Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP KEMAMPUAN


KONEKSI MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII

PROPOSAL

Oleh:
NURHALIZA
1610205002

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) KERINCI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
TAHUN 2021/1443H
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP KEMAMPUAN
KONEKSI MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Serjana Pendidikan ( S.Pd )Matematika

Oleh:
NURHALIZA
1610205002

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

TAHUN 2021/1443H

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : NURHALIZA

NIM : 1610205002

Jurusan : Tadris Matematika

Alamat : Tanah Kampung

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul:

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP KEMAMPUAN

KONEKSI MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII, adalah hasil penelitian/

karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Sungai Penuh, Oktober2021


Yang menyatakan

NURHALIZA
NIM.1610205002

ii
‫ص ِّل َعلَى َس يِّ ِدنَا‬ ِ َ‫ الَّ ِذي حبانَ ا بِاِإْل مْي‬، ِ ِ‫ك احْل ِّق الْمب‬
ِ ‫ان واليق‬
َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.‫ني‬ ََ ‫ْد ِهلل الْ َمل ِ َ ُ نْي‬
ِ ِ ُ ‫اَحْل م‬
َ
‫ َو َم ْن‬،‫اَألخيَ ا ِر َأمْج َعِني‬ ِ ِِ ِ ِ
ْ ‫َأص َحابِه‬ ْ ‫ َو‬، ‫ َو َعلَى آل ه الطَّيِّبِنِي‬،‫ٍ َخ امَتِ اَألنْبِيَ اء َواملُْر َس لني‬،‫حُمَ َّمد‬
‫ ََّأما َب ْع ُد‬.‫ان ِإىَل َي ْوِم الدِّيْ ِن‬
ٍ ‫تَبِعهم بِِإحس‬
َ ْ ْ َُ
Puji dan syukur selalu penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya-nya kepada kita semua, terutama sekali

kepada penulis, sehingga berkat rahmat-nya proposal ini dapat diselesaikan

dengan cukup baik.

Shalawat beriring salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW

rahmatan lil’alamin. Dalam usaha menyelesaikan Proposal ini, banyak

sumbangsih dari berbagai pihak kepada penulis, maka untuk itu pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada YTH:

1. Ayahanda dan Ibunda ku tercinta

2. Rektor, Wakil Rektor I, II, dan III, Institut Agama Islam Negeri Kerinci

(IAIN) Kerinci.

3. Dekan, Wakil Dekan I, II, dan III Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Kerinci (IAIN) Kerinci.

4. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Kerinci (IAIN)

Kerinci.

5. Ibuk Selvia Erita, M.Pd sebagai Pembing I yang telah membimbing, memberi

masukan dan ide dalam penulisan proposal penelitian ini.

iii
6. Ibuk Rilla Gina Gunawan, M. Pd sebagai Pembing II yang telah

membimbing, memberi masukan dan ide dalam penulisan proposal penelitian

ini.

7. Kepala Perpustakaan dan Karyawan Perpustakaan IAIN Kerinci yang telah

melayani peminjamn buku-buku demi kelancaran penulisan proposal

penelitian ini.

Akhirnya atas segala bantuan dan sumbangsih yang telah diberikan kepada

penulis dalam menyelesaikan proposal ini sehingga bisa menjadi karya ilmiah

yang bermanfaat untu nusa dan bangsa, penulis do’a kan semoga bantuan pihak

yang terlibat mejadi amal di sisi Alloh SWT, amin.

Sungai Penuh, Desember 2021

Wassalam

NURHALIZA
NIM.1610205002

iv
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................

B. Identifikasi Masalah........................................................................

C. Batasan Masalah.........................................................................

D. Rumusan Masalah.....................................................................

E. Tujuan Penelitian......................................................................

F. Manfaat Penelitian....................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pembelajaran Matematika.................................................................

1. Pengeritan Belajar.....................................................................

2. Pengertian Belajar Matematika.................................................

3. Tujuan Pembelajaran Matematika.............................................

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange..........

1. Pengertian model Pembelajaran Kooperatif

tipe Rotating Trio Exchange (RTE) ..........................................

v
2. Langkah-langkah Penerapan Model

Pembelajaran Tipe Rotating Trio Exchange

(RTE)........................................................................................

3. Keunggulan dan Kelemahan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange (RTE)........................................................................

C. Kemampuan Koneksi Matematika Siswa..........................................

1. Pengertian Kemampuan Koneksi Matematis

Siswa.........................................................................................

2. Indikator Kemampuan Koneksi Matematis

Siswa.........................................................................................

D. Penelitian yang Relevan....................................................................

E. Kerangka Konseptual........................................................................

F. Hipotesis Penelitian..........................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................

B. Populasi dan Sampel.........................................................................

C. Variabel Penelitian............................................................................

D. Jenis dan Sumber Data......................................................................

E. Teknik Pengumpulan Data................................................................

F. Instrumen Penelitian.........................................................................

1. Validitas Soal Tes.....................................................................

2. Reliabilitas Soal Tes..................................................................

G. Analisis Data.....................................................................................

1. Analisis Deskriptif....................................................................

2. Pengujian Hipotesis...................................................................

vi
a. Uji Normalitas......................................................................

b. Uji Homogenitas Varian.......................................................

c. Uji t......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

DAFTAR TABEL

vii
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa Kelas VIII MTsS

Tanah Kampung……………………………………………………

Tabel 2.1 Kerangka Konseptual ……………………………………………

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ……………………………………………

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ……………………………………………

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ………………………………

Tabel 3.4 Kriteria Korelasi Validitas …………………………………….

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Soal Tes …………………………………

Tabel 3.6 Kriteria Skor Siswa …………………………………………..

