Anda di halaman 1dari 50

1

SEMINAR AKUNTANSI
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
PIUTANG ANGGOTA PADA KOPERASI KREDIT
BINTANG TIMUR

OLEH:
AGUSTINA ISTANTI
NIM. 061200020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE
2023
SEMINAR AKUNTANSI
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG
ANGGOTA PADA KOPERASI KREDIT BINTANG TIMUR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan


Mata Kuliah Seminar Akuntansi

OLEH:
AGUSTINA ISTANTI
NIM. 061200020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE
2023

ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas segala berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata kuliah
Seminar Akunansi. Penyusunan laporan Seminar Akuntansi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Akuntansi S-1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Nipa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Mata kuliah Seminar Akunansi
ini tidak mampu penulis susun sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya laporan Seminar Akuntansi. Untuk itu dengan
kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Ir. Angelinus Vincentius, M.Si, selaku Rektor Universitas Nusa Nipa
2. Andreas Rengga, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Nusa Nipa
3. Henrikus Herdi, SE., M.S.A. selaku Ketua Program Studi Ekonomi dan
Bisnis Nusa Nipa
4. Maria Nona Dince., SE. M.S.A., Ak selaku Pengampuh Matakulia
Seminar Akuntansi yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Sahabat tercinta kelas VII A Akuntansi yang selalu menemani dikala suka-
duka dan memberi dukungan penuh cinta bagi penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dan telah memberi dukungan
secara moral maupun materi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam menyelesaikan Seminar Akuntansi Ini.
Dalam penulisan laporan Seminar Akuntansi ini penulis tidak luput dari
berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan
penyajian Laporan Seminar Akuntansi ini masih jauh dari sempurna. Keadaan ini
semata–mata keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis
berharap semoga Laporan Seminar Akuntansi ini dapat dapat diterima semua

iv
v

pihak, terutama dalam lingkungan Program Studi Akuntansi Universitas Nusa


Nipa khususnya, dan masyarakat pada umumnya.)
Akhirnya, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
skripsi ini, sehingga masukan-masukan yang bersifat konstruktif sangat
diharapkan untuk penyempurnaan Seminar Akuntansi Ini.

Maumere, November 2023

Agustina Istanti
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR PRASYARAT MATA KULIAH SEMINAR AKUNTANSI...... ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7


2.1 Koperasi...................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Koperasi.......................................................... 8
2.1.2 Karateristik Koperasi......................................................... 8
2.1.3 Tujuan Koperasi................................................................ 8
2.1.4 Fungsi Koperasi ................................................................ 8
2.1.5 Prinsip-Prinsip Koperasi.................................................... 9
2.1.6 Jenis-Jenis Koperasi ......................................................... 9
2.1.7 Ekuitas Koperasi ............................................................... 10
2.1.8 Koperasi Kredit Simpan Pinjam........................................ 12
2.2 Piutang Anggota......................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Piutang Anggota.............................................. 13
2.2.2 Jenis-Jenis Piutang ........................................................... 13
2.2.3 Kebijakan Piutang............................................................. 14
2.3 Sistem Pengendalian Internal..................................................... 21
2.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal.......................... 21
2.3.2 Unsur-Unsur Pengendalian Internal.................................. 22
2.3.3 Tujuan Pengendalian Internal............................................ 22
2.3.4 Komponen Pengendalian Internal..................................... 25
2.4 Penelitian Terdahulu................................................................... 28
2.5 Kerangka Pemikiran.................................................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELTIAN........................................................ 33


3.1 Rancangan Penelitian................................................................... 33
3.2 Kehadiran Penelitian ................................................................... 33
3.3 Lokasi dan Waktu penelitian ...................................................... 33
3.3.1 Lokasi Penelitian.............................................................. 33
3.3.2 Waktu Penelitian............................................................... 33
3.4 Jenis dan Sumber Data................................................................. 34
3.4.1 Jenis Data.......................................................................... 34

vi
vii

3.4.2 Sumber Data ..................................................................... 34


3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 35
3.6 Teknik Analisa Data.................................................................... 36
3.7 Pengecekan Validitas................................................................... 38
3.8 Tahap-Tahap Penelitian............................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 41
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel.1.1 Data Piutang Anggota per 31 Desember........................................ 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................... 28

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran................................................................... 32
Gambar 3.1 Model Analisis Milles dan Huberman....................................... 37

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya dunia usaha di Indonesia mengalami perkembangan dari
tahun ketahun. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antar
perusahaan. Ketatnya persaingan tidak hanya dialami oleh perusahaan yang
bergerak dalam bidang dagang, tetapi juga di alami perusahaan industri dan jasa.
Ketatnya persaingan juga membuat pihak manajemen atau pimpinan perusahaan
berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Maka dari
itu, pihak manjemen dituntut untuk bergerak dengan cepat dalam suatu
pengambilan keputusan yang tepat.
Dalam hal ini pengambilan keputusan disesuaikan antara kemampuan yang
dimiliki dengan lingkungan yang ada di sekitar sehingga perlu adanya manajemen
strategis dengan sebuah visi dan misi perusahaan yang selaras untuk mencapai
suatu tujuan ( Bondan Wicaksono, et al., 2013:7). Untuk pencapaian tujuan,
perusahaan melakukan kegiatan yang biasanya disebut dengan kegiatan penjualan.
Dari kegiatan penjualan, perusahaan dapat menerapkan strategis dengan
pepmbayaran secara langsung dan juga secara kredit. Penjualan secara kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas bagi perusahaan, namun akan menimbulkan
utang bagi konsumen, yang bagi perusahaan disebut dengan piutang. Piutang
timbul apabila perusahaan melakukan penjualan barang atau jasa secara kredit
kepada pihak lain.
Keberadaan sistem pengendalian internal dimaksudkan untuk menghindari
atau mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dan penyimpangan dari
rencana yang ditetapkan. Sistem pengendalian internal mencakup rencana
organisasi dengan cara-cara yang digunakan dalam perusahaan untuk
mengamankan harta kekayaan perusahaan, mengecek kecermatan dan dapat di
percayanya data akuntansi, memajukan efisiensi operasional dan mendorong
dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan.
Piutang merupakan tagihan si penjual kepada si pembeli sebesar nilai
transaksi penjualan ( AI. Haryono Jusup, 2011:71). Penerapan kebijakan yang

