Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH

Dosen Pengampu:

Akmal Fajri,M.Hum.

Disusun oleh:

Aulia fajar (210502079)

Nurfia Rahmazani (210502034)

Prodi Bahasa dan Sastra Arab

Mata Kuliah: Kajian Islam

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

DARUSSALAM-BANDA ACEH(1442H/2022M).

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanallahu Ta'ala atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,"PERADABAN MASA DINASTI ABBASIYAH"dapat kami
selesaikan.Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini.dan juga
shalawat dan salam ke atas junjungan utusan paling mulia yaitu Nabi Muhammad Sallallahu alaihi
wasallam serta ahli keluarga dan para sahabat.

Dalam penulisan makalah ini ,penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing
,Akmal Fajri, M.Hum selaku dosen mata kuliah kajian Islam dan kepada pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.oleh karena itu,kami mohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.kami juga mengharap
adanya kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.

2
DAFTAR ISI

PERADABAN ISLAM MASA DINAST ABBASIYAH.......................................................................... 1

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................5

BAB II....................................................................................................................................................7

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................7

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah..........................................................................................7

2.2 Sistem Pemerintahan Dinasti Abbasiyah....................................................................................9

2.3 Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Abbasiyah.........................................................14

2.4Tokoh yang Berperan Dalam kemajuan peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah...............17

2.5Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah......................................................................18

BAB III..................................................................................................................................................22

PENUTUP............................................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................27

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah.Perkembangan ilmu
pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan naskah asing terutama yang berbahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan dan terbentuknya
mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir.

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan
Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi
Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah
pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-12
( Ratu Suntiah dan Maslani, 1997:44). Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri.

Pemberontakan yang paling dahsyat ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya. dan
merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas

melawan pasukan Marwan Ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah) yang akhirnya dimenangkan oleh
pasukan Abbul Abbas.Dengan jatuhnya negeri Syiria,berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan
bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang
mengalami puncak keemasan pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami
peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya.

4
1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
yaitu:

1.Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?

2.Bagaimana sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah?

3.Bagaimana Perkembangan Peradaban islam pada masa Dinasti Abbasiyah?

4.Siapa saja tokoh yang berperan penting dalam kemajuan peradaban islam pada masa

Daulah Abbasiyah?

5.penyebab kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah?

1.3Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

2.Untuk mengetahui sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah

3.Untuk mengetahui perkembangan peradaban islam pada masa Abbasiyah

4.Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan penting dalam kemajuan peradaban

islam pada masa Dinasti Abbasiyah

5.Untuk mengetahui penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah

BAB ll

PEMBAHASAN
2.1Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas, yaitu salah satu keturunan dari Bani Hasyimyang termasuk
paman dari Nabi Muhammad saw. Bani Hasyim merupakan mitra politik BaniUmayyah sejak zaman
Jahiliyah sampai kelahiran Islam, juga pada saat Bani Umayyah berkuasa. Posisi Bani Hasyim tersingkir
dalam pemerintahan setelah berakhirnya masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pemerintahan Islam
kedua dikuasai oleh keluarga BaniUmayyah. Bani Umayyah adalah kelompok keluarga besar atau bani
yang didirikan olehMuawiyah bin Abi Sofyan. Sementara itu keluarga Bani Hasyim berada pada posisi
dibawahtidak berperan sedikitpun dalam pemerintahan Bani Umayyah. Keluarga Bani Hasyimmerasakan
keadilan ketika pemerintahan BaniUmayyah dipimpin oleh khalifah kedelapanyakni Umar bin Abdul Azis.
Pada masa itu tidak boleh seorang pun keluar dari garis undang-undang atau hukum Negara. Langkah-
langkah kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz,yang memberlakukan persamaan hak bagi seluruh
warganya ternyata merupakan kesempatan bagi Bani Abbasiyah menyusun kekuatan untuk merebut
kekuasaan dari Bani Umayyah.

Kegagalan memecahkan permasalahan kekuasaan yang pelik oleh pemerintahanDinasti Umayyah


yang merupakan awal kehancuran dinasti itu. Sekitar abad ke-8 (720 M)kebencian terhadap pemerintah
Dinasti Umayyah telah meluas ke seluruh negeri. Beberapakelompok merasa tidak puas mulai berani
terang-terangan. Kelompok-kelompok tersebutterdiri dari kelompok muslim non-Arab (Mawali)
memprotes status sosial mereka yangdianggap sebagai warga kelas dua dibawah muslim Arab,
kelompok Khawarij dan Syiahmenuntut kembalinya khilafah yang dirampas oleh Dinasti Umayyah,
kelompok muslim Arabdi Mekah, Madinah, dan Irak mereka kecewa dengan status istimewa bagi
penduduk Suriah,kelompok muslim yang saleh baik Arab maupun non-Arab mereka menilai bahwa
keluargadinasti Umayyah telah terlepas jauh dari pola hidup islami dan cenderung hidup bermewah-
mewah diatas penderitaan rakyat.

Kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan itu bersatu menyusun suatu gerakan dibawah
koordinator Al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw.untuk menghimpun dan dukungan masyarakat
secara luas. Gerakan Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda dengan menyebut sebagai usaha
dakwah. Gerakan dakwah dimulai ketika Umar bin Abdul Aziz berkuasa (717-720 M). Gerakan Dinasti
Abbasiyah dipimpin oleh Ali bin Abdullah bin Abbas. Setelah itu kepemimpinan dipegang oleh
Muhammad, anak Ali bin Abdullah. Langkah Muhammad adalah memperluas gerakan Dinasti Abbasiyah
dengan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Ketika kota tersebut dibagi berdasarkan fungsi
masing masing, yaitu Al-Humaymah sebagai pusat organisasi, Kufah sebagai penghubung, dan Khurasan
sebagai markas gerakan praktis. Muhammad wafat pada tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya yang
bernama Ibrahim Al-Imam. Ia menunjuk seorang tokoh pemuda dari Khurasan yang bernama Abu
Muslim Al-Khurasani sebagai panglima perang. Abu Muslim Al-Khurasani adalah pemuda yang berbakat
dan pemberani. Ketika ditunjuk sebagai panglima oleh Ibrahim Al-Imam la baru berumur 19 tahun. Ia
sangat berpengaruh di Khurasan dan sebagian besar penduduk bersimpati kepadanya. Prestasi yang
gemilang yang pernah ia raih adalah ketika ia berhasil mengumpulkan penduduk dari sekitar 60 desa
dalam waktu sehari. Banyak penguasa tanah di daerah Persia yang menjadi pengikut Abu Muslim Al
Khurasani. Ia berkampanye untuk menumbuhkan rasa kebersamaan sebagai kelompok yang tertindas.
Mereka yang berhasil ia rekrut adalah golongan Alawiyyin (keturunan Ali). golongan Syiah, dan orang-
orang Persia untuk bersama-sama menentang Dinasti Umayyah. Abu Muslim Al-Khurasani mengajak
mereka untuk bersatu dengan gerakan Abbasiyah kepada keluarga Bani Hasyim, baik dari darah
keturunan Abbas bin Abdul Muthalib ataupun Ali bin Abi Thalib. Sebelum Abu Muslim Al-Khurasani
dikukuhkan sebagai panglima perang, gerakan dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Para juru
dakwah dikirim ke berbagai wilayah Islam dengan cara menyamar sebagai pedagang atau jamaah haji.
Hal itu dilakukan karena kekuatan belum memungkinkan, sementara Dinasti Umayyah belum begitu
goyah. Setelah Abu Muslim Al-Khurasani diangkat sebagai panglima perang. Ibrahim Al Imam
memotivasi panglima itu untuk mengambil alih kekuasaan Khurasan dan menghabisi pendukunng
Dinasti Umyyah (tahun 747 M). Rencana itu sampai ke penguasa Dinasti Umayyah dan akibatnya Ibrahim
Al-Imam ditangkap dan dihukum mati oleh Khalifah Marwan II Abu Muslim Al-Khurasani memulai
gerakannya dengan stategi yang jitu. ia memanfaatkan perselisihan antara suku Arab Qaisy dan suku
Arab Yamani yang sudah berlangsung sejak zaman Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Ketika itu orang-
orang Yaman diistimewakan di Khurasan karena yang menjabat sebagai gubernur Khurasan berasal dari
suku Arab Yamani, yaitu As'ad bin Abdullah Al-Qasri, sementara itu orang-orang Arab Qaisy disingkirkan
dari pemerintahan. Sebaliknya, ketika yang menjabat gubernur Khurasan berasal dari Arab Qaisy, orang-
orang Yaman disingkirkan. Maka terjadilah pertentangan turun temurun. ketika Abu Muslim Al-
Khurasani memulai perlawanannya, gubernur Khurasan dijabat oleh orang dari suku Arab Qaisy
bernama Nasr bin Sayyar.

