Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI TEMBAKAU

DI DESA SETANGGOR KECAMATAN SUKAMULIA


KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh

Hazlinda
160203093

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2020

i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI TEMBAKAU
DI DESA SETANGGOR KECAMATAN SUKAMULIA
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi

Oleh

Hazlinda
160203093

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2020

ii
iii
iv
vi
MOTTO

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur”
(QS. Yusuf: 87)

vii
PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua


orang tuaku tercinta, yang telah mengisi
dunia saya dengan begitu banyak
kebahagiaan serta doa-doa yang
dilantunkan tiada henti disetiap sujud demi
kemudahan untuk setiap langkahku,
sehingga bisa sampai pada titik sekarang
ini. Ayahandaku tercinta (H. Ahmad Hasan
B) yang tiada henti berusaha demi
tercapainya segala impianku, Ibundaku
tercinta (Misniati) yang tiada henti
melimpahkan kasih sayang yang tiada tara
untuk anak-anaknya. Semoga kalian selalu
dalam keadaan sehat serta selalu dalam
lindungan Allah SWT., dan semoga Allah
membalas mereka dengan kebaikan dunia
dan akhirat amiin ya Robbal Alamin”.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

“Analisis Kelayakan Usaha Tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur” dapat terselesaikan.

Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW

yang telah mengayomi kita semua dengan cinta kasih serta perjuangan beliau

sehingga kita bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat yang tak akan

mampu kita menghitungnya.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram

2. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag. selaku Dekan FEBI UIN Mataram

3. H. Bahrur Rosyid, M.M selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah

4. Drs. H. Agus Mahmud. M. Ag. selaku pembimbing I.

5. Umu Rosyidah, M.E.I selaku pembimbing II.

6. Saprudin, M.SI selaku wali kelas C Jurusan Ekonomi Syariah angkatan

2016 dan segenap dosen UIN Mataram.

7. Seluruh Guru-guruku dari mulai SD sampai di bangku perkuliahan.

8. Kakak dan Adikku tercinta (Indriawan Apriadi, S.T) dan (Riki

Amrullah).

ix
9. Seluruh keluarga besar H. Saepudin dan keluarga besar H. Samsul

tercinta.

10. Sahabat/i kelas C Ekonomi Syariah angkatan 2016 serta Sahabat/i

KKP 100 Masbagik Utara dan Sahabati Ladies Huha-huha (Nirawati,

Chandra Dewi dan Siti Sulhatul Fitriah).

11. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Mataram.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya,

Aamiin.

Mataram, 31- 12- 2020

Penulis,

Hazlinda
160203093

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. iii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ............................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... v
PENGESAHAN .................................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ....................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiii
ABSTRAK ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 6
1. Tujuan Penelitian ....................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ..................................................... 7
BAB II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
A. Kajian Teori ................................................................... 8
B. Penelitian Terdahulu ...................................................... 22
C. Kerangka Berfikir .......................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian ....................................................... 31
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................... 33
B. Populasi dan Sampel...................................................... 34
C. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................... 37
D. Definisi Operasional Variabel ....................................... 37
E. Instrumen Penelitian ...................................................... 39

xi
F. Prosedur Penelitian ......................................................... 40
G. Teknik Analisis Data ..................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................. 46
1. Deskripsi Loksai Penelitian ...................................... 46
2. Hasil Analisis Aspek Non Finansial .......................... 49
3. Hasil Analisis Aspek Finansial .................................. 73
B. Pembahasan .................................................................... 84
1. Analisis Kelayakan Usaha Dilihat dari Aspek non
finansial ...................................................................... 88
2. Analisis Kelayakan Usaha Dilihat dari Aspek
finansial ...................................................................... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 97
B. Saran .............................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.a : Hasil penelitian aspek hukum.............................................................50

Tabel 2.b : Hasil penelitian aspek pemasaran.......................................................51

Tabel 2.c : Hasil penelitian aspek teknis.............................................................57

Tabel 2.d : Hasil penelitian aspek manajemen organisasi...................................63

Tabel 2.e : Hasil penelitian aspek ekonomi sosial...............................................66

Tabel 2.f : Hasil penelitian aspek dampak lingkungan........................................70

Tabel 2.g : Hasil analisis aspek non finansial......................................................73

Tabel 3.a.1: Perkiraan pendapatan usaha tani Tembakau / 1 periode...................75

Tabel 3.a.2: Biaya investasi usaha tani Tembakau di desa Setanggor..................76

Tabel3.d : Hasil analisis aspek finansial usaha tani Tembakau............................83

xiii
“Analisis Kelayakan Usaha Tani Tembakau di Desa Setanggor
Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur”

Oleh:
Hazlinda
NIM: 160203093

ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi awal peneliti yang
mengetahui bahwa usaha tani Tembakau ini merupakan usaha yang dijalankan
secara turun temurun yang sampai saat ini masih tetap dijalankan meskipun
berangsur-angsur mengalami kerugian usaha tani ini tidak pernah mati dikalangan
masyarakat. Pada dasarnya, usaha ini sangat memberikan dampak yang besar baik
dampak secara positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh usaha tani terhadap
para petani maupun masyarakat di sekitar lokasi usaha. Sehingga perlu
diadakannya studi kelayakan usaha guna meminimalisir kemungkinan-
kemungkinan kerugian yang akan terjadi nantinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelayakan usaha tani Tembakau yang dijalankan petani di Desa
Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dilihat dari aspek
non finansial dan aspek finansial.
Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Sampel yang digunakan sebanyak 39
responden dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan metode
purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu observasi dan
angket penelitian, dengan prosedur penelitian yaitu melalui tahap konseptual,
pelaksanaan, analisis dan kesimpulan. Teknis analisis data dalam penelitian ini
meliputi uraian deskriptif untuk menganalisis aspek non finansial serta metode
penilaian kriteria investasi untuk menganalisis aspek finansial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelayakan usaha secara
keseluruhan dilihat dari aspek non finansial yang terdiri dari aspek hukum,
pemasaran, teknis, manajeman, ekonomi sosial dan dampak lingkungan
dinyatakan layak untuk dijalankan. Sedangkan aspek finansial secara keseluruhan
dinyatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut dilihat dari nilai PP ≤ 10 thn,
dengan nilai PP 2 tahun 5 bulan. NPV ≥ Rp 0, dengan perolehan nilai NPV Rp.
7.798.992. PI ≥ 1, dengan perolehan nilai 0,45. Dan yang terakhir ARR ≥ return,
dengan perolehan nilai ARR 19%. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa usaha tani Tembakau yang dijalankan di Desa Setanggor Kecamatan
Sukamulia Kabupaten Lombok Timur Layak untuk dijalankan dilihat dari aspek
non finansial dan aspek finansial.

Kata kunci: Kelayakan Usaha, Usaha Tani, Usaha Tani Tembakau

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis atau suatu kegiatan usaha, dilakukan untuk memperoleh

keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai

bidang usaha, jumlah maupun waktunya.1 Dalam berbisnis sering terjadi

kegagalan yang mengakibatkan bisnis atau usaha tersebut mengalami

kerugian. Cara menghindari kegagalan usaha tersebut dapat dilakukan dengan

mengadakan penelitian kelayakan sebelum suatu usaha tersebut

dilaksanakan.2 Studi kelayakan ini merupakan fokus kajian untuk

mengidentifikasikan masalah-masalah di masa yang akan datang, sehingga

dapat meminimalkan kemungkinan melesetnya hasil yang ingin dicapai

dalam suatu usaha.3

Nusa Tenggara Barat sebagai daerah potensial pengembangan usaha

tani tembakau dengan sentra penghasil terbesar yaitu di Kabupaten Lombok

Timur. Kabupaten Lombok Timur yang terletak di ujung timur Pulau

Lombok, dengan areal panen tembakau terluas di NTB yang mencapai 68%

dari total luas area panen Tembakau. 4 Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk

tanaman tembakau menunjukkan bahwa sebagian besar (72,25%) lahan

1
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi Cetakan ke-8 (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012)., hlm. 6.
2
Juminang, Studi Kelayakan Bisnis Terori & Pembuatan Proposal Kelayakan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014)., hlm. 7.
3
Ibid., hlm. 4.
4
BPS, Nusa Tenggara Barat Online, 2010.
2

tembakau di kabupaten Lombok Timur tergolong kelas kesesuaian cukup

sesuai, dan hanya 14,99% yang tergolong sangat sesuai, sedangkan sisanya

adalah 12,76% yang tergolong tidak sesuai. 5

Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari bagaikan mengalokasikan

sumber daya yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan efisien dan

memanfaatkan sumber daya tersebut agar memperoleh keuntungan yang

setinggi-setingginya.6 Usaha tani yang sejak dulu dilakukan oleh masyarakat,

khususnya di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur, dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat sebagai salah satu

mata pencaharian pokok masyarakat, serta menjuluki tanaman ini dengan

sebutan ”Emas Hijau” yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Sebelum usaha tani dijalankan, maka terlebih dahulu perlu dihitung

apakah proyek atau usaha yang akan dijalankan benar-benar dapat

mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam jangka waktu yang

telah ditetapkan.7

Studi yang mempelajari hal di atas dikenal dengan studi kelayakan

bisnis atau usaha. Secara umum, analisis kelayakan usaha adalah untuk

mengetahui dan mengukur layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan.

Salah satu tujuan didirikannya bisnis adalah mencari keuntungan.

Keuntungan disini tidak hanya dalam bentuk finansial semata, melainkan

5
BPS, Dalam Bentuk Angka Lombok Timur Online, 2011.
6
Soekartawi, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil (Jakarta:
UI-PRESS, 2011)., hlm. 16.
7
Kasmir dan Jakfar, Studi…, hlm. 2.
3

keuntungan non finansial.8 Studi kelayakan bisnis juga berguna untuk

memperhitungkan kemungkinan apakah bisnis tersebut dapat bersaing dan

bertahan diantara para kompetitornya sekaligus melihat kemungkinan

pengembangan bisnis di masa depan dilihat dari berbagai aspek atau sudut

pandang.9

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardina Desti Rahayu, dengan

judul “Analisi Kelayakan Usaha Gula Semut Anggota Koperasi Serba Usaha

(KSU) Jatirogo” (Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2015). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ditinjau dari aspek non finansial seperti:

dari aspek hukum, pemasaran, teknis dan teknologi, lingkungan hidup 67

usaha gula semut anggota KSU Jatirogo dinyatakan layak untuk dijalankan.

Sedangkan ditinjau dari aspek finansial dilihat dari nilai rata-rata PP untuk

usaha bukan warehouse 2 tahun 5 bulan 9 hari, dengan PP yang diharapkan

adalah 5 tahun. Rata-rata NPV bukan warehouse Rp.6.758.349, untuk

warehouse Rp.485.728. 132. Nilai rata-rata PI bukan warehouse 3,09 kali,

untuk warehouse 20,97 kali. Nilai rata-rata IRR bukan warehouse 54%, untuk

warehouse 103%. ARR bukan warehouse 150%, untuk warehouse 620%, hal

itu menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dari yang

diharapkan. Berdasarkan aspek penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa

usaha gula semut sangat layak untuk dijalankan.10

8
Ahmad Subagyo, Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007)., hlm. 4.
9
Johan, Suwinto, Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011)., hlm. 3.
10
Ardina Desti Rahayu, “Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut Anggota Koperasi Serba
Usaha (KSU) Jatirogo”, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015)., hlm. 95-119.
4

Senada dengan penelitian di atas, berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan peneliti di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten

Lombok Timur, usaha tani Tembakau di Desa Setanggor ini merupakan mata

pencaharian pokok yang utama yang dijalankan sebagian besar masyarakat,

serta sebagai sumber pendapatan terbesar masyarakat.

Sebagaimana hasil observasi yang telah peneliti lakukan, dari segi

aspek hukum usaha tani tembakau secara umum sudah ditetapkan oleh Mentri

Pertanian pada tahun1986 melalui pola PIR-ITR/ITV. Itulah cikal bakal

sistem yang disebut kemitraan. Namun pada era 2000-an telah

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 109 Tahun 2012 tentang

pembatasan atau pelarangan merokok. Dari segi pemasaran usaha ini

memiliki pangsa pasar yang luas di mana perusaahan-perusahaan besar yang

membeli tembakau petani seperti: PT Djarum, PT Sadhana Arifnusa, CV

Trisno Adi, IDS. Dari segi tekhnis atau operasi, di mana disini usaha tani ini

sangat banyak menyerap tenaga kerja. Dari segi manajemen dapat dilihat

bahwa dari segala bentuk kegiatan dalam usaha ini dilakukan secara turun

temurun, sehingga dapat dikatakan dilakukan orang yang sudah terbiasa

dibidang usaha tersebut. Serta dari segi ekonomi sosial sangat berpengaruh

kuat terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan, serta dari segi

sosialnya dengan tetap terjadinya kegiatan hubungan masyarakat semakin

erat. Dari segi dampak lingkungan usaha ini sedikit memberikan kendala dari

penggunaan kayu sebagai bahan dasar pembakaran yang digunakan untuk

mengeringkan daun tembakau pada saat diolah. Sehingga akan berdampak


5

terhadap kehidupan akibat terjadinya kekeringan air akibat punahnya pohon-

pohon besar. Dari segi tanah dapat mengurangi tingkat kadar kesuburan tanah

jika digarap terus menerus tanpa henti. Dan yang terakhir adalah aspek

finansial atau keuangan, dimana sebelum usaha ini selesai belum bisa

diketahui akan menguntungkan atau sebaliknya. Akan tetapi pengaruh yang

ditimbulkan sangatlah besar, artinya ketika petani untung atau rugi maka

dampaknya akan sangat besar terhadap perekonomian masyarakat secara

keseluruhan di Desa Setanggor tersebut. 11

Oleh sebab itu, usaha tani Tembakau yang dijalankan sebagian besar

masyarakat di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur, perlu dilakukannya analisis studi kelayakan bisnis guna meminimalisir

kemungkinan yang akan terjadi, serta dapat memberikan gambaran apakah

usaha tani tembakau tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. 12

Berdasarkan Uraian singkat latar belakang masalah di atas, penulis

tertarik untuk meneliti dan mengangkat tema yang berjudul “Analisis

Kelayakan Usaha Tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah

penelitian yaitu:

11
Observasi, di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia, Tanggal: 29-November-2019,
Pukul: 10:30.
12
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan…, hlm. 7.
6

1. Bagaimana kelayakan usaha tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dilihat dari aspek non finansial?.

2. Bagaimana kelayakan usaha tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dilihat dari aspek finansial?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha tani Tembakau di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dilihat

dari aspek non finansial.

b. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha tani Tembakau di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dilihat

dari aspek finansial.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi ilmu pengetahuan serta pengaruh yang berdaya guna bagi

kepentingan para petani. Serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian selanjutnya yang memiliki kesamaan penelitian.

b. Secara Praktis
7

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif pedoman penyelesaian permasalahan yang dihadapi para

petani dalam menjalankan usaha tani yang dijalankan, serta dapat

memberikan energi positif bagi masyarakat khususnya bagi para petani

di Desa Setanggor, Kecamatan Sukamulia Lombok Timur.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

Sebelum menggali secara mendalam apa yang dimaksud dengan studi

kelayakan bisnis serta tujuan dan apa saja aspek-aspek yang terkandung

didalamnya, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui pengertian investasi

yang akan menjadi bahan utama pembahasan pada bab ini.

Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu

kegiatan usaha yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai

bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa

proyek tertentu baik bersifat fisik atau non fisik. 13 Studi kelayakan bisnis

disini dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah di masa yang akan

datang, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan melesetnya hasil yang

ingin dicapai dalam suatu investasi. Jadi dengan adanya studi kelayakan

usaha ini dapat memberikan pedoman atau arahan terhadap usaha yang akan

dijalankan nantinya. Untuk lebih jelasnya mengenai kelayakan usaha, serta

tujuan dan aspek-aspek yang terkandung didalamnya akan dipaparkan pada

pemaparan pembahasan di bawah ini.

1. Kelayakan Usaha

a. Pengertian Kelayakan Usaha

13
Ibid., hlm. 5.
9

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam

tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan

dijalankan dapat memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan

dengan biaya yang dikeluarkan. Layak di sini juga dapat diartikan

dengan memberikan keuntungan tidak hanya bagi pengusaha yang

menjalankan suatu usaha, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya, dan

juga bagi pemerintah.14

Adapun pengertian bisnis adalah suatu usaha yang dijalankan

yang tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan, keuntungan yang

akan diperoleh tidak hanya berbentuk finansial saja akan tetapi dapat

berupa non finansial juga. Jadi, dengan dilakukannya studi kelayakan

bisnis atau usaha akan dapat memberikan gambaran apakah usaha atau

bisnis yang diteliti layak atau tidak untuk dijalankan.15

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian studi

kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam

rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut untuk

dijalankan.

b. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Pada dasarnya, tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis ini

sebelum suatu usaha dijalankan, dilakukan agar proyek atau usaha

tersebut tidak sia-sia. Sia-sia di sini dapat diartikan dengan tidak

14
Ibid., hlm. 7.
15
Juminang, Studi Kelayakan…, hlm. 3.
10

membuang uang, tenaga atau pikiran secara percuma.16 Paling tidak ada

lima tujuan studi kelayakan, yaitu: menghindari resiko kerugian,

memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan,

memudahkan pengawasan dan memudahkan pengendalian.17

c. Aspek-aspek Penilaian Bisnis

Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat

dari berbagai aspek. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus

didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Ukuran

kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, tetapi aspek yang

digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama,


18
sekalipun bidang usahanya berbeda. Aspek-aspek yang dinilai dalam

studi kelayakan bisnis meliputi: 19

1) Aspek hukum

Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah

kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk

badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan

keabsahan dokumen tersebut sangat penting, karena hal ini

merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian

hari timbul masalah. Kelengkapan dan keabsahan dokumen dapat

diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan

dokumen tersebut.

