Anda di halaman 1dari 20

CERPEN BAHASA INGGRIS

DAN TERJAMAHANNYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Bahasa Inggris

Oleh:
ABIL SUGINDA
Kelas: XII TITL2

Guru Mata Pelajaran:


MARGANTI, S.Pd

DINAS PENDIDIKAN KOTA SUNGAI PENUH


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUNGAI PENUH
TAHUN 2022
The Lion and The Mouse

One day a lion was sleeping in his den. A mouse


was also playing nearby. By chance a mouse
ran over the lion. This made the lion wake up.
The lion caught the mouse. He was ready to kill
it. ‘Please do not kill me,’ said the mouse. ‘I am a
tiny creature. Please save me.’

The lion felt pity for the mouse. He smiled and


let the mouse go. A few days after, the lion was
walking in a jungle. He found himself caught in
a hunter’s net. He roared and rolled to get out
of the net. But he failed. The mouse heard the
roar. It at once ran to the lion and said,

‘Please don’t roar. I’ll on set you free.’

It cut through the net and set the lion free.


Lesson: sometimes the smallest of friends can
make a biggest impact in your life. The good
you do for those small friends will come back
when you badly need support.

Singa dan Tikus


Suatu hari seekor singa sedang tidur di sarangnya.
Seekor tikus juga sedang bermain di dekatnya. Secara
tidak sengaja, sang tikus menabrak singa sehingga
membuatnya terbangun. Singa menangkap tikus itu
dan ia siap membunuhnya. “Tolong jangan bunuh aku,”
kata si tikus. ‘Aku adalah makhluk kecil. Tolong
bebaskan aku.’

Singa merasa kasihan pada tikus itu. Kemudian ia


tersenyum dan membiarkan tikus itu pergi. Beberapa
hari kemudian, sang singa sedang berjalan di hutan.
Dia tiba tiba terperangkap dalam jaring pemburu. Dia
meraung dan berguling untuk keluar dari jaring namun
ia gagal melakukannya. Tikus mendengar deruan singa
yang membuatnya langsung berlari ke singa dan
berkata, “Tolong jangan mengaum. Aku akan
membebaskanmu. “

Ia memotong jaring dan sang singa pun bebas. Moral:


Terkadang teman-teman yang kita remehkan dapat
membuat dampak terbesar dalam hidup kita. Kebaikan
yang kita lakukan untuk teman-teman akan kembali
ketika kita sangat membutuhkan bantuan dan
dukungan.
A True Friend

Tom and John were two friends. One day they were passing through a
dense forest. John said, “Friend, I am afraid there are wild beasts in this
forest. What will we do if a wild beast attacks us?”

“Don’t be afraid, John,” said Tom, “I shall stand by your side if any danger
comes. We shall fight together and save ourselves.” Thus talking they
went on their journey.

But suddenly they saw a bear coming towards them. Tom at once got up
the nearest tree. He did not think what his friend would do.

John did not know how to climb a tree. He had no way of escape. He was
helpless. But soon he took a plan. He fell flat on the ground like a dead
man.

The bear came up to John. It smelt his nose, ears and eyes. It took him to
be dead and went away. Then Tom came down from the tree. He said to
John, “What did the bear whisper in your ear?”

John said, “The bear told me not to trust a friend who leaves his friend in
danger.”

Lesson: An insincere and evil friend is more to be feared than a wild


beast; as a wild beast can harm your body, but an evil friend can wound
your soul.
Terjemah

Kawan Sejati

Tom dan John adalah teman baik. Suatu hari mereka melewati hutan lebat.
John berkata, “Sobat, saya khawatir ada binatang buas di hutan ini. Apa yang
akan kita lakukan jika binatang buas menyerang kita? ”

“Jangan takut, John,” kata Tom, “aku akan berdiri di sisimu jika ada bahaya.
Kita akan berjuang bersama dan menyelamatkan diri kita sendiri.
”Demikianlah pembicaraan mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Tapi tiba-tiba mereka bertemu beruang di hutan dan ia datang ke arah


mereka. Tom segera memanjat pohon terdekat untuk melarikan diri. Dia
tidak memikirkan apa yang akan dilakukan temannya.

John tidak tahu bagaimana memanjat pohon. Dia tidak punya cara untuk
melarikan diri. Dia tidak berdaya. Namun dia mengambil rencana lain. Dia
pura pura jatuh di tanah seperti orang mati.

Beruang itu menghampiri John. Kemudian beruang itu mencium hidung,


telinga, dan mata John. Dia mengira John sudah mati dan kemudian
beranjak pergi.