Dengan siasat itu Gubernur Nasr bin Sayyar akhirnya menyerah. Bersama Al Kirnani dan orang-orang
Yaman. Abu Muslim Al-Khurasani kemudia menguasai Kota Merv dan Nisabur. Pada bagian lain, tentara
Bani Abbasiyah yang dimpimpin oleh Kahbata. seorang Jendral bawahan Abu Muslim Al-Khurasani.
Dengan didampingi oleh Halid bin Barmak, ia maju kesebelah barat. Mereka menyebrangi sungai Eufrat
dan sampai ke Medan Karbala, tempay bersejarah gugurnya Husen bin Ali dalam sebuah pertempuran.
Di sinilah pertempuran dahsyat berkobar. Dalam peperangan Kahbata gugur, meskipun Gubernur Bani
Umyyah di Irak yang bernama Yazid berhasil dilumpuhkan,Komando kemudian digantikan oleh Hasan
bin Kahbata.
Selain itu, pasukan abbasiyah juga berhasil menaklukkan Kufah. Di bagian timur tentara Abbasiyah
terus bergerak maju (749 M). putra khalifah Marwan dikalahkan oleh Abu Uyun seorang panglima dari
Bani Abbasiyah. Dalam keadaan terjepit, khalifah Marwan II akhirnya terjun langsung memimpin upaya
terakhir untuk mempertahankan dinastinya. Ia mengerahkan pasukan berjumlah 120.000 personil,
menyeberangi sungai Tigris, kemudia bergerak menuju Zab Hulie. Pasukan Abbasiyah dikomandoi oleh
Abdullah bin Ali. Dalam perang itu pasukan Khalifah Marwan II menyerah dan Damaskus jatuh ke tangan
Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. Akan tetapi, Khalifah Marwan II berhasil melarikan diri, namun
akhirnya ia ditemukan di Mesir dan dibunuh disana. Kemudian Abu Abbas As-Safah dibaiat sebagai
kahlifah di Masjid Kufah pada tahun 750 M.

2.2Sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan
kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
dinasti ini udalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abass.
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H
(1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya.

Pada periode pengaruh Persia pertama (132 H750 M 232 H/847 M), pada periode ini
pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh
yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain,
kemakmuranmasyarakat mencapai tingka tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan
terus berkembang.

Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti inisangat singkat, yaitu dari tahun750 M sampai
754 M. Karena itu pembina sebenarnya dari daulat Abbasiah adalah Abu Ja'farAl Manshur (754-775 M).
Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari BaniUmayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah yang
merasa dikucilkan dari kekusaan. Untukmengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin
menjadi saingan baginya,satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali keduanya
adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria danMesir,
karena tidak bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim Al-Khurasani atas perintah Abu Ja'far.
Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755
M.
Abu Jafar al-Mansur melakukan perubahan mendasar bagi perkembangan Dinasti Abbasiyah
sebagai negara adikuasa dimasa mendatang, yakini:

1) Memindahkan ibu kota pemerintahan dari ibu kota pemeritahan dari Hasyimiyah dekat Kufah di Irak
ke kota yang baru dibentuknya yaitu Baghdad pada tahun 762 M

2) Mengangkat aparat yang duduk dalam lembaga eksekutif dan yudikatif

3) Mengangkat wazir (menteri) dalam eksekutif sebagai koordinator departemen

4) Membentuk lembaga protokol negara

5) Membentuk sekretaris negara

6) Membentuk kepolisian negara disamping melanjutkan angkatan bersenjata

7) Pemakaian gelar tahta seperti al-Mansur memakai gelar tahta "Abu Jafar" yang lebih populer
daripada nama sebenarnya. Selain itu, gelar "khalifatullah" sering dipakai dan gelar "bayangan allah di
bumi pun dipakai sebagia orang yang dimtunjuk allah sebagai pelindung umatNya.

10

Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang


sebelumnyamembebaskan diri dari pemerintah pusatdan memantapkan keamanan di daerah
perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia,
wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke Utara, bala tentaranya melintasi pegunungan
Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan
selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga
berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami dilaut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus
dan India.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu Al-Abbas dan
Abu Ja'far Al-Manshur maka, puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya,
yaitu Al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun Al Rasyid (786-809 M), Al-Ma'mun (813-833 M),
Al-Mu'tashim (833-842 M), Al-Wasiq (842 847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa Al-Mahdi
perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan
hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur
dan Barat jugabanyakmembawakekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al Rasyid (786-809
M) dan puteranya Al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk
keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya, sudah
terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Kesejahteraansosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara

Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.Al-Ma'mun, pengganti Al-
Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.Pada masa pemerintahannya,
penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji
penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut agama lain yang ahli.la juga banyak
mendirikan sekolah. salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al-Hikmah,
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar.Pada
masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Al-Mu'tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki
untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti
pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan.Praktik
orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-
prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.

11

Bagian kekuasaan atas daerah-daerah Dinasti Abbasiyah pun merupakan perkembangan dari sistem
provinsi yang dipakai pada dinasti Bani Umayyah. Sangat luasnya daerah kekuasaan dan sulitnya
interkomunikasi, desentralisasi administrasi dan kekuasaan tidak dapat dielakkan. Kepala daerah
dipimpin oleh gubernur yang memiliki kekuasaan yang cenderung mutlak untuk urusan-urusan daerah.
Gubernur memangku jabatan selama disukai wazir yang mengusulkan pengangkatannya kepada
khalifah. Provinsi-provinsi terdiri dari:

1. Afrika sebelah barat gurun libia bersama Sisilia


2. Mesir

3. Syria dan Palestina

4. Hijaz dan Yamamah

5. Yaman ( Arabia Selatan)

6. Bahrain dan Omman

7. Al-Sawwad atau Irak

8. Al-Jazira (Mosul)

9. Adarbayjan terdiri dari Ardabil, Tibridz, dan Maragh 10. Al-Jibal yang kemudian dikena degan Irak al-
Ajami

11. Khuzistan

12

12. Fars

13. Karman

14. Mukran

15. Sizistan
16. Qhuhistan

17. Qumis

18. Tabaristan

19. Jurzan

20. Armenia

21. Khurasan termasuk daerah yang dikenal

dengan afghanistan

22 .Khawarizm,dan

23.Al-Sughd yang memilki dua kota terkenal, Bukhara dan Samarkand

13

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi
pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas
penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam.

