Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

EVALUASI SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN


KAS PADA KANTOR PENGADILAN AGAMA
BANTAENG

ERNI
10573 03828 12

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
SKRIPSI

EVALUASI SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN


KAS PADA KANTOR PENGADILAN AGAMA
BANTAENG

ERNI
10573 03828 12

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016

i
ii
iii
ABSTRAK

Erni. 105730382812. Evaluasi Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada


Kantor Pengadilan Agama Bantaeng. Di bimbing oleh Mahmud Nuhung
(pembimbing 1) dan Chairul Ihsan (pembimbing 2 ).

Peradilan Agama, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 2 UU Nomor 3


Tahun 2006, adalah salah satu pelaku Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu. Tugas pokoknya adalah
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf,
Zakat, Infaq, Shadaqah dan Ekonomi Syari’ah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem penerimaan dan
pengeluaran kas yang di terapkan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng yang
akan diteliti.. Penelitian ini menggunakan Sumber Data Primer dan Sekunder,
serta teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan menggunakan cara berfikir induktif.
Dari hasil penelitian, bahwa sistem penerimaan dan pengeluaran kas yang
diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng secara umum telah sesuai
dengan konsep sistem penerimaan dan pengeluaran kas serta prosedur menurut
teori yang digunakan dalam penelitian.

Kata Kunci: Pengadilan Agama, Kepaniteraan, Sistem, Penerimaan Kas, dan


Pengeluaran Kas.

iv
MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S Al-Mujadalah : 11)”.

“Burung tidak akan bisa terbang sebelum ia mencoba mengepakkan sayapnya.

Kita pun demikian, jika ingin bisa melakukan sesuatu, kita harus mencoba”.

“orang yang bijak adalah orang yang selalu belajar dari kegagalan, sedangkan

orang yang bodoh adalah orang yang selalu menutupi kegagalan”.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirabbil ‘alamin...

Kupersembahkan karya ini kepada

Ayahanda dan Ibunda serta saudara-saudaraku tercinta

Seiring do’a semoga Allah SWT selalu meridhoi dan membalas

Segala pengorbanan yang telah diberikan kepadaku.

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena

Rahmat dan petunjuk-Nyalah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, walaupun

dalam bentuk dan isi yang masih sangat sederhana.

Meskipun penulis sudah mengarahkan segala upaya dan kemampuan,

namun skripsi ini masih meliputi oleh berbagai kekurangan dan bahkan masih

jauh dari sempurna sebagaimana layaknya karya ilmiah. Oleh karena itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang

bersifat konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan dan kemanfaatan

dimasa yang akan datang.

Dalam upaya menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit rintangan dan

tantangan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan do’a restu berbagai pihak,

akhirnya skripsi ini berhasil diselesaikan. Oleh karena itu, dengan selesainya

skripsi ini maka sewajarnyalah jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada yang terhormat :

1. Orang tua tercinta yang selalu mendoakan saya selama melaksanakan

penelitian.

2. Bapak Dr. ABD. Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung. SE.,M.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Makassar

vi
4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung. SE, M.A sebagai pembimbing I dan Chairul

Ihsan.SE.,M.Ak sebagai pembimbing II. Yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

5. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar,

khususnya Dosen jurusan akuntansi yang telah mentransferkan ilmu

pengetahuannya.

6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah

memberikan sumbangsih pemikiran dalam proses pembuatan skripsi ini.

7. Para karyawan Kantor Pengadilan Agama Bantaeng yang telah membantu

saya dalam mengumpulkan data.

8. Kepada Teman-teman di Universitas Muhammadiyah Makassar, dan sahabat-

sahabatku yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

Makassar, 21 Agustus 2016

penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………….……………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………….…….. ii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ………………………………………………..….. vi

DAFTAR ISI ………………………………………………......……...….. viii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..……… x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi dan Sistem ............................................................................ 5

B. Penerimaan Kas ................................................................................... 8

C. Pengeluaran Kas .................................................................................. 17

D. Kerangka Pikir .................................................................................... 23

E. Hipotesis .............................................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 25

viii
B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 25

C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 26

D. Metode Analisis .................................................................................. 27

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................ 29

B. Visi dan Misi Kantor Pengadilan Agama Bantaeng ............................ 32

C. Struktur Organisasi Perusahaan ......................................................... 32

D. Job Description ................................................................................... 34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 47

1. Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng ......... . 48

2. Pengeluaran Kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng ......... 54

B. Pembahasan Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada

Kantor Pengadilan Agama Bantaeng .................................................. 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 68

B. Saran ..................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 69

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Bagan Arus Dokumen Penerimaan Kas ……………………… 14

Gambar 1.2: Bagan Arus Dokumen Pengeluaran Kas ……………………... 22

Gambar 1.3: Kerangka Pikir ……………………………………………….. 24

Gambar 1.4: Struktur Organisasi Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Kelas II ………………………………………………………. 34

Gambar 1.5: Siklus Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan Agama

Bantaeng …………………………………………………….. 53

Gambar 1.6: Bagan Alir Dokumen Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan

Agama Bantaeng …………………………………………….. 54

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan gerak laju pertumbuhan, terjadi peningkatan kebutuhan

sebagai bagian integral pembangunan dan pertumbuhan masyarakat sebagian

bagian integral dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi itu sendiri: seperti

sandang pagan, papan, kesehatan maupun kebutuhan pendidikan. Peningkatan

kebutuhan ini dapat didefinisikan semakin meluas dan meningkatnya peluang

usaha.

Bersamaan dengan perkembangan dunia usaha tingkat persaingan diantara

perusahaan juga semakin meningkat begitupun organisasi. Organisasi dituntut

untuk memberikan jaminan yang cukup atas kelangsungan hidupnya sehingga

dapat menarik minat masyarakat untuk bergabung. Dalam kegiatan usaha

organisasi ini tentu dalam kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari transaksi

penerimaan dan pengeluaran kas.

Dalam pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan

evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas

serta kepastian perolehannya. Para pemakai laporan keuangan ingin mengetahui

bagaimana perusahaan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas.

Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi

kewajiban dan untuk membagikan dividen kepada investor. Pada sistem

pemerimaan dan pengeluaran kas yang baik semua transaksi penerimaan atau

pembayaran dalam jumlah besar harus dilakukan dengan cek melalui bank,

1
2

sedangkan untuk penerimaan dan pembayaran tunai yang jumlahnya relative kecil

melakukan melalui kas kecil.

Kas merupakan hal yang paling penting dalam setiap transaksi perusahaan.

Untuk itu diperlukan suatu system informasi akuntansi kas yang mengatur

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang dirancang sedemikian rupa

sehingga setiap arus transaksi yang berhubungan dengan kas dapat dicatat dengan

baik. Kas sangat mudah digunakan baik penerimaan maupun pengeluaran,

sehingga sangat rawan untuk disalahgunakan. Kesalahan atau penyimpangan

terhadap kas di tangan (kas kecil) biasanya melibatkan pihak-pihak intern

perusahaan terutama di Bagian Kas. Umumnya kasus-kasus penyimpangan

tersebut terjadi karena sistem akuntansi yang diterapkan perusahaan tidak tepat

dan kurang memadai.

Kas merupakan salah satu harta benda yang dimiliki perusahaan dengan tujuan

untuk melancarkan pekerjaan rutin dan sebagai modal kerja usaha untuk

menghasilkan suatu laba. Oleh karena itu uang kas adalah harta yang paling

likuid.

Kantor Pengadilan Agama merupakan salah satu tempat yang digunakan

seseorang sebagai sarana untuk melakukan suatu proses perceraian, hak asuh anak

serta pembagian atas harta yang dimiliki, Kantor Pengadilan Agama tersebut

bergerak di bidang jasa. Kantor Pengadilan Agama Bagian Perkara adalah dimana

tempat untuk memecahkan suatu masalah dalam sebuah rumah tangga baik dalam

proses perceraian, hak asuh anak dan sebagainya yang tidak terlepas dari transaksi

penerimaan dan pengeluaran kas. Kas merupakan uang tunai yang digunakan
3

untuk membiayai operasi suatu perusahaan atau kantor, dimana harus dikelola

dengan baik untuk menghindari penyelewengan-penyelewengan atas kas tersebut.

Penyelewengan terhadap kas dapat dihindari dengan adanya suatu sistem

informasi dan pengendalian intern yang memuaskan untuk kas. Maka hal-hal yang

merugikan perusahaan bisa dihindari atau dapat dideteksi seminimal mungkin.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan yaitu system informasi

akuntansi yang masih memakai sistem manual, dikhawatirkan pihak tertentu dapat

memanipulasi data-data keuangannya dan penyajiannya tidak akurat. Penerimaan

kas di Kantor Pengadilan Agama terdiri dari pembayaran ketika orang ingin

melakukan perceraian. Sedangkan sistem pengeluaran kas di Kantor Pengadilan

Agama terdiri dari biaya matrai, redaksi, serta biaya lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Sistem Penerimaan dan Pengeluaran

Kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: ”Bagaimanakah Sistem Penerimaan

dan Pengeluaran Kas yang Di terapkan pada Kantor Pengadilan Agama

Bantaeng?”
4

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi sistem penerimaan dan pengeluaran kas yang di terapkan

pada kantor pengadilan agama Bantaeng yang akan diteliti.

D. Manfaat Penelitian

Penyusunan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dibidang tersebut khususnya

pada penerimaan dan pengeluaran kas bagian perkara pada Kantor

Pengadilan Agama Bantaeng untuk memenuhi sebagian dari syarat guna

mencapai gelar sarjana ekonomi, dan untuk mensyi’arkan nilai-nilai ajaran

Islam pada masyarakat.

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dan pengambilan keputusan pada Kantor Pengadilan Agama

Bantaeng.

c. Bagi masyarakat dan almamater, dapat menambah pengetahuan mengenai

penerimaan dan pengeluaran kas sehingga dapat menggunakan jasa

pengadilan agama dan juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian

berikutnya yang lebih baik lagi bagi civitas Universitas Muhammadiyah

khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Prodi Akuntansi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi dan Sistem

1. Definisi Evaluasi

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu

melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-

jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.

Dalam buku Sukardi (2012), evaluasi mempunyai arti yang berbeda untuk

guru yang berbeda. Berikut beberapa arti yang telah secara luas dapat diterima

oleh para guru di lapangan. Evalua1tion is a process which determines the extent

to which objectives have been achieved (Cross, 1973:5). Evaluasi merupakan

proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.

Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan

suatu kegiatan yang mengukur derajat, di mana suatu tujuan dapat dicapai.

Sebenarnya evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti,

mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil

keputusan.

Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat

terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku.

Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang

sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus

disadari oleh para guru. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

5
6

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi

dilakukan dalam rangka pengendalian mutupendidikan secara nasional sebagai

bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang yang

berkepentingan di antaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program

pendidikan.

Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) dalam buku

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2013), ahli ini mengatakan bahwa evaluasi

merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,

dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni

Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses

evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan

untuk membuat keputusan.

Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi

adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah

tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju

ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia

mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka

pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling

berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan

atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan

sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu.


7

Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu

yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau

bodoh dan sebagainya. Dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan

apa yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2013:3) bahwa

mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat

kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan

ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah di

atas, yakni mengukur dan menilai.

2. Definisi Sistem

Istilah sistem paling sering digunakan untuk menunjukkan pengertian

metode atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling

berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. Jadi dengan kata

lain sistem merupakan sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan

maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Organisasi terdiridari

sejumlah sumber daya yang bekerja menuju tercapainya suatu tertentu yang

ditentukan oleh pemilik atau manajemen.

Peranan atau tujuan sistem didalam suatu pengolahan data sangatlah penting

dalam hal ini untuk menghasilkan informasi yang benar-benar dapat terjamin

kebenarnya. Agar tujuan utama tersebut dapat terlaksana, maka harus ada elemen-

elemen yang mendukungnya, karena alasan itulah makanya komputer banyak

digunakan untuk membantu manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan

yang rumit yang tidak dapat diselesaikan secara cepat oleh manusia.
8

Sistem merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu

“systema” yang berarti menempatkan atau mengatur. Mengatur dalam sistem yang

dimaksud adalah pengaturan orang-orang atau personil didalam melaksanakan

aktivitas. Sistem itu sendiri terdiri dari beberapa prosedur yang merupakan

rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu sama lainnya untuk menjamin

adanya keseragaman perlakuan setiap transaksi perlakuan.

Sistem pada dasarnya merupakan sekolompok unnsur yang erat

berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk

mencapai tujuan tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang

berulang kali atau yang secara rutin terjadi.

B. Penerimaan Kas

1. Definisi Peneriman Kas

Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama: penerimaan kas

dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Penerimaan kas dari

penjualan tunai yang terdiri dari penerimaan kas dari over-the-counter sales, dari

cash-on-delivery sales, dan dari credit card sale. Disarming itu penerimaan kas

dari piutang melalui penagih perusahaan, kantor pos, dan lock-box-collection lan.

Sebagai contoh, penerimaan kas pada sebuah perusahaan

dikelompokkanmenjadi 3 golongan yaitu:

1) penerimaan kas dari penjualan tunai.

2) Penerimaan kas dari para debitur yang membayar kewajibannya.

3) penerimaan kas dari sumber-sumber lain-lain.


9

Transaksi kas merupakan transaksi utama dalam perusahaan, karena hampir

semua transaksi perusahaan akan berakhir di penerimaan kas ataupengeluaran kas.

Penerimaan kas dapat berupa bunga, deviden, setoran, modal, penjualan aktiva

tetap dan investasi dan lain-lain. Bentuk dari penerimaan kas yaitu berupa uang

tunai, cek, bilyet giro, bank draft. Adapun tujuan dari laporan penerimaan kas itu

yaitu untuk mengetahui berapa jumlah kas yang dimiliki perusahaan dan berapa

jumlah yang masih dipinjam oleh pihak lain. Penerimaan kas merupakan kas yang

diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat berharga

yang mempunyai sifat dan dapat segera digunakan, yang berasal dari transaksi

perusahaan maupun penjualan tunai, pelunasan piutang atau transaksi lainnya

yang dapat menambah kas perusahaan.

Evaluasi penerimaan kas merupakan suatu catatan yang dibuat untuk

melakukan suatu kegiatan pengumpulan data berupa penerimaan kas yang

diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun yang berupa surat-surat

berharga yang sifatnya dapat segera digunakan yang berasal dari transaksi

perusahaan maupun penjualan tunai, pelunasan piutang, atau transaksi lainnya

yang dapat menambah kas perusahaan.

Prosedur penerimaan kas merupakan urutan-urutan dari yang diterima,

dicatat, disimpan sehingga diperiksa oleh yang berbeda-beda sehingga jelas

pertanggung jawabannya.

Berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas

dari penjualan tunai mengharuskan:


10

1) Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam

jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk

melakukan internal check.

2) Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu

kredit, yang melibatkan pihak bank penerbit kartu kredit dalam

pencatatan transaksi penerimaan kas.

2. Hal-hal yang Berkaitan dengan Penerimaan Kas

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan sistem akuntansi penerimaan kas dari

penjualan tunai dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi yang terkait

Adapun fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari

penjualan tunai menurut Mulyadi (2010:462) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi penjualan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini

bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur

penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli

untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

b. Fungsi kas

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini

bertanggung jawab sebagai penerimaan kas dari pembeli.

c. Fungsi gudang

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini

bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang di pesan oleh


11

pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.

d. Fungsi pengiriman

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini

bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan

barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

e. Fungsi akuntansi

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini

bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan

penerimaan kas dan membuat laporan penjualan.

2. Formulir Yang Digunakan

Formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi. Formulir

merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam data. Dokumen

yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan

tunai adalah sebagai berikut:

a. Faktur Penjualan Tunai

Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang

diperlukan oleh manajemen mengenai penjualan tunai.

b. Pita Registrasi Kas

Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh

fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai

yang dicatat dalam jurnal penjualan.

c. Credit Card Sales Slip

Dokumen ini dicetak oleh credit card bank yang menerbitkan kartu
12

krdit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi anggota kartu

kredit.

d. Bill off Loading

Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan

penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum.

e. Faktur Penjualan COD (Cash On Delivery Sales)

Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD.

f. Bukti Setor Bank

Dokumen ini dibuat oleh bagian kas sebagai bukti penyetoran kas ke

bank.

g. Rekap Harga Pokok Penjualan

Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga

pokok yang dijual selama satu periode.

3. Catatan Akuntansi Yang Digunakan

Adapun catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi

penerimaan kas kecil dari penjualan tunai adalah sebagai berikut:

a. Jurnal penjualan

Digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data

penjualan.

b. Jurnal Penerimaan Kas

Digunakan untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber,

diantaranya dari penjualan tunai.


13

c. Jurnal Umum

Digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk

yang dijual.

d. Kartu Persediaan

Digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga

pokok produk yang dijual. Selain itu kartu ini juga digunakan untuk

mengawasi mutasi dan persediaan barang yang di simpan di gudang.

e. Kartu Gudang

Untuk mencatat berkurangnya kualitas produk yang di jual.

4. Prosedur Yang Dilaksanakan

Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur

yaitu: prosedur penerimaan kas dari over-the-counter sales, prosedur

penerimaan kas dari cash-on-delivery sales (COD sales), dan prosedur

penerimaan kas dari credit card sales.

5. Unsur Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,

mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi

dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan adanya intral

kontrol maka kinerja dari masing-masing bagian dapat berjalan efesien.

6. Bagian alir dokumen (document flowchart) yaitu bagan yang

menggambarkan aliran dokumen dalam suatu sistem informasi.


14

3. Bagan Alir Dokumen

Berikut adalah bagan alir dokumen sistem penerimaan kas dari over-the-

counter sales, dapat dilihat sebagai berikut:

Bagan Operasional Kasir Kepala cabang Bagian keuangan

Mulai 1 2 3

Buat faktur Faktur Faktur

Penjual Faktur BPU BPU

Buat Otorisasi Jurnal

Faktur BPU kepala umum

penjualan

faktur

BPU T

1 3

2 selesai

GAMBAR 1.1

Bagan Arus Dokumen Penerimaan Kas

BPU = Bukti Penerimaan Uang


15

Keterangan:

a. Bagian Order Penjualan

(1) Menerima order dari pembeli.

(2) Mengisi faktur penjualan tunai dan dibuat sebanyak 3 lembar.

(3) Menyerahkan faktur penjualan tunai lembar 1 kepada pembeli, lembar

2 ke bagian gudang serta mengarsip lembar 3 secara permanen dan

urut nomor.

b. Bagian Kasa

(1) Menerima faktur penjualan tunai lembar 1 dari pembeli, kemudian

menerima jumlah uang sebesar rupiah yang tertera dalam faktur

penjualan tunai tersebut.

(2) Mengoperasikan pita register kas.

(3) Mengirim pita register kas dan faktur penjualan tunai lembar 1

kebagian pengiriman.

(4) Mengisi bukti setor bank sebanyak 3 lembar.

(5) Menyetor uang/kas bank dengan menyerahkan bukti setor bank

lembar1 bersama dengan uang.

(6) Mengirim bukti setor bank lembar 3 secara permanen dan urut nomor.

c. Bagian Gudang

(1) Mencatat ke dalam kartu gudang berdasar faktur penjualan tunailembar

2 yang diterima dari bagian order penjualan.

(2) Menyerahkan barang dan faktur penjualan tunai ke bagian pengiriman.


16

d. Bagian Pengiriman

(1) Membandingkan faktur penjualan tunai lembar 1 dan pita register

kasyang diperoleh dari bagian kasa dengan faktur penjualan tunai

lembar2 yang diperoleh dari bagian gudang.

(2) Menyerahkan barang kepada pembeli dan menggunakan

fakturpenjualan tunai dengan lembar 2 sebagai slip pembungkus.

(3) Menyerahkan pita register kas dan faktur penjualan tunai ke bagian

jurnal.

e. Bagian Jurnal

(1) Membuat jurnal penjualan berdasarkan faktur penjualan tunai lembar1

dan pita register kas yang diterima dari bagian order penjualan.

(2) Membuat jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank lembar2

yang diterima dari bagian kasa.

(3) Mengarsip bukti setor bank lembar 2 secara permanen dan urut

tanggal.

(4) Membuat jurnal umum berdasar bukti memorial dan rekap harga

pokok penjualan yang diterima dari bagian kartu persediaan.

(5) Mengarsip bukti memorial dan rekap harga pokok penjualan secara

permanen dan urut nomor.

f. Bagian Kartu Persediaan

(1) Mencatat dalam kartu persediaan berdasar faktur penjualan

tunailembar 1 dan pita register kas yang diterima dari bagian jurnal

kemudian mengarsipkannya secara permanen dan urut nomor.


17

(2) Secara periodik membuat rekap harga pokok penjualan dan bukti

memorial.

(3) Menyerahkan bukti memorial dan rekap harga pokok penjualan ke

bagian jurnal.

C. Pengeluaran Kas

1. Definisi Pengeluaran Kas

Setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya membutuhkan kas karena

kas merupakan pos yang sangat penting dalam laporan keuangan. Kas digunakan

sebagai alat tukar dalam pemerolehan barang dan jasa sebagai investasi yang

sangat likuid dan memiliki jatuh tempo yang pendek tanpa menghadapi resiko

perubahan nilai yang sangat signifikan.

Menurut Harahap (2010:258) kas adalah uang dan surat berharga lainnya

yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar

yang memenuhi syarat:

1. Setiap saat dapat ditukar menjadi kas.

2. Tanggal jatuh temponya sangat dekat.

3. Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan harta

perusahaan yang paling likuid yang dapat tersedia dengan segera dan sebagai alat

pelunasan kewajiban-kewajiban perusahaan. Sehingga perusahaan terus

memerlukan perhatian yang cukup serius. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

pada waktu mengelola kas adalah:


18

1. Perencanaan arus kas

2. Pengendalian penerimaan kas

3. Melakukan rekomendasi kas

4. Penerapan sistem dana tetap untuk terkecil

Transaksi utama dengan jumlah yang relative besar adalah pembayaran

utang untuk pengadaan barang dagangan. Namun, transaksi yang memiliki

frekuensi paling tinggi adalah pengeluaran kas untuk pembayaran biaya-biaya

operasi.

Menurut mulyadi (2010:509) pengeluaran kas adalah suatu catatan dan

laporan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan pengeluaran yang dibuat baik

dengan cek maupun dengan tunai untuk mempermudah dalam setiap pembiayaan

pengololaan perusahaan. Sistem akuntansi pokok yang digunakan untuk

melaksanakan pengeluaran kas adalah sistem pengeluaran kas dengan

menggunakan cek dan sistem pengeluaran dengan menggunakan uang tunai

melalui dana kas kecil.

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengeluaran adalah suatu kegiatan

pengumpulan data berupa catatan dan laporan yang dibuat untuk melaksanakan

kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai untuk

mempermudah dalam setiap pembiayaan pengelolaan perusahaan.

2. Hal-hal yang Berkaitan dengan Pengeluaran Kas

1) Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah pengeluaran kas

dalam perusahaan yang dilakukan dengan menggunakan cek.


19

1. Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas

dengan cek adalah pengeluaran kas dalam perusahaan yang dilakukan

dengan menggunakan cek.

a. Bukti kas keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada

Bagian Kasa sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Di

samping itu, dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan

(remittance advice) yang dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula

sebagai dokumen sumber bagi pencatatan berkurangnya utang.

b.Cek

Dari sudut sistem informasi akuntansi, cek merupakan dokumen yang

digunakan untuk memerintahkan bank melakukan pembayaran

sejumlah uang kepada orangatau organisasi yang namanya tercantum

kepada cek.

c. Permintaan cek (Cek Request)

Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang

memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat

bukti kas keluar. Dalam transaksi pengeluaran kas yang tidak berupa

pembayaran utang yang timbul dari transaksi pembelian, fungsi yang

memerlukan kas menulis permintaan cek kepada fungsi akuntansi

(Bagian Utang) untuk kepentingan pembuatan bukti kas keluar. Bukti

kas keluar ini dibuat sebagai perintah kepada fungsi keuangan untuk
20

membuat cek sebesar jumlah yang tercantum didalam dokumen

tersebut.

2. Catatan Akuntansi yang digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran

kas dengan cek adalah:

a. Jurnal pengeluaran kas

Dalam pencatatan utang dengan account payeble system, untuk

pencatatan transaksi pembelian digunakan jurnal pembelian dan untuk

mencatat penjualan kas digunakan jurnal pengeluaran kas. Dokumen

sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam jurnal

pengeluaran kas adalah faktur dari pemasok yang telah dicap “lunas”

oleh fungsi kas.

b.Register cek

Dalam pencatatan utang dengan voucher payable system, transaksi

untuk mencatat transaksi pembelian digunakan dua jurnal: register

bukti kas keluar dan register cek. Register bukti kas keluar digunakan

untuk mencatat utang yang timbul, sedangkan register cek digunakan

untuk mencatat pengeluaran kas dengan cek. Register cek digunakan

untuk mencatat cek-cek perusahaan yang dikeluarkan untuk

pembayaran para kreditur perusahaan atau pihak lain.

3. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek

adalah:
21

a. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas.

b. Fungsi kas.

c. Fungsi akuntansi.

d. Fungsi pemeriksaan intern.

4. Jaringan prosedur yang membentuk sistem

a. Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek yang tidak memerlukan

permintaan cek

b. Sistem akuntansi pengeluaran kas yang memerlukan permintaan cek

5. Unsur pengendalian intrn

a. Organisasi

b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

c. Praktik yang sehat

2) Akuntansi pengeluaran kas dengan kas kecil adalah pengeluaran kas

dengan uang tunai.

Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengeluaran kas dengan dana kas

kecil:

a. Sistem saldo berfluktuasi

b. Sistem imprest

3. Bagan Alir Pengeluaran Kas

Berikut adalah bagan alir dokumen pengeluaran kas, sebagai berikut:


22

A ….{Dari Hutang Dagang

Pengendalian cek paket


Total voucher voucher

Telah dan Batalkan Paket Voucher


Tandatangani setelah cek ditanda-
Cek tangani

Cek paket
register Voucher voucher
cek

bukukan Berkas menurut

nomor

verifikasi Cek
total voucher
dibukukan

pengendalian kirimkan langsung


total ke penerima

A {Ke Buku Besar

GAMBAR 1.2

Bagan Arus Dokumen Pengeluaran Kas


23

D. Kerangka Pikir

Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dalam kegiatan sehari-hari melakukan

suatu kegiatan untuk memecahkan suatu masalah dalam sebuah rumah tangga

baik dalam proses perceraian, hak asuh anak dan sebagainya yang tidak terlepas

dari transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Permasalahan yang sering

dihadapi oleh perusahaan yaitu sistem informasi akuntansi yang masih memakai

sistem manual, dikhawatirkan pihak tertentu dapat memanipulasi data-data

keuangannya dan penyajiannya tidak akurat. Maka perlu secara intensif dikaji

tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem penerimaan dan

pengeluaran kas.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai

berikut: KANTOR PENGADILAN AGAMA

BANTAENG

SIKLUS KEUANGAN

PENERIMAAN PENGELUARAN
KAS KAS

HASIL

GAMBAR 1.3

Kerangka Pikir
24

E. Hipotesis

Menurut Mundilarso mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang

masih lemah tingkat kebenarnya sehingga masih harus diuji menggunakan teknik

tertentu. Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori, dugaan, pengalaman

pribadi/orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara

(AsikBelajar.Com).

Hipotesis merupakan “dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah.

Dengan demikian hipotesis merupakan teori sementara yang kebenarannya masih

perlu diuji.

Berdasarkan permasalahan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesis yang penulis angkat: “Bahwa sistem penerimaan dan pengeluaran kas

yang dilakukan oleh Kantor Pengadilan Agama Bantaeng sudah melakukan sistem

informasi akuntansi yang optimal terhadap tingkat penerimaan dan pengeluaran

kas”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana

pendekatan kualitatif memiliki fenomena yang digambarkan dengan membentuk

suatu informasi baik secara lisan maupun secara tertulis. Penelitian ini juga

dengan menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat

deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi

atau daerah tertentu, menurut Sugiono (2011).

Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi

prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber-

sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kantor Pengadilan Agama

Bantaeng yang bertempat di Jalan Andi Mannappiang penetapan di Kabupaten

Bantaeng ini didasarkan atas pertimbangan biaya, waktu dan tenaga sehingga

dapat dilakukan secara efesien.

Menurut Sugiono (2011:13) objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk

mendapatkan sata dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal

objektif, valid, dan dan reliable tentang sesuatu hal (variable tertentu).

Dan objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

evaluasi penerimaan dan pengeluaran kas bagian perkara pada Kantor Pengadilan

25
26

Agama.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

dan diperkirakan selama dua bulan, mulai tanggal 11 April hingga Mei tahun

2016.

C. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan

cara menelaah berbagai buku literatur dan bahan pustaka lainnya yang

berkaitan dengan yang dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang

dilaksanakan dengan cara mengunjungi objek yang akan diteliti guna

mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu dengan cara sebagai

berikut :

a. Observasi, ialah melakukan pengamatan secara langsung pada

obyek penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.

b. Wawancara, ialah melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan

karyawan perusahaan yang diteliti dalam mendapatkan data yang

diperlukan.

c. Dokumentasi, melakukan review terhadap dokumen-dokumen

instansi yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkai

dengan penelitian yang dilakukan.


27

D. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk

informasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari pihak perusahaan dalam

bentuk angka.

2. Sumber Data

a. Data Primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan

berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan dan

karyawan.

b. Data Sekunder, ialah data yang diperoleh dari dokumen perusahaan,

berupa laporan tertulis yang dibuat secara berkala.

E. Metode Analisis

Metode analisis merupakan suatu gambaran tentang variabel-variabel yang

akan digunakan untuk melanjutkan analisa data sehingga dapat diperoleh suatu

kesimpulan. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan.

Analisis ini digunakan untuk menjawab bagaimana evaluasi sistem

penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama

Bantaeng dengan menggunakan pendekatan kualitatif.


28

Penelitian ini yang akan dilakukan dengan menggunakan data-data analisis

deskriptif komparatif. Teknik analisis komparatif dalam Kamus Bahasa Inggris,

akan kita jumpai istilah compare, comparability, comparable, comparative dan

comparison. Kata compare, artinya “bandingan” atau “tara”; comparability

mengandung arti “sifat bisa diperhatikan/disamakan”; comparable berarti

“sebanding”, atau: “dapat dibandingkan/disamakan”; comparative artinya “yang

bertalian dengan perbandingan”; sedangkan comparison berarti “perbandingan”

atau “pembandingan”. Demikianlah seperti dikemukakan oleh John M. Echols

dan Hassan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia dalam buku Anas Sudijono

(2014:273).

Metode dengan menggunakan analisis komparatif merupakan analisis

ataupun penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan

tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap

orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga

dilaksanakan dengan maksud untuk membandingkan kesamaan pandangan dan

perubahan pandangan orang, grup atau negara terhadap kasus, terhadap peristiwa,

atau terhadap ide.

Metode analisis yang digunakan dalam pembahasan ini adalah analisis

deskriptif komparatif, yaitu dengan memaparkan sistem penerimaan dan

pengeluaran kas yang diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng. Maka

persamaan antara sistem penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan telah

sesuai dengan analisis komparatif yaitu terletak pada prosedur kerja yang

dilakukan terhadap suatu kasus.


BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Jauh sebelum berdirinya pengadilan agama bantaeng yang diakui secara resmi

oleh pemerintah, masyarakat bantaeng mayoritas beragama islam. Jika harus

menyelesaikan berbagai persoalan hokum, baik perdata maupun pidana biasanya

diselaikan melalui ulama setempat.

Masyarakat islam bantaeng, memang terbilang masyarakat yang agamis. Taat

dan patuh menjalankan agama yang dianutnya, serta sangat menjunjung tinggi dan

menghargai eksistensi para ulama sebagai tokoh masyarakat kharismatik. Oleh

karena itu, ulama memegang peran penting. Ditengah-tengah masyarakat,

sehingga setiap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat ditanyakan dan diajukan

oleh ulama untuk penyelasaiannya. Dan apapun yang diputuskan oleh ulama pasti

menjadi pedoman bagi mereka. Kondisi dan alur penyelesaian setiap persoalan

yang diperhadapkan kepada ulama, tidaklah seformal dengan saat ini, ketika itu

para ulama yang difungssikan sebagai gadhi (hakim), biasanya menjadikan

serambi mesjid sebagai tempat untuk menyelesaikan persoalan masyarakat,

bahkan kadang-kadang mereka melayani masyarakat dirumah mereka sendiri.

Keadaan dan tata cara menyelesaikan persoalan masyarakat islam seperti ini terus

berlanjut, hingga akhirnya setelah Indonesia merdeka, pemerintah republik

Indonesia menyadari betapa masyarakat muslim sangat membutuhkan lembaga

peradilan yang resmi, maka dikeluarkan peraturan pemerintah nomor 45 tahun

1957 sebagai dasar hokum berdirinya pengadilan agama/mahkamah syariah diluar

29
30

Jawa dan Madura, melalui peraturan pemerintah inilah, pengadilan agama

bantaeng merupakan salah satu dari sejumlah pengadilan agama yang secara resmi

dinyatakan berdiri.

Pengadilan agama bantaeng, sejak secara resmi berdiri hingga saat ini telah

dipimpin oleh 11 (sebelas) orang ketua dan seorang pelaksana tugas. Terdiri dari:

1. KH. Abd. Djabbar (1962-1978);

2. Hj. Sitti Hasan (1978-1979);

3. KH. Zainul Abidin (1979-1982)

4. Drs. M. Thahir Hasan (1983-1991)

5. Drs. Umar Najamuddin (1991-1993) Pelaksana Tugas

6. Drs. Tahir.R (1993-1998)

7. Drs. Syarkawi (1998-2005)

8. Drs. H.M Nahiruddin Malle,S.H., MH. (2005-2006)

9. Drs. Sanusi Rabang, S.H., M.H. (2006-2009)

10. Drs. Hasbi Kawu, MH. (2009 - 2013)

11. H. Muh. Ramli HT, S.H. M.H. (2013 - 2014)

12. Drs. Hasbi,M.H. (2015 – Sekarang)

Pertama berdirinya Pengadilan Agama Bantaeng di Bissampole,

Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng yang pada waktu itu yang menjadi

ketuanya adalah KH. Abd. Djabbar pada tahun (1962-1978) bangunannya masih

berbentuk rumah panggung, selanjutnya kantor Pengadilan Agama Banteang

berpindah tempat di Jalan Merpati Baru yang pada waktu itu di ketuai oleh Hj.

Sitti Hasan pada tahun (1978-1979) kemudian setelah itu pindah lagi berkantor
31

disebuah Balai Sidang yang terletak di Jalan Andi Mannappiang Nomor 1

Bantaeng. Sebuah bagunan kecil yang dibiayai oelh Departemen Agama sebagai

Departemen Induk yang membawahi Pengadilan Agama, Kini dengan system satu

atap semua lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung Republik Indonesia,

maka sejak tanggal 25 Maret 2010 Pengadilan Agama Bantaeng secara resmi

menempati sebuah kantor yang bagus dengan luas yang memadai setelah kantor

tersebut diresmikan secara simbolis dengan sejumlah Kantor Pengadilan dari

empat lingkungan peradilan yang pembangunannya selesai diakhir tahun 2009.

Peresmian yang dilakukan langsung oleh Ketua Mahkamah Agung Republik

Indonesia pada waktu itu DR. Harifin A.Tumpa, SH di Pontianak, Kalimantan

Barat. Kantor tersebut tetap beralamat di Jalan Andi Mannappiang Nomor 1

Bantaeng sampai sekarang.

Peradilan Agama adalah pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat

pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yakni

hukum keluarga Islam, sebagaimana ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 yang telah diubah dan disempurnakan dengan Undang-undang nomor

50 tahun 2009, bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu pelaku kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-

perkara perdata.
32

B. Visi dan Misi Organisasi

VISI

KANTOR PENGADILAN AGAMA BANTAENG

Pengadilan Agama Bantaeng sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman

di Indonesia, pro aktif melakukan pembenahan-pembenahan dalam upaya

melaksanakan tugas-tugas pelayanan masyarakat pencari keadilan secara

profesional dan bertanggungjawab yang bertumpu pada visi yakni :

“Terwujudnya Pengadilan Agama Bantaeng yang mandiri, bermartabat,

profesional, dan mendapat kepercayaan publik.

MISI

KANTOR PENGADILAN AGAMA BANTAENG

1. Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

2. Meningkatkan sumber daya aparatur peradilan.

3. Meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif.

4. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum Masyarakat.

5. Meningkatkan kualitas adminitrasi umum dan administrasi managemen

peradilan.

6. Meningkatkan sarana dan prasarana hukum.

C. Struktur Organisasi Kantor Pengadilan Agama Bantaeng Kelas II

Susunan organisasi Pengadilan Agama Bantaeng, sesuai dengan Surat Edaran

Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 1996 tentang Bagan Susunan Pengadilan

Agama, Pengadilan Agama Bantaeng termasuk Pengadilan Kelas II.


33

Sehubungan dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan Susunan

organisasi Pengadilan Agama Bantaeng terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Hakim,

Panitera, Sekretaris, Wakil Panitera, Panitera Muda, Panitera Pengganti,

Jurusita/Jurusita Pengganti, Kepala Sub Bagian Perencanaan Teknologi Informasi

dan Pelaporan, Kasubag Umum dan Keuangan, Kasubag Kepegawaian Organisasi

dan Tata Laksana, untuk lebih terperinci/detail dapat dilihat pada Struktur

Organisasi Pengadilan Agama Bantaeng sebagai berikut:

Gambar 1.4
Struktur Organisasi Kantor Pengadilan Agama Bantaeng Kelas II
Sumber: Kantor Pengadilan Agama Bantaeng
34

D. Job Description Pengadilan Agama Bantaeng

Tugas pokok Pengadilan Agama sebagai salah satu Badan Pelaksana

Kekuasaan Kehakiman adalah: menerima, memeriksa, mungadili serta

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.

Dari setiap jabatan sebagaimana termuat dalam struktur organisasi tersebut di

atas masing-masing mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan jabatan

yang didudukinya sebagai berikut:

1. Ketua :

a. Memimpin dan bertanggung jawab terhadap jalannya pelaksanaan tugas

baik ke dalam maupun ke luar.

b. Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab agar setiap unit kerja

berjalan secara efektif dan efisien.

c. Mengatur pembagian tugas para Hakim dan Pengawas Bidang.

d. Memberikan bimbingan dan petunjuk terhadap pelaksanaan tugas.

e. Membagikan semua berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan

dengan perkara yang diajukan untuk diselesaikan.

f. Memimpin sidang terhadap perkara-perkara yang ditentukan untuk

diselesaikan.

g. Melakukan pengawasan terhadap kesempurnaan pelaksanaan putusan

atau penetapan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

h. Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku

Hakim, Panitera/Sekretaris, dan Jurusita.


35

i. Mengadakan Rapat Berkala baik dengan Pejabat Struktural, Fungsional

ataupun karyawan lainnya.

j. Melaksanakan tugas-tugas Majelis Hakim selaku Ketua Majelis.

2. Wakil Ketua :

a. Bersama Pejabat Struktural membuat Program Kerja setiap awal tahun.

b. Melaksanakan tugas Ketua apabila Ketua melaksanakan tugas luar atau

berhalangan.

c. Mengawasi pelaksanaan tugas Hakim Pengawas Bidang yaitu Hakim

Pengawas Bidang Gugatan, Permohonan, Administrasi Kepaniteraan dan

Bidang Umum.

d. Memimpin sidang serta menyelesaikan perkara yang diserahkan

kepadanya.

e. Membuat Penetapan Hari Sidang (PHS) terhadap perkara yang

diserahkan kepadanya selaku Ketua Majelis.

f. Membuat konsep Putusan/Penetapan terhadap perkara yang

ditanganinya.

g. Bertanggung jawab terhadap berkas perkara yang diserahkan kepadanya

sampai dengan Minutasi.

h. Bertanggung jawab atas pembuatan dan kebenaran Berita Acara

Persidangan (BAP) dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya.

i. Mengatur pelaksanaan kegiatan Olah Raga.

j. Mengontrol pelaksanaan tugas Kepaniteraan dan Kesekretariatan.


36

3. Hakim :

a. Membuat Penetapan Hari Sidang (PHS) terhadap perkara yang

diserahkan kepadanya selaku Ketua Majelis.

b. Memimpin sidang serta menyelesaikan perkara yang diserahkan

kepadanya.

c. Memantau perkara-perkara tundaan yang menjadi wewenang untuk

diproses lebih lanjut dengan dibantu Panitera Pengganti.

d. Membuat agenda persidangan (Court Calender).

e. Membuat konsep Putusan/Penetapan terhadap perkara yang

ditanganinya.

f. Menandatangani Putusan/Penetapan yang telah diucapkan dalam

persidangan.

g. Bertanggung jawab terhadap berkas perkara yang diserahkan kepadanya

sampai dengan Minutasi.

h. Bertanggung jawab atas pembuatan dan kebenaran Berita Acara

Persidangan (BAP) dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya.

i. Membantu membuat Gugatan/Permohonan lisan bagi pencari keadilan

yang tidak bisa baca tulis.

j. Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala Kepustakaan Hakim

yang diterima dari Pengadilan Tinggi Agama dan Mahkamah Agung.

k. Selaku Hakim Pengawas Bidang, mengadakan pengawasan dan evaluasi

terhadap bidang yang ditentukan dan melaporkan hasilnya secara berkala

kepada Wakil Ketua.


37

4. Panitera/Sekretaris :

a. Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan administrasi Kepaniteraan

dan Kesekretariatan.

b. Mengatur tugas Wakil Panitera, Wakil Sekretaris, Panitera Muda,

Kepala Urusan, Panitera Pengganti dan Jurusita Pengganti.

c. Melaksanakan Putusan/Penetapan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap.

d. Membuat daftar perkara yang diterima di Kepaniteraan.

e. Bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, Penetapan, Putusan,

Akta, buku daftar perkara, biaya perkara, titipan pihak ketiga, surat-surat

berharga, barang bukti dan surat-surat lain yang disimpan di

Kepaniteraan.

f. Mengadakan pengawasan dan koordinasi terhadap Kepaniteraan dan

Kesekretariatan.

g. Membuat dan menanda tangani salinan Putusan/Penetapan dan Akta

Cerai.

h. Menunjuk Panitera Pengganti yang mendampingi Majelis Hakim dalam

persidangan.

i. Menyampaikan salinan Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap tanpa materai selambat-lambatnya tujuh hari kerja kepada

KUA/PPN yang wilayahnya meliputi tempat pernikahan dilangsungkan

serta tempat kediaman Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon.


38

j. Memonitor langsung pelaksanaan administrasi perkara dan administrasi

umum serta pelaporannya.

k. Memberi bimbingan, petunjuk dan pengarahan terhadap bawahan.

l. Melaksanakan, melaporkan dan mempertanggung jawabkan eksekusi

yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan.

m. Membuat Akta : Permohonan Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali.

n. Memberitahukan adanya permohonan Banding, Kasasi dan Peninjauan

Kembali.

o. Menyampaikan Memori/Kontra Memori Banding dan Kasasi kepada

pihak lawan.

p. Memberitahukan untuk membaca/memeriksa berkas perkara (Inzage).

q. Memberitahukan Putusan Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali.

r. Memberitahukan Pencabutan permohonan Banding, Kasasi dan

Peninjauan Kembali.

s. Membuat tanda Penerimaan Memori/Kontra Memori Banding dan

Kasasi.

t. Menyampaikan salinan putusan Banding, Kasasi dan Peninjauan

Kembali baik kepada Pemohon maupun Termohon.

u. Mengirimkan berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi dan

Peninjauan Kembali tepat pada waktunya.

v. Selaku Atasan Langsung Bendaharawan Penerima DIPA bersama Tim

Pengelola, menyusun RKA-KL dan rencana kerja tahunan.

w. Mengawasi pelaksanaan realisasi keuangan pada Bendaharawan.


39

x. Membuat dan menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

5. Wakil Panitera :

a. Bertanggung jawab atas terlaksananya tugas Kepaniteraan/Administrasi

Perkara dan mengkoordinir serta melakukan pengawasan terhadap

Panitera Muda Gugatan, Permohonan dan Hukum.

b. Menyiapkan segala sesuatu keperluan sidang dan bertanggung jawab

terhadap kelancaran sidang.

c. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan perkara, baik mengenai

persidangan, pengawasan arsip, agenda sidang maupun yang

berhubungan dengan perkara.

d. Menghimpun/menyusun data-data perkara untuk laporan, baik laporan

bulanan, triwulan, semester dan tahunan.

e. Melaksanakan tugas Panitera apabila Panitera berhalangan.

f. Menyiapkan berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi dan

Peninjauan Kembali.

g. Menyerahkan arsip berkas perkara kepada Panitera Muda Hukum.

h. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

6. Panitera Muda Permohonan :

a. Melaksanakan administrasi perkara Permohonan, menyiapkan

persidangan perkara Permohonan, menyimpan berkas perkara yang

masih berjalan.
40

b. Mencatat setiap perkara Permohonan ke dalam buku Register

Permohonan disertai catatan singkat tentang isinya dan memeriksa

kelengkapan persyaratannya.

c. Menyerahkan salinan Penetapan perkara Permohonan kepada Pelaksana

Meja III.

d. Menyiapkan perkara Permohonan yang dimohon Kasasi dan Peninjauan

Kembali.

e. Menyerahkan Arsip berkas perkara Permohonan kepada Panitera Muda

Hukum.

f. Membantu tugas Panitera yang berhubungan dengan perkara

Permohonan.

g. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

7. Panitera Muda Gugatan :

a. Melaksanakan administrasi perkara Gugatan, mempersiapkan

persidangan perkara Gugatan, menyimpan berkas perkara yang masih

berjalan dan urusan lain yang berhubungan dengan masalah perkara

Gugatan.

b. Mencatat setiap perkara Gugatan ke dalam buku Register Gugatan

disertai catatan singkat tentang isinya dan memeriksa kelengkapan

persyaratannya.

c. Menyerahkan salinan Putusan perkara Gugatan kepada Pelaksana Meja

III.
41

d. Menyiapkan berkas perkara Gugatan yang dimohon Banding, Kasasi dan

Peninjauan Kembali.

e. Menyerahkan arsip berkas perkara Gugatan kepada Panitera Muda

Hukum.

f. Membantu tugas Panitera yang berhubungan dengan perkara Gugatan.

g. Melaksanakan tugas pada Meja I, yaitu menerima Gugatan,

Permohonan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali.

h. Menyiapkan berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi dan

Peninjauan Kembali.

i. Memberi nomor register pada setiap perkara yang diterima di

Kepaniteraan.

j. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

8. Panitera Muda Hukum :

a. Mengumpulkan, mengolah dan mengkaji data, menyajikan statistic

perkara, menyusun laporan perkara, menyimpan arsip berkas perkara

yang diserahkan Panitera Muda Permohonan dan Panitera Muda

Gugatan.

b. Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan dan pengirimannya

tepat pada waktunya, baik laporan perkara bulanan, triwulan, semester

dan tahunan.

c. Menyerahkan salinan Putusan/Penetapan dan Akta Cerai kepada para

pihak.

d. Menjahit berkas perkara yang telah selesai diminutasi.


42

e. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

9. Kepala Urusan Umum :

a. Bertanggung jawab atas terlaksananya Administrasi Umum.

b. Bertanggung jawab terhadap surat-surat masuk dan keluar serta

mendistribusikannya kepada setiap sub yang bersangkutan.

c. Memelihara arsip surat masuk dan keluar.

d. Menghimpun peraturan-peraturan, surat edaran dan buku-buku.

e. Membuat perencanaan pengadaan barang-barang inventaris kantor dan

ATK sesuai dengan anggaran yang tersedia dalam DIPA setiap awal

tahun anggaran.

f. Menyiapkan blangko-blangko dan formulir-formulir sesuai kebutuhan.

g. Membuat perencanaan tentang pengelolaan perpustakaan secara teratur.

h. Membuat Kartu/Daftar Inventaris Ruangan (DIR) dan kode inventaris

kantor sesuai ketentuan yang berlaku.

i. Membuat kartu inventaris barang-barang kekayaan negara dan menjaga

pemeliharaannya serta membuat laporan pada setiap kwartal sesuai

dengan ketentuan pelaporannya.

j. Memelihara kebersihan dan kerapian kantor dan lingkungannya.

k. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

10. Kepala Urusan Kepegawaian :

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi kepegawaian.

b. Menyiapkan usulan Kenaikan Pangkat, Gaji Berkala, Kartu Tik, DP.3,

Bezetting Formasi, DUK, Pensiun dan Cuti pegawai.


43

c. Meregister serta menyimpan surat-surat yang berkaitan dengan

Kepegawaian.

d. Menyimpan semua peraturan yang berhubungan dengan masalah

kepegawaian untuk dipedomani.

e. Membuat laporan kepegawaian dan mengirimkannya sesuai keperluan.

f. Membuat dan bertanggung jawab terhadap pengisian absen datang dan

pulang kantor serta membuat rekapnya setiap akhir bulan.

g. Membuat arsip dan file kepegawaian.

h. Mengurus kelengkapan Kartu Pegawai, Taspen, Karis, Karsu dan lain-

lain.

i. Membuat laporan model A.1 s/d A.7, KP.4, SPPD, SPMT dan SPMJ.

j. Membuat Berita Acara Sumpah Pegawai Negeri Sipil, Sumpah Jabatan,

dan Surat Pernyataan Pelantikan serta Serah Terima Jabatan.

k. Membuat SKPP bagi pegawai yang mutasi.

l. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

11. Kepala Urusan Keuangan :

a. Bertanggung jawab terhadap surat menyurat dan administrasi keuangan.

b. Membuat perencanaan keuangan, terutama membuat RKA-KL.

c. Melakukan pengelolaan keuangan yang berhubungan dengan keuangan

negara, gaji dan tunjangan pegawai.

d. Menyiapkan dan mengirimkan laporan keuangan, baik bulanan, kwartal,

semester atau tahunan.


44

e. Membantu tugas pokok kesekretariatan yang berhubungan dengan

keuangan.

f. Menyusun rencana anggaran sesuai dengan dana yang tersedia Dalam

DIPA.

g. Menyimpan dokumen keuangan denganEtertib dan aman.

h. Melakukan pembayaran yang sudah disetujui Atasan Langsung

Bendaharawan dan diketahui Ketua Tim Pengelola DIPA.

i. Menyetorkan potongan pajak ke Kas Negara sesuai ketentuan yang

berlaku.

j. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

12. Panitera Pengganti :

a. Membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya persidangan.

b. Membantu Hakim dalam hal:

- Mambuat Penetapan Hari Sidang (PHS).

- Membantu pengetikan Penetapan Sita Jaminan.

- Membuat Berita Acara Persidangan (BAP) yang harus selesai

sebelum siding berikutnya dan mengetiknya dengan rapi.

c. Melaporkan kepada petugas Meja II setelah mengikuti sidang untuk

dicatat dalam Register Perkara, mengenai:

- Penundaan hari sidang.

- Perkara yang diputus, berikut amar putusannya.

d. Menyerahkan berkas perkara kepada Panitera Muda Hukum setelah

selesai diminutasi.
45

e. Melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh atasan.

Adaun nama-nama yang bekerja di Kantor Pengadilan Agama Bantaeng sebagai

berikut:

Ketua : Drs. Hasbi, M.H.

Wakil Ketua : Drs. Rahmat

Panitera : M. Arfah, S.H.

Wakil Panitera : Dra. Hj. Nawiyah

Sekretaris : Drs. Mahmud

Panitera Muda Gugatan : H. Erwin Amir Betha, SH.

Panitera Muda Permohonan : Dra. Hj. Sitti Nuraeni

Panitera Muda Hukum : Andi Suardi, S.Ag

Kasubag Perencana, TI, dan Pelaporan : Ansor

Kasubag Kepegawaian, Organisasi

Dan Tata Laksana : Haripuddin, S.H.

Kasubag Umum dan Keuangan : Mulyani, S.E.

Pejabat Fungsional Hakim :

1. Muh. Arief Ridha, SH.,MH.

2. Ruslan Saleh, S.Ag.

3. Musrifa, S.H.I

4. Muh.AminT,S.Ag.S.H.

Pejabat Fungsional Panitera Pengganti : Bungatang, S.HI.

Pejabat Jurusita : Muslimin, SH


46

Staf Kepaniteraan : Saufa Jamila, SH.

Petugas IT : Dadang Soenandar, A.Md

Tenaga Satpam yang masuk anggaran DIPA sebanyak 3 (tiga) orang :

1. Aiman.

2. Basir.

3. Aksaro Tunru.

Tenaga Pramu Bhakti/Sopir yang masuk anggaran DIPA sebanyak 5

(lima) orang:

1. Rakhmatullah. S.Pd.I

2. M. Amir.

3. Armiyanti Amir.

4. Kamal, S.H.

5. Ulfiani, S.Pd.I
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

tepatnya di jalan Andi Mannappiang, dimana Pengadilan Agama Bantaeng diakui

secara resmi oleh pemerintah, masyarakat Bantaeng mayoritas beragama islam

jauh sebelum berdirinya Pengadilan Agama Bantaeng. Jika harus menyelesaikan

berbagai persoalan hukum, baik perdata maupun pidana biasanya diselaikan

melalui ulama setempat.

Keadaan dan tata cara menyelesaikan persoalan masyarakat islam seperti

ini terus berlanjut, hingga akhirnya setelah Indonesia merdeka, pemerintah

republik Indonesia menyadari betapa masyarakat muslim sangat membutuhkan

lembaga peradilan yang resmi, maka dikeluarkan peraturan pemerintah nomor 45

tahun 1957 sebagai dasar hokum berdirinya pengadilan agama/mahkamah syariah

diluar Jawa dan Madura, melalui peraturan pemerintah inilah, pengadilan agama

bantaeng merupakan salah satu dari sejumlah pengadilan agama yang secara resmi

dinyatakan berdiri. Pengadilan agama bantaeng, sejak secara resmi berdiri hingga

saat ini telah dipimpin oleh 11 (sebelas) orang ketua dan seorang pelaksana tugas.

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai tanggal 11 April 2016. Yang

penulis lakukan adalah mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan

proses menerima, memeriksa, mungadili serta menyelesaikan setiap perkara yang

diajukan kepadanya secara lengkap yang terjadi di lingkungan Kantor Pengadilan

Agama Bantaeng.

4747
48

1. Penerimaan Kas Pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Penerimaan kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng berasal dari

adanya suatu kasus baik itu dari adanya perceraian, pembatalan perkawinan,

penetapan ahli waris, serta dari pendapatan lain-lain. Dalam melakukan suatu

transaksi/pembayaran kepada pihak kantor, proses pembayaran yang dilakukan

ada secara tunai dan secara cek (bank).

Adapun penerimaan kas dari penghasilan lain-lain berupa Panjar Biaya

Perkara pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng diuraikan sebagai berikut:

a. Panjar Biaya Perkara Tingkat Pertama

Biaya yang berua biaya pendaftaran, biaya administrasi, panggilan

penggugat, panggilan tergugat, redaksi serta biaya materai. Apabila

sisa dari panjar tersebut lebih maka akan dikembalikan, dan jika sisa

panjar tidak diambil dari 6 (enam) bulan, maka akan disetor kekas

Negara.

b. Panjar Biaya Permohonan Banding

Panjar biaya permohonan banding ini dimana berupa biaya

permohonan banding pada pengadilan agama dan biaya administrasi

penyelesaian perkara di tingkat banding.

c. Panjar Biaya Permohonan Kasasi

Pada panjar biaya permohonan kasasi ini ada biaya permohonan kasasi

pada pengadilan agama dan biaya administrasi penyelesaian perkara di

tingkat kasasi.
49

d. Panjar Biaya Permohonan Peninjauan Kembali

Pada panjar biaya permohonan peninjauan kembali ini berupa biaya

permohonan kembali pada pengadilan agama serta adanya biaya

administrasi penyelesaian perkara peninjauan kembali.

e. Panjar Pemeriksaan Setempat

Pada panjar pemeriksaan setempat ini berupa panjar yang dilakukan

ketika melakukan pemberitahuan pelaksanaan kepada pemohon,

kepada penggugat, tergugat, kepada petugas desa serta adanya biaya

transportasi.

f. Panjar Biaya Peletakan/Pengangkatan Sita Jaminan

Biaya peletakan/pengangkatan sita jaminan ini berupa pencatatan sita,

juru sita, saksi, transportasi, serta biaya-biaya lain-lain.

g. Panjar Biaya Sita Eksekusi

Pada biaya sita eksekusi ini berupa pencatatan sita, juru sita,

transportasi, serta biaya lain-lain.

h. Panjar Biaya Eksekusi

Pada biaya eksekusi ini berupa biaya yang dikenakan ketika

melakukan pemberitahuan pelaksanaan eksekusi kepada pemohon,

tergugat, kepala desa/lurah, dan kepolisian, adanya transportasi, serta

biaya-biaya lain.

i. Panjar Biaya Lelang

Pada biaya lelang ini penerimaan kasnya disesuaikan dengan peraturan

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang di daerah setempat.


50

1) Fungsi yang Terkait

Berikut fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari

adanya suatu kasus baik itu dari adanya perceraian, pembatalan perkawinan, serta

penetapan ahli waris pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng, sebagai berikut:

a. Fungsi Perkara

Dalam transaksi penerimaan kas itu melalui bagian perkara, fungsi ini

bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, penetapan,

putusan, akta, buku daftar perkara, biaya perkara, titipan pihak ketiga,

surat-surat berharga, barang bukti dan surat-surat lain yang disimpan di

Kepaniteraan, mencatat seluruh transaksi penerimaan kas serta

menghimpun/menyusun data-data perkara untuk laporan, baik laporan

bulanan, triwulan, semester dan tahunan.

b. Fungsi Umum

Pada fungsi ini bertanggung jawab atas terlaksananya administrasi

umum serta terhadap surat-surat masuk dan keluar serta

mendistribusikannya kepada setiap sub yang bersangkutan.

2) Dokumen yang Digunakan

a. Rekapitulasi Perkara

Dokumen ini digunakan untuk mencatat seluruh jenis perkara yang

terjadi.
51

b. Bukti Kwitansi

Dokumen ini digunakan sebagai bukti kwitansi yang telah dihitung

oleh bagian perkara dibuat rangkap 3 (tiga) yang diserahkan kepada

pemohon, bagian perkara, serta diarsipkan.

c. Bukti Setor Bank

Dokumen ini dibuat oleh bagian kas sebagai bukti penyetoran kas ke

bank.

d. Laporan Bulanan Penerimaan Kas dari Bagian Perkara

Laporan ini dibuat oleh Bagian Perkara. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui berapa jumlah penerimaan kas dari klien.

3) Catatan Akuntansi yang Digunakan

a. Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas yang digunakan oleh Bagian Perkara untuk

mencatat transaksi penerimaan kas yang telah dibuat sebelumnya.

b. Jurnal Umum

Dalam setiap transaksi yang terjadi, Bagian Perkara membuat

jurnal, terutama jurnal umum. Hal ini digunakan oleh Bagian Perkara

untuk mencatat seluruh jenis perkara yang terjadi di Kantor Pengadilan

Agama Bantaeng sampai menghasilkan sebuah laporan penerimaan kas

yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi laporan tersebut.


52

4) Prosedur yang Membentuk Sistem Perkara di Pengadilan Agama

a. Prosedur Penyelesaian Perkara Cerai Talak, Gugat serta Gugatan Lain

Pada prosedur ini pemohon mendaftarkan permohonan cerai ke

Pengadilan Agama serta membayar biaya perkara yang dibebankan kepada

pemohon.

b. Prosedur Penyelesaian Perkara Banding

Pada proses ini pemohon melakukan permohonan banding yang

harus disampaikan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama

serta adanya pembayaran yang dikenakan untuk membayar biaya perkara

banding.

c. Prosedur Penyelesaian Perkara Kasasi

Pada proses ini pemohon mengajukan permohonan kasasi secara

tertulisa atau lisan melalui Pengadilan Agama kemudian membayar biaya

perkara kasasi.

d. Prosedur Penyelesaian Peninjauan Kembali

Pada prosedur ini pemohon mengajukan permohonan peninjauan

kembali kepada Mahkamah Agung secara tertulis atau lisan melalui

Pengadilan Agama serta membayar biaya perkara peninjauan kembali.

5) Siklus Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Siklus penerimaan kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng, sebagai

berikut:
53

Pemohon Pengadilan Agama

Bagian Perkara:
- Membayar
- Penyetoran uang tunai
- Pencatatan

Laporan Penerimaan Kas

Gambar 1.5

Siklus Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

6) Bagan Alur Dokumen Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan

Agama Bantaeng

Bagan alir Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng, sebagai

berikut:
54

Pemohon Bagian Perkara

Mulai Data Pembayaran

Melakukan
Pembayaran Pencatatan

3 membuat laporan
Data Pembayaran 2 penerimaan kas
1

Selesai
1 1

Gambar 1.6

Bagan Alir Dokumen Penerimaan Kas pada Kantor Pengadilan Agama

Bantaeng

2. Pengeluaran Kas Pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Dalam pengeluaran kas terdapat dua sistem yaitu sistem akuntansi

pengeluaran kas dengan cek dan sistem pengeluaran kas melalui dana kas kecil.

Kantor Pengadilan Agama Bantaeng alur pengeluaran kas dengan menggunakan

cek:

a. Kwitansi/nota pembelian di kumpul dibuatnya pengeluaran atau

permintaan.

b. Di setujui oleh Bagian Keuangan .


55

c. Di acc oleh pejabat pengadaan

d. Acc pejabat pembuat komitmen setelah itu dibuatkan cek.

e. Setelah acc cek kemudian di cairkan oleh rekan atau pihak yang

mengajukan permintaan belanja.

Sistem pengeluaran kas Kantor Pengadilan Agama Bantaeng melalui

prosedur dengan menggunakan dana kas kecil setelah cek di cairkan yaitu dengan

sistem imprest. Sistem pengeluaran kas dengan metode dana kas kecil merupakan

pengeluaran kas dengan uang tunai. Biasanya pengeluaran dana kas kecil

digunakan perusahaan untuk pembiayaan yang relative kecil yang tidak

memungkinkan dilakukan dengan sistem pengeluaran kas dengan menggunakan

cek. Yang terjadi di Kantor Pengadilan Agama Bantaeng, pengeluaran kas

dilakukan dengan menggunakan dana kas kecil dengan sistem imrest.

Adapun penyelenggaraan dana kas kecil dilakukan dengan cara, sebagai

berikut:

a. Pembentukan dana kas kecil dilakukan dan dicatat dengan mendebet

rekening dana kas kecil.

b. Pengeluaran kas kecil tidak dilakukan dengan jurnal sehingga tidak

mengkredit rekening dana kas kecil. Bukti-bukti ini dikumulkan dalam

arsi dan diserahkan kepada pemegang dana kas kecil.

c. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sejumlah rupiah yang

tercantum dalam kumulan bukti.


56

1) Dokumen yang Digunakan

a. Bukti Kas Keluar

Dokumen ini sebagai perintah pengeluaran kas dari bagian

keuangan kepada bagian perkara sebesar yang tercantum dalam dokumen

tersebut.

b. Permintaan Pengeluaran Dana Kas Kecil

Dokumen ni digunakan oleh masing-masing bagian yang

memegang dana kas kecil untuk meminta uang ke bagian Keuangan untuk

mengisi saldo dana kas kecil.

c. Bukti Pengeluaran Dana Kas Kecil

Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk

mempertanggung-jawabkan pemakaian dana kas kecil yang dikeluarkan

oleh pemegang dana kas kecil.

d. Permintaan Kembali Kas Kecil

Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta

bagian utang agar dibuatkan bukti kas keluar guna pengisian kembali dana

kas kecil.

2) Catatan Akuntansi yang Digunakan

Jurnal pengeluaran kas catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat

pengeluaran kas dalam pembentukan dana kas kecil dan pengisian kembali dana

kas kecil.
57

3) Bagian yang Terkait

a. Bagian Perkara

Bagian perkara bertanggung jawab atas biaya perkara, barang bukti

dan surat-surat lain yang disimpan di Kepaniteraan, mencatat seluruh

transaksi pengeluaran kas kecil serta menghimpun/menyusun data-data

perkara untuk laporan, baik laporan bulanan, triwulan, semester dan

tahunan.

b. Bagian Umum

Bagian umum melakukan pencatatan pengeluaran kas kecil yang

menyangkut biaya-biaya pengeluaran dana kas kecil serta melakukan

pencatatan dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran dana kas kecil.

c. Pemegang Dana Kas Kecil

Bagian ini bertanggung jawab atas penyimpanan dana kas kecil

dan pengeluaran dana kas kecil sesui otoritas dari pejabat tertentu yang

ditunjuk dan permintaan pengisian kembali dana kas kecil.

d. Bagian Pemeriksaan Intern

Fungsi ini bertanggung jawab atas perhitungan dana kas kecil

secara periodik dan pencocokan hasil perhitungan dengan catatan kas.

Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi

dilakukan secara terpisah. Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidal boleh

ditangani oleh satu fungsi atau satu orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi

pemegang uang dan pencatat uang serta pengotorisasi. Harus dilakukan

pemisahan tugas secara tegas dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi yang jelas
58

dalam rangka menghindari terjadinya kolusi, kecurangan dan korupsi. Fungsi kas

pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran

sedangkan fungsi akuntansinya melibatkan Kuasa Pengguna Anggaran dan

Pejabat Pembuat Komitmen sebagai penanggungjawab pengeluaran anggaran,

Penandatangan dan Penerbit SPM dan Penguji Tagihan sebagai verifikator

pengeluaran anggaran serta Tim Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

sebagai penatausahaan dan pelaporan pengeluaran anggaran.

B. Pembahasan

1. Penerimaan Kas Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Menilai seberapa besar kesesuaian antara prosedur penerimaan kas yang

diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dengan konsep sistem

akuntansi menurut teori yang digunakan dalam penelitian ini, maka sistem

akuntansi yang diterapkan akan dibandingkan dengan beberapa indikator yang

merupakan elemen-elemen sistem penerimaan kas. Berikut evaluasi sistem

penerimaan kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dengan indikator

sistem pengeluaran kas.

Pada prinsipnya, sistem dan prosedur penerimaan perkara Pengadilan

Agama Bantaeng ditentukan dengan model unit, yang disebut meja (1) satu,

meja (2) dua, dan meja (3) tiga yang masing-masing unit mempunyai tugas dan

tanggung jawab sendiri-sendiri tetapi berkaitan satu dengan yang lain.

Pelaksanaan tugas unit-unit ini dilakukan oleh Sub Kepaniteraan Perkara di bawah

pengamatan langsung Wakil Panitera.


59

Meja (1) satu, pada pokoknya meja (1) satu ini bertugas untuk:

a. Menerima gugatan dan permohonan, termasuk permohonan banding,

kasasi, PK, maupun eksekusi, dengan catatan bahwa permohonan

verzet tegen verstek tidak didaftar sebagai perkara baru, tetapi derden

verzet didaftar sebagai perkara baru.

b. Menaksir beaya yang dituangkan dalam SKUM.

c. Menyerahkan surat gugat/ permohonan, permohonan banding, kasasi

PK, maupun eksekusi, yang telah dilengkapi dengan SKUM kepada

yang bersangkutan agar membayar biaya panjar perkara kepada

pemegang Kas.

Pemegang Kas (Kasir) adalah bagian dari meja pertama yang bertugas:

1. Menerima dan membukukan uang panjar biaya perkara yang tercantum

pada SKUM ke dalam jurnal keuangan yang bersangkutan (nomor

jurnal sama dengan nomor perkara).

2. Mengeluarkan dan membukukan/mencatat uang biaya administrasi

dan biaya proses perkara

3. Seminggu sekali pemegang kas harus menyerahkan uang hak-hak

kepaniteraan kepada bendahara penerima untuk disetorkan ke Kas

Negara, yang dicatat pada kolom 13 KI-PA8.

4. Pencatatan masuk keluarnya uang perkara dalam buku induk keuangan

dilakukan oleh Panitera atau staf yang ditunjuk.


60

Meja (2) dua, pada pokoknya meja (2) dua ini bertugas untuk:

a. Mendaftarkan perkara yang masuk ke dalam buku register induk

perkara perdata sesuai dengan nomor perkara yang tercantum pada

SKUM/surat gugatan/permohonan.

b. Pendaftaran perkara baru dapat dilaksanakan setelah panjar biaya

perkara lunas dibayar pada Pemegang Kas.

c. Mengisi kolom-kolom buku register dengan tertib, rapi, teliti dan

cermat, seperti misalnya tentang PHS, penundaan sidang, sebab

penundaan sidang, amar putusan , PBT dsb.

d. Menyerahkan berkas perkara yang diterima yang telah dilengkapi

formulir Penetapan Majelis Hakim (PMH) kepada Wakil Panitera

untuk diteruskan kepada Ketua Pengadilan Agama (KPA).

e. Menyerahkan berkas perkara yang telah ditentukan majelis hakimnya

kepada Ketua Majelis Hakim yang ditunjuk disertai formulir

Penetapan Hari Sidang (PHS).

Meja (3) tiga, secara garis besar bertugas:

a. Menyiapkan dan menyerahkan salinan putusan apabila ada permintaan

dari para pihak.

b. Menerima dan memberikan tanda terima atas: memori/lontramemori

banding, memori/ kontra memori kasasi, jawaban/tanggapan atas

alasan PK.

c. Menyusun /menjahit/ mempersiapkan berkas (tugas pembundelan

berkas).
61

d. Mengatur giliran tugas jurusita pengganti yang ditunjuk oleh Panitera.

Adapun pencatatan perkara yang diterima dilakukan dalam buku register

perkara yang terdiri dari :

a. Register induk perkara gugatan.

b. Register induk perkara permohonan.

c. Register permohonan banding.

d. Register permohonan kasasi.

e. Register permohonan peninjauan kembali (PK).

f. Register surat kuasa khusus.

g. Register penyitaan barang tidak bergerak.

h. Register penyitaan barang bergerak.

i. Register eksekusi.

j. Register akta cerai.

k. Register permohonan pembagian harta peninggalan di luar sengketa.

Laporan tentang keadaan perkara, keuangan perkara, dan kegiatan hakim,

dituangkan dalam bentuk-betuk laoran, sebagai berikut:

a. LI- PA1: Laporan Keadaan Perkara.

b. LI- PA2: Laporan Perkara yang dimohonkan banding.

c. LI- PA3: Laporan Perkara yang dimohonkan kasasi.

d. LI- PA4: Laporan Perkara yang dimohonkan peninjauankembali.

e. LI- PA5: Laporan Perkara yang dimohonkanm eksekusi.

f. LI- PA6: Laporan tentang kegiatan Hakim.

g. LI- PA7: Laporan Keuangan Perkara.


62

h. LI- PA8: Laporan Jenis Perkara.

2. Pengeluaran Kas Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

Menilai seberapa besar kesesuaian antara prosedur pengeluaran kas yang

diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dengan konsep sistem

akuntansi menurut teori yang digunakan dalam penelitian ini, maka sistem

akuntansi yang diterapkan akan dibandingkan dengan beberapa indikator yang

merupakan elemen-elemen sistem pengeluaran kas. Berikut evaluasi sistem

pengeluaran kas pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dengan indikator

sistem pengeluaran kas. Adapun sistem dan prosedur pencatatan, sebagai berikut:

a. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.

Dalam penerapannya, pengeluaran kas dilakukan dengan otorisasi pejabat

yang berwenang. Hal ini sesuai dengan indikator yang digunakan pengeluaran kas

disetujui dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dengan membubuhkan

tanda tangan persetujuan. Untuk pengeluaran uang kas dari bank, otorisasi

dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 Tentang Mekasnisme

Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Kelemahannya pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng otorisasi sepenuhnya

dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan tidak ada pendelegasian

wewenang pada pejabat lain atau Pejabat Pembuat Komitmen, sehingga sewaktu-

waktu KPA tidak berada di tempat seluruh transaksi pengeluaran kas, pembukaan

dan penutupan rekening harus menunggu sampai KPA berada ditempat.


63

b. Pembukaan dan penutupan rekening bank harus mendapat persetujuan dari

pejabat yang berwenang.

Pembukaan dan penutupan rekening bank dilakukan oleh Bendahara

Pengeluaran atas pengetahuan dan persetujuan dari Panitera/Sekretaris selaku

Kuasa Pengguna Anggaran. Hal ini menggambarkan bahwa pelaksanaan kegiatan

pembukaan dan penutupan rekening yang terjadi telah sesuai dengan indikator

yang digunakan. Kelemahannya pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng

otorisasi sepenuhnya dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan tidak ada

pendelegasian wewenang pada pejabat lain oleh karena Kuasa Pengguna

Anggaran juga menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen, dikarenakan tidak

ada pejabat lain yang bersertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa sehingga sewaktu-

waktu KPA tidak berada di tempat seluruh transaksi pengeluaran kas, pembukaan

dan penutupan rekening harus menunggu sampai KPA berada ditempat.

c. Dokumen dan formulir-formulir yang memadai dan dapat menunjukkan

adanya tanggung jawab.

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kas cukup memadai dan

menunjukkan adanya tanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari format dokumen

yang berisi antara lain :

1) Dinyatakan dengan jelas pihak yang melakukan pembayaran dan

menerima pembayaran.

2) Jumlah uang yang dibayarkan dinyatakan dengan huruf dan angka.

3) Bukti pengeluaran disahkan oleh pejabat yang berwenang.

4) Uraian singkat tentang transaksi yang dilakukan.


64

5) Tanggal, bulan dan tahun pembuatan dokumen yang menunjukkan saat

terjadinya transaksi pengeluaran kas.

d. Pengeluaran kas didasarkan atas anggaran kas yang telah ditetapkan dalam

DIPA.

Nota/kwitansi pengeluaran kas diklasifikasikan oleh Bendahara Pengeluaran

dengan melihat mata anggaran yang diklasifikasikan dalam DIPA, kemudian

dibuat SPM sesuai klasifikasi anggaran. Hal ini kemudian diperiksa kembali oleh

KPA dan Pejabat Penguji Tagihan. Setelah penerbitan SPM dari satuan kerja,

verifikasi atas pembebanan anggaran juga dilakukan oleh KPPN sehingga untuk

pembebanan anggaran yang telah melebihi PAGU DIPA tidak akan diterbitkan

SP2D-nya oleh KPPN. Dengan demikian, praktek yang terjadi telah sesuai

indikator yang digunakan.

e. Pencatatan pada buku register atas dokumen-dokumen yang diterima dan

dikeluarkan sebagai alat untuk mengecek dan membandingkan data dalam

buku tersebut dengan data dari catatan lain yang berhubungan.

Pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng memiliki Buku Register

Pengendali Dokumen Pencairan yaitu buku pengendali SPM dan SP2D. Hal ini

telah sesuai dengan indikator yang ada.

f. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (BKU dan buku pembantu

lainnya) harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah mendapat

otorisasi dari pejabat yang berwenang dan dilampiri dengan dokumen

pendukung yang lengkap.


65

Indikator ini telah sesuai dengan praktek yang terjadi dimana semua

pencatatan dan pengeluaran kas pada BKU dan Buku Pembantu Lainnya dicatat

berdasarkan nota/kwitansi yang digunakan untuk pembayaran. Nota/kwitansi

harus dibubuhi tanda tangan KPA sebagai otorisasi pembayaran. Pengarsipan

dokumen-dokumen tersebut dilakukan sekaligus per-SP2D yang terbit sehingga

satu transaksi SP2D terdiri atas dokumen-dokumen pendukung lainnya dalam

pengeluaran anggaran berupa SPM, SPP, Surat Pernyataan, Daftar Uang

Pesediaan, dan BAR untuk transaksi pengajuan UP dan untuk transaksi GUP,

SP2D disertai dengan dokumen-dokumen berupa SPM, SPP, SPTB, BAR dan

nota/kwitansi pengeluaran.

g. Penyusunan rekonsiliasi dengan lembaga terkait, dalam hal ini Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara mengenai pengeluaran anggaran secara

periodik.

Secara periodik, Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran melakukan

rekonsiliasi dengan KPPN terkait dengan kesesuaian pencatatan pendapatan,

belanja dan neraca yang dibuat oleh satuan kerja dengan yang dibuat oleh Kuasa

BUN. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Pusat maka rekonsiliasi tersebut dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

kerja bulan berjalan atas transaksi yang dilakukan bulan sebelumnya. Hal ini

menggambarkan kesesuaian antara praktek yang terjadi dengan indikator yang

ditetapkan.
66

h. Penyusunan Laporan Keuangan, berupa Laporan Realisasi Belanja secara

periodik dan tepat waktu.

Penyusunan laporan keuangan yang dimaksud dilakukan oleh Unit

Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran setiap awal bulan sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Laporan tersebut

dilaporkan kepada Pengguna Anggaran setelah semua data yang direkonsiliasikan

dengan KPPN telah sesuai. Kesesuaian transaksi antara satuan kerja dan KPPN

ditandai dengan ditandatanganinya Berita Acara Rekonsiliasi oleh kedua belah

pihak. Selain itu, Bendahara Pengeluaran juga wajib membuat laporan

pertanggungjawaban secara bulanan atas uang yang dikelolanya. Pada Kantor

Pengadilan Agama Bantaeng Bendahara Pengeluaran membuat laporan

pertanggungjawaban setiap 3 (tiga) bulan dan melakukan pemeriksaan kas setiap

3 (tiga) bulan bersama dengan Kepala Sub Bagian Keuangan selaku pejabat yang

ditunjuk KPA. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan Laporan Keuangan telah

memadai dan sesuai dengan indikator.

Berdasarkan pembahasan tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang diajukan mengenai sistem penerimaan dan pengeluaran kas pada Kantor

Pengadilan Agama Bantaeng dapat diterima karena sistem informasi akuntansi

yang diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng sudah memadai dan

efektif sehingga dapat mengoptimal tingkat penerimaan dan pengeluaran kas serta

membantu Kantor Pengadilan Agama Bantaeng dalam mengelola kas dan

menghindari terjadinya kecurangan dalam penerimaan dan pengeluaran kas.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa : Sistem Penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan

pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng secara umum telah sesuai dengan

konsep sistem penerimaan dan pengeluaran kas serta prosedur berdasarkan sistem

informasi akuntansi.

B. Saran

Sebagai hasil dari pembahasan ini peneliti ingin memberikan sambungan

pikiran berupa saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan

yaitu Kantor Pengadilan Agama Bantaeng meliputi :

1. Kepala Kantor Pengadilan Agama Bantaeng sebaiknya memberikan

pendelegasian wewenang kepada para pejabat lain untuk mengelola transaksi

pengeluaran kas, pencairan anggaran, pembukaan dan penutupan buku agar

proses pengelolaan pengeluaran kas berjalan dengan baik tanpa menunggu

KPA yang dalam hal ini merangkap sebagai PPK jika sewaktu-waktu KPA

tidak berada ditempat.

2. Pemeriksaan kas dan penutupan buku pada Bendahara Pengeluaran dilakukan

setiap 3 (tiga) bulan dianggap kurang efektif dan sebaiknya dilakukan setiap

bulan agar pengawasan pengelolaan anggaran menjadi efektif dan terkontrol.

67
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. 2013.Dasar-dasar EvaluasiPendidikan ( Edisi 2).


Jakarta: BumiAksara.

Diana, Anastasia &LilisSetiawati. 2011. SistemInformasiAkuntans. Yogyakarta:


Andi.

FakultasEkonomidanBisniUniversitasMuhammadiyyah Makassar. 2010.


PedomanPraPenulisanSkripsi.Makassar, (Online), (diaksesJanuari
2016).

Harahap, SofyanSyafri. 2010. AnalisisKritisAtasLaporanKeuangan, PT. Raja


GrafindoPersada, Jakarta.

IkatanAkuntanPublik Indonesia.(2011). StandarProfesionalAkuntanPublik.


Jakarta: Salemba 4.

Mulyadi.2010. SistemAkuntansi. Jakarta: SalembaEmpat.

Sukardi.2012. EvaluasiPendidikan (Prinsip&Operasionalnya).Jakarta: Bumi


Aksara.

Sudijono,Anas.2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiono.2011. MetodePenelitianPendidikan: PendekatanKuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Lampiran I:

Penerimaan Kas Bagian Perkara Pada Pengadilan Agama Bantaeng

No. Uraian Pendapatan Keterangan


I Panjar Biaya Perkara Tingkat
Pertama
1. Pendaftaran Rp. 30.000,- *Biaya
Gugatan/Permohonan panggilan
2. Biaya Administrasi Rp. 50.000,- disesuaikan
3. Panggilan Penggugat/ Pemohon Rp.150.000,- dengan radius
(1X*) dan jumlah
4. Panggilan Tergugat/Termohon Rp.200.000,- pihak-pihak.
(3X*)
5. Redaksi Rp. 5.000,-
6. Materai Rp. 6.000,-
Jumlah Rp.441.000,-
Untuk cerai talak ditambah biaya Rp.100.000,-
panggilan ikrar pemohon dan
termohon
Jumlah Rp.541.000,-
Catatan:
1. Radius I Rp.50.000,-
Radius II Rp.75.000,-
Radius sulit dijangkau Rp.150.000,-
2. Apabila sisa panjar lebih
dikembalikan, jika kurang
ditambah
3. Sisa panjar tidak diambil dari 6
(enam bulan), disetor kekas
negara.
II Panjar Biaya Permohonan
Banding
A Biaya Permohonan Banding
Pada Pengadilan Agama terdiri
dari:
1. Pendaftaran Permohonan Rp. 50.000,-
Banding *Biaya
2. Pemberitahuan adanya Rp. 50.000,- pemberitahuan
permohonan banding* Rp. 50.000,- disesuaikan
3. Pemberitahuan memo banding* Rp. 50.000,- dengan radius
4. Pemberitahuan kontra memori dan jumlah
banding* Rp. 100.000,- pihak-pihak.
5. Pemberitahuan inzage
penggugat/ pemohon dan
tergugat/termohon* Rp. 100.000,-
6. Pemberitahuan isi putusan
banding kepada
tergugat/termohon* Rp. 125.000,-
7. Fotocopy/penjilidan dan
pengiriman berkas permohonan
perkara banding ke Pengadilan
Tinggi Banding Rp. 150.000,- **Dikirim ke
B Biaya Administrai Penyelesaian PTA
perkara di tingkat Banding** Rp. 675.000,-
Jumlah

III Panjar Biaya Permohonan


Kasasi
A Biaya Permohonan Kasasi pada Rp. 50.000,-
Pengadilan Agama terdiri dari: Rp. 50.000,- *Biaya
1. Pendaftaran Permohonan Kasasi pemberitahuan
2. Pemberitahuan adanya Rp. 50.000,- disesuaikan
permohonan kasasi* Rp. 50.000,- dengan radius
3. Pemberitahuan memori kasasi* dan jumlah
4. Pemberitahuan kontra memori Rp. 100.000,- pihak-pihak.
kasasi*
5. Pemberitahuan inzage pemohon Rp. 100.000,-
dan tergugat*
6. Pemberitahuan isi putusan
kasasi kepada pemohon dan Rp. 150.000,-
termohon*
7. Fotocopy/penjilidan dan **Dikirim ke
pengiriman berkas perkara dan MARI
pengiriman biaya kasasi ke Rp. 500.000,-
MARI
B Biaya Administrasi Penyelesaian Rp.1.050.000,-
Perkara di Tingkat Kasasi**
Jumlah
IV Panjar Biaya Permohonan
Peninjauan Kembali
A Biaya Permohonan PK pada Rp. 200.000,- *Biaya
Pengadilan Agama terdiri dari: Rp. 50.000,- pemberitahuan
1. Pendaftaran permohonan PK disesuaikan
2. Pemberitahuan adanya Rp. 50.000,- dengan radius
permohonan PK* dan jumlah
3. Panggilan siding insedentil Rp.50.000,- pihak-pihak.
pemohon PK*
4. Pemberitahuan jawaban PK Rp. 100.000,-
terhadap pemohon PK*
5. Pemberitahuan isi putusan PK
kepada pemohon dan Rp. 150.000,-
termohon*
6. Fotocopy/penjilidan dan
pengiriman berkas perkara dan
pengiriman biaya PK ke Rp.2.500.000,- **Dikirim ke
MARI* MARI
B Biaya Administrasi Penyelesaian Rp.3.100.000,-
Perkara PK**
Jumlah
V Panjar Pemeriksaan Setempat Rp. 100.000,- *Biaya
1. Pemberitahuan pelaksanaan pemberitahuan
kepada pemohon/penggugat dan disesuaikan
termohon/tergugat* Rp. 50.000,- dengan radius
2. Pemberitahuan pelaksanaan dan jumlah
kepada desa/lurah* Rp. 200.000,- pihak-pihak.
3. Petugas desa/lurah 2 orang **Sesui
4. Transportasi** kondisi daerah
Rp. 350.000,-
Jumlah
VI Panjar Biaya Peletakan/
Pengangkatan Sita Jaminan Rp. 25.000,- *Disetor ke kas
1. Pencatatan Sita* Rp.150.000,- Negara
2. Pemberitahuan pelaksanaan sita **Biaya
kepada pemohon/termohon dan pemberitahuan
kepala desa/lurah Rp. 200.000,- disesuaikan
3. Juru sita Rp. 200.000,- dengan radius
4. Saksi 2 orang Rp.200.000,- dan jumlah
5. Petugas kelurahan 2 orang Rp. 200.000,- pihak-pihak
6. Penyampaian salinan berita ***Sesuai
acara sita kepada pemohon, kebutuhan
termohon, desa/lurah dan yang
BPN*** ditetapkan oleh
7. Pencatatan sita di BPN/ BPN
pengangkatan*** ****Sesuai
8. Transportasi**** Rp. 975.000,- kondisi daerah
Jumlah
VII Panjar Biaya Sita Eksekusi Rp. 25.000,-
1. Pencatatan sita* Rp.150.000,- *Disetor ke kas
2. Pemberitahuan pelaksanaan sita Negara
eksekusi kepada pemohon, **Biaya
termohon dan kepala pemberitahuan
desa/lurah** Rp. 200.000,- disesuaikan
3. Juru sita Rp. 200.000,- dengan radius
4. Saksi 2 orang Rp.200.000,- dan jumlah
5. Petugas kelurahan 2 orang Rp. 200.000,- pihak-pihak
6. Penyampaian salinan berita ***Sesuai
acara eksekusi kepada kebutuhan
pemohon, termohon, desa/lurah yang
dan BPN*** ditetapkan oleh
7. Pencatatan sita eksekusi di BPN
BPN/pengangkatan**** ****Sesuai
8. Transportasi*** Rp. 975.000,- kondisi daerah
Jumlah
VIII Panjar Biaya Eksekusi Rp. 50.000,-
1. Panggilan anmaning termohon* Rp. 200.000,-
2. Pemberitahuan pelaksanaab *Biaya
eksekusi kepada pemohon, pemberitahuan
termohon,kepala desa/lurah dan disesuaikan
kepolisian* Rp.200.000,- dengan radius
3. Juru sita Rp. 300.000,- dan jumlah
4. Saksi 3 orang Rp. 200.000,- pihak-pihak
5. Petugas kelurahan 2 orang **Sesuai
6. Transportasi** Rp. 200.000,- kondisi daerah
7. Penyampaian salinan berita ***Sesuai
acara eksekusi kepada kebutuhan
pemohon, termohon, desa/lurah yang
dan BPN* ditetapkan oleh
BPN
8. Pencatatan berita acara eksekusi Rp.1.150.000,-
di BPN***
IX Jumlah
Panjar Biaya Lelang
1. Disesuaikan dengan peraturan
Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang di daerah
setempat.
Sumber: Pengadilan Agama Bantaeng

Catatan:

Biaya pemeriksaan setempat, sita jaminan, sita eksekusi dan eksekusi tersebut tiap

1 (satu) lokasi.
Lampiran II:

Pengeluaran Kas Bagian Perkara Pada Pengadilan Agama Bantaeng

No. Uraian Biaya Keterangan


I Panjar Biaya Perkara Tingkat
Pertama
1. Panggilan Penggugat/ Pemohon Rp.150.000,- *Biaya
(1X*) panggilan
2. Panggilan Tergugat/Termohon Rp.200.000,- disesuaikan
(3X*) dengan radius
3. Redaksi Rp. 5.000,- dan jumlah
4. Materai Rp. 6.000,- pihak-pihak.
Jumlah Rp.361.000,-
Untuk cerai talak ditambah biaya Rp.100.000,-
panggilan ikrar pemohon dan
termohon
Jumlah Rp.461.000,-
Catatan:
4. Radius I Rp.50.000,-
Radius II Rp.75.000,-
Radius sulit dijangkau Rp.150.000,-
5. Apabila sisa panjar lebih
dikembalikan, jika kurang
ditambah
6. Sisa panjar tidak diambil dari 6
(enam bulan), disetor kekas
negara.
II Panjar Biaya Permohonan
Banding
Biaya Permohonan Banding Pada
Pengadilan Agama terdiri dari:
1. Pemberitahuan adanya
permohonan banding* Rp. 50.000,- *Biaya
2. Pemberitahuan memo banding* Rp. 50.000,- pemberitahuan
3. Pemberitahuan kontra memori Rp. 50.000,- disesuaikan
banding* dengan radius
4. Pemberitahuan inzage Rp. 100.000,- dan jumlah
penggugat/ pemohon dan pihak-pihak.
tergugat/termohon*
5. Pemberitahuan isi putusan Rp. 100.000,-
banding kepada
tergugat/termohon*
6. Fotocopy/penjilidan dan Rp. 125.000,-
pengiriman berkas permohonan
perkara banding ke Pengadilan
Tinggi Banding
Jumlah Rp. 475.000,-

III Panjar Biaya Permohonan Kasasi


Biaya Permohonan Kasasi pada
Pengadilan Agama terdiri dari:
1. Pemberitahuan adanya Rp. 50.000,- *Biaya
permohonan kasasi* pemberitahuan
2. Pemberitahuan memori kasasi* Rp. 50.000,- disesuaikan
3. Pemberitahuan kontra memori Rp. 50.000,- dengan radius
kasasi* dan jumlah
4. Pemberitahuan inzage pemohon Rp. 100.000,- pihak-pihak.
dan tergugat*
5. Pemberitahuan isi putusan Rp. 100.000,-
kasasi kepada pemohon dan
termohon*
6. Fotocopy/penjilidan dan Rp. 150.000,-
pengiriman berkas perkara dan
pengiriman biaya kasasi ke
MARI
Jumlah Rp.500.000,-

IV Panjar Biaya Permohonan


Peninjauan Kembali
Biaya Permohonan PK pada
Pengadilan Agama terdiri dari:
1. Pemberitahuan adanya
permohonan PK* Rp. 50.000,- *Biaya
2. Panggilan siding insedentil pemberitahuan
pemohon PK* Rp. 50.000,- disesuaikan
3. Pemberitahuan jawaban PK dengan radius
terhadap pemohon PK* Rp.50.000,- dan jumlah
4. Pemberitahuan isi putusan PK pihak-pihak.
kepada pemohon dan termohon* Rp. 100.000,-
5. Fotocopy/penjilidan dan
pengiriman berkas perkara dan
pengiriman biaya PK ke MARI* Rp. 150.000,-
Jumlah Rp. 400.000,-
V Panjar Pemeriksaan Setempat
1. Pemberitahuan pelaksanaan *Biaya
kepada pemohon/penggugat dan Rp. 100.000,- pemberitahuan
termohon/tergugat* disesuaikan
2. Pemberitahuan pelaksanaan dengan radius
kepada desa/lurah* Rp. 50.000,- dan jumlah
3. Petugas desa/lurah 2 orang pihak-pihak.
4. Transportasi** Rp. 200.000,- **Sesui kondisi
Jumlah Rp. 350.000,- daerah
VI Panjar Biaya Peletakan/
Pengangkatan Sita Jaminan
1. Pemberitahuan pelaksanaan sita Rp.150.000,- **Biaya
kepada pemohon/termohon dan pemberitahuan
kepala desa/lurah disesuaikan
2. Juru sita Rp. 200.000,- dengan radius
3. Saksi 2 orang Rp. 200.000,- dan jumlah
4. Petugas kelurahan 2 orang Rp.200.000,- pihak-pihak
5. Penyampaian salinan berita Rp. 200.000,- ***Sesuai
acara sita kepada pemohon, kebutuhan yang
termohon, desa/lurah dan ditetapkan oleh
BPN*** BPN
6. Pencatatan sita di BPN/ ****Sesuai
pengangkatan*** kondisi daerah
7. Transportasi****
Jumlah Rp. 950.000,-
VII Panjar Biaya Sita Eksekusi
1. Pemberitahuan pelaksanaan sita Rp.150.000,- **Biaya
eksekusi kepada pemohon, pemberitahuan
termohon dan kepala disesuaikan
desa/lurah** dengan radius
2. Juru sita Rp. 200.000,- dan jumlah
3. Saksi 2 orang Rp. 200.000,- pihak-pihak
4. Petugas kelurahan 2 orang Rp.200.000,- ***Sesuai
5. Penyampaian salinan berita Rp. 200.000,- kebutuhan yang
acara eksekusi kepada pemohon, ditetapkan oleh
termohon, desa/lurah dan BPN
BPN*** ****Sesuai
6. Pencatatan sita eksekusi di kondisi daerah
BPN/pengangkatan****
7. Transportasi***
Jumlah Rp. 950.000,-
VIII Panjar Biaya Eksekusi
1. Panggilan anmaning termohon* Rp. 50.000,- *Biaya
2. Pemberitahuan pelaksanaan Rp. 200.000,- pemberitahuan
eksekusi kepada pemohon, disesuaikan
termohon,kepala desa/lurah dan dengan radius
kepolisian* dan jumlah
3. Juru sita Rp.200.000,- pihak-pihak
4. Saksi 3 orang Rp. 300.000,- **Sesuai
5. Petugas kelurahan 2 orang Rp. 200.000,- kondisi daerah
6. Transportasi** ***Sesuai
7. Penyampaian salinan berita Rp. 200.000,- kebutuhan yang
acara eksekusi kepada pemohon, ditetapkan oleh
termohon, desa/lurah dan BPN* BPN
8. Pencatatan berita acara eksekusi
di BPN***
Jumlah Rp.1.150.000,-
IX Panjar Biaya Lelang
1. Disesuaikan dengan peraturan
Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang di daerah
setempat.
Sumber: Pengadilan Agama Bantaeng

Catatan:

Biaya pemeriksaan setempat, sita jaminan, sita eksekusi dan eksekusi tersebut tiap
1 (satu) lokasi.
Lampiran III:

Prosedur dan Proses Perkara di Pengadilan Agama Bantaeng

Sumber: Pengadilan Agama Bantaeng


Lampiran IV:
DAFTAR NAMA INFORMAN

No. Nama Informn Umur Jabatan Kode

1. Dra. Hj. Nawiyah 50 Wakil Panitera NAW


Pejabat Fungsional
2. Bungatang,S.HI. 32 BGT
Panitera Pengganti
Kasubag Kepegawaian,
3. Haripuddin,S.H 48 Organisasi dan Tata HUN
Laksana
Kasubag Umum dan
4. Mulyani,S.E 29 MLA
Keuangan
5. Saufa Jamila, S.H 30 Staf Kepaniteraan SJM

PEDOMAN PERTANYAAN WAWANCARA


No. Pedoman Wawancara
I. SUMBER PENDAPATAN
1. Sumber pendapatan Kantor Pengadilan Agama Bantaeng apakah hanya
berasal dari 80ariff penerimaan saja ?
2. Apakah ada pendapatan lain-lain yang bisa menambah penerimaan kas
pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng ?
II. PROSEDUR DAN PROSES
1. Bagaimana prosedur dan proses bagian perkara di Kantor Pengadilan
Agama Bantaeng ?
2. Bagaimana prosedur atas siklus pendapatan dan biaya dari penerimaan
dan pengeluaran kas di laporan keuangan pada Kantor Pengadilan Agama
Bantaeng ?
3. Apakah prosedur dan proses pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng
sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada ?
III. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
1. Bagaimana sistem informasi akuntansi yang digunakan pada Kantor
Pengadilan Agama Bantaeng terhadap penerimaan kas ?
2. Bagaimanakah evaluasi sistem informasi akuntansinya terhadap
pengeluaran kas yang diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama
Bantaeng ?
IV. STRUKTUR ORGANISASI
1. Bagaimanakah sehingga terbentuknya struktur organisasi pada Kantor
Pengadilan Agama Bantaeng ?
2. Apakah tugas-tugas yang dibebamkan kepada setiap unit kerja organisasi
sudah jelas dan terawasi ?
V. LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
1. Apakah Kantor Pengadilan Agama Bantaeng membuat laporan
penerimaan dan pengeluaran kas setiap tahunnya ?
2. Apakah bagian keuangan dan bagian wakil panitera selalu melakukan
analisa dan evaluasi laporan penerimaan dan pengeluaran kas secara rutin
dan berkala ?

TRANSKIP HASIL WAWANCARA


No. TRANSKIP WAWANCARA INFORMAN
I. SUMBER PENDAPATAN
1. Sumber pendapatan pada Kantor Pengadilan Agama NAW
Bantaeng berasal dari penerimaan kas.
2. Penerimaan kas berasal dari adanya perceraian, SJM
pembatalan perkawinan, penetapan ahli waris.
3. Adanya pendapatan lain-lain yang dapat menambah
sumber pendapatan pada Kantor Pengadilan Agama BGT
Bantaeng.
4. Pendapatan lain-lain pada Kantor Pengadilan Agama
Bantaeng berupa biaya pendaftaran, biaya administrasi, MLA
biaya materai, biaya permohonan banding, dll.
5. Sumber pendapatan lain-lain pada Kantor Pengadilan
Agama Bantaeng ini bersifat umum serta tarif yang HUN
dikenakan sudah ditentukan dari pusat.
II. PROSEDUR DAN PROSES
1. Prosedur dan proses bagian perkara pada Kantor
Pengadilan Agama Bantaeng dilakukan sesuai dengan SJM
langkah yang sudah ditentukan dari pusat.
2. Prosedur dan proses ini terdiri dari 4 langkah yang
ditetapkan dari pusat pada Kantor Pengadilan Agama NAW
Bantaeng.
3. Prosedur pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng terdiri
dari proses penyelesaian cara talak, gugat permohonan BGT
perkara banding, penyelesaian perkara kasasi,
pelaksanaan peninjauan kembali.
4. Dengan adanya prosedur dan proses pada Kantor
Pengadilan Agama Bantaeng dapat membantu masyarakat HUN
yang datang.
III. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
1. Sistem yang dijalankan oleh Kantor Pengadilan Agama BGT
Bantaeng sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Sistem akuntansi penerimaan kas dari adanya perceraian, NAW
pembatalan perkawinan dan ahli waris.
3. Setiap penerimaan dan pengeluaran kas yang dicatat MLA
dengan manual dan secara terkomputerisasi.
4. Bagian staf kepaniteraan melakukan evaluasi sistem
informasi akuntansi terhadap penerimaan dan SJM
pengeluaran kas yang diterapkan pada Kantor Pengadilan
Agama Bantaeng.
IV. STRUKTUR ORGANISASI
1. Kantor Pengadilan Agama Bantaeng mempunyai struktur NAW
organisasi.
2. Struktur organisasi pada Kantor Pengadilan Agama HUN
Bantaeng terbagi atas beberapa unit-unit organisasi.
3. Dilakukannya wewenang dan tanggung jawab disetiap
pusat pertanggung jawaban pada Kantor Pengadilan MLA
Agama Bantaeng.
4. Tugas-tugas yang dibebankan kepada setiap unit kerja
organisasi digolongkan ssecara jelas, sehingga SJM
pelaksanaan pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng
terawasi.
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN
V.
KAS
1. Kantor Pengadilan Agama Bantaeng membuat laporan NAW
penerimaan dan pengeluaran kas setiap tahunnya.
2. Laporan penerimaan dan pengeluaran kas pada Kantor
Pengadilan Agama Bantaeng yang dianggarkan dengan BGT
biaya yang terjadi sesungguhnya.
3. Dalam laporan penerimaan dan pengluaran kas dapat
diketahui dari tingkat prestasi bagian keuangan pada HUN
Kantor Pengadilan Agama Bantaeng.
4. Bagian keuangan dan bagian wakil panitera selalu
melakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan MLA
penerimaan dan pengeluaran kas secara rutin dan berkala.
5. Laporan penerimaan dan pengeluaran kas pada Kantor
Pengadilan Agama Bantaeng berisikan informasi tentang SJM
pendapatan dan biaya perceraian, pembatalan perkawinan,
ahli waris, biaya administrasi, transportasi, dll.
Lampiran V:

DOKUMENTASI WAWANCARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Erni lahir di Bantaeng pada tanggal 02 Februari 1993

anak dari Bapak H. Dora dan ibu Nuri. Penulis adalah anak ke

empat dari empat bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SD INPRES Salluang

lulus tahun 2006, SMP Negri 3 Bissappu lulus tahun 2009, SMK Negeri 1

Bantaeng jurusan Akuntansi lulus tahun 2012, melanjutkan sekolah dan

mengikuti program S1 jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di

Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang dan

mengambil judul skripsi Evaluasi Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas

pada Kantor Pengadilan Agama Bantaeng. Sampai dengan terselesainya

skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Makassar. Demikian atas perhatian dan terima kasih.

Penulis

Agustus, 2016

Anda mungkin juga menyukai