16
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan…, hlm. 12.
17
Ibid., hlm. 13-14.
18
Ibid., hlm. 7-8.
19
Ibid., hlm. 8.
11

2) Aspek pemasaran

Aspek pemasaran meneliti seberapa besar pasar yang akan

dimasuki dan seberapa besar kemampuan pengusaha untuk

menguasai pasar serta bagaimana strategi pemasaran yang akan

dijalankan nantinya untuk menangkap peluang pasar yang ada.

Dalam hal ini, untuk menentukan besarnya pasar nyata dan potensi

pasar yang ada, maka perlu dilakukan riset pasar, baik dengan terjun

langsung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari

berbagai sumber kemudian barulah disusun strategi pemasarannya. 20

3) Aspek keuangan

Aspek keuangan adalah untuk menilai kemampuan

pengusaha dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang

dikeluarkan. Dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya apa saja

yang dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan.

Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan

diterima jika proyek tersebut jadi dijalankan.

4) Aspek teknis / operasi

Dalam aspek ini yang diteliti adalah mengenai lokasi usaha,

baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang. Kemudian penentuan

lay out gedung, mesin, dan peralatan dan lain sebagainya. Kemudian

mengenai penggunaan teknologi apakah padat karya atau padat

20
Ibid., hlm. 16.
12

modal. Artinya, jika menggunakan padat karya, maka akan

memberikan kesempatan kerja, begitupun sebaliknya.

5) Aspek manajemen dan organisasi

Aspek manajemen dan organisasi adalah untuk mengukur

kesiapan dan kemampuan sumber daya manusia yang akan

menjalankan usaha tersebut dan mencari bentuk organisasi yang

sesuai dengan usaha yang akan dijalankan. Demikian pula dengan

struktur organisasi harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.

6) Aspek ekonomi sosial

Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat

seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek ini

dijalankan. Pengaruh ini terutama terhadap ekonomi secara luas serta

dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan.

7) Aspek dampak lingkungan

Aspek yang terakhir ini merupakan analisis yang paling

dibutuhkan pada saat ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan

sangat besar dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya, baik

terhadap darat, air, dan udara, yang akhirnya akan berdampak

terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan-tumbuhan

yang ada di sekitarnya. 21

d. Metode Penilaian Investasi Kelayakan Usaha

1) Metode Penilaian Aspek Non finansial

21
Ibid., hlm. 16-17.
13

Metode penilaian dalam aspek nonfinansial ini adalah sebagai

berikut:

a) Aspek Hukum

Secara umum, dokumen yang akan diteliti sehubungan

dengan aspek hukum ini sebagai berikut: Bentuk badan usaha,

bukti diri, tanda daftar perusahaan, NPWP, izin-izin perusahaan

serta keabsahan dokumen lainnya. 22

b) Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran sangat menentukan hidup

matinya suatu perusahaan. Intinya aspek ini adalah untuk

mengetahui berapa besar pasar yang akan dimasuki, struktur pasar

dan peluang pasar yang ada, prospek pasar di masa yang akan

datang serta bagaimana strategi pemasaran yang harus dilakukan.

Dalam praktiknya terdapat berbagai struktur pasar yang

ada. Salah satu cara untuk mengenal struktur pasar adalah dengan

melihat jumlah perusahaan yang ada di dalam industri yang

menawarkan suatu barang.23

c) Aspek Teknis / Operasi (Produksi)

Analisis dari aspek ini adalah untuk menilai kesiapan

perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai

ketetapan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-

mesin yang akan digunakan.

22
Ibid., hlm. 24-36..
23
Ibid., hlm. 41-46.
14

d) Aspek Manajemen dan Organisasi

Untuk keperluan studi kelayakan bisnis yang perlu

dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajemen 4P Jika

berjalan dengan baik maka tujuan perusahaan akan tercapai sesuai

dengan yang diharapkan. 24

e) Aspek Ekonomi dan Sosial

Dalam aspek ekonomi dan sosial, dampak positif yang

diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada

masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya. Sebaliknya,

dampak negatif pun tidak akan terlepas dari aspek ekonomi,

minsalnya eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan.25

f) Aspek Dampak Lingkungan

Sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan maka

sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak

lingkungan yang akan timbul, baik dampak sekarang maupun

mendatang. Studi inilah yang kita kenal dengan nama analisis

dampak lingkungan hidup (AMDAL).

Dengan adanya kegiatan investasi atau usaha, secara

otomatis akan menimbulkan berbagai dampak terutama dampak

negatif yang sangat tidak diinginkan seperti, pada tanah dan

kehutanan: menjadi tidak subur, gersang atau tandus. Terhadap

air: mengubah warna, rasa serta berbau busuk dan menyengat

24
Ibid., hlm. 168-169.
25
Ibid., hlm. 200-205.
15

serta air mengering. Terhadap Udara: Udara disekitar menjadi

berdebu. Serta dapat menimbulkan suhu udara menjadi panas.

Terhadap Manusia: Menimbulkan berbagai penyakit. Serta

rusaknya adat istiadat masyarakat setempat.26

2) Metode Penilaian Aspek Finansial

Metode penilaian yang digunakan dalam aspek finansial ini

adalah sebagai berikut:

a) Payback Period (PP)

Metode PP ini merupakan teknik penilaian terhadap

jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau

usaha.
𝐼n𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Payback Period = x 1 tahun
𝐾𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ /𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Apabila PP nya ternyata lebih pendek daripada PP yang

telah ditentukan maka investasi tersebut sebaiknya diterima,

begitupun sebaliknya.27

b) Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan

antara PV kas bersih (PV of procced) dan PV tersebutlah yang

kita kenal dengan Net Present Value.

CFt
NPV = 𝑡=1
 - 10
∑𝑛 (1+ k)t

26
Ibid., hlm. 212-216.
27
Ibid., hlm. 101-102.
16

Dimana CFt : Aliran kas pertahun pada periode t

10 : Investasi awal pada tahun 0

k : suku bunga ( discount rate)

Jika NPV nya positif atau sama dengan nol, maka

investasi tersebut sebaiknya diterima. Namun demikian, tidak

berarti bahwa apabila NPV sama dengan nol berarti sama dengan

break event point, yaitu keadaan di mana bisnis tersebut dalam

keadaan tidak untung dan tidak rugi.28

c) Probability Indek (PI)

PI atau benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio

aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan

nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.

 PV Kas Bersih
PI =  x 100%
 PV Investasi

Apabila PI lebih besar (>) dari 1 maka sebaiknya proyek

tersebut diterima, begitupun sebaliknya.

d) Average Rate of Return (ARR)

ARR merupakan cara untuk mengukur rata-rata

pengembalian bunga.

Rata-rata EAT (average earning after tax)


ARR = 
Rata-rata Investasi (average investasi)

28
Juminang, Studi Kelayakan…, hlm. 180-182.
17

Total EAT
Rata-rata EAT = 
Umur Ekonomis (n)

Investasi
Rata-rata investasi = 
2

Untuk mencari nilai ARR adalah dengan cara mencari

hasil rata-rata EAT nya kemudian hasil rata-rata investasi barulah

kemudian membandingkan EAT dengan rata-rata investasi maka

akan menghasilkan nilai ARR. 29

2. Usaha Tani

a. Pengertian Usaha Tani

Usaha tani adalah pengusaha tani yang mengusahakan dan

mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya

sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Pada dasarnya usaha tani memiliki unsur-unsur yang memiliki peranan

yang sangat penting dalam kegiatan usaha tani, yaitu lahan pertanian,

tenaga kerja, modal dan manajemen.30 Usaha tani juga dapat dikatakan

produktif apabila usaha tani tersebut memiliki produktivitas yang

tinggi, produktivitas tersebut dapat tercapai dengan terjadinya

penggabungan antara konsepsi usaha tani secara fisik dengan kapasitas

29
Ibid., hlm. 102-108.
30
Dodi Nurmansyah, Siti Rochaini, dan Armaeni Dwi Humaerah,. Jurnal Agribisnis, Vol.
8, No. 1, Juni 2014. Tanggal 11-Desember-2019, Pukul 11:02.
18

lahan yang dimanfaatkan dengan mengukur hasil yang dicapai dalam

kegiatan usaha tani pada satuan waktu tertentu.31

Dari beberapa pemaparan definisi usaha tani di atas dapat

disimpulkan bahwa, usaha tani merupakan suatu usaha yang dilakukan

petani dalam memperoleh pendapatan dengan jalan memanfaatkan

sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal yang mana sebagian dari

pendapatan yang diterima digunakan untuk membiayai pengeluaran

yang berhubungan dengan usaha tani tersebut.

b. Unsur-unsur Pokok Usaha Tani

Unsur-unsur pokok yang selalu ada pada suatu usaha tani

meliputi 4 macam unsur-unsur yang biasa disebut sebagai faktor-faktor

produksi. Keempat unsur tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Lahan Pertanian

Lahan atau tanah sebagai salah satu faktor produksi

merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi

berjalan dan darimana hasil produksi keluar. Faktor produksi tanah

mempunyai kedudukan paling penting, hal ini terbukti dari besarnya

balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor

produksi lainnya.32

Pengelolaan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar

dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah itu sendiri. Persiapan

lahan untuk penanaman Tembakau ini melalui beberapa tahapan


31
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: LP3ES, 2001)., hlm. 68.
32
Ibid., hlm. 71.
19

yaitu mulai dari pengolahan tanah tahap pertama (penggemburan

tanah) guna memberikan tekstur tanah menjadi subur, pengairan

yang cukup serta pemupukan dasar berupa pupuk organik dan non

organik.

2) Modal

Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal

dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap.

Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal

tersebut. Modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi yang tidak habis pakai dalam satu kali proses

produksi. Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel

adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis

dalam satu kali proses produksi. Hal tersebut misalnya biaya

produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-

obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.33

3) Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang

penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja antara

lain:

33
Soekartawi, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002)., hlm. 98.
20

a) Ketersediaan tenaga kerja

Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup

memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan

dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya

optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih

banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja,

jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

b) Kualitas tenaga kerja

Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi

pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi (orang yang

ahli dalam suatu bidang). Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini

sangat diperlukan, dan biasanya jumlah tenaga kerja yang

mempunyai spesialisasi pada pekerjaan tertentu berada pada

jumlah yang terbatas. Apabila masalah kualitas tenaga kerja ini

tidak diperhatikan, maka akan terjadinya kemacetan dalam proses

produksi tersebut.

c) Jenis Kelamin

Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Hal tersebut dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja laki-laki lebih

cenderung mempunyai spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu

seperti mengolah tanah, sedangkan perempuan mengerjakan

proses penanaman. Upah tenaga kerja laki-laki biasanya lebih

tinggi dari upah tenaga kerja perempuan. Hal tersebut menjadi


21

salah satu tolak ukur adanya perbedaan kualitas tenaga kerja yang

dipengaruhi oleh jenis kelamin.34

4) Manajemen (Pengelolaan)

Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Pengelolaan

usaha tani dapat diartikan sebagai suatu tindakan petani dalam

menentukan, mengorganisir serta mengkoordinasikan faktor-faktor

produksi yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dan mampu

memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.

Ukuran dari keberhasilan pengelolaan (manajemen) adalah usaha

tani yang dijalankan mendapat keuntungan yang seimbang.35

c. Bentuk Usaha Tani

Bentuk usaha tani dapat dibedakan atas penguasaan faktor

produksi oleh petani, yaitu sebagai berikut:

1) Perorangan (Individu)

Bentuk usaha tani perorangan ini adalah usaha tani yang

faktor produksinya dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, oleh

karena itu maka hasil yang akan didapatkan nantinya juga akan

menjadi milik individu itu sendiri.

2) Kerja sama (Kooperatif)

Bentuk usaha tani kooperatif ini adalah bentuk usaha yang

faktor produksinya dimiliki secara bersama-sama, yang kemudian


34
Mubyarto, Pengantar Ekonomi…, hlm. 77.
35
Agustina Shinta, Ilmu Usaha Tani Cetakan Pertama ( Malang: UB Press, 2011)., hlm.
49.
22

hasilnya dibagi berdasarkan kontribusi dari pencurahan faktor

produksi yang lain. Dari hasil usaha tani kooperatif tersebut

pembagian hasil dan program usaha tani selanjutnya atas dasar

musyawarah setiap anggotanya, seperti halnya keperluan

pemeliharaan dan pengembangan sosial dari kelompok kegiatan

tersebut antara lain: pemilikan bersama alat pertanian, pemasaran

hasil dan lain-lain.36

B. Penelitian Terdahulu

Penelitaian terdahulu atau kajian pustaka adalah penelusuran terhadap

studi karya-karya terdahulu yang berkaitan topiknya dengan penelitian yang

dilakukan untuk menghindari duplikasi, plagiasi, menjamin keabsahan

penelitian yang dilakukan.37

Berdasarkan hasil penelusuran sejauh yang peneliti lakukan, terdapat

beberapa hasil penelitian terdahulu yang tampak mirip dengan penelitian yang

akan dilakukan. Hasil penelitian yang dimaksud adalah:

1. Tria Aprilia Zakita yang berjudul “ Analisis Kelayakan Usaha Pada

Industri Tempe di Desa Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan”. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Lampung 2018. 38

36
Ibid., hlm. 9.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alvabeta CV, 2014)., hlm. 452.
38
Tia Aprilia Zakita, “Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Tempe di Desa Purwodadi
Dalam Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan”, (Skripsi, Universitas Lampung,
2018)., hlm. 58.
23

Hasil dari penelitian skripsi di atas bertujuan untuk mengetahui

kelayakan usaha industri tempe di Desa Purwodadi Dalam, berdasarkan

aspek finansial, peneliti menggunakan penilaian kriteria investasi dalam

menganalisis kelayakan usaha tempe tersebut. Dalam penelitian ini usaha

tempe di Desa Purwodadi Dalam dinyatakan layak untuk dijalankan

dengan perolehan nilai ROI 48,58%, B/C Ratio 1,49 > 1, BEP dari segi

kuantitas sebesar 33,475 bungkus, BEP dari segi harga 670, NPV Rp.

55.201.750, Net B/C 1,76 > 1, Gross B/C 1,17 > 1, IRR 23,98% lebih

besar dari suku bunga pinjaman bank yang berlaku yaitu 10% dan Payback

period dalam jangka waktu 4 bulan 1 hari. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa usaha tempe di Desa Purwodadi Dalam Layak untuk

dijalankan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ini

adalah sama-sama meneliti tentang kelayakan usaha dengan obyek

penelitian yang berbeda. Metode yang digunakan peneliti terdahulu

dengan sekarang juga sama yaitu menggunakan metode deskriptif

kuantitatif. Sedangkan letak perbedaan penelitian terdahulu dengan

sekarang ialah terletak pada teknik analisis datanya, walaupun terdapat

satu dua kesamaan di dalamnya. Letak perbedaan dengan peneliti sekarang

adalah peneliti sekarang meneliti kelayakan usaha tani dilihat dari dua

aspek secara umum yaitu aspek finansial dan non finansial. Dimana dalam

aspek finansial ini peneliti menggunakan analisis kriteria investasi yang

terfokus pada 4 metode yaitu, PP, NPV, ARR, dan PI. Sedangkan dalam
24

aspek nonfinansial peneliti menjabarkannya dalam bentuk pendeskripsian,

tabel ataupun bagan guna mempermudah pembaca dalam memahaminya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ardia Desti Rahayu dengan judul “

Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut Anggota Koperasi Serba Usaha

(KSU) Jatirogo”. Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. 39

Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha

gula semut anggota KSU Jatirogo, dimana hal tersebut ditinjau dari aspek

hukum, pemasaran, teknis, lingkungan hidup, serta aspek finansial yang

dianalisis dengan menggunakan metode PP, NPV, ARR, PI. Subyek

penelitian ini adalah petani gula semut anggota KSU Jatirogo dan Obyek

penelitiannya usaha gula semut. Populasi penelitia ini terdiri dari 148

orang dengan sampel 67 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,

ditinjau dari aspek hukum, pemasaran, teknis, serta lingkungan hidup 67

usaha gula semut anggota KSU Jatigoro sangat layak untuk dijalankan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama meneliti kelayakan usaha dengan obyek penelitian yang

berbeda. Kemudian terletak pada aspek yang digunakan dalam

menentukan kelayakan usaha. Sedangkan perbedaannya terletak pada

metode yang di gunakan. Dan letak perbedaan yang terakhir dari penelitian

terdahulu dengan penelitian sekarang adalah penelitian terdahulu

39
Ardia Desti Rahayu, “Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut Anggota Koperasi Serba
Usaha (KSU) Jatirogo”, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015)., hlm. 74-95.
25

menggunakan 67 sampel dari 148 populasi, sedangkan penelitian sekarang

menggunakan 39 sampel dari 341 total populasi.

3. Hasil penelitian yang ketiga dilakukan oleh Ramdiani dengan judul

“Dampak Bendungan Pandanduri Terhadap Land Rent Dan Produktivitas

Pada Usaha Tani Tembakau Di Kecamatan Sakra Barat Kabupaten

Lombok Timur”. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram 2018.40

Hasil Penelitian di atas membahas tentang bendungan Pandanduri

yang memberikan peningkatan produktivitas usaha tani tembakau yang

kemudian memberikan dampak pada pendapatan usaha tani. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rate sebelum adanya

Pandanduri sebesar Rp 11.817.321,43 sedangkan setelah adanya

Pandanduri menjadi Rp 16.856.922,00 dengan taraf nyata sebesar 5%.

Rata-rata produktivitas sebelum adanya bendungan sebesar 154,36 kw/ha

sedangkan sesudahnya 157,00 kw/ha dengan taraf nyata sebesar 5%.

Kemudian kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani

tembakau meliputi cuaca, penyakit atau hama, dan keterbatasan modal.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama meneliti obyek penelitian yaitu usaha tani tembakau.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah terletak

pada pemfokusan pembahasan. Metode yang digunakan dalam penelitian

terdahulu menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif sedangkan

penelitian sekarang menggunakan metode deskriptif kuantitatif.


