SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
ISMAWATI
NIM. 140103110
Pembimbing:
1. Dr. Amir Hamzah, M.Ag
2. Dr. Muh. Anis, M.Hum
iv
Dosen dan Staf Institut Agama Islam Muhammadiyah
(IAIM) Sinjai yang telah membantu kelancaran
Akademik.
3. Dr. Muh. Anis, M.Hum, selaku Dekan Kaprodi
Ekonomi Syariah.
4. Muhammad Ikbal, S.Pd. M.Pd selaku Kaprodi Ekonomi
Syariah.
5. Dr. Amir Hamzah, M.Ag, selaku pembimbing I yang
telah banyak membantu mengarahkan, membimbing,
dan memberikan dorongan sampai skripsi ini terwujud.
6. Dr. Muh. Anis, M.Hum, selaku pembimbing II yang
telah banyak membantu mengarahkan, membimbing,
dan memberikan dorongan sampai skripsi ini terwujud.
7. Kepada pengurus perpustakaan IAIM Sinjai dan
perpustakaan daerah Kabupaten Sinjai beserta dengan
stafnya yang memberikan izin dalam pencarian buku-
buku sebagai bahan referensi.
8. Teristimewa kedua orang tua tercinta dan keluarga
selaku pembimbing utama dan mendidik serta turut
mendukung dan mendoakan selama ini sampai sekarang,
sehingga penyusunan skripsi ini dapat kami selesaikan
dengan baik.
v
9. Kepala Desa, beserta masyarakat Desa Duampanuae
Kec. Bulupoddo yang telah membantu kelancaran
selama penelitian.
10. Teman-teman satu organisasi (KSR-PMI Unit 101 IAIM
Sinjai) dan teman-teman mahasiswa IAIM Sinjai yang
selama kuliah sampai pada penyusunan proposal skripsi
ini tiada hentinya memberikan semangat. Dan kepada
semua pihak yang tidak sempat disebut satu persatu
yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil selama proses penyusunan skripsi ini.
Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai
pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari
Allah Swt., dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacannya.
Amin
ISMAWATI
Nim: 140103110
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
vii
D. Hasil Penelitian Relevan .................................... 10
Umum ............................................................... 17
Hasil/Mudharabah ............................................. 36
viii
1. Pengertian Bagi Hasil/Mudharabah ............... 36
Hasil/Mudharabah ........................................ 39
Hasil/Mudharabah ........................................ 53
Sapi ............................................................... 57
2. Dokumentasi ................................................. 63
x
C. Analisis Konsep Ekonomi Islam Terhadap
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
ISMAWATI 140103110: Penerapan Sistem Bagi Hasil
Peternak Sapi Menurut Konsep Ekonomi Islam (Studi Kasus
di Desa Duampanuae Kec. Bulopoddo) Skripsi, Sinjai:
Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Hukum Islam Institut Agama Islam Muhammadiyah
Sinjai 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penerapan sistem bagi hasil peternak sapi di Desa
Duampanuae Kec. Bulupoddo, serta mendeskripsikan
penerapan sistem bagi hasil peternak sapi menurut konsep
ekonomi Islam di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif
menggunakan jenis pendekatan naturalistik yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
persepsi dan pemikiran orang secara individual, yang
melibatkan pemilik sapi dan peternak sapi sebagai subjek
penelitian. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan
dokumentasi kemudian data yang terkumpul berupa kata-
kata dianalisa dengan tekhnik reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1)
Penerapan sistem bagi hasil yang dilakukan peternak sapi di
Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo, mekanisme sistem bagi
hasil yang digunakan adalah revenue sharing yakni
pembagian hasil dilakukan tanpa ada pengurangan biaya
operasional, akad yang dilakukan secara tidak tertulis dan
pembagian hasilnya terbagi dua antara sapi jantan dan betina
dimana jika sapi jantan menggunakan uang dengan
presentase pembagian 50%:50%, jika sapi betina
menggunakan anak sapi namun jika tidak melahirka sapi
tersebut dijual lalu hasilnya dibagi dua pola bagi hasil yang
digunakan berdasarkan pada adat istiadat yang terjadi di desa
xv
ini. (2) Penerapan sistem bagi hasil peternak sapi menurut
konsep ekonomi Islam di Desa Duampanuae Kec.