1
2

menimbulkan piutang mempunyai beberapa resiko piutang yang diantaranya


terjadi keterlambatan pembayaran piutang dan terjadinya piutang yang tak
tertagih. Untuk itulah manajemen atau perusahaan perlu melakukan sistem
pengendalian internal terhadap piutang usaha agar resiko piutang dapat
diminimalkan. Sistem pengendalian internal itu sendiri di atur dalam SPAP
(Standar Profesional Akuntan Publik ). Dalam SPAP (Standar Profesional
Akuntan Publik ) menerapkan sistem pengendalian internal sesuai dengan yang di
atur dala SPAP akan memberikan paduan tentang pertimbangan auditor atas
pengendalian intern klien dalam audit tehadap laporan keuangan berdasarkan
standar auditing yang ditetapakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ( IAPI DSP,
2013:1). Hal tersebut juga akan membantu manajemen atau perusahaan untuk
melakukan sistem pengendalian internal atas piutang, sehingga dapat yang
berkaitan dengan keterlambatan pembayaran piutang dan piutang tak tertagih
dapat diminimalkan.
Dalam sistem perekonomian di Indonesia, koperasi merupakan sebuah
bentuk usaha yang keberadaannya diakui oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dapat disimpulkan koperasi
merupakan badan usaha yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip dan
asas kekeluargaan yang berarti setiap anggota harus melakukan yang terbaik agar
dapat berguna bagi seluruh anggotanya dan menjadikan semua anggota koperasi
sejahtera.
Saat ini koperasi telah berkembang dalam beberapa sektor dengan banyak
fungsi dan jenis kegiatannya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
anggotanya. Terdapat banyak jenis koperasi yang ada di Indonesia yang terbagi
dari Menurut data statistik koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam
tercatat sebanyak 16.435 unit koperasi. Dengan banyaknya koperasi yang
menjalankan usaha simpan pinjam di dalamnya pasti terdapat piutang yang besar.
Sebagian besar dari total aktiva dalam suatu koperasi simpan pinjam adalah
piutang. Dengan adanya pemberian piutang, koperasi mempunyai risiko berupa
3

kerugian apabila debitur tidak dapat membayar hutang atau kewajibannya. Maka
dari itu sebuah koperasi simpan pinjam harus mempunyai sistem pengendalian
internal piutang yang baik dan efektif.
Sistem pengendalian internal merupakan salah satu yang digunakan dalam
mengantisipasi kecurangan dan mengantisipasi kemungkinan piutang tak tertagih.
Menurut Gary Hamel (2013: 275) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
piutang, koperasi dapat menggunakan metode sistem pengendalian internal
piutang agar koperasi dapat memelihara aset dan memberikan informasi yang
akurat pada pihak yang berkepentingan. Sistem pengendalian internal mempunyai
tujuan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
akuntansi, mendorong efisiensi, serta untuk mendorong dipatuhinya kebijakan.
Menurut Mulyadi (2014:163 sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi,metode dan ukuran-ukuran yang di kordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian keandalan data akumtansi, mendorong
efisiensi dan mendorong di patuhinya kebijakan manajemen.
Dian Hartati 2009 melalikamn penelitian dengan judul ‘’Analisis
pegendalian internal piutang usaha pada PT SFI medan’’menunjukan hasil bahwa
secara keseluruhan pengendalian internal PT SFI medan dinilai cukup efektif,
perusahan memperlakukan komponen pengendalian internal dengan
disiplin,namun di sisi lain terdapat beberapa prosedur yang belum mencerminkan
konsep pengendalian internal. Informasi dan komunikasi mengenai piutang usaha
yang telah diterapkan cukup efektif, pengawasan terhadap piutang usaha juga
berjalan dengan baik dan efektif.
Hamel 2013 melakukan melakukan penelitian dengan judul “ Evaluasi
Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang Pada PT. Nusantara Surya Sakti
menunjukan “ hasil bahwa sistem pengendalian intern yang ada di PT. Nusantara
Surya Sakti sudah efektif, kecuali pada unsur lingkungan pengendalian yang
kurang efektif diakibatkan kurangnya pemeriksaan yang dilakukan oleh audit
internal untuk mengatasi praktek laporan keuangan dan membantu struktur
keuangaj dan menyelesaikan fungsi pertanggung jawaban, sehingga dapat
membuka terjadinya kecurangan.
4

Mutawakil 2014 melakukan penelitian dengan “ Judul Evaluasi Sistem


Pengendalian Internal Piutang pada UMKM (kasus pada Techonmart
International Group Jember)” penelitian ini menunjukan hasil bahwa sistem
pengendalian piutang kasus pada Techonmart International Group Jember
menurut kerangka COSO, unsur lingkungan pengendalian, unsur aktivitas
pengendalian ,unsur penilaian risiko, unsur informasi dan komunikasi, dan unsur
pengawasan kurang memadai.
Saputri utami 2012 penelitian berjudul “ Analisis Sistem Pengendalian
Intern Piutang terhadap kelancaran penerimaan piutang pada koperasi karyawan
omedata “ menunjukan bahwa hasil penelitian terdapat hubungan positif antara
sistem pengendalian intern piutang dengan kelancaran penerimaan piutang sebesar
r = 0,391. Besarnya pengaruh sistem pengendalian intern piutang terhadap
kelancaran penerimaan piutang sebesar 15,3%, sedangkan sisanya 84,7%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sistem pembayaran piutang yang
dipotong langsung dari gaji karyawan melalui payroll pada PT. Omedata
Electronics, dan faktor internal dari anggota KKO.
Kopdit Bintang Timur merupakan gabungan dari UBSP ( Usaha Bersama
Simpan Pinjam ) binaan yaspem. Visi dari lembaga ini adalah : terwujudnya
lembaga pelayanan usaha keuangan yang sehat dan mandiri berdasarkan prinsip-
prinsip koperasi sedangkan misi terpentingya adalah meningkatkan kesejateraan
anggota melalui pelayanan, simpan pinjam, dan perlindungan resiko. Budaya
Kerja pada lembaga ini ialah setia, jujur dan adil ( SEJUTA). Koperasi Kredit
Bintang Timur mengalami kendala yaitu kredit bermasalah. Berikut ini data
piutang anggota Tahun 2020-2022 per 31 Desember, pada Koperasi Kredit
Bintang Timur :
Tabel 1.1 Data Piutang Anggota Per 31 Desember.
Tahun Total Piutang Anggota
2020 Rp. 3.510.749.364
2021 Rp. 3.700.175.980
2022 Rp. 4.102.081.244
5

Berdasarkan tabel tersebut bahwa piutang anggota pada koperasi kredit


bintang timur tiap tahun mengalami peningkatan tahun 2021 sebsar 5,40 % tahun
2022 sebesar 10,90 % oleh karna itu sistem pengendalian internal terhadap
piutang anggota koperasi sangat dibutuhkan untuk mengontrol resiko piutang
yang ditimbulkan pada Koperasi Kredit Bintang Timur. Pengendalian Internal
Piutang Anggota dapat di terapkan melalui komponen menurut laporan COSO
(2013) dalam Nurnaluri (2019:385-386) yaitu lingkungan pengendalian,
perhitungan risiko, informasi dan komunikasi, aktifitas pengendalian dan
pemonitoran.
Berdasarkan uraian diatas maka judul penelitian ini adalah “ Analisis
Sistem Pengendalian Internal Piutang Anggota Pada Koperasi Kredit
Bintang Timur”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini ya itu Bagimana Sistem Pengendalian
Internal Piutang Anggota Pada Koperasi Kredit Bintang Timur ?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan dalam penelitian ini
yaituuntuk mengetahui SistemPengendalian Internal Piutang Anggota Pada
Koperasi Kredit Bintang Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dalam
Sistem Pengendalian Internal Piutang Anggota
2. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
tentang Sistem Pengendalian Internal Piutang Anggota
6

3. Bagi Koperasi
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran sebagai sumber
informasi bagi pihak koperasi untuk mengambil keputusan di masa yang
akan datang dan dapat mengolah permodalan dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Koperasi
2.1.1 Pengertian Koperasi

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi


yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan
masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja
sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dan orang yang sukarela
mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka
melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis
(Rudianto,2015:3) Pendapat lain mengatakan bahwa koperasi adalah suatu bentuk
Kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini diadakan oleh orang-
orang yang memiliki kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini
bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-sehari, yang mereka butuhkan.
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama yang akan berlangsung
terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama
itu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa koperasi yaitu
suatu badan atau lembaga usaha yang beranggotakan orang seorang untuk
pemberbaiki nasip penghimpunan ekonomi dalam bentu kerja sama yang bersifat
sukarela yang berdasarkan atas kekeluargaan, dengan tujuan mempertinggi
kesejahtereraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya.

