2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan anugerah-Nya yang telah
memberikan kelancaran tim penulis dalam menyusun Laporan Pendahuluan Studio
Perencanaan Wilayah mengenai:
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Penyangga Lingkungan Ibu Kota
Negara Berbasis Preservasi pada Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan
Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak serta berbagai sumber
yang kami pakai sebagai data dalam penyempurnaan laporan ini. Dan penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
2. Orangtua yang telah memberikan dukungan baik secara moral atau material.
3. Dosen Pembimbing Kelompok 1 yaitu Ibu Elin Diyah Syafitri, S.T., M.Sc.
4. Dosen Pengampu Mata Kuliah Studio Perencanaan Wilayah, yaitu:
1) Ibu Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.Sc.
2) Ibu Mega Ulimaz, S.T., M.T.
3) Ibu Dwiana Novianti Tufail, S.T., M.T.
4) Ibu Elin Diyah Syafitri, S.T., M.Sc.
Penulis mengakui jika hanyalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan laporan ini yang telah diselesaikan. Sehingga
penulis bersedia menerima kritik dan saran yang akan kami jadikan sebagai batu
loncatan agar dapat memperbaiki laporan di masa mendatang. Sehingga laporan
berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Balikpapan, 2023
Tim Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
iii
2.2.3 Konsep Edu-Ekowisata ................................................................... 16
iv
3.2.1 Analisis Fisik Dasar dan Lingkungan ............................................. 49
v
4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur ....................................... 124
vi
4.9.3 Kawasan Waterfront...................................................................... 197
4.9.5 Kondisi Satwa dan Persepsi Masyarakat terhadap Satwa ............. 204
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4. 9 Peta Hidrologi Wilayah Studi Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan
Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser
Utara .................................................................................................................... 117
ix
Gambar 4. 25 Peta Persebaran Sarana Pelayanan Umum Pada Wilayah Strategis
Perencanaan......................................................................................................... 143
Gambar 4. 27 Peta Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Pada Wilayah Strategis
Perencanaan......................................................................................................... 147
Gambar 4. 30 Peta Jaringan sumber daya air bersih kawasan strategis perencanaan
Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang ..................................... 156
Gambar 4. 36 Peta Jaringan Jalan pada Wilayah Strategis Perencanaan ............ 189
Gambar 4. 41 Peta Sebaran Kawasan Mangrove pada Kawasan Studi ............. 196
x
Gambar 4. 42 Peta Lahan basah Pada Wilayah Strategis Perencanaan .............. 198
Gambar 4. 46 Peta Habitat Bekantan Pada Wilayah Strategis Perencanaan ....... 205
Gambar 4. 47 Peta Habitat Orang Hutan Pada Wilayah Strategis Perencanaan . 206
Gambar 4. 48 Diagram Satwa Liar yang Sering Ditemui Responden Pada Wilayah
Strategis Perencanaan.......................................................................................... 209
Gambar 4. 50 Grafik Alasan Penerimaan Orang Utan dan Satwa Liar berada di
Lingkungan Permukiman .................................................................................... 212
Gambar 4. 51 Grafik Respon Warga Jika Didapati Orang Utan atau Satwa Liar di
Permukiman ........................................................................................................ 213
Gambar 4. 53 Peta Tutupan Lahan Pada Wilayah Strategis Perencanaan .......... 217
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 4 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
SKL Kestabilan Lereng ......................................................................................... 52
Tabel 3. 5 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang dibawanya dalam Analisis
SKL Kestabilan Lereng ......................................................................................... 54
Tabel 3. 6 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
Kestabilan Pondasi ................................................................................................ 55
Tabel 3. 8 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
SKL Ketersediaan Air ........................................................................................... 59
Tabel 3. 11 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
SKL untuk Drainase .............................................................................................. 63
Tabel 3. 13 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
SKL Pembuangan Limbah .................................................................................... 67
Tabel 3. 15 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
SKL Terhadap Erosi.............................................................................................. 69
xii
Tabel 3. 17 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis
SKL Kemudahan Dikerjakan ................................................................................ 71
Tabel 4. 2 Rata-Rata Curah Hujan Jumlah Hari Hujan Perbulan Kecamatan Sepaku
Tahun 2020.......................................................................................................... 114
Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk pada Wilayah Strategis Selama Lima Tahun Terakhir
............................................................................................................................. 120
xiii
Tabel 4. 10 Jenis Mata Pencaharian Tiap Kepala Keluarga Desa Binuang Tahun
2019 - 2021 ......................................................................................................... 135
Sumber: Buku Induk Penduduk Desa Binuang, 2020, 2021, 2022 ..................... 136
Tabel 4. 12 Jenis Mata Pencaharian Kelurahan Maridan Tahun 2022 ............... 136
Tabel 4. 20 Prasarana Jaringan Air Bersih pada Kelurahan Maridan, Desa Telemow
dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara. ......................................... 154
Tabel 4. 23 Data Jumlah Prasarana Jaringan Distribusi Energi Listrik pada Kawasan
Strategis Perencanaan.......................................................................................... 163
xiv
Tabel 4. 25 Data jaringan drainase pada Kawasan Strategis Perencanaan ......... 171
Tabel 4. 26 Hirarki Jalan dan Penampang Jalan pada Wilayah Strategis Perencanaan
............................................................................................................................. 179
Tabel 4. 31 Data Keberadaan Satwa Liar Pada Wilayah Strategis Perencanaan 207
Tabel 4. 32 Keberadaan Satwa Liar Pada Wilayah Strategis Perencanaan ......... 208
Tabel 4. 35 Data Jawaban Responden Terhadap Penerimaan Orang Utan dan Satwa
Liar ...................................................................................................................... 211
Tabel 4. 36 Respon Warga Jika Didapati Terdapat Orang Utan atau Satwa Liar di
Permukiman ........................................................................................................ 212
Tabel 4. 37 Kesediaan Warga Untuk Ikut Serta Melestarikan Satwa Langka .... 214
Tabel 4. 39 Olahan Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ......... 218
Tabel 4. 41 Rata-Rata Suhu perbulan Kecamatan Sepaku Tahun 2021 ............. 223
xv
Tabel 4. 43 Rata-Rata Kecepatan Angin Perbulan Kecamatan Sepaku Tahun 2021
............................................................................................................................. 225
xvi
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan ruang adalah
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Penataan ruang di Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas
keterpaduan, keserasian, keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan,
keberdayagunaan, keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan, kemitraan,
perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum, keadilan dan akuntabilitas.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan
Nusantara dan Ketahan Nasional dengan terwujudnya keharmonisan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, dengan memperhatikan
sumber daya manusia dan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Pelaksanaan
penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007).
Indonesia merupakan negara salah negara dengan peran penting bagi dunia
dalam menekan kenaikan suhu bumi, dengan jumlah hutan terbesar kedua di dunia.
Indonesia menjadi negara paru-paru dunia dengan penghasil oksigen dan negara
yang mampu menyimpan karbon karena jumlah tutupan lahan yang besar (PPID,
2016). Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007). Penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya,
estetika dan penanggulangan bencana. Fungsi ekologis meliputi penghasil oksigen,
1
bagian paru-paru kota, pengatur iklim mikro, peneduh, penyerap air hujan,
penyedia habitat vegetasi dan satwa, penyerap polusi udara, polusi air, dam polusi
tanah, penahan angin dan/atau peredam kebisingan (Peraturan Menteri ATR/BPN
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022).
Pembangunan pariwisata berbasis pengelolaan lingkungan hidup
merupakan salah satu sarana edukasi dan pendidikan karakter. Salah satu kegiatan
wisata yang banyak diperhatikan oleh beberapa peneliti adalah pengembangan
ekowisata (ecotourism) sebagai kegiatan wisata alam yang berbasis pendidikan
lingkungan (Sutisno dan Afendi, 2018). Rencana Pengelolaan adalah suatu rencana
makro yang bersifat indikatif strategis, kualitatif, dan kuantitatif serta disusun
dengan memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat, kondisi
lingkungan, dan rencana pembangunan daerah/wilayah dalam rangka pengelolaan
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
p.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019).
Pulau Kalimantan adalah kesatuan fungsional wilayah geografis dan
ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam
bumi yang meliputi seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi
Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Kalimantan Timur.
Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu kawasan peruntukan hutan
yang didukung dengan industri pengolahan dengan prinsip berkelanjutan,
mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa
endemik, kawasan dengan meningkatkan fungsi ekologis di kawasan peruntukan
hutan dan mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan
peruntukan hutan. Peran hutan ini cukup besar dalam mendukung keberlangsungan
daerah sekitarnya atau sebagai daerah penyangga bagi daerah lain, begitu juga
dengan kawasan perkotaan yang sangat bergantung pada kesehatan hutan, baik
hutan kota maupun hutan yang berada di luar kawasan perkotaan. Pengembangan
dan pemanfaatan kawasan ekowisata berbasis ekosistem kehidupan orang utan,
bekantan, meranti, anggrek, serta satwa dan tumbuhan endemik kawasan lainnya
(Undang-undang Nomor 3 Tahun 2012).
2
Kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Desa Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Tiga Kelurahan tersebut memiliki peluang sebagai kawasan ekowisata hal itu sesuai
dengan pasal 95 ayat 10 pada Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2022 terkait
pengembangan taman hutan raya. Dalam pengembangan dan perencanaan Ibu Kota
Negara (IKN) yang termasuk kedalam Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari
sudut kepentingan daya dukung lingkungan, di mana pemanfaatan ruang diarahkan
untuk mewujudkan kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati untuk
mewujudkan pelestarian alam dan lingkungan yang tetap seimbang dengan
pembangunan kota, khususnya kawasan penyangga Ibu Kota Negara (IKN) yang
berada di wilayah sensitif. Pembangunan berbasis ekowisata merupakan salah satu
mengatasi permasalah perkotaan maupun mencegah berbagai dampak lingkungan.
Oleh karena itu, dengan adanya Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis dari sudut
kepentingan penyangga lingkungan berbasis ekowisata pada kawasan penyangga
Ibu Kota Nusantara (IKN) diharapkan dalam pembangunan dan kelestarian alam
serta lingkungan, khususnya dalam mempertahankan dan melestarikan fungsi hutan
yang menjadi potensi utama.
Kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Ketiga wilayah tersebut memiliki peruntukan yang cukup beragam berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Penajam Paser Utara. Pada
Kelurahan Maridan disebutkan bahwa ada wilayah dengan peruntukan permukiman
perkotaan, selain itu, Kelurahan Maridan juga direncanakan adanya Pelabuhan
Kenangan yang terhubung dengan Kawasan Kampung Baru, Kota Balikpapan, serta
industri berbasis sumber daya alam dipusatkan di Kelurahan Maridan. Kelurahan
Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow juga ditetapkan sebagai
kawasan pertambangan batu bara. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) menyebutkan bahwasannya terdapat kawasan suaka orang utan
dan penelitian berbasis ramah lingkungan hidup di Kelurahan Maridan. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menyebutkan adanya kawasan
mangrove pesisir dan pulau-pulau kecil berada di Kelurahan Maridan. Kawasan
studi ditetapkan sebagai zona satu yang merupakan wilayah sepanjang jalur teluk
3
balikpapan yang berada di wilayah Kecamatan Sepaku yaitu sepanjang Mentawir,
Semoi-Sepaku dan wilayah Maridan (ITCI). Kawasan ini merupakan wilayah yang
dikhususkan untuk perkembangan kegiatan industri perkayuan, perkebunan kelapa
sawit (beserta produk turunannya), peternakan, dan sebagian berfungsi sebagai
pelabuhan batubara, secara fungsi merupakan masuk zona “working
waterfront”. Keberagaman perencanaan disana tentunya bisa menyebabkan
beberapa hal yang membahayakan keberadaan kawasan penyangga lingkungan
bagi Ibu Kota Negara (IKN). Fenomena urban sprawl yang terjadi pada kawasan
Jabodetabek menjadi gambaran akan adanya peningkatan penduduk dan kebutuhan
lahan bagi kawasan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) yang tentunya akan
mendorong adanya konversi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka diperlukan perencanaan beberapa
peruntukan di kawasan studi berbasis preservasi dan konektivitas agar keberadaan
kawasan penyangga lingkungan Ibu Kota Negara (IKN) tetap berfungsi
sebagaimana mestinya meskipun terdapat keberagaman peruntukan kawasan di
kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow.
4
Kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
2. Mengoptimalkan Perencanaan Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis
dari sudut kepentingan penyangga lingkungan berbasis preservasi pada
Kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
3. Menyusun rencana indikasi program sebagai acuan dan arahan rencana
tindak yang dapat diimplementasikan pada Kawasan Kelurahan Binuang,
Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku,
Kabupaten Penajam Paser Utara.
1.2.2 Sasaran
Adapun sasaran dari penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Penyangga Lingkungan Ibu Kota Negara Berbasis Preservasi pada
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya dokumen perencanaan pengembangan wilayah terkait dengan
rencana pola dan struktur ruang yang dapat menjadi acuan pengembangan
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan penyangga lingkungan berbasis
preservasi pada Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan
Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
2. Teroptimalisasinya perencanaan pengembangan wilayah kawasan strategis
dari sudut kepentingan dari sudut kepentingan penyangga lingkungan
berbasis preservasi pada Kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan
dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser
Utara.
3. Tersedianya dokumen rencana indikasi program sebagai acuan dan arahan
rencana tindak yang dapat diimplementasikan pada Kawasan Kelurahan
Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku,
Kabupaten Penajam Paser Utara.
5
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup pembahasan meliputi berbagai aspek yang terkait dengan
pengembangan wilayah: Aspek penataan ruang, ekonomi, sosial dan
kependudukan, lingkungan hidup, transportasi, infrastruktur, dan pemberdayaan
masyarakat, serta aspek lain yang dipandang penting. Lingkup materi penyusunan
perencanaan dan pengembangan wilayah, yaitu:
1. Tujuan pengembangan wilayah:
a. Rencana pengembangan wilayah (Spasial dan Non-spasial/Aksi)
b. Rencana peningkatan akses kewilayahan
c. Rencana tindak (Indikasi Program)
2. Data/Informasi yang perlu disajikan tentang butir 1 tersebut diatas adalah :
a. Gambaran Umum wilayah perencanaan
b. Potensi dan prospek pengembangan
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah pada penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Penyangga Lingkungan Ibu Kota Negara Berbasis Preservasi pada
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Dengan Luas 2.125,608 ha. Adapun
batas-batas wilayah studi adalah sebagai berikut.
Utara : Kelurahan Pemaluan
Timur : Kelurahan Mentawir
Selatan : Kelurahan Pantai Lango
Barat : Kelurahan Riko dan Kelurahan Pemaluan
6
Gambar 1. 1 Peta Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku,
Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sumber: Olahan Penulis, 2023
7
1.3.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan dalam Penyusunan Rencana Program pengembangan
wilayah sebagai berikut:
1. Kegiatan Persiapan
2. Kegiatan Penyusunan Laporan Pendahuluan
3. Kegiatan Survei dan Pengumpulan Data
4. Kegiatan Penyusunan, Pengolahan Data dan Analisa
5. Kegiatan Diskusi dan Seminar
6. Kegiatan Penyusunan Rencana
7. Kegiatan Penyusunan Album Peta
8. Pembuatan Video Rencana
8
6. Peraturan Menteri ATR/BPN Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata Di Daerah
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
9
BAB III Metodologi Pendekatan
Pada bab ini berisikan metodologi pendekatan yang terdiri dari
metode pengumpulan data berupa jenis data dan metode
pengumpulan serta metode analisis data yang akan digunakan dalam
menyusun dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Penyangga Lingkungan Ibu Kota Negara Berbasis Preservasi pada
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
BAB IV Gambaran Umum Kawasan
Pada bab ini berisikan gambaran umum kawasan seperti kondisi
fisik, kependudukan, sarana dan prasarana, utilitas, sosial dan
budaya, serta gambaran perekonomian pada Kawasan Strategis
Penyangga Lingkungan Ibu Kota Negara Berbasis Preservasi pada
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
BAB V Rencana Kerja
Pada bab ini berisikan rencana kerja yang akan dijalankan seperti
program kerja, jadwal pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan
penyusunan laporan serta desain survei.
Daftar Pustaka
10
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Kebijakan
2.1.1 Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020
Ibu Kota Negara bernama Nusantara yang selanjutnya disebut Ibu Kota
Nusantara adalah satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus setingkat
provinsi yang wilayahnya menjadi tempat kedudukan Ibu Kota Negara. Kawasan
Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia. kawasan penyangga lingkungan dan pendukung ketahanan
pangan merupakan salah satu cakupan kawasan strategis nasional Ibu Kota
Nusantara, dengan luas kurang lebih 183.453,13 Ha (seratus delapan puluh tiga ribu
empat ratus lima puluh tiga koma satu tiga hektare), yang sebagiannya meliputi
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow. Kawasan
pariwisata untuk mengembangkan destinasi pariwisata kelas dunia berbasis aset
ekowisata dan pariwisata kota, baik wisata alami maupun wisata buatan. Tujuan
pengembangan kawasan strategis kota kawasan taman hutan raya beserta koridor
satwa untuk memulihkan fungsi konservasi taman hutan raya serta menciptakan
konektivitas antar habitat satwa dan destinasi ekowisata kelas dunia. Berdasarkan
arahan pengembangan kawasan strategis kota taman hutan raya beserta koridor
satwa berada di Kawasan Ibu Kota Nusantara (KIKN) dan Kawasan Pengembangan
Ibu Kota Nusantara (KPIKN) yang dilakukan melalui pemulihan fungsi konservasi
taman hutan raya, pengembangan konektivitas antar habitat satwa, dan
pembangunan destinasi ekowisata kelas dunia.
Kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
1. Kawasan ekosistem mangrove berada di WP IKN Barat dan WP IKN Timur
1 di KIKN serta WP Muara Jawa, WP Kuala Samboja, dan kawasan
penyangga lingkungan dan ketahanan pangan di KPIKN.
12
2. Kawasan pemulihan lingkungan pascatambang berada di kawasan
penyangga lingkungan dan ketahanan pangan di KPIKN.
3. Kawasan taman hutan raya beserta koridor satwa berada di KIKN dan
KPIKN.
4. Dalam mewujudkan
2.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2018-2023
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima)
tahun terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan Kepala
Daerah.
Rencana pengembangan kawasan di Kabupaten Penajam Paser Utara pada kurun
waktu 2014 - 2018 diarahkan kepada pengembangan wilayah pesisir, namun juga
tidak mengesampingkan pengembangan pada wilayah-wilayah lainnya.
Melindungi, mengembalikan, meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan dari
ekosistem darat, pengelolaan hutan secara lestari, memerangi dan menghentikan
proses penggurunan, memulihkan degradasi lahan dan menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Berdasarkan rencana strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdapat Terdapat rencana suaka
orangutan pada Pulau Benawa Besar dan Pulau Benawa Kecil di Kelurahan
Maridan Kecamatan Sepaku dengan tujuan penelitian satwa orang utan dengan
berbasis ramah lingkungan. Pengembangan Kawasan Kehutanan yang terdapat di
Kabupaten Penajam Paser Utara meliputi.
1. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;
2. Pengolahan hasil hutan untuk kemakmuran rakyat;
3. Mengembangkan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan kawasan lindung
4. Mengembangankan pola hutan tanaman industri (HTI)
5. Melakukan Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan
budidaya lain (pertambangan, perkebunan) dengan cara pendeliniasian
secara tegas peruntukan kawasan hutan dengan kawasan yang lainnya.
6. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan (HPH)
13
7. Meminimalkan kegiatan budidaya KNBK di sekitar area KBK sehingga
peruntukan hutan tidak berubah
8. Pembangunan “Mangrove Tourisme Centre” (MTC) di Kelurahan
Kampung Baru Kecamatan Penajam.
2.1.3 Kebijakan Sektoral
Kebijakan sektoral adalah suatu kebijakan yang menyangkut pada ekonomi
sektor-sektor tertentu di suatu wilayah. Adapun kebijakan sektoral di kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya memuat tentang kawasan pelestarian alam
diantaranya adalah taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam yang dapat dibangun sebagai sarana kepariwisataan tanpa mengurangi
atau menghilangkan fungsi, potensi, daya dukung, dan keanekaragaman
berbagai elemen yang ada di dalamnya.
2. Peraturan Presiden Nomor 64 tahun 2022 memuat tentang kecamatan
Sepaku sebagai kawasan penyangga lingkungan dan pendukung ketahanan
pangan.
3. Peraturan Presiden Nomor 48 tahun 2014 tentang Master Plan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tahun 2011-2025 yang
memuat tentang peningkatan dan perluasan produksi dan distribusi
ekonomi, efisiensi dan peningkatan daya saing pasar nasional, serta guna
menguatkan inovasi ekonomi nasional secara berkelanjutan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam yang memuat tentang pemanfaatan dan
konservasi alam dapat dimanfaatkan pada pengusahaan pariwisata alam
5. RPJMD Kabupaten Penajam Paser Utara 2018-2023 memuat tentang
penetapan sasaran pembangunan dengan kerangka pendanaannya yang
dijadikan sebagai pertimbangan sebagai dasar perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Penajam Paser Utara
memuat Kecamatan Sepaku sebagai wilayah Pusat Pelayanan Kawasan.
14
7. Peraturan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 25 Tahun 2021 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2022 memuat tentang kawasan
suaka orangutan dan penelitian lingkungan hidup berada pada kelurahan
Maridan, Kecamatan Sepaku.
a. Kelurahan Binuang dengan luas wilayah 17.65 km 2
15
yang menekankan pada pembangunan sarana prasarana, daya tarik, kondisi
ekologis, ekonomi, edukasi dan mempertahankan kearifan lokal, aktivitas
pariwisata di kawasan lindung cenderung meningkat bersamaan dengan
peningkatan kesadaran tentang konservasi alam.
2.2.3 Konsep Edu-Ekowisata
Ekowisata merupakan potensi sumberdaya alam, lingkungan, serta
keunikan alam dan budaya, yang dapat menjadi salah satu sektor unggulan daerah
yang belum dikembangkan secara optimal. Ekowisata pengamatan dan pemahaman
mengenai alam dan budaya, mendukung pelestarian, serta lebih mengutamakan
fasilitas dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat. Ekowisata merupakan
suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Edu-ekowisata
merupakan pengembangan dari ekowisata yang pertama sekali diperkenalkan oleh
organisasi The Ecotourism society pada tahun 1990, yakni suatu bentuk pariwisata
yang bertanggung jawab dengan memperhatikan konservasi lingkungan,
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (Alamsyah, 2013
dalam Sutisno dan Afendi, 2018).
2.2.4 Kawasan Edu-Ekowisata
Ekowisata pada dasarnya adalah menjamin kelestarian lingkungan dengan
maksud hampir sama dengan konservasi yang menjaga keberlangsungan proses
ekologis yang tetap mendukung kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati
serta menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya (Alamsyah,
2013 dalam Sutisno dan Afendi, 2018). Edu-ekowisata merupakan pengenalan dan
pembelajaran budaya sejak dini mulai terjadi dengan desain pembelajaran yang
sengaja dihadirkan sesuai materi lingkungan dalam format objek wisata. Menurut
Sulistiani dkk (2011) terdapat dua strategi dalam pengembangan kawasan edu-
Ekowisata yang bisa diterapkan yaitu merancang berbagai produk wisata dan
mengembangkan kemampuan, keterampilan dan kompetensi masyarakat sekitar.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan merupakan
salah satu kunci pengembangan ekowisata, sehingga dapat memberikan implikasi
timbulnya berbagai tuntutan di semua sektor pembangunan. Tuntutan-tuntutan
tersebut akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, cara cara pendekatan baru
dalam berbagai kegiatan baik bisnis pariwisata secara langsung yang dilakukan
16
dunia usaha pariwisata dan usaha-usaha masyarakat dalam upaya meningkatkan
taraf kesejahteraan mereka maupun mendorong peran aktif institusi pemerintah
terkait. Penerapan konsep edu-ekowisata dapat memberikan wacana baru untuk
meningkatkan kesadaran pendidikan untuk mengetahui lingkungan yang bersih
sejak dini dan memberikan pelajaran tentang wisata ditambah dengan unsur
pendidikan.
2.2.5 Teori dan Konsep Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk pembangunan
wilayah atau daerah dengan penggunaan sumber daya secara optimal, efisien, dan
efektif. Dalam pengembangan wilayah diperlukan konsep agar berbagai kegiatan
dapat dilakukan secara teratur dan mengarah kepada pembangunan yang
berkelanjutan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013-
2033, salah satu kebijakan penataan ruang wilayah adalah pengendalian secara ketat
pada kawasan lindung dengan berbasis pembangunan berkelanjutan yang disusun
dengan strategi sebagai berikut:
1. Menetapkan fungsi kawasan tahura dan hutan lindung;
2. Meningkatkan kualitas kawasan resapan air;
3. Memantapkan kawasan perlindungan setempat;
4. Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar budaya;
5. Menghindari kawasan rawan bencana sebagai kawasan terbangun; dan
6. Memantapkan wilayah kawasan lindung geologi disertai dengan
pemantapan zonasi di kawasan dan wilayah sekitarnya.
Kebijakan strategi pengembangan wilayah tersebut dibuat dengan
memperhatikan keberlangsungan fungsi kawasan lindung. Pelanggaran terhadap
kebijakan diatas akan berdampak pada fungsi kawasan lain yang berkaitan. Salah
satu contoh kasus pelanggaran terhadap kebijakan diatas adalah alih fungsi kawasan
hutan lindung di Indonesia menjadi areal pertambangan yang berakibat pada
degradasi hutan. Contoh kasus lainnya adalah adanya dominasi permukiman
penduduk pada kawasan lindung dan penyangga di Kecamatan Samigaluh,
Yogyakarta yang mengakibatkan ketidaksesuaian dan menyebabkan potensi
kerawanan longsor yang tinggi.
17
Berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah yang telah
ditetapkan, konsep pengembangan wilayah yang digunakan adalah penataan ruang
kawasan strategis berbasis preservasi. Preservasi merupakan kegiatan
pemeliharaan, perbaikan, pencegahan, dan perlambatan kerusakan yang ditujukan
pada wilayah penyangga ibukota negara dalam menghindari fenomena urban
sprawl. Konsep preservasi yang direncanakan difokuskan pada mewujudkan arahan
pemanfaatan ruang yaitu untuk mewujudkan kelestarian kawasan konservasi atau
kawasan lindung yang tetap seimbang dengan pembangunan perkotaan. Strategi
preservasi ini dilakukan dengan pembangunan berbasis ekowisata yang akan
mempertahankan dan melestarikan fungsi kawasan lindung yang menjadi potensi
utama.
2.2.6 Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Penyangga Lingkungan
Kawasan strategis dalam lingkup kota/kabupaten merupakan wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Menurut Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2014 penyangga lingkungan memiliki fungsi
yang sangat penting yaitu untuk mengurangi tekanan penduduk ke dalam kawasan
pelestarian dan suaka alam, memberikan kegiatan ekonomi masyarakat dan
merupakan kawasan yang memungkinkan adanya interaksi manfaat secara
berkelanjutan bagi masyarakat dengan kawasan konservasi. Kawasan strategis dari
sudut kepentingan penyangga lingkungan difokuskan pada perwujudan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta konservasi sumber daya alam yang
berkelanjutan pada jangka panjang dan dapat dilengkapi dengan kawasan publik
yang berada pada kawasan di luar kawasan inti yang diperbolehkan untuk
mendukung fungsi lindung dan konservasi pada kawasan inti.
2.2.7 Kriteria Kawasan Strategis Terkait Kawasan Penyangga Lingkungan
Berbasis Edu-Ekowisata
Edu ekowisata sebagai bagian dari konsep pengembangan pariwisata telah
mengalami kemajuan dengan semakin banyaknya peminat jenis wisata yang
berbasis edukasi pada kelestarian lingkungan. Edu ekowisata sendiri pada dasarnya
menjamin kelestarian lingkungan dengan maksud hampir sama dengan konservasi,
yakni: menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung
18
kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati serta menjamin kelestarian dan
pemanfaatan spesies dan ekosistemnya (Alamsyah, 2013). Adapun edu-ekowisata
sendiri pada hakikatnya ada pada faktor dimana intensitas pengenalan dan
pembelajaran budaya sejak dini mulai terjadi, melalui desain pembelajaran yang
sengaja dihadirkan sesuai materi lingkungan dalam format objek wisata. Menurut
Yuliana,2019 terdapat prinsip-prinsip pengembangan edu ekowisata dalam suatu
kawasan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Melakukan perencanaan kegiatan yang berkelanjutan pada industri
pariwisata dengan melakukan penelitian terlebih dahulu, sehingga
pengembangan wisata tidak melampaui daya dukung lingkungan dan sosial;
2. Melindungi keanekaragaman hayati dan lingkungan alami sekitarnya;
3. Berdampak pada lingkungan alami, baik pada pengerjaan konstruksi
maupun saat dibuka sebagai wisata;
4. Mengelola limbah dan sampah secara cermat;
5. Mampu memenuhi kebutuhan energi, dengan menggunakan alat dan
fasilitas yang tidak seluruhnya mengubah lingkungan alami;
6. Berkontribusi positif bagi kehidupan ekonomi masyarakat lokal secara
berkelanjutan
7. Mengakomodasi berbagai program penelitian guna berkontribusi dalam
kegiatan ekowisata dan pengembangan berkelanjutan wilayah setempat,
secara ekonomi, sosial, dan masyarakat;
8. Mengupayakan kerjasama dengan komunitas lokal dalam pembangunan dan
pengelolaan ekowisata;
9. Mengalokasikan pendapatan yang didapat untuk kebutuhan konservasi
alami wilayah;
10. Menawarkan program yang dapat memberikan pendidikan tentang
lingkungan alami dan kebudayaan setempat,baik kepada tenaga kerja
maupun wisatawan;
11. Menjadikan masukan dan aspirasi dari pengunjung sebagai pertimbangan
dalam mengembangkan kegiatan pariwisata;
12. Kegiatan pemasaran dan promosi dilakukan secara akurat, sehingga dapat
memenuhi harapan wisatawan secara nyata; dan
19
13. Mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan sosial
masyarakat lokal secara berkelanjutan.
Menurut Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, 2009,
prinsip edu ekowisata terdiri dari, prinsip konservasi, prinsip partisipasi
masyarakat, prinsip wisata dan prinsip edukasi, dan prinsip konservasi dan wisata.
Tabel 2. 1 Prinsip dan Kriteria Edu Ekowisata
Prinsip Kriteria
20
Prinsip Kriteria
21
Prinsip Kriteria
22
2. Lokasi dan status lahan yang meliputi sejarah kawasan, luas, kepemilikan,
di dalam konsesi, di luar konsesi, antar konsesi (lansekap) dengan status
kawasan hutan (hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi), areal
konsesi (HPH, HTl, Perkebunan, Pertambangan, IUPHHK-RE), HP. HPK,
APL lokasi koridor dapat dipengaruhi oleh hubungan antara pergerakan
musiman dan tujuan spesifik dari koridor
3. Kawasan koridor yang diusulkan secara historis mempunyai fungsi
menghubungkan suatu habitat ke habitat lainnya baik berupa kawasan
konservasi maupun bukan kawasan konservasi, merupakan jalur jelajah dan
daerah sebaran satwa target dan tidak berpotensi konflik dengan
masyarakat, baik pemukiman atau aktifitas manusia lainnya.
4. Ekologi yang berfungsi optimal untuk berlangsungnya pergerakan satwa
antar habitat yang terputus dan mampu menyediakan kebutuhan satwa
misalnya pakan, termasuk keamanan dari aktivitas perburuan, pemangsa,
kebakaran dan ancaman lainnya, Aspek Ekologi, meliputi.
a. Habitat: Pengamatan habitat perlu diobservasi karena merupakan
parameter kritis dalam perencanaan pembentukan koridor. Penggunaan
koridor oleh individu satwa tergantung pada habitat dalam hubungan
lansekap.
b. Pola penyebaran dari spesies mangsa dan pemangsa terkait
menunjukkan bahwa koridor yang efektif harus mengandung cukup
habitat yang sesuai bagi spesies target untuk tinggal secara permanen
dalam koridor atau untuk melintas secara normal.
c. Lebar dan panjang koridor yang optimal ditentukan oleh efek tepi (edge
effect) dan kecenderungan penyebaran satwa liar bergerak. Lebar
minimum koridor dapat diperkirakan dari data mengenai wilayah
jangkauan (home range) dan ukuran spesies target serta pertimbangan
lebar yang diperlukan untuk mempertahankan habitat yang diinginkan
terhadap penetrasi jenis vegetasi lain dari pinggir koridor. Jika
penggunaan koridor dimanfaatkan oleh satu spesies secara permanen
menempati koridor tersebut, maka lebar koridor setidaknya selebar
rentang wilayah jangkauan dan panjangnya dua kali dari rentang
23
wilayah jangkauan. Koridor juga dapat lebih pendek dari lebar
minimum yang didasari pada wilayah jangkauan.
d. Kawasan koridor yang akan diusulkan mempunyai luas, ukuran, zonasi
yang sesuai untuk satwa prioritas (desain koridor).
Analisis ancaman: efektivitas koridor akan terpengaruh oleh Jenis dan
tingkat al‹tivitas manusia dan praktek penggunaan lahan baik di dalam dan
berdekatan dengan koridor.
Kriteria-kriteria di atas ditentukan oleh beberapa data yang menjadi bare
minimum dalam menentukan koridor satwa yang juga disebutkan di dalam
peraturan yang sama dengan penjabaran sebagai berikut.
1. Data biogeofisik
a. Letak geografis/letak administrasi
b. Ketinggian
c. Topografi
d. Geologi dan tanah:
e. Iklim
f. Hidrologi
g. Satwa
h. Vegetasi
2. Data sosial, ekonomi, dan budaya
a. Jumlah penduduk
b. Agama
c. Pendidikan
d. Mata pencaharian
e. Kelembagaan masyarakat
f. Pola penggunaan lahan
g. Persepsi masyarakat terhadap satwa
2.2.9 Kriteria Kawasan Waterfront
Kawasan Waterfront city merupakan kawasan yang aktivitasnya
berorientasi area perairan seperti sungai dan pantai. Waterfront merupakan sebuah
aset yang dimiliki oleh suatu kota yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
publik dengan berbagai tujuan seperti diungkapkan dalam jurnal “prinsip
24
perancangan kawasan tepi air” (sastrawati, isfa, vol 14, no.3, ITB, 2003). Dalam
proses pengembangan suatu kawasan waterfront pada dasarnya dapat dibagi atas
tiga jenis pengelompokan yaitu :
1. Konservasi, Merupakan pengembangan yang bertujuan untuk
memanfaatkan kawasan tua yang berada di tepi air dimana pada kondisi
sekarang masih terdapat potensi yang dapat di kembangkan secara
maksimal.
2. Redevelopment, Pengembangan jenis ini merupakan suatu usaha untuk
menghidupkan atau membangkitkan kembali kawasan pelabuhan dengan
tujuan yang berbeda sebagai suatu kawasan penting bagi kehidupan
masyarakat kota dengan mengubah fasilitas yang ada pada kawasan yang
digunakan oleh kapasitas yang berbeda pula.
3. Development, Pengembangan jenis ini merupakan contoh perencanaan
yang sengaja dibentuk dengan menciptakan sebuah kawasan tepi air
dengan melihat kebutuhan masyarakat terhadap ruang di kota dengan cara
penataan kawasan tepi air.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian dan
pengembangan permukiman pada tahun 1995-2000 melihat bahwa struktur
peruntukkan kawasan kota pantai atau kota tepi air dapat diarahkan pada 7 (tujuh)
pengembangan salah satunya adalah kawasan budaya, pendidikan dan lingkungan
hidup (cultural, education and environmental waterfront) kriteria pokok
pengembangannya adalah sebagai berikut.
1. Memanfaatkan potensi alam pantai untuk kegiatan penelitian, budaya dan
konservasi.
2. Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air bersih yang tidak
hanya untuk kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk menarik investor.
3. Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat tentang kekayaan
alam tepi pantai yang perlu dilestarikan dan diteliti.
4. Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan dipadukan dengan
pengelolaan lingkungan didukung kesadaran melindungi atau
mempertahankan keutuhan fisik badan air untuk dinikmati dan dijadikan
25
sebagai wahana pendidikan (keberadaan keragaman biota laut, profil pantai,
dasar laut, mangrove dan lainnya.
5. Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang kawasan, seperti
penyediaan sarana untuk upacara ritual keagaman, sarana pusat-pusat
penelitian yang berhubungan dengan spesifikasi kawasan tersebut dan
lainnya.
6. Perlu upaya pengaturan/pengendalian fungsi dan kemanfaatan air/badan air.
7. Berikut ini merupakan kriteria, komponen dan prinsip perencanaan
penataan kawasan waterfront city sebagai kawasan pariwisata.
Tabel 2. 2Kriteria, Komponen dan prinsip perencanaan kawasan
26
Kriteria Komponen Prinsip Perancangan
27
Kriteria Komponen Prinsip Perancangan
28
ombak, di sepanjang delta dan estuari yang dipengaruhi oleh masukan air dan
lumpur dari daratan. Mangrove merupakan tipe vegetasi yang terdapat di daerah
pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir atau lumpur
pasir, hutan mangrove tersebut merupakan tipe hutan yang khas, untuk daerah
pantai yang berlumpur dan airnya tenang (Eko, 2011 dalam Ilham dkk, 2016).
Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah
terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir
tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar. Ekosistem hutan bakau
dengan tumbuhan yang rimbun dan mempunyai berbagai biota merupakan salah
satu tempat rekreasi atau wisata yang nyaman. Untuk menjadikan ekosistem hutan
bakau sebagai lingkungan yang nyaman dan menarik bagi wisatawan maka harus
dilindungi dan direhabilitasi agar terlihat asli dengan berbagai flora dan faunanya,
Mengingat begitu pentingnya hutan mangrove bagi kelangsungan lingkungan hidup
(Rahayu, 2021). Kekayaan sumberdaya alam mangrove berupa formasi vegetasi
yang unik, satwa serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem mangrove memiliki
potensi yang dapat dijual sebagai obyek wisata, khususnya ekowisata yang
menawarkan konsep pendidikan dan konservasi. Ekowisata menjadi salah satu
pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas dan terjaga keasliannya
sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata (Wardhani, M.K. 2011).
Ekosistem mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai atau di pinggiran sungai
sangat dipengaruhi oleh pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut.
Ekosistem mangrove di wilayah pantai dapat berkembang jika didukung oleh tiga
syarat utama yaitu air payau, alirannya tenang, dan terdapat endapan lumpur yang
relatif datar. Pasang surut gelombang laut dan jangkauan air pasang di kawasan
pantai dapat mempengaruhi lebar hutan mangrove. Pada dasarnya, kawasan pantai
merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Garis pantai
dicirikan oleh suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan perairan laut. Oleh
karena itu, posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan
pasang surut air laut dan abrasi serta pengendapan lumpur (walking land atau
walking vegetation) (Waryono, 2000).
29
Lahan Kawasan konservasi mangrove dengan ketentuan kriteria
keanekaragaman hayati dengan indeks keragaman (diversity index) dan kekritisan
lahan. Untuk dikategorikan sebagai kawasan mangrove, daerah tersebut harus
memenuhi beberapa kriteria, di antaranya sebagai berikut:
1. Memiliki cekungan atau muara sungai yang terhubung langsung ke laut
2. Memiliki pasang surut air yang kuat dan berlimpah
3. Memiliki jenis tanah lumpur atau pasir lumpur yang subur
4. Terdapat beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh subur di kawasan
tersebut
5. Terdapat keberadaan fauna yang spesifik dan khas di kawasan tersebut.
Selain itu, kawasan mangrove harus dilindungi dan dijaga untuk
keberlangsungan hidup pohon mangrove dan makhluk hidup yang tinggal di
dalamnya. Kawasan mangrove juga memiliki fungsi ekosistem yang penting,
seperti:
1. Sebagai habitat bagi berbagai spesies ikan, udang, kepiting dan hewan
lainnya
2. Sebagai pengatur aliran air dan mengurangi akibat erosi pantai
3. Sebagai penyimpan karbon dan memperbaiki kualitas udara
4. Sebagai penahan abrasi pantai dan memperlambat dampak tsunami.
Kriteria kawasan konservasi mangrove dapat mencakup berbagai aspek,
namun pada umumnya meliputi beberapa hal berikut:
1. Keanekaragaman hayati: kawasan konservasi mengharuskan adanya
dukungan terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, termasuk
spesies hewan dan tumbuhan, serta lingkungan kehidupan mereka.
2. Jarak interkoneksi dengan habitat lain: kawasan konservasi sebaiknya
memiliki jarak antara satu dengan lainnya yang memadai. Hal ini berguna
untuk melindungi populasi hewan atau tumbuhan di dalamnya agar tidak
terkendala oleh kondisi lingkungan yang terlalu terfragmentasi.
3. Kualitas lingkungan fisik: faktor-faktor seperti kelembaban tanah, suhu
udara, dan kadar garam seringkali merupakan kunci keberhasilan mangrove.
Oleh karena itu, kawasan konservasi sebaiknya memiliki kualitas
lingkungan fisik yang memadai.
30
4. Perlindungan dan penanganan ancaman: kawasan yang berpotensi menjadi
konservasi wajib memiliki kemampuan untuk meminimalkan ancaman
terhadap habitat dan lingkungan hidup yang ada di dalamnya, baik itu dari
aktivitas manusia ataupun bencana alam.
2.2.11 Kriteria Kawasan Permukiman Perkotaan Berbasis Lingkungan
Forest city menurut Guan (2018) adalah merupakan sebuah gagasan dalam
perencanaan kota yang memiliki karakteristik adanya dominasi vegetasi atau
penghijauan di perkotaan yang dapat juga berupa vertical forest. Namun, dalam
penerapannya pada Ibu Kota Negara (IKN), forest city juga dapat diartikan sebagai
perkotaan yang dibangun dari kawasan hutan dan tetap mempertahankan beberapa
keadaan dasar agar tetap ‘hutan’ sesuai dengan namanya, pemanfaatan lahan yang
cenderung lebih kecil dikarenakan adanya peraturan terkait peningkatan minimal
KDH, hingga adanya revitalisasi terkait dampak negatif yang ditimbulkan selama
pembangunan. Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dengan konsep forest city
menjadi salah satu gebrakan dalam membangun peradaban di tengah
keanekaragaman hayati. Konsep ini juga membantu meningkatkan interaksi antara
manusia dan lingkungan. Dalam pembangunannya, kriteria terkait forest city Ibu
Kota Negara (IKN) diatur oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan
diterjemahkan oleh Mutaqin, Muslim, dan Rahayu (2021) di dalam kajiannya,
berikut adalah tabel yang menjadi kriteria forest city Ibu Kota Negara
31
1. Perlindungan Lingkungan Hidup: Konsep ini memberikan perhatian utama
pada pelestarian lingkungan hidup, dengan mempertimbangkan dampak
dari pengembangan kawasan terhadap sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
2. Manfaat Sosial dan Ekonomi: Konsep ini berusaha memberikan manfaat
sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat, seperti menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup, dan meningkatkan
penghasilan masyarakat daerah sekitar.
3. Partisipasi Masyarakat: Berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
pengembangan kawasan penyangga lingkungan, maka konsep ini
memberikan peran penting bagi partisipasi masyarakat.
4. Kearifan Lokal: Konsep ini mendukung penggunaan kearifan lokal dalam
pengelolaan sumber daya alam yang berdampak positif pada lingkungan
hidup dan keberlangsungan ekonomi masyarakat lokal.
Pengembangan kawasan penyangga lingkungan berbasis preservasi tidak
hanya bertujuan untuk melindungi lingkungan hidup dan sumber daya alam, tetapi
juga memberikan manfaat pada sosial, ekonomi, dan kultural masyarakat setempat.
Oleh karena itu, konsep ini dapat menjadi suatu solusi dalam menyeimbangkan
antara pengembangan wilayah dengan pelestarian lingkungan hidup dan
kepentingan masyarakat setempat.
2.3.2 Best Practice Konsep Pengembangan Kawasan Penyangga Lingkungan
Berbasis Preservasi
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi konsep
pengembangan kawasan penyangga lingkungan berbasis preservasi sebagai
alternatif strategi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Berikut ini beberapa hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep pengembangan kawasan
penyangga lingkungan berbasis preservasi:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yunisiani dan Rimbawan (2018)
menunjukkan bahwa pengembangan kawasan penyangga berbasis
preservasi dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup dan memperbaiki
kualitas hidup masyarakat sekitar.
32
2. Penelitian oleh Nursyamsi et al. (2018) menyatakan bahwa pengembangan
kawasan penyangga lingkungan membutuhkan keterlibatan aktif
masyarakat dan kerjasama lintas sektor untuk mencapai hasil yang optimal.
3. Studi oleh Wulandari (2019) menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan
penyangga perlu mempertimbangkan potensi ekowisata, konservasi hayati,
serta pengembangan komunitas lokal yang berkelanjutan dan terus-
menerus.
4. Penelitian oleh Nuryaman, dkk. (2018) menegaskan pentingnya kolaborasi
pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta dalam pengembangan penyangga
lingkungan. Pembangunan harus dinamis dan dapat beradaptasi dengan
pemanfaatan kebutuhan manusia, atau praktik pengelolaan sumber daya
alam.
5. Penelitian oleh Mijaya dan A.B. (2019) menunjukkan bahwa
pengembangan kawasan penyangga lingkungan adalah suatu alternatif
strategi dalam menjaga kualitas lingkungan hidup yang baik, mengurangi
dampak negatif manusia pada lingkungan, dan mendukung pembangunan
berkelanjutan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsep pengembangan
kawasan penyangga lingkungan berbasis preservasi dapat dijadikan sebagai strategi
alternatif dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang lestari
serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Berikut adalah beberapa best practice dalam konsep pengembangan
kawasan penyangga lingkungan berbasis preservasi:
1. Berbasis Komunitas: Konsep pengembangan kawasan penyangga
lingkungan harus memperhatikan partisipasi masyarakat setempat dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan pengembangan.
Masyarakat harus diberdayakan dan dilibatkan aktif dalam setiap tahap
pengembangan.
2. Pengelolaan Berkelanjutan: Konsep ini harus menekankan pada
pembangunan yang berkelanjutan dan terus menerus, sehingga diharapkan
dapat menjaga lingkungan agar tetap lestari.
33
3. Pemanfaatan Berkelanjutan: Konsep ini juga harus memperhatikan
pemanfaatan sumber daya alam yang terkait sesuai dengan prinsip-prinsip
keberlanjutan dan pelestarian lingkungan hidup.
4. Kolaborasi antara Pihak-pihak Terkait: Konsep pengembangan kawasan
penyangga lingkungan harus melibatkan kerjasama dengan pihak-pihak
terkait baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat sipil.
5. Jenis Pariwisata yang Berkelanjutan: Konsep ini harus memperhitungkan
jenis pariwisata yang terkait dengan kawasan penyangga lingkungan,
sehingga tidak merusak ekosistem dan lingkungan, namun memberikan
nilai tambah ekonomi yang berkualitas bagi masyarakat setempat.
6. Konservasi Keanekaragaman Hayati: Konsep ini harus memperhatikan
terhadap aspek konservasi keanekaragaman hayati di wilayah penyangga,
seperti menjaga habitat satwa langka, pengembangan potensi kebun raya,
dan lain-lain.
2.3.3 Best Practice Edu-Ekowisata
Edu-Ekowisata saat ini mulai diterapkan di banyak kawasan pariwisata, hal
ini dilatarbelakangi oleh pembangunan pariwisata berbasis pengelolaan lingkungan
hidup merupakan salah satu sarana edukasi dan pendidikan karakter. Salah satunya
adalah Kawasan Gronggong Cirebon yang memiliki potensi untuk dikembangkan
melalui Edu Ekowisata dan dapat dijadikan media pendidikan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan pola edu-
ekowisata dapat dijadikan media Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan, serta
mengetahui konsep edu-ekowisata yang akan dikembangkan di Kawasan
Gronggong. Konsep edu-ekowisata yang ingin dikembangkan disini adalah lebih
kepada disain objek wisata yang menyediakan pola pembelajaran materi
lingkungan yang kemudian diturunkan dalam segmen-segmen tema pembelajaran,
diyakini efektis dalam memberi pengalaman yang benar tentang materi alam.
Adapun materi alam disini yang fokus dihadirkan dalam kegiatan wisata sebagai
tema yang tidak melepaskan satu kesatuan lingkungan meliputi air, udara, energi,
serta tanah dan lahan.
Adapun konsep pengembangan ekowisata hutan mangrove pada Desa Mojo,
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Menurut FPPB (2009) dalam Baderan
34
(2017), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut; Habitat
satwa langka; pelindung terhadap bencana alam; pengendapan lumpur; penambah
unsur hara; rekreasi dan pariwisata; dan sarana pendidikan dan penelitian.
Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan
yang membentuk komunitas didaerah pasang surut, hutan mangrove atau biasa
disebut hutan bakau merupakan sebagian wilayah ekosistem pantai yang
mempunyai karakter unik dan khas serta memiliki potensi kekayaan hayati. Luas
ekosistem mangrove di dunia saat ini diperkirakan 17 juta ha. Indonesia memiliki
ekosistem yaitu mencapai 4,2 juta ha atau 25%. Namun saat ini, luas ekosistem
mangrove tersisa sekitar 3,2 juta ha, atau terjadi pengurangan sekitar 1 juta ha.
Ekosistem mangrove dapat ditemui di Desa Mojo, desa yang terletak di pesisir
pantai utara jawa di Kabupaten Pemalang. Desa Mojo ini termasuk di Kecamatan
Ulujami, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Mojo dilalui oleh DAS
Comal yang mempunyai muara sangat potensial untuk tumbuhnya mangrove yang
berpotensi dikembangkan sebagai daerah ekowisata hutan mangrove. Ekowisata
hutan mangrove di Desa Mojo bisa terbilang unik karena berada pada kawasan
tanah timbul milik masyarakat maupun milik negara. Pada pengembangan tak luput
dari partisipasi masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan untuk
menambah nilai ekonomi. Bentuk partisipasi masyarakat Mojo terhadap kegiatan
Ekowisata Hutan Mangrove dapat dilihat berdasarkan variabel-variabel yang
digunakan yaitu usaha/ kegiatan yang terkait dengan kegiatan atraksi ekowisata,
usaha untuk menjaga kelestarian hutan mangrove, usaha untuk menjaga
kelangsungan kondisi atraksi ekowisata, ikut serta dalam usaha promosi maupun
publikasi yang diadakan, sebagai sumber informasi, menghadiri pertemuan dan
memberikan sumbangan.
Adapun pengembangan ekowisata berbasis potensi flora fauna pada
masyarakat di TWA Gunung Tunak . Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak
merupakan salah satu Kawasan konservasi yang berada di Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB). Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)
NTB, ditemukan beberapa flora dan fauna khas yang ada di Gunung Tunak.
Beberapa potensi flora dan fauna yang bisa ditemukan di Gunung Tunak terdiri dari
pada 5 spesies tumbuhan, 13 spesies burung, 1 spesies rusa, dan 1 spesies babi.
35
Ketigabelas spesies burung tersebut ialah Koakiau (Philemon buceroides), Sesap
Madu Topi Sisik (Lichmera lombokia), Raja Udang Biru (Halcyon chloris), Raja
Udang Merah (Halcyon sp), Bubut Alang-alang (Centropus bengalensis), Kecial
Kuning (Zosterops palpebrosus), Punglor Merah (Zoothera interpress) Burung
gosong kaki merah (Megapodius reinwardt), Kuntul karang (Egretta sacra), Kowak
malam merah (Nycticorax caledonicus), Trinil (Tringa sp), Kirik-kirik Australia
(Merops ornatus), dan Kepodang (Oriolus chinensis) (BKSDA NTB, 2010). Oleh
karena banyaknya potensi flora fauna di kawasan tersebut diharapkan partisipasi
masyarakat dalam mengikuti pelatihan identifikasi dan inventarisasi flora fauna
TWA Gunung Tunak.
2.3.4 Best Practice Koridor Satwa
Koridor satwa saat ini merupakan program yang sering dielukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup, hal ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa
keanekaragaman hayati di Indonesia, sebagian besar tersebar di luar kawasan
konservasi. Salah satunya adalah koridor orang utan bentang alam Wehea-Kelay
yang terletak di kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas
532.143 hektar. Berdasarkan PHVA (Population and Habitat Viability Assessment)
orang utan tahun 2016 menunjukkan bahwa populasi orang utan di Bentang Alam
Wehea Kelay berkisar antara 806 hingga 821 individu. Selain penting bagi upaya
konservasi orang utan, Bentang Alam Wehea-Kelay juga masih memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Berdasarkan hasil survei dan kompilasi data
yang ada terdapat sekitar 721 jenis tumbuhan di dalam kawasan yang 87 persen
tutupan lahannya masih berupa hutan. Selain itu terdapat 271 spesies burung, 47
spesies reptilia dan 70 spesies amfibi (Atmoko et al. 2018). Pada penerapannya,
bentang alam Wehea-Kelay menjalin kerja sama dengan beberapa pihak industri
yang memiliki lahan di sekitar kawasan lindung yang ditetapkan oleh Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) untuk bersama-sama mengelola bentang alam Wehea-
Kelay.
36
Gambar 2. 1 Peta dan Anggota Forum Kawasan Ekosistem Esensial Wehea-
Kelay
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Timur
Penjalinan kerja sama ini merupakan bentuk win-win solution bagi
pemerintah serta industri yang berada di sekitar kawasan lindung. Di mana, para
pelaku industri harus bekerja sama dengan pemerintah untuk tetap menjaga
kelestarian lingkungan pada wilayahnya untuk dapat memiliki sertifikasi yang
nantinya akan menjadi syarat dalam menembus pasar yang lebih luas, peraturan ini
berlaku pada industri berbasis kelapa sawit. Di mana, pada bentang alam Wehea-
Kelay, Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus memenuhi persyaratan sertifikat
RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) agar produksi CPO (Crude Palm Oil)
bisa menembus pasar Eropa. Terdapat delapan kriteria dasar dan 39 kriteria yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikat RSPO, salah satunya adalah dasar ke-
5 yaitu tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya dan
keanekaragaman hayati. Sedangkan, pada kasus perusahaan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Pemerintah menetapkan beberapa
indikator penilaian dalam PHPL seperti pada Peraturan Dirjen PHPL Nomor
P.14/PHPL/SET/4/2016 terkait dengan ekologi, yaitu:
1. Keberadaan, kemantapan dan kondisi kawasan dilindungi pada setiap tipe
hutan.
37
2. Perlindungan dan pengamanan hutan dari kebakaran hutan, illegal logging,
penggembalaan liar, perambahan hutan, perburuan, dan hama penyakit.
3. Pengelolaan dan pemantauan dampak terhadap tanah dan air akibat
pemanfaatan hutan.
4. Identifikasi spesies flora dan fauna yang dilindungi dan/atau langka
(endangered), jarang (rare), terancam punah (threatened) dan endemik.
5. Pengelolaan flora dan fauna melalui pengalokasian luasan tertentu dari
hutan produksi yang tidak terganggu, dan bagian yang tidak rusak untuk
perlindungan spesies flora dilindungi dan/ atau jarang, langka dan terancam
punah dan endemik.
Penetapan beberapa indikator penilaian tersebut adalah untuk mencapai
Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan sertifikasi FSC (Forest
Stewardship Council). Sertifikat tersebut adalah surat keterangan yang diberikan
kepada pemegang izin atau pemegang hak pengelolaan yang menjelaskan
keberhasilan pengelolaan hutan lestari. Selain melalui perusahaan-perusahaan
tersebut, pemerintah Provinsi Kalimantan Timur juga menjalin kerja sama dengan
masyarakat melalui upaya sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat lokal yang
sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan kawasan dalam
skala lanskap dalam mencapai tujuan melestarikan keanekaragaman hayati
khususnya orang utan.
2.3.5 Best Practice Kawasan Waterfront
Waterfront City menjadi salah satu solusi pengembangan destinasi
pariwisata di Indonesia, mengingat bahwa indonesia memiliki kondisi geografis
yang sangat kaya akan potensi alamnya. Kota Pontianak merupakan kawasan
dengan penataan ruang berbasis eco green and Living merupakan syarat mutlak
bagi Pembangunan Kota, yang berwawasan Lingkungan sehingga dibangun dengan
memperhatikan konsep Waterfront City bagi Perencanaan Pembangunan, yang
berkelanjutan. Konsep pengembangan Kota Pontianak sesuai dengan master plan
yang terintegrasi dengan konsep Sungai Kapuas dimana Sungai Kapuas termasuk
Sungai terpanjang di Indonesia yaitu mencapai 1.143 km dan merupakan kawasan
pengembangan ekonomi dan sosial budaya. Peran waterfront city pada industri
pariwisata di Taman Alun Kapuas akan terdorong dengan baik dan meningkat
38
apabila pariwisata sebagai ”total tourism product” atau sebagai kata lain kombinasi
dari semua elemen pelayanan yang dikonsumsi wisatawan dari saat meninggalkan
rumah sampai kembali lagi, sehingga agregat aktivitas produktif ditunjukkan untuk
memenuhi kepuasan dan kebutuhan wisatawan.
Kota Pontianak merupakan kawasan Kota dengan konsep tata ruang
berbasis sentralistik yaitu memiliki ketergantungan dengan Sungai Kapuas
terutama dari kajian pariwisata, oleh karena itu masyarakatnya mencerminkan
dengan keberadaan Taman Alun Kapuas menjadi bagian penting, masyarakat Kota
Pontianak sering menghabiskan waktu libur bersama keluarga. Dari pagi, taman
sudah dibuka dan biasanya pengunjung banyak melakukan olahraga seperti
jogging, lalu menjelang sore taman sudah mulai banyak dikunjungi muda-mudi dan
keluarga hingga larut malam. Tujuan dari peran perencanaan industri pariwisata
berbasis waterfront city adalah untuk menyelaraskan antara alam area hijau (Taman
Alun Kapuas) dengan area biru (Sungai Kapuas), menarik sedekat mungkin area
hijau ke sungai (area biru), membuat peneduhan dan mengurangi refleksi panas dari
sinar matahari (kenyamanan thermal alami) dan membuat eye catcher bagi pejalan
kaki dalam radius good living. Perencanaan ini dilakukan karena kecenderungan
dan semakin pesatnya perkembangan pembangunan di tepian sungai Kapuas. Pada
tempo dulu sungai dimanfaatkan sebagai muka bangunan dan perkembangan
sekarang sungai sebagai muka belakang bangunan, jalan raya menjadi orientasi
utama muka bangunan (bukan sungai). Seharusnya, perkembangan yang diinginkan
adalah sungai sebagai muka bangunan (waterfront).
Dimana air merupakan bagian kehidupan (living water) dan terdapat empat
makna didalamnya yaitu:
1. Makna ekologi: melalui air mampu menghidupkan nilai-nilai ekologis, jalur
hijau & taman kota tepian sungai, wetland sebagai filter alami, dan
biodiversity. Solusi bagi permasalahan kota tentang abrasi, sedimentasi,
banjir dan air bersih.
2. Makna sosial: melalui air mampu menghidupkan nilai-nilai sosial kota,
ruang keluarga tepian sungai, open public space tepian sungai, promenade
tepian sungai, menjadi struktur utama jaringan kota. Solusi bagi
permasalahan kota tentang ruang komunal open public space.
39
3. Makna ekonomi: melalui air mampu menghidupkan nilai-nilai ekonomi,
jalur perdagangan, jalur transportasi wisata dan domestik. Solusi bagi
permasalahan kota tentang membangkitkan perekonomian local.
4. Makna identity: melalui air mampu menghidupkan nilai-nilai identitas
(sejarah kebudayaan), jalur sequence kesejarahan dan budaya, edukasi hasil
kekayaan alam. Solusi bagi permasalahan kota tentang membangkitkan citra
kawasan dan kota.
2.3.6 Best Practice Konservasi Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan yang umumnya berada di muara sungai,
tepi pantai, teluk yang dangkal, delta, daerah pantai yang terlindung dari gelombang
dan berperan penting dalam mengatur ekosistem pesisir, khususnya dalam
mendukung aktivitas perikanan pantai baik sebagai nursery ground ataupun
menyediakan pakan alami (Yulianto, 2017; Alongi, 2002 dalam Suryadi dkk,
2021). Kekayaan sumberdaya alam mangrove berupa formasi vegetasi yang unik,
satwa serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem mangrove memiliki potensi yang
dapat dijual sebagai obyek wisata, khususnya ekowisata yang menawarkan konsep
pendidikan dan konservasi. Ekowisata menjadi salah satu pilihan dalam
mempromosikan lingkungan yang khas dan terjaga keasliannya sekaligus menjadi
suatu kawasan kunjungan wisata. Ekosistem mangrove di Muara Gembong
Kabupaten Bekasi, sudah banyak yang berubah fungsi menjadi tambak,
pemukiman, ladang, sawah dan peruntukan lainnya (Oktaviani et al., 2019).
Dampaknya adalah intrus air laut dan abrasi yang belum dapat dikendalikan,
menurunnya kualitas lingkungan, terganggunya aktivitas perekonomian
masyarakat, kerusakan beberapa fasilitas umum dan hilangnya beberapa mata
pencaharian masyarakat pesisir. Ketidakjelasan dan tumpang tindih kewenangan
menyebabkan terjadinya perbedaan pemanfaatan pemahaman dan tujuan
pemanfaatan yang mengakibatkan konflik kepentingan sehingga dampaknya
degradasi ekosistem mangrove masih terus terjadi sampai saat ini. Program
konservasi mangrove menjadi sangat penting, mengingat ekosistem mangrove
memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan ekologi dan menunjang kegiatan
ekonomi masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis luas
sebaran dan tingkat kerapatan vegetasi mangrove dan (2) menganalisis kesesuaian
40
lahan konservasi mangrove berdasarkan kondisi biofisik. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi data, informasi dan bahan pertimbangan untuk
pengambilan kebijakan dalam implementasi program konservasi ekosistem
mangrove di Muara Gembong Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.
41
tarik ekowisata. Selain itu juga sebagai model wilayah yang dapat dikembangkan
sebagai sarana wisata dengan tetap menjaga keaslian hutan serta organisme yang
hidup disana. Namun, dari semua nilai tersebut yang terpenting adalah nilai
ekonomis, ekologis dan pendidikan yang sangat besar pada kawasan hutan
mangrove.
2.3.7 Best Practice Kawasan Permukiman Perkotaan Berbasis Lingkungan
Ada beberapa tafsiran terkait forest city di berbagai belahan dunia. Ada
yang menafsirkan forest city sebagai sebuah kota dengan lebih dari 50 persen
kawasannya merupakan hutan. Selain tafsiran tersebut, ada pihak yang menafsirkan
forest city sebagai kota yang pada dasarnya didominasi hutan dengan keadaan yang
tidak diganggu dan diintervensi oleh penggunaan lahan lainnya dan tidak diatur
kepemilikannya. Namun, terdapat beberapa tafsiran mengenai forest city yang
dirasa cocok dengan pembangunan Ibu Kota Negara, yaitu sebuah bentuk prototype
forest city di salah satu kota di China, tepatnya di Kota Shijiazhuang. Ini adalah
bentuk prototype yang didesain oleh Stefano Boeri dengan beberapa poin terkait
kriteria forest city menurutnya, yaitu: sebuah ekosistem perkotaan, instrumen untuk
mencegah urban sprawl, kota berkelanjutan dengan konsumsi energi rendah,
penyerap CO dan polusi perkotaan; pengganda keanekaragaman hayati, landmark
2
kota, elemen dasar dari model baru urbanisasi di Cina. Konsep forest city pada Kota
Shijiazhuang didasari oleh fakta bahwa kota tersebut merupakan kota dengan
pencemaran udara tertinggi di China. Pada dasarnya, tujuan yang diterapkan oleh
Kota Shijiazhuang berbeda dengan apa yang ingin dituju oleh pembangunan Ibu
Kota Negara (IKN). Di mana, pembangunan Kota Shijiazhuang dengan konsep
forest city bertujuan untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan yang ada
seperti pencemaran udara, urban sprawl, dan lain-lain. Sedangkan pembangunan
Ibu Kota Negara (IKN) memiliki tujuan utama untuk tetap melestarikan hutan yang
ada di lokasi pembangunan. Sebagai gambaran, berikut adalah gambaran master
plan yang menjadi bentuk visual dari konsep forest city yang segera diterapkan di
Kota Shijiazhuang.
42
Gambar 2. 3 Masterplan Forest City Kota Shijiazhuang
Sumber: stefanoboeriarchitetti.net
43
44
BAB III
METODOLOGI PENDEKATAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan. Adapun metode pengumpulan data merupakan cara
yang digunakan untuk mengumpulkan kebutuhan data.
3.1.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan sebagai bentuk kebutuhan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis dari sudut kepentingan
penyangga lingkungan berbasis edu-ekowisata pada Kawasan Kelurahan Binuang,
Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten
Penajam Paser Utara adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data yang didapatkan secara langsung dari sumbernya yang dimana meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data
yang diperoleh tidak secara langsung atau data yang didapatkan dengan cara
membaca, memahami, dan mempelajari melalui media lain yang bersumber dari
literature, buku, serta dokumen.
Tabel 3. 1 Kebutuhan Jenis Data dalam Penyusunan Laporan
Klasifikasi
No Jenis Data Metode Keterangan
Data
45
Klasifikasi
No Jenis Data Metode Keterangan
Data
3. Geologi
4. Hidrologi
5. Penggunaan Lahan
Identifikasi Kemampuan Lahan:
1. SKL Morfologi
2. SKL Kestabilan Lereng
3. SKL Kestabilan Pondasi
4. SKL Ketersediaan Air
5. SKL Terhadap Bencana
Alam
6. SKL Untuk Drainase
7. SKL Pembuangan Sampah
8. SKL Terhadap Erosi
9. SKL Kemudahan
Dikerjakan
46
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh
data dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran penelitian. Metode pengumpulan
data sangat dibutuhkan dalam penyusunan laporan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis dari sudut kepentingan penyangga lingkungan berbasis edu-ekowisata
pada Kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Berikut ini merupakan
metode pengumpulan data yang digunakan.
A. Pengumpulan Data Primer
1. Observasi Lapangan/Pengamatan Langsung
Teknik pengumpulan data tersebut menuntut Widoyoko (2014) mengartikan
sebagai bentuk pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
unsur-unsur terkait suatu gejala yang menjadi objek penelitian. Hal ini
bertujuan untuk menyajikan gambaran realistis terkait perilaku ataupun
kejadian yang dimana menjawab pertanyaan serta dapat membantu mengerti
perilaku manusia guna evaluasi. Pada penelitian ini, observasi dilakukan
untuk mengetahui kondisi lapangan melalui pengamatan langsung. Melalui
observasi dapat diketahui karakteristik wilayah penelitian yang mendukung
pencapaian tujuan penelitian
2. Wawancara
Teknik wawancara sendiri menurut Sugiyono (2015) merupakan pertemuan
yang dilakukan oleh dua orang guna bertukar informasi ataupun petukaran
suatu ide dengan cara tanya jawab sehingga bisa didapatkan sebuah
kesimpulan atau makna topik tertentu. Wawancara juga digunakan sebagai
alat pembuktian dari informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Teknik
wawancara yang secara umum digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Dimana wawancara ini bertujuan untuk memperoleh
keterangan dari pemberi informasi dengan cara tanya jawab secara bertatap
muka.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data-data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen dan pustaka sebagai bahan analisis dalam penelitian ini. Teknik
47
yang digunakan untuk mencatat data-data sekunder yang tersedia dalam
bentuk arsip atau dokumendokumen. Teknik ini dipergunakan untuk
mengetahui data dokumentasi yang berkaitan dengan hal-hal yang akan
penulis teliti.
B. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan data yang didapatkan dengan tidak
turun ke lapangan langsung, di mana data ini digunakan untuk mendukung
informasi primer yang telah diperoleh. Adapun metode pengumpulan data
sekunder didapatkan berdasarkan dari bahan pustaka, literatur, penelitian
terdahulu, dan literatur instansi-instansi terkait sebagai berikut.
Tabel 3. 2 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Kualitas udara
Temperature
48
No Data Variabel Data Sumber Data
49
— Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untuk mengetahui kemampuan lahan sebagai
parameter dalam pengukurannya.
A. Kemampuan Lahan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi
Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, daya dukung
merupakan kemampuan lahan dalam mendukung aktivitas yang
berlangsung di atas lahan tersebut. Ada 9 satuan kemampuan lahan (SKL)
yang digunakan untuk mengukur daya tampung, yaitu:
1. SKL Morfologi
2. SKL Kestabilan Lereng
3. SKL Kestabilan Pondasi
4. SKL Ketersediaan Air
5. SKL Terhadap Bencana Alam
6. SKL Untuk Drainase
7. SKL Pembuangan Sampah
8. SKL Terhadap Erosi
9. SKL Kemudahan Dikerjakan
Analisis spasial menggunakan tools weighted overlay akan dilakukan
perhitungan nilai data berdasarkan bobot yang telah ditentukan untuk dapat
menghasilkan kemampuan lahan pada kawasan Wilayah Strategis
Kecamatan Sepaku. Berikut ini merupakan tabel nilai dan peta dari masing-
masing variabel SKL dalam pembentukan SKL Wilayah Strategis
Kecamatan Sepaku.
1. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang
alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu
untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Dalam analisis SKL
Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi dan peta
kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya.
Hasil Analisis dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut.
50
Tabel 3. 3 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Peta
No Peta Morfologi SKL Morfologi Nilai
Kelerengan
51
SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis
SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data
yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 3.4). Hasil analisis SKL
Kestabilan Lereng dapat dilihat dalam tabel 3.5.
Tabel 3. 4 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis SKL Kestabilan Lereng
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
52
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
8. Non Cal - 3
53
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Peta Peta
SKL
Peta Penggu Keren
Peta Peta Peta Peta Kesta
N Jenis naan tanan Ni
Morfolo Kelere Ketin Curah bilan
o Tana Lahan Gerak lai
gi ngan ggian Hujan Leren
h Eksisti an
g
ng Tanah
54
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak
kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila
suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi
wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah
bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau
permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan,
perkebunan dan resapan air. Sebenarnya satu SKL saja tidak bisa
menentukan peruntukkan lahan apakah itu untuk pertanian, permukiman,
dll. Peruntukkan lahan didapatkan setelah dilakukan overlay terhadap
semua SKL.
3. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan
perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing
tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL
kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur
tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan
keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya. Sebelum
melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih
dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi
meliputi jenis tanah (tabel 3.6). Hasil analisis SKL Kestabilan Pondasi dapat
dilihat dalam tabel 3.7
Tabel 3. 6 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis Kestabilan Pondasi
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
55
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
56
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
8. Non Cal - 3
Peta
SKL Peta
Peta Jenis Penggunaan SKL Kestabilan
Kestabilan Tekstur Nilai
Tanah Lahan Pondasi
Lereng Tanah
Eksisting
57
Peta
SKL Peta
Peta Jenis Penggunaan SKL Kestabilan
Kestabilan Tekstur Nilai
Tanah Lahan Pondasi
Lereng Tanah
Eksisting
Kestabilan
Regosol,
Lereng Semak Belukar 2
pedosol
Kurang Daya dukung dan
Sedang
kestabilan
(Lempung)
Kestabilan pondasi kurang
Lereng Mideteran Hutan 3
Sedang
Pertanian dan
Kestabilan Non Cal Daya dukung dan 4
Perkebunan
Lereng Halus (liat) kestabilan
Tinggi pondasi tinggi
Latosol Permukiman 5
58
Tabel 3. 8 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis SKL Ketersediaan Air
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
59
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
8. Non Cal - 2
60
Tabel 3. 9 Analisis SKL Ketersediaan Air
Peta
Peta Penggu SKL
Peta Peta Peta Peta
N Jenis naan Keterse Nil
Morfolo Kelere Keting Curah
o Tana Lahan diaan ai
gi ngan gian Hujan
h Eksisti Air
ng
Ketersed
Bergunu >3000 Latoso Tegalan <1000mm iaan Air
1. >40% 1
ng m l , Tanah /tahun sangat
Rendah
Berbukit
1000- Ketersed
, 15- 2000- Aluvia Semak
2. 1500 iaan Air 2
bergelo 40% 3000m l Belukar
mm/tahun Rendah
mbang
Midet
1500- Ketersed
Beromb 1000- eran,
3. 8-15% Hutan 3000 iaan Air 3
ak 2000m Regos
mm/tahun Sedang
ol
Pertania
500- Non n dan
4. Landai 2-8% Ketersed 4
1000m Cal Perkebu >3000
nan iaan Air
mm/tahun
Tinggi
0- Latoso Permuk
5. Datar 0-2% 5
500m l iman
Sumber: Permen PU No .20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan
61
tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi. Hasil analisis SKL Terhadap
Bencana Alam dapat dilihat dalam tabel 3.10
Tabel 3. 10 Analisis SKL Terhadap Bencana Alam
Peta Peta
SK
Pengg Kere
Peta Peta L
Peta Peta unaa ntana
Peta Jeni Peta Teks Ben Ni
N Keler Keti n n
Morfo s Curah tur can la
o enga nggia Laha Gera
logi Tan Hujan Tana a i
n n n kan
ah h Ala
Eksist Tana
m
ing h
Pote
nsi
Tegal Ben
Kasa Sanga
an, >3000 can
1 Bergu >300 Reg r t
>40% Tanah mm/tah a 1
. nung 0m osol (Pasi Rawa
Koson un Ala
r) n
g m
Tin
ggi
Berbu Pote
Sema 1500-
kit, 2000-
2 15- Pedo k 3000 Rawa nsi
bergel 3000 Seda Ben 2
. 40% sol Beluk mm/tah n
omban m ng can
ar un
g (Lem a
1000- pung Ala
1000- Mid ) Agak m
3 Berom 8- 1500
2000 etera Hutan Rawa Sed 3
. bak 15% mm/tah
m n n ang
un
Pertan Pote
500- ian nsi
4 Lato
Landai 2-8% 1000 dan Ben 4
. sol Halu
m Perke <1000 can
s
bunan mm/tah Aman a
(Liat
un Ala
)
5 0- Allu Permu m
Datar 0-2% Ren 5
. 500m vial kiman
dah
Sumber: Permen PU No .20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan
SKL bencana alam merupakan overlay dari peta-peta bencana alam,
meliputi:
62
1. Peta rawan bencana gunung berapi dan aliran lava
2. Peta rawan longsor (kerentanan gerakan tanah)
Jadi, morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi ada peta rawan
bencana gunung api dan longsor. Sedangkan lereng data yang dialiri sungai
dinilai tinggi pada rawan bencana banjir. Penentuan kelas pada rawan
bencana ini ada lima. Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas 5
artinya tidak rawan bencana alam.
6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga
kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta
kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta
kedalaman efektif tanah, dan penggunaan lahan eksisting dengan keluaran
peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis
SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data
yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 3.11). Hasil analisis SKL
untuk Drainase dapat dilihat dalam tabel 3.12
Tabel 3. 11 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis SKL untuk Drainase
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
63
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
64
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
8. Non Cal - 2
65
Tabel 3. 12 Analisis SKL Untuk Drainase
Peta
Peta Penggu
Peta Peta Peta Peta SKL
N Jenis naan Nil
Morfolo Kelere Keting Curah Drain
o Tana Lahan ai
gi ngan gian Hujan ase
h Eksistin
g
66
yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 3.13). Hasil analisis SKL
Pembuangan Limbah dapat dilihat dalam tabel 3.14.
Tabel 3. 13 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis SKL Pembuangan Limbah
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
9. Regosol 1
Peta
Peta Penggu SKL
Peta Peta Peta Peta
N Jenis naan Pembua Nil
Morfolo Kelere Keting Curah
o Tana Lahan ngan ai
gi ngan gian Hujan
h Eksisti Limbah
ng
67
Peta
Peta Penggu SKL
Peta Peta Peta Peta
N Jenis naan Pembua Nil
Morfolo Kelere Keting Curah
o Tana Lahan ngan ai
gi ngan gian Hujan
h Eksisti Limbah
ng
68
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 3.15). Hasil
analisis SKL Ketersediaan Air dapat dilihat dalam tabel 3.16.
Tabel 3. 15 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis SKL Terhadap Erosi
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
1. Alluvial 5
2. Andosol 2
Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:
• Aluvial
3. Gleisol 5
• Gleisol
Jenis tanah yang agak peka erosi:
4. Grumosol • Latosol 2
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
5. Latosol • Non Cal 4
• Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
6. Litosol • Andosol
1
• Grumosol
7. Mediteran Jenis tanah yang sangat peka erosi: 3
• Regosol
• Litosol
8. Non Cal 3
9. Regosol 1
Peta
Peta Penggun SKL
Peta Peta Peta Peta
N Tekstu aan Terha Nil
Morfolog Keleren Jenis Curah
o r Lahan dap ai
i gan Tanah Hujan
Tanah Eksistin Erosi
g
69
Peta
Peta Penggun SKL
Peta Peta Peta Peta
N Tekstu aan Terha Nil
Morfolog Keleren Jenis Curah
o r Lahan dap ai
i gan Tanah Hujan
Tanah Eksistin Erosi
g
70
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu
pembentukannya dimana tanah merupakan benda alam yang terus menerus
berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena
itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak
mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal
mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah
yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah
muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah Muda ditandai oleh proses
pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik
dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh
tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai
oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi
tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan
tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan
yang nyata pada horizon-horizon A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1,
A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah
podsolik dan latosol tua (laterit). Hasil analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
dapat dilihat dalam tabel 3.18.
Tabel 3. 17 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
71
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
72
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
8. Non Cal - 3
Peta SKL
Peta Peta Peta Penggun Kemuda
N Peta Nil
Kelereng Ketinggi Jenis aan han
o Morfologi ai
an an Tanah Lahan Dikerjak
Eksisting an
73
Peta SKL
Peta Peta Peta Penggun Kemuda
N Peta Nil
Kelereng Ketinggi Jenis aan han
o Morfologi ai
an an Tanah Lahan Dikerjak
Eksisting an
74
kependudukan yang sudah didapatkan melalui Dinas Kependudukan,
Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKP3A). Dapat dihitung
laju pertumbuhan penduduk menggunakan rumus.
𝑃𝑡 1
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑟) = ( ) 𝑡 -1
𝑃𝑜
Keterangan:
B. Proyeksi Penduduk
Berangkat dari laju pertumbuhan penduduk, proyeksi penduduk dapat
dilakukan dalam rentang waktu maksimal masa berlakunya dokumen tata ruang
atau 20 tahun dengan menggunakan perhitungan geometrik. Metode ini digunakan
berdasarkan pada nilai pertumbuhan penduduk (r) yang bernilai kurang dari dua
persen. Proyeksi penduduk dilakukan dalam kurun waktu 20 tahun, agar cukup
terlihat perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Berikut adalah rumus
proyeksi geometrik guna perhitungan proyeksi penduduk pada kawasan
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)𝑛
Keterangan:
Pn = Jumlah Penduduk tahun n
C. Kepadatam Penduduk
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, kepadatan penduduk dibedakan menjadi 4
(empat) golongan, yaitu sebagai berikut.
75
Tabel 3. 19 Klasifikasi Kepadatan Penduduk
<150 Rendah
76
paleontologi, sejarah, arsitektur, agama dan keindahan. Benda budaya lainnya
mencakup kuburan modern, pohon keramat, batu keramat, kuil,dan
bangunan bersejarah bersejarah (Amin, 2009). Budaya merupakan suatu hal yang
erat kaitannya dengan masalah sosial masyarakat. Budaya akan selalu beriringan
dengan kondisi sosial masyarakat, karena kondisi sosial masyarakat akan selalu
berpengaruh dan mempengaruhi kondisi sosial kemasyarakatan. Untuk mengetahui
kondisi sosial budaya dapat diamati kondisi yang ada pada komponen-komponen
masyarakat. Komponen adalah unsur-unsur atau bagian-bagian yang ada di dalam
sistem yang berkaitan dengan masyarakat yang bersifat fungsional artinya
komponen itu dapat memberikan transformasi (perubahan demi berjalannya suatu
proses agar termaknai)
Unsur-unsur terbesar dari kebudayaan yang universal yang pasti bisa
ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat
pedesaan yang terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang besar dan
kompleks. Unsur-unsur universal tersebut antara lain ( Sakwati, 2010).
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian
7. Teknologi dan peralatan
3.2.4 Analisis Sarana
Analisis sarana ini dilakukan untuk mengetahui jenis sarana apa saja yang
telah tersedia serta untuk mengetahui berapa jumlah sarana pada kawasan
Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Untuk mendapatkan analisis proyeksi
sarana-prasarana diperlukan acuan yang digunakan yaitu SNI 03-1773-2004.
Proyeksi ini dilakukan untuk menunjang kebutuhan fasilitas sarana seperti sarana
perdagangan dan jasa yang sesuai dengan standar fasilitas perdagangan dan jasa
yang ada. Dengan dilakukannya proyeksi terhadap fasilitas perdagangan dan jasa
akan membantu untuk mengetahui kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa untuk
77
beberapa tahun kedepan. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung
proyeksi sarana dan prasarana, yaitu sebagai berikut.
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐾𝑒 − 𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑛
=
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
3.2.5 Analisis Prasarana
Analisis prasarana dilakukan untuk mengetahui jenis prasarana apa saja
yang telah tersedia serta untuk mengetahui berapa jumlah sarana dan prasarana pada
kawasan Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Untuk mendapatkan analisis
proyeksi prasarana diperlukan acuan yang digunakan yaitu SNI 03-1773-2004.
Proyeksi ini dilakukan untuk menunjang kebutuhan fasilitas prasarana untuk
beberapa tahun kedepan. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung
proyeksi prasarana, yaitu sebagai berikut.
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐾𝑒 − 𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑛
=
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
3.2.6 Analisis Sistem Transportasi
Sistem transportasi menjadi kebutuhan umum masyarakat yang sangat
penting karena menjadi prasarana yang memudahkan masyarakat untuk melakukan
suatu kegiatan dari zona awal ke zona tujuan. Pada Kawasan Kelurahan Binuang,
Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten
Penajam Paser Utara terdapat analisis yang digunakan yaitu analisis sistem
kegiatan, dan sistem pergerakan.
Analisis SOAR ini bertujuan untuk mendukung keberhasilan dalam
melakukan analisis transportasi, dilakukan analisis SOAR yang berfungsi untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi sistem kegiatan dan sistem pergerakan pada
kawasan wilayah strategis untuk menciptakan aspirasi, tujuan, strategi, komitmen
untuk memperoleh hasil. SOAR terdiri dari 4 elemen, yaitu:
1. Strength (Kekuatan): Merupakan tahap di mana mengidentifikasi apa saja
yang menjadi kekuatan dalam analisis transportasi pada kawasan wilayah
strategis.
78
2. Opportunity (Peluang): Merupakan tahapan di mana melihat peluang apa
saja yang dapat mendukung perkembangan dalam analisis transportasi pada
kawasan wilayah strategis.
3. Aspirations (Aspirasi): Merupakan bentuk gambaran tentang apa yang ingin
diraih di masa depan pada kawasan wilayah strategis.
4. Result (Hasil): Merupakan hasil yang sudah terukur untuk diwujudkan pada
kawasan wilayah strategis.
3.2.7 Analisis Struktur Ekonomi Wilayah
Struktur ekonomi yaitu karakteristik kegiatan perekonomian tertentu yang
berkaitan dengan beberapa sektor sebagai sektor pembentuk. Struktur ekonomi
wilayah adalah sebuah sistem ekonomi yang sedang berlangsung dalam masyarakat
di suatu wilayah yang dapat ditinjau dari sisi kondisi produksi yang dihasilkan pada
wilayah tersebut dan menjadi pembeda antar wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Dalam menentukan struktur ekonomi wilayah dilakukan analisis struktur
ekonomi wilayah yang dilakukan melalui pendekatan produksi yaitu beberapa
indikator hasil produksi dan hasil jual produksi. Kemudian struktur ekonomi
wilayah dapat dinilai dari pemberian pajak atau kontribusi produksi suatu sektor
ekonomi terhadap penghasilan suatu wilayah atau daerah. Analisis struktur
ekonomi menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat gambaran tentang
penggunaam lahan sebagai aktivitas ekonomi, sumber daya alam, dan sumber daya
manusia yang ada. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan wilayah
strategis sehingga dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan
ekonomi dan dapat memperkirakan sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi
mengalami peningkatan secara signifikan yang menjadikannya sebagai struktur
ekonomi wilayah di masa mendatang berdasarkan data sekunder dan data primer di
lapangan.
3.2.8 Analisis Kebijakan dan Kelembagaan
Kelembagaan berasal dari kata lembaga yang berarti aturan dalam
organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Analisis kebijakan dan kelembagaan adalah suatu kegiatan yang melakukan
pengkajian terhadap kebijakan yang ada dan yang berlaku yang dilakukan dengan
79
cara pengumpulan informasi secara sistematis kemudian melakukan penarikan
kesimpulan.
Analisis kelembagaan dan peran serta masyarakat, dengan mengkaji
struktur kelembagaan yang ada, fungsi dan peran lembaga, mekanisme peran serta
masyarakat, termasuk media serta jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam
proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian serta pengawasan. Dalam hal
penataan ruang maka pengertian kelembagaan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok besar yakni:
1. Lembaga Pemerintah
2. Lembaga masyarakat atau desa (RT/RW)
3. Lembaga swasta (privat)
Lembaga-lembaga tersebut masing-masing memiliki fokus kepentingan
tersendiri terhadap keberadaan produk tata ruang. Berdasarkan Permen ATR
Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota dalam penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang terdapat substansi, tahapan, dan keterlibatan berbagai pihak.
Analisis dan pengembangan kelembagaan memerlukan dukungan dari
setiap pendekatan yang disebutkan agar dapat menghasilkan analisis kelembagaan
secara komprehensif atau menyeluruh. Kelembagaan merupakan beberapa batasan
atau faktor pengendali yang mengatur tentang hubungan sikap antar anggota atau
antar kelompok, berdasarkan hal ini organisasi didefinisikan sebagai institusi
karena secara umum organisasi memiliki aturan yang mengatur hubungan antar
anggota baik yang di dalam organisasi maupun yang di luar. Adapun unsur-unsur
penting dari kelembagaan yang terdiri atas Institusi merupakan landasan untuk
membangun tingkah laku sosial masyarakat, norma tingkah laku yang mengakar
dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk melayani tujuan bersama yang
mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang
terstruktur, Peraturan dan penegakan aturan atau hukum, Aturan dalam masyarakat
yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan tingkah laku, hak,
dan kewajiban anggota, Kode etik, Kontrak, Pasar, Hak milik, Organisasi, serta
Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan.
80
3.2.9 Analisis Edu-Ekowisata
Dalam menentukan kelayakan potensi ekowisata agar dapat dikembangkan
menjadi kawasan edu-ekowisata adalah analisis yang menentukan kelayakan
ekowisata berdasarkan objek wisatanya seperti hutan mangrove dan pengembangan
flora dan fauna. Variabel yang dianalisis pada penelitian ini yaitu mengacu pada
pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-
ODTWA) Dirjen PHKA 2003 dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 3. 20 Kriteria skoring analisis kelayakan pada objek wisata
Daya Tarik (Bobot 6)
Ada
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2
Keindahan alam 1
a. Pandangan lepas dalam obyek
1 b. Variasi pandangan dalam obyek
c. Pandangan lepas menuju obyek
30 25 20 15 10
d. Keserasian warna dan bangunan dalam
obyek
e. Pandangan lingkungan obyek
Ada
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2
Keunikan sumber daya alam 1
a. Batuan
3
b. Flora
c. Fauna 30 25 20 15 10
d. Air
e. Gejala alam
Ada
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2
Keutuhan sumber daya alam 1
a. Batuan
4
b. Flora
c. Fauna 30 25 20 15 10
d. Ekosistem
e. Kualitas/kondisi lingkungan
81
Daya Tarik (Bobot 6)
Ada
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2
Kepekaan sumber daya alam 1
a. Batuan
5
b. Flora
c. Fauna 30 25 20 15 10
d. Erosi
e. Ekosistem
Ada 6- Ada 4- Ada 2- Ada
Lebih 7
Jenis kegiatan wisata alam 7 5 3 1
a. Tracking
b. Mendaki
6 c. Railing
d. Camping
30 25 20 15 10
e. Pendidikan
f. Religius
g. Hiking
h. Canoeing
i. Mancing
Kebersihan lokasi (tidak ada pengaruh) Tidak Ada 1- Ada 3- Ada 5- Ada
dari ada 2 4 6 7
a. Alam
7 b. Industri
c. Jalan ramai motor/mobil
d. Pemukiman penduduk 30 25 20 15 10
e. Sampah
f. Binatang (pengganggu)
g. Coret-coret (vandalisme)
Ada
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2
Keamanan kawasan 1
82
Potensi Pasar (Bobot 5)
Jumlah Penduduk/Provinsi
(x1000) 15.000 - 10.000 - 10.000 -
>20.000 <5.000
20.000 15.000 5.000
Kepadatan Penduduk/Km2
<100 90 72 60 48 36
>225 Km 20 10 5 1
Jarak terhadap pintu gerbang udara 151 - 301 - 451 -
>600
internasional/domestik 300 450 600
2 20 5 1 -
Jayapura/Pekan Baru/Ambon/Kupang
Medan/Manado 20 15 10 5
83
Denpasar 25 20 15 10
Jakarta 35 30 25 20
2-3 3-4 4-5 >5
3 Waktu tempuh dari ibu kota negara
25 20 15 10
>4 3 2 1 Tidak
1 Sarana:
macam macam macam macam ada
84
Sarana dan Prasarana Penunjang (Bobot 3)
a. Akomodasi
b. Rumah makan/minum
c. Sarana wisata tirta 30 25 20 15 10
d. Sarana wisata budaya
e. Sarana angkutan umum
f. Kios cinderamata
>4 3 2 1 Tidak
2 Prasarana
macam macam macam macam ada
a. Jalan
b. Jembatan
c. Areal parkir
d. Jaringan listrik
e. Jaringan air minum
f. Jaringan telepon 30 25 20 15 5
g. Jaringan drainase/saluran
h. Sistem pembuangan
limbah
i. Dermaga/pelabuhan tambat
j. Helipad
Cukup Sangat
Banyak Sedikit
1 Volume banyak sedikit
30 25 20 5
Jarak lokasi air 0 - 1 Km 1,1 - 2 Km 2,1 - 4 Km >4 Km
2 bersih terhadap
lokasi obyek 30 25 20 10
85
Hubungan dengan Obyek Wisata di Sekitarnya (Bobot 1)
86
Keamanan (Bobot 5)
Keamanan
Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
pengunjung
a. Tidak ada
binatang
pengganggu
b. Tidak ada situs
1 berbahaya dan
tanah labil 30 25 20 15
c. Jarang gangguan
Kamtibnas
d. Bebas
kepercayaan
(mengganggu)
Kebakaran Tidak
Alam Disengaja Lain-lain
2 (berdasarkan disengaja
penyebab) 30 25 20 15
Kepentingan
Penebangan liar Sendiri Diperjualbelikan
Perdagangan besar liar
3 umum
(untuk keperluan)
30 25 20 15
Tidak
Kepekaan tanah terhadap Kurang peka Peka Sangat peka
1 peka
erosi
30 25 15 5
0-8 8 - 15 15 - 25 >25
2 Kemiringan lahan (%)
30 25 15 5
Rekreasi Mendaki
Penelitian Berkemah
3 Jenis kegiatan alam gunung
30 25 15 5
87
Sumber: Kriteria Penilaian Objek dan Daya tarik Wisata menurut Pedoman
Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA)
Dirjen PHKA tahun 2003
Kriteria kelayakan hutan mangrove sebagai objek ekowisata dapat dinilai
dari beberapa aspek:
1. Daya Tarik
Layak : 1.120 - 1.440
Belum Layak : 800 - 1.120
Tidak Layak : 480 - 800
2. Potensi Pasar
Layak : 710 - 950
Belum Layak : 470 - 710
Tidak Layak : 230 - 470
3. Kadar Hubungan/Aksesibilitas
Layak : 760 - 1.025
Belum Layak : 495 - 760
Tidak : 230 - 495
4. Kondisi Sekitar Kawasan
Layak : 716 - 900
Belum Layak : 533 - 716
Tidak Layak : 350 - 533
5. Sarana dan Prasarana Penunjang
Layak : 135 - 180
Belum Layak : 90 - 135
Tidak Layak : 45 - 90
6. Ketersediaan Air Bersih
Layak : 690 - 900
Belum Layak : 480 - 690
Tidak Layak : 270 - 480
7. Obyek Wisata di Sekitarnya
Layak : 613 - 790
Belum Layak : 437 - 613
88
Tidak Layak : 261 - 437
8. Keamanan
Layak : 482 - 600
Belum Layak : 366 - 482
Tidak Layak : 250 - 366
9. Daya Dukung Kawasan
Layak : 270 - 360
Belum Layak : 180 - 270
Tidak Layak : 90 - 180
Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan kelayakan di semua kriteria,
maka dilakukan penjumlahan dan pengkategorian seluruh aspek sebagai satu
kesatuan yang akan dinilai kelayakannya dengan parameter di bawah ini. 1646
Layak : 5.498 - 7.145
Belum Layak : 3.852 - 5.498
Tidak Layak : 2.206 - 3.852
Tutupan Lahan
Variabel Utama
Ketersediaan Air
89
Tumbuhan dan Satwa Liar
Tipe Ekosistem
Keanekaragaman Hayati
Jenis Tanah
Stok karbon
Data
Tumbuhan dan Satwa perjumpaan/penemuan
Liar dengan kriteria : terkonfirmasi*) yang 100 50
a. Dilindungi; bersumber dari dokumen
b. Endemisitas; <5 tahun terakhir
c. Distribusi
populasi spesies Data
1 50%
terbatas/ terancam, perjumpaan/penemuan
spesies migran; terkonfirmasi yang 60 30
dan/atau bersumber dari dokumen
d. Simbol 5 – 10 tahun
masyarakat
adat/Pemerintah Tidak ada data
20 10
perjumpaan/penemuan
90
No. Variabel Kriteria Bobot Skor Nilai
Vegetasi Sekunder 60 18
Vegetasi campuran/
20 6
gangguan/buatan
Permanen/Perennial
100 20
(tersedia sepanjang tahun)
Episodik/Intermittent
3 Ketersediaan Air (tersedia selama musim 20% 60 12
hujan)
91
3. Melakukan ground checking untuk melihat komposisi vegetasi (keberadaan
tumbuhan pakan, keterhubungan tajuk pohon, keberadaan predator dan
kompetitor.
4. Memperhitungkan panjang, lebar dan bentuk koridor sebagai ukuran
kelayakan yang akan memerlukan data |arak jelajah harian dan luasan
daerah jelajah satwa tersebut. Diperlukan analisis daya dukung kawasan
(carrying capacity) potensi jalur koridor serta tujuan dan analisis ancaman
termasuk tumpang tindih status lahan.
5. Usulan koridor merupakan jarak yang terpendek dan diutamakan yang
masih berhutan (karena biaya lebih murah dan tidak memerlukan restorasi
vegetasinya).
6. Alur koridor sempadan sungai lebih disukai karena berstatus kawasan
lindung seperti yang tertuang dalam Peraturan Kementerian Lingkungan
Hidup Nomor 32 Tahun 1990.
7. Dibuatkan penyangga koridor apabila jalur koridor tersebut rawan konflik
seperti pada areal perkebunan dan perlunya membangun konektivitas antar
kebun untuk memudahkan jalur pergerakan satwa.
Melalui tahap-tahap di atas, maka dapat ditentukan koridor satwa yang
dapat menjaga kelestarian flora maupun fauna pada lokasi studi
3.2.11 Analisis Kawasan Work Riverfront dan Lekfront
Kawasan waterfront merupakan area yang letaknya di tepi air. Kawasan
yang memiliki batasan antara daerah perairan dan daratan dapat disebut sebagai
kawasan Waterfront. Dalam konteks yang lebih luas, daerah perairan tersebut
meliputi laut, danau maupun sungai yang merupakan wadah aktivitas penduduk
sekitarnya. Pengembangan waterfront city adalah sebagai suatu proses pengelolaan
yang dapat menampung kegiatan ekonomi, sosial maupun fisik lingkungan pada
kawasan tepian air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota
berorientasi ke arah perairan. Selama proses pengembangan konsep waterfront city,
pemerintah daerah perlu mengambil peran utama selama perencanaan. Sebuah
rencana yang komprehensif biasanya terdiri dari kegiatan pembangunan, yang
masing-masing mungkin memiliki perkembangan dan metode perencanaan
tersendiri serta dampak yang ditimbulkan (Asyah, 2020).
92
Analisis kawasan Work RIverfront dan Lakefront adalah analisis kebijakan
dan kondisi fisik lingkungan perairan pesisir. Tujuan analisis ini yaitu untuk
mengidentifikasi semua faktor fisik yang mempengaruhi bangunan dalam suatu
tapak yang kemudian faktor-faktor tersebut dievaluasi dampak positif dan
negatifnya. Berikut ini merupakan beberapa analisis yang akan ditinjau berdasarkan
beberapa aspek, antara lain.
1. Analisis Aspek penggunaan lahan
2. Analisis Aspek Topografi
3. Analisis Aspek hidrologi
4. Analisis Aspek batimetri perairan
5. Analisis Aspek geomorfologi
6. Analisis Aspek Pasang Surut
7. Analisis Aspek sarana prasarana fisik di sekitar lahan.
8. Analisis Aspek implikasi reklamasi terhadap lingkungan.
3.2.12 Analisis Kawasan Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya lahan basah wilayah pesisir
dan sistem penyangga kehidupan dan kekayaan alam yang nilainya sangat tinggi,
oleh karena itu perlu upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara
lestari untuk kesejahteraan masyarakat. Perlu untuk menyelenggarakan pemulihan
ekosistem mangrove berkelanjutan, merupakan bagian integral dari pengelolaan
wilayah pesisir yang terpadu dengan pengelolaan daerah aliran sungai, sehingga
diperlukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor, instansi dan
lembaga.
Tabel 3. 23 Matriks Kesesuaian Lahan Konservasi Hutan mangrove
Kelas
N Parameter Bobo
o t S1 S2 S3 N Ket
93
Kelas
N Parameter Bobo
o t S1 S2 S3 N Ket
Keterangan :
Kelas S1 = Sangat Sesuai (226-300%)
Kelas S2 = Sesuai (151-225%)
Kelas S3 = Sesuai bersyarat (76-150%)
Kelas N = Tidak Sesuai (0-75%)
Sumber: Widiyanti dkk, 2018
Prinsip dasar analisis Kesesuaian Lahan Konservasi Mangrove [14] adalah
hasil dari perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter.
Kesesuaian lahan untuk kawasan konservasi ditentukan dari nilai indeks kesesuaian
kawasan (IKK, %). Nilai IKK adalah penjumlahan dari nilai seluruh parameter.
Parameter-parameter yang ditetapkan adalah parameter biofisika yang dianggap
94
sebagai indikator untuk menentukan kesesuaian atau tingkat kecocokan bagi sebuah
kawasan konservasi hutan mangrove. Tingkat kesesuaian lahan untuk kawasan
konservasi hutan mangrove terdiri dari 3 kelas, yaitu Sangat Sesuai (S1), Sesuai
(S2), Sesuai Bersyarat (S3) dan Tidak Sesuai (N). Persamaan IKK ini diadaptasi
dari rumus untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan wisata:
Keterangan:
IKK : Indeks Kesesuaian Kawasan
Ni : Nilai Parameter keI (Bobot x Skor)
Nmaks : Nilai maksimum
Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan
mangrove sebagai kawasan konservasi yaitu dengan menggunakan metode
menentukan kriteria keanekaragaman hayati dengan indeks keragaman dan
kekritisan lahan.
10. Kriteria keanekaragaman hayati dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
keragaman tinggi, keragaman sedang dan keragaman rendah
11. Kekritisan lahan, jenis pemanfaatan atau penggunaan lahan diklasifikasikan
ke dalam 3 (tiga) kategori dengan bobot nilai 45 dan cara skoring sebagai
berikut.
a. skor 3 : Hutan (Kawasan Hutan)
b. Skor 2 : Tambak tumpang sari dan/atau perkebunan
c. Skor 1 : Permukiman, industri, tambak non tumpang sari, sawah dan
tanah
12. Kerapatan Tajuk
Metode klasifikasi kerapatan tajuk berdasarkan rentang NDVI hasil
perhitungan. Nilai NDVI didapatkan dari hasil pengolahan citra satelit
Landsat dengan memanfaatkan band 3 dan band 4. Berikut ini merupakan
pembagian klasifikasinya.
a. Kerapatan tajuk lebat (0,43 < NDVI < 1,00)
b. Kerapatan tajuk sedang (0,33 < NDVI < 0,42)
95
c. Kerapatan tajuk jarang (-1,00 < NDVI < 0,32)
13. Ketahanan Tanah Terhadap Erosi
Analisis Ketahanan tanah terhadap erosi dilakukan dengan pengambilan
sampel tanah di lapangan berdasarkan pendekatan jenis dan persebaran
tanah. Karakteristik tanah yang digunakan untuk menganalisis ketahanan
tanah terhadap erosi adalah sifat fisik tanah berupa tekstur tanah. Ketahanan
tanah terhadap abrasi yang digunakan diidentifikasi dibagi dalam 3 (tiga)
kategori dengan bobot nilai 20 dengan cara skoring sebagai berikut.
a. Skor 3 : Jenis tanah tidak peka erosi (tekstur lempung)
b. Skor 2 : jenis tanah peka erosi (tekstur campuran)
c. Skor 1 : jenis tanah sangat peka erosi (tekstur pasir)
Setelah mendapatkan skoring selanjutnya dilakukan kuantifikasi terhadap
total nilai skoring (TNS) dihitung dengan rumus sebagai berikut.
TNS = (Jpl x 45) + (Kt x 35) + (Kta x 20)
Keterangan
Jpl : Jenis penggunaan lahan
Kt : Kerapatan Tajuk
Kta : Ketahanan Tanah
Kemudian ditentukan tingkat kekritisan lahan mangrove sebagai berikut:
a. Nilai 100-166 : Rusak berat
b. Nilai 167 -233 : Rusak
c. Nilai 234 -300 : Tidak Rusak
Restorasi mangrove melalui suksesi alami, dapat dilaksanakan melalui:
1. Restorasi hidrologi, yaitu memodifikasi atau memperbaiki proses hidrologi
yang terganggu termasuk regim pasang surutnya menjadi seperti kondisi
hidrologi aslinya.
2. Perbaikan kondisi lingkungan terutama jika lahan yang dipulihkan tercemar
atau bekas tambang atau bekas tambak.
3. Melakukan perlindungan regenerasi vegetasi alami dari gangguan alam,
binatang, dan manusia.
4. Restorasi mangrove melalui penunjang suksesi alami, dapat dilaksanakan
melalui:
96
5. Melakukan patroli dan penjagaan agar terhindar dari gangguan yang
menghambat pertumbuhan anakan. Gangguan tersebut dapat berupa
penggembalaan liar, hama, serta satwa.
6. Membuka pintu air dan atau membuka sebagian tanggul agar pada saat air
pasang bisa masuk bebas ke dalam tambak.
7. Perbaikan kondisi substrat lumpur untuk menunjang regenerasi dan
pertumbuhan mangrove secara alami, misalnya dengan perbaikan hidrologi,
membangun perangkap lumpur, dan lain-lain.
8. Perawatan dan Penyiangan gulma.
9. Monitoring pertumbuhan anakan alam.
Pola penanaman yang sesuai dengan kondisi lahan seperti berdasarkan
Peraturan Menteri LHK Nomor 23 Tahun 2021 antara lain:
1. Pola tanam murni,
2. Wana mina (Silvofishery),
3. Pola tanam rumpun berjarak, dan Pola tanam lain yang sesuai dengan
kondisi lahan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3.2.13 Analisis Kawasan Permukiman Perkotaan Berbasis Lingkungan
Analisis kawasan permukiman perkotaan berbasis lingkungan dilakukan
dengan cara menilai ketercapaian kawasan studi terhadap konsep forest city yang
diterapkan pada Ibu Kota Negara (IKN). Dalam hal ini, kriteria yang digunakan
harus sesuai dengan kriteria yang sudah disusun oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang diterjemahkan oleh Mutaqin, Muslim, dan Rahayu
(2021) di dalam kajiannya yang berjudul “Analisis Konsep Forest City dalam
Rencana Pembangunan Ibu Kota Negara” yang kemudian disederhanakan menjadi
lebih mikro dan penyesuaian dengan konsep yang terbatas pada kawasan
permukiman. Berikut adalah kriteria yang digunakan.
97
Tabel 3. 24 Prinsip, Kriteria dan Indikator Konsep Permukiman Perkotaan
berbasis Lingkungan
Menjaga dan
memperbaiki Persentase minimal tutupan RTH
kualitas tutupan privat adalah 30 persen
lahan yang baik
Kualitas dan
Sumber daya air Tidak ada pembangunan pada
3 kuantitas air yang
yang memadai kawasan DAS
tergolong baik
98
No Prinsip Kriteria Indikator
Teridentifikasinya kelola
99
3.2.14 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Faktor-faktor dalam analisis SWOT
1. Kekuatan
Kekuatan merupakan sumber daya/ kapabilitas yang dikendalikan oleh
kawasan atau tersedia bagi suatu kawasan yang membuat relatif lebih
unggul dibanding dengan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan
kompetensi yang tersedia bagi kawasan.
2. Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan/ kekurangan dalam satu atau lebih sumber
daya/ kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi
hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. keterampilan
pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang
diminati oleh konsumen atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan
yang kurang memadai.
3. Peluang
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan.
Kecenderungan utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi atas
segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam kondisi persaingan/
regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan dengan pembeli/
pemasok
4. Ancaman
Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam
mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru,
pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar menawar dari
pembeli/ pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaharuan
peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan.
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor
eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
100
1. Faktor Eksternal
Faktor mempengaruhi opportunities and threats (O dan T). Dimana faktor ini
menyangkut dengan kondisi- kondisi yang terjadi di luar yang mempengaruhi dalam
pembuatan keputusan. Faktor ini mencangkup lingkungan industry (industry
environment) dan lingkungan bisnis makro (macro environment), ekonomi, politik,
hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya.
2. Faktor Internal
Faktor ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses (S dan W).
Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi, yang mana ini turut
mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan.
Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen fungsional:
pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia, penelitian dan
pengembangan, sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan
(corporate culture).
101
102
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Kondisi Administrasi
Kecamatan Sepaku yang mempunyai luas 1172,36 Km2 termasuk salah satu
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Penajam, Kota
Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara di sebelah Utara. Wilayah
Administrasi Kecamatan Sepaku secara geografis terletak pada posisi antara
116º48-55º09’ Bujur Timur dan 0º54’ Lintang Utara - 44º76’ Lintang Selatan.
Berikut merupakan batas-batas fisik pada kecamatan Sepaku:
Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara
Selatan : Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara
Barat : Kecamatan Penajam
Timur : Kecamatan Penajam
Kecamatan Sepaku sekarang mempunyai 11 Desa dan 4 Kelurahan dan
untuk ibu kecamatan kota itu sendiri adalah Desa Tengin Baru. Berikut merupakan
tabel lokasi studi kawasan strategis penyangga Kecamatan Sepaku yang terdiri dari
2 (dua) desa dan 1 (satu) kelurahan, yang rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 1 Rincian Luas Wilayah Strategis Sepaku
Jumlah 59.52
103
Gambar 4. 1 Peta Administrasi Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis. 2023
104
Gambar 4. 2 Peta Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan Sepaku,
Kabupaten Penajam Paser Utara Terhadap IKN
Sumber: Olahan Penulis. 2023
105
4.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik dasar adalah aspek yang mengidentifikasi kondisi fisik dan
kondisi lingkungan beberapa aspek yaitu geologi, topografi, hidrologi, klimatologi,
dan geografi dengan pengambilan data yang dilakukan secara sekunder. Berikut
merupakan penjelasan lebih dalam terkait kondisi fisik dasar Wilayah Strategis
Perencanaan Kecamatan Sepaku.
4.2.1 Topografi
Topografi merupakan suatu kondisi fisik yang berfungsi untuk mengetahui
apa saja potensi dan kendala fisik di suatu wilayah yang berkembang. Adapun
kondisi topografi sangat erat hubungannya dengan ketinggian serta kemiringan
lahan. Wilayah Penyangga Strategis Kecamatan Sepaku secara umum berapa pada
ketinggian tempat mulai dari 0 mdpl hingga 30 mdpl dengan wilayah dataran
rendah yang sebagian besar tersebar pada dataran formasi palu balang yang berada
di sekitar pinggiran teluk Balikpapan dan sebagian lagi merupakan wilayah
perbukitan. Berikut merupakan peta topografi Wilayah Strategis Penyangga
Kecamatan Sepaku.
106
Gambar 4. 3 Peta Kontur Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis. 2023
107
Gambar 4. 4 Peta Kelerengan Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis. 2023
108
4.2.2 Geologi
Wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku merupakan sebuah daerah
dataran yang tersusun atas jenis tanah yang dominan di seluruh area yaitu Podsolik.
Ketebalan Formasi Kecamatan Sepaku ini mencapai 800 meter, terendapkan dalam
rentang waktu Miosen Bawah pada lingkungan pengendapan laut dangkal.
Pengendapan sedimen yang terjadi berlangsung sejak miosen hingga pliosen
dengan batuan pengisi cekungan.Peta Geologi terdiri dari Satuan Batupasir Sisipan
Batulempung, Satuan Batupasir Perselingan Batulempung, dan Satuan Batupasir.
Sejarah geologi pada daerah penelitian dimulai dari pengendapan Satuan Batupasir
Sisipan Batulempung dan Satuan Batupasir Perselingan Batulempung diendapkan
pada umur Miosen Awal sampai Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan
di Lower Delta Plain, Satuan Batupasir diendapkan pada umur Miosen Tengah –
Miosen Akhir dengan lingkungan pengendapan di Terrestrial. Ditinjau dari formasi
geologi wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku mencakup 3 formasi yaitu
alluvium, formasi bebulu, dan formasi pulau balang.
109
Gambar 4. 5 Peta Geologi Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis. 2023
110
Gambar 4. 6 Peta Jenis Tanah Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis. 2023
111
4.2.3 Morfologi
Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk
kota. Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan
bentuk kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat
berharga bagi penanganan perkembangan suatu kawasan kota. Morfologi pada
kawasan wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku memiliki morfologi
kawasan yang didominasi oleh dataran dan dataran bergelombang. Berikut
merupakan peta morfologi Wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku.
112
Gambar 4. 7 Peta Morfologi Wilayah Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis. 2023
113
4.2.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan gejala alam yang berkaitan dengan curah hujan,hari
hujan dan temperatur. Seperti daerah lainnya kecamatan Sepaku masih merupakan
wilayah tropis yang memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Berdasarkan survei sekunder yang telah dilakukan melalui data BMKG Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kecamatan Sepaku Dalam Angka 2021 berikut
merupakan data curah hujan yang ada pada Kecamatan Sepaku.
Tabel 4. 2 Rata-Rata Curah Hujan Jumlah Hari Hujan Perbulan Kecamatan
Sepaku Tahun 2020
Januari 95 12
Februari 159 9
Maret 255 12
April 413 16
Mei 277 18
Juni 305 16
Juli 189 15
Agustus 116 13
September 247 16
Oktober 72 12
November 240 16
Desember 283 19
Sumber: Kecamatan Sepaku Dalam Angka, 2021
Kecamatan ini memiliki rata-rata curah hujan yang lumayan tinggi. Dari
bulan maret sampai bulan september, curah hujan dan hari hujan cukup tinggi yaitu
curah hujan berkisar rata-rata yaitu 225 mm dan hari hujan rata-rata 16 hh. Curah
hujan tertinggi ada pada bulan April dengan curah hujan 413 mm dengan hari hujan
terendah di bulan Oktober dengan curah hujan 72 mm. Berikut merupakan peta
klimatologi Wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku.
114
Gambar 4. 8 Peta Klimatologi Wilayah Studi Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis, 2023
115
4.2.5 Hidrologi
Pada wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku memiliki kondisi
hidrologi atau air tanah yang secara keseluruhan merupakan wilayah dengan
produktivitas akuifer dimana air tanah terletak di 0-60 m di bawah permukaan
tanah. Kecamatan Sepaku merupakan daerah pesisir, sehingga banyak yang
bermuara di selat Makassar antara Penajam Paser Utara dengan Balikpapan. Potensi
air permukaan tanah di wilayah Kecamatan Sepaku cukup besar bagi penduduk
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, yang tentunya keberadaannya didukung
dengan keberadaan yang berfungsi sebagai daerah imbuhan air bawah tanah.
Untuk keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada daerah Kawasan
Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku terdiri dari 2 DAS yaitu DAS Pemaluan
yang berada di daerah Pesisir dan DAS Riko yang berada di daerah Perbukitan
kawasan Kelurahan Maridan. Berikut merupakan peta Hidrologi Wilayah Strategis
Penyangga Kecamatan Sepaku.
116
Gambar 4. 9 Peta Hidrologi Wilayah Studi Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis, 2023
117
4.2.6 Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan di wilayah kawasan studi dibagi menjadi beberapa
jenis penggunaan lahan, yaitu: hutan sejenis, hutan sejenis alami, kampung jarang,
kampung padat, perkebunan besar, semak, dan tanah terbuka sementara. Data-data
ini didapatkan melalui peta penggunaan lahan yang disediakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan dengan luasan sebagai
berikut.
Tabel 4. 3 Jenis Penggunaan Lahan pada Wilayah Studi
Jenis Penggunaan Lahan Luasan (Hektar)
Kampung Jarang 28
Semak 3.170
118
Gambar 4. 10 Peta Penggunaan Lahan Wilayah Studi Studi Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan dan Kelurahan
Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber: Olahan Penulis, 2023
119
4.3 Aspek Kependudukan
4.3.1 Jumlah Penduduk
Kecamatan Sepaku merupakan salah satu kecamatan yang merupakan
bagian dari Kabupaten Penajam Paser Utara dan menyumbang 20,24 persen jumlah
penduduk di Kabupaten Penajam Paser Utara. Wilayah strategis yang dipilih
merupakan Desa Binuang, Kelurahan Maridan dan Desa Telemow dengan jumlah
penduduk selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk pada Wilayah Strategis Selama Lima Tahun
Terakhir
Kelurahan Maridan
2019 3.903
2020 3.976
2021 4.072
2022 4.189
2023 4.119
Desa Telemow
2019 3.576
2020 3.661
2021 3.710
2022 3.719
2023 3.908
Desa Binuang
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2019 1.896
2020 2.005
2021 2.102
2022 2.190
2023 3.237
121
Gambar 4. 12 Grafik Perkembangan Penduduk Pada Wilayah Strategis
Sumber: Penulis, 2023
Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah penduduk pada tahun 2019 ke 2020 dengan jumlah 262 penduduk,
mengalami kenaikan lagi pada tahun 2020 ke 2021 dengan jumlah 242 penduduk,
pada tahun 2021 ke 2022 dengan jumlah 214 penduduk.
4.3.2 Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data jumlah penduduk selama lima tahun terakhir, maka dapat
dihitung kepadatan penduduk dengan rumus,
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
Dengan luasan Wilayah Strategis sebesar 6.432 hektar maka kepadatan
penduduk pada lima tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 5 Kepadatan Penduduk pada Wilayah Strategis Selama Lima Tahun
Terakhir
2018 1
2019 1
122
2020 1
2021 2
2022 1
123
Gambar 4. 14 Grafik Perkembangan Kepadatan Penduduk pada Wilayah
Strategis Selama Lima Tahun Terakhir
Sumber: Olahan Penulis,2023
4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur
A. Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh profil kelurahan dan desa
Kelurahan Maridan, Desa Binuang, dan Desa Telemow, berikut adalah tabel dan
grafik jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4. 6 Jumlah Penduduk Wilayah Stategis Perencanaan Berdasarkan
Jenis Kelamin 2023
Kelurahan Maridan
Laki-Laki 2.159
Perempuan 1.960
Total 4.119
Desa Telemow
124
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laki-Laki 2.112
Perempuan 1.796
Total 3.908
Desa Binuang
Laki-Laki 1.167
Perempuan 1.070
Total 2.237
Sumber: Profil Kelurahan dan Desa, 2023
125
Gambar 4. 16 Grafik Pie Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin pada
Wilayah Strategis
Sumber: Olahan Penulis,2023
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwasanya jumlah mayoritas
penduduk pada Wilayah Strategis pada tahun 2023 berjenis kelamin laki-laki
dengan persentase 53,0 persen. Sedangkan, masyarakat berjenis kelamin
perempuan memiliki persentase 47,0 persen.
B. Berdasarkan Usia
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh profil kelurahan dan desa
Kelurahan Maridan, Desa Binuang, dan Desa Telemow, berikut adalah tabel dan
piramida jumlah penduduk berdasarkan usia pada wilayah perencanaan strategis.
Tabel 4. 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia pada Wilayah Strategis
Perencanaan Tahun 2023
Kelurahan Maridan
126
7 - 12 192 186 378
Desa Telemow
0-3
4-6
7 - 12
13 - 15
16 - 18
19 - keatas
Jumlah
Desa Binuang
0-3 48 42 90
4-6 35 47 82
7 - 12 87 90 177
13 - 15 35 35 70
16 - 18 49 38 87
127
Sumber: Profil Kelurahan dan Desa, 2023
Kelurahan Maridan
128
Katolik 116 106 222
Hindu - - -
Budha - - -
Lainnya - - -
Desa Telemow
Hindu 2 1 3
Budha - - -
Lainnya - - -
Desa Binuang
Kristen 15 16 31
Katolik 15 9 24
Hindu - - -
Budha - - -
Lainnya - - -
129
Sumber: Profil Kelurahan dan Desa, 2023
130
Gambar 4. 19 Grafik Pie Penduduk Berdasarkan Agama pada Wilayah
Strategis
Sumber: Olahan Penulis,2023
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwasanya jumlah mayoritas
penduduk pada Wilayah Perencanaan Strategis pada tahun 2023 beragama islam
dengan jumlah 5.846 penduduk. Sedangkan, agama dengan penganut paling
sedikit adalah buddha dengan jumlah nol.
D. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh profil kelurahan dan desa
Kelurahan Maridan, Desa Telemow, dan Desa Binuang, berikut adalah tabel dan
grafik jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 4. 9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
Wilayah Strategis pada Tahun 2023
Kelurahan Maridan
Diploma I/II 8 16 24
Akademi/Diploma
24 43 67
III/S.Muda
Strata II 3 1 4
S3 - - -
131
Desa Telemow
Taman Kanak-Kanak 48 32 80
Diploma IV/Strata I 40 35 75
Diploma I/II 8 2 10
Akademi/Diploma
13 31 44
III/S.Muda
Strata II - - -
S3 - - -
Desa Binuang
Taman Kanak-Kanak 19 42 61
Diploma IV/Strata I 15 5 20
Diploma I/II 5 - 5
132
Akademi/Diploma
3 5 8
III/S.Muda
Strata II - - -
S3 - - -
133
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwasanya jumlah mayoritas
penduduk pada Wilayah Perencanaan Strategis pada tahun 2023 memiliki tingkat
pendidikan berupa tidak/belum sekolah dengan persentase sebesar 52,5 persen.
Sedangkan, tingkat pendidikan dengan jumlah masyarakat paling sedikit adalah
Diploma I/II yang berjumlah 5.
134
4.5 Aspek Ekonomi
Berdasarkan data yang diperoleh dari survei primer, karakteristik spesifik
aspek ekonomi Wilayah Strategis Perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow,
dan Desa Binuang dapat dibedakan berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk
serta potensi sektor berupa sumber daya alam dan buatan yang terdapat di Wilayah
Strategis Perencanaan. Adapun potensi sektor terbagi atas potensi sektor pertanian,
potensi sektor pariwisata, dan potensi sektor perdagangan dan jasa.
4.5.1 Jenis Mata Pencaharian
Adapun jenis mata pencaharian Wilayah Strategis Perencanaan Kelurahan
Maridan, Desa Telemow, dan Desa Binuang yaitu sebagai berikut.
Tabel 4. 10 Jenis Mata Pencaharian Tiap Kepala Keluarga Desa Binuang
Tahun 2019 - 2021
Jumlah Kepala
Jenis Mata Pencaharian Keluarga
Guru 1 1 1
Keagamaan 1 1 2
Perindustrian 2 2 1
Karyawan 92 92 96
Perangkat Desa 4 4 4
Nelayan / Perikanan 1 1 1
Perawat (Kesehatan) 1 1 1
Transportasi 11 11 14
Wiraswasta 64 64 65
135
Jumlah Kepala
Jenis Mata Pencaharian Keluarga
Pelajar / Mahasiswa 9 9 15
Sumber: Buku Induk Penduduk Desa Binuang, 2020, 2021, 2022
Tabel 4. 11 Jenis Mata Pencaharian Desa Telemow Tahun 2022
Pertanian 134
Perkebunan 607
Peternakan 19
Perikanan 8
Perindustrian 381
Kesehatan 3
Pendidikan 1
Transportasi 5
Konstruksi 3
TNI 2
POLRI 5
Wiraswasta 150
Sumber: Profil Perkembangan Desa Telemow, 2022
Pertanian 262
136
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Kepala Keluarga
Pensiun 11
Perikanan 21
Swasta 443
Transportasi 25
TNI 2
POLRI 4
Pemulung 2
Wiraswasta 129
Sumber: Profil Kelurahan Maridan, 2022
Jumlah Kepala
Jenis Mata Pencaharian
Keluarga
Perikanan 30
Transportasi 44
Wiraswasta 344
Lainnya
(Pendidikan, Kesehatan, Perangkat Desa,
12
Keagamaan)
Sumber: Profil Kelurahan Maridan, 2022
137
4.5.2 Potensi Sektor Pertanian
Berdasarkan data yang diperoleh melalui profil desa dan kelurahan pada
Wilayah Strategis Perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow, dan Desa
Binuang. Luasan-luasan lahan yang pertanian dan perkebunan yang tercatat yaitu
pada Desa Telemow sebagai berikut.
Luas tanah sawah : 10 Ha
Luas Tanah Perkebunan : 2.839 Ha
Kemudian terdapat Luasan Lahan Perkebunan Sawit yang berada di
Seluruh Wilayah Strategis Perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow, dan
Desa Binuang berikut.
138
Gambar 4. 22 Peta Lahan Sawit Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
139
4.5.3 Potensi Sektor Pariwisata
Berdasarkan survei primer didapatkan adanya objek wisata alam berupa
danau buatan yaitu Waduk PT ITCI pada Kelurahan Maridan, selain itu terdapat
juga hutan mangrove dan keanekaragaman hayati yang akan berpotensi dijadikan
daya tarik wisata pada Wilayah Strategis Perencanaan. Adapun objek wisata yang
terdapat di Wilayah Strategis Perencanaan tersebut tidak tercantum pada data Daya
Tarik Wisata Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2021.
140
4.5.4 Potensi Sektor Perdagngan dan Jasa
Berdasarkan hasil survei primer, terdapat sarana perdagangan dan jasa
penunjang potensi edu-ekowisata berupa warung dan pertokoan yang tersebar pada
Wilayah Strategis Perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow, dan Desa
Binuang.
Kantor
Kelurahan/ 1 1 1 3
Desa
141
Jenis Kelurahan atau Desa Kondisi
Total
Pelayanan Eksisting
Kelurahan Desa Desa Sarana
Umum Sarana
Maridan Telemow Binuang
Agen
Pelayanan 1 - - 1
Pos
Kantor PLN 1 - - 1
Kantor
PDAM / 1 - - 1
PAM Desa
Bank 1 - - 1
Pos
Pemadam 1 - - 1
Kebakaran
Penginapan
atau - - - - -
Perhotelan
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan tabel fasilitas sarana pelayanan umum yang ada pada wilayah
strategis perencanaan, diketahui bahwa persebaran sarana pelayanan umum pada
wilayah strategis perencanaan tidak merata di setiap kelurahan atau desa. Dan
terdapat satu sarana pelayanan umum yaitu penginapan atau perhotelan yang tidak
ada satupun di setiap kelurahan atau desa.
142
Gambar 4. 25 Peta Persebaran Sarana Pelayanan Umum Pada Wilayah Strategis Perencanaan.
Sumber: Olahan Penulis, 2023
143
4.6.2 Sarama Keamanan
Sarana Keamanan merupakan sarana yang menunjang untuk menjaga
keamanan pada suatu daerah yang dimana dalam hal ini berdampak kepada keadaan
atau kondisi bebas dari gangguan fisik maupun Psikis terlindunginya keselamatan
jiwa dan terjaminnya harta benda dari segala macam ancaman gangguan dan
bahaya” (Awaloedin Djamin, 2004). Berikut ini merupakan data fasilitas sarana
keamanan yang tersebar pada Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa
Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Tabel 4. 15 Fasilitas Sarana Keamanan Kelurahan Maridan, Desa Telemow
dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Polisi Sektor 1 - - 1
Pos Kamling 4 5 6 15
Kantor
1 - - 1
Pengamanan
144
Gambar 4. 26 Peta Persebaran Sarana Keamanan Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
145
4.6.3 Sarana Perdagangan dan Jasa
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara No. 1 Tahun
2009, Perkotaan Sepaku berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan
fungsi pusat perdagangan, pelayanan jasa sosial - ekonomi, pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan peribadatan skala kabupaten. Dengan fungsi pusat perdagangan
tersebut, Kecamatan Sepaku telah memiliki beberapa pusat perdagangan yang
tersebar di beberapa Kelurahan yang menjadi wilayah studi Rencana Tata Ruang.
Berikut ini merupakan data fasilitas sarana perdagangan dan jasa yang tersebar pada
Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser
Utara.
Tabel 4. 16 Fasilitas Sarana Perdagangan dan Jasa Kelurahan Maridan,
Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pertokoan 8 2 2 12
Warung 2 38 10 50
Pasar - 1 - 1
Jasa 3 1 4 8
146
Gambar 4. 27 Peta Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
147
4.6.4 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan mewujudkan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, dan atau masyarakat. Kabupaten
Penajam Paser Utara, tepatnya pada wilayah studi Rencana Tata Ruang, pemerintah
terus berupaya meningkatkan derajat kesehatan salah satunya melalui penyediaan
fasilitas kesehatan yang memadai. Berikut ini merupakan data fasilitas sarana
kesehatan yang tersebar pada Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa
Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Tabel 4. 17 Fasilitas Sarana Kesehatan Kelurahan Maridan, Desa Telemow
dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Puskesmas 1 1 - 2
Puskesmas
- - - - -
Pembantu
Apotek - - - - -
Posyandu 2 - 3 5
Praktik
- - - - -
Dokter
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan tabel fasilitas sarana kesehatan yang ada pada wilayah strategis
perencanaan, diketahui bahwa persebaran sarana kesehatan pada wilayah strategis
perencanaan belum merata dan hanya ada puskesmas dan posyandu yang menjadi
sarana kesehatan di wilayah strategis perencanaan.
148
Gambar 4. 28 Peta Persebaran Sarana Kesehatan Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Analisis Penulis, 2023
149
4.6.5 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan dalam lingkungan masyarakat juga menjadi sarana
kegiatan sosial masyarakat dalam sisi kerohanian yang sebagaimana diperlukan
melalui peraturan yang telah ditetapkan, serta sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya. Berikut ini merupakan data fasilitas sarana kesehatan yang tersebar
pada Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam
Paser Utara.
Tabel 4. 18 Fasilitas Sarana Peribadatan Kelurahan Maridan, Desa Telemow
dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Masjid 3 - 3 6
Musholla 4 6 3 13
Gereja 5 2 - 7
150
Gambar 4. 29 Peta Persebaran Sarana Peribadatan Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
151
4.6.6 Sarana Penunjang Edu-Ekowisata
Sarana penunjang Edu- Ekowisata berdasarkan analisis Edu-Ekowisata
yang mengacu pada pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik
Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA 2003. Pada wilayah strategis
perencanaan, diperlukan sarana penunjang guna menunjang Edu-Ekowisata seperti
akomodasi, rumah makan/minum, sarana wisata tirta, sarana wisata budaya, sarana
angkutan umum, kios cinderamata. Lebih jelas terkait sarana penunjang Edu-
Ekowisata, yaitu sebagai berikut.
Tabel 4. 19 Sarana Penunjang Edu-Ekowisata pada Wilayah Strategis
Perencanaan
Akomoditas pariwisata
Tidak tersedia
dapat berupa penginapan
pada wilayah
Akomoditas atau hotel untuk -
strategis
pengunjung atau
perencanaan
wisatawan
Tempat yang
diorganisasikan secara Terdapat
komersial yang beberapa
152
Jenis Sarana Ketersediaan Kondisi Eksisting
Keterangan Sarana
Penunjang Sarana Sarana
153
4.7 Aspek Prasarana
Prasarana merupakan bagian penting dalam menentukan pertumbuhan suatu
wilayah. Semakin baik kondisi prasarana semakin baik untuk tumbuh dan
berkembang untuk Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang,
Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki beberapa prasarana dalam ruang lingkup
wilayahnya, yaitu sebagai berikut.
4.7.1 Jaringan Sumber Daya Air
Pelayanan air minum dengan sistem non-perpipaan adalah sistem yang
digunakan sebagai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sistem non-
perpipaan dan sistem perpipaan. Sistem non-perpipaan merupakan sistem
pemenuhan air bersih yang diperoleh langsung dari sumber air tanah melalui sumur
pompa maupun sumur timba tanpa melalui jaringan distribusi (pipa). Sedangkan
sistem perpipaan merupakan sistem pemenuhan air bersih untuk menjamin
kepastian kuantitas dan kualitas Air Minum yang dihasilkan serta kontinuitas
pengaliran. Berikut ini merupakan data penyulang prasarana jaringan air bersih
pada kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa
Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Tabel 4. 20 Prasarana Jaringan Air Bersih pada Kelurahan Maridan, Desa
Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Petung,
Kelurahan WTP Kabupaten
Maridan Maridan Penajam
Paser Utara
154
Kelurahan/Desa Penyulang Lokasi Kondisi Eksisting
Sumur dan
Air Isi Ulang
Desa Binuang -
(Tandon
1.200 lt)
155
Gambar 4. 30 Peta Jaringan sumber daya air bersih kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa
Binuang
Sumber: Olahan Penulis, 2023
156
4.7.2 Jaringan Persampahan
Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak
digunakan lagi, tetapi untuk beberapa jenis sampah masih dapat di daur ulang
menjadi barang yang bernilai. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 2012, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penangkapan
sampah.
Berdasarkan komposisinya, persentase terbesar sampah berupa sampah
organik dan merupakan sampah basah yang cenderung mudah membusuk. Pada
kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa
Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara penghasilan sampah paling besar berasal
dari aktivitas rumah tangga, diikuti sampah yang berasal perdagangan dan jasa.
Tabel 4. 21 Jumlah Fasilitas Jaringan Persampahan pada Kelurahan
Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser
Utara
Jumla Daya
Kelurahan/Des Jeni Materia
h Tampun Kondisi Eksisting
a s l
(unit) g (m ) 3
Batu
TPS 14 2,5
Kelurahan bata
Maridan
TPA - - - -
Batu
TPS 7 2,5
bata
Desa Telemow
TPA - - - -
TPS - - -
Desa Binuang
TPA - - - -
157
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada kawasan strategis
perencanaan di Kelurahan Maridan terdapat 11 TPS (Tempat Pembuangan
Sampah), pada Desa Telemow terdapat 4 unit TPS (Tempat Pembuangan Sampah)
dan pada Desa Binuang tidak terdapat TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Berikut
ini merupakan peta persebaran jaringan persampahan yang ada pada kawasan
strategis perencanaan.
158
Gambar 4. 31 Peta Jaringan persampahan kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang
Sumber: Olahan Penulis, 2023
159
4.7.3 Jaringan Sanitasi dan Limbah
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih untuk
menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air,
dan udara dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Penanganan air limbah domestik di
Kawasan Perkotaan diusahakan dengan sistem pembuangan setempat (on site)
secara individual pada masing-masing keluarga pada setiap rumah secara mandiri.
Untuk limbah manusia ditampung pada septictank dengan penguraian secara
alamiah atau cairannya dibuang sekaligus melalui saluran resapan. Pada wilayah
strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang,
Kabupaten Penajam Paser Utara rata-rata masyarakat secara umum sudah memiliki
saluran pembuangan air limbah berupa sistem resapan septictank. Berikut ini
merupakan peta persebaran prasarana jaringan sanitasi pada kawasan strategis
perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten
Penajam Paser Utara.
4.7.4 Jaringan Telekomunikasi
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 1999
tentang Telekomunikasi, Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman
dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, gambar, suara dan
bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.
Jaringan Telekomunikasi yang terdapat pada kawasan strategis perencanaan
Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser
Utara berupa jaringan kabel dan jaringan nirkabel. Stasiun telepon otomat yang
melayani kawasan Wilayah Perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan
Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat di Jl… Kelurahan
Maridan. Selain telepon kabel, kebutuhan prasarana telekomunikasi ditunjang oleh
keberadaan fasilitas telepon nirkabel. Jaringan Telekomunikasi pada kawasan
strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang,
Kabupaten Penajam Paser Utara adalah sebagai berikut.
160
Tabel 4. 22 Data Jumlah Prasarana Jaringan Telekomunikasi
Jumlah
Kelurahan/Desa Jenis Kondisi Eksisting
(unit)
BTS 2
Kelurahan
Maridan Instalasi Optical 446
Distribution Point
BTS - -
Instalasi Optical 16
Distribution Point
Desa Telemow
BTS - -
Instalasi Optical 11
Desa Binuang Distribution Point
161
Gambar 4. 32 Peta Jaringan telekomunikasi kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa
Binuang
Sumber: Olahan Penulis, 2023
162
4.7.5 Jaringan Energi
A. Jaringan Listrik
Sistem jaringan listrik merupakan sistem listrik yang berdiri dari hantaran
dan peralatan listrik yang terhubung satu sama lain untuk menyalurkan tenaga
listrik. Penggunaan jaringan listrik pada kawasan strategis perencanaan Kelurahan
Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara untuk
meningkatkan pelayanan kebutuhan tenaga listrik adalah dengan menambahkan
dan memasang pengembangan jaringan listrik terpasang dan diprioritaskan untuk
menjangkau daerah yang belum terlayani.
Untuk menunjang sistem jaringan listrik pada kawasan strategis
perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten
Penajam Paser Utara perlu adanya transmisi penyaluran listrik. Pada kawasan
strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang,
Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat jaringan distribusi primer berupa jaringan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di beberapa titik, Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) di beberapa ruang jalan utama dan Jaringan Saluran Udara
Rendah (SUTR) di setiap 2-3 meter ruas jalan.
Tabel 4. 23 Data Jumlah Prasarana Jaringan Distribusi Energi Listrik pada
Kawasan Strategis Perencanaan
Jumlah
Kelurahan/Desa Penyulang Jenis Kondisi Eksisting
(unit)
Gardu - -
Portal
SUTT - -
Kelurahan
PLN Maridan 3
Maridan
SUTM
163
Jumlah
Kelurahan/Desa Penyulang Jenis Kondisi Eksisting
(unit)
446
SUTR
Gardu - -
Portal
SUTT - -
7
PLN Rayon SUTM
Desa Telemow
Petung
SUTR
Gardu - -
Portal
SUTT - -
SUTM
PLN Rayon
Desa Binuang
Petung
104
SUTR
164
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa penyalur untuk Kelurahan
Maridan adalah PLN Maridan, sedangkan penyalur untuk Desa Telemow dan Desa
Binuang adalah PLN Rayon Petung. Untuk persebarannya pada Kelurahan Maridan
terdapat 3 saluran udara tegangan menengah (SUTM), dan 97 saluran udara
tegangan rendah (SUTR), untuk Desa Telemow terdapat 7 saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan 83 saluran udara tegangan rendah (SUTR) dan untuk Desa
Binuang terdapat 9 saluran udara tegangan menengah (SUTM), dan 104 saluran
udara tegangan rendah (SUTR). Berikut ini merupakan peta persebaran prasarana
jaringan listrik pada kawasan strategis perencanaan.
165
Gambar 4. 33 Peta Jaringan energi listrik kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang
Sumber: Olahan Penulis, 2023
166
B. Jaringan Jalanan Umum
Penerangan jalan umum (PJU) merupakan fasilitas umum yang ditujukan
untuk menerangi jalan disaat malam hari. Sistem lampu jalan yang baik merupakan
bagian dari tata pencahayaan yang berguna menunjang keselamatan bagi pengguna
trotoar jalan maupun pengemudi kendaraan. Pada kawasan strategis perencanaan
Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser
Utara terdapat fasilitas penerangan jalan umum (PJU) di sepanjang jalan arteri
primer maupun di sepanjang jalan lokal. Fasilitas Penerangan Jalan Umum (PJU)
yang tersebar terdapat 2 (dua) jenis, yaitu jenis LED dan jenis bohlam. Penggunaan
penerangan jalan umum (PJU) dengan jenis LED merupakan salah satu yang
memanfaatkan tenaga surya sebagai alternatif hemat energi. Secara otomatis
dengan sensor cahaya ini dapat berfungsi secara otomatis berdasarkan terang atau
gelapnya kondisi sekitar.
Tabel 4. 24 Data Jumlah Prasarana Jaringan Prasarana Penerangan Jalan
Umum Kawasan Strategis Perencanaan
LED
17
Kelurahan Maridan
Bohlam
31
LED
Desa Telemow 22
167
Kelurahan/Desa Jenis Jumlah (unit) Kondisi Eksisting
Bohlam
LED
Desa Binuang
Bohlam
168
Gambar 4. 34 Peta Jaringan penerangan jalan umum kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan
Desa Binuang
Sumber: Olahan Penulis, 2023
169
4.7.6 Jaringan Drainase
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Drainase
Perkotaan adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu
kawasan ke badan air, saluran air berada di permukaan tanah atau di bawah tanah,
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia.
Berdasarkan tipenya, sistem drainase ini memiliki sistem drainase alami
berupa yang memanfaatkan sungai atau saluran alam. Terdapat pula sistem drainase
buatan yang berupa saluran di tepi-tepi jalan maupun di area permukiman. Saluran
drainase yang ada pada kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa
Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara rata-rata mengikuti
alur permukiman yang ada serta ada beberapa kawasan yang tidak memiliki saluran
drainase.
Jenis saluran drainase pada kawasan strategis perencanaan Kelurahan
Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang, Kabupaten Penajam Paser Utara hanya
saluran drainase terbuka. Saluran drainase terbuka banyak terdapat di sekitar
pemukiman penduduk. Saluran terbuka ini dibangun dengan perkerasan pada sisi
kanan kiri saluran. Berikut ini merupakan data jaringan drainase pada kawasan
strategis perencanaan.
170
Tabel 4. 25 Data jaringan drainase pada Kawasan Strategis Perencanaan
Lebar
Jenis Drainase Kondisi Kedalaman
Kelurahan/Desa Lokasi Drainase Kondisi Eksisting
(terbuka/tertutup) Drainase Drainase (cm)
(cm)
Jalan Tanjung
Terbuka Baik 50 50
Harapan
Jalan Daeng
- - - - -
Toba
Kelurahan
Maridan Jalan Mariko Terbuka Baik 35 45
Jalan Flores - - - - -
Jalan Anang
- - - - -
Gambus
Jalan Anang
- - - - -
Gambus 1
171
Lebar
Jenis Drainase Kondisi Kedalaman
Kelurahan/Desa Lokasi Drainase Kondisi Eksisting
(terbuka/tertutup) Drainase Drainase (cm)
(cm)
Jalan Tandon - - - - -
Jalan Gang
- - - - -
Dikbud
Jalan Gang
- - - - -
Nusantara
Jalan Slamet - - - - -
Jalan Tanjung
- - - - -
Sei Panggang
Jalan Sei
- - - - -
Panggang
Jalan Ahmad
- - - - -
Yani
Jalan Pasar
- - - - -
Kenangan
Jalan Cemara - - - - -
Jalan Akasia - - - - -
172
Lebar
Jenis Drainase Kondisi Kedalaman
Kelurahan/Desa Lokasi Drainase Kondisi Eksisting
(terbuka/tertutup) Drainase Drainase (cm)
(cm)
Jalan Mahoni - - - - -
Jalan Daeng
- - - - -
Toba
Jalan Tanjung
- - - - -
Sei Panggang
Jalan
- - - - -
Desa Telemow Diponegoro
Jalan PT ICHI - - - - -
Jalan Gunung
- - - - -
Tator
Jalan Gunung
- - - - -
Jaya
173
Lebar
Jenis Drainase Kondisi Kedalaman
Kelurahan/Desa Lokasi Drainase Kondisi Eksisting
(terbuka/tertutup) Drainase Drainase (cm)
(cm)
Jalan Puskesmas - - - - -
Jalan Ulin - - - - -
Jalan Propinsi - - - - -
Jalan Imam
Terbuka Baik 50 30
Bonjol
Gang Tanah
Terbuka Baik 50 30
Toraja
Gang Lombok - - - - -
Jalan Pangkalan - - - - -
Desa Binuang
Jalan Kuari - - - - -
174
Lebar
Jenis Drainase Kondisi Kedalaman
Kelurahan/Desa Lokasi Drainase Kondisi Eksisting
(terbuka/tertutup) Drainase Drainase (cm)
(cm)
Jalan Cemara - - - - -
Jalan PT ITCI
- - - - -
km 6
Jalan Pendidikan - - - - -
Jalan Keluarga - - - - -
Jalan Kampung
- - - - -
Baru
Sumber: Survei Primer, 2023
Berdasarkan pada tabel persebaran jaringan drainase kawasan strategis perencanaan hanya terdapat 2 drainase di Kelurahan Maridan
dan 2 drainase di Desa Telemow, sedangkan pada Desa Binuang tidak terdapat drainase sama sekali. Jaringan drainase pada kawasan strategis
perencanaan memiliki sistem jaringan drainase terbuka dan kondisi drainase termasuk ke dalam kondisi baik. Berikut ini merupakan peta
persebaran prasarana jaringan drainase pada kawasan strategis perencanaan
175
Gambar 4. 35 Peta Jaringan drainase kawasan strategis perencanaan Kelurahan Maridan, Desa Telemow dan Desa Binuang
Sumber:Olahan Penulis, 2023
176
4.7.7 Jaringan energi Terbarukan
Pengembangan jaringan energi terbarukan pada kawasan strategis
penyangga lingkungan memerlukan perencanaan yang matang, partisipasi
masyarakat, dan kerjasama antara pemerintah, lembaga lingkungan, dan sektor
energi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pengembangan energi terbarukan
di wilayah-wilayah ini dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan
yang minimal dan keberlanjutan jangka panjang. Pengembnagan jaringan energi ini
bertujuan untuk mengintegrasi penggunaan energi terbarukan untuk mencapai
keseimbnagan anatara kawasan pembangunan dan perlindungan lingkungan
dengan tidak mengancam ekosistem serta keanekaragaman hayati yang dilindungi
oleh kawasan
177
4.8 Aspek Sistem Transportasi
Menurut UU Nomor. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti, dan juga dapat mempengaruhi kondisi jalan. Berdasarkan
perkerasannya jaringan jalan umumnya berupa aspal hotmix, aspal, rabat beton,
paving, plester, tanah atau berpasir, makadam, serta batuan dan kerikil.
Jaringan jalan dibagi dalam beberapa klasifikasi berdasarkan fungsinya.
Berikut ini adalah tabel klasifikasi jaringan jalan pada Wilayah Strategis
Perencanaan adalah sebagai berikut.
178
Tabel 4. 26 Hirarki Jalan dan Penampang Jalan pada Wilayah Strategis Perencanaan
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
Kelurahan Maridan
179
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
180
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
181
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
Desa Telemow
182
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
183
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
184
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
Desa Binuang
185
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
186
Leba Kela
Statu Tipe
N Nama Fungsi/Hirar Panjan r s Perkeras Kualit
s Jala Kondisi Eksisting Penampang
o Jalan ki Jalan g Jalan Jala Jala an as
Jalan n
n n
187
Tersedianya jaringan jalan sebagai sarana yang menunjang prasarana
transportasi darat. Transportasi menjadi prasarana yang mendukung upaya
pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya, melalui daratan, perairan atau udara.
Berikut ini merupakan prasarana dan sarana transportasi antar desa atau kelurahan
pada kawasan Kelurahan Maridan, Desa Binuang dan Desa Telemow, Kecamatan
Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 27 Jaringan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat pada
Wilayah Strategis Perencanaan
Keberadaan
Jenis Prasarana Jenis Alat
Desa/Kelurahan Angkutan
Transportasi Transportasi Darat
Umum
Kelurahan
Darat Kendaraan pribadi Tidak ada
Maridan
188
Gambar 4. 36 Peta Jaringan Jalan pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Analisis Penulis, 20
189
Kegiatan dan masyarakat setempat tidak hanya didukung oleh transportasi
darat namun juga didukung oleh transportasi laut, kegiatan transportasi laut
mendukung aktivitas perekonomian pada Kawasan Wilayah Strategis yang
mengandalkan moda transportasi laut. Berikut ini merupakan prasarana dan sarana
transportasi laut kawasan Kelurahan Maridan, Desa Binuang dan Desa Telemow,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 28 Jaringan Sarana dan Prasarana Transportasi Laut pada Wilayah
Strategis Perencanaan
Prasarana
Jenis Prasarana Jenis Alat
Desa/Kelurahan Transportasi
Transportasi Transportasi Darat
Laut
Kendaraan umum,
Kelurahan Pelabuhan
Laut dan kendaraan
Maridan Tanjung Maridan
pribadi
Sumber: Google Earth, 2023
Berdasarkan pada tabel jaringan prasarana transportasi laut pada Kawasan
Wilayah Strategis diperoleh data berdasarkan survey sekunder dapat diketahui
bahwa pada Kelurahan Maridan terdapat sarana transportasi laut berupa kendaraan
peribadi dan angkutan umum yang didukung keberadaan prasarana transportasi laut
berupa Pelabuhan Tanjung Maridan. Pelabuhan Tanjung Maridan dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan dan pergerakan laut antar kota.
Berikut merupakan dokumentasi kondisi eksisting dan peta letak Pelabuhan
Tanjung Maridan, Kelurahan Maridan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam
Paser Utara:
190
Gambar 4. 37 Kondisi Eksisting Pelabuhan Tanjung Maridan
Sumber: Google Maps,2023
4.9 Aspek Sub Sistem Penyangga Lingkungan
4.9.1 Kawasan Konservasi Orang Hutan
Orang utan merupakan salah satu satwa langka yang dilindungi di Indonesia.
Berdasarkan analisis PHVA (Population Habitat Viability Analysis) tahun 2016,
diperkirakan terdapat 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Kelurahan Maridan memiliki kawasan konservasi orang utan dengan tujuan penelitian satwa
orang utan dengan berbasis ramah lingkungan. Kawasan konservasi ini bernama Pusat Suaka
Orangutan (PSO) ARSARI yang merupakan hasil kerja sama Yayasan ARSARI
Djojohadikusumo dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan
Timur dengan tujuan utama untuk melestarikan keberadaan orang utan di kawasan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang digebukan
kerap menjadi perbincangan hangat di masyarakat yang mengkhawatirkan akan kerusakan
habitat orang utan yang pada akhirnya akan menggerus populasi orang utan di Kalimantan.
Sehingga, diperlukan perencanaan yang menerapkan konsep koridor satwa agar orang utan
maupun satwa endemik lainnya dapat tetap lestari walaupun terdapat megaproyek yang
sedang berjalan di kawasan sekitar habitat mereka. Berikut adalah peta yang menampilkan
lokasi Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI.
191
Gambar 4. 38 Peta Lokasi Pusat Suaka Orang Utan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
192
Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI juga membuka pintu bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan edukasi mengenai orang utan dan kegiatannya
masih aktif hingga saat ini. Pusat suaka ini memiliki fokus terhadap pelestarian
Orang Utan Borneo jantan yang sudah berusia lanjut dan memiliki keterbatasan
pada fisik maupun mentalnya (disabilitas). Orang Utan yang berada di Pusat Suaka
Orang Utan (PSO) ARSARI tentunya harus dilestarikan melalui metode kandang
dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk bertahan hidup di alam liar secara
sepenuhnya. Namun, berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa adanya
rencana pemindahan Orang Utan yang berada pada Pusat Suaka Orang Utan (PSO)
ARSARI akan dilepasliarkan ke sebuah pulau bernama Tanjung Buaya namun tetap
berada dalam pengawasan pengelola Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI.
Pengelola Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI juga mengatakan bahwasannya
mereka seringkali menemukan satwa-satwa liar yang langka maupun tidak langka
pada kawasan Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI. Satwa-satwa tersebut
adalah bekantan, ular, babi hutan, berbagai jenis burung, monyet, dan lain-lain.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan juga pernyataan
dari kepala pengelola bahwasannya Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI akan
segera mendatangkan Orang Utan dengan keadaan sehat dari berbagai lokasi,
seperti Eropa dan lain-lain. Pengelola Pusat Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI juga
menyatakan bahwa jika dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) didapatkan
adanya keberadaan Orang Utan, maka mereka akan menampung Orang Utan
tersebut untuk dapat hidup di kawasan konservasi mereka. Pemerintah sendiri sudah
menetapkan kebijakan bahwasannya setiap stakeholder yang melakukan
pembangunan di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) dilarang membunuh satwa liar
yang mereka temukan dalam proses pembangunan terutama satwa liar yang
terancam punah seperti Orang Utan, Bekantan, Pesut Mahakam, dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa dokumentasi dari kegiatan yang didapatkan melalui akun
sosial media dan sumber terbuka lainnya yang menyediakan info terkait Pusat
Suaka Orang Utan (PSO) ARSARI ini.
193
Gambar 4. 39 Peremajaan Kandang
Sumber: Instagram.com/pso_arsari
194
4.9.2 Kawasan Mangrove
Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan
umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang terlindung di
daerah tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri berasal dari perpaduan antara bahasa
Portugis yaitu mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove (MACNAE, 1968). Indonesia
sebagai negara maritim mengatur mengenai konservasi kawasan mangrove di dalam
Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. Peraturan ini menyebutkan bahwasannya ekosistem mangrove
merupakan sumberdaya lahan basah wilayah pesisir dan sistem penyangga kehidupan dan
kekayaan alam yang nilainya sangat tinggi, oleh karena itu perlu upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat.
Lokasi studi dalam hal ini adalah Kelurahan Maridan disebutkan secara jelas
terdapat kawasan mangrove pesisir di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Namun, berdasarkan eksistingnya, kawasan mangrove terdapat pada
ketiga kelurahan dan desa pada kawasan studi, yaitu Kelurahan Maridan, Kelurahan
Binuang, dan Desa Telemow dengan luasan sebagai berikut.
Tabel 4. 29 Tabel Luasan Mangrove pada Kawasan Studi
Total 1.997
195
Gambar 4. 41 Peta Sebaran Kawasan Mangrove pada Kawasan Studi
Sumber: Olahan Penulis, 2023
196
4.9.3 Kawasan Waterfront
Kawasan Waterfront merupakan kawasan yang aktivitasnya berorientasi
area perairan seperti sungai dan pantai. Waterfront merupakan sebuah aset yang
dimiliki oleh suatu kota yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dengan
berbagai tujuan seperti diungkapkan dalam jurnal “prinsip perancangan kawasan
tepi air” (sastrawati, isfa, vol 14, no.3, ITB, 2003). Pada pemanfaatannya, kawasan
waterfront memiliki banyak fungsi. Kawasan waterfront bisa difungsikan sebagai
kawasan pariwisata maupun kawasan yang mendukung kegiatan industri. Pada
wilayah strategis perencanaan, terdapat beberapa kawasan yang tergolong sebagai
lahan basah seperti rawa dan danau yang bisa dimanfaatkan sebagai kawasan
lakefront dengan fungsi pariwisata. Berikut adalah peta yang menunjukkan
keberadaan lahan basah pada wilayah strategis perencanaan.
197
Gambar 4. 42 Peta Lahan basah Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
198
Selain danau, keberadaan wilayah strategis perencanaan juga diuntungkan
dengan lokasi geografisnya yang berada di Teluk Balikpapan. Teluk Balikpapan
adalah suatu teluk yang memiliki banyak sekali industri. Teluk Balikpapan juga
membentuk banyak sekali sungai-sungai kecil yang memasuki wilayah
perencanaan strategis. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi industri yang ada
pada wilayah strategis perencanaan dikarenakan proses distribusi akan lebih mudah
terutama dalam menjangkau beberapa dermaga industri yang berada di kawasan
Teluk Balikpapan. Selain itu, Teluk Balikpapan juga menghubungkan wilayah
strategis perencanaan dengan Kota Balikpapan yang merupakan salah satu kota
terbesar di Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini tentunya akan mendukung
keberadaan kawasan work riverfront yang memiliki fungsi utama untuk
memanfaatkan perairan berupa sungai untuk proses distribusi. Namun, perlu
dilakukan analisis untuk kelayakan diterapkannya work riverfront.
199
Gambar 4. 43 Peta Teluk Balikpapan dan Sungai
Sumber: Penulid, 2023
200
Gambar 4. 44 Peta Lokasi Dermaga Industri dan Penumpang
Sumber: Penulis, 2023
201
4.9.4 Kawasan Permukiman
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Penajam Paser Utara,
terdapat penetapan kawasan permukiman perkotaan pada Kelurahan Maridan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sudah menetapkan kawasan permukiman
di dalam ketentuan pola ruangnya. Namun, sudah menjadi kasus umum bahwa
perkembangan permukiman merupakan salah stau yang sulit untuk dikendalikan.
Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Penajam Paser Utara dituangkan
di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 3 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Penajam Paser Utara
Tahun 2013-2033. Dokumen tata ruang tersebut menetapkan kawasan permukiman
dengan luas sekitar 387 hektar pada tahun 2013. Namun, seiring berjalannya waktu,
ternyata terjadi ketidaksesuaian antara regulasi yang ada pada dokumen tata ruang
dengan kondisi eksisting yang ada berdasarkan citra satelit yang diambil pada tahun
2020. Berikut adalah peta yang menunjukkan adanya selisih antara pola ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan citra satelit pada periode 2013
hingga 2020 (7 tahun).
202
Gambar 4. 45 Peta Perkembangan Permukiman terhadap RTRW
Sumber: Olahan Penulis, 2023
203
Berdasarkan data yang sudah didapatkan melalui digitasi citra satelit dan
melalui asumsi singkat bahwa bangunan yang terlihat adalah kawasan permukiman,
didapatkan selisih ketidaksesuaian sebesar 60 hektar. Pola permukiman yang ada
pada kawasan studi cenderung berada di dekat jalan setapak atau jalan raya,
sehingga bentuknya cenderung memanjang dibanding membentuk sebuah distrik.
Adanya pembangunan Ibu Kota Negara memungkinkan meningkatkan luasan
kawasan permukiman pada kawasan studi, karena hanya berjarak sekitar 2
kilometer dari kawasan inti Ibu Kota Negara (IKN). Berdasarkan penelitian oleh
Alfiansyah, Osman, dan Wunas (2019), semakin dekat lokasi suatu lahan dengan
pusat kota yang dalam studi kasus penelitiannya adalah Kota Makassar, maka
semakin tinggi alih fungsi lahan yang terjadi dan semakin tinggi pertumbuhan
jumlah penduduk maka semakin tinggi alih fungsi lahan yang terjadi di sekitar pusat
kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bermukim.
4.9.5 Kondisi Satwa dan Persepsi Masyarakat terhadap Satwa
Satwa liar menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah semua binatang
yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-
sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia, selain itu
juga satwa liar dapat diartikan semua binatang yang hidup di darat dan di air yang
masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh
manusia. Kelurahan Maridan, Desa Binuang, dan Desa Telemow merupakan
kawasan studi yang berdasarkan data dari World Wide Fund for Nature (WWF)
memiliki habitat bagi satwa langka yaitu Orang Utan Borneo dan Bekantan. Berikut
adalah peta persebaran habitat Orang Utan Borneo dan Bekantan pada lokasi studi
berdasarkan data dari World Wide Fund for Nature (WWF).
204
Gambar 4. 46 Peta Habitat Bekantan Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
205
Gambar 4. 47 Peta Habitat Orang Hutan Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
206
Berdasarkan data dari World Wide Fund for Nature (WWF), habitat
terkonfirmasi bagi Orang Utan Borneo pada kawasan studi memiliki luas sebesar
515 hektar. Sedangkan, untuk habitat terkonfirmasi untuk Bekantan pada kawasan
studi memiliki luas sebesar 2.923 hektar. Untuk mengkonfirmasi adanya
keberadaan satwa-satwa pada kawasan studi, dilakukan pengisian kuisioner kepada
masyarakat setempat untuk mengkonfirmasi keberadaan satwa dan mengetahui
persepsi masyarakat terhadap satwa yang ada pada kawasan studi. Dengan jumlah
responden 100 individu dengan uraian sebagai berikut.
Tabel 4. 30 Data Persebaran Responden Pada Wilayah Strategis
Perencanaan
Kelurahan/Desa Jumlah Responden
Maridan 41
Binuang 19
Telemow 40
Total 100
Sumber: Survey Primer, 2023
Melalui kuesioner tersebut didapatkan beberapa data keberadaan satwa liar,
untuk mengkonfirmasi keberadaan satwa, maka kuesioner menanyakan ada atau
tidaknya satwa liar yang pernah ditemui oleh masyarakat setempat dengan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4. 31 Data Keberadaan Satwa Liar Pada Wilayah Strategis
Perencanaan
Keberadaan Satwa Jumlah
Ada 93
Tidak Ada 7
Total 100
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwasannya terdapat
satwa liar pada kawasan studi dengan persentase sebesar 93 persen. Pertanyaan
207
selanjutnya adalah mengenai satwa yang sering ditemui oleh masyarakat pada
kawasan studi dengan jawaban multiple choice, dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4. 32 Keberadaan Satwa Liar Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Satwa Jumlah
Monyet 66
Ular 71
Musang 32
Biawak 20
Tupai 12
Babi Hutan 4
Orang Utan 1
Bekantan 11
Kucing Hutan 3
Total 220
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat interpretasi berupa grafik terkait
satwa yang sering ditemui oleh masyarakat.
208
Gambar 4. 48 Diagram Satwa Liar yang Sering Ditemui Responden Pada
Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Penulis, 2023
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa satwa liar yang paling
sering ditemui masyarakat adalah ular, sedangkan satwa liar yang paling sedikit
ditemui adalah orang utan. Namun, orang utan sebagai satwa langka yang terancam
punah sudah terkonfirmasi keadaannya oleh masyarakat. Selanjutnya, untuk
menilai pemahaman masyarakat terkait peran orang utan sebagai satwa kunci pada
kawasan ini, maka disusun pertanyaan terkait pemahaman masyarakat terkait peran
orang utan. Orang utan berperan penting dalam kesehatan ekosistem hutan tropis,
habitat mereka. Mereka menyebar biji sembari mengonsumsi berbagi jenis buah,
mampu mencerna biji berukuran lebih besar ketimbang hewan frugivor lain, dan
menjelajah jarak yang luar biasa sembari membuang biji. Dengan melindungi
orangutan di habitat alaminya, ratusan spesies flora-fauna juga terlindungi.
Menjaga ekosistem hutan ini sama pentingnya bagi manusia dengan bagi
kenaekaragaman hayati itu sendiri (orangutan.go.id). Berikut adalah persentase
pemahaman masyarakat terkait peran orang utan bagi ekosistem.
Tabel 4. 33 Jumlah Masyarakat Terkait Pemahaman Peran Orang Utan
Bagi Ekosistem
Paham 14
Tidak Paham 86
Total 100
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat kawasan
studi belum paham terkait peran orang utan bagi ekosistem dengan persentase
sebesar 86 persen, sehingga dibutuhkan edukasi terkait peran orang utan bagi
ekosistem. Selanjutnya adalah identifikasi kesediaan masyarakat untuk menerima
keberadaan satwa liar terutama orang utan berada di lingkungan permukiman
masyarakat dengan hasil sebagai berikut.
209
Tabel 4. 34 Jumlah Masyarakat Terkait Penerimaan Masyarakat Terhadap
Orang Utan dan Satwa Liar di Sekitar Pemukiman
Ya 23
Tidak 60
Mungkin 17
Total 100
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat interpretasi berupa grafik terkait
tingkat penerimaan masyarakat terhadap orang utan dan satwa liar berada di
lingkungan permukiman.
210
dikategorikan, berikut adalah beberapa alasan yang menjadi dasar menerima atau
tidaknya masyarakat akan keberadaan satwa liar pada lingkungan permukiman.
Tabel 4. 35 Data Jawaban Responden Terhadap Penerimaan Orang Utan
dan Satwa Liar
211
Gambar 4. 50 Grafik Alasan Penerimaan Orang Utan dan Satwa Liar
berada di Lingkungan Permukiman
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwasannya alasan yang
paling banyak dipaparkan oleh masyarakat terkait penerimaan orang utan dan satwa
liar berada di lingkungan permukiman adalah anggapan masyarakat terkait satwa
liar itu berbahaya dan mengganggu kehidupan masyarakat sehingga menjadi dasar
penolakan terkait keberadaan satwa liar di lingkungan permukiman. Berangkat dari
pertanyaan ini, perlu dilakukan identifikasi terkait respon masyarakat jika didapati
ada orang utan dan satwa liar yang memasuki lingkungan permukiman dengan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4. 36 Respon Warga Jika Didapati Terdapat Orang Utan atau Satwa
Liar di Permukiman
Respon Warga jika Didapati Terdapat Orang Utan atau Satwa Liar
Jumlah
di Permukiman
212
Respon Warga jika Didapati Terdapat Orang Utan atau Satwa Liar
Jumlah
di Permukiman
Total 100
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat interpretasi berupa grafik terkait
respon masyarakat jika didapati orang utan dan satwa liar berada di lingkungan
permukiman.
Gambar 4. 51 Grafik Respon Warga Jika Didapati Orang Utan atau Satwa
Liar di Permukiman
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data di atas, walaupun masyarakat kawasan studi umumnya
tidak menerima keberadaan orang utan dan satwa liar berada pada lingkungan
permukiman, respon yang diberikan oleh masyarakat kebanyakan adalah
menghubungi pihak berwajib agar orang utan dan satwa liar dapat diungsikan dan
dikembalikan ke habitat aslinya. Selanjutnya adalah mengidentifikasi kesediaan
masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan keberadaan orang utan dan satwa
liar pada kawasan studi dengan hasil sebagai berikut.
213
Tabel 4. 37 Kesediaan Warga Untuk Ikut Serta Melestarikan Satwa Langka
Ya 54
Tidak 24
Mungkin 22
Total 100
Sumber: Survey Primer, 2023
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat interpretasi berupa grafik terkait
kesediaan masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan keberadaan orang utan
dan satwa liar pada kawasan studi.
214
4.9.6 Tutupan Lahan Berdasarkan Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK)
Dalam menetapkan sebuah kawasan di luar suaka memiliki
keanekaragaman hayati tinggi diperlukan data tutupan lahan yang bersumber dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Keberadaan vegetasi
tentunya memiliki peran yang penting dalam melestarikan segala yang ada di
lingkupnya. Salah satunya adalah keberadaan satwa liar, hal ini dikarenakan
keberadaan vegetasi bisa menjadi sumber pangan hingga lokasi tempat tinggal bagi
satwa liar. Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Inventarisasi dan
Verifikasi Kawasan Dengan Nilai Keanekaragaman Hayati Tinggi di Luar Kawasan
Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru mengklasifikasikan
tutupan vegetasi menjadi tiga jenis, yaitu vegetasi primer, vegetasi sekunder, dan
vegetasi campuran/gangguan/buatan. Dengan kategorisasi sebagai berikut.
Tabel 4. 38 Generalisasi Kelas Penutupan Lahan
215
No. Generalisasi Kelas Tutupan
216
Gambar 4. 53 Peta Tutupan Lahan Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2023
217
Melalui software berbasis Geographic Information System (GIS), Data dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dapat diolah menjadi
tabel dengan hasil luasan sebagai berikut.
Tabel 4. 39 Olahan Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Luasan
No. Generalisasi Kelas Tutupan
(Hektar)
Belukar 835
Hutan tanaman 29
Perkebunan 1.992
Vegetasi
Pertanian lahan kering
3 terganggu/campuran/ 1.590
bercampur semak
buatan
Tanah terbuka 26
Tambak 25
Total 6.387
218
Gambar 4. 54 Grafik Luasan Kelas Tutupan Vegetasi
Sumber: Penulis, 2023
219
4.9.7 Kawasan Rawan Bencana
Pada Wilayah Strategi Perencanaan di Kelurahan Binuang, Desa Telemow
dan Desa Binuang, terdapat beberapa titik daerah yang memiliki kawasan rawan
bencana sepeti bencana banjir serta daerah yang rawan terhadap pencemaran
lingkungan akibat industry. Pencemaran yang disebutkan seperti pencemaran air
yang langsung menuju ke mangrove akibat lalu Lalang kapal distribusi indusdtri.
Berikut ini merupakan peta kawasan rawan bencana yang ada pada lokasi wilayah
strategis perencanaan
220
Gambar 4. 56 Peta Kawasan Rawan Bencana Pada Wilayah Strategis Perencanaan
Sumber: Analisis Penulis, 2023
221
4.9.8 Iklim Makro Kawasan Strategis
Kawasan strategis dapat mencakup wilayah dengan karakteristik iklim yang
unik atau memiliki dampak besar terhadap aktivitas manusia. Analisis iklim makro
kawasan strategis dapat melibatkan pemahaman tentang pola iklim jangka panjang,
tren perubahan iklim, risiko bencana alam terkait iklim, dan faktor-faktor iklim
lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan strategis dalam hal kebijakan,
infrastruktur, pertahanan, dan pengelolaan sumber daya.
Berdasarkan Permen ATR/BPN No. 37 Tahun 2016 untuk muatan RTR dari
sudut kepentingan fungsi dan daya lingkungan hidup, bahwa strategi dalam arahan
perlindungan harus mempertimbangkan keseimbangan iklim makro dimana terdiri
dari curah hujan, suhu, rata-rata tekanan udara, kecepatan angin dan Penyinaran
Matahari.
A. Curah Hujan
Berdasarkan survei sekunder yang telah dilakukan melalui data BMKG
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kecamatan Sepaku Dalam Angka 2021
berikut merupakan data curah hujan yang ada pada Kecamatan Sepaku.
Tabel 4. 40 Rata-Rata Curah Hujan Jumlah Hari Hujan Perbulan
Kecamatan Sepaku Tahun 2020
Januari 95 12
Februari 159 9
Maret 255 12
April 413 16
Mei 277 18
Juni 305 16
Juli 189 15
Agustus 116 13
September 247 16
Oktober 72 12
222
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan
November 240 16
Desember 283 19
Sumber: Kecamatan Sepaku Dalam Angka, 2021
Kecamatan ini memiliki rata-rata curah hujan yang lumayan tinggi. Dari bulan maret
sampai bulan september, curah hujan dan hari hujan cukup tinggi yaitu curah hujan berkisar rata-
rata yaitu 225 mm dan hari hujan rata-rata 16 hh. Curah hujan tertinggi ada pada bulan April
dengan curah hujan 413 mm dengan hari hujan terendah di bulan Oktober dengan curah hujan
72 mm. Berikut merupakan peta klimatologi Wilayah Strategis Penyangga Kecamatan Sepaku.
B. Suhu Udara
Berdasarkan survei sekunder yang telah dilakukan melalui data BMKG Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2022 berikut
merupakan data suhu yang ada pada Kecamatan Sepaku.
Tabel 4. 41 Rata-Rata Suhu perbulan Kecamatan Sepaku Tahun 2021
223
Kecamatan ini memiliki rata-rata suhu udara yang cukup normal. Dari bulan
januari sampai bulan juli, rata-rata suhu udara tertinggi berkisar rata-rata yaitu 27,3
◦C. Suhu udara tertinggi terdapat pada bulan Mei dengan suhu 27,6 ◦C dan suhu
udara terendah terdapat pada bulan Agustus sampai dengan September denga suhu
26,9 ◦C.
C. Tekanan Udara
Berdasarkan survei sekunder yang telah dilakukan melalui data BMKG
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka
2022 berikut merupakan data tekanan udara yang ada pada Kecamatan Sepaku.
Tabel 4. 42 Rata-Rata Tekanan Udata Perbulan Kecamatan Sepaku Tahun
2021
224
tekanan udara 1011,20 mb dan tekanan udara terendah terdapat pada bulan Januari
dengan tekanan udara 1009,40 mb.
D. Kecepatan Angin
Berdasarkan survei sekunder yang telah dilakukan melalui data BMKG
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka
2022 berikut merupakan data kecepatan angin yang ada pada Kecamatan Sepaku.
Tabel 4. 43 Rata-Rata Kecepatan Angin Perbulan Kecamatan Sepaku Tahun
2021
Januari 3
Februari 3
Maret 3
April 3
Mei 3
Juni 3
Juli 4
Agustus 4
September 3
Oktober 3
November 2
Desember 2
225
226
BAB V
RENCANA KERJA
227
Minggu Perkuliahan Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Penyusunan Rencana
Survey
Pembahasan dan
Pelaporan
Pengumpulan Data Kebutuhan dalam Penyusuanan Laporan
Survey Data Sekunder
Survey Data Primer
atau Lapangan
Tahap Penyusunan Laporan Fakta dan Analisa
Analisis
Kependudukan
Analisis Fisik Dasar
Analisis
Kependudukan
Analisis Ekonomi
Analisis Sarana dan
Prasarana
Analisis Kelembagaan
Analisis Sosial Budaya
Analisis Edu-
Ekowisata
Analisis Koridor Satwa
Analisis Kawasan
Work Riverfront dan
Lekfront
Analisis Kawasan
Mangrove
Analisis Permukiman
Analisis SWOT
Pembahasan dan
Pelaporan
Tahap Penyusunan Laporan Rencana
228
Minggu Perkuliahan Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Penyusuanan rencana
struktur dan polar uang
pengembangan wilayah
Konsep pengembangan
wilayah
Penyusnan indikasi
program
pengembangan wilayah
Pembahasan dan
pelaporan
Laporan
Laporan Pendahuluan
Laporan Fakta dan
Analisa
Laporan Rencana
Sumber: Penulis, 2023
5.2 Organisasi Pelaksanaan Kegiatan
Dalam Penyusunan dan legalisasi Rencana Tata Ruang Pengembangan
Kawasan Strategis Penyangga Lingkungan Ibu Kota Negara Berbasis Preservasi
melibatkan beberapa tenaga ahli yang sesuai dengan bidang keahlian yang
dibutuhkan dalam penyusunan ini, yaitu
Tabel 5. 1 Struktur Organisasi Tim Penyusun Rencana Tata Ruang
Pengembangan Kawasan Strategis Penyangga Lingkungan Ibu Kota Negara
Berbasis Preservasi
Nama Jabatan
Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T,. M.T., Pemberi Kerja & Pengawas (Dosen)
M.Sc.
Dwiana Novianti Tufail, S.T., M.T. Pemberi Kerja & Pengawas (Dosen)
Elin Diyah Syafitri, S.T., M.Sc. Pemberi Kerja & Pengawas (Dosen)
229
Nama Jabatan
230
5.3 Pelaporan Kegiatan
5.3.1 Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan disusun sebagai kerangka persiapan dan awal dari
kegiatan. Laporan ini mencakup informasi terkait latar belakang, maksud, tujuan,
tinjauan teori, metode pengumpulan data, metode analisis, serta gambaran umum
mengenai wilayah studi. Adapun sistematika laporan pendahuluan adalah sebagai
berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Maksud, Tujuan, dan Sasaran
Ruang Lingkup
Dasar Hukum
Sistematika Pembahasan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Tinjauan Kebijakan
Tinjauan Teori
Tinjauan Konsep
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
BAB 4 GAMBARAN UMUM
BAB 5 RENCANA KERJA
5.3.2 Laporan Fakta dan Analisa
Laporan fakta dan analisa merupakan bentuk realisasi seluruh susunan yang
ada pada laporan pendahuluan, di mana isi laporan ini merupakan penggambaran
wilayah studi dalam bentuk data-data dan dianalisis sesuai panduan yang tertera
pada laporan pendahuluan. Adapun sistematika laporan pendahuluan adalah
sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
231
Maksud, Tujuan, dan Sasaran
Ruang Lingkup
Dasar Hukum
Sistematika Pembahasan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Tinjauan Kebijakan
Tinjauan Teori
Tinjauan Konsep
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
BAB 4 GAMBARAN UMUM
BAB 5 ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN
BAB 6 KONSEP UMUM PERENCANAAN WILAYAH
5.3.3 Laporan Rencana
Laporan rencana berisi mengenai arahan perencanaan wilayah yang didasari
analisis yang telah dilakukan pada laporan fakta dan analisa. Adapun sistematika
laporan rencana adalah sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Maksud, Tujuan, dan Sasaran
Ruang Lingkup
Dasar Hukum
Sistematika Pembahasan
BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
PERENCANAAN
WILAYAH
Tujuan Perencanaan Wilayah
Strategi Perencanaan Wilayah
Strategi Perencanaan Wilayah
BAB 3 METODE PENELITIAN
232
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
BAB 4 RENCANA STRUKTUR RUANG
BAB 5 RENCANA POLA RUANG
BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
5.3.4 Video Dokumentasi Perencanaan Wilayah
Video dokumentasi perencanaan wilayah menggambarkan kondisi eksisting
dan bentuk perencanaan yang dirumuskan. Tujuan video ini adalah memberikan
gambaran terkait wilayah dan perencanaan yang telah dirumuskan kepada khalayak
umum. Video ini akan diunggah melalui platform Youtube
5.3.5 Poster
Poster berisi ringkasan analisis dan perencanaan yang dirumuskan dari
laporan fakta analisa dan laporan rencana.
233
5.4 Desain Survei
1. Kondisi Fisik Topografi • Ketinggian tanah Badan Informasi Survei Sekunder • Kondisi Fisik
• Kelerengan Geospasial dan Kawasan
tanah Bapelitbang Strategis
Kabupaten Penajam • Peta Ketinggian
Paser Utara dan kelerengan
tanah
234
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
• Kecepatan dan
arah angin
2. Sosial dan Penduduk • Jumlah dan Badan Pusat Survei Sekunder Kondisi
Kependudukan pertumbuhan Statistik dan Kependudukan
penduduk DKP3A kawasan strategis
• Kepadatan
penduduk
235
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
• Jumlah
penduduk
berdasarkan
jenis kelamin
• Jumlah
penduduk
Berdasarkan
Kelompok
Umur
• Jumlah
penduduk
Berdasarkan
Mata
Pencaharian
• Jumlah tenaga
kerja
236
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
4. Sarana Keamanan, • Persebaran Dinas Pekerjaan Survei Primer dan Kondisi Sarana
pemadam (jumlah) Umum dan Tata Survei Sekunder kawasan
kebakaran, • Jenis Ruang dan survei
kesehatan,
peribadatan
237
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
5. Prasarana Sumber daya air, • Persebaran Dinas Pekerjaan Survei Primer dan Kondisi Prasarana
air minum, (jumlah) Umum dan Tata Survei Sekunder kawasan
persampahan, • Jenis Ruang dan survei
drainase, sanitasi
dan limbah,
telekomunikasi,
listrik dan
transportasi
6. Edu-ekowisata Daya Tarik • Keunikan SDA Bapelitbang, Dinas Survei Primer dan Kondisi ekowisata
• Banyaknya SDA Pariwisata dan Survei Sekunder kawasan ]
yang Menonjol Kebudayaan, Dinas
• Destinasi Wisata Lingkungan Hidup
• Penilaian dan Kehutanan,
Terhadap Survei
Kebersihan,
Kenyamanan,
dan Keamanan
Lokasi Objek
Wisata
238
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
Akomodasi • Jumlah
Ketersediaan
Akomodasi
• Jumlah
Ketersediaan
Penginapan
Wisata
7 Koridor Satwa Variabel • Tutupan Lahan Bapelitbang, Dinas Survei Primer dan Kesesuaian kriteria
Inventarisasi dan • Ketersediaan Air Lingkungan Hidup Survei Sekunder kawasan untuk
Verifikasi • Tumbuhan dan dan Kehutanan, penunjang edu-
Kawasan dengan Satwa Liar Badan Meteorologi, ekowisata
Nilai • Tipe Ekosistem Klimatologi,
Keanekaragaman • Keanekaragaman Geofisika, Pusat
Hayati Tinggi Hayati Suaka Orangutan
• Topografi ARSARI, dan
• Jenis Tanah survei
• Stok karbon
239
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
• Topografi Klimatologi,
• Geologi dan Geofisika, Pusat
tanah: Suaka Orangutan
• Iklim ARSARI, dan
• Hidrologi survei
• Satwa
• Vegetasi
8 Work Biogeofisik • Penggunaan Lahan Bapelitbang, Dinas Survei Primer dan Kesesuaian kriteria
Riverfront dan • Topografi Kelautan dan Survei sekunder kawasan untuk
Lakefront • Hidrologi Perikanan, Badan penunjang edu-
• Geomorfologi Meteorologi ekowisata
Klimatologi dan
Geofisika, Badan
240
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
Informasi
Geospasial, Kantor
Dermaga Batu
Dulang PT.
ITCHIKU, Kantor
Pelabuhan Tanjung
Maridan dan Survei
9 Mangrove Biofisika • Ketebalan Bapelitbang, Dinas Survei Primer dan Kesesuaian kriteria
Mangrove Kelautan dan Survei sekunder konservasi
• Kerapatan Perikanan, Dinas mangrove untuk
Mangrove Lingkungan Hidup edu-ekowisata
• Jenis Mangrove dan Kehutanan,
• Kealamiahan Dinas Kawasan
• Substrat Dasar Mangrove, Badan
• Pasang Surut Meteorologi
• pH Klimatologi dan
• Kecepatan Arus Geofisika, Badan
241
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
10 Permukiman Konservasi • Persentase tutupan Dinas Lingkungan Survei Primer dan Kesesuaian kriteria
Perkotaan sumber daya RTH privat Hidup dan Survei sekunder kawasan untuk
Berbasis alam dan habitat • Penggunaan Kehutanan, Pusat penunjang edu-
Lingkungan Vegetasi Tanaman Suaka Orangutan ekowisata
dalam Memenuhi Arsari, Survei
RTH Privat
• Ketersedian Aspek
Pendukung Koridor
Penghubung
Habitat Satwa
• Peraturan
Pembangunan
dalam Buffer Zone
242
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
243
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
Terhadap Pengembangan,
Lingkungan Survei
• Komunitas
Lingkungan
244
No Indikator Variabel Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Output
12. Potensi dan Kebijakan fisik, • Isu-isu terkait Hasil analisis dari Survei Primer dan Kondisi potensi dan
Permasalah sarana dan tema perencanaan aspek-aspek wilayah Survei Sekunder permasalahan
prasarana, • Potensi sarana dan kawasan strategis
perekonomian, prasarana
sosial dan • Potensi fisik
kependudukan • Potensi
perekonomian
• Potensi sosial
kependudukan
Sumber:Penulis, 2023
245
DAFTAR PUSTAKA
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
Kkp.go.id. (2019). KKP | Kementerian Kelautan dan Perikanan. [online] Available
at: https://kkp.go.id/djprl/artikel/14410-zonasi-ekosistem-hutan-mangrove
[Accessed 30 Mar. 2023].
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. (2016). Peraturan
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor 8
Tahun 2016 tentang Pedoman Penentuan Koridor Hidupan Liar sebagai
Ekosistem Esensial. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. (2020). Peraturan
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor 8
Tahun 2020 Petunjuk Teknis Inventarisasi Dan Verifikasi Kawasan Dengan
Nilai Keanekaragaman Hayati Tinggi Di Luar Kawasan Suaka Alam,
Kawasan Pelestarian Alam, Dan Taman Buru. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Alfiansyah, M., Osman, W. W., & Wunas, S. (2019). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Bermukim di Kecamatan Somba
Opu, Kabupaten Gowa. Jurnal Wilayah dan Kota Maritim, 70-75.
Djau (2021). Kwandang waterfront city development study against the water
conditions of north gorontalo regency. Tomini Journal of Aquatic Science,
Vol 2(2): 68–81, November 2021
Kementerian PUPR. (2023). Pasok Kebutuhan Air Baku di IKN, Kementerian
PUPR Selesaikan Bendungan Sepaku Semoi dan Intake Sepaku di 2023.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta (2019). Ada Apa dengan
Konservasi, Preservasi, dan Restorasi
Diah Ardani (2019). Metode Kesesuaian Lahan Konservasi Hutan Mangrove.
Andrasmoro, D. (2018). PERAN WATERFRONT CITY PADA INDUSTRI
PARIWISATA TAMAN ALUN KAPUAS KOTA PONTIANAK.
JURNAL SWARNABHUMI : Jurnal Geografi dan Pembelajaran Geografi,
[online] 3(1), p.36.
246
Yoga Prameswari (2018). Waterfront city development di kawasan sempadan
sungai: Studi kasus Sungai Wiso dan Kanal, Jepara.
Semarangkota.go.id. (2023). Konservasi Mangrove Untuk Lingkungan Yang Lebih
Baik – Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang.
Issuu. (2022). Masterplan Ekowisata Mangrove Tambatan Hati Pelangi.
Kaltimprov.go.id. (2016). Potensi Pariwisata.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Nasional Ibu Kota Nusantara Tahun 2022-2042
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Kalimantan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Penajam
Paser Utara Tahun 2018-2023
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata Di Daerah
Peraturan Menteri ATR/BPN Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
247
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI STUDIO PERENCANAAN WILAYAH
Kelompok : 1A
Kawasan : Kelurahan Binuang, Kelurahan Maridan, Kelurahan
Telemow
Ketua Kelompok : Difa Oktavia Priandini 082010121
Anggota Kelompok :
Bintang Atha Araminta 08201011
Irvisya Alifa 08201035
Karina Savitri 08201041
M. Fachrurrozy Husda 08201043
Margaretha El Lucitania 08201045
Miftahul Kintia 08201049
Miranda Eka Putri 08202051
Muhammad Qoirul Purwanto 08201059
Muthya Karina Amalia 08201061
Tanda Tangan
No Tanggal Asistensi Dosen
Pembimbing
1 Jum’at, 24 1. Lokasi dan peraturan dicocokan sama
Maret pengembangan IKN sesuai kawasan
2023 penyangga dan kawasan lindung
2. Kalau mau mengambil terkait dengan
ekowisata coba di pelajari lebih lanjut
terkait apa kawasan penyangga
lingkungan dengan ekowisata,
takutnya bertolak belakang sama
kawasan lindung
3. Untuk lokasi tidak masalah tetapi
jangan sampe pengembangan
248
Tanda Tangan
No Tanggal Asistensi Dosen
Pembimbing
ekowisata merusak kawasan
penyangga
4. Analisisnya antara pengembangan
ekowisata sama kawasan penyangga,
daya dukung daya tampung, sosial
demografi kelembagaan, analisis.
5. Latar belakang potensinya tentang
kawasan penyangga dan ekowisata
lebih dikuatkan lagi opini, data dan
faktanya.
6. Cari ekowisata yang seperti apa jangan
sampai merusak kawasan
penyangganya peruntukan kawasan
yang sebenarnya
2 Rabu, 29 1. tujuan dan sasaran harus selaras,
Maret tujuan 1 dengan sasaran 1
2023 2. Harus mencantumkan potensi wisata
3. kapabilitas kesesuaian lahan untuk
dijadikan kawasan wisata dengan
peta
4. kelembagaan yang berpotensi pada
wisata
5. kebijakan: diurutkan mulai dari
undang undang hingga turunan
turunannya
6. perbedaan edu-ekowisata dengan
ekowisata
7. dokumen pendukung kawasan wisata
249
Tanda Tangan
No Tanggal Asistensi Dosen
Pembimbing
8. menggunakan analisis potensi skoring
edu ekowisata
Note : Setelah diisi simpan dalam format PDF dan satukan dengan kemajuan
laporan/luaran tugas sebagai lampiran
250
251