2.3Perkembangan Peradapan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun ar-rasyid dan
putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia islam
Pada masa ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan pikiran untuk
kemajuan manusia saat itu.Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu
dari berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan menambah kemajuan
ilmu pengetahuan dalam dunia islam.Di samping banyak bermunculan karya-karya ilmuwan muslim
bermunculan pula karya-karya berbahasa asing terutama bahasa Yunani yang diterjemahkan kedalam
bahasa Arab buku-buku dari berbagai bahasa dan berbagai judul itu dipilih dan diserahkan kepada para
ilmuwan muslim untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah menyediakan dana yang sangat
besar untuk kegiatan penerjemahan ini.Yang menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
Bani Abbasiyah adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ini tidak
hanya berasal dari bangsa Arab muslim atau dikenal dengan kaum mawali. Kaum mawali adalah muslim
yang berasal dari bangsa non-arab terutama orang-orang yang berasal dari Persia. Para ilmuwan muslim
pada masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga benua untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ketiga benua
yang dipilih adalah benua Asia Eropa dan Afrika. Dari 3 benua ini dianggap mengalami kemajuan yang
sangat pesat dari semua ilmu pengetahuan.Setelah kembali dari tempat pengembaraan para ilmuwan
muslim membaca dan menerjemahkan buku-buku tersebut. Dalam waktu yang lama mereka berusaha
menggali berbagai pengetahuan dan kemudian menulis berbagai buku terutama buku-buku dalam
bentuk Dairatul Ma'arif atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan ensiklopedia

.Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus mengembangkan
pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan. Dengan
semakin giat nya kaum muslimin mempelajari berbagai ilmu dari berbagai buku yang ditulis oleh para
ilmuwan muslim dan buku-buku berbahasa asing yang diterjemahkan oleh mereka Maka masyarakat
Islam pada masa itu menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa.

14

Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara barat(EROPA).


Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam berkembang tidak kalah pesatnya.
Berbagai hasil penemuan dan penelitian ilmiah dibukukan oleh para ilmuwan muslim.Kegiatan
penerjemahan dari berbagai buku karya ilmuwan besar Eropa terus menerus berlangsung.
Pembangunan tempat kegiatan kegiatan belajar sangat pesat dan sangat diperhatikan oleh para
penguasa muslim yang ada di sana. Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai
kalangan. Kota-kota besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan
bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani Abbasiyah.

a. Tempat-tempat belajar

Pada mulanya tempat-tempat belajar pada masa itu tidak berbentuk madrasah atau sekolah atau
Pesantren sebagaimana yang ada pada masa kini. Tempat belajar ketika itu hanya merupakan tempat
orang-orang yang berkumpul untuk belajar ilmu pengetahuan tempat-tempat tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan menengah.

2. Masjid, ya itu yang biasa dipakai belajar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi

3. Majlis Muhadharah, yaitu majelis Tempat bertemunya para ulama, sarjana, ahli fikir untuk

membahas masalah masalah ilmiah

4. Darul Hikmah, didirikan oleh Khalifah Al Makmun. Darul Hikmah adalah perpustakaan terbesar
pada masa Bani Abbasiyah. Di tempat ini juga disediakan tempat tempat belajar bagi pengunjung
perpustakaan. Disamping itu dibangun pula sebuah perguruan tinggi yang diberi nama Darul Hikmah.
5. Madrasah, pertama kali didirikan oleh Perdana Menteri Nidhamul Muluk yang memerintah pada
tahun 456-485 H. Madrasah tersebut didirikan di kota Baghdad, Basrah, Muro, Thabaristan, naisabur,
Hara, Isfahan, dan kota kota lainnya. Madrasah madrasah yang didirikan mulai dari tingkat dasar
menengah dan perguruan tinggi seperti yang ada pada saat ini.

15

b. Kegiatan Menerjemah

Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah khususnya pada masa Khalifah
Al Mansur, salah satunya disebabkan oleh adanya gerakan penerjemahan buku-buku asing ke dalam
bahasa Arab. Buku-buku Terjemahan ini sangat membantu umat Islam dalam mempelajari dan
memahami berbagai cabang ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa dan bangsa. Di antaranya kitab
atau buku bidang sejarah ilmu kalam filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, musik,dan lain-lain. Proses
penerjemahan buku-buku asing tersebut tidak langsung diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tetapi
terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Syria bahasa sirih adalah bahasa ilmu pengetahuan di
Mesopotamia pada waktu itu bahasa syriac kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa-
masa berikutnya penerjemahan dilakukan langsung ke dalam bahasa Arab.