2.1.2 Karateristik Koperasi


Pada umumnya koperasi juga memiliki karakteristik tersendiri, menurut
Rudianto (2010:3), antara lain :
1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya satu
kepentingan ekonomi yang sama.

7
8

2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri


untuk menolong serta bertanggung jawab kepada diri sendiri,
kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi
3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi, serta
dimanfaatkan sendiri oleh anggota.
4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan
ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.
5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada
anggotanya, maka kelebihan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.

2.1.3 Tujuan Koperasi


Menurut Rudianto (2010:4) koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945.
Selain itu, berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 3 tujuan koperasi
adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umunya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

2.1.4 Fungsi Koperasi


Setiap badan usaha pasti memiliki fungsi tersendiri, begitu juga pada
koperasi Menurut undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 fungsi koperasi adalah :
1. Membangun dan meningkatkan potensi perekonomi para anggota dan juga
masyarakat secara umum sehingga kesejahteraan sosial dapat terwujud
sesuai dengan angan-angan.
2. Koperasi memiliki peran aktif dalam meningkatkan kualitas hidup para
anggota dan masyarakat.
3. Dapat memperkuat perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan ekonomi nasional di mana koperasi menjadi kunci pondasinya.
9

4. Mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang lebih


baik, dengan cara melalui usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.

2.1.5 Prinsip-Prinsip Koperasi


Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut dari
asas kekeluargaan yang dianutnya. Prinsip-prinsip koperasi ini biasanya mengatur
baik hubungan antara koperasi dengan para anggotanya, hubungan antara sesama
anggota koperasi, pola kepengurusan organisasi koperasi serta mengenai tujuan
yang ingin dicapai oleh koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berasas
kekeluargaan. Selain itu, prinsip-prinsip koperasi biasanya juga mengatur pola
kepengelolaan usaha koperasi (Rudianto,2010:4).
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 prinsip koperasi adalah sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.

2.1.6 Jenis-Jenis Koperasi


Dilihat dari bidang usahanya, koperasi dapat dikelompokkan menurut
jenisnya. Menurut PSAK No. 27 tahun 2007 dalam Rudianto (2010:5) koperasi
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis koperasi antara lain :
1. Koperasi Simpan Pinjam.
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang
pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian
dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan
dana. Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan
jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.
2. Koperasi Konsumen.
10

Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para


konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa. Kegiatan utama
koperasi konsumen adalah melakukan pembelian bersama.
3. Koperasi Pemasaran.
Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para
produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa. Koperasi pemasaran
dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya memasarkan
barang-barang yang mereka hasilkan.
4. Koperasi Produsen.
Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggotanya tidak
memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah
koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa.
Kegiatan koperasi produsen adalah menyediakan, mengoperasikan,
dan mengelola sarana produksi bersama.

2.1.7 Ekuitas Koperasi


Ekuitas koperasi (modal koperasi) didapatkan dari para anggota koperasi,
ekuitas koperasi menurut Rudianto (2010:6) dibagi menjadi 5 jenis, antara lain :
1. Modal Anggota
Modal anggota didapatkan dari setoran para anggota yang terdiri dari 2
jenis, yaitu :
a. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama
banyaknya yang harus disetorkan oleh setiap anggota pada waktu
masuk menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat
diambil kembali selama orang tersebut masih menjadi anggota
koperasi.
b. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus
dibayarkan oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu,
seperti sebulan sekali. Jenis simpanan wajib ini dapat diambil
11

kembali dengan cara yang diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar,
anggaran rumah tangga dan keputusan rapat anggota.
2. Modal Sumbangan
Modal Sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan
tidak mengikat. Modal sumbagan tidak dapat dibagikan kepada anggota
koperasi selama koperasi belum dibubarkan.
3. Modal Penyertaan
Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan
memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.
4. Cadangan
Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha (SHU) yang disisihkan oleh
koperasi untuk suatu tujuan tertentu, sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar atau ketetapan rapat anggota.
5. Sisa hasil usaha yang belum dibagi (SHU)
Sisa hasil usaha adalah selisih antara penghasilan yang diterima koperasi
selama periode tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan
untuk memperoleh penghasilan itu. Jumlah SHU tahun berjalan akan
terlihat dalam laporan perhitungan hasil usaha. Jika pencatatan transaksi
dalam suatu koperasi berjalan dengan baik maka SHU tahun berjalan
biasanya tidak akan terlihat di neraca sebagai bagian dari ekuitas koperasi
pada akhir periode tertentu karena sudah harus langsung dialokasikan ke
dalam berbagai dana dan cadangan.

2.1.8 Koperasi Kredit Simpan Pinjam


Dalam UU RI NO.17 Tahun 2012 Koperasi Kredit Simpan Pinjam
merupakan pemberian pinjaman kepada anggotanya, Koperasi ini bertujuan untuk
membantu anggotanya yang membtuhkan uang dalam jangka pendek dengan
syarat yang mudah dan bunga yang rendah.
12

Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit,
koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan
kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai
pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota menjadi
lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi anggotanya memiliki kedudukan
identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers). Dalam
kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan menabung dan
meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi kepada
anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela, dan
deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi
Penghimpunan dana dari anggota menjadi modal yang selanjutnya oleh
koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon
anggota. Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP)
Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana
milik anggota untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang
membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi
dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.
Pengertian dari koperasi simpan pinjam menurut Kasmir (2007) dalam
bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” menyatakan bahwa “Koperasi
adalah badan usaha yang dapat dikategorikan sebagai lembaga pembiayaan”.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan
yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut
melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan,
calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi yang bersangkutan, koperasi
lain atau anggotanya. Landasan ideal koperasi Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila akan menjadi pedoman yang mengarahkan semua tindakan koperasi dan
organisasi-organisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di
tengah-tengah masyarakat .

2.2 Piutang Anggota


2.2.1 Pengertian Piutang Anggota
13

Menurut (Jatiningsih,2020). Rudianto (2018) mengemukakan bahwa piutang


anggota merupakan hak (tagihan) koperasi kepada anggota koperasi. Tagihan
tersebut timbul karena koperasi meminjamkan uang kepada anggotanya atau
karena koperasi menjual barang kepada anggotanya secara kredit.
Piutang Anggota adalah piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa
yang dihasilkan koperasi kepada anggota koperasi. Pada kegiatan normal
koperasi, piutang anggota biasanya akan dilunasi dalam tempo kurang dari satu
tahun, sehingga piutang anggota dikelompokan kedalam aktifa lancar.
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktifa lancar dalam neraca
perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang, jasa atau pemberian
kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya di berikan dalam tempo
30 hari sampai 90 hari. Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap
pihak lain berupa uang, barang atau jasa yang dijual secara kredit.
Menurut Mulyadi (2014:86) piutang merupakan klaim kepada pihak lain
atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun,
atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Menurut Rudianto (2012:210),
piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang atau jasa kepada pihak lain
akibat transaksi dimasa lalu.