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan matapelajaran yang penting yang dipelajari

mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi,

alasanya dikarenakan matematika menjadi dasar merupakan penunjang utama

dalam mepelajari ilmu lainnya. Lebih lanjut, matematika juga merupakan

salah satu ilmu dasar yang sangat penting dalam kehidupan termasuk bagi

peserta didik, karena matematika dapat mengembangkan kemampuan berfikir

logis, luwes dan tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari mereka (Ruqoyyah dkk, 2015:1). Sebagai umat

Islam, ajaran tentang pentingnya memahami matematika telah secara jelas di

sebutkan Allah, sebagaimana firmannya:

ٗ Jُ‫ر ن‬J
ُ‫ َّد َر ۥه‬Jَ‫ورا َوق‬J َ J‫يَٓاءٗ َو ۡٱلقَ َم‬J‫ض‬ ِ ‫س‬ َ ۡ‫م‬J‫ٱلش‬َّ ‫هُ َو ٱلَّ ِذي َج َع َل‬
ُ ‫ق ٱهَّلل‬ َ ۚ J‫ين َو ۡٱل ِح َس‬
َ Jَ‫ا َخل‬JJ‫اب َم‬ َ ِ‫ن‬J‫ٱلس‬
ِّ ‫ َد َد‬J‫وا َع‬ ْ ‫از َل لِتَ ۡعلَ ُم‬ ِ َ‫َمن‬
٥ ‫ون‬ َ ‫ت لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعلَ ُم‬ِ َ‫ق يُفَصِّ ُل ٱأۡل ٓ ٰي‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ِّ ۚ ‫ك ِإاَّل ِب ۡٱل َح‬
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui (QS. Yunus/10:5).

Ayat 5 Surah Yunus ayat 5 tersebut menyebutkan matahari dan bulan

secara beriringan, ayat ini mengisyaratkan ketentuan Allah tentang garis edar

yang teratur dari bulan dan matahari dimaksudkan agar supaya manusia

1
2

mengetahui perhitungan tahun dan ilmu hisab (litalamu adad as-sinina

walhisab). Dalam ayat tersebut pentingnya nya pengetahuan matematikan

secara jelas disebutkan pada kata “َ‫ ” َع َدد‬yang berarti hitungan, dan pada kata “

َ ۚ JJJ‫ ” َو ۡٱل ِح َس‬yang berarti perhitungan/aritmatika. Dalam ayat tersebut juga


‫اب‬

menyatakan untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu perlu

dikuasai pengetahuan tentang matematika.

Pembelajaran matematika di sekolah telah ditentukan tujuan dan

dampak yang diharapkan muncul pada diri siswa setelah mempelajari

matematika, melalui standar konpetensi yang telah diatur dan ditetapkan

dalam Kurikulum dan silabus pada sesuai dengan tingkat dan jenjang

pendidikan. Menurut Fendrik (2009:1) Diantara berbagai kompetensi

matematis yang diharapkan muncul sebagai dampak dari pembelajaran

matematika ialah kemampuan koneksi matermatis, kemampuan koneksi

matematis adalah kemampuan siswa dalam menghubungkan pengetahuan

dalam pembelajaran matematika yang disertai dengan penjelasan cara

penyelesaiannya.

Mengingat pentingnya pelajaran matematika oleh karena itu, di

Indonesia matematika dijadikan sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari

siswa di setiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan Sekolah

Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai pada Perguruan Tinggi dengan

semua jenis dan program serta dengan jumlah jam yang relatif banyak, dan

hal tersebut telah di atur dalam kurikulum pendidikan di Indonesia

sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang


3

Sistem Pendidikan Nasional (Fendrik, 2009:2). Salah satu tujuan umum

pembelajaran matematika adalah siswa memiliki kemampuan memecahkan

masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

(Nurfatanah dkk, 2018:13).

Menurut Nari dan Musfika (2016:313) menyatakan bahwa tidak semua

siswa mampu memecahkan masalah matematis, hal tersebut dikarenakan

mereka kesulitan menenal sistem bilangan, simbol-simbol matematikan dan

hubungan antar ide matematika, yang bisa disebabkan berbagai faktor salah

satunya adalah rendahnya kemampuan koneksi matematis. Sementara itu,

hasil penelitian yang dilakukan Octaviani dkk (2019:161) dalam Jurnal

Pembelajaran Matematika Inovatif menunjukkan bahwa kemampuan koneksi

matematis berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Koneksi

matematis sebenarnya adalah kemampuan menghubungkan atau mencari serta

mengidentifikasi suatu keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara

internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri seperti kemampuan

menjelaskan langkah dan konsep dalam menyelesaikan persoalan yang

diberikan maupun keterkaitan secara eksternal yaitu matematika dengan

bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari (Lagawati, 2017:19).

Menurut Fendrik (2019:5) pentingnya siswa memiliki kemampuan

koneksi matematika yang baik adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan menghubungkan pengetahuan tentang topik yang dipelajari

dalam pembelajaran matematika disertai dengan cara penyelesaiannya.


4

Menurut Apipah (2021:6) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kemampuan koneksi matematis siswa diantaranya adalah gaya belajar siswa

dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

koneksi matematis siswa adalah model pembelajaran yang menyebabkan

siswa melibatkan potensi dirinya seperti kemampuan penglihatan (visual),

gerak (kinestetik), dan pendengaran (auditory) (Menurut Apipah (2021:7).

Berdasarkan pendapat apipah tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu

model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi

matematis siswa adalah model pembelajaran yang melibatkan penglihatan,

gerak dan pendengaran.

Diantara model pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa

penglihatan, gerak dan pendengaran adalah melaui model pembelajaran

Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange, model pembelajran ini merupakan

model pembelajaran yang cetus oleh Malvin L. Silberman dengan cara ini

siswa diberi ruang untuk berdiskusi secara mendalam untuk memecahkan

masalah dengan beberapa teman kelasnya, diberi kesempatan mendengankan

materi yang sisampaikan, dan melibatkan gerak siswa untuk melakukan rotasi

pada waktu tertentu (Sahril, 2018:143).

