MAKALAH
Di Susun Oleh :
Assalamu’alaikum, Wr.Wb.
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Demokrasi dan Masyarakat Madani". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai
penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas makalah. Kami berharap
semoga tugas yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya demokrasi merupakan sebuah nilai yang penting dalam sebuah
negara demokratis. Budaya demokrasi mencakup komitmen individu dan
kelompok untuk menghormati hak-hak dasar, serta partisipasi dalam urusan
publik, transparansi, dialog, toleransi, dan pengambilan keputusan yang
berkualitas.
4
keputusan yang bijak dan berkeadilan sosial serta pemerintahan yang
berintegritas. Hal ini akan mendukung terwujudnya masyarakat madani yang
memiliki partisipasi aktif dan tanggung jawab dalam pembangunan negara.
B. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka penulis
merumuskan berbagai permasalahan sebagai berikut
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
6
isu politik. Dengan memahami prinsip-prinsip demokrasi, masyarakat
akan lebih mampu melakukan penilaian dan penyelesaian masalah politik
secara bijaksana.
3. Pengembangan partisipasi politik, demokrasi mendorong partisipasi
politik dari masyarakat. Penulisan tentang demokrasi dapat membantu
meningkatkan tingkat partisipasi politik dari masyarakat. Masyarakat
dapat mempertimbangkan pendapat-pendapat yang berbeda dan
memberikan kontribusi dalam pembuatan keputusan politik.
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Demokrasi
8
kebebasan dan kesamaan. Dalam tinjauan politik, praktik demokrasi jenis
ini tergolong demokrasi tidak langsung.
9
tingkat nasional. Pejabat pemerintah dalam sistem demokrasi perwakilan
menjalankan tugasnya atas nama rakyat dan bertanggung jawab kepada
rakyat atas setiap tindakan yang dilakukannya.
10
a. Aspek formal, yang mempersoalkan proses dan cara rakyat
menunjuk wakil-wakilnya dalam badan-badan perwakilan dan
pemerintahan serta bagaimana mengatur permusyawaratan wakil-
wakil rakyat secara bebas, terbuka, jujur untuk mencapai konsensus.
b. Aspek material, untuk mengemukakan gambaran manusia dan
mengakui terwujudnya masyarakat manusia Indonesia sesuai
dengan gambaran, harkat dan martabat tersebut.
c. Aspek normatif, yang mengungkapkan seperangkat norma atau
kaidah yang membimbing dan menjadi kriteria pencapaian tujuan.
d. Aspek optatif, yang mengetengahkan tujuan dan keinginan yang
hendak dicapai.
e. Aspek organisasi, untuk mempersoalkan organisasi sebagai wadah
pelaksanaan
f. Demokrasi Pancasila dimana wadah tersebut harus cocok dengan
tujuan yang hendak dicapai.
g. Aspek kejiwaan, yang menjadi semangat para penyelenggara negara
dan semangat para pemimpin pemerintahan.
11
3. Pengertian masyarakat madani dan ciri-cirinya
12
1980-an sebagai jawaban terhadap negara dengan sistem partai sosialis
(tunggal) yang otoriter yang kemudian dapat dijatuhkan. Dari Eropa
Timur, gemanya kemudian menjalar dan menyebar hampir ke seluruh
penjuru dunia. Di Eropa Barat, gema tersebut mengambil bentuk
tumbuhnya kritik sayap kanan terhadap “negara kesejahteraan”,
sementara di Amerika Latin diartikulasikan dengan keinginan untuk
bebas dari pemerintahan militer. Sedangkan di Afrika, Asia Timur, dan
Timur Tengah, civil society digunakan untuk mengekpresikan
keanekaragaman perjuangan untuk demokratisasi dan perubahan politik
(Amin Abdullah, 2003:1).
13
a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi konstitusional,
yang menonjolkan peran parlemen, serta partai-partai dan yang
karena itu dapat dinamakan Demokrasi Parlementer.
b. Masa Republik Indonesia II, yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang
dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional
yang secara formal merupakan landasannya dan menunjukkan
beberapa aspek demokrasi rakyat.
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa Demokrasi Pancasila, yang
merupakan Demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem
presidensiil (lembaga kepresidenan sangat dominan, parlemen dibuat
tidak berdaya) kekuasaan presiden menjadi tidak terkontrol.
14
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pembuat UndangUndang,
sebagai lembaga legislatif.
c. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan disebut lembaga
eksekutif.
d. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebagai pemberi saran kepada
penyelenggara pemerintahan disebut lembaga konsultatif.
e. Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga peradilan dan penguji
aturan dibawah undang-undang disebut lembaga yudikatif.
f. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga yang mengaudit
keuangan negara, disebut lembaga auditatif.