2.2.2 Jenis-Jenis Piutang


Pada Koperasi, terdapat begitu banyak jenis piutang yang dimiliki. Menurut
Rudianto (2010: 145), piutang dalam koperasi dapat di golongkan menjadi 3
kelompok berdasarkan jenis dan asalnya yaitu:
1. Piutang Anggota
Piutang Anggota adalah piutang yang timbul dari penjualan barang atau
jasa yang dihasilkan koperasi kepada anggota koperasi. Pada kegiatan
normal koperasi, piutang anggota biasanya akan dilunasi dalam tempo
kurang dari satu tahun, sehingga piutang anggota dikelompokkan ke dalam
aktiva lancar.
2. Piutang Bukan Anggota
Bukan anggota adalah piutang yang timbul akibat koperasi melakukan
transaksi kredit kepada bukan anggota koperasi. Piutang ini mencakup
14

piutang usaha dan piutang bukan usaha. Piutang usaha adalah piutang
yang timbul dari transaksi penjualan produk koperasi. sementara piutang
bukan usaha adalah piutang yang timbul bukan dari aktivitas usaha
koperasi. termasuk dalam kedua kelompok ini adalah:
a. Persekot dalam kontrak pembelian
b. Klaim terhadap perusahaan angkutan atas barang yang rusak atau
Hilang
c. Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian yang
dipertanggungjawabkan.
d. Klaim terhadap karyawan koperasi
e. Klaim terhadap restitusi pajak
f. Piutang Dagang
3. Piutang Karyawan
Piutang karyawan adalah tagihan koperasi kepada karyawan koperasi.
Biasanya pembayaran piutang karyawan dilakukan melalui pemotongan
gaji pada bulan berikutnya.

2.2.3 Kebijakan Piutang


1. Kebijakan Pengumpulan Piutang
Menurut Syahyunan (2005:66) kebijakan penagihan atau
pengumpulan piutang merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaan
untuk dapat mengumpulkan piutang atas penjualan kredit yang diberikan
dalam waktu yang singkat. Di dalam usaha pengumpulan piutang,
perusahaan haruslah berhati-hati agar tidak perlu agresif dalam usaha-
usaha menagih piutang dari pada pelanggan. Bila mana langganan tidak
dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya perusahaan
menunggu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar sebelum
menerapkan prosedur-prosedur penagihan piutang yang sudah ditetapkan.
Menurut Syamsudin (2009:272) dalam Prakoso (2014) “kebijakan
pengumpulan piutang suatu perusahaan merupakan prosedur yang harus
diakui dalam mengumpulkan piutang- piutang bilamana sudah jatuh
tempo.” Dalam usaha pengumpulan piutang, 23 perusahaan harus berhati-
15

hati dalam menagih piutang dari pelanggan. Apabila pelanggan tidak dapat
membayar piutang pada saat jatuh tempo maka sebaiknya perusahaan
memberi waktu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar
sebelum menerapkan prosedur-prosedur penagihan piutang yang telah
ditetapkan perusahaan
Dengan demikian Kebijakan pengumpulan piutang menurut
Mohammad Muslich (2006:116) mengemukakan didalam kebijaksanaan
ditentukan sistem penagihan yang harus dilakukan oleh konsekuensi biaya
penagihan yang cukup besar. Tetapi penagihan yang intesif menyebabkan
pula jumlah piutang yang tertagih lebih banyak, kerugian karena Bad debt
berkurang dan periode penagihan semakin cepat.
Sejumlah Tekinik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan bila mana langganan atau pembeli belum membayar sampai
dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Melalui Surat
Bila mana waktu pembayaran hutang dari langganan sudah lewat
beberapa hari tetapi juga belim dilakukan pembayaran, maka
perusahaan dapat mengirimkan surat dengan nada “ mengingat”
(menegur) langganan tesebut bahwa hutangnya suda jatuh tempo apa
bila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat
dikirimkan, maka dapat dikirimkan surat kedua dengan nada yang
lebih keras.
b. Melalui Telepon
Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata hutang-hutang
tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon
langganan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan
pembayaran, kalua dari hasil pembicaraan tersebut ternyata misalnya
pelanggan mempunyai alas an yang dapat ditrima maka mungkin
perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai suatu jangka
waktu tertentu.
c. Tekinik Penagihan Piutang
16

Dengan Jalan Melakukan kunjungan personal atau pribadi ke tempat


langganan sering kali digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam
usaha penagihan piutang.
d. Tindakan yuridis
Bila mana ternyata langganan tidak mau membayar hutang-hutangnya
maka perusahaan dapat menggunakan Tindakan-tindakan hukum
dengan mengajikan gugatan perdata melalui pengadilan.

2. Kebijakan Kredit
Kebijakan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat
persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian
kredit ini hamper sama dengan kebijakan pengurangan harga perusahaan.
Antara kebijakan kredit suatu perusahaan dengan tingkat penjualanya
terdapat hubungan yang erat. Manajemen keuangan dari perusahaan itu
yang menetapkan kebijakan kredit.
a. Standar Kredit
Adalah kualitas minimal kelayakan kredit seorang pemohonan kredit
yang dapat diterima oleh perusahaan. Dengan adanya standar tersebut,
perusahaan dapat meningkatkan pinjaman melalui pemberi kredit
namun tidak menimbulkan resiko piutang tak tertagih yang berlebihan.
Perusahaan harus menetapkan standar kredit yang tepat, yang lebih
besar manfaatnya yang akan diperoleh perusahaan dari pada biaya
yang akan dikeluarkan perusahaan dengan adanya standar kredit
tersebut.
b. Syarat Kredit
Suatu syarat kredit menetapkan adanya periode diamana kredit yang
diberikan dan potongan tunai bila ada untuk pembayaran yang lebih
awal. Menurut Adisaputra (2003:72) faktor yang mempengaruhi syarat
kredit adalah :
1) Sifat ekonomi penduduk
2) Kondisi penjualan
3) Kondisi pembeli
17

4) Periode kredit
5) Potongan tunai
6) Tingkat bunga bebas resiko (tingkat bunga bank)
c. Kebijakan Kredit
Kebijakan kredit adalah sekumpulan keputusan yang meliputi :
1) Masa kredit
Merupakan jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk
melunasi pembelinya.
2) Potongan harga yang diberikan untuk membayar lebih cepat
Termasuk presentase potongan harga dan seberapa cepat
pembayaran dilakukan untuk mendapatkan potongan.
3) Standar kredit
Yang memiliki arti kekuatan keuangan dan kelayakan kredit
yang di syaratkan atas pelanggan yang menerima fasilitas
kredit.
4) Kebijakan penagihan
Yang diukur oleh seberapa keras atau lunaknya perusahaan
dalam usaha menagih akun-akun yang lambat pembayaran.
Agar tujuan pengelolaan piutang dapat berjalan dengan baik dan
dapat menekan tingkat piutang tak tertagih semaksimal mungkin, maka
ada beberapa faktor atau prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan oleh
pihak pimpinan perusahaan yaitu (Adisaputra,2003:85)
a. Character (Karakter)
Menunjukan kemungkinan atau probalitas dari langganan untuk secara
untuk memenuhi kewajiban -kewajiban yaitu melihatkan dan
memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal
ini penting karena berkaitan dengan keinginan untuk membayar.
b. Capacity (Kemampuan)
Yaitu kemampuan langganan untuk membayar hutang tepat pada
waktunya sesuai dengan perjanjian sebelum kredit diberikan.
c. Capital (Kapital)
18