Bulupoddo sudah sesuai dengan sistem bagi hasil dalam
ekonomi Islam hanya saja masih ada ketentuan-ketentuan
yang ada didalamnya yang belum sesuai dengan konsep
ekonomi Islam, diantaranya syarat yang berupa modal usaha
yang belum berupa uang tunai serta akad yang dilakukan
masih akad lisan, tetapi mekanisme bagi hasil yang
menggunakan sistem revenue sharing dimana pembagian
hasil dilakukan tanpa pengurangan biaya-biaya yang mana
pembagian ini sesuai dengan kesepakatan diawal akad dan
apabila terjadi kerugian antara peternak dan pemilik sapi
sama-sama menanggung kerugian tersebut maka dapat
dikatakan bahwa mekanisme bagi hasil dengan rupiah ini
sudah sesuai dengan konsep ekonomi Islam sama halnya
dengan mekanisme sistem bagi hasil anak sapi sudah sesuai
dengan sistem bagi hasil dalam ekonomi Islam karena
pembagiannya dilakukan ketika sapi sudah memiliki anak
sapi dan jika tidak melahirkan maka sapi akan di jual dan
hasilnya di bagi dua.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Danang Sunyoto dan Wika Harisa Putri, Etika Bisnis, (Cet.1;
Yogyakarta: CAPS, 2016), h. 20.
1 1
ض َو ا ْبتَغُوا ِم ْنِ صالةُ فَا ْنتَش ُِروا ِفي ْاألَ ْر َّ ت ال ِ فَ ِإذا قُ ِض َي
ْ ض ِل هللاِ َو
َ اذك ُُروا هللاَ كَثيراً لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح
ون ْ َف
Terjemahnya:
Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah
kamu dimuka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 2
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. I;
Jakarta: Balai Penterjemah dan Pentasi Al-Qur’an Depag RI, 2005), h.
553.
2
dana dimana pemilik modal menyerahkan modalnya kepada
pihak lain yang menjadi pengelolah dana, sebagai pengelola
yang memiliki keahlian (skill) dan manajemen sehingga
tercapai tujuan perekonomian, dan apabila terdapat
keuntungan maka akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.
Sesungguhnya agama Islam telah mengajarkan bagaimana
kerjasama (berserikat) secara benar tidak membenarkan
salah satu pihak serta saling menguntungkan dan terhindar
dari riba. Salah satu syarikat yang diperbolehkan adalah
mudarabah.
Secara tehnis, bagi hasil (mudharabah) adalah salah
satu akad yang dilaksanakan dua pihak, pemilik modal
(sahibul mall) dan pelaku usaha yang menjalankan modal
(mudharib).3 Keuntungan yang dibagikan dari hasil usaha
harus dibagi secara proporsional antara shahibul mall dengan
mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang
berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk
kepentingan mudharib, dapat dimasukkan kedalam biaya
operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul
mall dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati
3
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalat Kontenporer, (Cet.1; Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h. 149.
3
sebelumnya dan disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak
ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutupi.
Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa
perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan
dimuka.4
Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Anfal/8:
27 sebagai berikut:
4
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil, (Cet.-; Yogyakarta:
UII Press, 2012), h. 26.
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 181.
4
harus dijaga karena apabila diingkari maka itu merupakan
dosa besar.
Usaha ternak sapi di Desa Dumpanuae Kec.
Bulupoddo adalah usaha yang menggunakan sistem
perjanjian bagi hasil dengan akad lisan, yakni pihak pertama
pemilik modal memberikan sapi sebagai modal usaha kepada
pihak kedua untuk di ternakkan. Dalam praktiknya pemilik
modal menyerahkan modalnya berupa sapi kepada orang
yang bersedia merawat ternak tersebut dan semua kebutuhan
ternak menjadi tanggung jawab peternak. Usaha ternak sapi
di Desa Duampaanuae Kec. Bulupoddo pada umumnya
dikelolah oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Sistem bagi hasil antara hewan ternak jantan dan
betina berbeda. Untuk sapi jantan yang dirawat bagi hasilnya
menggunakan uang hasil penjualan sapi tersebut, sedangkan
untuk sapi betina bagi hasilnya menggunakan anak sapi yang
lahir setelah dirawat. Sebagaimana yang dijelaskan diatas
dalam buku Muhammad tentang tehnik pembagian hasil
usaha kerja sama antara pemilik modal dan pengelolah
pembagiannya harus jelas proporsinya dan sebelum
5
keuntungan dibagi harus dikurangi dengan pengeluaran yang
telah dikeluarkan oleh pengelolah. 6
Namun Kenyataan yang didapatkan oleh penulis
dilapangan setelah penulis melakukan survey awal,
masyarakat yang melakukan kerja sama peternakan sapi,
melakukan bagi hasil tanpa memperhitungkan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan oleh peternak. Dan pembagian
mengenai hewan peliharaan betina yang setelah melahirkan
anak pertama dari hewan tersebut menjadi milik pemilik
modal sedangkan untuk pengelolah menunggu sampai sapi
tersebut melahirkan anak kedua.7 Dari survey awal inilah
penulis melihat adanya kesenjangan antara teori yang ada
dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.