40
Ramdiani, “Dampak Bendungan Pandanduri Terhadap Land Rate Dan Produktivitas
Pada Usaha Tani Tembakau Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur”, (Skripsi,
Universitas Mataram, 2018)., hlm. 6.
26

4. Hafizd Wahyu, dengan judul Skripsi “Analisis Kelayakan Usaha

Kangkung Hidroponik di Specta Farm Kabupaten Bogor”. Dapertemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,

2018.41

Hasil temuan dala penelitian ini adalah berdasarkan aspek non

finansial dan aspek finansial usaha kangkung hidroponik di Specta Farm

layak untuk dijalankan. Dimana, dalam aspek finansial seperti aspek

pemasaran, aspek teknis, aspke manajemen dan hukum, aspek sosial

ekonomi dan budaya serta aspek dampak lingkungan memiliki rata-rata

nilai persentase sebesar (90%, 93,4%, 70%, (96,6% dan 88%). berdasarkan

hal tersebut berdasarkan aspek non finansial usaha kangkung hidroponik

layak untuk dijalankan. Sedangkan berdasarkan aspek finansial usaha

kangkung hidroponik telah memenuhi syarat kelayakan yaitu NPV > 0,

nilai Net B/C >1, nilai IRR > 5% dan PP < 10 tahun. Serta dengan

perolehan nilai NPV sebesar Rp. 3 170 741 635.50. Dan yang terakhir

berdasarkan hasil analisis switching value dimana penurunan jumlah

produksi kangkung lebih sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan

penurunan harga jual kangnkung dan peningkatan harga pupuk nutrisi.

Usaha akan menjadi tidak layak jika penurunan jumlah produksi >

28.999%, penurunan harga jual kangkung > 29.144% dan peningkatan

harga pupuk nutrisi > 237,666%.

41
Hafizd Wahyu, “Analisis Kelayakan Usaha Kangkung Hidroponik di Specta Farm
Kabupaten Bogor” (Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2018)., hlm. 29-67.
27

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

terletak pada aspek yang digunakan dalam mengkaji kelayakan usaha

berdasarkan aspek non finansial dan finansial dimana dalam aspek non

finansial sama-sama mengkaji dari segi aspek pasar, teknis, manajemen

dan hukum serta aspek dampak lingkungan sedangkan untuk yang

finansial sama-sama mengkaji kelayakan dengan menggunakan kriteria

investasi yaitu NPV dan PP. Sedangkan untuk perbedaan antara penelitan

terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada metodologi penelitian

dimana penelitian terdahulu menggunakan metode kualitatif kuantitatif

dimana penggunaan metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek

non finansial, kemudian untuk metode kuantitatif untuk menganalisis

aspek finansial dan nilai persentase dari kelayakan pada bagian aspek non

finansial. sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode penelitian

yaitu metode deskriptif kuantitatif. Kemudian untuk perbedaan selanjutnya

terletak pada analisis switching value dimana penelitian terdahulu

mengguanakan analisis tersebut sedangkan penelitian sekarang tidak

menggunakan analisis tersebut.

5. M. Afiful Umam, dengan judul Skripsi “ Analisis Faktor Studi Kelayakan

Bisnis Pada Pengembangan UMKM (Studi Kasus pada Industri Kecil Unit

Pengolah dan Pemasar Ikan “Fatimah Az-Zahra” Borobudur Kec.


28

Magelang)”. Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016.42

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa industri “Fatimah Az-

Zahra” dari segi aspek non finansial layak untuk dijalankan dari aspek

teknis dan produksi, hukum dan lingkungan, pasar dan pemasaran,

sedangkan dari aspek manajemen dan sumber daya manusia masih belum

dikatakan layak, dan harus adanya perbaikan manajemen dari segi

kepengurusan dan karyawan serta pemaksimalan dalam hal produksi dan

pemasaran. Serta berdasarkan aspek finansial industri “Fatimah Az-Zahra”

layak untuk dijalankan dengan umur proyek selama 3 tahun pada tingkat

discount rate sebesar 12%. Analisis kriteria kelayakan menghasilkan PP

selama 2 tahun 8 bulan 15 hari, NPV sebesar Rp. 23,368,992,00. Nilai PP

sebesar 1.33 dan nilai IRR sebesar 25,81%.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama meneliti tentang kelayakan usaha, dimana untuk menentukan

layak atau tidaknya usaha yang dijalankan dilihat dari 2 aspek yaitu aspek

non finansial dan aspek finansialnya. Kemudian untuk perbedaan antara

penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada metode

penelitian yang digunakan, dimana peneliti terdahulu menggunakan jenis

penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif.

42
M. Afiful Umam, “Analisis Faktor Studi Kelayakan Bisnis Pada Pengembangan
UMKM (Studi Kasus pada Industri Kecil Unit Pengolah dan Pemasar Ikan “Fatimah Az-Zahra”
Borobudur Kab. Magelang”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016)., hlm.
19.
29

Sedangkan penelitian sekarang menggunakan jenis penelitian kuantitatif

dengan pendekatan deskriptif kuantitatif.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya

sebuah pemahaman maka pemahaman tersebut dapat salah, kurang atau tidak

sempurna. Kerangka berfikir disini merupakan pemahaman yang paling

mendasar yang mendukung pemahaman selanjutnya. Hal ini sangat penting

karena jika kerangka berfikir salah maka akan menghasilkan kesimpulan-

kesimpulan yang salah pula.43

Usaha tani Tembakau yang dijalankan masyarakat di Desa Setanggor

ini memang memberikan dampak yang sangat besar terhadap masyarakat

lebih-lebih pada perekonomian masyarakat itu sendiri. Masyarakat

menjalankan usaha tani ini berdasarkan pengalaman yang didapatkan dari

nenek moyang terdahulu yang berlangsung secara turun temurun ke generasi

selanjutnya. Seiring berjalannya waktu petani mulai aktif menjadi petani

binaan PT yang memproduksi rokok (Perusahaan Pembeli Tembakau) serta

petani dibina dalam mengelola Tembakau dan lain sebagainya. Pada saat

petani dapat dikatakan untung dalam menjalankan usaha ini maka akan sangat

terlihat jelas pembangunan dimana-mana, pemenuhan kebutuhan tercapai,

aktifitas perekonomian masyarakat lancar, seperti pedagang dan masyarakat

lainnya yang ada di sekitar lokasi usaha dapat ikut serta merasakan dampak

43
B.Herry Priyono, Anthony Giddnes, Suatu Pengantar Cetakan Kedua (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2003)., hlm. 2.
30

positif dari keberhasilan petani itu sendiri. Akan tetapi sebaliknya, jika usaha

tani Tembakau yang dijalankan masyarakat di Desa Setanggor ini mengalami

kerugian maka semua juga akan terkena dampak dari kerugian tersebut.

Misalnya petani yang menjalankan usaha tidak dapat melunasi hutang-

hutangnya akhirnya banyak yang mejadi TKI / TKW ke Luar Negeri, buruhan

macet, perekonomian macet dikarenakan sumber penghasilan masyarakat

gagal dan lain sebagainya. Landasan utama atau cikal bakal peneliti dalam

mengambil tema ini adalah kegigihan petani di Desa Setanggor kecamatan

sukamulia ini yang meskipun berangsur-angsur mengalami kerugian dalam

usaha ini akan tetapi usaha tani Tembakau ini tidak pernah mati dikalangan

masyarakat. Untung atau rugi tidak menjadi tolak ukur petani berhenti

melakukan usaha ini, buktinya dari saat krisis moneter yang terjadi pada

tahun 1998 sampai 2020 sekarang ini usaha tani Tembakau ini tidak pernah

berhenti dilakukan oleh masyarakat di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur. Dengan adanya studi kelayakan bisnis atau usaha,

petani di Desa Setanggor ini dapat meminimalisir kerugian atau

kemungkinan-kemungkinan melesetnya hasil yang ingin dicapai dalam usaha

tani tersebut. Serta peran studi kelayakan sangat besar dalam keberhasilan

usaha tani yang dijalankan.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka berfikir pada penelitian ini dapat

disajikan dalam bentuk skema atau gambar di bawah ini.


31

KELAYAKAN USAHA TANI TEMBAKAU

Aspek Non Finansial Aspek Finansial

1. Aspek Hukum 1. Payback Period


2. Aspek Pasar 2. Net Present Value
3. Aspek Teknis 3. Probability Indeks
4. Aspek Manajemen 4. Average Rate of
5. Aspek Sosial Return
6. AMDAL

LAYAK / TIDAK

D. Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam

penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka

berfikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

yang diperoleh di lapangan melalui pengumpulan data.44

44
Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 138-139.
32

Kemudian untuk menguji kelayakan usaha tani tembakau di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dapat digunakan

rumus hipotesis sebagai berikut:

1. Ha : Diduga usaha tani tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia layak untuk dijalankan dilihat dari aspek non finansial dan

aspek finansial.

2. Ho : Diduga usaha tani tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia tidak layak untuk dijalankan dilihat dari aspek non finansial

dan aspek finansial.


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan proses menemukan solusi atau

jawaban atas masalah setelah melakukan studi yang mendalam dan

menganalisis faktor situasi. Jika penelitian dikaitkan dengan ekonomi syariah,

maka terlebih dahulu perlu diketahui definisi dari ekonomi syariah itu sendiri.

Ekonomi syariah adalah ilmu yang mempelajari kebutuhan hidupnya dengan

tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia akherat).45

Artinya ekonomi syariah adalah pengetahuan yang berupaya merealisasikan

kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang

terbatas dalam kerangka ajaran islam atau hukum-hukum islam. Berdasarkan

hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ekonomi syariah

adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu yang

berhubungan dengan kegiatan ekonomi syariah.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang di-

peroleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai
46
kriteria tertentu yaitu valid, reliebel, dan objektif. Untuk mendapatkan data

yang valid dan reliabel, maka peneliti harus dapat menjadi human instrument

45
Akhmad muhajidin, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara dan Pasar
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014)., hlm. 23.
46
Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005)., hlm. 24.
34

yang baik, mengumpulkan data secara trianggulasi dari berbagai sumber data

yang tepat, dan melakukan pengujian keabsahan data.47

Pada penelitian ini, pendekatan yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei.

Dalam hal ini penelitian yang bersifat deskripsi atau pendeskripsian

minsalnya penelitian untuk menggambarkan profil produk suatu organisasi

bisnis tertentu atau profil pekerjaan dan tenaga kerja industri tertentu.48

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat, serta hubungan antar penomena yang diteliti.49

Penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini yaitu pegolahan

data yang di dapatkan dari hasil observasi dan hasil penyebaran angket pada

petani di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia yang melakukan usaha tani

Tembakau. Dari hasil penyebaran angket tersebut akan didapatkan data

tentang kelayakan usaha dilihat dari aspek non finansial dan aspek

finansialnya, yang kemudian diolah oleh peneliti dengan cara manual tanpa

menggunakan SPSS.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang


47
Ibid., hlm. 25.
48
Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 25-26.
49
Muhammad Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005)., hlm. 54.
35

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.50 Populasi dapat berupa manusia, benda, obyek tertentu,

pariwisata, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain sebagainya.51

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang

menjalani usaha tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia,

dimana jumlah penduduk yang mata pencaharian pokoknya sebagai petani

(baik itu petani padi dan tembakau) di desa Setanggor sebanyak 341 orang

(296 orang laki-laki dan 45 orang perempuan).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul refresentatif (mewakili).52

Untuk menentukan besarnya sampel yang dicari digunakan rumus

slovin sebagai berikut:53


n
n=
1 + 𝑁 (𝑒)2

Dimana:

n: Jumlah sampel

N: Jumlah populasi

50
Muri Yusuf, Metode Penelitian (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016)., hlm. 66.
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B
Cetakan Ke-15 (Bandung: Alfabeta, 2013)., hlm. 36.
52
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam : Pendekatan Kuantitatif
(Dilengkapi Dengan Contoh-contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan Lapangan), ( Depok:
Rajawali Pers, 2008)., hlm. 180.
53
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi Serta Ilmu-ilmu Lainnya
(Jakarta: Kencana, 2010)., hlm. 115.
36

e: Batas toleransi kesalahan

Menurut Suharsimin Arikuto, penentuan pengambilan sampel

apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah subyeknya besar diambil

10-15% atau 20-25%. Dalam hal ini peneliti akan mengambil sampel dari

jumlah populasi yaitu sebanyak 341 orang. Jadi untuk pengambilan

sampelnya, peneliti mengambil patokan e = 15% dibulatkan dalam bentuk

desimal yaitu (0,15) dengan perhitungan sebagai berikut:

341
n = 
1 + 341 (0,15)2

341
= 
1 + 341 (0,0225)

= 39,3196 dibulatkan menjadi 39

Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan jumlah sampel

sebanyak 39. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probability sampling dengan metode purposive sampling. Non

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang / kesempatan yang sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik purposive sampling ini

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.54

Purposive sampling ini juga dapat diartikan sebagai suatu tata cara

pengambilan sampel dengan didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang

54
Sugiyono, Metode Penilaian (Bandung: Alfabeta, 2001) ., hlm. 61.
37

dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi

yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang

akan diambil disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan

berdasarkan tujuan penelitian.55 Dalam penelitian ini peneliti meneliti

tentang kelayakan usaha tani Tembakau, maka sampel yang dipilih adalah

orang yang ahli dalam bidang usaha tani Tembakau itu sendiri.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, waktu yang dibutuhkan oleh peneliti

diperkirakan kurang lebih sekitar dua bulan (60 hari). Waktu dihitung

sejak dikeluarkannya surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan

oleh pihak kampus. Ini dirasa cukup untuk menyelesaikan penelitian yang

dilaksanakan oleh peneliti.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur. Lokasi tersebut dipilih peneliti karena lokasi

tersebut sesuai dengan kepentingan peneliti dalam mencari data untuk

kelangsungan penelitian serta mendukung kelancaran penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kelayakan usaha

55
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)., hlm. 128.
38

Yang dimaksud kelayakan usaha dalam penelitian ini adalah suatu

tolak ukur penentuan layak atau tidaknya usaha tani yang dijalankan

masyarakat di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur ditentukan berdasarkan aspek non finansial (Aspek hukum,

pemasaran, teknis dan operasional, manajemen dan organisasi, ekonomi

dan sosial serta aspek dampak lingkungan) dan aspek finansial yang

dianalisis berdasarkan 4 metode kriteria investasi ( PP, NPV, PI dan ARR).

2. Usaha tani

Yang dimaksud dengan usaha tani dalam penelitian ini adalah

segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan petani di Desa Setanggor

dalam mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif untuk tujuan

memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Atau usaha tani dapat

diartikan sebagai pemanfaatan tanah yang dilakukan oleh petani guna

untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3. Usaha Tani Tembakau

Yang dimaksud dengan usaha tani Tembakau dalam penelitian ini

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan petani dalam

mengolah sumber daya berupa Tembakau mulai dari proses penanaman,

pemeliharaan sampai pada tahap panen dan pengovenan kemudian terakhir

pada tahap pengiriman hasil Tembakau, dengan tujuan hasil dari kegiatan

usaha tani Tembakau tersebut mampu memenuhi kebutuhan petani, lebih-

lebih masyarakat banyak maupun pemerintah pada umumnya.


39

E. Instrumen / Alat dan Bahan Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah yang paling penting dalam

suatu penelitian. Instrumen berfiungsi sebagai alat bantu dalam

mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan

metode pengumpulan data, misalnya metode angket atau kuesioner

instrumennya berupa angket atau kuesioner.56

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.57 Instrumen penelitian juga

dapat diartikan sebagai suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatakan

informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.58

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian. Alat ini harus disesuaikan dengan jenis data atau

jenis penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian.

Adapun instrumen atau bahan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi dan angket penelitan. Angket penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini tanpa menggunakan indikator atau skala

pengukuran seperti skala Likert dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan

56
Ismail Suardi Wekke, dkk, Metode Penelitian Ekonomi Syariah (Yogyakarta: Gawe
Buku, 2019)., hlm. 75.
57
Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2010)., hlm. 265.
58
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996)., hlm. 160.
40

penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non statistik yang pengolahan

datanya tanpa menggunakan SPSS.

F. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang dijalankan peneliti dalam penelitian ini

meliputi beberapa tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

1. Tahap Konseptual

Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal

di tempat penelitian. Hasil dari observasi awal yang diperoleh peneliti

meliputi bagaimana fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar lokasi

usaha tani Tembakau di Desa Setanggor, mengetahui ruang penelitian,

pelaku usaha, obyek penelitian dan juga kejadian-kejadian atau peristiwa

yang terjadi di sekitar lokasi usaha tersebut.

Setelah melakukan observasi awal, peneliti kemudian melakukan

tahap pengidentifikasaian permasalahan yang ada di lapangan, mencari

studi literatur yang sesuai dengan tema yang diangkat, pengembangan

kerangka teoritis, perumusan hipotesis penelitian, mengidentifikasi

populasi yang akan diteliti, penentuan sampel, merumuskan instrumen

penelitian dengan cara menyusun serta merevisi instrumen penelitian yaitu

angket penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti peneliti melakukan penyebaran angket

kepada petani yang melaksanakan usaha tani Tembakau di Desa Setanggor


41

Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur. Angket disini,

dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan usaha

tani Tembakau berdasarkan aspek non finasial dan aspek finansial.

3. Tahap Analisis

Setelah seluruh data atau informasi terkumpul dari hasil

penyebaran angket di atas, kemudian tahap selanjutnya adalah peneliti

melakukan proses pengolahan data hasil angket yang didapatkan dari

lapangan, kemudian, proses analisis yang akan menentukan layak atau

tidaknya usaha tani yang dijalankan. Analisis tersebut akan ditentukan

berdasarkan dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial.

Kemudian, hasil analisi yang diperoleh akan disusun menjadi hasil

penelitian.

