Anda di halaman 1dari 14

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DAN MENGAMALKAN ILMU

MAKALAH

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Pendidikan Agama Islam

Oleh Kelompok 6:

Hedi Deswandi
Bunga Oktarina

Dosen Pengampu:
Bustian Ardinata, S.PdI., M.A

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NUSANTARA SAKTI
(STIA-NUSA) SUNGAI PENUH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan Ilmu”
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, terutama Bapak Bustian Ardinata, S.PdI., M.A selaku dosen matakuliah
Pendidikan Agama Islam yang telah memberi pemahaman sehingga makalah ini
dapat disusun, karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya
yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat lebih bermanfaat bagi
semua pembaca.

Sungai Penuh, Februari 2023

Penyusun
Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................
1.2. Rumusan Masalah............................................................
1.3. Tujuan Penulisan Makalah..............................................
1.4. Manfaat............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Demokrasi......................................................
2.2. Dampak Positif Demokrasi..............................................
2.3. Dampak Negatif Demokrasi............................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan......................................................................
3.2. Saran ...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan banyaknya rakyat di Indonesia ini, tak heran jika kita

menemukan berbagai pertikaian seperti yang telah terjadi pada penyebab

konflik Aceh, penyebab konflik Ambon, dan juga penyebab konflik Poso.

Tidak hanya itu saja, konflik lainnya juga lahir pada area-area lain di hampir

seluruh pulau besar di Indonesia. Pada umunya, penyebab dari konflik

tersebut merupakann konflik batin antar masyarakat, dan juga pemerintah

yang seolah tidak mendengar apa permintaan rakyat. Dan ini

menjadi penyebab pelanggaran HAM vertikal, ptotes dan unjuk rasa terjadi di

mana-mana. Harga barang menjadi mahal, mencari sembako semakin susah,

merupakan masalah sehari-hari. Dengan sulitnya perkembangan masyarakat,

sangat diperlukan adanya suatu bentuk pemerintahan baru yang pro rakyat.

Kemudian lahirlah demokrasi di Indoenia, di mana rakyat juga memiliki hak

untuk ikut serta baik secara langsung atas perwakilan ke dalam pemerintahan.

Demokrasi terbukti bisa menekan angka penyebab konflik

horizontal yang terjadi, dan kemudian ditingkatkan kembali menjadi lebih

baik lagi melaui berbagai program pendukungnya. Masyarakat yang dulu

tidak berhak untuk mengeluarkan suara sekalipun akibat penjajahan atau

dikarenakan pemimpin mereka yang memiliki sifat yang buruk, atau sistem

“kerajaan” yang membatasi rakyat untuk bisa memilih seorang pemimpin

1
yang mereka hendaki sendiri. Apakah ini termasuk dalam penyebab konflik

antar ras ? ataukah masuk ke dalam penyebab konflik antar suku ?

Jawabannya tidak keduannya. Biasanya, kondisi masyarakat tersebut

memang pure dipengaruhi oleh pemerintahan itu sendiri. Dengan tidak

adanya demokrasi, maka seorang pemimpin bisa mengambil alih

pemerintahan dengan kukuasaan penuh, dan bisa bertindak semena-mena

kepada rakyatnya. Pertanyaannya di sini adlalah, apakah seorang pemimpin

tega melakukan tersebut? Itu tergantung pada pribadi masing-masing

pemimpin tersebut.

Namun, karena pada era sekarang demokrasi sudah semakin meluas,

maka kita bisa melihat bahwa sebagian besar masyarakat dunia bisa hidup

makmur, dengan seorang pemimpin yang mereka pilih sendiri. Dampak

positif tadi memang bagus untuk rakyat, tapiapabila ditelurusi kembali,

apakah ada dampak negatif dari Demokrasi ini? Lalu apa sajakah dampak-

dampak negatif dan juga dampak positif yang mengimbanginya?

Berdasarakan permasalahan yang sering dijumpai, penulis tertarik

membuat makalah dengan judul: Dampak Positif dan Negatif Demokrasi.

1.2. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang,

penulis merumuskan pembahasan makalah sebagai berikut:

1. Apakah Pengertian Demokrasi?

2. Apakah Dampak Positif Demokrasi?

2
3. Apakah Dampak Negatif Demokrasi?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dan permasalahan yang ada, penulis

memiliki tujuan penulisan makalah untuk:

1. Menjelaskan Pengertian Demokrasi

2. Menjelaskan Dampak Positif Demokrasi

3. Menjelaskan Dampak Negatif Demokrasi

1.4. Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah dan permasalahan yang ada, penulis

memiliki manfaat untuk:

1. Mengetahui Pengertian Demokrasi

2. Mengetahui Dampak Positif Demokrasi

3. Mengetahui Dampak Negatif Demokrasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari dua asal kata bahasa Yunani, yaitu

“demos” dan “kratos” atau “kratein”. Menurut artinya secara harfiah yang

dimaksud dengan demokrasi, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos”

yang berarti pemerintahan, sehingga kata demokrasi berarti suatu

pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Demokrasi menyiratkan arti

kekuasaan itu pada hakikatnya yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat. Sekalipun sejelas itu arti istilah demokrasi menurut bunyi kata-

kata asalnya, akan tetapi dalam praktek demokrasi itu dipahami dan

dijalankan secara berbeda-beda, bahkan perkembangannya sangat tidak

terkontrol.

