Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Sejarah kebudayaan islam (ski)

KERUNTUHAN DAULAH UMAYYAH DI DAMASKUS

Anggota kelompok 8 :

1. Syafiq salin

2. Rohadatul nihaliah

3. Willya cahayu ningsih

Guru pembimbing:

Bpk pathur rahman P.Sdi

Madrasah Aliyah negeri 1 kota sungai penuh

Tahun ajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR
Marilah kita semuanya mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt Yang telah memberikan
rahmat serta kurnia-nya;kami mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul (Runtuhnya
Bani Umayya Di Damaskus) kepada semua orang dengan harapan makalah ini bisa membantu
Anda dalam mempelajari dan mendalami ilmu agama.

Makalah ini kami persiapkan dengan sebaik dan secermat mungkin hingga akan sangat
membantu bagi penggunanya dan pembacanya

Mudah-mudahan keberadaan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca khususnya dalam mempelajari makalah ini

Kami sadari dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan di sana-sini;oleh karena itu krtik
dan saran yang membangun semangat kami butuhkan dari pembaca untuk peyempurnaan
makalah berikut.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang
politik, ekonomi dan sosial. hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu`awiyah sebagai Bapak
pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai
anggapan miring tentang pemerintahannya.

Kekuasaan Daulah Umayyah dapat bertahan karena ditopang oleh paham kesukuan yang
muncul sejak terjadinya tragedy terbunuhnya Utsman. Kekuasaaan Daulah Umayyah ini selalu
membawa bendera suku Quraisy yang tidak dapat dilepaskan. Dan didukung pula adanya
pribadi yang tangguh dalam menghadapi berbagai kekacauan yang terjadi dan dapat
mengontorol wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan. Pemerintahan ini juga mampu
memposisikan paham kekuasaan absolute dalam batas yang masih terkontrol. Hal ini didukung
oleh makin koopratifnya kelompok Islam yang lain terhadap pemerintah. Sedangkan dalam
kehidupan sosial, kekuatan yang berpaham keislaman yang pada masa Ali berlawanan dengan
paham kesukuan, pada masa Daulah Umayyah justru berpaling mendukung Mu`awiyah. Hal ini
disebabkan karena Daulah Umayyah tidak menampakkan permusuhan dengan paham-paham
keislaman, yang sesungguhnya merupakan strategi penguasa untuk menghindari terjadinya
kekacauan akibat berkembangnya paham kesukuan.

Namun berdirinya Daulah Umayyah (661-750) tidak semata-mata peralihan kekuasaan, namun
mengandung banyak implikasi, di antaranya adalah perubahan beberapa prinsip dan
berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi imperium dan perkembangan umat
Islam.

Walau pada awalnya Daulah Umayyah tidak mempunyai arah politik khilafah yang jelas, namun
kelompok ini memiliki elatisitas dalam menghadapi perkembangan sosial. Hal ini dibuktikan
dengan kemampuan mereka bekoalisi dengan 3 kelompok lain, yaitu kekuatan kesukuan,
gerakan oposan dan paham keislaman secara umum, yang tercermin dalam segala aspek,
meliputi aspek pemerintahan, aspek ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

Dari berbagai kemajuan yang dicapai Daulah Bani Umayyah yang dimulai oleh pendiri daulah
tersebut yakni Mu`awiyah Bin Abi Sufyan, ternyata tidak mampu membuat Daulah tersebut
langgeng, bahkan ia akhirnya jatuh menyisakan puing-puing kehancuran setelah munculnya
kekuatan baru dari Bani Abbasiyah

B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah yang penulis akan bahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

- faktor apa saja yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan daulah umayyah di damaskus
BAB II

PEMBAHASAN
Tumbangnya kekuasaan daulah Umayyah di damaskus disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal, berikut penjelasannya :

1. Faktor internal
Faktor internal menyebabkan keruntuhan daulah Umayyah di damaskus
sebagai berikut.

a. Perselisihan antar keluarga Khalifah

Para putra mahkota menjadikan kekuatan kekhalifahan rapuh apabila yang


pertama memegang kekuasaan maka ia berusaha untuk mengasingkan yang lain
dan menggantikannya dengan anaknya sendiri hal ini menimbulkan permusuhan
dalam keluarga tidak hanya terbatas pada keluarga khalifah namun juga keluarga
gubernur dan Amir.