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 5 oktober 2021 pada

kelas VII A dan VII B MTs S Tanah Kampung, pada kegiatan pembelajaran

matematika di kelas VII ditemukan beberapa siswa mendapat kesulitan

terutama pada saat diberikan soal yang berbeda dari contoh yang telah
5

dijelaskan oleh guru mata pelajaran siswa tidak bisa menyelesaikannya,

beberapa siswa juga kesulitan mengaplikasikan rumus dalam menyelesaikan

masalah matematika yang diberikan. Permasalahan tersebut merupakan

gambaran adanya masalah terhadap kemampuan koneksi matematika pada

siswa MTs S Tanah Kampung.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Kemampuan

Koneksi Matematika Siswa Di Kelas VII”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang ditemukan pada latar belakang masalah di

atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Beberapa siswa mendapat kesulitan terutama pada saat diberikan soal yang

berbeda dari contoh yang telah dijelaskan oleh guru mata pelajaran siswa

tidak bisa menyelesaikannya.

2. Beberapa siswa juga kesulitan mengaplikasikan rumus dalam

menyelesaikan masalah matematika yang diberikan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas

maka peneliti membatasi penelitian ini hanya untuk mengetahui pengaruh

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

(RTE) terhadap kemampuan koneksi matematika siswa di Kelas VII.


6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang diajar dengan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Trio Exchange (RTE) lebih baik dari pada

siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Trio

Exchange (RTE)?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Trio Exchange (RTE) terhadap kemampuan koneksi matematis pada siswa

kelas VII MTsS Tanah Kampung?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan koneksi matematis antara

siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Trio

Exchange (RTE) dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Trio Exchange (RTE).

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaa model pembelajaran Kooperatif

Tipe Trio Exchange (RTE) terhadap kemampuan koneksi matematis pada

siswa kelas VII MTsS Tanah Kampung.


7

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana

penggunaan model pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika pada

pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dan

perbandingan dalam pemecahan masalah pada siswa kelas VII.

3. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan peningkatan mutu pembelajaran

atau pendidikan melalui model pembelajaaran kooperatif tipe RTE

terhadap peningkatan kemampuan koneksi siswa MTS dalam pokok

bahasan Persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dan

perbandingan dalam pemecahan masalah pada siswa kelas VII.


8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan salah

satu kegiatan yang pokok. Karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung

pada proses belajar. Menurut Muhibbin Syah (2006:68) secara umum belajar

dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif

menetap sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku dan interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari pengalaman

seseorang dapat mengembangkan dan merubah cara dan gaya melihat,

mendengar, merasakan, dan mengerjakan sesuatu perbuatan. Dan dari

pengalaman itu pula seseorang bisa mendapatkan dan membentuk

pengetahuan, pengertian, nilai-nilai, sikap-sikap tertentu dan

gambarangambaran tentang dunia sekitar dan lingkungannya serta

kedudukannya dalam lingkungan tersebut.

Banyak pendapat yang dikemukakan para ahli tentang definisi

belajar.hal ini disebabkan adanya bermacam-macam perbuatan dalam belajar,

berikut ini beberapa definisi tentang belajar diantarnya, Menurut Morgan

yang dikutip Purwanto (2006:8) dalam buku Psikologi Pendidikan

mendefiniskan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.

8
9

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (2004:9) belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungannya, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Berdasarkan beberapa definisi belajar menurut ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar merupaka kegiatan yang dilakukan individu untuk

mendapatkan pengetahuan yang dengan pengetahuan tersebut dapat

mengubah tingkah laku yang relatif menabah pengetahuan, pemahaman

terhadap sesuatu kearah yang lebih baik lagi.

2. Pengertian Belajar Matematika

Definisi tentang matematika beraneka ragam, diantaranya adalah

menurut Soedjadi (1999:59) matematika cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisir secara sistematik. Dengan demikian, belajar matematika berarti

belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam

bahasan yang dipelajari dan mencari hubungannya. Supaya proses belajar

matematika terjadi, bahasan matematika seharusnya tidak disajikan dalam

bentuk yang sudah tersusun secara terstruktur, melainkan siswa dapat terlibat

aktif di dalam menemukan konsep, mengaplikasikan konsep dan

menyelesaikan masalah matematika baik masalah yang disimulasikan oleh

guru, maupun masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya,


10

sehingga ketika siswa berhadapan dengan soal berbeda dengan yang sudah

dicontohkan oleh guru, siswa tahu bagaimana cara menyelesaikannya.

Sehingga, siswa termotivasi untuk belajar matematika akibatnya siswa

cenderung berlaku akan aktif selama pembelajaran dan akan terciptalah kelas

“student center” Agar proses belajar matematika dapat berjalan dengan

lancar maka belajar matematika harus dilakukan secara terus menerus.

Apabila proses belajar matematika terputus-putus dan tidak teratur maka

proses pemahaman akan berjalan lamban.

Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa

yang melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada

suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai

metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara

optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan

efisien. Oleh karena itu proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar

bila belajar sendiri di lakukan secara kontinu (Hamzah dan Muhlisrarini,

2020: 42-43). Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat di simpulkan bahwa

belajar matematika adalah suatu proses tahapan perubahan tingkah laku yang

disebabkan oleh latihan dan pengalaman-pengalaman untuk mendapatkan

hubungan-hubungan, konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat

dalam bahasan yang dipelajari.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan Pembelajaran pendidikan matematika adalah yang secara umum

diajarkan di sekolah- sekolah, yakni kecakapan dan kemahiran matematika


11

yang diharapkan dapat dicapai dalam belajar matematika mulai satuan

pendidikan SD/MI sampai dengan SMA/ Aliyah (Hamzah dan Muhlisrarini,

2020: 42-43).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di SMP

adalah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh;

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Hamalik (2009:19) tujuan pembelajaran matematika adalah :


12

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkostisten.