Menurut Munir Fuady dalam Konsep Negara Demokrasi, sebenarnya

yang dimaksud demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu

negara dimana warga negara secara memiliki hak, kewajiban, kedudukan, dan

kekuasaan yang baik dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam

berpartisipasi terhadap kekuasaan negara, dimana rakyat berhak untuk ikut

serta dalam menjalankan negara atau mengawasi jalannya kekuasaan baik

secara langsung misalnya melalui ruang ruang publik (public sphere) maupun

melalui wakil-wakilnya yang telah dipilih secara adil dan jujur dengan

4
pemerintahan yang dijalankan semata-mata untuk kepentingan rakyat,

sehingga sistem pemerintahan dalam negara tersebut berasal dari rakyat,

dijalankan oleh rakyat, untuk kepentingan rakyat (from the people by the

people to the people).

Menurut Sartori, demokrasi merupakan istilah yang bersifat umum

ataupun universal dan tidak ada sistem demokrasi yang berlaku untuk semua

bangsa.27 Konsep demokrasi semula berawal dari pemikiran mengenai

hubungan negara dan hukum di Yunani kuno dan dipraktekkan dalam hidup

bernegara antara abad ke 4 sebelum Masehi sampai abad ke 6 Masehi. Saat

itu pelaksanaan demokrasi dipraktikan secara langsung (direct democrazy)

artinya rakyat menentukan sendiri secara langsung terhadap setiap putusan

yang menyangkut dengan kepentingan publik berdasarkan prosedur

mayoritas.

Kemudian, dalam perkembangannya mengalami dua kali bentuk

transformasi demokrasi yakni transformasi demokrasi negara kota di Yunani

dan Romawi kuno pada abad ke 5 sebelum Masehi serta beberapa negara kota

di Italia pada masa abad pertengahan dan transformasi yang terjadi dari

demokrasi negara kota menjadi demokrasi kawasan bangsa negara atau

negara nasional yang luas.

2.2. Dampak Positif Demokrasi

Ada beberapa dampak positif dari adanya demokrasi yang telah

dilaksanakan, yaitu:

5
1. Pencetusan demokrasi terpimpin telah menyelamatkan negara Republik

Indonesia dari masalah perpecahan di antara para pemimpin Indonesia

serta mampu mencegah krisis yang berkepanjangan

2. Pencetusan demokrasi terpimpin telah memberikan pedoman hidup

bangsa Indonesia yang jelas yakni Undang – Undang Dasar (UUD)

Tahun 1945.

3. Pencetusan demokrasi terpimpin menjadi cikal bakal pembentukan

negara yang tinggi yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

(MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

4. Demokrasi membebaskan rakyat untuk mengeluarkan suara. Segala

bentuk dukungan, kritik, dn pendapat bisa disampaikan kepada

pemerintah, yang sedang memimpin mereka pada waktu tersebut.

Kebebasan tersebut dapat digunakan untuk mengkoreksi atau

memperbaiki program-program pemerintah yang tidak sesuai, entah itu

untuk rakyat sendiri atau untuk lingkungan. Ditambah dengan majunya

teknologi informasi, suara-suara tersebut bisa bertebaran dengan bebas

pada berbagai media sosial.

5. Dengan daya demokrasi, kita juga diberi kebebasan untuk memberikan

pendapat lewat berbagai bentuk forum diskusi, sah satunya adalah

musyawarah. Pada daerah-daerah yang masih belum tersentuh

individualisme, persoalan-persoalan dan permasalahan yang ada masih

diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Jadi tidak heran bahwa kita

6
melihat masyarakat di desa bisa hidup begitu damainya, karena mereka

sendiri tidak selalu mengandalkan jalur hukum untuk menyelesaikan

masalah. Dengan cara kekeluargaan saja, masalah dinilai bisa berakhir.

6. Tidak Ada Lagi Pemerintahan Otoriter, Bila kita melihat pada

pemerintahan-pemerintahan dunia yang masih menganut sistem

pemerintahan yang merugikan rakyatnya, yang salah satunya dapat anda

temukan pada penyebab konflik Suriah, kita patut bersyukur karena

negara kita juga termasuk dalam penganut faham demokrasi. Apabila kita

berada pada pemerintahan yang menyiksa seperti itu, sudah dipastikan

Indonesia akan hancur karena kekuasaan yang diselewengkan dengan

mudahnya. Meskipun kita juga pernah mengalami hal tersebut pada era

Soeharto, paling tidak sekarang kita sudah tidak merasakannya kembali.