4. Tahap Kesimpulan

Pada tahap yang terakhir ini, peneliti melakukan suatu pengambilan

kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari

pengambilan kesimpulan tersebut akan menentukan bahwa usaha tani

Tembakau yang dijalankan di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur Layak atau Tidak Layak untuk dijalankan.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis data

dengan metode deskriptif kuantitatif. Dimana metode ini bertujuan untuk

mendeskripsikan suatu kejadian yang terjadi pada saat ini dalam bentuk
42

angka-angka yang bermakna. Dalam analisis deskriptif kuantitatif pada

penelitian ini digunakan 2 aspek untuk menentukan kelayakan usaha yaitu:

1. Aspek Non finansial

Dalam aspek non finansial ini, untuk mengetahui layak atau

tidaknya usaha tani tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

dapat disajikan dalam bentuk uraian deskriptif sebagai berikut: 59

a. Aspek hukum

Untuk menentukan kelayakan usaha melalui aspek ini dilihat

dari kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari

bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimilikinya. Keabsahan dan

kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang

menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut.

b. Aspek pasar dan pemasaran

Untuk menentukan kelayakan usaha dari aspek ini ditinjau dari

segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau

tidak, atau dengan kata lain seberapa besar potensi pasar yang ada untuk

produk yang ditawarkan. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang

akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada.

c. Aspek teknis / operasi

Dalam aspek ini yang akan diteliti adalah mengenai lokasi

usaha, baik kantor pusat, cabang, pabrik, gedung dan lain sebagainya.

Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah

59
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007)., hlm. 14-15.
43

harus dekat dengan pasar, bahan baku, tenaga kerja, pemerintah,

pelabuhan dan lain sebagainya. Kemudian mengenai teknologi apakah

padat karya atau padat modal.

d. Aspek manajemen dan organisasi

Yang dinilai dalam aspek ini adalah para pengelola usaha dan

struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil

apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional. Demikian juga

dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan

tujuan usaha.

e. Aspek ekonomi dan sosial

Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa

besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek ini dijalankan. Demikian

pula dengan dampak sosial yang ada seperti tersedianya sarana dan

prasarana seperti jalan, jembatan, penerangan, tempat kesehatan, sarana

ibadan dan lain-lain.

f. Aspek dampak lingkungan

Dalam hal ini, suatu proyek atau usaha yang dijalankan pasti

akan memberikan dampak bagi lingkungan di sekitarnya, baik terhadap

air, udara, tanah yang akhirnya akan berdampak pada manusia, hewan,

dan tumbuh-tumbuhan yang ada.60

2. Aspek Finansial

60
Ibid., hlm. 212.
44

Untuk menentukan kelayakan usaha menggunakan aspek finansial

(keuangan), dapat digunakan alat ukur yang disebut dengan kriteria

investasi yang bisa digunakan untuk menentukan kelayakan usaha terdiri

dari 4 metode sebagai berikut:61

a. Payback period (PP)

Investasi
PP =  x 1 tahun
Kas Bersih / tahun

Indikatornya:

Apabila PP nya lebih pendek dari PP yang telah ditentukan

maka investasi tersebut sebaiknya diterima, begitupun sebaliknya.

b. Net Present Value (NPV)

CFt
NPV = 𝑡 =1
 - 10
∑𝑛 (1+ k)t

Di mana k adalah requeired rate of return, atau lebih tepatnya

merupakan weigted average cost of capital. Indikatornya: jika NPV (+)

investasi tersebut diterima, begitupun sebaliknya.62

c. Probability Indeks (PI)

∑ 𝑃𝑉 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
PI =  x 100%
∑ 𝑃𝑉 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Indikatornya: Apabila PI lebih besar (>) dari 1 maka diterima.

Apabila PI lebih kecil (<) dari 1 maka ditolak.

61
Ibid., hlm. 100.
62
Juminang, Studi Kelayakan…, hlm. 179-182.
45

d. Average Rate of Return (ARR)

Rata-rata EAT (average earning after tax)


ARR = 
Rata-rata Investasi (average investasi)

Total EAT
Rata-rata EAT = 
Umur Ekonomis (n)

Investasi
Rata-rata investasi = 
2

Untuk mencari nilai ARR atau disebut juga dengan pengukuran

rata-rata pengembalian bunga terlebih dahulu mencari hasil rata-rata

EAT nya kemudian hasil rata-rata investasi, barulah kemudian

membandingkan antara laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata

investasi, barulah kemudian ditemukan hasil dari ARR. 63

63
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan…, hlm. 102-108.
46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Keadaan Wilayah

Desa Setanggor merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur. Setanggor terdiri

dari 4 dusun yaitu dusun Genter, Dasan Makam, Lendek, dan Montong

Moles. Luas wilayah desa secara keseluruhan mencapai 167.0000 Ha,

dimana hal tersebut terdiri dari tanah sawah seluas 87.0000 Ha, tanah

kering seluas 63.4500 Ha, serta tanah fasiltas umum seluas 16.5500 Ha.

Curah hujan di Desa Setanggor ini mencapai 1.500 mm dalam 6 bulan,

dengan suhu rata-rata 30oC, serta berada pada ketinggian 250 m di atas

permukaan laut. Rata-rata kemiringan tanah mencapai 15 derajat, warna

tanah hitam dengan tekstur tanah debuan. Batas wilayah Desa /

Kelurahan sebelah utara adalah Padamara, sebelah selatan adalah

Setanggor Selatan, Sebelah timur adalah Jantuk dan sebelah barat

adalah Padamara. Jarak dari Desa Setanggor ke ibu kota Kecamatan

mencapai 7.0000 Km, jarak ke ibu Kota Kabupaten / Kota mencapai

10.0000 Km, serta jarak ke ibu Kota Provinsi mencapai 52.0000 Km.

Kode pos 83652.


47

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk pada tahun 2018 di Desa Setanggor sebanyak

2.520 jiwa (yang terdiri dari 1.265 laki-laki dan 1.255 perempuan),

dengan 845 jumlah kepala keluarga (KK), serta kepadatan penduduk

mencapai 1.508 Jiwa/Km2.64

c. Pertanian

Proporsi terluas penggunaan tanah di Desa Setanggor adalah

untuk tanah sawah yaitu 87.0000 Ha. Hasil utama pertanian adalah

tanaman Padi, Tembakau, dan Kacang-kacangan. Jumlah petani yang

melakukan usaha tani tembakau maupun padi di Desa Setanggor

Kecamatan Sukamulia ini sebanyak 341 orang (296 laki-laki dan 45

perempuan). Pada sektor pertanian ini pergantian penanaman tanaman

padi dan tembakau dibagi menjadi 2 bagian dalam satu tahun yaitu 6

bulan dalam musim penghujan untuk menanam Padi dan 6 bulan dalam

musim kemarau untuk menanam Tembakau serta kacang-kacangan

sebagai pelengkap tambahan disekitar tanaman Padi maupun Tembakau

itu sendiri.

Di Desa Setanggor ini juga untuk potensi pertanian, didukung

dengan berbagai fasilitas salah satunya yaitu terdapat 3 buah sungai

dengan volume kecil yang dimanfaatkan sebagai sarana irigasi.

Pertanian ini sangat membantu masyarakat khususnya masyarakat

kalangan bawah, lebih-lebih masyarakat menengah maupun atas dalam

4 Dokumen, Profil Desa SetanggorKecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur


7
2018.
48

membantu pemasukan masyarakat sebagai buruh tani, baik dari

penanaman Padi hingga pada Penanaman Tembakau. Terlebih lagi pada

penanaman Tembakau yang dimana menyerap banyak sekali tenaga

kerja buruh tani dari proses pembibitan, pemeliharaan sampai panen /

pemetikan hingga proses pengiriman hasil Tembakau. Dimana di Desa

Setanggor tercatat bahwa masyarakat yang menjadi buruh tani sebanyak

930 orang yang terdiri dari 405 buruh tani laki-laki dan 525 buruh tani

perempuan.65

d. Gambaran Umum Usaha Tani Tembakau

Usaha tani Tembakau yang bergerak dibidang pertanian ini,

dapat dikatakan tanaman jangka pendek yang berumur sekitar kurang

lebih 6 bulan dari proses penanaman sampai pemetikan. Dari proses

pemeliharaan benih tembakau, penanaman tembakau, hingga siap petik

(panen) tembakau yang ada di lapangan (sawah) memerlukan waktu 4

bulan, ditambah dengan 2 bulan pengovenan atau 7 sampai 8 kali

pemetikan daun tembakau yang ada di sawah. Dalam hal pemetikan,

dimana satu kali pemetikan dilakukan satu kali seminggu, jadi 7 sampai

8 kali pemetikan sama dengan 8 minggu, karena dalam peroses

pengovenan (pengeringan) daun tembakau memerlukan maksimal

waktu satu minggu untuk melakukan pengeringan daun tembakau agar

daun tembakau kering dengan sempurna serta dengan kualitas yang

baik. Setelah melalui proses pengeringan tembakau tersebut kemudian

4 Dokumen, Profil Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur


8
2018.
49

disortir kembali sesuai dengan kualitas dari daun tembakau itu sendiri,

artinya daun tembakau tersebut dikelompokkan sesuai dengan warna

daun yang dihasilkan karena warna yang berbeda akan menghasilkan

harga yang berbeda pula. Setelah melalui proses sortir dan kemudian

langkah terakhir adalah melakukan proses press (pemadatan) daun

tembakau yang kemudian siap dikirim ke gudang tembakau maupun

pengepul. Setelah dikirim ke gudang barulah diproses di gudang untuk

diolah menjadi rokok sehingga terciptalah roko-rokok yang bermerek

seperti Surya, Bentoel, LA dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan harga, pada dasarnya memang dalam hal

usaha kualitas mengikuti harga, begitupun dengan usaha tani tembakau

ini, dimana untuk kualitas tembakau dibedakan menjadi kelas A, B C

dan D. Untuk tembakau yang mencapai kualitas A rata-rata dipatoki

harga Rp. 35.000 – 45.000 /Kg. Untuk kelas B berkisar antara harga Rp.

25.000 - 30.000 /Kg. Kelas C berkisar seharga Rp. 11.000 - 20.000 /Kg,

dan yang terakhir kelas D berkisar antara Rp. -10.000 /Kg. Perusahaan-

perusahaan yang membeli tembakau petani yaitu PT. Djarum, PT.

Shadana Arifnusa, CV. Trisno Adi, IDS, PT. Bentoel Prima dan lain

sebagainya.

2. Hasil Analisis Aspek Non Finansial

a. Aspek Hukum

Berdasarkan hasil penyebaran angket penelitian yang telah

dilaksanakan peneliti kepada petani yang menjalankan usaha tani


50

tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten

Lombok Timur, mengenai aspek hukum dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 2.a. Hasil penilaian kelayakan aspek hukum


Hasil Angket
No Aspek Hukum Ya Tidak
Apakah usaha tani Tembakau sudah memiliki
1 39 0
izin usaha?
Apakah petani membayar pajak penghasilan
2 39 0
usaha?

1) Bentuk Badan Usaha

Aspek hukum berkaitan dengan bentuk badan usaha dan

legalitas usaha yang dijalankan. Usaha tani tembakau yang

dijalankan sebagian besar masyarakat yang ada di Desa Setanggor

Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur merupakan usaha

individu yang dilakukan para petani yang ada di Desa tersebut, ada

juga yang melakukan secara bersama-sama dalam satu keluarga,

akan tetapi usaha ini lebih cenderung dilakukan oleh petani secara

individu. Bentuk badan usaha masih tergolong usaha mikro atau

lebih tepatnya termasuk UMKM.

2) Izin Usaha

Dalam pelaksanaan usaha tani Tembakau yang dijalankan

petani di Desa Setanggor, berdasarkan aspek hukum sudah memiliki

izin usaha yaitu dalam bentuk Izin Gangguan (HO) yang diterbitkan

oleh Bupati Lombok Timur. Serta Berdasarkan hasil penyebaran

angket yang telah dilakukan oleh peneliti sebagian besar yaitu 39


51

petani menyatakan sudah terdaftar dalam pembayar pajak seperti

pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan serta pajak kendaraan.

3) Hasil Analisis Aspek Hukum

Jadi disini, berdasarkan aspek hukum usaha tani Tembakau di

Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

dapat dinyatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil penyebaran angket yang menyatakan bahwa sebagian besar

yaitu 39 petani yang menjalankan usaha tani Tembakau di Desa

Setanggor sudah mendapatkan izin usaha dalam bentuk izin HO dari

Bupati Lombok Timur. Dalam hal ini, disamping usaha ini sudah

memiliki izin usaha, petani yang menjalankan usaha tani Tembakau

ini juga melakukan pembayaran pajak seperti pajak bumi dan

bangunan atas bangunan oven petani dan tanah garap, pajak

penghasilan, serta pajak transportasi untuk angkutan hasil

Tembakau.

b. Aspek Pasar dan Pemasaran

Hasil analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.b. Hasil Penilaian Kelayakan Aspek Pemasaran


Hasil Angket
No Aspek Pasar dan Pemasaran
Ya Tidak
Apakah anda mengalami kesulitan dalam
1 menjual hasil tembakau? 3 36
Apakah perkembangan informasi harga jual
29 10
2 mudah diketahui?
Apakah target pasar yang dituju petani sudah
3 tersedia dalam menjual hasil Tembakau? 20 19
52

Apakah kualitas yang dihasilkan sesuai dengan


4 permintaan pasar / perusahaan? 39 0

1) Permintaan dan penawaran

Peluang pasar usaha tani Tembakau ini pada dasarnya bisa

dikatakan masih sangat luas, walaupun pada dasarnya satu tahun ini

perusahaan mengurangi pembelian tembakau petani. Namun, hal

tersebut tidak mengurangi permintaan gudang akan hasil tembakau

petani itu sendiri. Perusahaan-perusahaan yang membeli tembakau

pada dasarnya setiap tahun tetap melakukan pembelian dengan

permintaan yang banyak, akan tetapi dikarenakan petani

memproduksi lebih banyak tembakau dibandingkan permintaan

perusahaan mengakibatkan perusahaan membatasi pembelian

tembakau pada tahun 2019 silam. Hal ini didasarkan oleh permintaan

perusahaan yang sangat banyak pada tahun 2018 yang membuat

petani semakin menambah areal penanaman tembakau untuk tahun

kedepannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan maupun

penawaran yang dilakukan perusahaan dari tahun ketahun tidak

konstan, sehingga petani terlebih dahulu perlu menganalisis peluang

maupun kondisi yang akan terjadi selanjutnya.

Seperti halnya permintaan, data mengenai penawaran hasil

tembakau dari petani ke perusahaan atau pengepul dilihat dari

kemampuan petani dalam melakukan produksi atau memenuhi

permintaan konsumen. Kemampuan produksi petani didasarkan pada


53

jumlah areal penanaman tembakau. Berbicara mengenai penawaran,

biasanya perusahaan akan menargetkan petani mereka sebanyak 3

ton hasil tembakau kering yang akan dipenuhi petani. Melihat hal

tersebut, sebagian besar petani mampu memenuhi permintaan

perusahaan bahkan dapat memproduksi lebih dari yang diminta

perusahaan.

2) Sterategi bauran pemasaran / Marketing Mix (4P)

a) Produk (Product)

Produk yang ditawarkan petani dalam menjalankan usaha

tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur adalah tembakau kering yang sudah

melalui proses pengovenan. Produk tembakau ini merupakan

suatu proyek yang dijalankan petani yang dimulai dari proses

penanaman, pemeliharaan, pemetikan, pengovenan, sortir dan

press. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut hasil daun

tembakau yang sudah kering melalui proses pengovenan tersebut

kemudian di sortir dan press sesuai dengan permintaan

perusahaan, barulah petani bisa mendapatkan hasil dari usaha tani

Tembakau tersebut. Keunggulan dari usaha tani Tembakau yang

dijalankan petani di Desa Setanggor ini adalah kualitas Tembakau

yang tetap mendapat apresiasi yang baik dari perusahaan atau

pengepul pembeli Tembakau, hal itu dikarenakan ketelitian serta

ketekunan petani dalam memelihara proyek atau usaha tani


54

Tembakau itu sendiri sehingga kualitas tembakau yang dihasilkan

petani tetap terjaga.

b) Harga (Price)

Produk utama yang dihasilkan usaha tani Tembakau ini

adalah hasil tembakau kering yang sudah melalui proses

pengovenan. Harga yang ditetapkan bervariasi berpatokan pada

harga yang ditetapkan perusahaan. Variasi tersebut

dikelompokkan berdasarkan kualitas Tembakau yang dihasilkan,

yaitu untuk kelas A (Kualitas Baik) berkisar antara Rp. 35.000 –

45.000 /Kg, kelas B (Kualitas Sedang) berkisar antara Rp. Rp.

25.000 – 30.000 /Kg, kelas C (Kualitas Cukup Baik) berkisar

antara Rp. 11.000 - 20.000 /Kg, dan kelas D (Kualitas Kurang

Baik) berkisar antara Rp. -10.000 /Kg. Untuk penentuan harga

tentunya perusahaan maupun pengepul melihat dari segi kualitas

Tembakau itu sendiri.

c) Tempat (Place)

Dalam memasarkan produk usaha tani Tembakau yang

dihasilkan petani di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur ke konsumen (perusahaan dan

pengepul), petani memasarkan atau menjual hasil tani tembakau

dengan 2 cara yaitu Pertama, Pengepul secara langsung datang ke

lokasi usaha dalam rangka memeriksa kualitas sekaligus

menawarkan harga ke pada petani, setelah mendapatkan


55

kesepakatan Tembakau kemudian diangkut dengan biaya angkut

dibebankan kepada pengepul. Kedua, Petani secara langsung

menjual hasil Tembakau keringnya ke perusahaan-perusahaan

pembeli Tembakau, dengan harga ditentukan oleh perusahaan

yang didasarkan pada kualitas produk. Serta biaya transportasi

ditanggung oleh petani. Tempat perusahaan-perusahaan pembeli

Tembakau itu juga lebih banyak berada dalam kawasan Lombok

Timur, sehingga untuk biaya transportasi tidak terlalu

membebankan petani.

d) Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan penting untuk memberikan

informasi atau mengenalkan produk yang dihasilkan kepada

pembeli. Kegiatan promosi yang dilakukan petani dalam

memasarkan produknya adalah dengan mengikuti pelatihan yang

diadakan oleh perusahaan atau ikut serta sebagai petani binaan

perusahaan-perusahaan yang membeli tembakau petani. Selain itu

petani juga melakukan promosi dengan personal selling yaitu

dengan mempromosikan produk yang dimiliki petani satu dengan

lainnya sehingga akan terjadi pertukaran informasi mengenai

pengiriman atau penjualan hasil Tembakau yang tepat sebagai

acuan petani memasarkan produk Tembakau.