Lalu Tom turun dari pohon. Dia berkata kepada John, “Apa yang dibisikkan
beruang itu di telingamu?”

John berkata, “Beruang itu memberitahuku untuk tidak mempercayai


seorang teman yang meninggalkan temannya dalam bahaya.”

Moral: Teman yang tidak tulus dan jahat lebih ditakuti daripada binatang
buas; binatang buas memang dapat membahayakan tubuh kita, teman jahat
dapat melukai jiwa Kita.
The Four Friends

Once upon a time, a deer, a crow, a mouse and a turtle were great
friends. One day the deer went out to graze. He was caught in a hunter
net. This is what makes the deer did not return to his friends.

The mouse said to the crow, ‘Will you fly over the trees and find the deer?
Then fly back to us and tell us where he is.’ The crow flew away. He came
back after half an hour. He said, ‘Our friend, the deer is in the hunter’s
net.’

‘What shall we do’? said the mouse and the turtle. ‘I will take mouse on
my back,’ said the crow. ‘He will bite through the net and set the deer
free.’

‘Yes,’ said the mouse. I will do that.’

‘And I will walk to the deer,’ said the turtle. The crow took the mouse on
his back and flew with him to the deer.

The mouse bit through the net so that deer was free. The turtle managed
to see them all and they were very happy together.

Terjemah
Empat Sekawan

Pada suatu hari ada empat sekawan yang berteman baik, yaitu seekor rusa,
burung gagak, tikus, dan kura-kura.

Suatu hari rusa keluar untuk mencari makan rumput. Dia tiba tiba ditangkap
di jaring pemburu. Inilah yang membuat si rusa tidak kembali ke teman-
temannya.

Tikus berkata kepada burung gagak, “Maukah kamu terbang di atas pohon
dan menemukan rusa? Kemudian kembali ke kami dan beri tahu kami di
mana dia. “

Burung gagak bergegas mencari rusa. Dia kembali setelah setengah jam. Dia
berkata, “Teman kita, rusa, ada di jaring pemburu.”

‘Apa yang harus kita lakukan’? kata tikus dan kura-kura.

“Aku akan membawa tikus di punggungku,” kata gagak. “Dia akan menggigit
jaring dan membebaskan rusa.”

“Ya,” kata tikus. Aku akan melakukannya.’

“Dan aku akan berjalan ke rusa,” kata kura-kura. Burung gagak bersama
tikus di punggungnya terbang untuk menyelamatkan Rusa.

Tikus menggigit jaring-jaring jebakan dan Rusa itu bebas. Si kura-kura


berhasil bertemu dengan mereka dan sangat senang karena bisa berkumpul
lagi.
The Two Men

A voyaging ship was wrecked during a storm at sea and only two of the
men on it were able to swim to a small, desert like island.

The two survivors who have been a good friends, not knowing what else
to do, agreed that they had no other recourse but to pray to God.
However, to find out whose prayer was more powerful, they agreed to
divide the territory between them and stay on opposite sides of the
island.

The first thing they prayed for was food. The next morning, the first man
saw a fruit-bearing tree on his side of the land, and he was able to eat its
fruit. The other man’s parcel of land remained barren.

After a week, the first man was lonely and he decided to pray for a wife.
The next day, another ship was wrecked, and the only survivor was a
woman who swam to his side of the land. On the other side of the island,
there was nothing.

Soon the first man prayed for a house, clothes, more food. The next day,
like magic, all of these were given to him. However, the second man still
had nothing.

Finally, the first man prayed for a ship, so that he and his wife could leave
the island. In the morning, he found a ship docked at his side of the
island. The first man boarded the ship with his wife and decided to leave
the second man on the island.
He considered the other man unworthy to receive God’s blessings, since
none of his prayers had been answered.
As the ship was about to leave, the first man heard a voice from heaven
booming, “Why are you leaving your companion on the island?”

“My blessings are mine alone, since I was the one who prayed for them,”
the first man answered. “His prayers were all unanswered and so he does
not deserve anything.”

“You are mistaken!” the voice rebuked him. “He had only one prayer,
which I answered. If not for that, you would not have received any of my
blessings.”

“Tell me,” the first man asked the voice, “What did he pray for that I
should owe him anything?”

“He prayed that all your prayers be answered “

Lesson: for all we know, our blessings are not the fruits of our prayers
alone, but those of another praying for us. Value your friends, don’t leave
your loved ones behind.
Terjemah

Dua Lelaki

Sebuah kapal pesiar hancur saat badai di laut dan hanya dua orang yang
selamat dan mereka berenang ke pulau kecil nan gersang seperti gurun.

Dua orang yang selamat yang telah menjadi teman baik, tidak tahu harus
berbuat apa lagi, dan kemudian setuju bahwa mereka tidak memiliki jalan
lain selain berdoa kepada Tuhan. Namun, untuk mengetahui doa siapa yang
lebih kuat, mereka sepakat untuk membagi wilayah di antara mereka dan
tinggal di sisi yang berlawanan dari pulau itu.

Hal pertama yang mereka doakan adalah makanan. Pagi berikutnya, lelaki
pertama melihat pohon berbuah di sisinya, dan dia bisa memakan buahnya.
Tanah milik lelaki kedua tetap kering dan tidak subur.

Setelah seminggu, lelaki pertama merasa kesepian dan dia memutuskan


untuk berdoa untuk seorang istri. Keesokan harinya, kapal lain tenggelam,
dan satu-satunya yang selamat adalah seorang wanita yang berenang ke
pulau tersebut. Di sisi lain pulau itu, tidak ada apa-apa yang ditemukan.

Segera pria pertama berdoa untuk sebuah rumah, pakaian, dan lebih banyak
makanan. Keesokan harinya, seperti sihir, semua ini ia dapatkan. Namun,
lelaki kedua masih belum memiliki apa-apa.

Akhirnya, lelaki pertama berdoa untuk sebuah kapal, sehingga dia dan
istrinya bisa meninggalkan pulau itu. Di pagi hari, dia menemukan sebuah
kapal berlabuh di sisi pulau. Laki-laki pertama naik kapal bersama istrinya
dan memutuskan untuk meninggalkan lelaki kedua di pulau itu.
Dia menganggap lelaki kedia tidak layak untuk menerima berkat Tuhan,
karena tidak ada doanya yang dijawab.

Ketika kapal hendak pergi, pria pertama mendengar suara dari surga yang
menggelegar, “Mengapa kamu meninggalkan temanmu di pulau?”

“Berkah saya adalah milik saya sendiri, karena saya adalah orang yang
berdoa untuk semua ini,” jawab pria pertama. “Doa-doanya semua tidak
dijawab sehingga ia tidak pantas mendapatkan apa pun.”

“Kamu salah!” Suara itu menegurnya. “Dia hanya punya satu doa, yang saya
jawab. Jika bukan karena itu, kamu tidak akan menerima berkah saya. ”

“Katakan padaku,” lelaki pertama bertanya pada suara itu, “Apa yang dia
doakan agar aku harus berutang budi padanya?”

“Dia berdoa agar semua doamu terkabul”

Moral: Yang kita tahu, berkah kita bukanlah buah dari doa kita saja, tetapi
berkat orang lain yang mendoakan kita (Doa Jemaat). Hargai temanmu dan
jangan tinggalkan orang yang kamu cintai.

The Bicycle Ride

It is the year 1975, when Charlotte Von Sledvin, a 19-year-old student of a


Swedish royal family, travels to India to get a portrait made by a gifted
artist. The artist was born into a poor Indian family of the lowest caste,
also known as the “untouchables.” Despite the incredibly difficult
circumstances, the artist named Pradyumna Kumar Mahanandia had
gained an outstanding reputation for being a gifted painter. His
reputation led Charlotte Von Sledvin to travel all the way to India to get
her portrait done.
By the time the portrait was finished, the two had fallen in love.
Pradyumna was fascinated with Charlotte’s beauty. Never before had he
seen a more beautiful woman from the Western world. He gave his best
to capture all her beauty in the portrait, yet never fully succeeded.
Nonetheless, the portrait was magnificent and Charlotte fell for his
simplicity and his beautiful character. Because of him, she spontaneously
decided to stay longer in India. Out of a couple of days became weeks
and then even months. The two had fallen so deeply in love that they
decided to get married according to traditional Indian rituals.

Unfortunately, the time came when Charlotte had to leave again in order
to complete her studies in London. Thousands of miles separated the two
but their feelings for each other never changed. They stayed in contact
through letters, which they exchanged almost weekly with each other.
Naturally, the newlyweds terribly struggled with the great distance
between each other. Charlotte offered her husband to buy him air tickets,
which he refused. He had not only decided to complete his studies first,
but he had also set his mind on reuniting with the love of his life on his
own terms. He even made her the promise that he would do anything he
can to see her again.