Dengan demikian penulis tertarik untuk mengamati
lebih dalam mengenai sistem bagi hasil peternak sapi dengan
berpedoman dengan syariat Islam yang kemudian dituangkan
dalam bentuk skripsi yang berjudul. “Penerapan Sistem Bagi
Hasil Peternak Sapi Menurut Konsep Ekonomi Islam (Studi
Kasus di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo)”.
6
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil…, h. 26.
7
Kadir, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec.
Bulupoddo,“Wawancara”, Tanggal 16 April 2018.
6
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka dalam
penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi
permasalahan seputar penerapan sistem bagi hasil peternak
sapi menurut konsep ekonomi Islam (Studi Kasus di Desa
Duampanuae Kec. Bulupoddo). Untuk mempermudah
penulisan ini, maka penulis merumuskan terlebih dahulu
pada permasalahan ke dalam bentuk pertanyaan, sebagai
berikut:
a. Bagaimana penerapan sistem bagi hasil peternak
sapi di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo?
b. Bagaimana Penerapan sistem bagi hasil peternak
sapi menurut konsep ekonomi Islam di Desa
Duampanuae Kec. Bulupoddo?
2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
yang penulis angkat dalam penelitian ini, maka penulis
membatasi luasnya ruang lingkup penelitian dan perlu
memberikan batasan pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Penerapan sistem bagi hasil peternak sapi di Desa
Duampanuae Kec. Bulupoddo.
7
b. Penerapan sistem bagi hasil peternak sapi menurut
konsep ekonomi Islam di Desa Duampanuae Kec.
Bulupoddo.
C. Defenisi Oprasional
Judul proposal skripsi ini adalah “Penerapan Sistem
Bagi Hasil Peternak Sapi Menurut Konsep Ekonomi Islam
(Studi Kasus di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo)”.
Dalam upaya lebih mendekati arti dan makna yang
terkandung dalam judul tersebut, maka penulis lebih dahulu
memberikan defenisi oprasional atau arti dari istilah-istilah
yang terdapat pada judul tersebut.
1. Penerapan adalah proses, cara, perbuatan dan
pemasangan serta pemanfaatan.8
2. Sistem yaitu metode; cara yang teratur (untuk
melakukan sesuatu); susunan cara.9
3. Bagi hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha.10
Bagi hasil yang dimaksud disini adalah bagi hasil
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Cet.II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1180.
9
Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Cet. -; Jakarta: Pustaka
Indonesai,t.th.), h. 598.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia…, h. 391.
8
mudharabah bukan bagi hasil musyarakah. Adapun
pengertian bagi hasil mudharabah adalah akad
kerjasama antara pemilik dana (shahibul mal), yang
menyediakan modal, dengan pihak pengelolah usaha
(mudharib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha
bersama. keuntungan yang diperoleh dibagi menurut
perbandingan (nisbah) yang disepakati. 11
4. Peternak adalah orang yang kerjaannya beternak. 12
5. Sapi yaitu binatang pemamah biak yang bertanduk,
berkuku genap berkaki empat bertubuh besar,
dipeliharah untuk di ambil daging dan susunya
lembut.,13
6. Konsep yaitu rancangan atau buram surat dan
sebagainya, ide atau pengertian yang di abstrakkan
dari peristiwa kongkret.14
7. Ekonomi Islam adalah suatu usaha sistematik untuk
memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia
11
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalat Kontenporer…,h. 151.
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia…, h. 1184.
13
Ibid., h. 672.
14
Ibid., h. 588.
9
dan hubungannya kepada persoalan tersebut menurut
perspektif Islam.15
Berdasarkan dari beberapa pengertian istilah-istilah
penting diatas, maka penulis memberikan pengertian yang
merupakan defenisi oprasional dari judul “Penerapan Sistem
Bagi Hasil Peternak Sapi Menurut Konsep Ekonomi Islam
(Studi Kasus di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo)” yaitu
pelaksanaan pembagian hasil usaha peternakan sapi antara
pemilik sapi dengan peternak sapi di Desa Duampanuae
berdasarkan dengan perjanjian yang telah disepekati
sebelumnya oleh kedua belah pihak yang ditinjau dari sudut
pandang konsep ekonomi Islam.
15
Idris, Hadis Ekonomi Ekonomi dalam Perspektid Hadis Nabi,
(Cet. III; Jakarta: Kencana, 2017), h. 2.