C.Pusat pusat kegiatan ilmu Pengetahuan

Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah terus bertambah. Hal
ini disebabkan dengan semakin semangat dan bertambahnya umat Islam yang hendak menuntut dan
sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu
pengetahuan oleh khalifah dilengkapi dengan berbagai fasilitas atau perlengkapan Hal ini dilakukan
untuk mempermudah kaum muslimin mencari sumber dan informasi tentang ilmu pengetahuan yang
diminatinya. Adapun kota-kota besar yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan pada masa
kekhalifahan Bani Abbasiyah antara lain Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus, Fusthat, dan Qairawan.
Sedangkan beberapa kota baru yang dibuka sebagai pusat pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah
antara lain Baghdad, Isfahan, Naisabur, Basrah dan lain-lain.

d.Bidang sosial dan budaya

Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi danasimilasi
masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembangunan istana dan kotakota, seperti pada istana
qohsrul dzahabi, dan qoshrul khuldi. Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik.

16

e.bidang politik dan militer

Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan Keamanan yang disebut
diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran dan
pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas kenyataan politik militer bahwa
pemerintah dinasti Abbasiyah banyak terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha
memisahkan diri dari pemerintah dinasti Abbasiyah.

2.4Tokoh yang berperan dalam kemajuan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

1. Biografi Khalifah Abu Jafar al mansur

Abu Jafar al mansur adalah Putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muthalib. Abu Jafar al mansur dilahirkan di Kota Himaymah pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah
mantan seorang hamba sahaya. Abu Ja'far al-mansur bersaudara dengan Ibrahim bin Muhammad dan
Abbul Abbas bin Muhammad.Tiga orang bersaudara inilah yang dianggap sebagai pendiri Daulah
Abbasiyah Tetapi hanya 2 orang yang menjadi khalifah yaitu Abbul Abbas dan Abu Jafar al mansur,
sedangkan Ibrahim meninggal pada saat berperang melawan Marwan bin Muhammad ( khalifah Bani
Umayyah).Para ahli sejarah mengetahui bahwa pendiri Daulah Abbasiyah sesungguhnya adalah Abu
Ja'far al-mansur karena beliau peletak dasar sistem pemerintahan dan mengatur politik Daulah
Abbasiyah. Abu Jafar al mansur dikenal pula sebagai khalifah yang berpikiran maju pemberani dan rapi
dalam pemerintahan jalur pemerintahan diatur dengan sangat rapi mulai dari daerah Desa hingga ke
tingkat pusat teratur dan terarah dengan baik.

2.Masa kekhalifahan Harun ar-rasyid

Harun ar-rasyid adalah khalifah ke-5 dari kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun
786 m hingga 803 m. ayahnya bernama Muhammad Almahdi dan kakaknya bernama Musa Al Hadi.
Musa Al Hadi adalah khalifah yang ketiga di Daulah Abbasiyah. Era pemerintahan Harun yang dilanjutkan
oleh Makmun ar-rasyid dikenal sebagai masa keemasan Islam( The Golden Age of Islam) di mana saat itu
Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan. Khalifah Harun ar-rasyid terkenal sebagai khalifah
yang taat dalam beragama Dermawan dan mencintai ilmu pengetahuan. Beberapa usaha khalifah Harun
ar-rasyid dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam antara lain adalah mengangkat Wazir,
menjaga keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, serta
meningkatkan kesejahteraan rakyat.

17

3.Masa kekhalifahan Abdullah Al Makmun

Nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun Ibnu Harun ar-rasyid air pada tahun 170H. Sejak
kecil Al Makmun dididik di lingkungan istana Daulah Abbasiyah. Gurunya adalah Ja'far bin Yahya,
seorang Wazir pada masa kekhalifahan Harun ar-rasyid. Sebelum menjadi khalifah al-makmun
dipercaya oleh ayahnya untuk menangani masalah masalah di bidang pemerintahan. Saat itu ia diberi
tanggung jawab sebagai penguasa wilayah timur Daulah Abbasiyah yaitu wilayah khurasan hingga ke
Hamadan.
Al Makmun adalah khalifah yang cerdas dan bijaksana. Khalifah Al Makmun juga menganjurkan
seluruh rakyatnya untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk keperluan itu,
Khalifah Al Makmun menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari menyediakan berbagai buku,
membangun perpustakaan ( Baitul Hikmah) hingga membiayai penerjemahan buku-buku berbahasa
Yunani dan persia ke dalam bahasa Arab.