Yaitu modal yang dimiliki oleh langganan dalam menjalankan


usahanya. Besar maka diharapkan kerugian akibat piutang tak tertagih
dapat ditekan semaksimal mungkin.
d. Collateral (Kolateral)
Yaitu adanya jaminan guna mendukung pemberian kredit kepada
langganan atau jaminan yang mungkin disita apabila ternyata calon
pelanggan bernar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya.
e. Conditions (Kondisi)
Menunjukan pengaruh langsung dari tren ekonomi pada umumnya
terhadap perusahaan oleh perkembangan khusus dalam suatu bidang
eknomi yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan
langganan dalam memenuhi kewajibannya.
Analisis kredit memberi perhatian utama terhadap karakter dan
kemampuan karena merupakan dasar yang utama dan memberikan
kredit. Perusahaan tidak hanya menentukan kemampuan kredit dari
pelanggan tetapi juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit
yang diberikan. Selain itu perusahaan harus memberi batas kredit yaitu
jumlah maksimum pelanggan yang dapat memberikan kredit.

3. Kebijakan Fungsi Pengelolaan Piutang


Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam
halkebijaksanaan piutang menurut Adisaputra (2008 : 64 ), antara lain:
a. Dibentuk unit kerja atau seksi yang khusus digunakan mengurusi
piutang, yang mana tugasnya meliputi :
1) Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit.
2) Menyeleksi calon debidur.
3) Membukukan transaksi kredit yang terjadi.
4) Melakukan penagihan piutang.
5) Membukukan piutang.
6) Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding
menurut usianya masing-masing.
19

7) Membuat analisa dan evaluasi pitang sebagai salah satu bentukl


investasi.
8) Menyusun dan memprakirakan arus kas masuk dari piutang.
9) Membuat laporan tentang pengelolahan piutang baik
pengambilan keputusan tentang piutang.
b. Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk digunakan sebagai
pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang, yang meliputi:
1) plafond kredit untuk berbagai jenis / tingkatan debitur
2) Penentuan jangka waktu kredit.
3) Pedoman melakukan seleksi calon kerja debidur.
4) Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat
dibenarkan sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang
ragu-ragu.
5) Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk administrasi
piutang.

4. Penentuan Kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolahan piutang


berbagai kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator efisiensi
pengelolahan , antara lain:
a. Tingkat perputaran piutang.
b. Persentase piutang yang tak tertagih.
c. Biaya pengelolahan piutang, yang terdiri dari :
1) Biaya modal
2) Biaya administarsi piutang
3) Biaya piutang yang tak tertagih
Biaya ini berbeda dari waktu ke waktu karena :
a. Perbedaan jumlah langganan yang harus dilayani
b. Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus di kelola
c. Perbedaan fungsi piutang atau penjualan kredit dari waktu ke
waktu berhubungan dengan adanya perbedaan kondi dan situasi
ekonomi secara umum.
d. Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan.
20

5. Kebijakan terhadap Piutang yang Masih Belum Tertagih


Kebijakan Terhadap Piutang Yang Masih Belum Tertagih adalah
prosedur yang ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekening-
rekening yang jatuh tempo. Untuk penagihan piutang juga sebaiknya
ditingkatkan karena akan mengurangi investasi dan pengeluaran piutang
ragu-ragu serat meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dapat
menggunakan piutang. Sebagai sumber dana yaitu melalui Factoring
maupun Pledging dari piutang :
a. Factoring (Anjak Piutang)
Pengertian anjak piutang berdasarkan surat keputusan Mentri
Keuangan No.448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan pengalihan serta pengurusan piutang
atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negri.
b. Pledging (Penggadaan Piutang)
Pledging hamper sama dengan factoring, hanya dalam
Pledging perusahaan menggadaikan piutangnya kepada lembaga
keuangan untuk memperoleh dana bagi kelangsungan
perusahaannya.
Sumber dana dari piutang merupakan kesepakatan legal antara
penjual barang atau jasa dengan lembaga keuangan. Kesepakatan itu
dinyatakan dalam suatu prodesur yang harus dijalani oleh kedua belah
pihak. Setelah itu perusahaan yang menggadaikan piutang mendapatkan
faktur dari lembaga keuangan mempelajari faktur tersebut dan membuat
penilaian. Faktur perusahaan yang memenuhi syarat standar kredit
lembaga keuangan, tidak dapat menggadaikan piutangnya.

2.3 Sistem Pengendalian Internal


2.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut hery (2012:172), sistem pengendalian internal adalah seperangkat
kebijakan dan prosedur untuk melindungi aktifa atau kekayaan perusahaan dari
21

segala bentuk tidak penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi


perusahaan yang akurat, serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan
sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.
Menurut agoes (2005:79) pengendalian internal adalah suatu preoses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen personal lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan,
seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dari beberapa pengertian
diatas dapat di simpulkan bahwa, pengendalian internal didefinisikan sebagai
suatu proses, yang terdiri dari kebijkan dan prosedur yang dibuat suatu organisasi
untuk dilaksanakan oleh orang-orang yang berkaitan langsung didalamnya untuk
mencapai tujuan tertentu yang saling berkaitan. Pengendalian internal sangat
berperan penting untuk mencegah adanya penggelapan dan melindungi aktifa baik
yang terwujud maupun tidak terwujud.
Menurut Mulyadi (2017:129) sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga asset
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengertian sistem
pengendalian internal menurut Jason Scott (2014:226) adalah proses yang
dijalankan untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan-tujuan
pengendalian telah dicapai
Sistem pengendalian internal menurut IAPI (2011:319.2) sebagai suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan entitas lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian dalam
keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian sistem pengendalian intenal menurut para ahli
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal adalah suatu
proses yang dibuat untuk memberikan jaminan keamanan bagi unsur-unsur yang
ada didalam perusahaan.

2.3.2 Unsur-Unsur Pengendalian Internal


22

Menurut Mulyadi (2017:130) unsur pokok sistem pengendalian internal ada


4 unsur, yaitu:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab dan wewenang
secara tegas.
Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung
jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi
dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat
sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas
terlaksananya setiap transaksi
3. Praktik yang sehat.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan
prosedur pencatatan yang telah diterapkan tidak akan terlaksana
dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik
yang sehat dalam pelaksanaannya.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian
internal yang sangat penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang
kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi
sampai batas yang minimum dan perusahaan tetap mampu
menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

