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Konsep ini
menempatkan masyarakat lapisan bawah sebagai perencana dan penentu kebijakan pembangunan
di tingkat lokal (Nurman, 2015). Pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa merupakan
suatu paduan atau model penggalian potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitikberatkan
pada partisipasi atau peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan. Konsep ini

10
dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat gotong royong yang telah mengakar dan budaya
masyarakat Indonesia. Gotong royong bertumpu pada keyakinan bahwa setiap warga masyarakat
memiliki hak untuk memutuskan dan merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan
serta cara terbaik dalam upaya mewujudkannya (Wahyudin, 2004).

Pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa kembali ditegaskan dalam


UndangUndang Nomor 6 Tahun 20014 tentang Desa, dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU.No.6 Tahun 2014, yang antara lain menyebutkan : (1)
Pembangunan desa mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan. (2)
Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat desa; (3)
Dalam menyusun rencana pembangunan desa (rencana pembangunan jangka menengah desa atau
RPJM-Desa, dan rencana pembangunan tahunan desa atau yang disebut rencana kerja pemerintah
desa atau RKP-Desa), pemerintah desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan
pembangunan desa secara partisipatif, yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa dan unsur
masyarakat desa; (4) Pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan
seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong, dan dengan memanfaatkan kearifan
lokal dan sumber daya alam desa; (5) Masyarakat desa berhak mendapatkan informasi mengenai
rencana dan pelaksanaan pembangunan desa; (6) Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan pembangunan desa.

Agar pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa dapat berjalan efektif, maka
pemerintah desa dibantu oleh lembaga kemasyarakatan desa (seperti Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat atau LPM, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK, dan lainnya).
Disebutkan dalam UU. No.6 Tahun 2014 dan PP. No.43 Tahun 2014, bahwa lembaga
kemasyarakatan desa mempunyai tugas dan fungsi antara lain ikut serta menyusun rencana,
melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan desa secara
partisipatif; serta sebagai wadah partisipasi masyarakat, penampung dan menyalurkan asprasi
masyarakat dalam pembangunan desa. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa konsep
pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa belum berjalan efektif sebagaimana yang
diharapkan.

11
Dari identifikasi masalah yang dilakukan nampaknya ada beberapa permasalahan yang
terkait dengan pelaksanaan pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa, antara lain : (1)
Masih kurangnya/rendahnya komitmen pemerintah desa untuk melibatkan masyarakat dalam
proses pembangunan desa, terutama dalam tahap perencanaan. Pemerintah desa sengaja tidak
banyak melibatkan atau membatasi mengikutsertakan masyarakat desa dalam pengambilan
keputusan rencana dan pelaksanaan program pembangunan desa, dengan maksud agar program-
program pembangunan desa yang ditetapkan sesuai dengan keinginan pemerintah desa. Akibatnya
program-program pembangunan desa yang dtetapkan seringkali tidak sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan/kepentingan masyarakat desa. (2) Belum berfungsinya secara maksimal lembaga
kemasyarakatan desa terutama lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam penyusunan
rencana dan pelaksanaan pembangunan di desa

E. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya
meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan
nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi
sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di
dalamnya. Dalam hal ini, yang terpenting adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.

Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengamalan demokrasi. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan

12
pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang
lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus
dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan
demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan sosial. Payne (1997:268)
menyatakan keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar
serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui
pengembangan langkah-langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.

Menurut Susiladiharti dalam Huraerah (2011) terbagi ke dalam lima tingkatan, yakni: a.
Terpenuhinya kebutuhan dasar b. Terjangkaunya sistem sumber atau akses terhadap layanan
publik c. Kesadaran akan kekutan dan kelemahan atas diri sendiri dan juga lingkungannya d.
Mampu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di masyarakat dan lingkungan
yang lebih luas e. Kemampuan untuk mengendalikan diri dan lingkungannya. Tingkatan kelima
ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan dinamika masyarakat dalam mengevaluasi dan
mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi dan pemerintahan.

F. Teori Pembangunan Desa

Adapun definisi pembangunan desa menurut para ahli adalah sebagai berikut : Menurut
Katarsasmita (2001) mengatakan bahwa hakekat pembangunan nasional adalah manusia itu sendiri
yang merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah
kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan. Pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam
memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat dtingkatkan
kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan kesejahteraannya. Suparno (2001)
menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam rangka imbang sewajarnya antara

13
pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan prasarana-prasarana,
selebihnya disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu sendiri. Proses pembangunan desa
merupakan mekanisme dari keinginan masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan
tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (2001)
mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang serasi antara kegiatan
partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan pemerintah di satu pihak. Bahwa pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah 24 memberikan
bimbingan, bantuan, pembinaan, dan pengawasan.

Pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi yaitu sebaga suatu proses, dengan suatu
metode sebagai suatu program dan suatu gerakan, sebagaimana pendapat para pakar berikut ini :

1. Sebagai suatu Proses adalah memperhatikan jalannya proses perubahan yang berlangsung
dari cara hidup yang lebih maju/modern. Sebagai suatu proses, maka pembangunan desa lebih
menekaankan pada aspek perubahan, baik yang menyangkut segi sosial, maupun dari segi
psikologis. Hal ini akan terlihat pada perkembangan masyarakat dari suatu tingkat kehidupan
tertentu ketingkat kehidupan yang lebih tinggi, dengan memperhatikan didalamnya masalah
perubahan sikap, serta perubahan lainnya yang apabila diprogramkan secara sistematis akan usaha
penelitian dan pendidikan yang sangat baik.

2. Sebagai suatu Metode, yaitu suatu metode yang mengusahakan agar rakyat mempunyai
kemampuan untuk mengelola potensi yang mereka miliki. Pembangunan desa juga merupakan
metode untuk mencapai pemerataan pembangunan desa dan hasili-hasilnya dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

3. Sebagai suatu Program adalah berusaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan baik lahir maupun batin dengan perhatian ditunjukan pada kegiatan dan
bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, industri rumah tangga, koperasi,
perbaikan kampung halaman dan lain-lain.

4. Sebagai suatu Gerakan karena pada hakekatnya semua gerakan atau usaha kegiatan
pembangunan diarahkan ke desa-desa. Sebagai suatu gerakan dimana pembangunan desa

14
mengusahakan mewujudkan masyarakat sesuai dengan citacita Nasional Bangsa Indonesia yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang
Dasar 1945

5. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa pembangunan desa meliputi beberapa faktor dan
berbagai program yang dilaksanankan oleh aparat departemen, pemerintah daerah dan seluruh
masyarakat.

G. Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21

Ketahanan pangan merupakan isu multidimensi dan sangat kompleks, meliputi aspek sosial,
ekonomi, politik, dan lingkungan. Aspek politik seringkali menjadi faktor dominan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan pangan. Mewujudkan ketahanan pangan
berkelanjutan menjadi isu dan agenda prioritas dalam berbagai pertemuan yang diselenggarakan
berbagai negara dan lembaga internasional. Ketahanan pangan berdimensi sangat luas dan
melibatkan banyak sektor pembangunan, keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat
ditentukan tidak hanya oleh performa salah satu sektor saja tetapi juga oleh sektor lainnya
(Siswono, 2001). Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan pasal 9
menyebutkan: (1) penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan
pangan dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, (2)
penganekaragaman pangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 dilakukan dengan,
meningkatkan keragaman pangan, mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pertanian
dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan
prinsip gizi berimbang.

Strategi yang dikembangkan dalam upaya pengembangan ketahanan pangan secara absolut
dalam peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan (minimum setara
dengan laju pertumbuhan penduduk) melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi sub
bidang pertanian maupun sub bidang peternakan yang masuk kedalam sub sitem sebagai berikut:

a. Strategi revitalisasi industri hulu produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida dan alat dan
mesin pertanian). Untuk peternakan (bibit, IB, perkandangan, hijauan pakan dan konsentrat)

15
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan hasil pertanian dan peternakan.
Revitalisasi dan restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada; koperasi, UKM dan lumbung desa

b. Strategi pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian pangan


yang melindungi pelaku bisnis pangan dari hulu hingga hilir meliput penerapan technical barrier
for Trade (TBT) pada produk pangan, insentif, alokasi kredit, dan harmonisasi tarif bea masuk,
pajak resmi dan tak resmi.

c. Strategi partisipasi masyarakat (petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi,
pengolahan, distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan dan fasilitasi
pemerintah diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang
perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya
kemandirian pangan.

d. Strategi mengenai output dan input dari pengembangan kemandirian pangan yang dapat
terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan
secara nasional. Startegi tersebut di dalam sub sistem merupakan satu kesatuan yang didukung
oleh adanya berbagai input sumber daya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi dan proses
hasil dan berjalan dengan efisien adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah atau
lembaga, penyuluh dalam mendukung kebutuhan pangan. Ketahanan pangan diwujudkan oleh
hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari sub sistem ketersediaan meliput produksi,
pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan sub sistem konsumsi yang saling
berinteraksi secara berkesinambungan.

16
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

 Pembangunan masyarakat desa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh


masyarakat, sehingga mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah
secara bersama. Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan
oleh masyarakat, dimana mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan maslaah
secara bersama (Raharjo Adisasmita, 2006 : 116).
 Pembangunan Pedesaan didasarkan pada pendekatan modernisasi dan dilakukan
melalui penerapan satuan produksi yang padat modal ke dalam sektor pertanian
tradisional yang padat karya dengan harapan mendorong distribusi pendapatan melalui
“trickling down effect” dan pemanfaatan teknologi modern.
 Community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan
masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai
kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum
adanya kegiatan pembangunan.
 Pendekatan partisipatif merupakan salah satu cara merumuskan kebutuhan
pembangunan daerah dan desa yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan.
 Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
 Pembangunan desa adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik pusat dari segala
upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya
sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan
 Ketahanan pangan merupakan isu multidimensi dan sangat kompleks, meliputi aspek
sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Aspek politik seringkali menjadi faktor
dominan dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan pangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fagi.A.M., S. Partoharjono dan E.E. Amanto. 2002. Strategi Pemenuhan Kabutuhan Pangan Beras
2010. Prosiding Seminar Nsional Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan Bogor: 45-52

Korten, David C.,1987, Community Management, Connectitut : Kumarian Press, Westaharford.

Ife, Jim. 2006. Community Developtment. Australia

Sarimudanas, I. (2019, February 6). Pengertian Community Development,Konsep Community


Development,Tujuan Community Development,Tahapan Community Developemnt.
DuniaKuMu. Retrieved March 6, 2022, from https://duniakumu.com/pengertian-
community-developmentkonsep-community-developmenttujuan-community-
developmenttahapan-community-developemnt/2/

Kurniasih, W. (2021). Teori Modernisasi: Pengertian, Syarat Dan Contoh-contohnya.


Gramedia.com. Retrieved March 6, 2022, from https://www.gramedia.com/literasi/teori-
modernisasi/

Prayitno, G., & Subagiyo, A. (2018). Membangun desa: merencanakan desa dengan pendekatan
partisipatif dan berkelanjutan. UB Press.

18

Anda mungkin juga menyukai