3) Hasil Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran


56

Dalam pelaksanaannya, berdasarkan aspek pasar dan

pemasaran usaha tani Tembakau di Desa Setanggor ini sudah

memiliki target pasar yang akan dituju, serta mampu memenuhi

sebagian besar dari permintaan perusahaan dengan menawarkan

produk yang diinginkan perusahaan itu sendiri. Petani yang

menjalankan usaha tani Tembakau di Desa Setanggor ini juga

mampu menarik perhatian konsumen melalui strategi bauran

pemasaran / marketing mix (4 P) yang telah dilakukan. Dari sisi lain

juga dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil penyebaran angket untuk

aspek pemasaran dapat dilihat bahwa sebagian besar yaitu 36 petani

menyatakan bahwa petani tidak mengalami kesulitan dalam menjual

hasil Tembakau, 29 petani meyatakan informasi mudah diketahui,

kemudia 20 petani dari 39 sampel menyatakan bahwa target pasar

yang dituju petani sudah tersedia dan sebagian besar yaitu 39 petani

menyatakan kualitas yang dihasilkan petani sesuai dengan

perimintaan pasar. Dengan hal itu, berdasarkan aspek pasar dan

pemasaran usaha tani Tembakau di Desa Setanggor dapat dinyatakan

layak untuk dijalankan.

c. Aspek Teknis dan Operasional

Aspek teknis merupakan bagian dari aspek non finansial yang

cukup penting karena terkait dengan keberhasilan produksi yang

dilakukan oleh perusahaan / petani. Aspek teknis usaha tani Tembakau

meliputi lokasi usaha, tata letak (layout) produksi, proses produksi, dan
57

kapasitas produksi. Lokasi usaha dinyatakan layak apabila memenuhi

syarat variabel utama dan bukan utama. Variabel tersebut terdiri dari

ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan sumber

air dan listrik, dan fasilitas transportasi untuk distribusi. Proses produksi

menjelaskan langkah-langkah produksi usaha tani Tembakau yang

dilakukan. Layout dinyatakan layak apabila usaha telah memanfaatkan

lokasi usaha secara optimal.

Di bawah ini merupakan hasil analisis pada aspek teknis dan

operasional pada usaha tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur, yang lebih jelasnya akan

dipaparkan melalui tabel di bawah ini.

Tabel 2.c. Hasil Analisis Kelayakan Aspek Teknis


Hasil Angket
No Aspek Teknis / Operasi Ya Tidak
Apakah jarak dari lokasi usaha ke target pasar
1 dapat terjangkau dengan mudah? 35 4
Apakah usaha ini melibatkan banyak tenaga
2 39 0
kerja?
Apakah bahan baku (Kayu, cangkang sawit)
3 sebagai bahan utama pengovenan mudah 35 4
didapatkan?
Apakah harga bahan baku terjangkau bagi
26 13
4 petani?

1) Lokasi Usaha

Lokasi untuk melakukan usaha tani Tembakau yang

digunakan untuk usaha tidak terlalu sulit. Umumnya lokasi usaha

disesuaikan dengan kemudahan akses dan jauh dekatnya lokasi ke

pasar atau mudah dijangkau oleh pembeli / perusahaan. Usaha tani


58

Tembakau yang terletak di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur, melakukan proses produksi pada

ketinggian 250 meter di atas permukaan laut. Lokasi usaha ini dapat

dikatakan cukup strategis dikarenakan kondisi alam dan cuaca di

daerah ini sangat mendukung untuk melakukan usaha tani Tembakau

dikarenakan pada suhu rata-rata pada daerah ini mencapai 30 o C,

lebih-lebih pada musim kemarau mencapai 33-34 o C serta diimbangi

dengan irigasi yang cukup, hal tersebut sangat mendukung

pertumbuhan Tembakau yang mana tanaman Tembakau ini sangat

cocok di tanam pada musim panas / kemarau. Ketersediaan listrik

dan air di lokasi usaha tani sangat tercukupi sehingga proses dalam

menjalankan produksi berjalan dengan lancar.

Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi usaha

tani Tembakau ini dapat dijangkau dengan mudah. Hal ini

dikarenakan bahan baku yang digunakan masih dapat dijangkau di

sekitaran tempat atau lokasi usaha disekitaran kabupaten Lombok

Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat. Bahan baku dalam

bentuk benih, pupuk, maupun pestisida dapat ditemukan di toko

terdekat yang menyediakan alat pertanian. Sedangkan bahan baku

untuk pengovenan (pengeringan Temabakau) seperti kayu bakar

maupun cangkang sawit masih dapat ditemukan dengan mudah oleh

petani. Harga keseluruhan bahan baku yang digunakan untuk proses

produksi sesuai dengan rata-rata harga pasar pada umumnya. Untuk


59

kualitas barang itu sendiri mengikuti harga barang, artinya kualitas

barang tinggi harganyapun akan tinggi begitupun sebaliknya.

2) Layout Usaha

Layout adalah keseluruhan proses penentuan bentuk dan

penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout

disesuaikan dengan sifat proses produksi yang direncanakan untuk

proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan. Usaha tani Tembakau

yang dijalankan petani di Desa Setanggor ini memiliki luas

bangunan antara 4 x 4 m2 dan 5 x 5 m2. Lokasi produksi terletak

tidak jauh dari perumahan petani, dengan struktur ruangan telah

ditata sesuai dengan proses produksi yang akan dilaksanakan. Ruang

produksi pengovenan tembakau petani berbeda-beda, ada yang

memiliki 4 ruang dengan 6 tingkat ke atas dan juga ada yang

memliki 3 ruang dengan 5 tingkat ke atas. Tidak ada perbedaan

mendasar antara ruang produksi oven 4 ruang 6 tingkat dengan ruang

produksi oven 3 ruang 5 tingkat, yang membedakan hanya kapasitas

yang dapat dipenuhi dalam melaksanakan proses pengovenan /

pengeringan daun tembakau.

3) Hasil Analisis Aspek Teknis dan Operasional

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek teknis dan operasional

dapat disimpulkan bahwa petani yang menjalankan usaha tani

Tembakau tidak mengalami kendala dalam melaksanakan usaha tani

Tembakau tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada penempatan


60

lokasi usaha yang strategis dengan suhu udara mencapai +30o C yang

mendukung untuk ditanami Temabaku serta kemudahan dalam

mendapatkan bahan baku dalam melakukan pengovenan. Tidak

hanya itu, penempatan layout usaha tani juga menunjang

keberlangsungan produksi usaha tani Tembakau yang dijalankan

petani di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur.

Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penyebaran angket

dimana, sebagian besar petani yaitu 35 petani menyatakan bahwa

jarak lokasi usaha ke target pasar terjangkau dengan mudah, 39

petani menyatakan usaha tani ini melibatkan banyak tenaga kerja

sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan, 35 petani menyatakan

bahwa harga bahan baku mudah didapatkan dan sebagian besar yaitu

26 petani menyatakan bahwa harga bahan baku terjangkau bagi

petani. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha tani

Tembakau di Desa Setanggor berdasarkan aspek teknis dan

operasional dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.

d. Aspek Manajemen dan Organisasi

1) Aspek Manajemen

Berbicara mengenai aspek manajemen dan organisasi, ada

beberapa hal yang perlu dikaji dalam menentukan kelayakan dalam

aspek ini yaitu bentuk badan usaha, struktur organisasi dalam


61

menjalankan usaha tani Tembakau serta pengawasan dalam

menjalankan usaha.

Usaha tani Tembakau yang dijalankan petani di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur ini

merupakan usaha yang bergerak dibidang pertanian yang

dilaksanakan petani dengan menggunakan sistem manajemen yang

masih sederhana. Dimana aspek manajemen itu sendiri meliputi

aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta

pengawasan. Usaha tani Tembakau ini pada dasarnya dapat

dikategorikan sebagai UMKM, dikarenakan usaha ini tidak

merupakan badan usaha dan dilakukan oleh sebagian besar

masyarakat yang ada di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur. Meskipun usaha tani Tembakau ini

masih menggunakan manajemen yang sederhana akan tetapi usaha

tani Tembakau ini dapat berjalan dengan lancar.

2) Struktur Organisasi

Pada dasarnya, dalam pelaksanaan produksi ada pembagian

tugas dalam masing-masing pekerjaan, dimana masing-masing

pekerja / buruh dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan

yang dilakukannya sehingga struktur pelaksanaan produksi dapat

berjalan dengan lancar. Struktur organisasi pada usaha tani

Tembakau dapat dilihat pada gambar bagan di bawah ini.


62

PETANI

Tenaga PenanamannTenaga Pemetikan Tenaga Sortir

Tenaga Pemeliharaan Tenaga Pengovenan Tenaga Press

Gambar 4.2). Struktur Organisasi Usaha Tani Tembakau

Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usaha ini merupakan

masyarakat yang berada di sekitar lokasi usaha khususnya

masyarakat yang ada di Desa Setanggor itu sendiri dan masyarakat

di sekitaran lokasi usaha tani Tembakau pada umumnya. Usaha tani

Tembakau di Desa ini sudah dilaksanakan berpuluh-puluh tahun

yang lalu dilaksanakan secara turun temurun oleh warga desa

sehingga pengalaman kerja dalam hal ini sudah dapat dikatakan baik

dalam mengelola usaha tani Tembakau itu sendiri. Selain itu juga

petani secara langsung melakukan pengawasan terhadap kinerja

buruh sehingga usaha tani Tembakau ini dapat terlaksana dengan

lancar tanpa ada hambatan maupun kendala apapun.

3) Hasil Penilaian Kelayakan Aspek Manajemen dan Organisasi

Di bawah ini akan dipaparkan hasil analisis kelayakan aspek

manajemen dari hasil penyebaran angket yang telah dilaksanakan

peneliti, yang akan dipaparkan pada gambar tabel berikut ini.


63

Tabel 2.d. Hasil Analisis Kelayakan Aspek Manajemen dan


Organisasi

Hasil Angket
No Aspek Manajemen dan Organisasi Ya Tidak
Apakah ada pembagian tugas dalam
1 38 1
menjalankan usaha ini?
2 Apakah ada pengawasan terhadap kualitas 39 0
kerja buruh?

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek manajemen dan

organisasi dapat disimpulkan bahwa usaha tani Tembakau yang

dijalankan di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten

Lombok Timur Layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel 2.d. Dari segi manajemen meskipun masih menggunakan

manajemen yang sederhana namun usaha tani Tembakau yang

dijalankan petani di Desa Setanggor berjalan dengan lancar.

Kemudian dilihat dari struktur organisasi baik dari petani ataupun

pekerja sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup dikarenakan

sudah diwariskan secara turun temurun dari berpuluh-puluhan tahun

yang lalu, walaupun petani ataupun pekerja bukan berasal dari

kalangan yang berpendidikan tinggi saja. Selain itu, berdasarkan

hasil penyebara angket di Desa Setanggor dapat dilihat bahwa

sebagian besar yaitu 38 petani menyatakan bahwa ada pembagian

tugas dalam menjalankan usaha tersebut, serta 39 petani menyatakan

secara langsung melakukan pengawasan terhadap kinerja buruh

sehingga usaha tani Tembakau ini dapat berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha tani


64

Tembakau yang dijalankan petani di Desa Setanggor berdasarkan

aspek manajemen dan organisasi dapat dinyatakan layak untuk

dijalankan.

e. Aspek Ekonomi dan Sosial

Aspek ekonomi dan sosial ini berkaitan dengan seberapa besar

dampak yang ditimbulkan oleh usaha yang dijalankan bagi masyarakat

secara keseluruhan disekitar lokasi usaha. Dari aspek ekonomi dilihat

apakah usaha yang dijalankan mampu memberikan peningkatan

pendapatan dan aktivitas ekonomi masyarakat disekitar lokasi usaha.

Sedangkan dari aspek sosial dilihat bahwa apakah usaha yang

dijalankan mampu memberikan kesempatan kerja bagi masayarakat

disekitar lokasi usaha atau dengan kata lain mampu mengurangi tingkat

pengangguran disekitar lokasi usaha berlangsung dan pengaruh usaha

terhadap lingkungan seperti penerangan listrik, perbaikan jalan dan lain

sebagainya.

1) Aspek Ekonomi

Berdasarkan aspek ekonomi, usaha tani Tembakau yang

dijalankan petani di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat dari peningkatan pendapatan

yang dihasilkan masyarakat baik dari petani itu sendiri sampai

masyarakat secara keseluruhan di Desa Setanggor dari usaha tani

Tembakau tersebut. Selain itu Pemerintah juga mendapatkan dampak

positif dari usaha tani Tembakau, dimana petani membayarkan pajak


65

dalam bentuk Pajak Bumi dan Bangunan serta Pajak penghasilan

usaha yang telah terpotong sebelumnya di Perusahaan pembeli

Tembakau. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa usaha tani

Tembakau ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap

perekonomian masyarakat dimana pada saat petani mengalami

keuntungan maka segala aktivitas ekonomi masyarakat baik itu

petani, pekerja / buruh, pedagang dapat tercukupi dengan sangat baik

begitupun sebaliknya.

2) Aspek Sosial

Berbicara mengenai aspek sosial, dimana pada aspek sosial

berbicara mengenai dampak usaha tani Tembakau yang dijalankan

petani bagi masyarakat. Dan hal tersebut dapat dilihat dari usaha tani

Tembakau yang dijalankan petani di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur yang memberikan dampak

positif bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. Usaha tani Tembakau

yang dijalankan petani di Desa Setanggor mampu memberikan

pendapatan tambahan bagi masyarakat disekitar lokasi maupun di

luar lokasi usaha, dengan membuka lapangan pekerjaan bagi

masyarakat. Usaha tani Tembakau ini membutuhkan banyak tenaga

kerja / buruh dalam menjalankan usaha tani Tembakau tersebut

sehingga lapangan pekerjaan terbuka luas untuk warga baik itu

pekerja laki-laki maupun perempuan tanpa memandang strata


66

pendidikan, hal tersebut secara langsung meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Disamping itu, usaha tani Tembakau ini juga menambah

sarana dan prasarana disekitar lokasi usaha seperti penerangan jalan

serta pembersihan jalan dan tempat-tempat disekitar lokasi usaha

yang akan ditempati. Masyarakat juga menerima dengan baik usaha

tani Tembakau yang dijalankan petani dikarenakan timbal balik

dampak positif yang ditimbulkan dari usaha tani itu sendiri.

3) Hasil Analisis Aspek Ekonomi dan Sosial

Berdasarkan penyebaran angket yang telah dilakukan peneliti

pada petani sekaligus masyarakat di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur mengenai aspek ekonomi dan

sosial dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.e. Hasil Analisis Aspek Ekonomi dan Sosial


Hasil
No Aspek Ekonomi dan Sosial Angket
Ya Tidak
Apakah usaha tani Tembakau ini diterima dengan
1 baik oleh masyarakat disekitar lokasi usaha? 39 0
Apakah dengan adanya usaha ini dapat menambah
2 kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi 39 0
usaha?
Apakah dengan adanya usaha ini mampu
3 menciptakan kesejahteraan masyarakat? 39 0

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek ekonomi dan sosial

dapat disimpulkan bahwa usaha tani Tembakau di Desa Setanggor

Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur tidak memiliki

hambatan dalam melaksanakan usaha tani Tembakau tersebut.


67

Dengan adanya usaha tani Tembakau ini dapat memberikan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengurangi pengangguran

serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang ada

disekitar lokasi usaha juga menerima dengan baik usaha yang

dijalankan petani karena memberikan dampak timbal balik yang

positif terhadap warga setempat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

2.e. hasil penyebaran angket yang telah dilakukan peneliti di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur. Dari

tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar yaitu 39 petani

menyatakan bahwa usaha tani Tembakau yang dijalankan diterima

dengan baik oleh masyarakat disekitar lokasi usaha, dapat

menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta usaha tani

Tembakau yang dijalankan mampu menciptakan kesejahteraan

masyarakat disekitar lokasi usaha. Berkenaan dengan hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa usaha tani Tembakau di Desa Setanggor

dinyatakan layak untuk dijalankan berdasarkan aspek ekonomi dan

sosial.

f. Aspek Dampak Lingkungan

Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan bagaimana

pengaruh dari usaha yang dijalankan terhadap lingkungan itu sendiri

seperti tanah, air, udara serta terhadap manusia, hewan maupun

tumbuhan yang ada di sekitar lokasi usaha. Aspek dampak lingkungan

ini juga dilihat dari dampak terhadap lingkungan yang terjadi apakah
68

semakin baik setelah adanya usaha yang dijalankan atau semakin rusak

setelah usaha dijalankan.

1) Terhadap tanah dan kehutanan

Berdasarkan hasil analisis dampak usaha tani Tembakau

terhadap tanah dapat dilihat bahwa secara tidak langsung memang

usaha tani Tembakau ini tidak memberikan dampak negatif terhadap

tanah, akan tetapi jika dikaji lebih mendalam memang pada dasarnya

usaha ini sangat memberikan dampak negatif yang tidak secara

langsung berdampak terhadap lingkungan itu sendiri. Hal tersebut

dapat dilihat dari penggunaan bahan baku utama pengovenan untuk

pengeringan tembakau yaitu berbahan dasar kayu, secara tidak

langsung menimbulkan penebangan pohon secara besar-besaran

untuk dijadikan usaha, yang dimana jika terus menerus dilakukan

akan menimbulkan pohon-pohon besar menjadi punah yang akan

memicu dampak negatif seperti tanah longsor, banjir dan lain

sebagainya. .

2) Terhadap air

Dampak adanya usaha tani Temabaku yang dijalankan petani

di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

terhadap air yang ada disekitar lokasi usaha menunjukkan bahwa

tidak ada dampak negatif yang dihasilkan dari usaha tani Tembakau

itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya limbah dalam
69

bentuk padat maupun cair dari usaha tani Tembakau yang mengubah

warna, rasa ataupun bau dari air itu sendiri.