2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasintuisi dan

penemuan dan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat rediksi, dan dugaan serta coba-coba

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan gagasan secara lisan,

catatan grafik, peta, digram dalam menjelaskan gagasan.

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange(RTE)

1. Pengertian model pembelajaran Kooperatif Tipe RTE

Pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange (RTE) yang

dikembangkan oleh Melvin L. Silberman adalah sebuah cara mendalam bagi

siswa untuk berdiskusi mengenai berbagai masalah dengan beberapa teman

kelasnya. Dalam rotating trio exchange siswa dapat bekerja sama dan saling

mendukung, selain itu juga dapat mengembangkan social skill siswa (yulianti

dkk, 2016:100).

Model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange adalah

model pembelajaran dengan tipe dimana kelas dibagi ke dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari tiga orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok

dapat melihat kelompok lainnya ke kiri dan ke kanannya. Berikan pada setiap

trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah

nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1 dan 2


13

kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2

sebaliknya, berlawanan jarum jam. Berikan kepada setiap trio baru tersebut

pertanyaan-pertayaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat

kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah

disiapkan (Ekawati, 2018:176).

2. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperaatif tipe RTE

Adapun langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe RTE menurut Dipayana (2014:8) adalah sebagai berikut :

a. Buat lah berbagai macam pertanyaan yang membantu peserta didik

memulai diskusi tentang isi pelajaran. Guru menggunakan pertanyaan-

pertanyaan dengan tidak ada jawaban betul dan salah.

b. Bagilah peserta didik dibagi menjadi kelompok yang masing-masing

beranggota tiga. Aturlah kelompok-kelompok tiga itu di ruangan agar

masing-masing dari kelompok tiga (trio) itu dapat dengan jelas melihat

sebuah trio disebelah kanannya dan satu trio disebelah kirinya. Seluruh

konfigurasi trio itu akan menjadi sebuah lingkaran atau sebuah persegi

panjang. dalam penelitian ini, pada kasus siswa yang berjumlah genap

maka satu siswa tidak diikutkan dalam kegiatan penelitian dan tidak

dijadikan sampel dalam penelitian, hal ini dilakukan karena model

pembelajaran Rotating Trio Exchange diterapkan pada jumlah sampel

ganjil.

c. Berikan tiap trio pertanyaan pembuka (pertanyaan yang sama untuk

masing-masing trio) untuk dibahas. Pilihlah pertanyaan yang paling


14

ringan yang telah anda susun untuk memulai pertukaran pendapat

kelompok-kelompok trio itu. Anjurkan agar tiap siwa di dalam kelompok

mendapat mendapat giliran menjawab pertanyaan.

d. Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup, perintahkan masing-

masing kelompok untuk memberikan angka 0, 1 atau 2 kepada tiap-tiap

anggotanya. Arahkan siswa yang bernomor 1 untuk berpindah ke

kelompok trio satu searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 0

(nol) untuk tetap di tempat duduknya karena ia dalah anggota tetap dari

kelompok trio mereka. Suruh mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi

sehingga siswa yang telah berpindah bisa menemukan mereka. Hasilnya

adalah komposisi kelompok trio yang sepenuhnya baru.

e. Mulailah pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru. Naikkan

tingkat kesulitan atau “tingkat ancaman” dari pertanyaan manakala anda

memulai babak baru.

f. Anda bisa merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang anda miliki

dan waktu diskusi yang tersedia. Gunakan selalu prosedur rotasi yang

sama. Sebagai contoh, pada pertukarn trio sebanyak tiga rotasi, tiap siswa

akan bertemu dengan enam siswa yang lain.

3. Keunggulan dan kelemahan Model Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange

Menurut Diana dkk (2019:5) keunggulan Model Kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa secara


15

bekerjasama, melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan

mengemukakan pendapat, memiliki motivasi tinggi karena mendapat

dorongan teman sekelompok, dengan adanya pembahuruan anggota dalam

setiap kelompok setelah diskusi selesai, siswa dapat mengembangkan

keterampilan berpikir lebih baik, dan siswa tidak merasa bosan karena dalam

setiap disskusi mereka selalu di rotasikan sehingga menemukan teman diskusi

yang selalu baru.

Kelemahan model kooperatif tipe Rotating Trio Exchange adalah dalam

setiap pembelajaran yang menggunakan metode Kooperatif tipe Rotating

Trio Exchange, guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-

sungguh, saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang

dalam setiap kelompok, lebih baik diterapkan pada jumlah siswa berkelipatan

tiga, dan memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, karena

setiap kelompok harus dirotasikan sehingga selalu membentuk kelompok

baru (Diana dkk, 2019:5).

C. Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

1. Pengertian Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Kemampuan koneksi matematika siswa adalah kemampuan untuk

menghubungkan ide-ide matematika. Kemampuan koneksi matematika

merupakan kemampuan yang dapat menghubungkan atau mencari serta

mengidentifikasi suatu keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara

internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri maupun keterkaitan


16

secara eksternal yaitu matematika dengan bidang studi lain maupun dengan

kehidupan sehari-hari (lagawati, 2017:19).

Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics)

terdapat tiga tujuan koneksi matematika di sekolah yaitu :

a. Memperluas wawasan penegetahuan siswa. Dengan koneksi matematika,

siswa diberikan suatu materi yang dapat menjangkau keberbagai aspek

permasalahan baik di dalam maupun di luar sekolah, sehingga

pengetahuan yang diperoleh siswa tidak tertumpu pada materi yang

sedang dipelajari saja.

b. Memandang matematika sebaagai suatu keseluruhan yang padu bukan

sebagai materi yang berdiri sendiri.

c. Menyatakan relevansi dan manfaat baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

Melalui kemampuan koneksi matematika, siswa diajarkan konsep dan

keterampilan dalam memecahkan masalah dari berbagai bidang yang relevan,

baik bidang matematika itu sendiri maupun dengan bidang diluar matematika.