15
B. Faktor-faktor yang dapat Menunjang Berkembangnya Masyarakat
Madani
1. Pendidikan yang Berkualitas. Pendidikan yang baik dapat membentuk
warga negara yang sadar hukum, kritis, dan bertanggung jawab.
2. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan. Masyarakat yang memahami dan
patuh pada hukum cenderung membentuk masyarakat madani yang tertib
dan adil.
3. Partisipasi Aktif dalam Pembangunan. Keterlibatan aktif masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan akan
menghasilkan masyarakat yang responsif dan memiliki tanggung jawab
terhadap kepentingan bersama.
4. Keadilan dan Kesetaraan. Adanya keadilan dan kesetaraan dalam
kehidupan sosial dapat membentuk masyarakat yang inklusif dan saling
menghormati.
5. Budaya Demokratis. Masyarakat yang memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip demokrasi, seperti kebebasan berbicara dan hak asasi
manusia, cenderung akan membentuk masyarakat madani.
6. Sistem Ekonomi yang Seimbang. Adanya distribusi ekonomi yang adil
dan merata dapat membentuk masyarakat yang memiliki tingkat
kesejahteraan yang seimbang.
7. Keterbukaan Informasi dan Akses Teknologi. Akses yang lebih mudah
terhadap informasi dan teknologi membantu masyarakat untuk lebih
terinformasi dan terlibat dalam kegiatan sosial dan politik.
8. Kerjasama dan Solidaritas Sosial. Masyarakat yang saling bekerja sama
dan memiliki rasa solidaritas akan membentuk lingkungan sosial yang
harmonis dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
9. Etika dan Moral. Pemahaman dan praktik nilai-nilai etika dan moral
dalam kehidupan sehari-hari membentuk masyarakat yang bertanggung
jawab dan beretika.
16
10. Lembaga yang Kuat. Adanya lembaga-lembaga yang kuat, seperti
pemerintah yang transparan dan lembaga sosial yang aktif, dapat
membentuk masyarakat yang teratur dan beradab.
Nilai-nilai demokrasi dalam hal ini hanya difokuskan pada ranah tiga
unsur atau isi kebudayaan yang pertama, yaitu: (1) sistem religi dan
upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, serta (3)
sistem pengetahuan. Uraian beberapa parameter yang mencerminkan
17
nilai-nilai dan demokrasi dalam kehidupan masyarakat Bali itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
18
pula dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dirumuskan dan dikemas ke dalam konsep “musyawarah-mufakat”
sebagai inti dari demokrasi pancasila.
b. Mengindahkan etika politik (sistem kemasyarakatan).
19
gotong royong, mempunyai ruang lingkup yang amat luas karena hampir
semua karya manusia itu biasanya dilakukan dalam rangka kerjasama
dengan orang lain (koentjaraningrat, 1987:11). Kerjasama dalam
kehidupan seharihari masyarakat tradisional di Bali diantaranya dilakukan
dengan matembung yaitu melakukan suatu perbuatan yang mengandung
arti saling membantu satu sama lain berdasarkan atas kepatutan (windia,
2004:258). Dalam berbagai ungkapan juga tercermin bagaimana nilai-
nilai kerbersamaan, kerja sama, gotong-royong itu dijunjung tinggi,
seperti tercermin dalam konsepsi sagilik saguluk, salunglung
sabayantaka, paras paros sarpanaya, beriuk saguluk.
20
atau termarjinalisasi ajaran tat tvam asi dan vasudhaiva kutumbakam juga
mengandung nilai yang memandang setiap makhluk hakekatnya sama,
karena ada atma yang menghidupkan setiap makhluk dan memahami
bahwa semua makhluk adalah bersaudara, bagaikan sebuah keluarga
sehingga semestinya ada kesetaraan dan penghargaan terhadap hak-hak
setiap orang.
21
2) Adanya sanksi atas pelanggaran atau penyalahgunaan
wewenang. Di dalam ajaran Hindu di Bali, korupsi merupakan perilaku
yang melanggar ajaran dharma terutama penerapan ajaran hidup prwerti
marga yakni pelangaran catur purusa artha, karma phala dan pelanggaran
terhadap hukum Hindu dan adat Bali. Dalam kearifan lokal di Bali,
korupsi disebutkan sebagai sebuah tindakan pelanggaran hukum dan
pelakunya disebut maling metimpuh, ngutil, bedak suginin, metopong
kuskusan, imba solahe sekadi raksasa, demikian juga disebut sebagai
nastika, duracara, dusmati, duratman, silabramsanam, dursila, durbudi,
semua tindakan tersebut disebut asubhakarma (perbuatan buruk).
22
dihormati di masyarakat dan memercayakannya untuk menyampaikan
aspirasi tersebut pada pemerintah.
23
mengutamakan kepentingan sendiri atau golongan dalam merebut dan
mempertahankan kekuasaan.
f. Ada lima nilai utama bagi pemimpin dalam melakukan pelayanan (seva)
terhadap masyarakat, yaitu: (1) sathya, memegang teguh kebenaran dan
berusaha terusmenerus memperjuangkannya, betapa pun pahitnya. (2)
Dharma, menerapkan kebajikan tanpa memperhitungkan kepentingan
sendiri atau golongan, serta menggunakan tubuh dan pikiran untuk
kebaikan orang banyak. (3) Shanti, menumbuhkan kedamaian setiap saat
yang terpancar dari kesadaran akan realitas di dalam diri. (4) Prema,
memupuk cinta kasih murni tanpa ego. (5) Ahimsa, pantang
menggunakan cara-cara kekerasan.
g. Nilai-nilai demokrasi yang ada semestinya dijadikan acuan bagi upaya
untuk menciptakan kesetaraan dan keselarasan antar sesama krama
(warga Bali) maupun krama tamiu (penduduk pendatang).
h. Penerapan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan masyarakat Bali masih
menghadapi sejumlah persoalan.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang
ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat
madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam
membangun dirinya maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula
sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun
dirinya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita
berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual
dan praktek-praktek di masyarakat.
B. SARAN
Diharapkan kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia.
25
Yakni melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, potensi, perbaikan
sistem ekonomi.
Elemen masyarakat madani seperti pelajar, pers, LSM, dan sebagainya juga
harus semakin kreatif dalam mengedukasi masyarakat. Mereka harus mau turun ke
bawah ke lapisan masyarakat marjinal guna meningkatkatkan kualitas dan
memberikan edukasi yang lebih merata ke semua lapisan Masyarakat.
26
Daftar Pustaka
Amin Abdullah. 2003. Masyarakat Madani Peran Keulamaan dan Umat Beragama
Masa Kini (makalah Simposium Internasional), UGM, Yogyakarta. 35
Ardika, I Wayan dan I Nyoman Darma Putra (ed.). 2004. Politik Kebudayaan dan
Identitas Etnik. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana dan
Balimangsi Press.
Dwipayana, Ari. 2003. “Catatan Kritis Pelaksanaan Otonomi Tingkat Desa di Bali”
dalam Karim, Abdul Gaffar, (ed), Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah
di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fisipol UGM.
Geriya, I Wayan. 2003. ”Potensi Konflik dan mediasi Konflik Dampak Tragedi Bom
Kuta, Bali”, Laporan Penelitian Baseline Impact Assesment-Sub National of
the Bali Bombing, Kerjasama FE Unud dengan World Bank, UNDP, USAID,
Denpasar, 18 Januari 2003
27
Naya Sujana, Nyoman. 1994. “Manusia Bali di Persimpangan Jalan”, dalam Pitana,
I Gde (ed), Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Denpasar: Penerbit
BP.
Pelly, Usman. 1993. “Demokrasi dalam Kehidupan Budaya”, dalam Effendi, Sofian
et al (peny), Membangun Martabat Manusia: Peranan Ilmu-ilmu Sosial
dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pitana, I Gde (ed) Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Denpasar: Penerbit
BP.
Putra, I Nyoman Darma. 2007 (Cet ke-2). Wanita Bali Tempo Doeloe, Perspektif
Masa Kini. Denpasar: Pustaka Larasan.
Sanit, Arbi. 2002. Sistem Politik Indonesia. Kestabilan, Peta Kekuatan Politik, dan
Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setia, Putu (ed). 1993. Suara Kaum Muda Hindu. Jakarta: Yayasan Dharma
Nusantara-FCHI.
Suastika, I Made. 2005. “Berpikir Positif dalam Budaya Bali” dalam PaEni, Mukhlis
dan Pudentia (ed), 2005, Bunga Rampai Budaya berpikir Positif Suku-suku
Bangsa. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata & Asosiasi Tradisi
Lisan.
Sudiana, I Gusti Ngurah. 2010. Rancangan Bhisama Sabha Pandita PHDI Pusat
tentang Antikuropsi. Denpasar: PHDI Bali.
28
Udin Saripudin Winataputra. 2002. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi. (dalam
Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan). Dirjend. Dikti. Diknas.
Jakarta.
29