2.3.3 Tujuan Pengendalian Internal


Menurut Hery (2013:160), tujuan pengendalian internal tidak lain adalah
untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa:
1. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana
mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata,
bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum karyawan
tertentu. Dengan demikian, pengendalian internal diterapkan agar supaya
23

seluruh asset perusahaan dapat terlindungi dengan baik dari tindakan


penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan, yang tidak sesuai
dengan wewenangnya dan kepentingan perusahaan.
2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat
diandalkan. Ini dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah
saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan) maupun yang tidak
disengaja (kelalaian).
3. Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Arens, Elder, dan Beasley (2015:340), biasanya
manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian
internal yang efektif yaitu :
1. Reliabilitas pelaporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para
investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik
tanggung jawab hukum maupun professional untuk memastikan bahwa
informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan
pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan
adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
2. Efisiensi dan efektivitas operasi.
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber
daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran
perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah
memperoleh informasi keuangan dan non keuangan yang akurat tentang
operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Section 404 mengharuskan semua perusahaan publik mengeluarkan
laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum dalam Section
404, organisasiorganisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan
menaati berbagai hukum dan peraturan. Beberapa hanya berhubungan
secara tidak langsung dengan akuntansi, seperti UU perlindungan
24

lingkungan dan hak sipil, sementara yang lainnya berkaitan erat dengan
akuntansi seperti peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.
Tujuan pengendalian internal Menurut Gondodiyoto dan hendarti
(2006:144) tujuan dari pengendalian internal adalah untuk melindungi harta milik
perusahaan, memeriksa kecermatan dan kehandalan data akuntansi, meningkatkan
efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen.
Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations) yang dikutip
Haryono (2010:253) manajemen menerapkan pengendalian internal yang
bermanfaat memberikan keyakinan yang memadai untuk mencapai tiga kategori
tujuan :
1. Keandalan Informasi Keuangan.
2. Keseuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku
3. Efektifitas dan efisiensi operasi
Menurut Hall (2007:182) Strktur pengendalian internal terdiri atas tiga
tingkat pengendalian yaitu :
1. Pengendalian Pencegahan.
2. Pengendalian Pemeriksa
3. Pengendalian Perbaikan
Menurut Homgen dan Harrison ( 2007 : 390 ) menyatakan bahwa
pengendalian internal adalah rencana organisasional dan semua tindakan terkait
yang dirancang untuk :
1. Mengamankan Aktifa
2. Mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan
3. Meningkatkan efisiensi operasi
4. Memastikan catatan akuntansi yang akurat.

2.3.4 Komponen Pengendalian Internal


Menurut IAPI (2011:319), komponen pengendalian intern terdiri dari :
1. Lingkungan Pengendalian
25

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen


pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Integritas dan Nilai Etika
b. Komitmen Terhadap Kompetensi
c. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit.
d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen.
e. Struktur Organisasi.
f. Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab.
g. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
2. Penaksiran Risiko.
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan
pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan risiko yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Risiko dapt timbul
atau berubah karena keadaan seperti berikut ini:
a. Perubahan dalam ingkungan operasi.
b. Personel baru.
c. Sistem informasi baru atau yang diperbaiki.
d. Pertumbuhan yang pesat.
e. Teknologi baru.
f. Lini produk, produk, atau aktivitas baru.
g. Operasi luar negeri.
h. Penerbitan standar akuntansi baru.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk
menghadapi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Umumnya, aktivitas
pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan
sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:
a. Review kinerja.
b. Pengolahan informasi.
26

c. Pengendalian fisik.
d. Pemisahan tugas.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang
dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi
entitas (termasuk peristiwa dan keadaan) dan untuk menyelenggarakan
akuntabilitas terhadap aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan. Sistem
informasi mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk:
a. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah.
b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi secara cukup rinci
untuk memungkinkan penggolongan semestinya transaksi untuk
pelaporan keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi dengan cara sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pencatatan nilai moneter semestinya dalam laporan
keuangan.
d. Menentukan periode waktu terjadinya transaksi untuk
memungkinkan pencatatan transaksi dalam periode akuntansi
semestinya.
e. Menyajikan transaksi semestinya dan pengungkapan yang
berkaitan dalam laporan keuangan.
5. Pemantuan
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan
operasi pengendalian tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan.
Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan
fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas
aktivitas entitas melalui evaluasi secara terpisah.
Menurut COSO (2013) dalam Nurnaluri (2019:385-386) suatu Sistem
Pengendalian Intern yang efektif harus memenuhi lima komponen utama
yang saling berkaitan, lima komponen pengendalian intern tersebut adalah:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).
27

Adalah seperangkat standart, proses, dan struktur yang menjadi


dasar pengendalian intern. Pimpinan direksi dan manajemen
menetapkan kebijakan secara jelas terkait pentingnya pengendalian
intern dan perilaku standart. Lingkungan pengendalian adalah
sikap dan tidakan pimpinan dan manajemen menjadi fondasi
terhadap komponen pengendalian intern lainnya, sehingga atmosfir
yang tercipta dari lingkungan pengendalian mempengaruhi
efektifitas komponen pengendalian secara keseluruhan.
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment).
adalah suatu proses yang dinamis dan berulang untuk menilai dan
mengindentifikasi adanya risiko dalam pencapaian tujuan entitas,
serta menentukan bagaimana cara melakukan pengelolaan risiko.
Dalam hal ini penilaian risiko tidak hanya terbatas dalam risiko
pelaporan laporan keuangan yang tidak handal, tetapi juga untuk
mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan
eksternal maupun internal.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Aktivities).
dalah tindakan yang diatur oleh kebijakan dan prosedur untuk
mengurangi adanya risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
Pengendalian dilakukan disemua tingkat dan berbagai tahap dalam
proses bisnis dan pelaporan keuangan. Contoh aktivitas
pengendalian yaitu, otorisasi, rekonsiliasi, review, pemisahan tugas
dan tanggung jawab.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication.)
informasi diperlukan dalam melaksanakan tanggung jawab
pengendalian intern dan pelaporan keuangan. Komunikasi adalah
kegiatan yang dilakukan berulang kali dan terus menerus untuk
menyediakan dan berbagi informasi yang digunakan untuk
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pengendalian intern.
Dalam arti lain informasi dan komunikasi adalah bentuk tindakan
dari mengidentifikasi, pencarian dan penyaluran informasi dalam
kerangka waktu tertentu dalam suatu entitas agar orang-orang
28

mampu melaksanakan dan mempertanggungjawabkan tugasnya


baik secara internal maupun eksternal.
5. Pemantauan (Monitoring).
adalah kegiatan untuk memastikan bahwa kelima komponen
pengendalian intern sudah ada dan berfungsi sebagaimana
mestinya. Apabila ditemukan adanya penyimpangan dan
kekurangan sesegera mungkin dikomunikasikan dengan dewan
direksi. Kelima dari komponen pengendalian intern tersebut saling
berkaitan dan tidak dapat terpisahkan, sehingga harus dilaksanakan
diseluruh aktivitas dalam entitas.