Pelaksanaan asesmen melali “pencill and paper test” dalam pembelajaran

selama ini cenderung mengisolasi matematika dari bidang-bidang lain,

sehingga kemampuan koneksi siswa tidak berkembang. Akibatnya siswa

sangat sulit melihat dan merasakan manfaat mempelajari topik-topik

matematika di sekolah. Di samping itu, siswa juga mengalami kesukaran

untuk memahami hubungan antara konsep-konsep matematika yang mereka


17

pelajari dengan konsep-konsep yang mereka pelajari dalam fisika, biologi,

atau bidang lainnya.

Menurut Sudirman (2001:101) melalui teknik asesmen berbasis kelas

yang bervariasi, siswa diarahkan untuk melihat koneksi antara konsep-konsep

matematika, maupun koneksi antara matematika dengan bidang-bidang lain.

Kemampuan koneksi dapat tergolong pada kemampuan berfikir matematik

tingkat rendah atau tingkat tinggi bergantung pada kekomplekkan hubungan

yang disajikan. Kemampuan koneksi matematik siswa ada dua tipe umum

koneksi matematik menurut NCTM, yaitu modeling connections dan

mathematical connections. Modeling connections merupakan hubungan

antara situasi masalah yaang muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin

ilmu lain dengan representasi matematiknya, sedangkan mathematical

connections adalah hubungan antara dua representasi yang ekuivalen, dan

antara proses penyelesaian (Kusmanto, 2014:2).

2. Indikator Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Pitriani dan Afriansyah (2016:15)menguraikan indikator koneksi

matematika sebagai berikut :

1. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan grafik, hubungan numerik,

aljabar, dan representasi verbal.

2. Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru,

3. Menyadari hubungan antar topik dalam matematika.

4. Memperluas ide-ide matematika.


18

Sumarmo (2006:6) mendiskripsikan beberapa indikator koneksi

matematika yaitu :

1. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur

matematika.

2. Memahami hubungan antar topik dalam matematika.

3. Mampu menggunakan matematika dalam penyelesaian masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Memahami representasi konsep yang ekuivalen.

5. Menemukan hubungan antara prosedur satu dengan yang lainnya yang

ekuivalen.

6. Menggunakan koneksi antara matematika dengan matematika sendiri

maupun dengan ilmu yang lainnya.

Berdasarkan uraian tentang kemampuan koneksi matematis yang

dapat diukur melalui indikator-indikator tertentu yang telah ditetapkan oleh

beberapa pakar sesuai dengan pendapat mereka masing-masing. Maka dalam

penelitian ini peneliti memutuskan untuk menggunakan teori koneksi

matematis yang dikembangkan oleh Sumarmo (2006:19 yaitu : (1)

Memahami hubungan antar topik dalam matematika; (2) Mampu

menggunakan matematika dalam penyelesaian masalah dalam kehidupan

sehari-hari; (3) Memahami representasi konsep yang ekuivalen; (4)

Menemukan hubungan antara prosedur satu dengan yang lainnya yang

ekuivalen; dan (5) Menggunakan koneksi antara matematika dengan

matematika sendiri maupun dengan ilmu yang lainnya.


19

D. Penelitian yang Relevan

Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh :

Penelitian dilakukan oleh Lela Ayu Selvia (2019) dengan judul “

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan self-eficacy siswa

SMP” mengungkapkan bahwa Kemampuan koneksi matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe RTE lebih

baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Selvia adalah sama

meneliti tentang model pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap

kemampuan koneksi matematis siswa sedangkan perbedaannya adalah Sevia

melakukan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan kemempuan

koneksi matematis siswa sedangkan peneliti melakukan penelitian experimen

semu (quasy experiment) untuk mengetahui pengaruh Rotating Trio

Exchange (RTE) terhadap kemampuan koneksi matematis pada siswa di

MTs.

Penelitian dilakukan oleh Isyafani (2018) pada jurnal berjudul

“peningkatan kemampuan koneksi matematis dan self-efficacy siswa melalui

model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange “ mengungkapkan

bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Rotating Trio Exchange lebih

baik dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang


20

memperoleh pembelajaran konvensional. Persamaan penelitian yang

dilakukan oleh Isafni dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini

adalah sama-sama meneliti tentang model pembelajaran Rotating Trio

Exchange (RTE) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa sedangkan

perbedaannya adalah Sevia melakukan penelitian tindakan kelas dalam upaya

meningkatkan kemempuan komunikasi matematis siswa sedangkan peneliti

melakukan penelitian experimen semu (quasy experiment) untuk mengetahui

pengaruh Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap kemampuan koneksi

matematis pada siswa di MTs.

E. Kerangka Konseptual

Model pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) seyogyanya

bertujuan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan melibatkan siswa

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran matematikan, sehingga dengan

terlibat aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mengembangkan

kemampuan koneksi matematis siswa yang akhirnya dapat membuat siswa

memahami materi yang disampaikan guru.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab

akibat dari suatu perlakuan. Sesuai dengan jenis penelitian tersebut, maka

penulis menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas eksperimen adalah kelas yang sengaja diberi perlakuan yaitu penerapan
21

model pembelajaran kooperatif tipe RTE, sedangkan kelas kontrol tidak

diberikan perlakuan tersebut. Bersasarkan kerangka tersebut maka dibuat

kerangka penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1
Kerangka Konseptual

Kelas Treatment Post Test


Eksperimen X T
Kontrol - T

Keterangan :

X : Perlakuan pada kelas Eksperimen dengan model RTE

T : Tes akhir setelah diberi perlakuan

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Zuriah, 2006:162). Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga terdapat

perbedaan kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe RTE lebih baik dibandingkan

dengan prestasi belajar matematika siswa yang tidak diajar dengan menggunakan

model pembelajaran Kooperatif tipe RTE.