3) Terhadap udara

Berdasarkan hasil analisis dampak usaha tani Tembakau di

Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

yang dijalankan terhadap udara yang ada disekitar lokasi usaha

menunjukkan bahwa usaha tani Tembakau memberikan limbah

dalam bentuk asap hasil dari pengovenan untuk pengeringan

temabaku, akan tetapi asap tesebut tidak memberikan dampak

negatif terhadap udara disekitar lokasi usaha karena sebelum asap

hasil pembakaran atau pengovenan menuju udara sudah terlebih

dahulu melalui peroses penyaringan dari saluran serubung oven.

Asap-asap yang dihasilkan dari sisa pembakaran atau pengovenan

tidak menimbulkan bau yang menyengat dikarenakan petani

menggunakan kayu bakar tanpa menggunakan batu bara sehingga

hasil sisa pengovenan tidak menimbulkan bau yang membuat udara

tercemar.

4) Hasil analisis Aspek Dampak Lingkungan

Berdasarkan hasil dari penyebaran angket untuk analisis

kelayakan aspek dampak lingkungan dari usaha tani Tembakau di

Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

dapat dilihat dari Tabel di bawah ini.


70

Tabel 2.f. Hasil Analisi Aspek Dampak Lingkungan


Hasil Angket
No Aspek Dampak Lingkungan
Ya Tidak
Apakah dengan adanya usaha tani ini memberikan
1 pencemaran pada air dan tanah yang ada disekitar 0 39
masyarakat?
Apakah dengan adanya usaha tani ini memberikan
2 polusi udara dari hasil pengovenan 2 37
tembakau?
Apakah dengan adanya usaha tani ini memberikan
dampak negatif terhadap kehidupan manusia,
3 hewan maupun tumbuhan yang ada disekitar lokasi 0 39
usaha?

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek dampak lingkungan,

dapat disimpulkan bahwa usaha tani Tembakau yang dijalankan di

Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

dapat dikatakan memiliki kendala yang dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan yaitu dari segi tanah dan kehutanan

dimana bahan dasar pengovenan yang dilakukan petani pada tahun-

tahun sebelumnya menggunakan bahan bakar kayu, dimana hal

tersebut dapat menimbulkan banyaknya penebangan pohon secara

liar yang dapat menimbulkan dampak negatif yaitu dalam bentuk

tanah longsor serta banjir akibat pohon-pohon besar yang ditebang

secara liar.

Sedangkan dari segi air, udara maupun manusia, hewan dan

tumbuhan tidak menerima dampak negatif yang dihasilkan dari

usaha tani Tembakau yang dijalankan petani di Desa Setanggor

Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur. Hal tersebut

sesuai dengan hasil penyebaran angket yang telah dilakukan peneliti


71

yaitu sebagian besar yaitu 39 petani menyatakan bahwa tidak ada

pencemaran pada air dan tanah yang ada di sekitar lokasi usaha. Dan

sebagian besar yaitu 37 petani menyatakan bahwa tidak terdapat

polusi udara yang buruk dari hasil pengovenan. Kemudian yang

terakhir sebagian besar yaitu 39 petani menyatakan bahwa usaha tani

Tembakau yang dijalankan tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang ada di

sekitar lokasi usaha. Dengan hal tersebut walaupun usaha tani

tembakau ini memiliki sedikit kendala akan tetapi usaha tani

Tembakau dari segi aspek dampak lingkungan masih bisa dinyatakan

layak untuk dijalankan.

Hasil analisis kelayakan usaha tani Tembakau yang dijalankan

di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

secara keseluruhan dilihat dari aspek non finansial dapat dikatakan

layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek hukum

dikatakan layak karena, Sebagian besar petani sudah memiliki izin

usaha berupa izin HO (Izin Gangguan) yang diterbitkan dari Bupati

Lombok Timur. Selain izin usaha petani juga terdaftar dalam

pembayaran pajak baik Pajak Bumi dan Bangunan maupun pajak

penghasilan. Analisis pada aspek pemasaran dinyatakan layak karena,

sebagian besar petani sudah memiliki target pasar yang akan dituju,

mampu memenuhi permintaan perusahaan serta menggunakan

marketing mix yaitu 4 P dalam memasarkan hasil usaha. Analisis pada


72

aspek teknis dan operasional dinyatakan layak karena, lokasi usaha

strategis, bahan baku mudah dijangkau petani serta penempatan layout

menunjang keberlangsungan produksi usaha tani Tembakau itu sendiri.

Analisis pada aspek manajemen dan organisasi dinyatakan layak untuk

dijalankan karena, meskipun dengan menggunakan manajemen dan

struktur organisasi yang masih sederhana akan tetapi usaha tani

Tembakau dapat berjalan dengan lancar. Analisis aspek ekonomi dan

sosial dinyatakan layak untuk dijalankan karena, dapat memberikan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha, mengurangi

pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisis

aspek dampak lingkungan dapat dinyatakan cukup layak untuk

dijalankan karena, usaha tani Tembakau ini tidak memberikan dampak

negatif terhadap air, udara. Akan tetapi, pada aspek ini terdapat kendala

yang ditimbulkan dari bahan baku yang digunakan sebagai bahan

pengovenan.

Ada kriteria yang harus diperbaiki oleh petani yang menjalankan

usaha tani Tembakau di Desa Setanggor yaitu pada aspek dampak

lingkungan pada bagian tanah dan kehutanan dimana, bahan baku

utama pengovenan petani yaitu kayu atau pohon besar yang dijadikan

sebagai bahan pengeringan Tembakau, secara tidak langsung hal

tersebut memicu penebangan pohon secara liar dan besar-besaran. Akan

tetapi pemerintah serta perusahaan-perusahaan pembeli Tembakau

sudah melakukan penanggulangan akan hal tersebut dengan


73

mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Oleh karena itu, secara keseluruhan berdasarkan aspek non

finansial usaha tani Tembakau yang dijalankan masyarakat di Desa

Setanggor dapat dinyatakan layak untuk dijalankan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel.2.g. Hasil Analisis Aspek Non Finansial


Keterangan
No Aspek
Layak Tidak Layak
1 Hukum 
2 Pasar & Pemasaran 
3 Teknis & Operasi 
4 Manajemen & Organisasi 
5 Ekonomi & Sosial 
6 Dampak Lingkungan 

3. Hasil Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha berdasarkan perhitungan pengeluaran dan pendapatan yang

diperoleh dalam menjalankan suatu usaha. Analisis aspek finansial

berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci untuk mengetahui

apakah secara finansial usaha tani Tembakau di Desa Setanggor layak

untuk dijalankan atau tidak. Hal yang akan dikaji dalam aspek finansial

adalah aliran arus kas (cash flow), dan laporan laba rugi berdasarkan

kriteria investasi yaitu PP (Payback Period), NPV (Net Present Value), PI

(Probability Indeks) dan ARR (Average Rate of Return).

a. Aliran / Arus Kas (Cashflow)


74

Laporan aliran kas bertujuan untuk melihat efek kas dari

kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Tujuan pokok laporan aliran

kas adalah untuk mengisi gap informasi mengenai penerimaan dan

pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Suatu aliran kas

disusun berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan bisnis. Unsur-unsur

dalam cashflow diantaranya inflow (aliran kas masuk) dan outflow

(aliran kas keluar).

1) Arus kas masuk (Inflow)

Arus kas masuk merupakan segala sesuatu yang dapat

meningkatkan pendapatan usaha. Pada usaha tani Tembakau itu

sendiri penerimaan berasal dari penjualan hasil Tembakau itu

sendiri. Pada usaha tani Tembakau ini dijual dalam satuan Kg. Harga

jual hasil Tembakau berkisar berdasarkan kelas seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya pada pembahasan harga produk dimana

kelas tersebut terbagi menjadi kelas A, B, C dan D. Dimana harga

berkisar dari Rp. -10.000 sampai dengan Rp. 45.000 per Kg dengan

penentuan harga ditentukan berdasarkan kualitas produk. Dalam satu

kali periode pengovenan menghabiskan waktu selama 6 bulan ( 4

bulan pemeliharaan di lapangan ditambah 2 bulan untuk proses

pengovenan). Untuk 2 bulan proses pengovenan terdiri dari 8 kali

pemetikan tembakau dimana satu kali pemetikan untuk satu minggu.

Penerimaan penjualan hasil Tembakau dalam satu periode untuk satu

hektar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


75

Tabel 3.a.1). Perkiraan pendapatan usaha tani Tembakau dalam satu


periode / Hektar
Rata-rata Jumlah
Kelompok Daun Volume Satuan
Harga satuan (Rp)
Daun bawah (1,2) 500 Kg 20.000 10.000.000
Daun tengah (3,4) 600 Kg 30.000 18.000.000
Daun setengah
600 Kg 35.000 21.000.000
atas (5,6)
Daun atas final
700 Kg 40.000 28.000.000
(7,8)
Total Pendapatan / satu hektar 77.000.000
Sumber: Hasil penyebaran angket (diolah)

Penerimaan lain dapat didapatkan dari nilai sisa (salvage

value). Nilai sisa merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak

habis dipakai selama umur proyek berlangsung dan dinilai pada saat

umur proyek berakhir. Barang-barang modal usaha tani Tembakau

yang memiliki nilai sisa antara lain tanah, oven, serubung (saluran

api) dan gelantang.

Lahan memiliki nilai Rp. 80.000. Per m2. Lahan yang

digunakan dalam melakukan usaha pengelolaan tani Tembakau

memiliki luas 100 m2. Lahan yang tidak dibuatkan bangunan (oven)

diguanakan sebagai tempat pengelolaan usaha tani Tembakau. Jadi

untuk nilai lahan mencapai Rp.8.000.000. per 100 m2. Serubung

(saluran panas) memiliki nilai Rp. 3.000.000. dengan umur

ekonomis 5 tahun. sedangkan gelantang memiliki nilai Rp. 2.000.

per buah dengan jumlah 500 buah, jadi total nilai gelantang Rp.

1.000.000. Sedangkan oven memiliki nilai Rp. 25.000.000. dengan

umur ekonomis 10 tahun.


76

Total nilai sisa adalah sebesar Rp. 8.004.000. Dikarenakan

lahan tidak mengalami penyusutan maka nilainya tetap pada harga

semula yaitu Rp. 8.000.000. Untuk nilai sisa bangunan oven sebesar

Rp.4.000. dalam jangka waktu 12 tahun. Dan untuk nilai sisa

serubung (saluran panas) dan nilai sisa gelantang sebesar Rp. 0.

dikarenakan nilai sisa keduanya tidak memiliki nilai pada saat habis

umur ekonomisnya. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan pada

lampiran 3.

2) Arus kas keluar (outflow)

Pada tahap ini aktivitas operasi yang sering dimasukkan

dalam operasi ini adalah pembayaran ke pemasok (suppelier) atau

karyawan, pembayaran bunga, pembayaran pajak pendapatan dan

lain-lain yang termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

melakukakn operasi usaha.66

Arus pengeluaran dalam usaha tani Tembakau ini

dikelompokkan menjadi 2 yaitu biaya investasi dan biaya

operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada

saat awal proyek. Sedangkan biaya operasioanal merupakan biaya

yang dikeluarkan secara berkala selama umur usaha berlangsung.

Tabel 3.a.2). Biaya investasi usaha tani Tembakau di Desa


Setanggor
Harga Satuan Biaya Investasi
Jenis Investasi Jumlah/ Satuan
(Rp) (Rp)
2
Lahan 100 m 80.000 8.000.000
66
Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2012)., hlm.58.
77

Bangunan oven 1 m2 25.000.000 25.000.000


Serubung 1 stel 3.000.000 3.000.000
Gelantang 500 buah 2.000 1.000.000
Total biaya investasi Rp. 37.000.000.

Sedangkan biaya operasional pada usaha tani Tembakau di

Desa Setanggor dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar

dalam satu hektar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.a.2. Biaya Operasional Bahan Bakar Kayu


Volume
Harga / Jumlah /
/
No Biaya Operasional Satuan Jumlah
(Rp) Orang satuan
A PEMBIBITAN 955.000
1 Pembuatan 8 bedengan
65.000 3 1 hari 195.000
Benih
2 Pemupukan tanah 65.000 2 1 hari 130.000
3 Penaburan benih 65.000 2 1 hari 130.000
4 pemeliharaan benih 500.000 1 orang 500.000
PERSIAPAN LAHAN
B 4.825.000
TANAM
1 Pengolahan tanah tahap 1 1.500.000 1 hektar 1.500.000
2 cangkul pinggir TKL 65.000 15 orang 975.000
3 Pembuatan bedengan
65.000 30 orang 1.950.000
sawah TKL
4 Pengairan 1 400.000 1 hektar 400.000
C PENANAMAN &
9.550.000
PEMEIHARAAN
1 Pencabutan bibit +
50.000 30 1 hari 1.500.000
penanaman TKW
2 Pemupukan 1 TKW 50.000 30 1 hari 1.500.000
3 Penggemburan tanah TKL 65.000 50 1 hari 3.250.000
4 Pemupukan 2 50.000 20 1 hari 1.000.000
5 Pemupukan 3 (5l+5w) 65.000 5
1 hari 575.000
50.000 5
6 Pengairan 2 400.000 1 hektar 400.000
7 penyemprotan pestisida 65.000 5 1 hari 325.000
8 Perol TKW 50.000 20 1 hari 1.000.000
D PEMETIKAN 3.500.000
1 Pemetikan daun tembakau 3.500.000 1 hektar 3.500.000
78

(sistem borongan)
E PENGOVENAN &
8.800.000
SORTIR
1 Pengikatan tembakau
30.000 10 8 x petik 2.400.000
digelantang TKW
2 Menaikkan tembakau
50.000 5 8 x petik 2.000.000
ke oven TKL
3 Turunkan dari oven TKL 50.000 3 8 x petik 1.200.000
4 Pembukaan tembakau
30.000 10 8 x petik 2.400.000
kering + sortir TKL
5 Press/ Pengebilan TKL 50.000 4 4 x press 800.000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL TK (ABCDE) 27.630.000
No Biaya Sarana Produksi Harga/ Jumlah / volume / Jumlah
Satuan
& Angkutan (Rp) orang satuan
BIAYA SARANA
A 22.015.000
PROSUKSI
1 Benih Temabaku
50.000 2 bungkus 100.000
(4 gram)
2 Pelastik penutup benih 400.000 1 pis 400.000
3 Bambu 10.000 5 batang 50.000
4 Pupuk Anorganik:
a) TS /SP 250.000 5 kwintal 1.250.000
b) ZA 170.000 5 kwintal 850.000
c) OREA 230.000 2 kwintal 460.000
d) VERTILA 600.000 0,5 kwintal 300.000
5 Obatobatan:
a) Durusban untuk bibit 90.000 0,5 liter 45.000
b) Prepaton 140.000 3 botol 420.000
c) Metindo 140.000 1 Kg 140.000
6 Bahan Bakar Kayu:
Mente 1.500.000 6 truck 9.000.000
7 sewa lahan 11.000.000 1 hektar 9.000.000
B BIAYA ANGKUTAN 800.000
Biaya angkutan dari lokasi kali
200.000 4 800.000
ke perusahaan angkut
TOTAL BIAYA SARANA & ANGKUTAN 22.815.000
TOTAL BIAYA KESELURUHAN : Rp. 50.445.000 per Satu Hektar lahan tanam

Dari pemaparan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa

jumlah biaya operasional yang dikeluarkan dalam usaha tani


79

tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten

Lombok Timur dalam satu hektar adalah sebesar Rp. 50.445.000.

Hal tersebut terdiri dari biaya operasional tenaga kerja ABCDE

(Pembibitan, persiapan lahan tanam, penanaman dan pemeliharaan,

pemetikan serta pengovenan dan sortir sebesar Rp. 27.630.000.

Sedangkan untuk biaya sarana dan angkutan sebanyak Rp.

22.815.000.

Pada dasarnya usaha ini menggunakan dua jenis bahan bakar

pengeringan yaitu bahan bakar kayu dan cangkang sawit.

Berdasarkan hal tersebut tentu dapat dilihat ada perbedaan antara

kedua hal tersebut, akan tetapi perbedaannya tidak terlalu jauh, yang

membedakan hanya pada bagian bahan bakar yang digunakan serta

harga, untuk total biaya tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh

antara bahan bakar kayu dengan cangkang sawit itu sendiri.

b. Analisis Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memperlihat

pendapatan, beban dan laba bersih perusahaan sepanjang satu periode

waktu.67 Laba bersih merupakan hasil dari penerimaan dikurangi

dengan biaya operasional (biaya tetap dan biaya variabel). Selain itu,

terdapat komponen yang dapat mengurangi laba bersih yaitu

penyusutan dan pajak penghasilan.

67
Brealey, Myers dan Marcus, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Edisi
Kelima Penerjemah Bob Sabran MM (Jakarta: Erlangga, 2008)., hlm. 72.
80

Hasil perhitungan analisis laba rugi juga akan digunakan untuk

perhitungan cashflow yaitu hasil perhitungan pajak yang diperoleh dari

hasil analisis laporan laba rugi. Hasil perhitungan pajak ini tentunya

akan mengurangi penerimaan yang akan diperoleh pada usaha Tani

Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia. Pajak penghasilan

(PPh) merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selam umur

usaha dengan jumlahnya tergantung dari besarnya laba usaha yang

diperoleh dari usaha tani Tembakau itu sendiri. Perhitungan PPh usaha

tani Tembakau di Desa Setanggor ditentukan berdasarkan Undang-

undang Nomor 36 tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh),

Pasal 17 ayat 1 (a) adalah “Penghasilan sampai dengan Rp. 50.000.000.

dikenakan tarif pajak sebesar 5%. Sedangkan untuk penetapan bunga

pinjaman dikenakan tarif 10% karena sebagian besar masyarakat

melakukan peminjaman modal sebagai modal awal investasi dan modal

tersebut dipinjam pada kereabat dekat disekitar masyarakat. Berkenaan

dengan penentuan tarif 10% pada dasarnya bukan termasuk ke dalam

perjanjian akan tetapi sebagai rasa syukur si peminjam terhadap orang

yang telah memberikan pinjaman tanpa ada jangka waktu (sampai

selesai usaha tani Tembakau).

Laba bersih yang diperoleh petani dari usaha tani Tembakau

pada tahun pertama dan ke dua berkisar antara Rp. 14.357.160. untuk

tahun pertama dan Rp. 27.524,160. untuk tahun ke dua. Untuk proyeksi

laba rugi yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5.


81

c. Analisis Finansial Usaha Tani Tembakau di Desa Setanggor

Kelayakan finansial usaha Tani Tembakau di Desa Setanggor

Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur ini dapat dilihat dari

kriteria investasi antara lain Payback Period, Net Present Value,

Probability Indeks dan Average Rate of Return.

1) Payback Period

Dikarenakan arus kas bersih (proced) pertahunnya berbeda

maka rumus yang digunakan sedikit berbeda dari yang sebelumnya

yaitu :

PP = n + (a - b) / (c – b) x 1 tahun.

Dimana :

n : tahun terakhir saat jumlah besaran kas masih belum dapat

menutup besaran investasi semula.

a : jumlah besaran investasi semula.

b : besaran total kumulatif dari arus kas pada periode tahun ke-n.

c : besaran total kumulatif dari arus kas pada periode tahun ke-n.

Dik: a: Rp. 37.000.000.

b: Rp. 16.742.160.

c : Rp. 29.891.160.

PP = 1 + (37.000.000 - 16.742.160) / (29.891.160 – 16.742.160) x 1

thn

= 1 + (20.257.840) / (13.149.000) x 1 thn

= 1 + 1,5 x 1 thn
82

= 1 + 1,5 thn

= 2 tahun 5 bulan.

2) Net Present Value

Dik: CFt1 : Rp. 16.724.160.

CFt2 : Rp. 29.891.160.

I0 : Rp. 37.000.000.

k : Rp. 10% (0,1).

CFt
NPV = 𝑡 =1
  10
∑𝑛 (1+ k)t

16.724.160. 29.891.160.
=  +   37.000.000.
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2

16.724.160. 29.891.160.
=  +   37.000.000.
1,1 1,01

= 15.203.782 + 29.595.208  37.000.000

= 44.798.992  37.000.000

= 7.798.992.

3) Probability Indeks

Dik: PV Kas Bersih t1 : 16.724.160

PV Kas Bersih t2 : 29.891.160.

PV Investasi : 37.000.000

 PV Kas Bersih
PI =  x 100%
 PV Investasi

16.724.160
83

=  x 100%
37.000.000

= 0,45.

4) Average Rate of Return


Rata-rata EAT
ARR = 
Rata-rata Investasi

Rata-rata EAT = Total EAT / Umur Ekonomis (n)

Rata-rata Investasi = Investasi / 2

Dik: Total EATt1 = Rp. 14. 357.160

Total EATt2 = Rp. 27.524.160

Rata-rata EAT = (14.357.160 + 27.524.160) / 1 2

= 3.490.110.

Rata-rata Investasi = 37.000.000 / 2

= 18.500.000.

ARR = Rata-rata EAT / Rata-rata Investasi

= 3.490.110 /18.500.000.

= 0,19.

= 19%.

Hasil analisis kelayakan usaha tani Tembakau di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur, secara

keseluruhan dilihat dari aspek finansial dikatakan layak untuk

dijalankan, meskipun pada kriteria kelayakan untuk PI tidak layak akan

tetapi dari PP, NPV dan ARR layak untuk dijalankan. Hal tersebut

dapat dilihat dari hasil penilaian kriteria investasi usaha tani Tembakau
84

di Desa Setanggor sesuai dengan syarat kelayakan berdasarkan kriteria

investasi.

Nilai Payback Period sebesar 2,5 atau lebih tepatnya tahun ke 2

bulan ke 5. Dengan syarat kelayakan, nilai PP ≤ 12. Nilai Net Present

Value pada kriteria kelayakan investasi memiliki nilai sebesar Rp.

7.798.992. Dengan syarat kelayakan, nilai NPV ≥ Rp. 0. Nilai

Probabilitiy Indeks sebesar 0,45. Dengan syarat kelayakan niali PI ≥ 1.

Dan yang terakhir adalah nilai Average Rate of Return, berdasarkan

hasil perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai ARR

sebesar 19%. Dengan syarat kelayakan, nilai ARR ≥ return. Untuk lebih

jelasnya mengenai kelayakan ushaha berdasarkan aspek finansial dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.d Hasil Analisis Aspek Finansial Usaha Tani Tembakau


Syarat
Kriteria Kelayakan Nilai Layak/Tidak
Kelayakan
Payback Period ≤ 12 2 tahun 5 bulan Layak
Net Present Value ≥ Rp 0 Rp. 7.798.992. Layak
Probability Indeks ≥1 0,45 Tidak Layak
Average Rate of
≥ return 19% Layak
Return

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif non statistik,

dengan instrumen penelitian yaitu observasi dan angket penelitian. Angket

yang digunakan tidak menggunakan indikator atau skala pengukuran

dikarenakan penelitian yang peneliti gunakan ini merupakan penelitian non


85

statistik atau tanpa menggunakan SPSS dalam mengolah data yang ditemukan

di lapangan. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 39 responden dari 341

populasi dengan menggunakan batas toleransi kesalahan sebesar 15%.

Penggunaan 15% ini pada dasarnya terlalu besar akan tetapi dikarenakan ada

sedikit kesulitan yang peneliti temukan dilapangan sehingga penggunaan 15%

digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan peneliti

dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan metode

purposive sampling.

Studi kelayakan bisnis atau usaha merupakan suatu kegiatan yang

mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan

dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut

untuk dijalankan. Dengan dilakukannya studi kelayakan bisnis atau usaha

akan dapat memberikan gambaran apakah usaha yang diteliti layak atau tidak

untuk dijalankan. Pengertian kelayakan dan bisnis, dapat diartikan sebagai

penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek atau usaha dilaksanakan

dengan berhasil.68

Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa dalam pelaksanaan usaha

tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur ini, sangat perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis guna

meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bagi petani.

Selain itu, usaha tani Tembakau di Desa Setanggor ini merupakan sumber

pendapatan terbesar masyarakat yang ada di Desa tersebut. Dampak yang

68
Juminang, Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014)., hlm.3.
86

ditimbulkan oleh usaha tani Tembakau ini juga sangat besar terhadap

perekonomian masyarakat, hal tersebut dapat dilihat pada saat usaha tani

Tembakau ini mengalami keberhasilan (untung), tidak hanya petani yang

dapat merasakan dampak positif dari keberhasilan usaha tersebut akan tetapi

masyarakat disekitar lokasi usaha dapat merasakan dampak positif yang

ditimbulkan seperti terbukanya lapangan pekerjaan sehingga masyarakat yang

menjadi pengangguran berkurang, pedagang yang memasarkan barangnya

juga lancar karna perekonomian masyarakat hidup dan lain sebagainya.

Untuk dampak negatifnya juga sama, jika petani mengalami kerugian

dampaknya juga akan sangat jelas dirasakan petani, dikalangan masyarakat

itu sendiri, serta masyarakat disekitar lokasi usaha.

Untuk menentukan kelayakan usaha tani Tembakau yang dijalankan

masyarakat di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek

finansial. Berdasarkan hal tersebut, mengenai aspek non finansial terdiri dari

beberapa aspek-aspek yang akan menentukan kelayakan usaha dari aspek non

finansial itu sendiri. Aspek-aspek tersebut terdiri dari aspek hukum, aspek

pasar dan pemasaran, aspek teknis dan operasi, aspek manajemen dan

organisasi, aspek ekonomi sosial dan aspek dampak lingkungan.

Sedangkan dalam menentukan kelayakan berdasarkan aspek finansial

akan dikaji melalui beberapa tahapan yaitu aliran arus kas (cash flow),

laporan laba rugi dan penilaian kriteria investasi yang terdiri dari 4 metode

penilaian yaitu PP, NPV, PI dan ARR.


87

Laporan arus kas merupakan suatu laporan tentang aktivitas

penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu, beserta

penjelasan tentang sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas

tersebut.69 Kemudian untuk laporan laba rugi meringkas hasil dari kegiatan

perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang

sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Ada 3

elemen pokok dalam laporan laba rugi yaitu pendapatan operasional, beban

operasional dan untung atau rugi (gain or loss).70

Pendapatan didefinisikan sebagai aset masuk atau aset yang naik

nilainya atau utang yang semakin berkurang, selama periode dimana

perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang atau memberikan jasa,

atau aktivitas lain merupakan operasi pokok perusahaan. Beban operasional

bisa didefinisikan sebagai aset keluar atau pihak lain memanfaatkan aset

perusahaan atau munculnya utang selama periode dimana perusahaan

memproduksi dan menyerahkan barang, memberikan jasa, atau melaksanakan

aktivitas lain yang merupakan operasi pokok perusahaan. Untung (Gain)

didefinisikan sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat

insidental dan bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan dan dari

transaksi lainnya yang mempengaruhi perusahaan selama periode tertentu,

kecuali yang berasal dari pendapatan operasional dari investasi oleh pemilik

saham. Rugi (Loss) didefinisikan sebagai penurunan modal saham dari

transaksi yang bersifat insidental dan bukan merupakan kegiatan kegiatan


69
Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep & Teknik Penyusunan Laporan Keuangan
(Jakarta: Erlangga, 2012)., hlm. 194.
70
Mahmud M Hanif dan Abdul Halim, Analisis Laporan…, hlm. 55-56.
88

pokok perusahaan dan dari transaksi lainnya yang mempengaruhi perusahaan

selama periode tertentu, kecuali yang berasal dari beban operasional dan

distribusi ke pemilik saham.71 Untuk tahapan yang terakhir yaitu kriteria

penilaian investasi yang terdiri dari 4 metode antara lain PP, NPV, PI dan

ARR. Dari keempat metode tersebutlah yang akan menentukan kelayakan

usaha dilihat dari aspek non finansial.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil penyebaran

angket kepada petani yang menjalankan usaha tani Tembakau di Desa

Setanggor mengenai kelayakan usaha dilihat dari aspek non finansial dan

aspek finansial lebih jelasnya akan dipaparkan pada pembahasan di bawah

ini.

1. Analisis Kelayakan Usaha Dilihat dari Aspek Non Finansial

Berdasarkan pada paparan hasil analisis kelayakan usaha dilihat

dari aspek non finansial dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.

Berdasarkan aspek hukum, usaha dapat mengalami kegagalan akibat

terbentur masalah hukum atau tidak memperoleh perizinan dari pemerintah

baik pemerintah tingkat daerah maupun dari tingkat yang lebih tinggi.

Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum

menjalankan usaha, dan ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda

tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Pemerintah menetapkan

ketentuan hukum dan perizinan dengan tujuan menjaga ketertiban

71
Ibid.
89

masyarakat secara luas.72 Teori tersebut sesuai dengan temuan peneliti di

lapangan berdasarkan aspek hukum, dimana petani yang menjalankan

usaha tanai Tembakau sudah memiliki izin HO (Izin gangguan) dari bupati

Lombok Timur. Izin HO ini diterbitkan oleh Bupati Lombok Timur, yang

sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari Kades Setanggor, Camat

Sukamulia, Kadis Kopdag Kab. Lombok Timur serta Kadis Penda Kab.

Lombok Timur, barulah yang terakhir mendapatkan persetujuan dari

Bupati Lombok Timur. Izin HO ini pada dasarnya merupakan izin yang

diterbitkan Bupati Lotim guna menjaga ketertiban umum, kesehatan

maupun polusi akibat kegiatan usaha yang dijalankan. Kemudian selain

izin HO, pada aspek ini petani juga terdaftar sebagai wajib pajak dengan

membayar pajak bumi dan bangunan atas bangunan open serta pajak

penghasilan (PPh) yang akan dibayarkan pada saat pengiriman hasil

Tembakau ke perusahaan-perusahaan pembeli Tembakau. Berdasarkan hal

tersebut, usaha tani Tembakau berdasarkan aspek hukum layak untuk

dijalankan.

Aspek pemasaran dinyatakan layak karena usaha tani Tembakau ini

sudah memiliki target pasar yang akan dituju artinya petani yang ada di

Desa Setanggor ini sudah memiliki target pasar untuk menjual hasil tani

Tembakau, kemudian petani mampu memenuhi permintaan pasar /

perusahaan, serta mampu menarik perhatian konsumen dengan

menggunakan marketing mix yaitu 4P (Product, Price, Place dan

72
Rochmat Aldy, Purnomo Riawan dan La Ode Sugianto, Studi Kelayakan Bisnis
Cetakan Pertama (Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press, 2017)., hlm. 60.
90

Promotion) dalam memasarkan produk hasil usaha tani Tembakau. Hal

tersebut sesuai dengan pengertian pasar yang dikemukakan oleh Philip

Kotler yaitu pemasaran merupakan suatu proses manajerial yang mana

indvidu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai

dengan pihak lain.73

Aspek Teknis dan Operasi dinyatakan layak untuk dijalankan.

Menurut Suliyanto pada Rochmat Aldy, mengemukakan bahwa ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan aspek teknis

dan operasi yaitu penentuan lokasi bisnis, tata letak (layout) bisnis,

pemilihan peralatan dan tekhnologi.74 Teori tersebut sesuai dengan temuan

peneliti di lapangan dimana, petani yang menjalankan usaha tani

Tembakau di Desa Setanggor ini sudah mampu menempatkan lokasi usaha

yang strategis dengan suhu udara mencapai +30o C pada musim kemarau

karena usaha tani Tembakau ini sangat cocok ditanam pada saat musim

kemarau atau musih panas. Kemudian penempatan layout yang menunjang

keberhasilan produksi usaha tani serta bahan baku yang mudah dijangkau

atau mudah didapatkan oleh petani.

Manajemen adalah suatu proses kegiatan pengelolaan dalam

sebuah perusahaan dengan menerapkan prinsip manajemen dalam

memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk mencapai

73
Ibid., hlm. 155.
90 Ibid., hlm.
134.
91

tujuan yang telah ditetapkan.75 Pada penelitian ini berdasarkan aspek

manajemen dan organisasi dinyatakan layak untuk dijalankan karena

meskipun dengan menggunakan manajemen dan struktur organisasi yang

sederhana, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

serta pengawasan, namun usaha tani ini dapat berjalan dengan lancar.

Kemudian dari struktur organisasi baik petani maupun buruh sudah

memiliki keahlian tersendiri yang didapatkan dari pengalaman bertahun-

tahun dalam menjalankan usaha tani Tembakau tersebut. Walaupun petani

yang menjalankan usaha tani Tembakau tersebut bukan dari kalangan yang

berpendidikan tinggi, namun petani di Desa Setanggor ini memperoleh

ilmu usaha tani ini secara nomaden dan dari pengalaman yang diturunkan

dari generasi ke generasi lainnya. Untuk masing-masing pembagian

pekerjaan pekerja atau buruh sudah memiliki banyak pengalaman dalam

hal usaha tani Tembakau itu sendiri sehingga secara tidak langsung pekerja

sudah memiliki keahlian dalam melaksanakan tugas yang mereka

kerjakan. Terdapat pepatah lama menyatakan “Bisa Karena Biasa” dapat

menjadi semboyan warga di Desa Setanggor ini, karena warga yang

menjadi pekerja atau buruh bukan lulusan sarjana pertanian, melainkan

masyarakat biasa yang mengandalkan pengalaman sebagai tolak ukur

utama dalam menjalankan usaha ini.

Aspek ekonomi dan sosial dinyatakan layak untuk dijalankan

karena dengan adanya usaha tani Tembakau tersebut dapat memberikan

91 Ibid., hlm.
173.
92

lapangan pekerjaan bagi masyarkat yang ada di sekitaran lokasi usaha,

berkenaan dengan lapangan pekerjaan, usaha tani Tembakau ini memang

merupakan usaha yang melibatkan banyak sekali tenaga kerja dalam

melakukan proses produksi baik dari awal mula proses penanaman sampai

proses panen dan pengovenan. Tenaga kerja yang terlibat tidak hanya dari

kalangan wanita saja akan tetapi tenaga laki-laki juga sangat dibutuhkan

dalam usaha ini, sehingga lapangan pekerjaan terbuka luas untuk semua

kalangan, yang kemudian oleh sebab itu akan berdampak pada

berkurangnya pengangguran serta bertambahnya pendapatan bagi

masyarakat yang menjalankan usaha tani lebih-lebih masyarakat secara

keseluruhan.

Suatu usaha dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika

kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan usaha dan usaha tersebut

mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dibandingkan


76
dampak negatif. Pada penelitian analisis dampak lingkungan ini, dapat

dinyatakan cukup layak untuk dijalankan. Hal tersebut karena usaha yang

tani Tembakau yang dijalankan meskipun tidak memberikan dampak

negatif terhadap air dan udara akan tetapi pada aspek ini terdapat kendala

yang ditimbulkan dari bahan baku yang digunakan berupa kayu yang

digunakan sebagai bahan utama pengovenan. Akan tetapi pemerintah

sudah melakukan penanggulangan dengan cara memperketat pemeriksaan

petani yang masih menggunakan kayu sebagai bahan pengovenan serta

92 Ibid., hlm.
100.
93

setiap truk pengangkut kayu ilegal yang ditemukan dijalan akan

diamankan oleh polisi setempat. Tidak hanya itu petani-petani binaan

diwajibkan mengganti bahan bakar pengovenan dengan menggunakan

cangkang sawit yang diberikan langsung oleh perusahaan yang dimasuki

petani sebagai petani binaan dengan sistem sesuai yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak. Seperti halnya yang dilakukan oleh perusahaan

PT. Shadana Arif Nusa mengerahkan petani binaanya untuk melakukan

pembelian tembakau kasturi yang proses pengeringannya hanya

menggunakan sinar matahari. Kemudian PT. Bentoel, IDS, dll

mengerahkan petani binaannya untuk mengganti bahan baku kayu bakar

menjadi cangkang sawit dalam rangka mengurangi penggunaan kayu

bakar. Hal tersebut merupakan salah satu cara mengatasi atau mengurangi

penebangan pohon secara berlebihan yang akan berdampak negatif bagi

tanah, manusia, hewan maupun tumbuhan yang ada.

