Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KETERLIBATAN MASYARAKAT SECARA


PROPORSIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen


Humas dan Layanan Publik

Disusun Oleh:

(211531443)
Saefiana
(211531430)
Fitri Rahma Yunita

Dosen Pengampu : Romadhon S. Pd. I

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Senantiasa kita ucapkan


atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah dengan judul “Manajemen Humas dan Layanan Publik” dibuat
untuk melengkapi tugas kuliah. Besar harapan kammi agar makalah ini bisa
menjadi rujukan peneliti selanjutnya. Kami juga berharap agar isi makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, kami mohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. kritik yang terbuka dan membangun , sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan.
Kami akhiri
Wassalamualaikum wr.wb

Muara Bulian, 24 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………….…………………………….…………….………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….…….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….…1
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………..…………2
C. Tujuan……………………………………………………………..………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..…………….3
A. Pengertian Syirkah………………………………………..…..………….…3
B. Hukum Syirkah……………………….…………………..…………….……4
C. Rukun Dan Syarat Syirkah..………………...………..………….………. 5

BAB III PENUTUP……………………………….……………....………....……....7


A. Kesimpulan………………………………….………….. ..………..……….7
B. Saran….................................................................................................7
Daftar Pustaka………………………….…….………………………………..…. .8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterlibatan masyarakat secara proporsional merupakan salah satu
elemen kunci dalam proyek-proyek pembangunan yang sukses. Hal ini
memastikan bahwa kepentingan semua pihak dapat diakomodasi, sehingga
memungkinkan tercapainya hasil yang inklusif dan berkelanjutan. Namun,
mencapai keterlibatan masyarakat secara proporsional tidaklah mudah dan
melibatkan berbagai tantangan seperti akses informasi, ketimpangan sumber
daya, dan kurangnya kesadaran. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret
diperlukan untuk mencapai keterlibatan masyarakat secara proporsional,
termasuk akses yang sama terhadap informasi dan sumber daya, pendidikan
dan advokasi, serta penguatan mekanisme partisipasi masyarakat.
Keseluruhan, keterlibatan masyarakat secara proporsional sangat penting
untuk pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Masyarakat modern seringkali sangat beragam, baik dari segi budaya,
ekonomi, etnis, maupun sosial. Keterlibatan yang proporsional memastikan
bahwa semua lapisan masyarakat memiliki suara dan kontribusi yang diakui
dalam proses pengambilan keputusan. Melibatkan masyarakat secara
proporsional adalah langkah menuju keadilan sosial. Hal ini dapat membantu
mengatasi ketidaksetaraan dan mengurangi kesenjangan antar kelompok
dalam masyarakat. Keterlibatan masyarakat yang proporsional dapat
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Dengan melibatkan berbagai
perspektif dan pengalaman, kebijakan dan proyek yang dihasilkan lebih
cenderung mencerminkan kebutuhan dan harapan seluruh masyarakat.
Keterlibatan yang merata dapat meningkatkan legitimasi kebijakan dan
proyek di mata masyarakat. Ketika masyarakat merasa bahwa mereka telah
dilibatkan secara proporsional, mereka cenderung lebih mendukung dan
menerima hasil keputusan. Keterlibatan yang proporsional adalah langkah
pemberdayaan masyarakat. Dengan memberikan masyarakat kesempatan
untuk berpartisipasi aktif, mereka dapat merasa lebih bertanggung jawab dan
memiliki peran yang lebih besar dalam pembangunan dan perubahan positif
dalam komunitas mereka. Dalam konteks keterlibatan masyarakat,
memastikan proporsionalitas membantu mengatasi diskriminasi dan
marginalisasi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana setiap individu
dan kelompok merasa dihargai dan diakui.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka kami menarik
beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Apa Keterlibatan Masyarakat Secara Proporsional?
2. Bagaimana Pentingnya Keterlibatan Masyarakat Secara Proporsional?
3. Bagaimana Tantangan dalam Mewujudkan Keterlibatan Masyarakat yang
Proporsional?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Keterlibatan Masyarakat Secara Proporsional
2. Untuk Mengetahui Pentingnya Keterlibatan Masyarakat Secara
Proporsional.
3. Untuk Mengetahui Tantangan dalam Mewujudkan Keterlibatan
Masyarakat yang Proporsional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterlibatan Masyarakat Secara Proporsional


Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan merupakan kunci
keberhasilan suatu proyek. Keterlibatan yang proporsional mengacu pada
partisipasi yang seimbang dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk
perempuan, anak-anak, lansia, orang cacat, dan kelompok minoritas. Hal ini
memastikan bahwa kepentingan semua pihak diakomodasi, sehingga hasil
pembangunan benar-benar memberi manfaat bagi semua.
Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut
mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurut Juliantara
partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara yang
mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya,
partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan berbicara dan
berpartisipasi secara konstruktif1. Sementara Partisipasi masyarakat menurut
Isbandi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Partisipasi melibatkan lebih banyak mental dan emosi daripada fisik
seseorang, sehingga pribadinya diharapkan lebih banyak terlibat dari pada
fisiknya sendiri. Partisipasi yang didorong oleh mental dan emosi yang
demikian itu, disebut sebagai partisipasi "sukarela". Sedangkan partisipasi
dengan paksaan disebut mobilisasi. Partisipasi mendorong orang untuk ikut
bertanggung jawab di dalam suatu kegiatan, karena apa yang
disumbangkannya adalah atas dasar kesukarelaan sehingga timbul rasa
bertanggung jawab kepada organisasi.
Partisipasi masyarakat hadir dan aktif sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Geddesian sebagaimana dikutip oleh Soemarmo yaitu
adanya partisipasi masyarakat yang optimal dalam perencanaan
diharapkan dapat membangun rasa pemilikan yang kuat dikalangan
masyarakat terhadap hasil-hasil pembangunan yang ada.2 Soemadi
Rekso Putranto dalam teori peningkatan peran serta masyarakat juga

1
Abdul Wahab, Silichin. (2008). Pengantar Analisis Publik. Universitas Muhammadiyah: Malang
Press.Hal 87
2
Soemarmo, Poorwo. (2005). Faktor-faktor Yang Mepengaruhi Partisipasi Masyaraat Dalam
Penyelenggaraan Program Inpres Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan Tambun Kabupaten
Bekasi. Online: Unair.Hal 45

3
mengemukakan pernyataan yang mendukung aktifnya peran masyarakat
khususnya ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan, yaitu dalam
kegiatan pembangunan hendaknya masyarakat tidak dipandang sebagai
obyek semata, tetapi harus dilibatkan sebagai pelaku aktif dalam
pembangunan. Hal penting lainnya yaitu masyarakat dapat menikmati
hasil pembangunan secara proporsional sesuai dengan peranannya
masing-masing.
B. Pentingnya Keterlibatan Masyarakat Secara Proporsional
Keterlibatan masyarakat secara proporsional adalah landasan penting
dalam pembangunan yang berkelanjutan. Dengan melibatkan semua pihak,
keputusan yang diambil akan mencerminkan kebutuhan dan aspirasi seluruh
masyarakat, bukan hanya sebagian kecil. Hal ini juga menciptakan rasa
memiliki terhadap proyek pembangunan, sehingga masyarakat akan lebih
terlibat dalam menjaga dan memelihara hasil pembangunan tersebut. 3
Sebuah kebijakan yang sempurna idealnya adanya kajian yang
komprehensif dan melibatkan peran serta partisipasi masyarakat. Sebab,
sebuah kebijakan yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, objeknya adalah masyarakat luas. Untuk itu, peran serta
partisipasi masyakat seharusnya diperhatikan para pembuat kebijakan ketika
membentuk peraturan perundang-undangan di level pemerintah ataupun
parlemen.4
Dosen Sekolah Tinggi Hukum (STH) Jentera Indonesia, Muhammad Nur
Sholikin berpandangan setiap pembahasan sebuah aturan mulai tingkat
peraturan hingga perundang-undangan adanya keharusan melibatkan peran
dan partisipasi masyarakat. Seperti halnya dalam pembuatan Rancangan
Undang-Undang (RUU) yang menjadi usul insiatif DPR maupun pemerintah.
Perumusan naskah akademik hingga draf RUU pun seharusnya tak lepas
dari peran serta partisipasi masyarakat. Terlebih, dalam pembahasan sebuah
RUU di parlemen, adanya keharusan meminta masukan dari masyarakat
menjadi salah satu tahapan yang harus dilalui. Begitu pula sebuah kebijakan
yang diambil pemerintah harus mendapat masukan dari masyarakat sebelum
diputuskan.5
Dalam Pasal 96 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 sebagaimana telah
diperbaharui dengan UU No.15 Tahun 2019 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan menyebutkan, “Masyarakat berhak memberikan

3
Uphoff, N. (1992). Belajar dari Gal Oya: Kemungkinan pembangunan partisipatif dan ilmu sosial
pasca-Newtonian. Ithaca, NY: Cornell University Press.Hal 66
4
Cantik, J. (1995). Pembelajaran partisipatif untuk pertanian berkelanjutan. Pembangunan Dunia,
23(8),Hal. 1247-1263.
5
Ibid.Hal 68

4
masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”. 6Sementara dalam ayat (4)-nya menyebutkan, “Untuk
memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat”.
Sama halnya dengan Sholikin, Dosen Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Charles Simabura berpendapat pengaturan
peran serta dan partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan sudah gamblang diatur UU 12/2011. Tapi, praktiknya
tidak sesuai yang tertulis dalam aturan tersebut.
Pembentuk peraturan ataupun pembuat kebijakan tak jarang mengabaikan
keterlibatan masyarakat atau partisipasi publik. Ingatan publik tentu masih
kuat saat DPR dan pemerintah merevisi UU No.30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi dan merevisi No.8 Tahun 2011 tentang
Perubahan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
C. Tantangan dalam Mewujudkan Keterlibatan Masyarakat yang
Proporsional
Membangun masyarakat yang adil merupakan tujuan yang sangat
diidamkan oleh banyak negara dan komunitas di seluruh dunia. Namun,
perjalanan menuju keadilan sosial tidaklah mudah, dan di dalamnya terdapat
berbagai tantangan yang kompleks.
Kesenjangan ekonomi yang merajalela, disparitas dalam akses terhadap
pendidikan dan layanan kesehatan, serta ketidaksetaraan gender yang masih
ada menjadi beberapa hambatan utama yang harus diatasi. Meskipun begitu,
di tengah tantangan tersebut terdapat peluang besar untuk menghasilkan
perubahan positif yang signifikan.
Inovasi sosial dan teknologi, kemitraan lintas sektor, pendidikan yang
meningkatkan kesadaran, dan partisipasi aktif masyarakat adalah beberapa
contoh peluang yang dapat diambil untuk menciptakan masyarakat yang
lebih inklusif dan setara. Dalam paragraf ini, kita akan menjelajahi tantangan
dan peluang yang melibatkan proses membangun masyarakat yang adil,
serta menggambarkan pentingnya menjadikan tujuan ini sebagai fokus utama
bagi kemajuan sosial dan kemanusiaan.
Konsep masyarakat yang adil menggambarkan suatu realitas di mana
setiap individu memiliki peluang yang setara untuk berkembang dan
berkontribusi tanpa terhambat oleh faktor-faktor seperti latar belakang
ekonomi, gender, atau asal usul.

6
Undang-undang Republik Indonesia, Pasal 96 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011,Tentang Peraturan Per
Undangan

5
Ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan
layanan kesehatan dapat menciptakan jurang yang sulit diatasi,
menghasilkan dampak negatif pada mobilitas sosial dan stabilitas ekonomi.
Dengan mengupayakan pengurangan kesenjangan sosial, kita tidak hanya
memberi kesempatan bagi setiap individu untuk berkembang secara
maksimal, tetapi juga merawat kesejahteraan bersama.
Ini adalah langkah menuju masyarakat yang lebih adil dan inklusif, di mana
setiap suara dihargai dan kontribusi dari berbagai lapisan masyarakat diakui
sebagai pilar utama dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
Membangun masyarakat yang adil bukanlah tugas yang mudah, karena di
dalamnya terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satu
tantangan utama adalah kesenjangan ekonomi yang dapat menghambat
akses setara terhadap peluang dan sumber daya. Selain itu, ketidaksetaraan
dalam pendidikan juga menjadi hambatan serius dalam menciptakan
masyarakat yang merata.7
Tantangan lainnya meliputi akses terbatas terhadap layanan kesehatan
yang memadai, serta diskriminasi gender dan ketidaksetaraan dalam
berbagai aspek kehidupan. Tantangan-tantangan ini memerlukan upaya
kolaboratif dan strategi yang kuat untuk mengatasi akar masalahnya,
sehingga masyarakat yang lebih adil dapat diwujudkan.
Dalam perjalanan menuju membangun masyarakat yang adil, terdapat
peluang yang menarik dan berpotensi menghasilkan dampak yang positif.
Inovasi sosial dan teknologi mampu menjadi kekuatan pendorong perubahan,
membuka jalan untuk solusi kreatif dalam mengatasi kesenjangan sosial.
Selain itu, kolaborasi lintas sektor dapat menciptakan sinergi yang kuat
antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil, menghasilkan kebijakan
yang inklusif dan berkelanjutan.8

7
Michael J. Jucius. (1972). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.Hal 82
8
Cooke, B., & Kothari, U. (2001). Partisipasi: Tirani baru London: Buku Zed.Hal 3

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
keterlibatan masyarakat secara proporsional menyoroti pentingnya
memastikan bahwa partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
mencerminkan keberagaman dan keadilan dalam masyarakat. Dengan
melibatkan berbagai kelompok masyarakat secara seimbang, kita
menciptakan dasar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, adil, dan
berkelanjutan. Inisiatif keterlibatan masyarakat yang proporsional membawa
manfaat seperti peningkatan legitimasi kebijakan, pemberdayaan
masyarakat, penanganan diskriminasi, dan penciptaan lingkungan yang
mendukung keberlanjutan pembangunan. Dalam konteks ini, keterlibatan
yang merata bukan hanya menjadi tuntutan etis, tetapi juga merupakan
langkah strategis untuk membangun masyarakat yang inklusif, dinamis, dan
responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi semua anggotanya.
B. Saran
keterlibatan masyarakat secara proporsional penting untuk mencapai
keadilan, keberlanjutan, dan legitimasi dalam pengambilan keputusan.
Dengan memastikan partisipasi yang merata dari berbagai kelompok, kita
membangun masyarakat yang lebih inklusif dan responsif terhadap
kebutuhan semua anggotanya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Silichin. (2008). Pengantar Analisis Publik. Universitas


Muhammadiyah: Malang Press.
Soemarmo, Poorwo. (2005). Faktor-faktor Yang Mepengaruhi Partisipasi
Masyaraat Dalam Penyelenggaraan Program Inpres Bantuan
Pembangunan Desa di Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi.
Online: Unair.
Uphoff, N. (1992). Belajar dari Gal Oya: Kemungkinan pembangunan
partisipatif dan ilmu sosial pasca-Newtonian. Ithaca, NY: Cornell
University Press.
Cantik, J. (1995). Pembelajaran partisipatif untuk pertanian berkelanjutan.
Pembangunan Dunia, 23(8),
Undang-undang Republik Indonesia, Pasal 96 ayat (1) UU No.12 Tahun
2011,Tentang Peraturan Per Undangan
Michael J. Jucius. (1972). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cooke, B., & Kothari, U. (2001). Partisipasi: Tirani baru London: Buku Zed.

Anda mungkin juga menyukai