22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan quasy experiment. Menurut Gay (2011:250) Quasy Experiment adalah

penelitian yang yang dibuktikan dengan pembuktian hipotesis untuk melihat

pengaruh dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan

pengertian tersebut maka penelitian ini ingin mengetahui pengaruh Pengaruh


23

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Tipe Trio (RTE)

Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Di Kelas VII.

Dalam desain penelitian Quasy Experiment kelas sampel yang terpilih

sebagai kelas eksperimen akan mendapat perlakuan dengan diberi pengajaran

dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Tipe Trio (RTE) pada

materi persamaan dan pertidak samaan linier kelas VII MTs. Sedangkan kelas

sampel yang terpilih sebagai kelas kontrol akan diajar secara konvensional tampa

diterapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Tipe Trio (RTE) pada

materi persamaan dan pertidak samaan linier kelas VII MTs. Sebelum diberikan

perlakuan terhadap masing-masing kelas dengan cara yang berbeda maka terlebih

dahulu dilakukan tes awal atau pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa

kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada materi persamaan dan pertidak

samaan linier kelas VII MTs.

B. Populasi dan sampel


22
1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai karakteritikdan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Alma, 2009:55).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII

MTsS Tanah Kampung yang berjumlah 42 orang siswa, seperti terlihat pada

tabel dibawah ini.


24

Tabel 3.1
Populasi Penelitian

Kelas Jumlah Siswa

VII A 14 Siswa

VII B 14 Siswa

VII C 14 Siswa

Jumlah 42 Siswa

Sumber: Dokumen MTs Swasta Tanah Kampung, 2021

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Alma, 2009:55). Sesuai dengan jenis penelitian, maka sampel yang

dibutuhkan dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

Teknik yang di pakai untuk mengambil dua kelas sebagai sampel adalah

dengan cara teknik Random Sampling atau teknik acak sederhana, sedangkan

jumlah sampel yang di ambil adalang dengan teknik purposive yaitu jumlah

sampel diambil sesuai dengan kebutuhan, adapun kebutuhan sampel dalam

penelitian ini adalah berjumlah ganjil maka sampel nya adalah 13 orang pada

kelas experimen dan 13 orang pada kelas kontrol. Sampel disajikan pada tabel

dibawah ini.

Tabel 3.2
Populasi Penelitian

Kelas Populasi Random Kebutuhan Ket


Sampel
VII A 14 Siswa Eksperimen 13 Satu orang tidak
dijadikan sampel tapi
25

di ikutkan dalam kelas

VII B 14 Siswa Kontrol 13 Satu orang tidak


dijadikan sampel tapi
di ikutkan dalam kelas

VII C 14 Siswa X X X
Jumlah 42 Siswa
Sumber: Dokumen MTs Swasta Tanah Kampung, 2021

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 2007:159). Penelitian ini terdiri dari dua variabel,

yaitu :

1. Variabel bebas adalah perlakuan yang diberikan pada sampel penelitian

yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif

tipe RTE

2. Variabel terikat adalah kemampuan koneksi matematis siswa.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari sampel atau

data hasil tes kemampuan koneksi siswa dalam pembelajaran

matematika.
26

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau data jumlah

siswa yang menjadi populasi serta nilai matematika siswa kelas VII

MTsS Tanah Kampung.

2. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Hasil test tertulis bentuk essay kelas VII MTsS Tanah Kampung pada

materi persamaan dan pertidak samaan linier, yang merupakan data

primer.

b. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah, dokumen, buku-buku,

dan jurnal yang terkait dengan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik data yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian

ini adalah tes tertulis kemampuan koneksi matematis dengan bentuk soal

essay. Indikator yang digunakan dalam penyusunan tes tertulis bentuk essay

terkait materi persamaan dan pertidak samaan linier pada kelas VII adalah

dengan menggunakan indikator koneksi matematis yaitu: 1) Menyelesaikan

masalah dengan menggunakan grafik, hubungan numerik, aljabar, dan

representasi verbal; 2) Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh

pada situasi baru; 3) Menyadari hubungan antar topik dalam matematika dan

Memperluas ide-ide matematika (pitriani, 2016:15). Adapun langkah-langkah

penyusunan soal tes sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi Soal Tes


27

Tahap ini adalah proses pembuatan kisi-kisi soal tes yang akan

diberikan kepada siswa. Kisi-kisi soal tes tersebut berdasarkan indikator-

indikator kemampuan koneksi matematika siswa.

2. Penyusunan Soal Tes

Tahap ini adalah penyusunan soal tes, dimana kisi-kisi soal tes telah

ditentukan sebelumnya.

3. Uji Coba Soal Tes

Uji coba tes dilakukan sebelum soal tes diberikan kepada siswa.

Sebelum dilakukan uji coba soal tes terlebih dahulu dilakukan validasi.

Dimana soal tes divalidasi oleh orang-orang yang dianggap ahli, yaitu dosen

matematika IAIN Kerinci. Uji coba soal tes dilakukan di MTsS Tanah

Kampung.

F. Instrumen Penelitian

Adapun dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa tes

berbentuk essay yang dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan

koneksi matematis sebagaimana disajikan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Indikator Kemampuan Koneksi Matematis


1 Memahami hubungan antar topik dalam matematika.
2 Mampu menggunakan matematika dalam penyelesaian masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
3 Memahami representasi konsep yang ekuivalen.
4 Menemukan hubungan antara prosedur satu dengan yang lainnya
yang ekuivalen.
28

5
Menggunakan koneksi antara matematika dengan matematika sendiri
maupun dengan ilmu yang lainnya.
Sumber: Fitriani dan Alfiansyah, 2016.