10
yang masih ada kaitannya dengan judul yang penulis angkat
di antaranya adalah:
Nur Wahid (Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto Agkatan. 2016) dengan judul skripsi “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan
Hewan kambing (Studi Kasus di Desa Argosari Kecamatan
Ayah kabupaten Kebumen)”. Hasil penelitiannya
menujukkan bahwa praktek akad (ijab Kabul) pemeliharaan
hewan kambing di desa Argosari Kecamatan Ayah
Kabupaten Kebumen. Berdasarkan praktek yang di lapangan
akad yang di lakukan pemilik kambing dan dengan
pemelihara telah memenuhi rukun dan syarat dalam bagi
hasil mudarabah. Tinjauang Hukum Islam terhadap akad
bagi hasil pemeliharaan hewan kambing yang jika terjadi
wanprestasi yaitu pemeliharan pemilik hewan kambing tiba-
tiba mengakhiri atau membatalkan perjanjian karena
terdesak kebutuhan ekonomi atau lainnya, yang kemudian
menjual hewan kambing miliknya yang sebenarnya sedang
di pelihara oleh orang lain, biasanya pemilik hewan
memberikan kambing memberikan upah berupa uang yang
sebenarnya tidak sesuai dengan nisbah bagi hasil yang di
sepakati bersama. Pembagian hasil atau pembagian
keuntungan atas wanprestasi yang dilakukan oleh pemilik
11
kambing tidak sah karena tidak sesuai dengan nisbah bagi
hasil yang di sepakati bersama.16
Yeni Rahmawati (Mahasiswi Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo Angkatan 2017) dengan judul “Tinjauan
Fiqh Muamalah Terhadap Praktik Gaduh Sapi pada
Masyarakat Desa Pucangombo Tengalombo Pacitan”. Hasil
penelitiannya menunjukkan mengenai akad kerjasama gaduh
sapi tersebut rukunnya telah terpenuhi sesuai dengan Fiqh
Muamalah karena hanya satu pihak yang melakukan
pekerjaan dan adanya perbedaan jenis modal kerjasama. Pola
pembagian hasilnya pun belum sesuai dengan Fiqh
Muamalah karena tidak dibagi sesuai penyertaan modal.
Pembagian penanggungan resiko kerugian selama
pengelolaan sapi juga belum sesuai dengan Fiqh Muamalah
karena kerugian ditanggung bersama tanpa pertimbangan
modal masing-masing.17
16
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil
Pemeliharaan Hewan kambing Studi Kasus di Desa Argosari Kecamatan
Ayah kabupaten Kebumen”, Skripsi. Strata, (Purwokerto: Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2016), h.106-107.
17
Yeni Rahmawati, “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Praktik
Gaduh Sapi pada Masyarakat Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan”,
Skripsi. Strata, (Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,
2017), h.2.
12
Widarto (Mahasiswa Universitas Bengkulu Fakultas
Hukum Angkatan 2014) dengan judul “Perjanjian Kawukan
(Bagi Hasil) Ternak menurut Hukum Adat Bersemah di
Kecamatan Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa bentuk dan sistem
perjanjian kawukan (bagi hasil) ternak menurut hukum adat
Besemah di Kecamatan Tanjung Kemuning Kabupaten
dibuat secara lisan atau tidak tertulis, perjanjian Kawukan
tidak bersifat tetap karena perjanjian ini bisa diperbaharui,
hanya berdasarkan tolong menolong antara si pemilik
dengan si pengawuk. Pembagian hasil antara si pemilik dan
pengawuk dalam perjanjian kawukan (bagi hasil) ternak
menurut hukum adat Bersemah di Kecamatan Tanjung
Kemuning Kabupaten Kaur yaitu: Pembagian hasil ternak
yang disesuaikan dengan modal pengawuk terhadap pemilik
ternak, dimana sistemnya melalui pelantara kaki dan kuku
ternak.18
Ita Puspitasari (Mahasiswi Universitas Hasanuddin
Makassar Angkatan 2014) degan judul “Motivasi Peternak
Melakukan Bagi Hasil (Teseng) Usaha Ternak Sapi Potong
18
Widarto, “Perjanjian Kawukan (Bagi Hasil) Ternak menurut
Hukum Adat Bersemah di Kecamaatan Tanjung Kemuning Kabupaten
Kaur”, Skripsi. Strata, (Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2014), h. xiii.
13
di Desa Lempang Kec. Tanete Riaja Kab. Barru”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa harga diri dan prestasi,
kebutuhan dan imbalan yang diterima secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh positif terhadap peternak yang
melakukan sistem bagi hasil (teseng) usaha ternak sapi
potong di Desa Lempang Kec. Tanete Riaja Kab. Barru.
Baik Simultan dan Parsial factor harga diri dan prestasi,
kebutuhan, dan imbalan yang di terima berpengaruh nyata
yerhadap peternak yang melakukan sistem bagi hasil (teseng)
usaha ternak sapi potong.19
Ahmad Faris Yunianto (Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang Angkatan 2015) dengan judul
“Urgensi Tradisi Gaduh Bagi Hasil Hewan Ternak dalam
Kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Masyarakat di
Dusun Jeruk Wangi Desa Bendono Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukkan
baahwa Alasan masyarakat Dusun Jeruk Wangi Desa
Bedono Kec. Jambu Kab. Semarang masih menggunakaan
19
Ita Puspitasari, “Motivasi Peternak Melakukan Bagi Hasil
(Teseng) Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Lempang Kec. Tanete Riaja
Kab. Barru”, Skripsi. Strata, (Makassar: Universitas Hasanuddin
Makassar, 2014), h. 65.
14
tradisi gaduh bagi hasil hewan ternak karena faktor ekonomi
dan tradisi ini adalah warisan adat istiadat nenek moyang
mereka yang harus dilestarikan. Pendapatan para penggaduh
dan pemilik hewan ternak di Dusun Jeruk Wangi Desa
Bedono Kec. Jambu Kab. Semarang meningkat dengan
adanya tradisi tersebut.20
Berdasarkan dari penelitian-penelitian di atas, belum
ada yang secara khusus membahas tentang penerapan sistem
bagi hasil peternak sapi menurut konsep ekonomi Islam
(studi kasus di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo).
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis adalah pada subjek penelitian. Namun
perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis adalah penulis lebih fokus pada
penerapan sistem bagi hasil yang dilakukan oleh peternak
sapi di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo menurut konsep
ekonomi Islam. Sedangkan peneliti-peneliti diatas
menfokuskan pada akad dan proses bagi hasil serta
pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan masyarat.
20
Ahmad Faris Yunianto, “Urgensi Tradisi Gaduh Bagi Hasil
Hewan Ternak dalam Kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan
Masyarakat di Dusun Jeruk Wangi Desa Bendono Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang”, Skripsi. Strata, (Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2015), h. ix.
15
Maka dengan demikian penulis dapat simpulkan bahwa
terdapat sisi perbedaan penelitian yang akan di lakukan
penulis dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,
termasuk dalam hal ini tempat penelitian yang berbeda.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
21
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip dan Implementasi
Pada Sektor Keuangan Syariah, (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2017),
h. 216.
17
18
22
Bakhrul Muchtasib. 2009. Konsep Bagi hasil dalam perbankan
syariah. http//:www.ulohtengpay.blogspot.in/2009/08/konsep-bagi-hasil-
dalam-perbankan.html?m=1, Diakses pada tanggal 14 April 2018.
19
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. I;
Jakarta: Balai Penterjemah dan Pentasi Al-Qur’an Depag RI, 2005), h.
66.
20
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 47.
21
25
Muchlising Riadi, Pengertian, Karakteristik, Jenis dan Syarat
Bagi Hasil, artikel, https://www.kajianpustaka.com/2018/02/pengertian-
karakteristik-jenis-syarat-bagi-hasil.html?m=1, diakses pada tanggal 1
mei 2018.
23
26
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, (Cet. IV;
Jakarta: Kencana, 2016), h. 193.
27
Ibid., h. 218.
24
28
Ika Yunia Fauziah dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar
Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-Syariah, (Cet.I; Jakarta:
Kencana, 2014), h. 2.
29
Beoedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitin
Ekonomi Islam Muamalah, (Cet. I ; Bandung: CV Pustaka Setia, 2014),
h. 24-26.
25
30
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam sejarah, konsep, instrument,
negara dan pasar (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 24.
26
31
Ibid., h. 24-25.
27
32
Ibid., h. 26.
33
Ibid.,
28
34
Ibid., h. 27-29.
30
35
Ibid., h. 30-31.
31
36
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam sejarah, konsep,
instrument, negara dan pasar, (Cet. III; PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta, 2014), h. 33.
37
Ibid., h. 34.
32
38
Ibid.,
33
39
Wicaksono, Pengertian, Tujuan, Manfaat, Karakteristik, dan
Prinsip Ekonomi Islam.
Artikel,http://www.academia.edu/28202172/Pengertian_Tujuan_Manfaat
_Karakteristik_dan_Prinsip_Ekonomi_Islam, diakses pada tanggal 16
April 2018.
40
Ibid.,
34
41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya…, h. 35.
35
42
Wicaksono, Pengertian, Tujuan, Manfaat, Karakteristik, dan
Prinsip Ekonomi Islam…,
43
Ibid.,
36
44
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Cet.10; Jakarta: Rajawali
Pers,2016), h. 135
45
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 576
46
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah.., h. 135-136.
37
47
Ibid., h. 136.
48
Ibid., h. 137.
38
49
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudarabah di bank
syariah, (Ed.I; Jakarta: Rajawali, 2008), h. 27-28.
39
50
Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan
Praktik Kontenporer, (Cet. -: Jakarta: Salemba Empat, 2013), h. 370.
51
Ismail, Perbankan syariah, (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2011), h.
174.
40
52
Ibid.,
41
b. QS. Al-Muzammil/73: 20
53
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., h. 575.
42
c. QS. An-Nisa/4: 29
54
Ibid. h. 83.
43
d. QS. Al-Maidah/5: 1
ت لَ ُك ْم ْ َّيا أَيُّ َها الَّذينَ آ َمنُوا أ َ ْوفُوا ِّب ْالعُقُو ِّد أ ُ ِّحل
غي َْر ُم ِّح ِّلي َ عام ِّإالَّ ما يُتْلى
َ ع َل ْي ُك ْم ِّ بَهي َمةُ ْاْل َ ْن
ُص ْي ِّد َو أَ ْنت ُ ْم ُح ُر ٌم ِّإ َّن للاَ َيحْ ُك ُم ما يُريدَّ ال
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-
janji. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang
akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram
(haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki. 55
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah menyeruh
kepada seluruh kaum mukmin dengan memerintahkan untuk
memenuhi perikatan maupun perjanjian yang telah terjalin
diantara mereka maupun dengan Allah, kemudian Allah juga
menyebutkan kebolehan untuk mengkonsumsi binatang
ternak setelah disembelih. Dan juga membolehkan untuk
berburu kecuali dalam keadaan berihram.
e. As-sunnah
55
Ibid., h. 106.
44
56
Rachmad Syafe’I, Fiqih Muamalah, (Cet, VII; Bandung:
Pustaka Setia, 2011), h.225.
45
57
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat…, h. 139.
58
Ibid.,
46
59
Ahmad Wardi Muschlis, Fiqh Muamalat, (Cet. I; Jakarta:
Amzah, 2010), …,h. 373-374.
47
60
Ibid., h. 374-375.
49
61
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalat Kontenporer, (Cet.1; Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h. 156-157.
50
62
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip dan Implementasi
Pada Sektor Keuangan Syariah…, h. 211-212.
52
63
Ahmad Wardi Muschlis, Fiqh Muamalat…, h. 382-384.
53
64
Ibid., h. 385.
54
65
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Implementasi Pada Sektor
Keuangan Syariah…, h. 217-218.
56
66
Afrian Adi Pratama. 2015. Pengertian profesi sebagai peternak,
artikel,
http://afriansatu.blogspot.in/2015/11/pengertianprofesisebagaipeternah.ht
ml?m=1, Diakses pada tanggal 15 April 2018.
57
67
Ibid.,
58
68
Sudarmono dan Bambang Sugeng, Panduang Beternak Sapi
Potong, (Cet. I; Jakarta: Penebar Sawadaya, 2016), h. 10-13.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam proses
penelitian ini adalah penelitian kulitatif. Penelitian kualitatif
ialah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya. 69 Menurut Denzin dan Lincoln sebagaimana dikutip
oleh Rulam Ahmadi dalam bukunya, bahwa penelitian
kualitatif ialah multimetode dalam fokus, termasuk
pendekatan interpresif dan naturalistic terhadap pokok
persoalannya. Ini berarti para peneliti kualitatif menstudi
segala sesuatu dalam latar alamiahnya, berusaha untuk
memahami atau menginterpretasi fenomena dalam hal
makna-makna yang orang-orang berikan pada fenomena
tersebut. Penelitian kualitatif mencakup penggunaan dan
pengumpulan peraga material empiris yang di gunakan- studi
69
Beoedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitin
Ekonomi Islam Muamala, (Cet. I ; Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h.
49.
59
60
70
Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. III;
Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h. 14-15.
61
71
Beoedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitin
Ekonomi Islam Muamalah..., h. 54-55.
62
1. Subjek Penelitian
Didalam melakukan penelitian terdapat subjek
penelitian yang merupakan orang-orang yang terlibat atau
pelaku dalam sebuah realita dan memberikan data atau
informasi kepada peneliti tentang realita yang di teliti. 72
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
pemilik sapi dan peternak sapi di Desa Duampanuae, Kec.
Bulupoddo.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian hal yang akan diteliti dan dikaji
peneliti dalam melakukan penelitian. Objek yang akan
diteliti adalah pelaksanaan bagi hasil usaha ternak sapi
menurut konsep ekonomi Islam.
72
Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi
Kualitatif,(Cet.II; Malang: Kelompok Intrans Publishing,2016), h. 36.
63
73
Cholid Narbuko dan Abu Achmad, Metodologi Penelitian, (Cet.
XIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 8.
64
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Instrumen penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pedoman Wawancara yaitu berisi tentang pedoman
atau acuan sekumpulan pertanyaan yang akan
diajukan kepada sejumlah responden untuk
memperoleh jawaban yang diinginkan.
2. Alat rekam dan kamera yang di gunakaan pada saat
pengambilan data.
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet. XX11; Bandung: Alfabeta, 2015), h. 240.
65
75
Ibid., h. 244.
66
76
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Cet. XX; Bandung: Alfabeta, 2014), h. 247-253.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
77
Pusat Data Pemerintahan Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo
Kab. Sinjai. Seluruh Data Mengenai Keadaan Pemerintahan Dan
Masyarakat Desa Lapasa Dalam Pembahasan Ini Bersumber Dari Pusat
Data Desa Duampanuae. Didapatkan Pada Tanggal 22 Juni 2018.
71
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Duampanuae
No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan
1 Usia 3-6 tahun yang 63 orang 64 orang
belum masuk TK
2 Usia 3-6 tahun yang 78 orang 89 orang
sedang TK atau
play group
3 Usia 7-18 tahun 40 orang 45 orang
yang tidak pernah
sekolah
4 Usia 7-18 tahun 223 orang 286 orang
yang sedang
sekolah
5 Usia 18-56 tahun 0 orang 0 orang
yang tidak pernah
sekolah
6 Usia 18-56 tahun 124 orang 126 orang
pernah SD tetapi
72
tidak tamat
7 Tamat SD/sederajat 705 orang 706 orang
8 Usia 12-56 tahun 25 orang 21 orang
tidak tamat SLTP
9 Usia 18-56 tahub 250 orang 178 orang
tidak tamat SLTA
10 Tamat 350 orang 352 orang
SMP/Sederajat
11 Tamat 100 orang 102 orang
SMA/sederajat
12 Tamat D- 1 orang 1 orang
1/Sederajat
13 Tamat D- 15 orang 18 orang
2/Sederajat
14 Tamat D- 1 orang 2 orang
3/Sederajat
15 Tamat S- 12 orang 13 orang
1/Sederajat
Sumber : Data Desa Duampanuae Kecamatan
Bulupoddo 2017
c. Sarana Kesehatan yang ada di Desa Duampanuae,
Puskesmas 0 unit, Poskesdes 1 unit, Posyandu 4
unit, Dokter Umum 0 orang, Bidan 6 orang
d. Sarana peribadatan yang ada di Desa Duampanuae
sebanyak 7 buah masjid. untuk tempat ibadah selain
masjid tidak ada karena masyarakat di desa
duampanuae semuanya beragama Islam.
73
4. Kondisi Demogratif
Secara Geografis Desa Duampanuae terletak di
Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai, mempunyai luas
wilayah 1.662,05 Ha dengan jumlah penduduk 3.500 orang
yang terdiri dari laki-laki 1.760 orang dan perempuan 1.740
orang. Adapun batas wilayah Desa Duampanuae sebagai
berikut:
a. Sebelah utara : berbatasan dengan Desa
Lappa Cinrana
b. Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa
Tompo Bulu
c. Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Bulu
Tellue
d. Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten
Bone
Secara administratif, wilayah Desa Duampanuae
terdiri dari tujuh dusun yaitu:
a. Dusun Bola 1
b. Dusun Bola 2
c. Dusun Sereng
74
d. Dusun Palimpoe
e. Dusun Bonto Mario
f. Dusun Mallenrreng
g. Dusun Mattiro Deceng 78
5. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Sumber Daya Alam Desa Duampanuae
No URAIAN LUAS
1 TANAH SAWAH
Sawah Irigasi Teknis 0.00 Ha
Sawah Irigasi ½ Teknis 40,00 Ha
Sawah Tada Hujan 315.75 Ha
Sawah Pasang Surut 0,00 Ha
Total Luas 355,75 Ha
2 TANAH KERING
Tegal/Ladang 127,00 Ha
Pemukiman 105 Ha
Pekarangan 22,30 Ha
Total Luas 254,30 Ha
3 TANAH BASAH
Tanah Rawa 0,00 Ha
Pasang Surut 0,00 Ha
Lahan Gambut 0,00 Ha
Total Luas 0,00 Ha
4 TANAH PERKEBUNAN
Tanah Perkebunan Rakyat 793,2 Ha
Tanah Perkebunan Negara 0,00 Ha
Tanah Perkebunan Swasta 0,00 Ha
Tanah Perkebunan Perorangan 0,00 Ha
Total Luas 793,2 Ha
5 TANAH FASILITAS UMUM
78
Ibid.,
75
1 PERKEBUNAN
Kopi 40,00 Ha
Lada 387,00 Ha
Coklat 48,00 Ha
Jambu mente 280,00 Ha
Vanili 30,00 Ha
2 PERTANIAN
Padi Ha
Jagung Ha
Sumber : Data Desa Duampanuae Kecamatan
Bulupoddo 2017
77
Besar
Guru Swasta 5
Dosen swasta 1
Pedagang keliling 2
Tukan Batu 11
Pembantu rumah tangga 2
Karyawan perusahaan swasta 2
Karyawan perusahaan 1
pemerintah
Wiraswasta 21
Tidak mempunyai pekerjaan 205
tetap
Belum bekerja 336
Pelajar 866
Ibu rumah tangga 894
Purnawirawan/pensiunan 5
Perangkat Desa 1
Pengusaha/Pedagang hasil bumi 1
Sopir 5
Karyawan Honorer 11
Pelaut 1
Sumber : Data Desa Duampanuae Kecamatan
Bulupoddo 2017
81
82
79
Muh Tamir, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 29 Mei 2018.
85
80
Soi, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 28 Mei 2018.
81
Hade, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 29 Mei 2018.
86
82
Baco, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 28 Mei 2018.
87
83
Suhardi, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 29 Mei 2018.
88
84
Ajirdin, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 30 Mei 2018.
85
Hamming, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 30 Mei 2018.
89
menurut kami sudah adil dan tidak ada pihak yang dirugikan
karena pembagian hasil dibagi 2 antara pemilik sapi dan
Peternak sapi sebesar 50:50%, yang sudah disepakati diawal
dimana 50% untuk pemilik sapi dan 50% untuk peternak
sapi. 86
Dari pernyataan diatas penulis menarik kesimpulan
bahwa sistem bagi hasil yang dilakukan peternak sapi di
Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo berdasar pada adat turun
temurun yang ada di Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo ini
dimana jumlah bagian bagi hasilnya dibagi dua antara
pemilik sapi dan peternak sapi yakni pembagian 50%;50%
yang sudah disepakati diawal yang menurut mereka sudah
tidak ada pihak yang dirugikan.
Sistem bagi hasil peternak sapi di Desa Duampanuae
Kec. Bulupoddo terbagi atas dua yakni berdasarkan pada
sistem bagi hasil secara rupiah yaitu berdasarkan pada hasil
penjualan ternak jika sapi yang dipelihara merupakan sapi
jantan dan juga menggunakan anak sapi dimana pembagian
hasilnya ini setelah sapi betina yang dipelihara melahirkan
akan tetapi jika sapi betina yang dipelihara tidak melahirkan
86
Arifuddin, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 1 Juni 2018.
91
87
Rustang, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 30 Mei 2018.
92
88
Soi, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 28 Mei 2018.
93
89
Antong, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 30 Mei 2018.
90
Rustang, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 30 Mei 2018.
94
91
Kadir, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 29 Mei 2018.
95
92
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. I;
Jakarta: Balai Penterjemah dan Pentasi Al-Qur’an Depag RI, 2005), h.
539.
97
93
Ajirdin, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 30 Mei 2018.
98
94
Ahmad Wardi Muschlis, Fiqh Muamalat, (Cet. I; Jakarta:
Amzah, 2010), h. 374-375.
100
95
Kadir, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 29 Mei 2018
102
96
Kadir, Peternak Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 29 Mei 2018.
103
97
Soi, Pemilik Sapi, Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo,
“Wawancara”, tanggal 28 Mei 2018.
104
98
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 107.
105
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis dan pembahasan hasil
penelitian dari wawancara yang dilakukan secara langsung
dengan beberapa pihak yang terlibat pada penerapan sistem
bagi hasil peternak sapi di Desa Duampanuae Kec.
Bulupoddo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem bagi hasil yang diterapkan peternak sapi di
Desa Duampanuae Kec. Bulupoddo, yaitu pembagian
keuntungan tanpa ada pengurangan biaya operasional
yang ditanggung peternak, akad yang dilakukan
secara tidak tertulis dan pembagian hasilnya terbagi
dua antara sapi jantan dan betina dimana jika sapi
jantan menggunakan pembagian 50%:50% dengan
menggunakan uang, jika sapi betina menggunakan
anak sapi namun jika tidak melahirka sapi tersebut
dijual lalu hasilnya dibagi dua, yang menjadi dasar
bagi hasil adalah hasil keuntungan penjualan sapi dan
anak sapi, pola bagi hasil yang digunakan
berdasarkan pada adat tradisi adat istiadat yang
106
107
B. Saran
Dari pemaparan diatas, ada beberapa saran yang
menurut penulis perlu dipertimbang oleh berbagai pihak,
yaitu:
1. Kepada peternak dan pemilik sapi apabila melakukan
kerjasama, hendaklah modal yang digunakan
langsung berupa uang lalu dibelikan sapi supaya
modal tersebut lebih jelas dan tidak ada kesamar-
samaran lagi didalamnya. kerjasama bagi hasil.
Meskipun ada ayat yang membolehkan akad secara
lisan, namun hendaknya akad yang dijalin hendaknya
akad secara tertulis sehingga jika terjadi
perseselisihan ada dasar yang lebih kuat.
2. Kepada praktisi dan Akademis khususnya Jurusan
Ekonomi Syariah hendaknya berperan dalam
memberikan penjelasan tentang sistem bagi hasil dan
kerjasama yang sesuai dengan syari’at Islam, agar
109
DAFTAR PUSTAKA