2.4 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

NO NAMA
JUDUL METODE HASIL PENELITIAN
PENELITI

1 Dian Hartati Analisis Pengendalin Dekriptif Kualitatif Secara keseluruhan


(2009) internal Piutang Usaha pengendalian internal pada
Pada PT SFI Medan PT SFI Medan dinilai cukup
efektif, perusahaan
memperlakukan komponen
pengendalian, internal
dengan displin, namun di
sisi lain terdapat beberapa
prosedur yang belum
mencerminkan konsep
pengendalian internal.
Informasi dan komunikasi
mengenai piutang usaha
telah diterapkan cukup
efektif, pengawasan
29

terhadap piutang usaha juga


berjalan dengan baik dan
efektif.
2 Nabila Analisis Pengendalian Deskriptif Berjalan efektif, dimana
habbie Intern Piutang Usaha Kualitatif manajemen perusahaan
(2013) Pada PT. Adira Finance sudah menerapkan konsep
Cabang Manado dan prinsip-prinsip
pengendalian intern disisi
lain terdapat beberapa
prosedur belum
mencerminkan konsep
pengendalian interen.
3 Mutawakil Evaluasi System Deskriptif Sistem pengendalian piutang
(2014) Pengendalian Internal Kualitatif pada Techonmart
Piutang Pada UMKM International Group Jember
(kasus pada Techonmart menurut kerangka COSO,
International Group unsur lingkungan
Jember ) pengendalian, unsur aktifitas
pengendalian, unsur
penilaian resiko, unsur
informasi dan komunikasi,
dan unsur pengawasan
kurang memadai memadai.
4 Singal Analisis Pengendalian Deskriptif Dengan menggunkan
(2015) Intern piutang pada Kualitatif kerangka kerja COSO
Developer Grand kurang efektif sedangkan
Kawuana Manado unsur lingkungan
pengendalian informasi
pengwasan sudah efektif.
5 Rony Evaluasi Sistem Deskriptif Kreditnya dilkukan secara
(2015) Pengendalian Internal Kualitatif lisan tanpa adanya
Wardhana Terhadap PT.GIS pendukung dokumen
30

(2015) kesepakatan pembayaran


dan dokumen daftar
penagihan belum tercantum
nomor bukti secara
sistematis.
6 Sulaeman Analisis Pengendalian Deskriptif Siklus penerimaan barang
(2012) Intern Terhadap Piutang Kualitatif jadi pada PT X telah
disajikan secara wajar
prosedur evaluasi dan
pengujian substantif atas
transaksi untuk penjualan
dan piutang tidak dilakukan
terpisah.
7 Meilina Analisis sistem Deskriptif Penegendalian intern
Adhariani pengendalian intern Kualitatif piutang yang seharusnya di
(2017) piutang pada CV. Varia terapkan pada CV. Varia
Rasa Banjarmasin. Rasa Banjarmasin. Dan
membahas pengendalian
intern piutang yang masih
belum dijalankan oleh
perusahaan secara baik
karena tidak terdapat
pemisahan fungsi yang tegas
8 Natalia Nur Analisis pengendalian Deskriptif Persetujuan dilakukan
Afifah internal atas piutang Kualitatif secara lisan tanpa adanya
(2015) pada PT GIS pendukung dokumen
kesepakatan pembayaran
dan dokumen daftar
penagihan belum tercantum
nomor bukti secara
sistematis.
9 Evaluasi sistem Deskriptif Sistem pengendalian intern
31

Hamel pengendalian intern Kualitatif terhadap piutang pada PT.


(2013) terhadap piutang pada Nusantara Surya Sakti sudah
PT. Nusantara Surya efektif, kecuali pada unsur
Sakti. lingkungan pengendalian
yang kurang efektif di
akibatkan kurangnya
pemeriksaan yang dilkukan
oleh audit internal untuk
mengatasi praktek pelaporan
keuangan dan membantu
sruktur keuangan dalam
menyelasaikan fungsi
pertanggung jawaban,
sehingga dapat membuka
terjadinya kecurangan.
10 Saputri Pengaruh sistem Deskriptif Hasil penelitian menunjukan
Utami pengendalian intern Kualitatif bahwa terdapat hubungan
(2012) piutang terhadap positif anatara sistem
kelancaran penerimaan pengendalian intern piutang
piutang pada koperasi dengan kelancaran
karyawan omedata penerimaan piutang sebesar
r = 0,391. Besarnya
pengaruh sistem
pengendalian intern piutang
terhadap kelancaran
penerimaan piutang sebesar,
15,3% sedangkan sisanya
84,7% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti
sistem pembayaran piutang
yang dipotong langsung dari
gaji karyawan melalui
32

payroll pada PT. Omedata


Electronics dan faktor
internal dari anggota KKO

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka berpikir merupakan model konseptual, tentang bagimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di definisikan sebagai masalah.
Koperasi Kredit Bintang Timur adalah lembaga keuangan bukan bank yang
berbentuk koperasi dengan kegiatan usaha menerima simpan dan memberi
pinjaman uang kepada para anggotanya. Jumlah piutang pada koperasi kredit
Bintang Timur mengalami peningkatan dari tahun ketahun, sebagai akibat dari
kredit bermasalah yang menjadi kendala utama Koperasi Kredit Bintang Timur.
Oleh karna itu koperasi memerlukan penerapan sistem pengendalia internal yang
memadai untuk mengontrol piutang yang ditimbulkan dari pememberian kredit
kepada anggota. Indikator pengendalian internal yang dugunakan dalam penelitian
mengikuti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Singal dan Tirayoh (2015).
Berikut ini adalah gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini

Koperasi Kredit Bintang


Timur
1. Lingkungan Pengendalian
2. Perhitungan Resiko
3. Informasi Dan Komunikasi
Sistem Pengendalian 4. Aktifitas Pengendalian
Piutang Anggota 5. Peonitoran
Sumber : COSO (Committee of
Sponsoring Organizations)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Ditinjau dari jnis datanya pendekatan penelitian yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan deskritiptif kualitatif. Adapun yang di maksud
dalam pendekatan dalam kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memehami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistik , pada suatu konteks khusus yang di alamilah dengan memanfaatkan
dengan berbagai metode ilmiah (moleong, 2007:6).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada koperasi kredit bintang timur, kecamatan alok timur,
kabupaten sikka.

3.3.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilkukan pada tanggal 5 oktober 2023 sampai dengan 11
oktober 2023

3.4 Jenis dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Data
Ada dua jenis data yaitu :
1. Kualitatif
Data Kualitatif yaitu data berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi
wajah, bagan, gambar, dan foto, (sugiyono, 2011:7) yang diperoleh dari
koperasi kredit Bintang timur yaitu pernyataan (hasil wawancara )tentang
sistem pengendalian internal piutang anggota.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang berupa penjelasan atau pernyataan yang
berbentuk angka (Sugiyono, 2017:7) yang diperoleh dari koperasi Kredit
Bintang Timur yaitu berupa laporang keuangan (Laporan Piutang ) Data

33
34

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu jenis data kualitatif.
Penelitian diperlukan data yang diperoleh dari hasil wawancara pada
narasumber serta dokumentasi pendukung berupa gambaran umum dan
strukur organisasi Koperasi Bintang Timur, serta dokumen pendukung
lainya terkait dengan sistem pengendalian internal piutang anggota.

3.4.2 Sumber Data


1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber tanpa
diolah terlebih dahulu. Data primer dalam penelitian ini berupa data yang
diperoleh langsung melalui wawancara dengan karyawan yang berkaitan
langsung dengan sistem pengendalian internal serta pihak-pihak yang
berhubungan dengan obyek yang diteliti.
2. Data Skunder
Data skunder yaitu data yang diperoleh dengan memanfaatkan hasil dari
pihak lain atau dari para ahli. Untuk mendapatkan data skunder yang
berhubungan dengan penelitian, penulis melakukan studi dengan cara
mengumpulkan teori-teori dari buku kulia, buku-buku dan mencari
berbagai macam referensi dari internet lain yang berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti. Teori- teori ini selanjutnya digunakan sebagai dsar
pembahasan dalam proposal.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
adalah :
1. Wawancara
Wawan cara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua belah
pihak yaitu perwawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewew) yang memberkan jawaban atas
pertanyaan (Moleong,2012:118) melalui wawancara ini pula peneliti
menggali informasi secara mendalam dari informasi mengenai sistem
35

penegendalian internal piutang, anggota di Koperasi Kredit Bintang


Timur.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012: 240) dokumentasi adalah catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Metode dokumentasi
yang dimaksud adalah semua jenis rekaman atau alat catatan data
sekunder yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti foto,
buku-buku, literatur, arsip, atau dokumen lainya. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan media dokumentasi yang berupa data jumlah
investor yang ada di Koperasi Kredit Bintang Timur jurnal Badan
Pengusahaan terkait pelayanan perizinan investasi asing, Rencana
strategi Badan Pengusahan, struktur organisasi, jumlah pegawai,
laporan-laporam dan keterangan-keterangan tertulis kemudian dipilih
sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Cara ini
digunakan untuk memperoleh data tertulis yang berhubungan dengan
penelitian.
3. Observasi
Menurut (Sugiyono (2013:145) mengemukan bahwa, obsevasi
merupakan suatu proses yang kompleks, sustu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antaranya yang
terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Pengamatan dalam
istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi
penelitian. Pengamatan dapat di lakukan secara bebas dan tersuktur .
alat yang bisa di gunakan dalam pengamatan adalah lembar
pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain lain. Beberapa informasi
yang di peroleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuartan, kejadian atau peristiwa, waktu perasaan.
Alasan peneliti melalukan observasi adalah menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertayaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melalukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melalukan umpan balik terhadap
36

pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti melalukan


observasi (observation)dengan teknik observasi terus terang atau
tersamar, dimana dengan kedua teknik tersebut peneliti dapat
mendapatkan observasi dengan lebih terarah dan fokus sehingga
informasi yang di kumpulkan menjadi lenih efektif.

3.6 Teknik Analisa Data


Analisa data adalah proses mencari dan Menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi,
dengan cara mengkoordinasikan data ke sintetis, Menyusun kedalam pola,
memilih nama yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipaham oleh diri sendiri dan orang lain, ( Sugiyono,
2009:244) pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancaranya. Bila jawaban yang diwawancarai setelah di
analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaanya lagi
sampai pada tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing verification.

Menurut Miles dan Huberman proses analisis data untuk penelitian


kualitatif dapat digambarkan sebagai berikut.

SUMBER Triangulasi

DATA Collecting
Dara Display Transkripsi dan
Observasi & Dokumentasi
Interpretasi (Inti Analisis )
(Pra-Analisis )

Data Reduksi Seleksi & Data Conslusion Vertifikasi


Identifikasi (Analisis) dan Deskripsi (Temuan)
37

Gambar 3.1 Model Analisis Milles dan Huberman

1. Data Reduction ( Reduksi Data)


Data yang diperoleh dilapangan dari hasil wawancara dan observasi
berupa data sistem pengendalian internal piutang anggota pada Koperasi
Kredit Bintang Timur perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi
data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi
akan memberikan gambar yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti
komuter mini, video recorde atau type recorde dengan memberikan kode-
kode pada aspek tertentu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data reduksi, maka Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk iuran singkat, bagan dan hubungan anatara
kategori. Dalam hal ini Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2012)
menyatakan yang paling sering digunakan dalam menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif sejenisnya
38

mengenai sistem informasi akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas


dalam meningkatkan efektifitas pengendalian intern.
3. Conclusion Drawing / Verfication ( Vertifikasi dan Penegasan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan vertifikasi. Kesimpulan awal
yang digunakan masih bersifat sementara dan berubah bila di temukan
bukti-bukti yang kuan mendukung pada tahap pengumpulan data yang
berikutnya. Tetapi apa bila data kesimpulan yang di kemukakan pada tahap
awal, di dukung Kembali oleh data-data yang valid dan konsisten saat
peneliti Kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini mungkin
akan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang saat penelitian berada di lapangan.

3.7 Pengecekan Validitas


Dalam penelitian ini, tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan untuk
menghindari kesalahan data yang disimpulkan, maka diperiksa Kembali data yang
telah dikumpulkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari dari kesalahan dan
ketidak benaran data. Menurut Sugiyono (2009:270-276), upaya untuk menjaga
kredibilitas dalam penelitian adalah melalui Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perpanjangan Pengamatan
Peneliti Kembali lagi kelapangan untuk melakukan pengamatan untuk
mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun untuk
menemukan data-data yang baru.
2. Meningkatkan Kekuatan
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan meningkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan melakukan
pengecekan Kembali apakah data yang ditemukan salah atau tidak.
3. Triangulasi.
39

Dalam mengecek keabsahan data ini, peneliti jugan menggunakan teknik


triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu. Dalam teknik triangulasi ini, banyak cara yang
bisa digunakan untuk mengecek keabsahan data. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dua cara yaitu triangulasi dasar sumber dan
triangulasi metode.
4. Analisis Kasus Negatif
Penelitian mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan
temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah
dipercaya.
5. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh
data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara.
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku 1, Edisi Pertama. BPFE, Pertama


Yogyakarta
Agoes, 2005, Auditing, Jakarta : Selemba Empat
2012, Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Jakarta: Selemba Empat.
Anastasia, Setiawati, 2011. Sistem informasi akuntansi. Yogyakarta
AI Haryono Jusuf, 2011. Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 2, Edisi ke-7, Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Arikunto, 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta :PT. Rineka Cipta.
Bodnar Hopwood, 2004. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta : ANDI.
Bondan Wicoksono et al. 2013 Analisa Pengaruh Visi Dan Misi Perusahaan
Dalam Manajemen Strategik, Jakarta: Universitas Pancasila.
Ondodyanto dan Hendarti, 2006 Audit Sistem Informasi, Jakarta : Mitra Wacana
Media
Haryono ,2001.Auditing,Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
______,2010. Auditing, buku dua Yogyakarta: STIE YKPN.
Hall, 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi ke tiga, terjemahaan amir abdi
Yusuf, salemba empat Jakarta.
Hery, 2012. Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
____2013. Akuntansi Perusahan Jasa dan Dagang. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
____2014. Akuntansi Dasar 1 dan 2. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Horngen dan Harrison, 2007. Akuntansi. Jilid 1 Edisi 7. Jakarta : Erlangga.
James A Hall. 2007. Sistem Informasi Akuntansi Salemba Empat Jakarta
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persedia
Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
_______, 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

40
41

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Selemba Empat


______,2011. Auditing Buku 1. Jakarta : Salemba Empat
______,2014. Auditing Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat
______,2016. Sistem Akuntansi .. Jakarta: Salemba Empat
Rudianto ,2008 Pengantar Akuntansi . Jakarta: Salemba Empat
_______2012 Pengantar Akuntansi Konsep Dan Teknik Penyususan Laporan
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Syamsuddin, 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. Yogyakarta
Syamyunan .2000 Manajemen Keuangan 1. Medan: Universitas Sumatra Utara.
________2005 Analisis Kinerja Kuangan Dan Perencanaan Keuangan, Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kualitatif kuantitatif dan RND. Bandung
Alberta.
_______2008. Metode Penelitian Bandung: Alberta.
_______2009, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. Bandung : Alberta
_______2010. Metode Penelitian Administratif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
CV Alberta
Praswoto dan Julianty. 2002. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Manfaat.
Yogyakarta AMPYKPN
Warren 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Selemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai