FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS SRWIJAYA
2021 / 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah sosiologi pedesaan dengan
judul “Strategi Dan Model Pembangunan Masyarakat Desa (2)”.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan yulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi agama, bangsa, dan
negara.
2
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………... 1
KATA PENGANTAR………………………………………....…………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………...………………................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………….....................……………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………......................…………………………… 5
1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan……………………......……………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembangunan Masyarakat Desa…………………...............…………………………… 6
B. Pendekatan Modernisasi………………………….............…………………………… 7
C. Community Development.............................................................................................. 9
D. Pendakatan Partisipatif……………................…………………....................................10
E. Pemberdayaan Masyarakat…………………………………...............………………. 12
F. Teori Pembangunan Desa...............................................................................................13
G. Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21..................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………...................………...... 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………........ 18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa pembangunan masyarakat desa?
B. Apa arti pendekatan Modernisasi?
C. Apa Community Development?
D. Apa Pendekatan Partisipatif?
E. Apa itu Pemberdayaan Masyarakat?
F. Apa teori pembangunan desa?
G. Apa itu Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21?
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Pembangunan masyarakat desa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat,
sehingga mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama.
Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana
mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan maslaah secara bersama (Raharjo Adisasmita,
2006 : 116). Ada pula yang mengartikan bahwa pembangunan masyarakat adalah kegiatan yang
terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat. Istilah pembangunan masyarakat desa sebagai community
development mengandung makna pembangunan dengan pendekatan kemasyarakatan (community
approach), partisipasi masyarakat (community partisipation), dan organisasi kemasyarakatan
(community organisation). Adapun inti dari pembangunan pedesaan adalah mendayagunakan
tenaga kerja pedesaan, juga mempertimbangkan faktor-faktor penyedia sarana dan prasarana
produksi, bahan baku, transportasi, dan keterampilan masyarakat (Kasryno dan Stepanek, 1985).
Adapun tujuan utamanya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk menjadi masyarakat
yang makmur dan sejahtera, sesuai dengan visi pembangunan nasional bangsa Indonesia.
B. Pendekatan Modernisasi
6
pada pemerintah. Intervensi pemerintah cenderung bertambah besar, misalnya dalam
pembangunan irigasi tersier, pengelolaan lumbung desa, dan lain sebagainya. Pembangunan yang
didesain oleh pemerintah selama orde baru, pada dasarnya mengingkari konsep ideal
pembangunan itu sendiri. Dalam tatanan ideal pembangunan seharusnya menjadi tanggung jawab
bersama antar pemerintah dan rakyat melalui community power-nya, sehingga tidak akan terjadi
pengklaiman bahwa pemerintah sebagai penangung jawab pembangunan. modernisasi merupakan
teori yang paling dominan menentukan wajah pembanguan. Ada dua teori besar yang
mempengaruhi teori Modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori fungsional. Asumsi teori
modernisasi merupakan hasil dari konsep dari metafora teori evolusi. Menurut teroi-teori evolusi,
perubahan sosial bersifat linear, terus maju dan perlahan, yang membawa masyarakat berubah dari
tahapan primitive menuju ke tahapan yang lebih maju.
7
Keempat, modernisasi merupakan proses yang tidak mundur. Proses modernisasi
merupakan proses yang tidak bisa dihentikan ketika sudah mulai berjalan. Dengan kata lain ketika
sudah melakukan kontak dengan negara maju maka dunia ketiga tidak mampu menolak proses
selanjutnya. Kelima, modernisasi merupakan perubahan progresif. Hal ini memang diterima oleh
para pemikir pembangunan, namun demikian efek samping dari proses ini merupakan suatu proses
yang memakan banyak korban yang secara sosial tentu saja berbiaya mahal. Keenam,modernisasi
memerlukan waktu panjang. Karena modernisasi merupakan proses evolusioner, sehingga
perubahan yang dapat dilihat juga tidak serta merta cepat. Dengan demikian, dibutuhkan waktu
yang lama untuk melihat perubahan yang dialami, bahkan membutuhkan waktu antar generasi
untuk melihat seluruh proses yang dijalankan modernisasi, termasuk akibat yang dialami proses
modernisasi. 72 Jika tilikan modernisasi didasarkan atas teori fungsional, maka teori modernisasi
mengandung asumsi bahwa modernisasi merupakan proses sistematik, transformasi, dan terus-
menerus. Pertama, sebagai proses sistematik.
8
C. Community Development
Berbicara tentang masalah community development ini, tampaknya bukan hanya di dunia
pertambangan dan migas yang melakukan hal ini. Berbagai industri dan dunia usaha di Indonesia
dan juga di seluruh dunia tampaknya telah memiliki arah yang sama untuk mengembangkan
hubungan yang lebih harmonis dengan komunitas lokal. Hal ini sebenarnya merupakan komitmen
bersama banyak pihak sebagai implementasi paradigma pembangunan berkelanjutan.
Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan dimana diartikan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk
memenuhi kebutuhannya, mempunyai 3 pilar utama (pertumbuhan ekonomi, pengentasan
9
kemiskinan & keberlanjutan) yang bersumber dari dua gagasan penting yaitu : (1) gagasan
kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia, yang harus diberi prioritas utama.
(2) gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi social masyarakat
terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan hari depan. Jadi
dalam paradigma ini tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus diupayakan dengan
keberlanjutannya yang artinya tidak harus memenuhi kebutuhan saat ini tanpa memperdulikan
kebutuhan masa yang akan datang, akan tetapi mengusahakan agar keberlanjutan pemenuhan
kebutuhan tersebut pada masa selanjutnya pada generasi kemudian.
Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan kegiatan community
development, antara lain adalah:
Untuk keperluan praktis, dapat dikemukakan bahwa dalam ilmu sosial banyak terdapat istilah-
istilah yang berbeda dengan pengertian yang sama. Istilah pengembangan masyarakat
sesungguhnya bersumber pada istilah community development, yang kemudian oleh Jack
Rothman (1979), disamakan pula dengan locality development. Dengan demikian jika dalam
tulisan ini disebutkan ke tiga istilah tersebut, sesungguhnya pengertiannya sama.
D. Pendekatan Parsipatif
10
dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat gotong royong yang telah mengakar dan budaya
masyarakat Indonesia. Gotong royong bertumpu pada keyakinan bahwa setiap warga masyarakat
memiliki hak untuk memutuskan dan merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan
serta cara terbaik dalam upaya mewujudkannya (Wahyudin, 2004).
Agar pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa dapat berjalan efektif, maka
pemerintah desa dibantu oleh lembaga kemasyarakatan desa (seperti Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat atau LPM, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK, dan lainnya).
Disebutkan dalam UU. No.6 Tahun 2014 dan PP. No.43 Tahun 2014, bahwa lembaga
kemasyarakatan desa mempunyai tugas dan fungsi antara lain ikut serta menyusun rencana,
melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan desa secara
partisipatif; serta sebagai wadah partisipasi masyarakat, penampung dan menyalurkan asprasi
masyarakat dalam pembangunan desa. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa konsep
pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa belum berjalan efektif sebagaimana yang
diharapkan.
11
Dari identifikasi masalah yang dilakukan nampaknya ada beberapa permasalahan yang
terkait dengan pelaksanaan pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa, antara lain : (1)
Masih kurangnya/rendahnya komitmen pemerintah desa untuk melibatkan masyarakat dalam
proses pembangunan desa, terutama dalam tahap perencanaan. Pemerintah desa sengaja tidak
banyak melibatkan atau membatasi mengikutsertakan masyarakat desa dalam pengambilan
keputusan rencana dan pelaksanaan program pembangunan desa, dengan maksud agar program-
program pembangunan desa yang ditetapkan sesuai dengan keinginan pemerintah desa. Akibatnya
program-program pembangunan desa yang dtetapkan seringkali tidak sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan/kepentingan masyarakat desa. (2) Belum berfungsinya secara maksimal lembaga
kemasyarakatan desa terutama lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam penyusunan
rencana dan pelaksanaan pembangunan di desa
E. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya
meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan
nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi
sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di
dalamnya. Dalam hal ini, yang terpenting adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengamalan demokrasi. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan
12
pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang
lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus
dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan
demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan sosial. Payne (1997:268)
menyatakan keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar
serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui
pengembangan langkah-langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.
Menurut Susiladiharti dalam Huraerah (2011) terbagi ke dalam lima tingkatan, yakni: a.
Terpenuhinya kebutuhan dasar b. Terjangkaunya sistem sumber atau akses terhadap layanan
publik c. Kesadaran akan kekutan dan kelemahan atas diri sendiri dan juga lingkungannya d.
Mampu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di masyarakat dan lingkungan
yang lebih luas e. Kemampuan untuk mengendalikan diri dan lingkungannya. Tingkatan kelima
ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan dinamika masyarakat dalam mengevaluasi dan
mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi dan pemerintahan.
Adapun definisi pembangunan desa menurut para ahli adalah sebagai berikut : Menurut
Katarsasmita (2001) mengatakan bahwa hakekat pembangunan nasional adalah manusia itu sendiri
yang merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah
kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan. Pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam
memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat dtingkatkan
kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan kesejahteraannya. Suparno (2001)
menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam rangka imbang sewajarnya antara
13
pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan prasarana-prasarana,
selebihnya disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu sendiri. Proses pembangunan desa
merupakan mekanisme dari keinginan masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan
tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (2001)
mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang serasi antara kegiatan
partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan pemerintah di satu pihak. Bahwa pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah 24 memberikan
bimbingan, bantuan, pembinaan, dan pengawasan.
Pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi yaitu sebaga suatu proses, dengan suatu
metode sebagai suatu program dan suatu gerakan, sebagaimana pendapat para pakar berikut ini :
1. Sebagai suatu Proses adalah memperhatikan jalannya proses perubahan yang berlangsung
dari cara hidup yang lebih maju/modern. Sebagai suatu proses, maka pembangunan desa lebih
menekaankan pada aspek perubahan, baik yang menyangkut segi sosial, maupun dari segi
psikologis. Hal ini akan terlihat pada perkembangan masyarakat dari suatu tingkat kehidupan
tertentu ketingkat kehidupan yang lebih tinggi, dengan memperhatikan didalamnya masalah
perubahan sikap, serta perubahan lainnya yang apabila diprogramkan secara sistematis akan usaha
penelitian dan pendidikan yang sangat baik.
2. Sebagai suatu Metode, yaitu suatu metode yang mengusahakan agar rakyat mempunyai
kemampuan untuk mengelola potensi yang mereka miliki. Pembangunan desa juga merupakan
metode untuk mencapai pemerataan pembangunan desa dan hasili-hasilnya dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
3. Sebagai suatu Program adalah berusaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan baik lahir maupun batin dengan perhatian ditunjukan pada kegiatan dan
bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, industri rumah tangga, koperasi,
perbaikan kampung halaman dan lain-lain.
4. Sebagai suatu Gerakan karena pada hakekatnya semua gerakan atau usaha kegiatan
pembangunan diarahkan ke desa-desa. Sebagai suatu gerakan dimana pembangunan desa
14
mengusahakan mewujudkan masyarakat sesuai dengan citacita Nasional Bangsa Indonesia yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang
Dasar 1945
5. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa pembangunan desa meliputi beberapa faktor dan
berbagai program yang dilaksanankan oleh aparat departemen, pemerintah daerah dan seluruh
masyarakat.
Ketahanan pangan merupakan isu multidimensi dan sangat kompleks, meliputi aspek sosial,
ekonomi, politik, dan lingkungan. Aspek politik seringkali menjadi faktor dominan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan pangan. Mewujudkan ketahanan pangan
berkelanjutan menjadi isu dan agenda prioritas dalam berbagai pertemuan yang diselenggarakan
berbagai negara dan lembaga internasional. Ketahanan pangan berdimensi sangat luas dan
melibatkan banyak sektor pembangunan, keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat
ditentukan tidak hanya oleh performa salah satu sektor saja tetapi juga oleh sektor lainnya
(Siswono, 2001). Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan pasal 9
menyebutkan: (1) penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan
pangan dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, (2)
penganekaragaman pangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 dilakukan dengan,
meningkatkan keragaman pangan, mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pertanian
dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan
prinsip gizi berimbang.
Strategi yang dikembangkan dalam upaya pengembangan ketahanan pangan secara absolut
dalam peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan (minimum setara
dengan laju pertumbuhan penduduk) melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi sub
bidang pertanian maupun sub bidang peternakan yang masuk kedalam sub sitem sebagai berikut:
a. Strategi revitalisasi industri hulu produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida dan alat dan
mesin pertanian). Untuk peternakan (bibit, IB, perkandangan, hijauan pakan dan konsentrat)
15
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan hasil pertanian dan peternakan.
Revitalisasi dan restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada; koperasi, UKM dan lumbung desa
c. Strategi partisipasi masyarakat (petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi,
pengolahan, distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan dan fasilitasi
pemerintah diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang
perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya
kemandirian pangan.
d. Strategi mengenai output dan input dari pengembangan kemandirian pangan yang dapat
terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan
secara nasional. Startegi tersebut di dalam sub sistem merupakan satu kesatuan yang didukung
oleh adanya berbagai input sumber daya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi dan proses
hasil dan berjalan dengan efisien adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah atau
lembaga, penyuluh dalam mendukung kebutuhan pangan. Ketahanan pangan diwujudkan oleh
hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari sub sistem ketersediaan meliput produksi,
pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan sub sistem konsumsi yang saling
berinteraksi secara berkesinambungan.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Fagi.A.M., S. Partoharjono dan E.E. Amanto. 2002. Strategi Pemenuhan Kabutuhan Pangan Beras
2010. Prosiding Seminar Nsional Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan Bogor: 45-52
Prayitno, G., & Subagiyo, A. (2018). Membangun desa: merencanakan desa dengan pendekatan
partisipatif dan berkelanjutan. UB Press.
18