Soal yang telah disusun berdasarkan indikator koneksi matematis sesuai

dengan tabel 3.2 selanjutnya konsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi

untuk validitas bentuknya, kelayakan tingkat kesukarannya soal yang telah

dibuat, sehingga diketahui layak atau valid dan reliabel atau tidaknya soal

digunakan dalam penelitian ini berdasarkan keputusan ahlinya dibidang

matematika (expert Judgemen). Setelah dinyatakan layak digunakan oleh

ahlinya maka soal tersebut dilakukan lagi uji validitas isi dan uji reliabilitas

dengan pada kelas yang tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, uji

tersebut di jelaskan sebagai berikut.

1. Validitas Soal Tes

Berkaitan dengan validitas instrumen. Instrumen yang valid berarti alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (sugiyono, 2009:173). Untuk menguji validitas tes soal,

digunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson

(Supranata, 2004:58).

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy = … … … … … … … … … … … ..(1)
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

∑xy = Jumlah perkalian antara x dengan y


29

N = Jumlah siswa

Y = Skor total butir soal

X = Skor butir soal

Uji validitas dengan cara membandingkan nilai r hitung dan r tabel

dengan tingkat signifikan untuk uji dua arah 5% (0,05), dan jumlah siswa

yang diikutkan untuk ujivaliditas soal test essay ini adalah sebanyak 14 orang.

Untuk mencari r tabel, dengan menggunakan r pada suatu degree of freedom

(df) tertentu, persamaan untuk menentukan df adalah:

df = n – k

Dimana;

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel konstruk

Maka jika rumus tersebut di subsitusikan, di dapat r tabel adalah df = n

- k sehingga di peroleh r tabel.

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika R hitung > R tabel = Butir Pernyataan Valid

Jika R hitung < R tabel = Butir Pernyataan Tidak Valid (Siregar, 2012:53).

Untuk mengetahui kriteria validitas dari soal yang telah dibuat

selanjutnya skor ujivaliditas dikonsultasikan dengan tabel skor kriteria

korelasi validitas dibawah ini.

Tabel 3.4
Kriteria Korelasi Validitas

Angka Korelasi Kriteria


0,80 – 1,00 Sangat tinggi
30

0,60 – 0,80 Tinggi


0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Arikunto, 2009.

2. Reliabilitas Test Soal

Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran, yaitu

seberapa konsistensi skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya.

Reliabilitas merujuk pada ketetapan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa

yang diinginkan, artinya kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan

hasil yang relatif sama (Arikunto, 2009:54). Penelitia ini menggunakan rumus

Cronbach Alfa, dengan bantuan komputer program SPSS 26, dengan

persamaan rumus sebagai berikut:

( )
∑ S j … … … … … … … .… … … … … … … … … … … … … …(2)
2
k
α= 1− 2
k −1 S x

Keterangan:

α = Koefisiensi Reliabilitas Alfa

K = Jumlah Item Pernyataan

Sj = Varian respond untuk item I

Sx = Jumlah Varian Skor Total (Arikunto, 2009:54).

Kriteria pengujian untuk uji reliabilitas dari Ghozali (2007:67) sebagai

berikut:

1. Apabila nilai Croncbach’s Alpha lebih besar dari nilai ambang batas

60% atau 0,06 maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel


31

2. Apabila nilai Croncbach’s Alpha lebih kecil dari nilai ambang batas

60% atau 0,06 maka kuesioner tersebut dinyatakan tidak reliabel

Untuk mengetahui kriteria reliabilitas dari soal maka skor perolehan

dari uji reliabilitas selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel skor kriteria

korelasi validitas dibawah ini.

Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas Soal Tes

Angka Reliabilitas Kriteria Reliabilitas


0,90 – 1,00 Sangat Tinggi
0,70 – 0,90 Tinggi
0,40 – 0,70 Sedang
0,20 – 0,70 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto, 2009.

G. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data terkumpul. Kegiatan dalam menganalisa data terdiri dari

pengelompokan data berdasarkan variabel, tabulasi data, penyajian data,

menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian hipotesis yang telah di

ajukan (Sugiyono, 2019:107).

1. Analisis Deskriptif

Cara melakukan analisis ini adalah dengan menghitung nilai rata-rata

skor dan tingkat capaian responden (TCR) serta menginterpretasikannya.

Analisis ini tidak menghubung-hubungkan satu variabel dengan variabel

lainnya dan tidak membandingkan satu variabel dengan variabel lainnya.


32

Untuk mencari Tingkat Capaian Responden (TCR) digunakan rumus sebagai

berikut:

a. Rata-rata Skor

M=
∑ fi x wo …………………………......................………………….. (3)
∑f
Keterangan:

M = Rata-rata Skor

∑fi = Total Frekuensi ke i

Wo = Bobot

∑f = Total Frekuensi

Kriteria nilai nilai yang diperoleh siswa selanjunya dikonsultasikan

dengan tabel kriteria skor dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6
Kriteria Skor Siswa

Tinkat Capaian Responden Kriteria


(TCR)
91 - 100 Sangat Baik
81 - 90 Baik
65 - 80 Cukup Baik
55 - 64 Kurang Baik
0 - 54 Tidak Baik
Sumber: Arikunto (2006)

2. Pengujian Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat,

yaitu:
33

1. Uni Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi

normal atau tidak (Siregar, 2012:75). Untuk menguji normalitas

digunakan uji Lilliefors dengan bantuan SPSS 26, persamaan rumus yang

digunakan seperti yang dikemukakan Sudjana (2005:238) dengan

menggunakan prosedur sebagai berikut:

a. Pengamatan x1, x2, …xn dijadikan bilangan baku z1, z2, …zn dengan

menggunaka rumus:

xi −x
z i=
s

Keterangan:

x i=¿ Nilai

x=¿ Rata-rata

s=¿ Simpangan baku

b. Untuk setiap bilangan baku ini digunakan menggunakan daftar

distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi).

c. Menghitung proporsi z1, z2, …zn yang lebih kecil atau sama dengan

zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka:

banyaknya z 1 , z2 , … z n yang ≤ z i
S (Zi )=
n

d. Menghitung selisih F(zi) = S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Mengambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak

selisih tersebut dijadikan L0.


34

f. Membandingkan L0 dengan nilai kritis Ltabel untuk taraf nyata yang

dipilih. Jika L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok data

mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varian

dilakukan dengan komputer program SPSS 26, uji ini menggunakan

persamaan rumus:

Varian terbesar
F=
Varian terkecil

Kriteria pengujian data mempunyai varians homogen bila:

F≤ F 1
(V 1.V 2)
2a

Dengan:

V1 = dk pembilang

V2 = dk penyebut

3. Uji-t

Uji hipotesis digunakan untuk uji kesamaan rata-rata untuk melihat

apakah terdapat perbandingan yang sisgnifikan antara kemampuan koneksi

matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif

tipe RTE atau sebaliknya. Untuk menguji hipotesis diatas, digunakan uji t

dengan rumus:

X 1− X 2
t=
S
√ 1 1
+
n1 n2
35

Dengan:

( n 1−1 ) S 1 +(n2 −1)S 2


2 2

S=
n1 +n 2−2

Keterangan:

X 1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen

X 2 = Nilai rata-rata kelas kontrol

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

S1 = Simpangan baku kelas eksperimen


2

S2 = Simpangan baku kelas kontrol


2

S = Simpangan baku dua kelompok

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0 jika ttabel < thitung < tabel

dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan sebaliknya H0 ditolak pada taraf nyata 0,05.


36

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta: Rineka Cipta.

Balma, Buchari. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Departemen Agama RI. 1973. Al-Quran dan Terjemahannya. (Djakarta: PT. Hida
Karya Agung.

DEPDIKNAS, 2021. Pedoman Kurikulum 2013 Tahun 2021. Jakarta: Depdiknas


Press.

Diana, S., Maksum, A., & Kaban, S. (2019). Meningkatkan hasil belajar ips
melalui metode pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange
pada siswa kelas iv sekolah dasar negeri cibentang 02 kecamatan
ciseeng kabupaten bogor. Dinamika ips sekolah dasar, 1(1), 1-16 .

Ekawati, S. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating


Trio Exchange Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Pada
Topik Persamaan Dasar Akutansi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(2),
176-184.

Fendrik, Muhammad. 2009. Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis dan


Habbits of Mind Pada Siswa. Surabaya: Media Sahabat Cendikia.

Gay, Lorraine R at all. 2011. Educational Research Tenth Edition. US: Pearson.

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2020. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika, Jakarta: Kercana.

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

I Md Dyatma Dipayana, Pengaruhs Strategi Pembelajaran Rotating Trio


Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume 2,
Nomor 1, Tahun 2014, h 1-10 .

Isfayani, E. R., Johar, R., & Munzir, S. (2018). Peningkatan kemampuan koneksi
matematis dan self-efficacy siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE). Jurnal Elemen, 4(1),
80-92.
37

Kusmanto, H. (2014). Pengaruh Pemahaman Matematika Terhadap Kemampuan


Koneksi Matematika Siswa Kelas Vii Semester Genap SMP Negeri 2
Kasokandel Kabupaten Majalengka. Jurnal: Eduma: Mathematics
Education Learning and Teaching, Volume 3 (1), 1-9.

K Selvia, l. A. (2019). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe rotatting


trio exchange (rte) untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematis dan self-efficacy siswa SMP. Doctoral dissertation, FKIP
UNPAS.

Lagawati, F. D. (2017). Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar Matematika


Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE. Jurnal Derivat:
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 4(1), 19-28.

L Kusmanto, H. (2014). Pengaruh Pemahaman Matematika Terhadap


Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas Vii Semester Genap
SMP Negeri 2 Kasokandel Kabupaten Majalengka. Jurnal: Eduma
Mathematics Education Learning and Teaching, 3(2).

L Pitriani, R., & Afriansyah, E. A. (2016). Persepsi dalam pembelajaran


pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan koneksi
matematis siswa (Studi penelitian di SMP Negeri 1 Wanraja). Jurnal
Gantang, 1(2), 15-24.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Sardiman, 2021. Interaksi dan motivasi dalam belajar mengajar, Jakarta : PT


Raja Grafindo Persada.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, validitas,Reliabilitas dan interprestasi


Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta.

Siti Ruqoyyah, Sukma Murni, Linda. 2015. Kemempuan Pemahaman Konsep


dan Resiliensi Matematika Dengan VBA Microsoft Exel. Purwa Karta:
CV. Tre Alea Jacta Pedagogie.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.


38

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta :


Rineka Cipta.

Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran, Yogyakarta : Media Abadi.

WR, Soedjadi.1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi


Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Ditjen
Dikti Depdikbud.

Yulianti, Baharudin, Rafiqah. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Trio Exchange (RTE). Jurnal: Pendidikan Fisika, Vol 4 Nomor 2,
p 100-103.

Yuliyati, Y., Baharuddin, B., & Rafiqah, R. 2016. Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (Rte) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2), 100-103.

Apipah, Salisatul, 2021. Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan


Gaya Belajar Siswa Pada Model Pembelajaran Visual Auditori
Kinestetik Dengan Self Assesment. Jakarta: Penerbit Tahta Media
Group.

Sirger, Syofyan. 2011. Statistik Parametrik, dilengkapi Dengan SPSS. Jakarta:


Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai