Anda di halaman 1dari 95

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DAN

PENGELUARAN KAS PADA RUMAH SAKIT ANAK BUNDA HARAPAN


KITA

Oleh

BERNADETTE DEWANTI ASTRID OKTAVIANI

NIM 1411060005

INSTITUTE KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2016

1
ABSTRAK

Bernadette Dewanti Astrid Oktaviani. 1411060005. ANALISIS


PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
PADA RUMAH SAKIT ANAK BUNDA HARAPAN KITA. Skripsi. Jakarta:
Institute Keuangan Perbankan dan Informatika Asia. Jakarta, November 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah


pengendalian internal terhadap prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang
diterapkan pada RSAB Harapan Kita telah dirancang dan diterapkan dengan baik
sehingga aktiva lancar seperti kas dapat dikelola dengan baik. Untuk
mendapatkan data dari perusahaan, maka penulis menggunakan metode
wawancara dan observasi di perusahaan tersebut. Berdasarkan data yang
diperoleh, penulis mengambil kesimpulan bahwa secara umum prosedur
penerimaan dan pengeluaran kas belum dirancang dengan baik, dan
pengendalian intern dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang
diterapkan oleh RSAB Harapan Kita belum berjalan cukup efisien dan efektif.
Ada beberapa kendala yang terjadi seperti penggunaan cek yang siapa saja bisa
mencairkan dana cek tersebut, pencatatan manual dan SOP yang kurang lengkap.

2
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kepada Tuhan yang telah mengizinkan penulis untuk
menyelesaikan satu langkah jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Studi S1 Akuntansi Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia –
Perbanas, Jakarta. Dengan perjuangan setulus hati penulis mempersembahkan
karya ini untuk orangtua Penulis, Bapak Masudi dan Ibu Tansiska Januarwiaty.
Pada halaman ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Taufiq Akbar, S.E, Ak, M.Acc., C.A.selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang berharga, serta tidak
lelah menyemangati penulis untuk terus maju demi mendapatkan pendidikan
yang lebih tinggi.
2. Bapak Jasman,SE.,Ak., MBA, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
ABFI Institute Perbanas Jakarta.
3. Seluruh dosen yang telah mengajar penulis pada masa perkuliahaan S1
Ekstensi-Karyawan Perbanas, terima kasih untuk kesempatan dan
segalailmu yang bermanfaaat.
4. Bapak Theo, Bapak Agus dan Bapak Andi dari Sekretariat Ekstensi
Perbanas yang bersedia disibukkan dan tidak pernah lelah menjawab semua
pertanyaan penulis terkait perkuliahan dan tugas akhir ini.
5. Adik penulis krisna dan audy, yang selalu mendukung demi selesainya tugas
akhir ini. Terima Kasih banyak, Tuhan Memberkati.
6. Rengga Pratyaksa, yang memberikan semangat dan dukungan moril untuk
terus maju dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima Kasih dukungan dan
support kamu, Gbu.
7. Tante Lanny, oom putu dan rian, yang selalu mendukung penulis, Tuhan
Memberkati.
8. Semua teman satu kelas 6603 Kelas Ekstensi Perbanas yang telah menjadi
rekan dan partner dalam belajar, Tuhan Memberkati.

3
9. Teman satu bimbingan skripsi : Mba Sulis. Sukses terus.
10. Dita Angelina, Rifa theresia, dan Nadya sakinah sahabat permainan yang
selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi ini.
Dan kepada semua teman-teman, saudara dan pihak-pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu, semoga bantuannya dibalaskan berkat yang
setimpal oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan semua pihak. Dengan pengetahuan dan keterbatasan penulis,
penulis berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik – baiknya walaupun
banyak hambatan dalam penulisannya sehingga penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki skripsi ini akan diterima dengan senang hati.

Jakarta, Mei 2016

Penulis

4
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah ............................................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................. 7

2.1 Kajian Teori .................................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi.......................................... 7

2.1.2 Pengertian Sistem Pengendalian Intern ................................................ 7

2.1.3 Tujuan Pengendalian Intern.................................................................. 8

2.1.4 Lingkungan Pengendalian Intern.......................................................... 9

2.1.5 penilaian Resiko ................................................................................... 9

2.1.6 Aktivitas pengendalian ......................................................................... 10

2.1.7 Pemantauan........................................................................................... 11

2.1.8 Pengertian Kas...................................................................................... 11

2.1.9 Pengertian Pengendalian Intern penerimaan Kas ................................. 12

2.1,10 Pengertian Pengendalian Intern Pengeluaran Kas .............................. 17

2.1.11 Prosedur Penerimaan Kas................................................................... 22

2.1.12 Prosedur Pengeluaran Kas .................................................................. 30

5
2.2 Penelitian Sebelumnya.................................................................................... 34

2.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 38

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 38

3.2 Objek Penelitian.............................................................................................. 38

3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................................... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................................. 39

3.5 Metode Analisis Data ..................................................................................... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ..................................... 42

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................. 42

4.1.1 Sejarah dan Profil RSAB Harapan Kita ............................................... 42

4.1.2 Struktur Organisasi ............................................................................... 45

4.2 Analisis Pengendalian Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas ................... 49

4.2.1 Analisis Penerimaan RSAB Harapan Kita ........................................... 49

4.2.2 Analisis Pengendalian Intern Penerimaan Kas..................................... 55

4.2.3 Sistem Pengeluaran Kas pada RSAB Harapan Kita............................. 59

4.2.4 Analisis Pengendalian Intern Pengeluaran Kas .................................... 64

4.3 Kelemahan dalam pengendalian Internal dalam Penerimaan dan


pengeluaran Kas ............................................................................................ 67

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI ................... 71

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 71

5.2 Keterbatasan ................................................................................................... 72

5.3 Rekomendasi................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6
7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi dan

distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Pada umumnya

perusahaan yang berskala kecil, pemiliknya terlibat secara langsung dalam

pengelolaan perusahaan. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat lagi dilakukan

seiring dengan bertambah besarnya perusahaan yang diikuti dengan

perkembangan dan sifat usaha yang semakin rumit dan menuntut spesialisasi yang

tinggi. Dalam situasi seperti ini, fungsi pemilikan dan pengelolaan tidak dapat lagi

dirangkap, karena pemiliknya harus mendelegasikan wewenang untuk mengelola

perusahaannya kepada orang lain atau pihak lain. Maka dari itu perusahaan juga

membutuhkan sistem pengelolaan yang baik dalam menjalankan operasinya.

Di dalam melaksanakan kegiatannya manajemen perlu melaksanakan

fungsi pengendalian sebagaimana yang dijelaskan oleh Mulyadi (2010:163)

bahwa pengendalian merupakan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui

perilaku yang diharapkan. Semakin berkembangnya perusahaan, maka semakin

sulit melaksanakan fungsi pengendalian dengan baik karena jangkauan yang

dikendalikan semakin luas serta adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki

8
9

manajemen. Oleh karena itu, manajemen memerlukan suatu alat yang dapat

membantu menunjang fungsi pengendalian yaitu sistem pengendalian internal

yang memadai. Menurut Mulyadi (2010:163) fungsi pengendalian intern adalah

untuk :

(1) Menjaga kekayaan organisasi

(2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

(3) Mendorong efisiensi

(4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Dilihat dari sifatnya kas merupakan aset yang paling lancar dan hampir

setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Kas merupakan

komponen penting dalam kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Karena

sifat kas yang likuid, maka kas sangat rentan disalahgunakan sehingga diperlukan

pengendalian intern terhadap kas dengan memisahkan fungsi-fungsi

penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan. Selain itu juga diadakan pengawasan

yang ketat terhadap fungsi-fungsi pengeluaran kas. Tanpa adanya pengendalian

intern akan mudah terjadi penggelapan uang kas.

Dalam rangka menciptakan pengendalian intern yang baik, manajemen

harus menetapkan tanggung jawab secara jelas dan tiap orang memiliki tanggung

jawab untuk tugas yang diberikan padanya. Apabila perumusan tanggung jawab

tidak jelas dan terjadi suatu kesalahan, maka akan sulit untuk mencari siapa yang

bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Pengendalian intern yang baik

terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi

pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya


10

diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian intern. Adapun tiga prinsip pokok

pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:168) adalah :

(1) harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang

bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak

merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas.

(2) semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara

harian.

(3) semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek,

kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk

menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil.

Berbagai Penelitian mengenai pengendalian intern telah banyak dilakukan

sebagaimana penelitian Sabella (2011) menyatakan bahwa system pengendalian

intern penerimaan kas perusahaan distributor PT Javas Ripta Gemala telah

memadai sesuai dengan unsur-unsur system pengendalian intern, kecuali untuk

penilaian resiko dan pemantauan masih perlu diperhatikan dikarenakan jumlah kas

yang diterima dalam perusahaan tersebut cukup besar.

Penelitian Arnas dkk (2013) mengemukakan bahwa pengendalian intern

penerimaan dan pengeluaran kas dan prosedur akuntansi PT Kaltim Nusa Etika

belum sepenuhnya memenuhi unsur-unsur pengendalian intern padahal di dalam

perusahaan tersebut sudah ada satuan pengawas internal (SPI). akan tetapi masih

ada unsur pengendalian intern dalam perusahaan yang belum sepenuhnya

dilaksanakan, antara lain penempatan kasir di ruangan yang sama dengan

karyawan lain, uang tunai yang ada di tangan kasir tidak diasuransikan, tidak ada
11

rekonsiliasi bank yang dilakukan oleh bagian SPI dan PT Kaltim Nusa Etika tidak

melakukan perputaran jabatan sehingga kemungkinan penipuan masih sangat

besar.

Penelitian mengenai pengendalian intern terhadap penerimaan dan

pengeluaran kas masih menarik untuk diteliti sebagaimana penelitian terdahulu

yang menyatakan bahwa pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas

belum dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga resiko kecurangan transaksi

kas masih mungkin terjadi. Objek dari penelitian ini adalah Rumah Sakit Anak

Bunda (RSAB) Harapan Kita dimana penggunaan transaksi kas masih sangat

besar dan sangat beresiko untuk terjadi kecurangan. Maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang pengendalian intern penerimaan dan

pengeluaran kas pada RSAB Harapan Kita.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ANALISIS PENGENDALIAN INTERN

PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA RUMAH SAKIT

ANAK BUNDA HARAPAN KITA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aturan dan pelaksanaan sistem pengendalian intern penerimaan dan

pengeluaran kas di RSAB Harapan Kita?


12

2. Apakah penerapan pengendalian intern di RSAB Harapan Kita telah

mendukung pengelolaan kas yang baik?

1.3 Batasan Masalah

Dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan dari pokok

permasalahan dan mempertimbangkan keterbatasan penelitian maka, peneliti

membatasi ruang lingkup penelitian dengan memfokuskan pembahasan kepada

transaksi penerimaan dan pengeluaran kas RSAB Harapan Kita serta pengendalian

intern transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian yang dijelaskan

diatas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Aturan dan pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas di RSAB

Harapan Kita.

2. Aturan dan pelaksanaan pengendalian Intern penerimaan dan pengeluaran kas

RSAB Harapan Kita.

3. Peran pengendalian intern di RSAB Harapan Kita dalam mendukung

pengelolaan kas yang baik.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan keuntungan baik

secara teoritis dan secara praktis.


13

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan pengembangan khasanah

keilmuwan baru khususnya dalam penalaran dan wawasan berfikir tentang Sistem

Pengendalian Intern atas penerimaan dan pengeluran kas.

b. Secara Praktikal

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan tentang Sistem Pengendalian Intern

atas siklus penerimaan dan pengeluaran kas, khususnya pada Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit

Anak dan Bunda Harapan kita dalam memahami tentang penerapan Struktur

Pengendalian Intern yang Efektif.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang pengertian sistem dan

pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas.

2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi

Berkembangnya suatu perusahaan atau organisasi menjadi perusahaan

yang lebih besar menyebabkan kegiatan yang dilakukan menjadi banyak dan

beragam. Untuk melaksanakan aktivitasnya yang beragam dibutuhkan adanya

sistem dan prosedur yang diharapkan dapat mendorong efisiensi kerja. Sistem dan

prosedur yang baik adalah sistem yang didalam pelaksanaanya dapat berjalan

secara efisien danefektif.

Mulyadi (2010:3) mengatakan sistem sendiri terdiri dari berbagai jaringan

prosedur yang membentuknya yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk

melaksnakan kegiatan pokok perusahaan.

Prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa

orang dalam satu departemen atau lebih, dibuat untuk menjamin penanganan

secara seragam dari transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang

(Mulyadi,2010:3).

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa suatu sistem terdiri dari

jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal.


15

Kegiatan klerikal yang dimaksud dari definisi tersebut merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mencatat.

2.1.2 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Dalam suatu perusahaan, terlebih lagi perusahaan yang berskala besar,

terjadi puluhan bahkan ratusan transaksi setiap harinya. Setiap transaksi itu harus

senantiasa berada dalam suatu pengawasan agar masing-masing berada dalam

jalur usaha perusahaan. Transaksi yang terjadi haruslah transaksi yang

berorientasi pada proses usaha perusahaan, bukan yang berkepentingan dengan

kepentingan non perusahaan lebih-lebih lagi demi kepentingan individu karyawan

semata.

Sistem pengendalian internmenurut Mulyadi (2010:163) adalah suatu

proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang

didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan audit.

Mulyadi (2010:164) mengatakan unsur pokok sistem pengendalian adalah

struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas,

sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang

cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya, praktik yang sehat dalam

melaksakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, karyawan yang mutunya

sesuai dengan tanggung jawabnya.

Pengendalian merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan

oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari manajer puncak

sampai manajer lini yang langsung mengawasi kegiatan teknis yang dilakukan
16

bawahan. Pengendalian berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan

strategi organisasi yang telah dirumuskan dan ditetapkan, serta dirinci menjadi

program atau rencana kerja. Pengendalian dilakukan, agar organisasi beroperasi

sesuai program yangditetapkan.

Pengendalian merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil

pelaksanaan aktivitas, menilai kesalahan-kesalahan kemudian dilakukan tindakan

perbaikan dan pencegahan, agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi. Fungsi

pengawasan berkaitan erat dengan fungsi perencanaan. Dengan adanya

pengendalian, diharapkan manajemen mampu menciptakan efisiensi dan tujuan

yang ditetapkan dapat tercapai.

2.1.3 Tujuan Pengendalian Intern

Setiap perusahaan harus memiliki pengendalian intern yang baik, agar

terhindar dari kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang

merugikan perusahaan. Sehubungan dengan itu, kegiatan yang sudah

direncanakan harus dikendalikan dan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki

harus dikerahkan dan digunakan secara efisien. Menurut Mulyadi (2010:163)

tujuan pengendalian internadalah (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, (4) mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.1.4 Lingkungan pengendalian Intern

Lingkungan pengendalian menetapkan suasana suatu organisasi, yang

mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan


17

pengendalian merupakan dasar dari semua komponen pengendalian intern lainnya,

yang menyediakan disiplin dan struktur. Sejumlah faktor membentuk lingkungan

pengendalian dalam suatu entitas yang diantaranya adalah integritas dan nilai

etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi

dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan

tanggungjawab, serta kebijakan dan praktek sumber daya manusia.

2.1.5 Penilaian Resiko

Penilaian risiko merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas

mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang

membentuk suatu dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola. Penilaian

risiko oleh manajemen harus meliputi pertimbangan mengenai risiko yang

dihubungkan dengan teknologi informasi. Dalam hal ini, manajemen harus

merancang sistem informasi dan pengendalian yang mengurangi masalah-masalah

yang berhubungan dengan dampak dari teknologi informasi dalam mengurangi

pemisahan fungsi tradisional. Penilaian risiko oleh manajemen juga harus

mencakup pertimbangan khusus atas risiko yang dapat muncul dari perubahan

kondisi seperti lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru,

teknologi baru, pertumbuhan yang cepat, lini produk, restrukturisasi perusahaan,

operasi di luar negeri serta pernyataan akuntansi.

2.1.6 Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang

membantu menyajikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.


18

Aktivitas pengendalian meliputi pemisahan tugas, pengendalian

pemrosesan informasi, pengendalian fisik dan reviewkinerja.

2.1.7 Pemantauan

Pemantauan (monitoring) merupakan suatu proses yang menilai kualitas

kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan dapat dilaksanakan

melalui aktivitas yang berkelanjutan. Pemantauan dilakukan melalui evaluasi

periode secara terpisah. Sebagai contoh, auditor internal secara umum menilai

bagian yang berbeda dari pengendalian intern suatu entitas pada berbagai interval

dan melaporkan kelemahan kepada manajemen dan komite audit dengan

memberikan rekomendasi perbaikan yang sesuai.

2.1.8 Pengertian Kas

Kas mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan untuk

mendukung pelaksanaan operasional organisasi. Kas menjadi sangat penting

artinya karena menggambarkan daya beli umum, dan dapat ditransfer segera

kepada individu atau organisasi untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka

inginkan. Uang kas merupakan pos yang paling aktif dalam neraca. Uang kas

menyangkut sebagian besar dari transaksi-transaksi perusahaan, ini disebabkan

karean sifat dari transaksi-transaksi perusahaan yang mencakup suatu harga dan

kondisi-kondisi yang membutuhkan penyelesaian dengan menggunakan alat

penukaran. Menurut Kieso, dkk (2002:380) kas yaitu aktiva yang paling likuid

merupakan media pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk

semua pos-poslainnya.
19

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kas merupakan

aktiva produktif, oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu

besar. Daya beli uang bisa berubah-ubaha mungkin naik atau turun tetapi

kenaikan atau penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian

kembali terhadapkas.

2.1.9 Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Penerimaan kas merupakan hasil dari beberapa aktivitas.Sebagai

contoh, kas diterima dari pendapatan, pinjaman jangka pendek dan jangka

panjang, penerbitan modal saham, dan penjualan sekuritas, investasi jangka

panjang, serta aktiva lainnya.Lingkup bagian ini dibatasi pada penerimaan

kas dari penjualan tunai dan penagihan dari pelanggan atas penjualan

kredit.

Menurut Boynton, dkk., (2003:33), dokumen dan catatan penting

yang digunakan dalam pemrosesan penerimaan kas, adalah bukti

penerimaan uang, lembar perhitungan kas, ikhtisar kas harian, slip deposit

yang disahkan, file transaksi penerimaan kas dan jurnal penerimaan kas.

Fungsi penerimaan kas, meliputi:

1. Menerima penerimaan kas

Risiko utama dalam memproses transaksi penerimaan kas adalah

kemungkinan pencurian kas sebelum atau sesudah catatan penerimaan

dibuat.Dengan demikian, prosedur pengendalian harus memberikan

kepastian yang layak bahwa dokumentasi penetapan tanggungjawab telah

dibuat pada saat kas diterima dan bahwa kas telah disimpan di tempat yang
20

aman. Risiko kedua adalah kemungkinan terjadi kesalahan dalam

pemrosesan penerimaan berikutnya. Penerimaan melalui kasir, penggunaan

register kas atau terminal titik penjualan sangat diperlukan. Alat ini

menyediakan:

a) Gambar visual secara langsung untuk pelanggan dengan jumlah penjualan

tunai dan kas yang diajukan.

b) Kwitansi penerimaan yang dicetak atas nama pelanggan dan catatan internal

atas transaksi pada file komputer atau pita register yang terkunci.

c) Total pengendalian yang cetak atas penerimaan harian diproses pada alat

tersebut.

Harapan pelanggan atas kwintansi penerimaan yang dicetak dan

pengawasan oleh supervisor atas transaksi penjualan akan membantu

menjamin bahwa seluruh kas diproses melalui pita register kas. Di samping

itu, supervisor juga dapat menetapkan tanggungjawab untuk melakukan

pengecekkan independan atas keakuratan lembaran perhitungan kas di

tangan dengan total yang dicetak oleh register atau terminal tersebut. Kas,

lembar perhitungan, dan register atau total yang dicetak oleh terminal

tersebut kemudian diserahkan ke departemen kasir untuk selanjutnya

diproses dandisetorkan.

2. Menyetorkan kas ke bank

Pengendalian fisik atas kas yang mensyaratkan bahwa seluruh penerimaan

kas disetorkan secara utuh setiap hari. Kata utuh berarti semua penerimaan harus

disetorkan yaitu pengeluaran kas tidak boleh dilakukan dengan penerimaan yang
21

belum disetorkan. Pengendalian ini mengurangi risiko bahwa penerimaan tidak

akan dicatat dan menghasilkan catatan setoran bank yang menetapkan

eksistensi atau kejadian transaksi tersebut. Apabila penerimaan kas melalui

ksir, maka pengecekan independen harus dilakukan untuk menentukan

kesesuaiannya dengan lembar perhitungan kas dan pradaftar. Total masing-

masing kemudian dimasukkan ke ikhtisar kas harian, dan setoran lalu

dilakukan. Setelah melakukan setoran, ikhtisar kas harian dan slip setoran

yang telah disahkan harus dicatat ke buku kas umum.

3. Mencatat penerimaan kas

Fungsi ini meliputi pembuatan jurnal penerimaan kas melalui kasir

serta posting penerimaan kas ke akun pelanggan. Pengendalian harus

menjamin bahwa hanya penerimaan yang sah yang dimasukkan pada

jumlah yang benar.Untuk itu, akses fisik ke catatan akuntansi atau terminal

komputer harus dibatasi pada orang yang berwenang.Penerimaan kas

melalui kasir, umumnya dicatat dalam buku kas umum berdasarkan

ikhtisar kas harian yang diterima dari kasir.

Dalam kasus transaksi penjualan kredit, pemisahan tugas untuk melakukan

fungsi-fungsi ini merupakan aktivitas pengendalian internal yang penting.Banyak

dari pengendalian tersebut berkaitan dengan penerimaan dan penyetorankas yang

melibatkan cek dan saldo secara manual dari pada dengan komputer. Pengendalian

komputer paling efektif dalam mengendalikan pencatatan subfungsi. Perhatian

utamanya tertuju pada kemungkinan pencatatan transaksi penyesuaian penjualan

fiktif untuk menyembunyikan penyelewengan dalam pemrosesan penerimaan kas.


22

Menurut Hall (2007:244), pengendalian intern penerimaan kas

meliputi:

1. Otorisasi transaksi

Otorisasi transaksi terbagi tiga, yaitu:

a. Pemeriksaan kredit.

Tujuan otorisasi transaksi adalah untuk memastikan bahwa hanya

transaksi yang valid yang akan diproses. Bagian kredit merupakan bagian

yang mengotorisasi pemrosesan pesanan penjualan. Bagian ini memastikan

bahwa kebijakan kredit perusahaan dilaksanakan denganbenar.

b. Kebijakan return barang

Bagian kredit mengotorisasi proses return barang. Penentuan ini

didasarkan pada sifat penjualan dan situasi return. Konsep otoritas khusus

dan umum juga mempengaruhi aktivitas ini. Kebanyakan perusahaan

mempunyai kebijakan khusus untuk menyetujui pengembalian kas dan

kredit untuk akun pelanggan.

c. Pradaftar kas

Pradaftar kas menyediakan sarana untuk melakukan verifikasi

apakah cek dari pelanggan dan permintaan pembayaran sudah benar.

2. Pemisahan tugas

Pemisahan tugas memastikan bahwa tidak ada satu orang atau departemen

pun yang memproses transaksi sendiri secara keseluruhan. Jumlah karyawan dan
23

volume transaksi yang diproses mempengaruhi cara pemisahan dilaksanakan. Ada

tiga unsur dalam pemisahan tugas:

a) Bagian yang mengotorisasi transaksi harus terpisah dengan bagian yang

memproses transaksi. Dalam siklus pendapatan, bagian kredit terpisah dari

seluruh proses, jadi otorisasi formal untuk transaksi merupaan aktivitas yang

independen.

b) Pengendalian aktiva harus terpisah dari tugas pembukuan. Dalam sistem

pemrosesan pesanan penjualan, gudang yang menyimpan aktiva fisik dan fungsi

akuntansi (buku besar umum dan bagian pengendalian persediaan) yang

melakukan pencatatan. Pada sistem penerimaan kas, bagian penerimaan kas

menyimpan kas dan fungsi akuntansi (buku besar umum dan bagian piutang

dagang) menyimpan data. Kasir melapor ke bendahara yang bertanggungjawab

atas aktiva lancar. Fungsi akuntansi adalah tanggungjawab kontroler. Kedua

fungsi tersebut tidak boleh digabungkan.

c) Perusahaan harus terstruktur sehingga tindakan penipuan memerlukan kolusi

individu atau lebih. Secara khusus, buku besar pembantu (piutang dagang

dan persediaan), jurnal (penjualan dan penerimaan kas), dan buku besar

umum harus dipisah. Individu yang mempunyai seluruh tanggungjawab

pembukuan dan berkoluasi dengan orang yang bertanggungjawab atas

persediaan,dapat melakukan penipuan yang sulit dideteksi. Dengan

memisahkan tugas-tugas tersebut, kolusi harus melibatkan lebih banyak

orang, yang akan meningkatkan risiko terdeteksi, sehingga sulit terjadi.


24

3. Supervisi

Beberapa perusahaan mempunyai karyawan yang terlalu sedikit untuk

dapat melakukan pemisahan fungsi.Perusahaan seperti ini harus bergantung pada

supervisi untuk pengendaliannya.Dengan melakukan supervisi kepada karyawan

yang mempunyai potensi untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai, perusahaan

dapat melakukan antisipasi dalamsistemnya.

4. Catatan akuntansi

Dokumen sumber perusahaan, jurnal, dan buku besar harus membentuk

jejak audit yang memungkinkan auditor independen untuk menelusuri transaksi

melalui berbagai tingkat pemrosesan. Pengendalian ini juga merupakan fitur

operasional yang penting. Dengan mengikuti jejang audit, manajemen dapat

menemukan dimana kesalahan dalam sistem terjadi. Beberapa pengendalian

khusus dapat mempermudah penelusuran jejak audit adalah dokumen sumber

bernomor urut tercetak, jurnal khusus, buku besar pembantu, buku besar umum

dan file.

5. Verifikasi independen

Tujuan verifikasi independen adalah meningkatkan dan

memverifikasi kebenaran dan kelengkapan dari prosedur yang dilaksanakan

oleh orang lain dalam sistem. Agar efektif, verifikasi independen ini harus

terjadi pada poin-poin utama dalam proses di mana kesalahan dapat

dideteksi dengan cepat dan benar.

2.1.10 Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Dokumen dan catatan umum yang digunakan dalam pengeluaran


25

kas untuk pembelian adalah permintaan pembelian, pesanan pembelian,

laporan penerimaan barang, faktur penjual, voucher dan register voucher,

file transaksi pembelian dan file induk utang usaha. Menurut Boynton,

dkk., (2003:92), pemrosesan transaksi pembelian mencakup fungsi-fungsi

pembelian sebagai berikut:

1. Pengajuan pembelian

Permintaan yang diajukan perusahaan untuk melakukan transaksi

dengan perusahaan lain, yang meliputi pencantuman nama pemasok pada

daftar pemasok yang telah disetujui, pengajuan kembali permintaan barang

dan jasa dan pembuatan pesanan pembelian.

2. Penerimaan barang dan jasa

Penerimaan atau pengiriman fisik barang atau jasa, mencakup

penerimaan barang, penyimpanan barang yang diterima untuk persediaan

dan pengembalian barang ke pemasok.

3. Pencatatan kewajiban

Pengakuan formal oleh perusahaan atas kewajiban hukum, meliputi

pembuatan voucher pembayaran dan pencatatan kewajiban dan

pertanggungjawaban atas transaksi yang telah dicatat.

Setiap fungsi harus diberikan kepada orang atau bagian yang

berbeda.Hal ini merupakan pemisahan tugas yang klasik dengan

memisahkan otorisasi atas transaksi, penyimpanan aktiva, dan

pencatatan transaksi. Dengan struktursemacam ini, pekerjaan seorang

karyawan atau departemen dapat menyediakan pengecekan yang


26

independen atas ketepatan pekerjaan yang dilakukan oleh orang atau

departemen lain. Fungsi-fungsi, aktivitas pengendalian yang berlaku dan

asersi-asersi yang relevan serta tujuan audit spesifik.

Dalam hal pengeluaran kas yang dilakukan dengan cek maka harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Setiap cek yang belum dipergunakan harus disimpan denganbaik.

2. Pegawai yang menyimpan cek tidak dapat melakukan penerimaankas.

3. Cek harus ditulis ataudiketik.

4. Yang menandatangani cek harus lebih dari satuorang.

Penerapan prinsip-prinsip pengendalian intern terhadap kas seperti

yang telah disebutkan di atas ada beberapa masalah yang terjadi, yaitu

pertama mengenai pembentukan kas kecil, dan kedua karena adanya

rekening giro bank maka setiap periode perlu diadakan rekonsiliasi antara

saldo kas dengan saldo menurut laporan bank. Umumnya, pengendalian

intern atas pengeluaran kas lebih efektif melalui pembayaran cek, dari pada

dengan uang tunai.Pengecualian berlaku untuk yang dibayar dengan kas

kecil.

Hall (2007:333), mengemukakan bahwa pengendalian intern

pengeluaran kas meliputi:

1. Otorisasi transaksi.

Bagian pengendalian persediaan memonitor tingkat persediaan secara

berulang.Ketika tingkat persediaan jauh ke titik pemesanan kembali, pengendalian

persediaan secara resmi mengotorisasi pengisian kembali persediaan dengan suatu


27

permintaan pembelian. Memformalkan proses otorisasi mempromosikan

manajemen persediaan yang efisien dan memastikan legitimasi transaksi

pembelian. Tanpa langkah ini, agen pembelian dapat membeli berdasarkan

pertimbangan semata, karena berada pada posisi untuk mengotorisasi sekaligus

memproses transaksi pembelian. Pembelian yang tidak diotorisasi dapat

menghasilkan persediaan yang berlebihan untuk item-item tertentu, sementara

item lainnya kekurangan. Kedua situasi tersebut akan merugikan perusahaan.

Persediaan yang berlebih mengikat cadangan kas organisasi dan kehabisan

persediaan menyebabkan hilangnya penjualan dan penundaan proses manufaktur.

Bagian utang dagang mengotorisasi pengeluaran kas melalui voucher pengeluaran

kas. Untuk menyediakan pengendalian terhadap arus kas dari perusahaan, petugas

administrasi pengeluaran kas tidak boleh menulis cek tanpa otorisasi. Jurnal

pengeluaran kas (register cek) berisi nomor voucher yang mengotorisasi cek,

karena menyediakan jejak audit untuk verifikasi setiap cek yang ditulis.

2. Pemisahan tugas.

Pemisahan pengendalian persediaan dari gudang. Dalam sub sistem

pembelian, aktiva fisik utama adalah persediaan. Pengendalian persediaan

menjaga catatan rinci setiap aktiva, sementara gudang diawasi. Pada titik

tertentu setiap waktu, seorang auditor harus mampu merekonsiliasi

catatan persediaan dengan persediaan fisik. Pemisahan buku besar umum

dan utang dagang dari pengeluaran kas. Aktiva yang rentan terhadap

kondisi eksposur dalam subsistem pengeluaran kas adalah kas. Catatan

yang mengendalikan aktiva ini adalah buku besar pembantu hutang dagang
28

dan akun kas dalam buku besar umum. Individu dengan tanggungjawab

kombinasi untuk menulis cek, memposkan kas ke akun kas, dan

memelihara akun utang dagang.

3. Supervisi.

Area yang paling menguntungkan dari supervisi dalam siklus pengeluaran

adalah departemen penerimaan. Aktiva dengan kuantitas besar mengalir melalui

area ini menuju gudang. Supervisi yang ketat karenanya mengurangi kesempatan

dua jenis eksposur: gagal memeriksa aktiva dengan benar dan pencurian aktiva.

4. Catatan akuntansi.

Tujuan pengendalian catatan akuntansi adalah memelihara jejak

audit yang memadai untuk menelusuri suatu transaksi dari dokumen

sumbernya ke laporan keuangan. Siklus pengeluaran mempengaruhi

catatan akuntansi: buku besar pembantu utang dagang, register voucher,

register cek, dan buku besar umum.

5. Pengendalian akses

Pengendalian akses terdiri dari :

a. Akses langsung

Dalam siklus pengeluaran, suatu perusahaan harus mengendalikan

akses ke aktiva fisik seperti kas dan persediaan. Perhatian pengendalian ini pada

dasarnya sama dengan siklus pendapatan. Pengendalian akses langsung meliputi

kunci, alarm, dan akses terbatas ke area-area yang berisi persediaan dankas.

b. Akses tidak langsung


29

Suatu perusahaan harus membatasi akses ke dokumen-dokumen yang

mengendalikan aktiva fisiknya.Misalnya, seorang individu dengan akses ke

permintaan pembelian, pesanan pembelian, dan laporan penerimaan, memiliki

bahan untuk melakukan penipuan transaksi pembelian.Dengan dokumen

pendukung yang tepat, transaksi penipuan dapat dilakukan agar kelihatan valid

menurut sistem tersebut dan akhir dibayar.

6. Verifikasi independen.

Bagian utang dagang berperan penting dalam verifikasi pekerjaan

yang dilakukan oleh pihak lain dalam sistem ini. Salinan dokumen sumber

kunci mengalir ke bagian ini untuk diperiksa dan dibandingkan.Setiap

dokumen berisi fakta-fakta unik tentang transaksi pembelian, di mana

petugas administrasi utang dagang harus merekonsiliasi sebelum

perusahaan mengakui suatu kewajiban.

Bagian buku besar umum menyediakan verifikasi independen

lainnya dalam sistem tersebut. Departemen ini menerima voucher jurnal

dari pengendalian persediaan, utang dagang, dan pengeluaran kas. Dari

angka-angka rangkuman ini, petugas administrasi buku besar umum

memverifikasi bahwa total kewajiban dicatat samadengan total persediaan

yang diterima dan bahwa total pengurangan utang dagang sama dengan

total pengeluaran kas.

2.1.11 Prosedur Penerimaan Kas

Menurut Hall (2007:239), bagian-bagian yang terlibat dalam

prosedur penerimaan kas adalah:


30

1. Bagian penerimaan dokumen

Bagian penerimaan dokumen menerima cek dari pelanggan

bersama dengan permintaan pembayaran.Dokumen ini berisi informasi

utama yang diperlukan untuk akun pelanggan.Permintaan pembayaran,

biasanya adalah bagian dari faktur yang telah ditagihkan ke pelanggan.

Ketika pembayaran dilakukan, pelanggan merobek bagian permintaan

pembayaran dan mengembalikannya ke penjual bersama dengan

pembayaran tunai.

Kegunaan dari dokumen ini lebih terlihat pada perusahaan yang

mempunyai banyak pelanggan dan memproses banyak transaksi

penerimaan kas setiap hari. Staf bagian penerimaan dokumen mengirimkan

cek dan permintaan pembayaran ke staf administrasi yang akan

menstempel tersebut. Hanya untuk disetor dan mencocokkan jumlah pada

permintaan pembayaran dengan cek tersebut daftar permintaan

pembayaran.Daftar permintaan pembayaran adalah catatan dari semua kas

yang diterima.

2. Penerimaan kas

Kasir memverifikasi keakuratan dan kelengkapan antara cek dengan

permintaan pembayaran.Setiap cek yang hilang dan salah dikirimkan dari bagian

penerimaan dokumen dan bagian penerimaan kas diidentifikasi. Setelah

rekonsiliasi antara cek dengan permintaan pembayaran, kasir mencatat

penerimaan kas pada jurnal penerimaan kas. Semua transaksi penerimaan kas

dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Perhatikan bahwa setiap cek yang diterima
31

dan pelanggan ditulis terpisah pada jurnal penerimaan kas. Selanjutnya, staf

menyiapkan slip setoran bank rangkap tiga yang menunjukan total nilai

penerimaan harian dan menyerahkan cek tersebut beserta dua salinan dari slip

setoran ke bank. Setelah dana distor, kasir bank memvalidasi slip setoran bank

dan mengembalikan satu salinan ke bagian pengawasan. Pada akhir hari kerja, staf

penerimaan kas merangkum ayat jurnal dan menyiapkan voucher jurnal dengan

mendebit kas.

3. Bagian buku besar

Secara berkala, bagian buku besar penerima voucher jurnal dari

departemen penerimaan kas dan rangkuman akun dari bagian piutang

usaha. Staf melakukan proses pembukuan dari voucher jurnal ke akun

pengendali piutang dagang dan akun pengendali kas, merekonsiliasi akun

pengendali piutang usaha dengan rangkuman buku besar pembantu piutang

usaha, dan menyimpan voucher jurnal.

4. Bagian Piutang usaha

Bagian piutang usaha melakukan proses pembukuan permintaan

pembayaran pada akun pelanggan di buku besar pembantu piutang usaha.

Setelah proses pembukuan, permintaan pembayaran disimpan untuk jejang

audit. Pada akhir hari kerja, staf bagian piutang usaha merangkum akun

buku besar pembantu piutang usaha dan menyerahkan rangkumannya ke

departemen buku besar umum.

5. Bagian buku besar

Secara berkala, bagian buku besar penerima voucher jurnal dari


32

departemen penerimaan kas dan rangkuman akun dari bagian piutang

usaha.

Prosedur penerimaan kas di gambar 2.1


Gambar 2.1. Prosedur PenerimaanKas

RuangPenerimaanDokumen PenerimaanKas PiutangUsaha BukuBesar

Pelangga
Ce DP Rangkuman
Ce Daftarpermintaa Permintaa
Permintaan n
akun

Proses Perbaruibuku
Cocokkan cek dengan Jurnal Bukubesar Perbarui
permintaan pembantu
pembayaran dan piutang
Vouche

Slipsetoran
Slipsetoran Daftar
Daftarpermintaa rmintaa Ikhtisar Ikhtisarakun
mbayara
Daftarpermintaa Voucher
n Permintaan

Cek
Daftar File
Cek File

File Bank

Sumber: Hall, James A., Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Alih Bahasa: Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Edisi

Keempat, Jakarta: Salemba Empat,(2007:240).


Staf melakukan proses pembukuan dari voucher jurnal ke akun pengendali

piutang dagang dan akun pengendali kas, merekonsiliasi akun pengendali

piutang usaha dengan rangkuman buku besar pembantu piutang usaha, dan

menyimpan voucher jurnal.

6. Kontroler

Secara berkala, staf dari departemen kontroler (atau karyawan yang

tidak terkait dengan prosedur penerimaan kas) mencocokkan penerimaan

kas dengan membandingkan dokumen berikut ini: (a) salinan dari daftar

penerimaan pembayaran, (b) slip setoran bank yang diterima dari bank, (c)

voucher jurnal dari bagian penerimaan kas dan bagian piutang usaha.

2.1.12 Prosedur Pengeluaran Kas

Prosedur pengeluaran kas dilaksanakan oleh beberapa unit

organisasi dalam perusahaan. Bagian-bagian yang terkait dengan

prosedur hutangadalahbagian bagian utang, bagian pengeluaran uang, dan

bagian internal auditing. Fungsi dari masing-masing bagian tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Bagian Utang

Bagian utang membandingkan faktur pembelian dengan laporan

penerimaan barang. Apabila kedua dokumen tersebut menunjukkan data yang

sama, bagian utang kemudian menentukan apakah ada potongan atau tidak. Faktur

pembelian menunjukkan informasi tentang potongan, maka bagian utang bertugas

menghitung jumlah potongan pembelian.Faktur pembelian yang dilampiri dengan

laporan penerimaan barang diserahkan ke bagian persediaan untuk dicatat dalam


buku pembantu persediaan.Faktur pembelian dan laporan penerimaan barang yang

diterima kembali dari bagian persediaan, di bagian utang dicatat dalam buku

pembantu utang.Faktur pembelian kemudian diserahkan ke bagian buku besar

untuk dijurnal. Apabila digunakan sistem voucher, faktur pembelian dan laporan

penerimaan barang dibuatkan voucher dan dicatat dokumen pendukung disimpan

menunggu tanggal jatuh tempo.

b. Bagian Pengeluaran Uang

Fungsi bagian pengeluaran uang adalah:

1) Memeriksa bukti-bukti pendukung faktur pembelian atau voucher untuk

memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut sudah cocok dan

perhitungannya benar dan disetujui oleh orang-orang yang ditunjuk.

2) Menandatangani cek.

3) Mengecap “Lunas” pada bukti pendukung pengeluaran kas atau melubanginya

pada perforator.

4) Mencatat cek ke dalam daftar cek. Cek register dapat juga dikerjakan di

bagian akuntansi.

5) Menyerahkan cek kepada kreditur (orang yang dibayar).

c. Bagian Internal Auditing

Dalam hubungannya dengan prosedur pengeluaran kas, bagian

internal auditing bertugas untuk memeriksa buku pembantu utang,

mencocokkannya dengan jurnal pembelian dan pengeluaran uang. Apabila

digunakan sistem voucher, bagian internal auditing bertugas untuk

mencocokkan kumpulan voucher yang belum dibayar dengan voucher-


voucher yang sudah dibayar dengan daftar cek. Selain itu bagian internal

auditing membuat rekonsiliasi laporan bank untuk mencocokkan saldo

rekening kas dengan saldo menurut laporan bank.

Flowchart dokumen yang rinci dari sistem pengeluaran kas disajikan

pada gambar 2.2. Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bagian-bagian

yang terlibat dalam pengeluaran kas sebagai berikut:

1. Bagian utang dagang.

Proses pengeluaran kas dimulai di bagian utang usaha. Setiap hari,

petugas administrasi utang dagang mempelajari file utang voucher terbuka

(utang usaha) untuk jatuh tempo setiap item dan mengirimkan voucher dan

dokumen pendukung (permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan

penerimaan dan faktur) ke bagian pengeluaran kas. Petugas utang usaha

mendebit akun pemasok di buku besar pembantu utang usaha dan

mengirimkan rangkuman akun ke bagian buku besar.

2. Bagian pengeluaran kas.

Petugas administrasi pengeluaran kas menerima paket voucher dan

mempelajari kelengkapan dan keakuratan administrasi dokumen tersebut. Untuk

setiap pengeluaran, petugas administrasi menyiapkan cek yang terdiri atas tiga

bagian dan mencatat nomor cek, jumlah dolar, nomor voucher, dan data penting

lainnya dalam register cek, juga disebut sebagai jurnal pengeluaran kas. Cek

tersebut, bersama dengan dokumen pendukung lainnya, dikirim ke manajer

departemen pengeluaran kas, atau bendahara, untuk ditandatangani. Bagian yang

dapat dinegosiasikan dari cek tersebut dikirimkan ke pemasok, dan pemasok


administrasi melekatkan satu salinan cek ke paket voucher sebagai bukti

pembayaran dan menyimpan salinan cek yang ketiga.

Gambar 2.2. Prosedur PengeluaranKas

AkunPembelian PengeluaranKas Bukti BesarUmum

Membukafile PR

voucher Rangku Voucher


A
RRfaktur Menyia
Mencari
Permintaan Cek pkan
file Pengeluaran Diposkanke
voucher Kas Register
Pembelian Meyia
BBUdarivoucer
3 Cek jurnal dan
Buku Permintaan pkan
merekonsiliasi
Pelanggan
2 BBU ke
besar Buku
utang Cek1
Cek
dagang besar
Pengeluaran umu

PR
Rangkuma
PO
A POPR RRfaktur n
Voucher
Cek
RR faktur
Pengeluar
Menanda
Cek anKas

-tangani
PR
Cek File
PO

RRfaktur
Regist Menutup
File
Cek Cek
voucher
Kas
Cek
(salinan)
File
Suplier

Sumber: Hall, James A., Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Jakarta:
Salemba Empat(2007:331)
Petugas tersebut menandakan dokumen-dokumen dalam paket

voucher sebagai telah dibayar dan mengembalikan mereka ke departemen

utang usaha. Ketika menerima peket voucher, petugas administrasi utang

dagang menutup voucher terbuka dengan mencatat nomor cek dalam

register voucher dan menyimpan paket voucher tersebut dalam file voucher

tertutup. Akhirnya petugas pengeluaran kas merangkumkan jurnal yang

dibuat ke register cek dan mengirim voucher jurnal dengan ayat jurnal

sebagai berikut:

Utang usaha xxxx

Kas xxxx

3. Bagian buku besar.

Petugas administrasi buku besar menerima voucher jurnal dari

pengeluaran kas dan rangkuman akun dari utang dagang. Angka voucher

menunjukkan total pengurangan dari kewajiban perusahaan dan akun kas

sebagai hasil dari pembayaran ke pemasok. Petugas administrasi buku besar

memposkan ke akun pengendalian utang usaha dan kas dalam buku besar

umum dan merekonsiliasi akun kontrol utang dagang dengan rangkuman

buku besar pembantu utang dagang dan tahap ini menyelesaikan prosedur

pengeluaran kas.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang kajian sistem pengendalian internal atas

penerimaan dan pengeluaran kas telah banyak dilakukan, diantaranya seperti


35

penelitian yang telah dilakukan oleh Sabella (2011) pada PT Javas Tripta

Gemala yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem pengendalian intern

penerimaan kas perusahaan distributor PT Javas ripta Gemala telah

memadai sesuai dengan unsur-unsur sistem pengendalian intern kecuali

untuk penilaian resiko dan pemantauan masih perludiperhatikan. Penelitian

yang dilakukan oleh Meidiana tersebut membahas tentang pengendalian

intern penerimaan kas. Peneliti mencoba menambahkan pokok bahasan

dengan memasukkan unsur pengeluaran kas pada permasalahan yang ingin

diteliti karena penerimaan dan pengeluaran kas sangat penting dan rawan

bagi perusahaan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Arnas dkk (2013) pada PT Kaltim Nusa

Etika mengungkapkan bahwa satuan pengawas internal (SPI) belum

berjalandengan baik terlihat pada pengendalian intern penerimaan dan

pengeluaran kas dan prosedur akuntansi PT Kaltim Nusa Etika belum sepenuhnya

memenuhi unsur-unsur pengendalian intern, karena masih ada unsur pengendalian

intern dalam perusahaan yang belum sepenuhnya dilaksanakan. Antara lain,

penempatan kasir di ruangan yang sama dengan karyawan lain, uang tunai yang

ada di tangan kasir tidak diasuransikan, tidak ada rekonsiliasi bank yang

dilakukan oleh penyelidikan interna dan PT Kaltim Nusa Etika tidak melakukan

perputaran jabatan sehingga kemungkinan penipuan masih sangat besar. Berbeda

dengan penelitian terdahulu. Peneliti mengganti objek penelitian pada bidang jasa

yaitu RSAB Harapan Kita karena peneliti ingin lebih mendalami pengendalian

intern kas di perusahaan jasa.


36

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada awalnya peneliti melakukan kajian teoritis mengenai pengendalian

intern. Pengendalian intern sangat diperlukan perusahaan untuk mencegah

terjadinya penyimpangan terhadap asset perusahaan dan juga untuk mengelola

aktivitas perusahaan dengan baik. Kas merupakan aktiva lancar yang sangat

penting dan rawan bagi perusahaan karna sifatnya serbaguna, ringkas dan mudah

dibawa. Sehingga sangat besar terjadi penyimpangan pada kas suatu perusahaan

membutuhkan pengendalian intern yang memadai.

Tahap selanjutnya peneliti mencoba menemukan masalah pokok yang ada

pada objek penelitian yaitu RSAB Harapan Kita dengan melakukan observasi

langsung dan wawancara pihak terkait di penerimaan dan pengeluaran kas.

Analisis yang dilakukan dengan menekankan unsur efektivitas pengendalian

intern kas. Perusahaan dengan pengendalian yang baik adalah perusahaan yang

memenuhi unsur efektivitas pengendalian intern, jika tidak ada salah satu unsur

tersebut maka perusahaan belum cukup mengelola kas dengan baik. Analisis yang

dilakukan oleh peneliti adalah analisis perbandingan, yaitu perbandingan antara

aturan dan pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas, perbandingan

aturan dan pelaksanaan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas, dan

Perbandingan antara strategi dan pelaksanaan pengendalian intern di RSAB

Harapan Kita. Hasil dari analasis tersebut dapat disimpulkan bahwa apakah ada

perbedaan antara aturan dan pelaksanaan pengendalian intern di RSAB Harapan

Kita.
37

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

Kerangka Teoritis

Permasalahan dalam objek penelitian

Analisis perbandingan

Perbandingan aturan dan Perbandingan antara teori dan


pelaksanaan pengendalian intern praktik pengendalian intern di
penerimaan dan pengeluaran kas RSAB Harapan Kita

Hasil analisis pengendalian intern


penerimaan dan pengeluaran kas

Sumber Diolah oleh peneliti


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih

menekankan pada pengolahan data kualitatif yang umumnya diperoleh melalui

wawancara dengan responden maupun observasi dan dilakukan secara mendalam

(Heidwigis dkk : 2010).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Sugiono (2009:38) adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah RSAB Harapan Kita. Dalam

penelitian ini peneliti memfokuskan permasalahan pada kegiatan penerimaan dan

pengeluaran kas RSAB Harapan Kita.

3.3 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer menurut Sugiono (2009:38) adalah sumber data

yang diperoleh langsung dari sumber asli atau tidak melalui media

perantara. Sementara data sekunder menurut Sugiono (2009:38) adalah

sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan


memahami melalui media
40

lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.

Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan hasil

observasi di RSAB Harapan Kita. Sedangkan data sekunder dalam

penelitian ini adalah standar operasional RSAB Harapan Kita.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan

wawancara. Observasi menurut Sugiono (2009:39) adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, yang

dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang diselidiki.

Bagian yang di observasi adalah bagian kasir, perbendaharaan, akuntansi

dan standar operasional perusahaan agar dapat dianalisis unsur efektivitas

pengendalian intern RSAB Harapan Kita.

Menurut Sugiono (2009:39) wawancara merupakan metode pengumpulan

data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis

dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Pihak terkait yang akan

diwawancara adalah :

Gambar 3.1
41

Daftar narasumber
Nama Jabatan Deskripsi Jabatan
Bertanggungjawab
mengatur dan
Ka.Sub.Bag.
H. Yusuf Effendi, SE menyelenggerakan
Perbendaharaan
kegiatan perbendaharaan
RSAB Harapan Kita
Melakukan koordinasi,
perencanaan,
Dra. Eti Rohati, DCN, pemantauan dan evaluasi
Kepala SPI
MARS terhadap pelaksanaan
tugas yang dilaksanakan
oleh bagian SPI
Menyelenggarakan
Administrasi penerimaan
dana Rumah
Bendahara
Juhrati Sakit.Penerimaan Uang
Penerima
Pendaftaran Konsultasi,
Tindakan, Obat, dan
Pembayaran Jasa Dokter
Menyelenggarakan
Bendahara
Afra octaria, SE Administrasi penggunaan
Pengeluaran
dana Rumah sakit
Sumber : Diolah oleh peneliti

3.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu

menginterpretasikan data yang diperoleh dengan cara (Sugiono : 2009) :

1. Mengumpulkan data, Pengumpulan data merupakan bagian integral dari

kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi

2. Mengklasifikasikan dan mengolah data, diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan catatan tertulis di lapangan

3. Bandingkan dengan teori yang berlaku umum dan penarikan kesimpulan,


42

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa

kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian


4.1.1 Sejarah dan Profil RSAB Harapan Kita
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, yang selanjutnya

disingkat menjadi RSAB Harapan Kita adalah Rumah Sakit Pemerintah

yang bertipe B Khusus. Rumah sakit ini dibangun oleh Yayasan “Harapan

Kita”. Pada awal berdirinya merupakan gagasan dari Ibu Tien Soeharto

sebagai Ibu Negara Republik Indonesia dan sebagai Ketua Yayasan

“Harapan Kita” pada waktu itu. Gagasan ini didorong dari pemikiran

naluriah seorang ibu yang berkeyakinan bahwa anak - anak merupakan

generasi penerus bangsa yang dapat mengangkat derajat bangsa Indonesia di

masa yang akan datang ke tingkat yang lebih terhormat dan dikagumi oleh

bangsa lain, sehingga perkembangan fisik dan mental mereka hendaknya

senantiasa dijaga. Hal ini, akan dapat dicapai melalui upaya penyediaan

sarana dan prasarana yang menunjang diantaranya adalah dengan

membangun Rumah Sakit Khusus untuk Anak dan Ibu.

RSAB Harapan Kita diresmikan bertepatan dengan hari Ibu

Nasional, yaitu tanggal 22 Desember 1979 oleh Bapak Soeharto selaku

Presiden Republik Indonesia pada waktu itu. Peresmian dilanjutkan dengan

penyerahan RSAB Harapan Kita kepada pemerintah Departemen Kesehatan

pada bulan Juni 1998. Penyerahan kepemilikan RSAB Harapan Kita kepada

pemerintah RI ini berarti


45

seluruh aset yang dimiliki oleh RSAB Harapan Kita tersebut merupakan milik

bangsa dan negara RI.

Namun demikian, agar pengelolaan dan pengembangan selanjutnya

dari RSAB Harapan Kita sesuai dengan gagasan - gagasan yang dicetuskan

oleh Yayasan “Harapan Kita” dan untuk tetap memberikan kesempatan yang

luas bagi partisipasi masyarakat itu sendiri maka pengelolaan RSAB

Harapan Kita diserahkan kepada Yayasan “Harapan Kita” dengan bantuan

dari pemerintah, sesuai Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan

Republik Indonesia dan Ketua Yayasan “Harapan Kita” Nomor :

22A/MENKES/SKB/I/1986 dan Nomor : I/Kpts/YHK-1/1986 tanggal 10

januari 1986 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan RSAB Harapan

Kita yang pada waktu itu masih di bawah pengelolaan Yayasan Harapan

Kita.

Adapun bantuan pemerintah antara lain dalam bentuk pemenuhan

kebutuhan pegawai yang diperlukan dropping anggaran subsidi setiap tahun

yang sepenuhnya dilaksanakan melalui Depertemen Kesehatan RI. Hal ini

berlangsung sejak pendirian sampai dengan adanya perubahan situasi politik

yang berakhir dengan diserahkannya pengelolaan RSAB Harapan Kita

secara resmi kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia oleh

Presiden Soeharto pada tanggal 30 Juli1998.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memberikan otonomi

yang lebih luas kepada unit / satuan kerja, pemerintah telah menetapkan PP

Nomor 6 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan), maka pada


46

tanggal 12 Desember 2000 RSAB Harapan Kita berubah statusnya dari Unit

Pelaksana Teknis dibawah Depkes menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan)

suatu Badan Usaha Milik Negara, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI

Nomor 127 tahun 2000 tentang Pendirian. Perusahaan Jawatan RS Anak dan

Bersalin Harapan Kita. Dengan perubahan status ini diharapkan rumah sakit

akan lebih leluasa menerapkan prinsip - prinsip bisnis pelayanan kesehatan

sehingga tujuan rumah sakit sebagai penunjang pembangunan kesehatan

nasional akan tercapai sebaik - baiknya. Peraturan pemerintah ini dapat juga

dijadikan landasan hukum bagi unit kerja dari instansi pemerintah dalam

menjalankan kegiatan pelayanan secara mandiri dan otonomi dengan prinsip

dan kaidah sebagaimana dalam pengelolaan perusahaan.

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk pengembangan pelayanan

rumah sakit dimasa yang akan datang perlu dilakukan perubahan khususnya

dalam pengembangan pelayanan sekunder dan tertier kesehan ibu. Maka

pada tahun 2005 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

271/MENKES/SK/II/2005 tanggal 23 Februari 2005 tentang perubahan

nama Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita menjadi Rumah Sakit

Anak dan Bunda Harapan Kita. Dengan adanya Surat Keputusan Menteri

Kesehatan ini, maka secara resmi nama rumah sakit berubah dalam segala

kegiatan administrasi dan teknis, akan tetapi perubahan tersebut tidak

mempengaruhi singkatan dari rumah sakit ini, yaitu RSAB Harapan Kita.

Selanjutnya terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaga Negara RI


47

tahun 2005 Nomor 48), disertai pula dengan Surat Menteri Kesehatan RI

Nomor 861/MENKES/VI/2005 tanggal 16 Juni 2005 perihal Perubahan

Bentuk RS Perjan. Dengan demikian maka status RSAB Harapan Kita

berubah lagi dari Perusahaan Jawatan menjadi Badan Layanan Umum

(BLU) pada tanggal 13 Juni 2005.

RSAB Harapan Kita berlokasi di Jalan Let. Jend. S. Parman Kavling

87, Slipi - Jakarta Barat 11420, Indonesia. Letaknya bersebelahan dengan

RS Kanker Dharmais dan cukup sentral. Areal bangunannya menempati

sebidang tanah seluas 87.850 m2 atau hampir 9 (sembilan) hektar dan luas

lantai bangunan keseluruhannya 38.645 m2.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran, kini RSAB Harapan Kita sudah mempunyai fasilitas dan

kemampuan menyelenggarakan hampir semua jenis pelayanan kesehatan

spesialis maupun subspesialistik untuk ibu dan anak serta merupakan pusat

layanan rujukan tingkat nasional. Hingga tahun ini perkembangan dan

pembangunan RSAB Harapan Kita terus meningkat, hal ini dapat dilihat

dari luas bangunan yang hampir mencapai 9 (sembilan) hektar. Adapun

kapasitas tempat tidur berjumlah 500 dan tempat tidur siap pakai sebanyak

319 buah.

Saat ini RSAB Harapan Kita telah berkiprah selama 28 tahun lebih

di bidang kesehatan, khususnya Anak dan Bunda. Dalam kurun waktu

tersebut telah banyak pelayanan pengobatan dan perawatan kesehatan

spesialis / subspesialis untuk anak dan bunda yang telah diberikan dari
48

RSAB Harapan Kita.

4.1.2 Struktur Organisasi


49

Gambar 4.1
Struktur Organisasi

Sumber : RSAB Harapan Kita


47

Struktur organisasi berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas :

a. Direktur Utama

Direktur Utama RSAB Harapan Kita mempunyai tugas dalam

menyelenggarakan kegiatan penerimaan dan pengeluaran kas yaitu

mengotorisasi setiap transaksi keuangan.

b. Direktur Keuangan

Direktur keuangan mempunyai tugas Merencanakan, mengembangkan, dan

mengontrol fungsi keuangan dan akuntansi di RSAB Harapan Kita dalam

memberikan informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk

membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang mendukung

pencapaian target financial RSAB Harapan Kita.

c. Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)

Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) adalah Satuan Kerja Fungsional yang

bertugas membantu direksi melaksanakan kegiatan pemeriksaan, penilaian dan

pengendalian terhadap pengelolaan keuangan dan pelaksanaan operasional rumah

sakit intern rumah sakit. Menurut hasil wawancara dengan SPI, bagian ini berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

d. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi dana

Bagian perbendaharaan dan mobilisasi dana terdiri dari :

1. Kepala Bagian
48

Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan keuangan di bagian perbendaharaan

dan mobilisasi dana.

2. Kepala sub bagian perbendaharaan

Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perbendahaan. Ka.Sub.Bag

perbendaharaan membawahi 2 (dua) bendahara :

∑ Bendahara Penerimaan

Bendahara penerima bertugas menyelenggarakan Administrasi penerimaan

dana Rumah Sakit. Penerimaan Uang Pendaftaran Konsultasi, Tindakan, Obat,

dan Pembayaran Jasa Dokter.

∑ Bendahara Pengeluaran

Bendahara pengeluaran bertugas menyelenggarakan Administrasi

penggunaan dana Rumah sakit dan bertanggung jawab atas pengeluaran kas.

∑ Koordinator

Bertugas membawahi langsung staf perbendaharaan dan kasir. Jumlah

koordinator di bagian perbendaharaan adalah 4 orang.

∑ Staf perbendaharaan

Bertugas menjalankan administrasi penerimaan dan pengeluaran kas RSAB

Harapan Kita. Staf perbendaharaan terdiri dari dari 11 orang.

∑ Kasir

Bertugas menerima pembayaran dari pasien. Jumlah kasir di RSAB Harapan

Kita terdiri dari 15 kasir.


49

3. Kepala Sub bag mobilisasi dana

Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan mobilisasi dana. Staf mobilisasi

dana terdiri dari 15 orang.

e. Akuntansi dan Verifikasi

Bagian akuntansi dan verfikasi bertanggung jawab atas penyusunan laporan

keuangan pokok berdasarkan pedoman akuntansi rumah sakit, penyusunan

keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Instansi, Penyusunan analisa biaya,

penyusunan tarif, pengelolaan piutang, melayani kebutuhan akan informasi

keuangan rumah sakit bagi manajemen rumah sakit serta melayani general audit

oleh auditor internal maupun eksternal.

4.2 Analisis Pengendalian Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas

4.2.1 Analisis Penerimaan RSAB Harapan Kita

Penerimaan kas merupakan salah satu sumber modal dalam menjalankan

operasional suatu perusahaan. Penerimaan kas pada RSAB Harapan Kita berbeda

dengan penerimaan kas pada perusahaan dagang. Karena rumah sakit merupakan

perusahaan jasa dalam bidang pelayanan kesehatan. Jadi besar kecilnya

pendapatan adalah tergantung dari seberapa banyak pasien yang berobat.

Sumber dana inti pada RSAB Harapan Kita berasal dari penerimaan rawat

jalan dan rawat inap. Tetapi pada dasarnya jika operasional rumah sakit hanya

mengandalkan dari pembayaran rawat inap dan rawat jalan saja maka keuangan

pada kas RSAB Harapan Kita akan mengalami defisit (-) atau lebih besar biaya

operasional
50

atau pengeluaran daripada pemasukan / penerimaan kas. Maka dari itu RSAB

Harapan Kita memiliki penerimaan kas yang bersumber dar pendapatan lain-lain

seperti biaya sewa, diklat dan lain lain. Pendapatan lain lain langsung disetor ke

bank Bendahara penerima dengan nominal sesuai kontrak dari bagian umum.

Gambar 4.2
Rata rata penerimaan perbulan

RATA - RATA
TOTAL PENERIMAAN
NO PENERIMAAN PENERIMAAN PER
TAHUN 2015
BULAN
1. RAWAT JALAN Rp 15.822.553.502 Rp 1.318.546.125
2. RAWAT INAP Rp 178.999.840.749 Rp 14.916.653.396
3. LAIN LAIN Rp 11.249.614.435 Rp 937.467.870
TOTAL Rp 206.072.008.686 Rp 17.172.667.391

Sumber : RSAB Harapan Kita

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan di RSAB

Harapan Kita cukup besar, mengingat jumlah penerimaan perbulan diatas Rp.

1.000.000.000.

Seperti yang telah dijelaskan pada sistem penerimaan kas pada gambar 4.2,

maka sudah diketahui bahwa penerimaan kas RSAB Harapan Kita berasal dari

pendapatan rawat jalan, rawat inap dan lain lain. Berikut ini adalah prosedur dari

penerimaan kas yang ada di RSAB Harapan Kita.

1. Penerimaan kas yang berasal dari pelayanan Rawat Jalan

Penerimaan kas yang berasal dari rawat jalan dimulai dari pasien datang ke

bagian kasir dengan membawa bukti layanan, kemudian kasir mencetak kwitansi,
51

menerima dan mengecek pembayaran dari pasien. Uang tunai disimpan dalam

cash-box sedangkan pembayaran non-tunai menggunakan kartu debit/kartu kredit,

strook disimpan dalm cash-box. Kemudian kasir menyerahkan kwitansi asli

kepada pasien.

Pada akhir shift Kasir melakukan perhitungan uang tunai dan strook kartu

debit/kartu kredit yang ada dalam cash-box, kemudian mencetak rekapitulasi

penerimaan kasir, setelah itu mencocokkannya dengan jumlah uang tunai dan

strook kartu debit/kredit pada cash box. Umumnya penerimaan dari rawat jalan

lebih banyak mnggunakan pembayaran kartu debit/kredit. Namun penerimaan kas

masih tergolong tinggi. Sebagaimana ditunjukan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Rekap Penerimaan Rawat Jalan
Tanggal 1 Desember s.d 6 Desember 2015

Tanggal Penerimaan Kas TUNAI Penerimaan Kartu Kredit / Debit


01/12/2015 Rp 75.702.159 Rp 105.445.120
02/12/2015 Rp 74.100.300 Rp 120.658.023
03/12/2016 Rp 50.187.231 Rp 131.482.031
04/12/2016 Rp 71.901.023 Rp 147.251.146
05/12/2016 Rp 69.105.473 Rp 164.525.564
06/12/2016 Rp 84.000.420 Rp 102.513.051
Total Rp 515.041.837 Rp 872.117.137
Sumber : RSAB Harapan Kita

Setelah menghitung uang tunai dan strook kartu kredit/debit, kasir mencetak

rekapitulasi penerimaan kasir , kemudian mencocokannya dengan jumlah uang

tunai dan strook kartu debit/kredit. Menurut SOP kasir diwajibkan untuk

melakukan rekonsiliasi dengan klinik terkait. Kasir Membuat bukti setoran dan

menyetorkan uang tunai ke Bank BRI. Kendala yang terjadi adalah kasir rawat

jalan juga terdiri


52

dari kasir UGD yang beroperasi 24 jam. Sehingga apabila Bank sudah tutup uang

setoran tersebut tidak bisa di setorkan di hari yang sama, menimbulkan kas yang

menumpuk pada cash box, hal ini sejalan dengan pernyataan Ibu Juhrati selaku

bendahara penerima yang menyatakan : “kas yang menumpuk di hari libur,

sampai pada saat ini belum ada perubahan prosedur/ belum ada solusi untuk

menangani masalah kas yang menumpuk di cashbox UGD”. Dalam SOP kasir

wajib menyetorkan uang ke bank setiap hari, sementara di hari libur bank tidak

beroprasi. Dalam hal ini tidak bisa disalahkan pada pelaksana karena memang

benar dalam SOP tidak dijelaskan tentang masalah setoran saat bank tutup.

Bendahara penerima dalam hal ini bertugas mencatatnya kedalam Buku Kas

Umum dan dibuatkan laporan harian penerimaan Kas/Bank yang kemudian

tembusannya di sampaikan ke Sub. Bag Akuntansi.

2. Penerimaan kas yang berasal dari pelayanan Rawat Inap

Prosedur ini dimulai dari unit tata rekening memberikan billing pasien

kepada kasir untuk dibuatkan kwitansi pembayaran atas selisih jumlah biaya

tagihan yang sudah dikurangi dengan deposit/ jaminan. Jaminan adalah garansi

yang diberikan oleh perusahaan maupun BPJS untuk membiayai pengobatan

pesertanya sesuai dengan jumlah nominal yang telah disepakati. Setelah pasien

melakukan pembayaran baik dengan uang tunai maupun menggunakan kartu

debit/ kredit, bukti pembayaran (struck) dan uang tunai akan disimpan dalam cash

box.. Sebagaimana dilihat dari tabel 4.4.


53

Tabel 4.4
Rekap Penerimaan Rawat Inap
Tanggal 1 Desember s.d 6 Desember 2015
Penerimaan Kas dari Uang Penerimaan Kas dari kartu
Tanggal Tunai kredit/ debit
01/02/2016 Rp78.702.800 Rp 68.266.612
02/02/2016 Rp74.100.300 Rp 83.600.000
03/02/2016 Rp54.500.000 Rp 90.890.000
04/02/2016 Rp71.900.290 Rp 88.641.299
05/02/2016 Rp80.000.000 Rp. 105.000.000
06/02/2016 Rp71.239.700 Rp 90.515.888
Total Rp497.777.756 Rp596.494.577
Sumber : RSAB Harapan Kita

Tahap berikutnya adalah memberikan hak pasien yaitu kwitansi asli bukti

pembayaran jasa perawatan. Sama halnya dengan rawat jalan, di akhir shift bagian

kasir akan melakukan penghitungan fisik uang tunai hasil transaksi selama satu

hari, dan juga menghitung jumlah uang masuk berdasarkan struck pembayaran,

Setelah dihitung dan dicocokkan dengan pencatatan, uang tunai tersebut langsung

disetorkan ke bank, dan bukti setornya diserahkan kepada Bendahara Penerimaan.

Bendahara penerima dalam hal ini bertugas mencatatnya kedalam Buku

Kas Umum dan dibuatkan laporan harian penerimaan Kas/Bank yang kemudian

tembusannya di sampaikan ke Sub. Bag Akuntansi. Di dalam penerimaan rawat

inap terdapat kendala yaitu kasir masih menerima pembayaran diatas Rp.

100.000.000 dapat dilihat dalam tabel 4.4, sementara dalam SOP kasir

diperbolehkan menerima uang hanya dibawah Rp. 100.000.000.


54

3. Penerimaan kas dari Pendapatan Lainnya

Merupakan penerimaan kas dari aktivitas diluar pelayanan kesehatan,

seperti penyewaan sarana dan prasarana rumah sakit, lahan parkir, hostel dan

sebagainya. Prosedur ini dimulai dari bendahara penerimaan menerima bukti setor

atau bukti transfer dari pihak ketiga yang membuat kesepakatan atau kontrak dan

mencocokkan dengan rekening koran di hari transaksi terjadi. Berikutnya

bendahara penerimaan membuat kwitansi dan menyerahkannya kepada pihak

ketiga yang bersangkutan, dan mencatat transaksi tersebut kedalam buku kas

umum. Penerimaan pembayaran dari layanan Business Center adalah salah satu

contoh penerimaan kas dari pendapatan lainnya.

Tabel 4.5
Penerimaan Kas dari Layanan Business Center
Tahun 2015
Bulan Jumlah penerimaan Business Center
Januari Rp 15.000.000,00
Februari Rp 118.525.000,00
Maret Rp 330.450.000,00
April Rp 259.832.000,00
Mei Rp 109.182.000,00
Juni Rp -
Juli Rp 35.670.000,00
Agustus Rp -
September Rp 729.724.000,00
Oktober Rp 1.250.000,00
Nopember Rp 178.750.680,00
Desember Rp 234.885.200,00
Total Rp 2.013.268.880,00
Sumber : RSAB Harapan Kita
55

4.2.2 Analisis Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Sistem pengendalian intern penerimaan kas dilakukan untuk melindungi

kekayaan organisasi dengan memeriksa keakuratan pencatatan penerimaan kas

berdasarkan bukti-bukti dan dokumen pendukung lainnya, sehingga dapat tercapai

efisiensi, efektivitas dan mendorong dipatuhinya kebijakan yang ditetapkan rumah

sakit. Pengendalian intern penerimaan kas mencakup:

1. Otorisasi transaksi

Otorisasi transaksi berkaitan dengan pemberian wewenang kepada masing-

masing bagian yang terlibat dalam penerimaan kas. Pimpinan rumah sakit

memberikan otorisasi kepada kasir untuk menerima kas dari pasien, menyimpan

kas dan menyetorkan kas ke bank setiap hari. Bagian keuangan mendapat otorisasi

dari Direktur Utama untuk memverifikasi bukti-bukti penerimaan kas berupa

kwitansi, daftar penerimaan kas harian dan bukti setor dari bank, dan

menerbitkan bukti pembayaran yang sah dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Untuk transaksi dengan nominal sampai dengan Rp. 100.000.000,- maka yang

berhak menerima pembayaran transaksi, dan menandatangani bukti

pembayaran adalah kasir.

B. Untuk transaksi dengan nominal lebih dari Rp. 100.000.000,- maka yang

berhak menerima pembayaran, dan menandatangani bukti pembayaran adalah

bendahara.

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan, ditemukan

bahwa penerimaan pembayaran dengan nominal di atas Rp. 100.000.000,- masih

diterima oleh kasir. Hal ini disebabkan karena adanya transaksi yang terjadi
56

setelah jam kerja berakhir. Dimana, jam kerja bendahara adalah jam kerja

karyawan non-shift, dan pembayaran tidak bisa ditunda sampai derngan keesokan

harinya. Hal ini akan mengakibatkan tingkat keamanan dari suatu transaksi

pembayaran mengalami penurunan. Dengan demikian, hal tersebut akan mengacu

pada lemahnya sistem pengendalian internal perusahaan. Kemudian, kegiatan

berikutnya berlanjut ke bagian akuntansi diberikan otorisasi untuk melakukan

pencatatan penerimaan kas ke dalam buku besar dan jurnal penerimaan kas.

Dari uraian tersebut dan berdasarkan hasil wawancara dengan SPI, diketahui

bahwa pemberian otorisasi atas penerimaan kas pada Rumah Sakit Anak Bunda

Harapan Kita belum terlaksana dengan baik, karena kasir masih menerima

pembayaran diatas Rp. 100.000.000, sementara dalam SOP kasir hanya

diperbolehkan menerima pembayaran dibawah Rp.100.000.000.

2. Pemisahan tugas

RSAB Harapan Kita, melalui Direktur Keuangan telah memisahkan

fungsi antara penerima uang dan bagian verifikasi data. Hasil observasi

langsung di RSAB Harapan Kita mendeskripsikan fungsi dalam keuangan

dengan membagi menjadi fungsi akuntansi (sebagai pencatat transaksi

keuangan), dan fungsi Perbendaharaan / keuangan (pelaku kegiatan

transaksi keuangan).

3. Supervisi (pengawasan)

Supervisi atau pengawasan penerimaan kas dilakukan dengan menempatkan

karyawan pada tempat yang tepat sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya

masing-masing. Pengawasan juga dilakukan dengan meminta laporan pelaksanaan


57

fungsi masing-masing bagian yang terlibat dalam penerimaan kas. Satuan

pengawas intern disini dipertanggungjawabkan kinerjanya, dengan adanya SPI

seharusnya pengawasan tentang laporan kasir dengan poli lebih di perhatikan ,

sebagai contoh harus adanya rekonsiliasi antara kasir dan poli. Akan tetapi

menurut observasi langsung kepada kasir, kasir sering kali tidak melakukan rekap

dengan poli. Sehingga ketidakcocokan setoran dengan data sering terjadi. Hal itu

dikarenakan kurangnya pengetahuan karyawan dan juga karyawan tidak

mematuhi kebijakan rumah sakit.

4. Catatan akuntansi

Pencatatan transaksi penerimaan kas didasarkan atas kwitansi yang

dibuat oleh kasir. Kwitansi tersebut penggunaannya harus

dipertanggungjawabkan oleh karyawan. Apabila terdapat kesalahan

pengisian kwitansi, maka kwitansi yang rusak atau salah tersebut harus

disimpan, sehingga bila dipertanyakan oleh atasan dapat

dipertanggungjawabkan. Pencatatan ke dalam buku besar dan jurnal

penerimaan kas didasarkan atas bukti setor uang ke bank, daftar

penerimaan kas harian dan kwitansi lembar 2 yang telah diverifikasi oleh

bagian keuangan. Pencatatan transaksi dilakukan dengan menggunakan

komputer. Observasi langsung dilakukan ke bagian kasir, kendala yang di

temukan kuitansi yang batal justru terlihat tergeletak dan berada di tempat

sampah.

5. Pengendalian akses
58

Pengendalian akses dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan

kas untuk kepentingan pribadi karyawan. Pengendalian akses dilakukan dengan

mewajibkan kasir menyimpan uang dalam lemari besi yang terkomputerisasi.

Penyetoran kas yang diterima ke bank dilakukan setiap hari, dan pada saat

penyetoran dilakukan wajib meminta bukti setor dari petugas bank. Menurut

bendahara penerima kendala terjadi apabila kegiatan pembayaran / penerimaan

kas dilakukan di hari libur, sementara bank tidak beroprasi di hari libur sehingga

kas tidak bisa di setor di hari yang sama, tetapi kas di simpan di dalam cash box.

Sehingga bisa terjadi fraud / kecurangan yang terjadi seperti berkurangnya jumlah

setoran kasir. Oleh karena itu keesokan harinya bendahara wajib untuk memeriksa

dan menghitung ulang jumlah kas yang diterima. Didalam SOP tidak dijelaskan

tentang penyetoran uang dihari libur, sehingga belum ada pemecahan masalah

tersebut.

6. Verifikasi independen

Verifikasi independen dilakukan dengan menempatkan sebagian karyawan

sebagai satuan pengendalian intern (SPI) yang bertugas untuk memeriksa dan

memverifikasi seluruh bukti-bukti transaksi penerimaan kas. Dalam hal ini, SPI

melakukan pemeriksaan dengan mencocokkan antara kwitansi dengan bukti setor

uang yang disimpan oleh bagian akuntansi setiap bulan. Hasil pemeriksaan yang

dilakukan dilaporkan kepada atasan, dan memberikan rekomendasi tindakan

korektif agar kesalahan yang serupa tidak terulang lagi di masa mendatang. Dalam

hal ini fungsi SPI sudah dijalankan dengan cara melakukan rekonsiliasi bank.
59

4.2.3 Sistem Pengeluaran Kas pada RSAB Harapan Kita

Sistem pengeluaran kas yang digunakan oleh RSAB Harapan Kita adalah

dengan menggunakan Cek dan uang tunai (dengan sistem dana kas kecil). Sistem

pengeluaran kas RSAB Harapan Kita melibatkan pihak luar, dalam hal ini Bank

BRI adalah pihak luar yang terkait dalam proses kas keluar. Dengan

digunakannya cek di setiap pengeluaran kas perusahaan, maka transaksi

pengeluaran kas tersebut juga direkam oleh pihak bank (BRI). Pihak bank akan

mengirimkan rekening koran sebagai bukti transaksi yang terjadi secara periodik.

Rekening koran inilah yang digunakan oleh perusahaan sebagai kontrol atas

keakuratan pencatatan pengeluaran kas. Jenis cek yang digunakan adalah cek atas

unjuk, dimana yang berkepentingan dapat langsung mencairkannya baik secara

langsung ataupun diwakilkan oleh rekannya hanya dengan menunjukkan identitas

diri.

Siklus pengeluaran pada perusahaan jasa Rumah Sakit ini hanya

mencakup perolehan aktiva dan peralatan, jasa dokter, obat – obatan, telepon,

listrik, pam, laundry dan lain – lain sebagainya untuk digunakan pada operasional

Rumah Sakit tersebut. Siklus ini dimulai dari adanya, Permintaan pembelian dari

masing-masing departemen ( keuangan, pelayanan medis, dan penunjang medis)

yang membuat laporan permohonan pembelian barang/pengeluaran dana. Setelah


60

supplier mengirimkan barang yang dipesan dan telah dimasukkan ke Gudang

maka bagian administrasi membuat Bon masuk yang dikirimkan ke bagian

akuntansi.

Setiap perusahaan termasuk RSAB Harapan Kita memerlukan suatu

struktur pengendalian intern yang baik dan berkaitan dengan siklus-siklus

pemrosesan transaksi perusahaan terutama siklus pendapatan dan

pengeluaran yang merupakan pokok permasalahan dalam penelitian ini

sehingga tujuan perusahaan dalam memperoleh laba dapat tercapai.

Dengan demikian maka rangkaian kegiatan operasional perusahaan harus

berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sehingga perusahaan dapat

mempertahankan kesinambungan dan pengembangannya untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Dengan sistem applikasi siklus pendapatan dan pengeluaran

perusahaan yang menekankan konsep independensi atau pemisahan tugas

dalam aspek struktur pengendalian intern yang baik akan mempengaruhi

efektifitas dan efisien perusahaan. Struktur pengendalian intern yang baik

mencakup kebijaksanaan dan prosedur- prosedur yang ditetapkan untuk

memberikan jaminan tercapainya tujuan perusahaan. Dengan konsep yang

didasarkan atas tanggung jawab manajemen yang berhubungan dengan

penjagaan aktiva dan kelayakan laporan keuangan sesuai dengan tujuan-

tujuan setiap applikasi yang signifikan didalam organisasi Untuk mencapai

tujuan kekayaan setiap organisasi membutuhkan komponen-komponen

yang meliputi sejumlah kebijaksanaan dan prosedur dalam melaporkan


61

keuangan, pelaksanaan dan operasi perusahaan dengan melakukan otorisasi

manajemen dan rencana organisasi dengan pemisahan tugas untuk

mengurangi kesalahan dalam kegiatan organisasi. Dengan sistem yang baik

kebocoran-kebocoran dan kecurangan serta pemborosan dapat diketahui

secara dini sehingga pemilik perusahaan akan segera dapat mengambil

tindakan-tindakan yang diperbaiki untuk mengatasinya.

Pengeluaran kas dibagi menjadi pengeluaran kas pihak internal dan

pihak eksternal.

1. Pengeluaran Kas untuk Pihak Internal

Pengeluaran kas untuk pihak internal adalah pengeluaran kas yang

dibayarkan kepada pihak internal seperti belanja gaji, honor, pemeliharaan

dan lain lain. Prosedur ini dimulai dari instalasi yang berkepentingan

dengan persetujuan direktur masing masing membuat permohonan

pengeluaran dana disertai data pendukung mengajukannya ke bagian

anggaran. Bagian anggaran meneliti permohonan dana tersebut ke laporan

ketersediaan anggaran dan mencatat dalam kartu monitoring anggaran

kemudian meneruskannya ke bagian bendahara untuk dibuatkan bukti kas

keluar. Kemudian bendahara meminta persetujuan kepada kasubag

perbendaharaan, kabag perbendaharaan dan direktur. Setelah mendapatkan

persetujuan bendahara melakukan pembayaran dari dana tunai .Jika

jumlahnya besar dan dana tunai tidak cukup, maka diambilkan dari

rekening bank melalui mekanisme pengambilan dana dengan cek. Setelah

membayarkan bendahara mencatat bukti pengeluaran dalam buku kas


62

umum, dan mengarsipkan bukti pengeluaran.

Tabel 4.6
Pengeluaran Kas Internal
Desember 2015

No. Pengeluaran Jumlah


1 Belanja Gaji & Tunjangan Rp 6.356.885.805,00
2 Dan Lain-Lain Rp 940.563.002,00
3 Biaya Bank Rp 2.042.399,00
4 Imbal Jasa Rp 2.081.068.798,00
5 Honor Tim Rp -
Konsul Hukum/Sewa Hosting&Domain/Langganan
6 Rp -
Internet
7 Belanja Pemeliharaan Rp 391.370.000,00
8 Belanja Perjalanan Rp 1.780.000,00
9 Peningkatan SDM Rp 263.289.444,00
10 Belanja Modal Peralatan Non Medik/Kendaraan Rp -
11 Belanja Modal Peralatan Medik & Non Medik Rp 845.079.875,00
12 Belanja ITI Rp 232.769.300,00
Total Rp 11.114.848.623,00

Sumber : RSAB Harapan Kita

Dilihat dari tabel diatas pengeluaran yang dibayarkan dan digunakan untuk

pihak internal cukup besar dan material diperlukan pengawasan khusus dan

prosedur yang memadai serta dokumen yang lengkap.

2. Pengeluaran kas untuk Pihak Eksternal

Pengeluaran pihak eksternal adalah pengeluaran kas yang

dibayarkan melalui pihak ketiga atau perusahaan yang bekerjasama seperti


63

pembelian obat, alat kesehatan dan lain lain. Pengeluaran pihak eksternal

diawali dengan diterimanya dokumen tagihan pihak ketiga, pembayaran

menggunakan cek/transfer dan e-banking. Kemudian bendahara

menyiapkan bukti kas keluar untuk diteruskan kepada pejabat pembuat

komitmen yaitu kabag perbendaharaan, direktur keuangan dan direktur

utama. Setelah disetujui bendahara menyiapkan cek/bukti transfer

kemudian menyertakan berkas permintaan pembayaran dan mengajukan

persetujuan kepada pejabat pembuat komitmen. Sebagaimana dijelaskan

otorisasi pejabat pembuat komitmen adalah :

1. Ka. Bag. Perbendaharaan & MD

a. Melakukan proses Approval ke 1 (satu) pada sistem e-banking sesuai

dengan nominal pembayaran dengan batasan otorisasi Rp. 0 s/d

Rp.1.000.000,-

b. Memberikan tandatangan pada bukti pengeluaran kas/bank dan

memberikan paraf pada dokumen – dokumen pendukung, kemudian

meneruskan dokumen ke Direktur Keuangan.

2. Direktur Keuangan

a. Melakukan proses Approval ke 2 (dua) pada sistem e-banking sesuai

dengan nominal pembayaran dengan batasan otorisasi Rp.0,- s/d

Rp.5.000.000,-.

b. Memberikan tandatangan pada bukti pengeluaran kas/bank dan

meneruskan dokumen ke Direktur Utama.

3. Direktur Utama
64

a. Melakukan proses Approval ke 3 (tiga) pada sistem e-banking sesuai

dengan nominal pembayaran dengan batasan otorisasi Rp.0,- s/d diatas

Rp.5.000.000,-

b. Memberikan tandatangan pada bukti pengeluaran kas/bank, kemudian

mengembalikan dokumen ke Bendahara.

Kendala yang terjadi dalam keadaan darurat bendahara pengeluaran berhak

menandatanganin cek diatas Rp. 5.000.000 namun hal itu jelas tidak mematuhi

SOP yang ada. Kemudian bendahara Melakukan verify transaksi pembayaran

pihak ketiga pada sistem e-banking sesuai dengan nama, nominal pembayaran

serta memberikan paraf pada dokumen – dokumen pendukung. Bendahara

memeriksa kembali kelengkapan dokumen yang diterimanya sebagaimana yang

tercantum pada bukti pengeluaran kas/bank dan mencatat pengeluaran kedalam

BKU bendahara.

Tabel 4.7
Pengeluaran Kas Eksternal
Desember 2015
No. Pengeluaran Jumlah
1 Obat Rp 2.322.823.399,00
2 Alkes Rp 652.868.567,00
3 Reagen Rp 308.799.014,00
Total Rp 3.284.490.980,00
Sumber : RSAB Harapan Kita

4.2.4 Analisis Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Pengendalian intern pengeluaran kas dilakukan untuk menghindari

kemungkinan terjadinya penyalahgunaan dan penyelewengan kas yang merugikan

rumah sakit. Pengendalian intern pengeluaran kas mencakup:

1. Otorisasi transaksi
65

RSAB Harapan Kita menciptakan pengendalian intern pengeluaran kas

dengan mendasarkan pengeluaran kas atas otorisasi yang diberikan oleh

pejabat yang berwenang. Bagian instalasi diberikan otorisasi untuk mengajukan

surat permintaan pembelian peralatan medis. Bagian pembelian diberikan

otorisasi untuk melakukan pembelian peralatan medis sesuai surat permintaan dari

bagian instalasi. Bagian keuangan diberikan otorisasi untuk menyetujui

pengeluaran kas. Bendahara diberikan otorisasi untuk mengeluarkan kas untuk

membayar tagihan dari pemasok atas pembelian peralatan medis. Bagian

akuntansi diberikan otorisasi untuk melakukan pencatatan ke dalam buku besar

dan jurnal pengeluaran kas.

Menurut observasi pengendalian intern pengeluaran kas dilakukan dengan

memberikan otorisasi persetujuan Direktur masing-masing membuat usulan

permohonan pengeluaran kas disertai data pendukung, mengajukannya ke Bagian

anggaran, otorisasi yang diberikan kepada bendahara adalah mengeluarkan

sejumlah uang sesuai bukti kas keluar dan bagian akuntansi mendapat otorisasi

untuk melakukan pencatatan pengeluaran kas ke dalam jurnal berdasarkan bukti

kas keluar dan bukti transfer uang kepada pengguna kas. Rumah sakit ini

memisahkan fungsi instalansi, fungsi pengadaan barang, fungsi pengeluaran kas

(bendahara) dengan bagian akuntansi secara jelas. Pencatatan pengeluaran kas

didasarkan bukti kas keluar. Pengawasan pengeluaran kas dilakukan dengan

memeriksa bukti-bukti pengeluaran kas, daftar hutang usaha dan buku besar

umum. Verifikasi independen pengeluaran kas atas pembelian peralatan medis


66

dilakukan oleh satuan pengendalian intern (SPI). SPI berfungsi untuk memeriksa

kebenaran bukti-bukti transaksi dan pencatatannya.

2. Pemisahan tugas

RSAB Harapan Kita telah memisahkan antara bagian pencatatan,

pengeluaran kas dan bagian pembelian. Bagian akuntansi berfungsi sebagai

bagian pencatatatan, bendahara sebagaian fungsi pengeluaran sedangkan

bagian umum sebagai fungsi pembelian barang. Berdasarkan uraian

tersebut, diketahui bahwa pengendalian intern pengeluaran kas sudah

terlaksana dengan baik, karena fungsi bendahara terpisah jelas dengan

bagian akuntansi. Terciptanya pengendalian intern pengeluaran kas, fungsi

bendahara harus dipisahkan dari bagian keuangan dalam struktur

organisasi, hal ini dilakukan agar tercipta spesialisasi pekerjaan dan bila

terjadi kesalahan atau penyalahgunaan kas lebih mudah ditelusuri oleh

satuan pengendalian intern.

3. Supervisi (pengawasan)

Supervisi dan pengawasan dilakukan dengan menempatkan karyawan yang

mampu melaksanakan fungsinya dengan memperhatikan kemampuan dan

keterampilan karyawan.

4. Catatan akuntansi

Catatan akuntansi atas pengeluaran kas harus didasarkan atas faktur

pembelian, bukti kas keluar dan bukti transfer uang ke rekening pihak ke 3.
67

Pencatatan akuntansi dilakukan dengan memeriksa bukti kas keluar dengan

laporan bendahara. Menurut hasil observasi langsung sudah ada kecocokan antara

bukti dan laporan bendahara, dan sudah melakukan rekonsiliasi bank.

5. Pengendalian akses

Pengendalian akses dilakukan dengan menyimpan bukti-bukti transaksi

pengeluaran kas ke dalam lemari yang terkunci. Kunci tersebut hanya dipegang

oleh bagian akuntansi. Selain itu, pengendalian akses juga dilakukan dengan

melarang orang menggunakan peralatan medis selain petugas dan komputer yang

digunakan untuk mencatat pengeluaran kas memiliki password yang hanya

diketahui oleh bagian akuntansi. Ketiga hal ini dilakukan untuk mengendalikan

pengeluaran kas.

6. Verifikasi independen

Verifikasi independen dilakukan oleh satuan pengendalian intern

yang bertugas untuk memverifikasi dan mengecek kebenaran dokumen

atau bukti- bukti pengeluaran kas. Satuan pengendalian intern melakukan

pemeriksaan sekali sebulan dan hasilnya dilaporkan kepada kepada

direktur.

4.3 Kelemahan dalam pengendalian Internal dalam Penerimaan dan

pengeluaran Kas

Berdasarkan uraian dari sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran

kas pada RSAB Harapan Kita, ternyata masih ditemukan kelemahan dalam

sistem pengendalian internal rumah sakit, antara lain :

1. Kelemahan dalam penerimaan kas


68

Terdapat beberapa kelemahan dalam penerimaan kas di RSAB

Harapan Kita, yaitu :

a. Otorisasi transaksi

Dalam segi otorisasi transaksi terdapat kelemahan yaitu kasir

menerima pembayaran diatas Rp. 100.000.000,- sementara ketentuan yang

ada kasir hanya boleh menerima pembayaran dibawah Rp. 100.000.000,-

b. Pemisahan tugas

Dalam hal pemisahan tugas, rumah sakit telah melakukan fungsinya

dengan baik untuk memisahkan antara bagian akuntansi dan bendahara.

c. Supervisi (pengawasan)

Supervisi dan pengawasan dilakukan dengan menempatkan karyawan

sesuai dengan kemampuan. Rumah sakit telah mealukan fungsi supervisi

dengan baik.

d. Catatan akuntansi

Adanya kwitansi yang tergeletak dan batal , yang tidak di rekap atau tidak

ditindaklanjuti. Pencatatan yang dilakukan dalam proses penerimaan kas

masih manual report untuk rekapitulasi penerimaan kasirnya.

e. Pengendalian Akses

Terjadi penumpukan kas di kasir UGD RSAB Harapan Kita,

dikarenakan adanya transaksi di hari libur, sementara bank tidak beroprasi


69

selama hari libur. Sehingga kasir tidak bisa menyetorkan langsung kas

yang diterima pada hari tersebut. Belum adanya pemecahan masalah

tentang kas yang menumpuk tersebut. Hal itu dibenarkan oleh ibu Juhrati

selaku bendahara.

f. Verifikasi Independen

Tidak ada kontrol secara berkala untuk mengevaluasi penerimaan

kas.

2. Kelemahan dalam Pengeluaran Kas

a. Otorisasi transaksi

Dalam penggunaan jenis cek, jenis cek yang dipakai adalah cek atas unjuk,

maka siapa saja dapat menyerhkan cek ini ke bank, dan berhak untuk

menerima penyerahan uang dari bank sebesar yang tercantum dalam cek

tersebut.

b. Pemisahan tugas

Telah dilakukan pemisahan tugas antara bendahara, bagian akuntansi dan

bagian pembelian.

c. Supervisi (pengawasan)

Supervisi dan pengawasan dilakukan dengan menempatkan karyawan

sesuai dengan kemampuan. Rumah sakit telah mealukan fungsi supervisi

dengan baik

d. Catatan akuntansi

Catatan tentang pengeluaran dinilai cukup dan lengkap sesuai dengan


70

kwitansi dan bukti pengeluaran yang ada.

e. Pengendalian Akses

Pengendalian akses dilakukan dengan baik, yaitu menyimpan bukti-bukti

transaksi pengeluaran kas ke lemari yang terkunci.

f. Verifikasi Independen

Tidak ada kontrol secara berkala untuk mengevaluasi pengeluaran kas.


71

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa, pengendalian intern penerimaan dan

pengeluaran kas pada Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita belum

terlaksana dengan baik, karena masih terdapat beberapa kendala yang

terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek pengendalian intern :

a. Dalam segi otorisasi transaksi terdapat kelemahan pada penerimaan kas yaitu

pada otorisasi penerimaan pembayaran, sedangkan pada pengeluaran kas

adalah cek yang digunakan cek atas unjuk.

b. Dalam segi pemisahan tugas baik penerimaan dan pengeluaran kas rumah

sakit telah melakukan fungsinya dengan baik untuk memisahkan antara

bagian akuntansi, bendahara dan bagian pembelian.

c. Dalam segi supervisi dan pengawasan dilakukan dengan menempatkan

karyawan sesuai dengan kemampuan. Rumah sakit telah melalukan fungsi

supervisi dengan baik.

d. Pencatatan yang dilakukan dalam proses penerimaan kas masih manual report

untuk rekapitulasi penerimaan kasirnya. Sedangkan catatan tentang

pengeluaran dinilai cukup dan lengkap sesuai dengan kwitansi dan bukti

pengeluaran yang ada


72

e. Dalam segi pengendalian akses penerimaan kas terdapat kendala yaitu belum

ada SOP yang menjelaskan tentang penyetoran uang di hari libur . Sementara

dalam pengeluaran kas pengendalian akses dilakukan dengan baik, yaitu

menyimpan bukti-bukti transaksi pengeluaran kas ke lemari yang terkunci.

f. Dalam segi verifikasi independen baik penerimaan maupun pengeluaran, tidak

ada kontrol secara berkala untuk mengevaluasi penerimaan dan pengeluaran

kas.

Pengelolaan kas harus dilakukan dengan memperhatikan sistem

pengendalian intern yang sangat ketat. Hal ini mengingat bahwa kas

merupakan bentuk aset lancar yang sangat sensitif terhadap kemungkinan

terjadinya penyimpangan. Dari berbagai kendala yang terjadi dapat

disimpulkan pengelolaan kas di RSAB Harapan Kita belum cukup baik,

namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat diperbaiki. Ada beberapa hal

yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kendala yang terjadi yang akan

penulis rekomendasikan.

5.2 Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam melaksanakan penelitian adalah keterbatasan

waktu dan keterbatasan metode pengumpulan data. Dalam hal ini keterbatasan

waktu tersebut yaitu peneliti tidak dapat melaksanakan penelitian sesuai

pengajuan yang diminta kepada RSAB Harapan Kita. Kemudian dalam

pengumpulan data peneliti tidak dapat melaksanakan FGD karena ketidaksediaan

narasumber.
73

5.3 Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian, penulis memberikan beberapa rekomendasi,

yaitu:

1. Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik diperlukan SOP yang

lengkap dan juga jelas, hal itu dapat dilakukan dengan cara menambahkan

peraturan tentang kendala yang dikemukakan penulis pada kesimpulan.

2. Untuk pencatatan lebih baik menggunakan sistem komputerisasi, agar tidak ada

lagi penerimaan yang tidak dicatat dan tidak masuk ke dalam kas rumah sakit.

3. Untuk menghindari penyelewengan cek, sebaiknya jenis cek yang digunakan

adalah cek atas nama, cek atas nama diisi dengan nama orang yang akan

menerima pembayaran, dengan cek ini bank hanya membayarkan kepada orang

yang namanya tercantum pada cek tersebut.

4. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menggunakan jumlah data

observasi yang lebih banyak lagi dan menambah variabel yang berpengaruh

terhadap pengelolaan kas (yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini) dan juga

dapat menggunakan objek penelitian yang berbeda dengan penelitian ini.


74

Daftar Pustaka

Arnas,Yunus & Iqbal. (2013). Analisis Penerapan Pengendalian Intern Kas Pada
PT Kaltim Nusa Etika (KNE) Di Bontang, (online),
(http://download.portalgaruda.org/article).

Boynton Johnson Kell. (2003). Modern Auditing. Jakarta : Erlangga.


Hall,James. (2007). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi
Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Sabella, Meidiana Azalia. (2011). Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas
Penerimaan Kas Pada Perusahaan Distributor, (online),
(http://eprints.dinus.ac.id/8864/).
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Heidwigis, Sri, Wiwiek & Zaenal. (2010). Pedoman Penulisan Dan Bimbingan
Skripsi. Jakarta: Perbanas Institute.

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta


75

Lampiran
76

1. Flowchart Prosedur Penerimaan dari Pelayanan Rawat Jalan

Unit Pelayanan Rajal Kasir Koord Kasir Bendahara Penerima

mulai

Petugas ruangan Mencetak kuitansi Meneliti, Mnerima Lap


menginput data & menerima biaya Menyetujui & Bukti Setoran
layanan kedalam pelayanan dari meneruskan ke
aplikasi SIRS pasien Bend. Peneria Menyimpan data

Lap Penerimaan &


Buku Kas Umum
Bukt Setoran

Menyetor
penerimaan ke
Data Base
Rek. Bendahara
Penerima

Bukti Setoran

Mebuat laporan
penerimaan ke
Koord Kasir

Laporan
Penerimaan &
Bukti Setoran

Sumber : RSAB Harapan Kita


77

2. Flowchart Prosedur Penerimaan dari Pelayanan Rawat Inap


Unit Tata Rekening Kasir Koordinator Kasir Bendahara Penerima

mulai

Memantau pema- Mencetak kuitansi Meneliti, Mnerima Lap


kaian jaminan & & menerima Menyetujui &
menagih tam- Jaminan tam- meneruskan ke
bahan ke pasien bahan dari pasien Bend. Peneria Menyimpan data

Lap Penerimaan & Lap Penerimaan


Bukt Setoran

Menyetor
penerimaan ke
Data Base Jaminan ke Rek
Rek. Uang Muka
Pasien Bend Penerima

Bukti Setoran

Mebuat laporan Mencatat bukti kas


penerimaan ke ke dalam Buku
Koord Kasir

Laporan
Penerimaan & Buku Kas Umum
Bukti Setoran

Sumber : RSAB Harapan Kita


78

3. Flowchart Prosedur Penerimaan Kas Dari Pendapatan Lainnya


Debitur Bank Bendahara

mulai

Setor Kewajiban Terima Terima R/K &


ke Rekening pembayaran bukti transfer &
Bendahara dengan bukti buat bukti
Penerima transfer penerimaan

Rp Bukti Transfer Bukti Penerimaan

Catat dalam BKU,


copy bukti peneri-
Kirim copy R/K &
Terima bukti maan, teruskan ke
buat pemberi
transfer, copy Sub. Bag Akver
tahuan uang
dikirim RSAB
masuk

Copy Bukti
Transfer

Sumber : RSAB Harapan Kita


79

4. Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas Internal Bendahara Pengguna

Staf Urusan Bend Pengg Kasubag Perbend Bendahara Pengguna PPK

mulai

Teliti tagihan
Menerima tagihan Menyetujui/tanda
internal & teruskan Buat Bukti
internal dari Sub tangan bukti
ke Bendahara Pengeluaran
Bag Verifikasi pengeluaran
Pengguna

Bukti Pengeluaran
Tagihan Internal Tagihan Internal Bukti Pengeluaran
(approved)

Input data ke
CMS, teruskan ke Buat bukti
Kasubag Perbend transfer, teruskan
ke Kabag PMD.

Bukti Transfer

Kabag PMD Direktur Keuangan Direktur Utama Bendahara Pengguna

Teliti & setujui Teliti & setujui Teliti & setujui Catat Bukti
bukti transfer, bukti transfer, bukti transfer, Pengeluaran/
approve 1 e- approve 2 e- approve 3 e- Bukti Transfer
banking <Rp 1 jt banking <Rp 5 jt banking >Rp 5 jt dalam BKU

Bukti Transfer Bukti Transfer Bukti Transfer BKU

selesai

Sumber : RSAB Harapan Kita


80

5. Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas Pihak Ketiga Bend. Pengguna

Staf Urusan Bend Pengg Kasubag Perbend Bendahara Pengguna PPK

mulai

Teliti tagihan
Menerima tagihan Menyetujui/tanda
internal & teruskan Buat Bukti
internal dari Sub tangan bukti
ke Bendahara Pengeluaran
Bag Verifikasi pengeluaran
Pengguna

Bukti Pengeluaran
Tagihan Pihak III Tagihan Pihak III Bukti Pengeluaran
(approved)

Input data ke
CMS, teruskan ke Buat bukti
Kasubag Perbend transfer, teruskan
ke Kabag PMD.

Bukti Transfer

Kabag PMD Direktur Keuangan Direktur Utama Bendahara Pengguna

Teliti & setujui Teliti & setujui Teliti & setujui Catat Bukti
bukti transfer, bukti transfer, bukti transfer, Pengeluaran/
approve 1 e- approve 2 e- approve 3 e- Bukti Transfer
banking <Rp 1 jt banking <Rp 5 jt banking >Rp 5 jt dalam BKU

Bukti Transfer Bukti Transfer Bukti Transfer BKU

selesai

Sumber : RSAB Harapan Kita


81

6. Kwitansi
82

7. Bukti Layanan
83

8. Strook Kartu debit/kredit


84

9. Mesin EDC
85

10. Rekap Kasir


86

11. Bukti Setor

12. Cek
87

13. Bukti kas keluar


88

14. Bukti Kwitansi Pihak eksternal

Anda mungkin juga menyukai