7. Aksi Demo, Kebebasan bependapat kadang diartikan berbeda oleh

sebagian masyarakat. Cara penyampaian pendapat pun sebenarnya sudah

berkali-kali dibahas dalam pelajaran budi pekerti, soal etika khususnya.

Oleh sebagian masyarakat yang masih belum paham oleh konsep

penyampaian pendapat yang baik tersebut, demo atau orasi sepertinya

merupakan jalan yang harus dilakukan bagi mereka. Kegiatannya cukup

simpel, mereka biasnya akan berdiri di depan kantor pemerintahan, atau

balai kota. Setelah itu, mereka akan meneriakkan protes-protes kepada

kepala daerah yang terkait, diiringi oleh aksi teatrikal bila ada.

2.3. Dampak Negatif Demokrasi

7
Selain dampak positif demokrasi juga memiliki dampak negatif.

Berikut dijelaskan Dampak Negatif Demokrasi:

1. Presiden

Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai

produk pemilu pertama pada tahun 1960 karena DPR menolak

menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RAPBN) yang diajukan Presiden.

2. Diangkatnya

Presiden Soekarno sebagai Presiden seumur hidup oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Dimana tindakan

pengangkatan Presiden semu hidup ini telah melanggar ketentuan Pasal 7

Undang – Undang Dasar (UUD) Tahun 1945.

3. Dilanggarnya

Ketentuan Undang – Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 dengan

diangkatnya ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebagai Menteri. Sebab menurut

ketentuan UUD 1945 kedudukan DPR adalah sebagai lembaga hukum.

4. Diberikannya

Kekuasaan yang terlalu besar kepada Presiden, dan lembaga tinggi

negara lainnya.

5. Diberikannya

Peluang terhadap pihak militer untuk ikut terjun ke dunia politik.

6. Banyaknya

8
penyimpangan yang dilakukan atas UUD 1945 sebagai kostitusi negara

Republik Indonesia.

7. Aksi Demo Berlebihan, demo merupakan hal yang baik sebetulnya,setiap

orang punya caranya sendiri untuk menyampaikan pendapat.Namun, bila

aksi demo tersebut terjadi terus menerus sehingga mengganggu pengguna

jalan dan masyarakat, maka hal tersebut perlu dihentikan sepenuhnya.

Pemerintah sendiri perlu mengambil langkah pengendalian konflik

sosial yang efetif dan progresif untuk bisa mengendalikan masa. Cara apa

yang harus ditempuh oleh pemerintah itu sendiri tentunya berdasarkan

penilaian personal seorang pemimpin.

8. Dibelinya Suara Rakyat, Seperti pepatah bilang, uang bisa membeli

segalanya. Terdengar klise, tapi contoh nyatanya bisa kita temukan di

sekitar kita, terutama dalam segi politik. Uang kini bisa membeli suara

rakyat. Untuk itu, ada sebagi masyakat yang disebut sebagai pendukung

musiman. Apabila “pertunjukkan” berakhir, maka apabila kebijakan

pemerintah yang mereka dukung dulu ternyata tidak memuaskan, mereka

tentunya akan menuntut balik kepada pemerintah tersebut. Lalu siapakah

yang bodoh di sini?

9
BAB III

PENUTUP

3.1. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan demokrasi yang dijalankan di Indonesia saat ini ibarat dua sisi

mata uang, demokrasi memiliki dampak positif seperti tidak ada lagi

pemerintahan otoriter, ada nya kebebasan berkumpul, bersyarikat dan

berpendapat. Namun disisi lain demokrasi juga memberi dampak negatif

seperti penyelimpangan konstitusi, tidak terkendalinya demo yang berakibat

pada adanya perusakan dan pembunuah pendemo oleh aparat dan sebagainya.

3.2. SARAN

Disarankan agar masyarakat, pemerintah, dapat menjalankan

demokrasi secara adil, jujur, dan terbuka.

10
DAFTAR PUSTAKA

Beetham, David. 1999. Democracy and Human Rights. London: Polity Press.
Diamond, Larry. 1999. Developing Democracy: Towards Consolidation. Baltimore:
The John Hopkins University Press.
Gilpin, R.. 2001. Global Political Economy: Understanding the International
Economic Order. Princeton: Princeton University Press.
Hadiz, Vedi R.. 2003. "Reorganizing Political Power In Indonesia: A Reconsideration
Of So-Called 'Democratic Transitions'. The Pacific Review, vol. 16 no. 4.
Minxin, Pei. 2001. "Political Institutions, Democracy, and Development", dalam
Farrukh Iqbal and Jong-Il You (eds.), Democracy, Market Economics and
Development: An Asian Perspective. Washington: The World Bank.

11

Anda mungkin juga menyukai