Baitul hikmah (perpustakaan) dibangun pada tahun 830 M di Baghdad pada masa kekhalifahan Al
Makmun. Baitul hikmah adalah perpustakaan yang Sekaligus berfungsi sebagai tempat belajar. Di dalam
Baitul hikmah terdapat berbagai buku dengan berbagai bahasa yang dibeli oleh Khalifah Al Makmun.
Berbagai buku dengan bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kemudian diteliti dan dikaji
untuk kepentingan pembelajaran.

2.5Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah

Setelah mengalami kemajuan, Dinasti Abbasiyyah pun mengalami kemunduran dan kehancuran
yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal yaitu sebagai berikut:
1. Lemahnya Khalifah

Sejak berakhirnya kekuasaan Dinasti Saljuk atas Baghdad, Khalifah Abbasiyyah sudah merdeka
kembali,namun kekuasaannya hanya didaerah Baghdad saja. Sementara itu, wilayah Abbasiyyah lainnya
diperintah oleh dinasti-dinasti kecil yang tersebar disebelah timur dan barat baghdad. Khalifah Dinasti
Abbasiyyah di Baghdad berhasil mengambil kesempatan dari kelemahan kaum saljuk dari gerakan-
gerakan pemisahan, serta mengumumkan kemerdekaannya memerintah Baghdad dan sekitarnya. Usaha
untuk mengembalikan kekuasaan Khalifah Dinasti Bani Abbasiyyah ini dirintis oleh Khalifah al-
Mustarsyid (512-529) H/m8-1135 M), kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Khalifa al-Rasyid (529-530
H/1135-1136 M). Akhirnya, usaha itu banyak membawa hasil pada masa Khalifah al-Muqtafi (530-555
H/1136-1160 M), dimana ia berhasil memegang kendali istana (Hasan 1967:56-57). Sejak masa itu,
Khalifah Bani Abbas mempunyai pengaruhnya kembali, meskipun dalam wilayah yang terbatas.

18

2. Persaingan Antar-Bangsa

Adanya kecenderungan antar bangsa-bangsa -Maroko, Mesir, Syira, Irak, Persia, Turki, dan India
untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak Abbasiyyah berdiri, yakni dalam periode (1)
Pengaruh Persia, (2) Pengaruh Turki. (3) Pengaruh Persia II (4) Pengaruh Turki II, dan (5) bebas pengaruh
bangsa lain tapi hanya di baghdad saja.

3. Kemerosotan Ekonomi

Pada periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih
besar. Hal ini disebabkan wilayah kekuasaan semakin menyempit. banyak terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan banyak dinasti kecil yang memerdekakan
diri tidak lagi membayar upeti.

4. Konflik Keagamaan

Kekecewaan orang persia terhadap cita-cita yang tak tercapai mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Mazuisme. Zoroasrerisme, dan Mazdakisme, antara orang beriman an kaum
zindik terjadi konflik bersenjata seprti gerakan al Afsyin dan Qaramithah; adanya konflik antara Syi'ah
dan Ahlussunnah: terjadi mihnah pada masa al-Mamun (813-833 M), yang menjadikan Mu'tazilah
menjadi mazhab resmi negara; kemudian al-Mutawakkil (847-861 M) menghapus Mu'tazilah digantikan
oleh golongan Salaf pengikut Hambali yang tidak toleran terhadap Mu'tazilah yang rasional,
menyempitkan horizon intelektual; Mu'tazilah bangkit lagi pada masa Buwaihi dan Saljuk, namun
kemudian Asy'ariah menyingkirkan Mu'tazilah yang didukung oleh al-ghazali. Kondisi-kondisi tersebut
jelas tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual islam.
5. Perebutan Kekuasaan antara Keluarga Bani Abbasiyah

Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma'mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya
unsur Turki dan Parsi. Setelah Al-Mutawakkil wafat. pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari
kedua belas khalifah periode kedua Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan
wajar. Selebihnya, para khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.

19

Selain itu faktor eksternal juga telah menjadi sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyyah,
berikut ini:

1) Perang Salib

Perang antara umat kristen dengan umat islam yang berlangsung dari tahun 1995 M sampai 1291 M.
telah menelann banyak korban dan menyebabkan Khalifah Bani Abbasiyyah lemah.

2) Serangan Hulagu Khan Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, melakukan serangan-serangan menuju
Baghdad dengan mengalahkan Khurasan di persia dan Hasysyasyin di Alamut terlebih dahulu. Pada
tanggal 10 Februari 1258 M/ 656 H, ia dan pasukannya sampai ke tepi kota baghdad. Namun perintah
untuk menyerah ditolak oleh Khalifah al-Musta'shim (Khaliaf terakhir Abbasiyyah), sehingga Baghdad
dikepung dan dihancurkan.

3) Dominasi Bangsa Turki


Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya,
para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya
tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan anggota militer
inilah, dalam perkembangan selanjutnya, yang mengancam kekuasaan khalifah. Tentara Turki berhasil
merebut kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tangan mereka.

20

Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasan Bangsa Turki:

. mulai khalifah ke-10, Khalifah Al-Mutawwakil (tahun 232 H.) hingga Khalifah ke 22. Khalifah Al-Mustaqfi
Billah (Abdullah Suni-Qasim tahun 334 H). Pada masa kekuasaan bangsa Turki II (Banu Saljuk), mulai dari
khalifah ke-27. Khalifah Muqtadie bin Muhammad (tahun467 H.) hingga khalifah ke-37, Khalifah
Musta'shim bin Mustanshir (tahun 656 H.)

4) Dominasi Bangsa Persia:

Masa kekuasaan Bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan
pusat di Baghdad dilucuti dan di berbagai daerah muncul Negara negara baru yang berkuasa dan
membuat kemajuan dan perkembangan baru.

Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam mengelola
pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang.
Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian Khalifah Muthie'
(khalifah ke-23) tahun 334 H., Banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.

Pada tanggal 10 Februari 1258 M/ 656 H, Baghdad menghadapi serbuan pasukan Mongol di bawah
pimpinan Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, dimana perlawanan kaum Muslimin dapat mereka patahkan.
Pasukan Tartar dibawah komando Yagunus memasuki kota Baghdad dari jurusan Barat, sementara
pasukan lainnya yang langsung dipimpin Hulagu Khan masuk dari jurusan Timur. Ketika khalifah al-
Musta'shim beserta beberapa pembesar Negara dan tokoh-tokoh masyarakat keluar untuk menjumpai
mereka (pasukan Mongol), semuanya dipancung lehernya, termasuk al-Musta'shim sendiri yang telah
dibunuh dengan cara diseret seret menggunakan kuda. Pasukan Mongol kemudian membludak
memasuki Baghdad lewat semua jurusan. Tiga puluh empat hari lamanya pedang mereka merajalela,
sehingga hanya sedikit saja penduduk yang selamat. Beberapa dari keluarga Bani Abbasiyah dapat
melarikan diri, dan di antaranya akhirnya ada yang menetap di Mesir.

21

BAB lll

PENUTUP

3.1Kesimpulan

1. Sejarah Lahirnya Dinasti Abbasiyah

Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas, yaitu salah satu keturunan dari Bani Hasyimyang termasuk
paman dari Nabi Muhammad saw. Bani Hasyim merupakan mitra politik BaniUmayyah sejak zaman
Jahiliyah sampai kelahiran Islam, juga pada saat Bani Umayyah berkuasa. Posisi Bani Hasyim tersingkir
dalam pemerintahan setelah berakhirnya masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pemerintahan Islam
kedua dikuasai oleh keluarga BaniUmayyah. Bani Umayyah adalah kelompok keluarga besar atau bani
yang didirikan olehMuawiyah bin Abi Sofyan. Sementara itu keluarga Bani Hasyim berada pada posisi
dibawahtidak berperan sedikitpun dalam pemerintahan Bani Umayyah. Keluarga Bani Hasyimmerasakan
keadilan ketika pemerintahan BaniUmayyah dipimpin oleh khalifah kedelapanyakni Umar bin Abdul Azis.
Pada masa itu tidak boleh seorang pun keluar dari garis undang-undang atau hukum Negara. Langkah-
langkah kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz,yang memberlakukan persamaan hak bagi seluruh
warganya ternyata merupakan kesempatan bagi Bani Abbasiyah menyusun kekuatan untuk merebut
kekuasaan dari Bani Umayyah.
22

2. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah

Setelah mengalami kemajuan, Dinasti Abbasiyyah pun mengalami kemunduran dan kehancuran yang
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal

yaitu:

1. Lemahnya Khalifah:

Sejak berakhirnya kekuasaan Dinasti Saljuk atas Baghdad, Khalifah Abbasiyyah sudah merdeka
kembali,namun kekuasaannya hanya didaerah Baghdad saja. Sementara itu, wilayah Abbasiyyah lainnya
diperintah oleh dinasti-dinasti kecil yang tersebar disebelah timur dan barat baghdad. Khalifah Dinasti
Abbasiyyah di Baghdad berhasil mengambil kesempatan dari kelemahan kaum saljuk dari gerakan-
gerakan pemisahan, serta mengumumkan kemerdekaannya memerintah Baghdad dan sekitarnya. Usaha
untuk mengembalikan kekuasaan Khalifah Dinasti Bani Abbasiyyah ini dirintis oleh Khalifah al-
Mustarsyid (512-529) H/m8-1135 M), kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Khalifa al-Rasyid (529-530
H/1135-1136 M). Akhirnya, usaha itu banyak membawa hasil pada masa Khalifah al-Muqtafi (530-555
H/1136-1160 M), dimana ia berhasil memegang kendali istana (Hasan 1967:56-57). Sejak masa itu,
Khalifah Bani Abbas mempunyai pengaruhnya kembali, meskipun dalam wilayah yang terbatas.

2. Persaingan Antar-Bangsa

Adanya kecenderungan antar bangsa-bangsa -Maroko, Mesir, Syira, Irak, Persia, Turki, dan India untuk
mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak Abbasiyyah berdiri, yakni dalam periode (1) Pengaruh
Persia, (2) Pengaruh Turki. (3) Pengaruh Persia II (4) Pengaruh Turki II, dan (5) bebas pengaruh bangsa
lain tapi hanya di baghdad saja.

23

3.Kemerosotan Ekonomi

Pada periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih
besar. Hal ini disebabkan wilayah kekuasaan semakin menyempit. banyak terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan banyak dinasti kecil yang memerdekakan
diri tidak lagi membayar upeti.

4. Konflik Keagamaan

Kekecewaan orang persia terhadap cita-cita yang tak tercapai mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Mazuisme. Zoroasrerisme, dan Mazdakisme, antara orang beriman an kaum
zindik terjadi konflik bersenjata seprti gerakan al Afsyin dan Qaramithah; adanya konflik antara Syi'ah
dan Ahlussunnah: terjadi mihnah pada masa al-Mamun (813-833 M), yang menjadikan Mu'tazilah
menjadi mazhab resmi negara; kemudian al-Mutawakkil (847-861 M) menghapus Mu'tazilah digantikan
oleh golongan Salaf pengikut Hambali yang tidak toleran terhadap Mu'tazilah yang rasional,
menyempitkan horizon intelektual; Mu'tazilah bangkit lagi pada masa Buwaihi dan Saljuk, namun
kemudian Asy'ariah menyingkirkan Mu'tazilah yang didukung oleh al-ghazali. Kondisi-kondisi tersebut
jelas tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual islam.

5. Perebutan Kekuasaan antara Keluarga Bani Abbasiyah


Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma'mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya
unsur Turki dan Parsi. Setelah Al-Mutawakkil wafat. pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari
kedua belas khalifah periode kedua Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan
wajar. Selebihnya, para khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.

24

Selain itu faktor eksternal juga telah menjadi sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyyah,
berikut ini:

1) Perang Salib

Perang antara umat kristen dengan umat islam yang berlangsung dari tahun 1995 M sampai 1291 M.
telah menelann banyak korban dan menyebabkan Khalifah Bani Abbasiyyah lemah.

2) Serangan Hulagu Khan Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, melakukan serangan-serangan menuju
Baghdad dengan mengalahkan Khurasan di persia dan Hasysyasyin di Alamut terlebih dahulu. Pada
tanggal 10 Februari 1258 M/ 656 H, ia dan pasukannya sampai ke tepi kota baghdad. Namun perintah
untuk menyerah ditolak oleh Khalifah al-Musta'shim (Khaliaf terakhir Abbasiyyah), sehingga Baghdad
dikepung dan dihancurkan.

3) Dominasi Bangsa Turki

Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai
gantinya,para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran,
khususnya tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan anggota
militer inilah, dalam perkembangan selanjutnya, yang mengancam kekuasaan khalifah. Tentara Turki
berhasil merebut kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tangan mereka.
25

4) Dominasi Bangsa Persia.

Masa kekuasaan Bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan
pusat di Baghdad dilucuti dan di berbagai daerah muncul Negara negara baru yang berkuasa dan
membuat kemajuan dan perkembangan baru.

Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam mengelola
pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang.
Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian Khalifah Muthie'
(khalifah ke-23) tahun 334 H., Banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.

Pada tanggal 10 Februari 1258 M/ 656 H, Baghdad menghadapi serbuan pasukan Mongol di bawah
pimpinan Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, dimana perlawanan kaum Muslimin dapat mereka patahkan.
Pasukan Tartar dibawah komando Yagunus memasuki kota Baghdad dari jurusan Barat, sementara
pasukan lainnya yang langsung dipimpin Hulagu Khan masuk dari jurusan Timur. Ketika khalifah al-
Musta'shim beserta beberapa pembesar Negara dan tokoh-tokoh masyarakat keluar untuk menjumpai
mereka (pasukan Mongol), semuanya dipancung lehernya, termasuk al-Musta'shim sendiri yang telah
dibunuh dengan cara diseret seret menggunakan kuda. Pasukan Mongol kemudian membludak
memasuki Baghdad lewat semua jurusan. Tiga puluh empat hari lamanya pedang mereka merajalela,
sehingga hanya sedikit saja penduduk yang selamat. Beberapa dari keluarga Bani Abbasiyah dapat
melarikan diri, dan di antaranya akhirnya ada yang menetap di Mesir.

26
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002

M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009),

Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010,

Mursyid, Ali dkk Sejarah Kebudayaan islam, Indonesia, Kementrian Agama 2014

Khamzah M. dkk, 2015. Modul Hikmah Sejarah kebudayaan Islam kelas II, Jakarta: Team Guru PAI
Madrasah Aliyah.

R. Suntiah. Maslani, 2017 Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya

27

Anda mungkin juga menyukai