After Pradyumna had finished his studies, he took all his possessions and
sold them. Unfortunately, the money he earned didn’t even come close to
a flight ticket. All he could afford was a cheap and used bicycle. Many
would have been greatly disappointed, some would have even given up.
But not Pradyumna. Instead of allowing the difficult circumstances to
stop him from seeing his beloved wife again, he met the decision to use
what he had in order to see her again. Nothing could stop him from
reuniting with his wife, even if that meant an exhausting bicycle ride half
around the world.

His decision was the beginning of a bicycle journey from India to the
Western world. Pradyumna took all his paintings and brushes along with
him in order to financially support his endeavor. His voyage led him
through eight countries and took more than four months. But eventually,
he arrived at Charlotte’s hometown in Sweden and finally saw her again.
From then on, the two did never leave each other’s side for too long.
Terjemah

Mengendarai Sepeda

Di tahun 1975, Charlotte Von Sledvin, seorang siswa 19 tahun dari keluarga
kerajaan Swedia, melakukan perjalanan ke India untuk mendapatkan lukisan
yang dibuat oleh seorang seniman berbakat. Seniman ini terlahir dalam
keluarga miskin India dengan kasta terendah, juga dikenal sebagai “tak
tersentuh.” Terlepas dari keadaan yang sangat sulit, seniman bernama
Pradyumna Kumar Mahanandia telah mendapatkan reputasi luar biasa
sebagai pelukis berbakat. Reputasinya membuat Charlotte Von Sledvin
melakukan perjalanan jauh ke India untuk mendapatkan lukisannya.

Pada saat lukisan itu selesai, keduanya jatuh cinta. Pradyumna terpesona
dengan kecantikan Charlotte. Belum pernah ia melihat wanita yang lebih
cantik yang berasal dari dunia Barat. Dia memberikan yang terbaik untuk
menangkap semua kecantikannya di lukisan, namun tidak pernah
sepenuhnya berhasil. Meskipun demikian, hasil lukisannya luar biasa dan
Charlotte menyukai kesederhanaan dan karakternya yang cantik. Karena
seniman India ini, Charlotte secara spontan memutuskan untuk tinggal lebih
lama di India. Hari menjadi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Keduanya jatuh cinta satu sama lain sehingga mereka memutuskan untuk
menikah sesuai dengan tradisi India.

Sayangnya, ada saatnya ketika Charlotte harus pergi lagi untuk


menyelesaikan studinya di London. Ribuan mil memisahkan keduanya, tetapi
perasaan mereka satu sama lain tidak pernah berubah. Mereka tetap
berhubungan melalui surat, yang bertukar hampir setiap minggu. Umumnya,
pengantin baru sangat merasa kesulitan dengan hubungan jarak jauh.
Charlotte menawari suaminya untuk membelikannya tiket pesawat, namun
ia menolaknya. Dia tidak hanya memutuskan untuk menyelesaikan studinya
terlebih dahulu, tetapi dia juga telah memutuskan untuk bersatu kembali
dengan cinta dalam hidupnya dengan persyaratannya sendiri. Dia bahkan
membuat janji padanya bahwa dia akan melakukan apa saja untuk
menemuinya lagi.
Setelah Pradyumna menyelesaikan studinya, ia mengambil semua harta
miliknya dan menjualnya. Sayangnya, uang yang ia peroleh bahkan tidak
cukup untuk membeli tiket penerbangan. Yang dia mampu hanyalah sepeda
murah dan bekas. Banyak yang akan sangat kecewa, beberapa bahkan akan
menyerah dengan keadaan seperti ini, tapi bukan bagi Pradyumna. Alih-alih
membiarkan keadaan sulit untuk menghentikannya bertemu sang istri
tercintanya lagi, dia memutuskan untuk menggunakan apa yang dia miliki
untuk melihatnya lagi. Tidak ada yang bisa menghentikannya untuk bersatu
kembali dengan istrinya, bahkan jika itu harus naik sepeda yang melelahkan
ke seluruh dunia.

Keputusannya ini adalah awal dari perjalanan sepeda dari India ke dunia
Barat. Pradyumna membawa serta semua lukisan dan kuasnya untuk
mendukung keuangannya. Perjalanannya membawanya ke delapan negara
dan membutuhkan waktu lebih dari empat bulan. Akhirnya, ia tiba di kota
Charlotte di Swedia dan melihatnya lagi. Sejak saat itu, keduanya tidak
pernah meninggalkan satu sama lain terlalu lama.
Accident With a Happy Ending

When Frank’s wife had a car accident, she was


so injured that she fell into a coma. Years
passed but Frank did not stop visiting his wife
at the hospital. Even though almost everyone –
including the doctors – had given up hope, he
remained faithful that she would one day
recover. Every time he visited her, he began
talking to her, recounting all those beautiful
moments they spend with each other. One day,
when he showed her the video of their wedding
day, she slowly began to move her hand. She
whispered his name and began gaining
consciousness. Several weeks after she had
woken up, she had fully recovered and was
finally allowed to leave the hospital for good.
When the couple left, she told Frank that she
heard his voice while she was in a coma and
that it was his voice that was the greatest aid in
helping her to return to consciousness.

Kecelakaan Dengan Akhir yang Bahagia

Ketika istri Frank mengalami kecelakaan mobil, dia


sangat terluka sehingga dia koma. Tahun-tahun
berlalu tetapi Frank tidak berhenti mengunjungi
istrinya di rumah sakit. Meskipun hampir semua
orang – termasuk dokter – telah menyerah, dia tetap
setia bahwa suatu hari istrinya akan pulih. Setiap
kali dia mengunjunginya, dia mulai berbicara
dengannya, menceritakan semua momen indah
yang mereka habiskan bersama. Suatu hari, ketika
dia menunjukkan padanya video hari pernikahan
mereka, dia perlahan mulai menggerakkan
tangannya. Dia membisikkan namanya dan mulai
mendapatkan kesadaran. Beberapa minggu setelah
dia bangun, dia pulih sepenuhnya dan akhirnya
diizinkan meninggalkan rumah sakit untuk
selamanya. Ketika pasangan itu pergi, dia memberi
tahu Frank bahwa dia mendengar suaranya ketika
dia dalam keadaan koma dan bahwa suaranya yang
paling membantu dalam membantu dia untuk
kembali ke kesadaran.
A Heartwarming Farewell Gift

When Gene was diagnosed with melanoma, he had


only been given six weeks left to live. It was a
shocking diagnosis but Gene decided to use the time
he had left to make all the necessary arrangements
for his wife Carol, with whom he had been married
for 30 years. He cashed out his pension and used the
money to pay off the house they were living in. The
second step was to arrange a trip for his wife Carol
and the rest of the family to Italy. When they visited a
specific church in Venice, a priest was already waiting
for the couple. It was in this church that Gene’s
parents had married more than 50 years ago. At that
day, Gene and Carol renewed their wedding vows
and had the most beautiful day.
After Gene had died, his wife Carol discovered that
he hid hundreds of Post-it notes around the entire
house, shortly before he died. Throughout the
course of many months, she found one note after
another. The notes are beautiful and very personal
statements meant to encourage Carol in this difficult
time. But Gene also reminded his wife in these
statements to fully enjoy every aspect of life, to sell
his car and to move on with her life. It was the most
heartwarming farewell gift one could ever imagine.

Hadiah Perpisahan yang Mengharukan

Ketika Gene didiagnosis menderita melanoma, ia hanya


diberi waktu enam minggu untuk hidup. Itu adalah
diagnosis yang mengejutkan, tetapi Gene memutuskan
untuk menggunakan waktu yang tersisa untuk
melakukan semua hal yang diperlukan untuk istrinya,
Carol, yang telah dinikahinya selama 30 tahun. Dia
mencairkan pensiunnya dan menggunakan uang itu
untuk melunasi rumah tempat mereka tinggal. Langkah
kedua adalah mengatur perjalanan untuk istrinya,
Carol, dan seluruh keluarga ke Italia. Ketika mereka
mengunjungi gereja tertentu di Venesia, seorang pastor
sudah menunggu pasangan itu. Di gereja inilah orang
tua Gene menikah lebih dari 50 tahun yang lalu. Pada
hari itu, Gene dan Carol memperbarui sumpah
pernikahan mereka dan mengalami hari yang paling
indah.

Setelah Gene meninggal, istrinya Carol menemukan


bahwa dia menyembunyikan ratusan kertas tempel di
seluruh rumah, tak lama sebelum dia meninggal.
Selama berbulan-bulan, dia menemukan satu catatan
demi satu. Catatan itu indah dan pernyataan yang
sangat pribadi dimaksudkan untuk mendorong Carol di
masa sulit ini. Tetapi Gene juga mengingatkan istrinya
dalam pernyataan ini untuk sepenuhnya menikmati
setiap aspek kehidupan, untuk menjual mobilnya dan
melanjutkan kehidupannya. Itu adalah hadiah
perpisahan yang paling mengharukan yang pernah
dibayangkan.

Anda mungkin juga menyukai