b. Moralitas khalifah atau gubernur yang buruk

Lemahnya pemerintahan Umayyah disebabkan sikap hidup mewah keluarga


istana anak-anak khalifah menjadi makin berat memikul beban kenegaraan
ketika menjadi khalifah mereka tidak sanggup melaksanakan dengan semestinya
beberapa ulama kecewa sebab perhatian khalifah terhadap perkembangan ilmu
agama sangat kurang.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal penyebab keruntuhan daulah Umayyah di damaskus
sebagai berikut.

a. Perlawanan kaum khawarij dan Syi'ah

Sejak daulah Umayyah berdiri, para khalifah sering menghadapi tantangan


dari golongan khawarij. Golongan ini memandang bahwa Ali bin Abi Thalib dan
muawiyah telah melakukan dosa besar. Perbedaan sudut pandang pro ahli dan
pro muawiyah ini menjadikan khawarij mengangkat pemimpin dari kalangan
mereka sendiri.

Kaum Syiah tidak pernah mengakui pemerintahan Umayyah dan tidak pernah
memaafkan kesalahan mereka terhadap Ali dan Husein. Mereka justru semakin
aktif karena mendapat dukungan publik atau orang-orang yang mereka tidak
puas terhadap pemerintahan Umayyah, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun
sosial.

b. Perlawanan golongan mawali.

Sebagian besar golongan mawali (non Arab ) yang ada di Irak dan wilayah
timur lain mereka tidak puas dengan kebijakan Umayyah terlebih dengan
ditambahkannya keangkuhan bangsa Arab waktu itu asal mula kaum mawali
yaitu budak tawanan perang yang telah dimerdekakan kemudian istilah ini
berkembang pada orang Islam.

Ketika Umayyah berkuasa kaum mawali dipandang sebagai masyarakat


bawahan sehingga terbuka jurang dan sekat sosial yang memisahkan padahal
mereka turut serta berjuang membela Islam dan Bani Umayyah mereka basis
infanteri yang bertempur dengan berjalan kaki di atas panasnya pasir tidak di
atas unta maupun kuda mereka akhirnya bergabung dengan gerakan anti
pemerintah yakni pihak Bani Abbasiyah dan Syiah.

c. Pertentangan etnis Arab Utara dengan Arab Selatan.

Pada masa kekuasaan Umayyah pertentangan etnis antara suku Arab Utara
(Bani qais) dan Arab Selatan (bani kabl) sejak zaman sebelum Islam semakin
meruncing perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Umayyah mendapat
kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.

d. Perlawanan dari golongan Abbasiyyah

Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib gerakan ini didukung keturunan Bani Hasyim dan golongan Syiah serta
kaum mawali yang di nomor duakan pemerintah Umayyah dengan
memanfaatkan kekecewaan publik dan menampilkan diri sebagai pembela sejati
agama Islam para keturunan Abbas segera menjadi pemimpin gerakan anti
Umayyah dengan demikian berakhirlah kekuasaan Umayyah di damaskus setelah
Marwan bin Muhammad khalifah terakhir daulah tersebut wafat.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pemaparan makalah tersebut, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Diantara faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran


adalah sebagai berikut:

– Munculnya fanatisme kesukuan dalam suku-suku bangsa Arab

– Kuatnya pengaruh fanatisme golongan (Arabisme) yang memicu munculnya kecemburuan


sosial dikalangan non Arab (Mawali)

– Adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga besar Bani Umayyah

– Larutnya beberapa penguasa (khalifah) dalam limpahan harta dan kekuasaan

Adapun faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah
sebagai berikut:

– Tidak adanya sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bisa dijadikan patokan
dalam pergantian khalifah

– Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij

– Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan

– Sikap hidup yang mewah dilingkungan keluarga Bani Umayyah

– Perhatian penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang

– Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib dan
didukung oleh Bani Hasyim, kaum Syi`ah dan kaum Mawali.

Hikmah atau pelajaran yang dapat penulis petik bahwa, setiap Daulah/kekuasaan akan
mengalami masa kejayaan dan kehancuran, dan alangkah jayanya suatu kekuasaan/peradaban
kalau ia dapat mengambil pelajaran untuk menggapai kejayaan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Buku LKS sejarah kebudayaan Islam (1b) kurikulum merdeka

- Academia ( https://www.academia.edu/resource/work/37828228 )

Anda mungkin juga menyukai