Secara keseluruhan berdasarkan analisis kelayakan usaha dilihat

dari aspek non finansial, usaha tani Tembakau yang dijalankan petani di

Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur

dinyatakan layak untuk dijalankan.

2. Analisis Kelayakan Usaha dilihat dari Aspek Finansial

Berdasarkan pada paparan hasil analisis kelayakan usaha dilihat

dari aspek finansial berdasarkan syarat kelayakan investasi pada usaha tani

Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.


94

Payback period (PP) adalah periode yang diperlukan untuk

menutup kembali pengeluaran investasi.77 PP dapat dikatakan sebagai

periode pengembalian modal. Pada penelitian ini, PP berdasarkan nilai

sekarang dengan tingkat diskonto 5%. Berdasarkan hasil perhitungan

yang telah peneliti lakukan, memperoleh nilai PP yaitu 2,5. yang artinya

adalah modal usaha dapat dikembalikan dalam jangka waktu 2 tahun 5

bulan usaha tani Tembakau ini sudah dapat mengganti biaya investai yang

dikeluarkan pada tahun pertama dari umur usaha yaitu 12 thn. Dengan

syarat kelayakan PP ≤ 12. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa usaha tani Tembakau di Desa Setanggor layak untuk dijalankan

karena PP lebih kecil dari 12 thn.

Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang

arus kas yang masuk dan nilai sekarang arus kas keluar pada suatu waktu

periode.78 Nilai NPV padakriteria kelayakan investasi memiliki

keuntungan dengan nilai sekarang (present value) sebesar Rp. 7.798.922.

Dengan syarat kelayakan NPV ≥ Rp 0. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

yang dihasilkan NPV lebih besar dari 0. Dengan demikian usaha tani

Tembakau berdasarkan kriteria penilaian NPV adalah layak untuk

dijalankan.

Probability Indeks (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari

jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang

77
Dian Wijayanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012).,
hlm. 247
78
Juminang, Studi Kelayakan…, hlm. 180.
95

pengeluaran investasi selama umur investasi.79 Nilai PI yang dihasilkan

dalam usaha tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur ini adalah sebesar 0,45. Dengan syarat

kelayakan PI ≥ 1. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan

syarat kelayakan untuk nilai PI maka usaha tani Tembakau yang

dijalankan di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur tidak layak untuk dijalankan. Dikarenakan hasil PI kurang dari 1

maka PI ditolak artinya berdasarkan penilaian kriteria berdasarkan PI

usaha tani Tembakau tidak layak untuk dijalankan.

Average Rate of Return (ARR) merupakan cara untuk mengukur

rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-

rata laba sebelum pajak (EAT) sengan rata-rata investasi.80 Kemudian

untuk yang terakhir yaitu ARR, dimana nilai yang dihasilkan ARR sebesar

19%. Dengan syarat kelayakan ARR ≥ return. Hal tersebut berarti bahwa

usaha tani Tembakau yang dijalankan di Desa Setanggor Layak untuk

dijalankan karena syarat kelayakan ARR apabila nilai ARR lebih besar

dari return.

Berdasarkan kriteria investasi di atas secara keseluruhan dapat

dikatakan bahwa Usaha Tani Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan

Sukamulia Kabupaten Lombok Timur layak untuk dijalankan, meskipun

pada dasarnya kita ketahui bahwa salah satu dari keempat kriteria investasi

tersebut dapat dikatakan tidak layak untuk dijalankan akan tetapi 3 dari 4

79
Ibid., hlm. 102.
80
Ibid., hlm. 103.
96

kriteria investasi tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut

menjadi acuan untuk menetapkan kelayakan dari usaha tani Tembakau

tersebut.
97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam pelaksanaan usaha tani

Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur baik dari aspek non finansial dan aspek finansial, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kelayakan usaha dilihat dari aspek finansial

Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek hukum,

aspek pemasaran, aspek teknis dan operasi, aspek manajemen dan

organisasi, aspek ekonomi sosial dan aspek dampak lingkungan

dinyatakan layak untuk dijalankan. Akan tetapi sebelum dinyatakan layak

secara keseluruhan pada aspek non finansial ini terdapat sedikit

pertentangan pada aspek dampak lingkungan pada bagian tanah dan

kehutanan, dimana petani Tembakau di Desa Setanggor ini pada dasarnya

menggunakan kayu sebagai bahan bakar pengeringan di oven Tembakau,

hal tersebut memicu berbagai dampak negatif yang akan ditimbulkan

apabila penggunaan kayu atau penebangan kayu diakukan secara besar-

besaran. Dampak negatif tersebut tentunya tidak hanya berdampak

terhadap manusia saja akan tetapi hewan, tumbuh-tumbuhan juga akan

merasakan dampak dari hal tersebut. Akan tetapi untuk tahun berikutnya

tepat pada tahun 2020 ini pemerintah sudah melarang keras penebangan
98

pohon secara besar-besaran, kemudian pengawasan di jalan raya bagi truk-

truk pengangkut kayu ilegal akan diamankan serta perusahaan-perusahaan

pembeli Tembakau mengarahkan petani binaannya untuk mengganti bahan

bakar kayu menjadi cangkang sawit contohnya PT. Bentoel Prima dan PT.

Djarum mewajibkan petani binaan mereka untuk mengganti bahan bakar

kayu menjadi cangkang sawit, tidak hanya itu PT. Indonesia Dwi

Sembilan dan PT. Shadana Arifnusa juga mewajibkan petani binaan

mereka melakukan penjualan Tembakau tumpian alami dengan bahan

bakar sinar matahari (penjemuran). Hal-hal tersebut menjadi acuan adanya

perubahan atau adanya upaya pencegahan dan pengurangan dampak

negatif yang akan ditimbulkan oleh usaha tani Tembakau itu sendiri,

sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha tani Tembakau di Desa

Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur layak untuk

dijalankan berdasarkan aspek non finansial.

2. Kelayakan usaha dilihat dari aspek finansial

Sedangkan untuk analisis aspek finansial menunjukkan bahwa

usaha tani tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten

Lombok Timur layak untuk dijalankan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai

PP yaitu 2,5. Itu berarti bahwa dalam jangka waktu 2 tahun 5 bulan modal

investasi usaha akan dapat dikembalikan . Hal tersebut sesuai dengan

syarat kelayakan yaitu nilia PP lebih kecil dari 10 thn maka dinyatakan

layak. Nilai NPV sebesar Rp. 7.798.922. dimana hal tersbut dinyatakan

layak karena nilai NPV lebih besar dari 0. Nilai PI adalah sebesar 0,45.
99

Berkenaan dengan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa nilai PI tidal layak

untuk dijalankan karena berdasarkan syarat kelayakan nilai PI harus lebih

besar dari 1. Kemudian yang terakhir adalah ARR, nilai ARR sebesar

19%. Berdasarkan syarat kelayakan usaha berdasarkan ARR layak untuk

dijalankan karena nilai ARR lebih besar dari return. Untuk kelayakan

usaha berdasarkan aspek finansial dapat disimpulkan bawa usaha tani

Tembakau di Desa Setanggor Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur layak untuk dijalankan meskipun PI tidak memenuhi syarat

kelayakan akan tetapi 3 dari 4 kriteria investasi dinyatakan layak untuk

dijalankan berdasarkan aspek finansial.

B. Saran

1. Petani Tembakau

Bagi petani Tembakau di Desa Setanggor khususnya harus lebih

bijak dalam memilih bahan bakar yang akan digunakan dalam

menjalankan usaha, selain itu dampak yang akan ditimbulkan juga sangat

penting sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan sesuatu.

2. Pemerintah

Pada dasarnya petani melakukan penggunaan bahan bakar kayu

dikarenakan harga minyak tanah yang begitu tinggi membuat petani tidak

mampu menggunakan bahan bakar minyak bumi, sehingga petani beralih

menggunakan kayu bakar sebagai alat pengeringan daun Tembakau.

Pemerintah seharusnya memberikan solusi terhadap masalah petani


100

sehingga petani berhenti menggunakan bahan bakar kayu. Selain solusi

pemerintah juga perlu melakukan pembinaan pertanian yang benar serta

sosialisasi dampak yang diakibatkan oleh penebangan hutan yang akan

memicu tanah longsor, banjir pada musim hujan, kekeringan pada musim

kemarau dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Aldy Rochmat, Riawan Purnomo dan Sugianto La Ode, 2017, Studi Kelayakan
Bisnis, Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press.
Bungin Burhan, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi Serta Ilmu
ilmu Lainnya, Jakarta: Kencana.
Brealey, Mayor dan Marcus, 2008, Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan Edisi Kelima Penerjemah Bob Sabran MM, Jakarta: Erlangga.
Hadjar Ibnu, 1996, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam
Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hanif M Mahmud dan Halim Abdul, Analisis Laporan Keunangan Edisi
Keempat, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Jakfar dan Kasmir, 2007, Studi Kelayaka Bisnis Edisi Kedua, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Jakfar dan Kasmir, 2012, Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi Cetakan Ke-8,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Johan, Suwinto, 2011, Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Juminang, 2014, Studi Kelayakan Bisnis Teori & Pembuatan Proposal
Kelayakan, Jakarta: Bumi Aksara.
Muhajidin Akhmad, 2014, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara
dan Pasar, Jakarta: Rajawali Pers.
Muhammad, 2008, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif
(Dilengkapi Dengan Contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan
Lapangan), Depok: Rajawali Pers.
Noor Juliansyah, 2011, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Nurmansyah Dodi, Rochaini Siti, dan Humaerah Armaini Dwi, Jurnal Agribisnis,
Vol. 8. No. 1, Juni 2014.

Priyono Herry B, Giddnes Anthiny, 2003, Suatu Pengantar Cetakan Kedua,


Jakarta: Pepustakaan Populer Gramedia.

Rahayu, Ardia Desti. Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut Anggota Koperasi
Serba Usaha (KSU) Jatirogo: (Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta
2015).
Ramdiani, Dampak Bendungan Pandanduri Terhadap Land Rate Dan
Produktivitas Pada Usaha Tani Tembakau Di Kecamatan Sakra Barat
Kabupaten Lombok Timur: (Skripsi Universitas Mataram 2018).

Rudianto, 2012, Pengantar Akuntansi Konsep & Teknis Penyusunan Laporan


Keuangan, Jakarta: Erlangga.

Shinta Agustina, 2011, Ilmu Usaha Tani Cetakan Pertama, Malang: Universitas
Brawijaya Press.

Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Soekartawi, 2011, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani


Kecil, Jakarta: UI-PRESS.

Subagyo Ahmad, 2007, Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Elex
Media Kompotindo.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&B Cetakan ke-15, Bandung: Alvabeta.
Suhariami Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
III, Jakarta: Rineka Cipta.
Wekke Ismail Suardi, dkk, 2019, Metode Penelitian Ekonomi Syariah,
Yogyakarta: Gawe Buku.
Wijayanto Dian, 2012, Pengantar Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Zakita, Tia Aprilia. Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Tempe Di Desa
Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan:
(Skripsi Universitas Lampung 2018).
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alvabeta CV.
Sugiyono, 2001, Metode Penilaian, Bandung: Alfabeta.
Margono, 2004, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Mubyarto, 2001, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES.
Muri Yusuf, 2016, Metode Penelitian, Jakarta: Prenada Media Group.
Nazir Muhammad, 2005, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
BPS, Kabupaten Lombok Timur Online, 2011.
Lampiran 1 Hasil Rekap Data Responden
Luas Tanam Modal Awal Penjualan
No Nama Petani
Angka Volume (Rp) (Rp)
1 FATHUL JANNAH 130 Are 60000000 96000000
2 H. BASAR 150 Are 70000000 115500000
3 SAHMAT 50 Are 25000000 37500000
4 SAIFUL BAHRI 130 Are 60000000 90000000
5 IBRAHIM 60 Are 25000000 48000000
6 KUSUMAYADI 100 Are 50000000 87000000
7 ZULPADLI 80 Are 35500000 65000000
8 JUNAIDI 100 Are 50000000 61600000
9 HAERIL 100 Are 50000000 63800000
10 SUKIRMAN 80 Are 35000000 60000000
11 AHMAD FATONI 100 Are 50000000 98000000
12 SAHRAM 60 Are 30000000 44800000
13 ZULKIPLI 150 Are 70000000 102000000
14 DEWI SARTIKA 30 Are 15000000 22400000
15 SUARNI 30 Are 10000000 19600000
16 H. PATHURRAHMAN 150 Are 70000000 122500000
17 LUKMAN 50 Are 25000000 36000000
18 SARE PUTRAWAN 100 Are 50000000 87500000
19 H. GUNAWAN 170 Are 85000000 129000000
20 H.SAEPUDIN 15 Are 8000000 14000000
21 H. AMINULLAH 100 Are 50000000 102300000
22 MUSTAMIL ARIPIN, S.H 150 Are 70000000 118800000
23 SAIPUDIN 100 Are 50000000 100800000
24 MUHTAR, S.H 65 Are 35000000 60000000
25 LUKMAN HAKIM 50 Are 20000000 36000000
26 MUKSIN 60 Are 30000000 54000000
27 M. MUHTAR JAYADI 150 Are 70000000 132000000
28 MAHSUN 61 Are 20000000 37500000
29 H. ISKANDAR 180 Are 100000000 161000000
30 H. AHMAD 100 Are 60000000 75400000
31 H. ABDUL HALIM 75 Are 40000000 55000000
32 H. ABDUL HANAN 110 Are 50000000 87000000
33 SANUSI 100 Are 50000000 84000000
34 ABDUL AZZIZ 100 Are 50000000 90000000
35 WAWAN DARMAWAN 50 Are 25000000 37475000
INDRIAWAN APRIADI,
36 S.T 65 Are 35000000 56000000
37 AHYAR 70 Are 35000000 61000000
38 MISNIATI 100 Are 55000000 75000000
39 MUSLIMIN, S.Sos 30 Are 15000000 25000000
Jumlah 3551 Are 1733500000 2848475000
Rata-rata 91.051 Are 44448717.95 73037820.51

Lampiran 2 Penyusutan dan Nilai Sisa


Harga Biaya
Umur Penyusutan Nilai
Jenis Satuan Investasi
Jumlah Satuan
Investasi Ekonomis
(Rp) (Rp) (Thn) Sisa
(Thn)
Lahan 100 m2 80.000 8.000.000 - - 8.000.000
Bangunan
1 m2 25.000.000 25.000.000 12 2.083.000 4.000
oven
Serubung 1 stel 3.000.000 3.000.000 5 600.000 0
Gelantang 500 buah 2.000 1.000.000 10 100.000 0
Total Biaya investasi 37.000.000 Total 2.783.000 8.004.000

Lampiran 3 Laporan Laba Rugi 2 Thn Terakhir


Tahun
No Uraian
1 2
A. INFLOW
1 Penerimaan Penjualan
1. Daun 1,2. 8.000.000 10.000.000
2. Daun 3,4. 15.000.000 18.000.000
3. Daun 5,6. 20.000.000 21.000.000
4. Daun 7,8. 18.000.000 28.000.000
2 Nilai sisa 8.004.000 8.004.000
Total Inflow 69.004.000 85.004.000

B. OUTFLOW
II Biaya Operasional
A Pembibitan 955.000 955.000
1.Pembuatan bedengan benih 195.000 195.000
2. Pemupukan 130.000 130.000
3. penaburan benih 130.000 130.000
4. Pemeliharaan 500.000 500.000
B Persiapan Lahan Tanam 4.825.000 4.825.000
1. Pengolahan tanah tahap 1 1.500.000 1.500.000
2. Cangkul pinggir 975.000 975.000
3. Pembuatan Bedengan 1.950.000 1.950.000
4. Pengairan tahap 1 400.000 400.000
C Penanaman & Pemeliharaan 9.550.000 9.550.000
1. Pencabutan bibit + tanam 1.500.000 1.500.000
2. Pemupukan 1 1.500.000 1.500.000
3. Penggemburan tanah 3.250.000 3.250.000
4. Pemupukan ke 2 1.000.000 1.000.000
5. Pemupukan ke 3 575.00 575.00
6. Pengairan tahap 2 400.000 400.000
7. Penyemprotan pestisida 325.000 325.000
8. Perol 1.000.000 1.000.000
D Pemetikan 3.500.000 3.500.000
1. Pemetikan 8 kali 3.500.000 3.500.000
E Pengovenan & Sortir 8.800.000 8.800.000
1. Pengikatan tembakau 2.380.000 2.400.000
2. Menaikkan ke oven 1.750.000 2.000.000
3. Turunkan dari oven 1.050.000 1.200.000
4. Pembukaan + sortir 2.400.000 2.400.000
5. Press 800.000 800.000
Total Biaya Operasional 27.630.000 27.630.000

III Biaya Sarana P & Angkutan


A Biaya Sarana Produksi 21.415.000 22. 015.000
1. Benih tembakau 100.000 100.000
2. Plastik penutup benih 400.000 400.000
3. Bambu 50.000 50.000
4. Pupuk Anorganik:
a) TS/SP 1.250.000 1.250.000
b) ZA 850.000 850.000
c) OREA 460.000 460.000
d) VERTILA 300.000 300.000
5. Obat-obatan:
a) Durusban 45.000 45.000
b) Prepaton 420.000 420.000
c) Metindo 140.000 140.000
6. Bahan Bakar Kayu:
a) Mente 8.400.000 9.000.000
7. Sewa Lahan tanam 1 H 9.000.000 9.000.000
B Biaya Angkutan 800.000 800.000
Total Biaya Sarana &
22.215.000 22.815.000
Angkutan
C Penyusutan 2.367.000 2.367.000
Total Outflow 52.212.000 52.812.000
Laba SebelumPajak 16.792.000 32.192.000
Pajak pendapatan usaha 5%: 839.600 1.609.600
Laba setelah pajak 15.952.400 30.582.400
Bunga pinjaman modal usaha:
Bunga 10% 1.595.240 3.058.240
LABA BERSIH 14.357.160 27.524.160

Anda mungkin juga menyukai