Skripsi
Di ajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial ( S.Sos)
Oleh :
ALI MUNANDAR
NIM : 1110052000038
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuni kasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ali Munandar
NIM : 1110052000038
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
الر حيم
ّ الر حمن
ّ بسم اهلل
atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun
tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Dr. Roudhonah, M.Ag selaku
ii
iii
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
4. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Drs. Azwar Chatib Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah sangat
6. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
8. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang ada di Jatiuwung
Bustomi, M. Haris, dan tidak lupa juga seluruh teman-teman, kakak dan
10. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan doanya
kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus
11. Untuk Andriani Nova yang sudah memberikan dukungan dan selalu
iii
iv
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Ali Munandar
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 14
D. Tinjauan Kepustakaan ...................................................... 15
E. Sistematika Penulisan....................................................... 17
v
1. Perogram Penyuluhan Peningkatan Ekonomi
Pesantren Pertanian Taman Lestari ............................. 68
2. Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pesantren
Pertanian Taman Lestari ............................................. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 79
B. Saran............................................................................... 81
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
“obor” atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Samsuddin
yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-
ide baru.1
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar
dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan
pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya A.W. Van Den Ban dkk.
berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau “yang memberi
terang”.
1
Zulkarnain Nasution, Prinsip-prinsip komunikasi untuk penyuluhan.,(Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990). h.6-7.
1
2
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
pemerintah. Istilah ini diambil dari kata “suluh” yang searti dengan
inggris Giudance dan counseling suatu istilah dari cabang disiplin ilmu
psikologi. 3
Pada masa itu, salah satu tugas departemen tersebut adalah menyalurkan hasil
dilakukan besar-besaran.
2
Mohammad Jafar Hafsah, Penyuluhan Pertanian diera otonomi daerah,(Jakarta : PT
Pustaka Sinar Harapan, 2009). h. 11.
3
Isep zainal Arifin, Bimbingan penyluhan Islam pengembangan dakwah bimbingan
psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2009). h. 40.
3
pokok rakyat Indonesia, yaitu beras. Puncak pengaruh langsung maupun tidak
swasembada pangan, yaitu beras yang diakui secara internasional pada sidang
meningkat secara nyata dan ada kecenderungan kelebihan produksi pada taraf
kembali. 4
dilihat dalam konteks tertentu, yaitu: (a) bahwa masih terdapat kesenjangan
antara kualitas dan kuantitas umat Islam, dan (b) bahwa umat Islam belum
4
Ravik Karsidi. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat. (Bogor: Media Tor, 2001) h. 116.
5
M. Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta
:Logos, 2000), h. 114.
4
senada. 6
bidang termasuk dalam bidangan ekonomi. Hal ini merupakan tugas baru bagi
dan belum disertai dengan visi dan misi yang jelas, serta perangkat
pendukungnya. Peran ini memang tidak mudah bagi pesantren yang selama ini
yang harus dihadapi oleh pesantren, untuk merubah pola dakwah yang
menitikberatkan cara bil lisan menjadi pola da’wah bil hal di tengah-tengah
6
Donald K. Emmerson, Islam in Modern Indonesia: Political Impasse, Cultural
Opportunity, (New York: Syracuse University Press, 1981), h. 159.
7
Mohammad Nadzir. Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren: Economica
Volume VI Edisi 1 (Mei 2015), h. 37.
5
ekonomi masyarakat dan sekitarnya. Maka dari itulah fungsi pesantren tidak
8
Azyumardi Azra. Jaringan Ulama, (Bandung: Mizan, 1997), hal. xxii.
9
Mohammad Nadzir. Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren: Economica
Volume VI Edisi 1 (Mei 2015), h. 38.
10
Amin Haidari, dkk., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global (IRD Press: Jakarta, 2004) hal. 193-194.
6
mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam
masyarakat.11
pemeluknya untuk bekerja keras dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
maupun spiritual. Anjuran tersebut paling tidak tercermin dalam dua dari lima
rukun Islam yaitu zakat dan haji. Kedua pelaksanaan rukun Islam ini
pelaksanaan zakat dan ibadah haji memerlukan kecukupan material itu, lantas
mencari materi menjadi wajib hukumnya. Dengan kata lain, rukun Islam
menegaskan bahwa al-yad al-ulya khairun min al-yad as-sufla, “tangan di atas
lebih baik daripada tangan di bawah”, atau memberi lebih baik daripada
meminta.12
ekonominya. Di antaranya QS. Al-Qashash [28]: 77: “Carilah pada apa yang
11
Afzalur Rahman, Doktrin ekonomi Islam (Jilid I: Yogyakarta Dana Bhakti Wakaf,
1995) hal . 10.
12
Musa Asy‟arie, Etos Kerja Islam Sebagai Landasan Pengembangan jiwa
Kewirausahaan (dalam Moh. Ali Aziz, dkk. (ed.), Pustaka Pesantren, tth.) hal. 36.
7
Allah. Dan jangan kamu lupakan bagian kamu yang berkaitan dengan
bertentangan dengan etika sosial ekonomi Islam. Kedua, motif sosial, karena
kyai juga seorang pemimpin yang harus mengatasi krisis ekonomi setempat.
maupun batin.14
13
Jalaluddin Muhammad ibn Ahmad Al-Mahaalli,dan Jalaluddn Muhammad ibn
Abdurrahman ibn Abi Bakar, Tafsir Al-Jalilain. hal. 326.
14
Achmad Zaini, Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim His Contribution to Muslim Education
(Titian Ilahi Press, Yogyakarta: 1998) hal: 126.
8
pedesaan. Pada sisi itu, pesantren yang memang berkembang dan tersebar di
muslim pedesaan yang taat. Tetapi upaya untuk menuju ke arah pemberdayaan
satu contohnya adalah karena biasanya pesantren selalu menjadi tempat bagi
keluarga dekat kiai, yang bisa berupa anak, cucu dan seterusnya atau biasa
15
Abd A‟la, Pengembangan Metodologi pemahaman Keagamaan (Makalah
disampaikan dalam Muktamar Pemikiran Islam di Lingkungan NU, Sukorejo, PBNU, 3-5 Oktober
2003) hal . 4.
9
harus diakui bahwa manajemen ekonomi pesantren juga relatif kurang baik,
Selain itu kekurangan juga kerap tumbuh pada persoalan yang bersifat
kalangan pesantren belum disentuh secara kreatif dan serius dalam bentuk
16
Usman, Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar: 2003) Hal . 38.
17
Ibid, Hal . 39.
10
assessment. Analisis kebutuhan diperlukan agar apa yang akan dipasarkan itu
memang menjadi kebutuhan sasaran. Pada tahap awal tentunya harus dibidik
ditawarkan akan segera diperoleh nilai imbal balik. Baru bisa bergerak ke
sudah ada SDM yang bisa dan mampu untuk menjadi agen bagi
sesungguhnya kaya dengan SDM yang berkualitas, hanya saja belum disentuh
yang telah dimiliki oleh pesantren. Kelima, melakukan evaluasi kinerja apakah
masyarakat.18
sebagai Kebon Jakarta. Disebut demikian karena para pemiliknya adalah tuan
tanah yang berasal dari Jakarta. Pada tahun 1960-an di dusun tersebut pernah
18
Usman, Sunyoto, Pembangunan dan bPemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar: 2003) Hal . 40.
12
Mary dkk. 2007: 24). Masyarakat sempat memanfaatkan lahan tersebut untuk
menanam cengkeh, tetapi karena harga cengkeh yang anjlok tahun 1980-an,
Setidaknya ada empat orang yang menguasai tanah dalam skala luas di
Kebon Jakarta, diantaranya Asoka Siahaan yang memiliki tanah seluas 7,5 Ha
bagi petani serta sebagai laboratorium pertanian organik. Lahan yang dimiliki
Asoka ini disebutnya sebagai Pesantren Agraris atau Padepokan Filosofi yang
pendidikan pertanian.
desa yang akan di kelola oleh masyarakat dalam tujuan untuk meningkatkan
Windujaya”.
13
1. Identifikasi Masalah
yang dapat dijadikan oleh peneliti sebagai bahan dari apa yang akan di
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
Desa Windujaya?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
b. Praktis
D. Tinjauan Kepustakaan
peneliti diantaranya :
serta bagaimana kekuatan dan kelemahan juga peluang dan ancaman yang
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri atas
beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan utuh.
sistematika penulisan.
pesantren agraris.
BAB IV Temuan Lapangan dan Analisis Data yang terdiri dari data-data
menjalankan penyuluhan.
LANDASAN TEORI
A. PENYULUHAN
1. Pengertian Penyuluhan
obor ataupun alat untuk menerangi keadaan gelap. Dari asal perkataan
kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang
dialaminya. 20
19
Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 7.
20
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
GOLDEN TERAYON PRESS, 1994), Cet Ke- 5, h. 1.
19
20
penyuluhan agama yang dikutip oleh Drs. Imam Sayuti farid sebagai
pemerintah. Istilah ini diambil dari kata “suluh” yang searti dengan
21
Mohammad Jafar Hafsah, Penyuluhan Pertanian diera otonomi daerah,(Jakarta : PT
Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 11.
21
istilah dalam bahasa inggris Giudance dan counseling suatu istilah dari
sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah
agama dengan tujuan menjadikan seseorang atau umat sadar dan yakin
bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-
22
Isep zainal Arifin, Bimbingan penyluhan Islam pengembangan dakwah bimbingan
psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2009), h. 40.
23
Enjang AS, Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 (No. 14 Juli-Desember 2009), h.731.
22
dalam dirinya.
2. Konsep Penyuluhan
(pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka mau dan
lingkungan hidup.
simultan, yaitu:
23
“obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-
pengembangan usahanya. 24
24
Dedi Kusnadi, Modul Dasar-dasar Pertanian, (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Bogor, 2011), h.8-9.
24
tentang dakwah Islam sebagai bahan ajarnya. Kitab-kitab itu, antara lain,
sebagai bagian penjelas dan empirisasi kitab dakwah, produk ijtihad dan
jihad para waratsah al- anbiyâ, bahwa dakwah Islam merupakan perilaku
25
Enjang AS, Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 (No. 14 Juli-Desember 2009), h.732
26
Abu al-A'la al-Mawdudi, al-Mabadi al-Asâsiyyah li Fahm al-Qurân, (Lohor: Dar al-
'Arubah li al-Da'wah al-Islamiyyah, 1960), h. 34
25
a. Fungsi Penyuluhan
1) Fungsi Preventif
2) Fungsi Penyaluran
masing.
3) Fungsi Penyesuaian
4) Fungsi Perbaikan
dihadapi klien.
5) Fungsi Pengembangan
27
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993), h.8-9.
26
b. Tujuan Penyuluhan
keimanan yang mungkin saat itu telah lenyap dari dalam jiwa klien. 28
Islam iut, terlebih dahulu penulis uraikan tentang pengertian nilai itu
28
H. M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Cet.
IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.47.
27
Chabib Toha, nilai adalah suatu bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda
konkrit bukan fakta dan tidak hanya persoalan benat adalah yang menuntut
Nilai merupakan suatu hal yang melekat pada suatu hal yang lain yang
menjadi bagian dari identitas sesuatu tersebut. Bentuk material dan abstrak
di alam ini tidak bisa lepas dari nilai. Nilai memberikan definisi, identitas,
dikerjakan.31
29
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2006),
h. 148.
30
Mawardi Lubis. Evaluasi Pendidikan Nilai (Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2008), h. 17.
31
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2000), h. 61.
28
dari bahasa sansakerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu: “a” berarti
Kata agaman diambil dari bahasa sansakerta yaitu dari kata a=tidak
dan gama=kacau atau kocar kacir. Dengan demikian, agama berarti tidak
kacau, tidak kocar kacir atau teratur.32 Pengertian agama dilihat dari sudut
peran yang harus dimainkan oleh agama adalah agar setiap orang
dikenal pula kata al-dien dari bahasa Arab, religi dari bahasa Eropa,
religion dari bahasa Inggris, Prancis, Jerman dan religie dari bahasa
32
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 27.
33
Ibid, h. 27.
34
Ibid, h. 32.
29
keagamaan (Agama Islam) yang dimiliki oleh setiap individu yang melalui
proses perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir dengan pengaruh dari
luar individu.
manusia dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama yang
mencakup tata keimanan, tata peribadatan, dan tata kaidah atau norma
proses edukatif berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar,
kehidupan sehari-hari.
30
hidup dan tingkah laku manusia khususnya bagi siswa yang masih
nilai Agama Islam, terlebih dahulu memahami ajaran agama Islam yang
hari, yang meliputi Rukun Iman yaitu: iman kepada Allah, Malaikat-
35
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 125-153.
31
a. Nilai Akidah
etimologis berarti yang terikat atau perjanjian yang teguh dan kuat,
berarti creed, creed yaitu keyakinan hidup iman dalam arti khas, yaitu
menghadapi resiko.
36
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 124.
37
Ibid, h. 131.
32
Akidah atau keimanan yang dimiliki setiap orang itu tidak selalu
38
Nasirudin. Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail Media Group, 2010), h. 29.
33
b. Nilai Akhlak
ciptaan. 39
Akhlak adalah kata jamak dari kata tunggal Khuluq, kata khuluq adalah
Dalam bahasa yunani, untuk pengertian akhlak ini dipakai kata ethos,
39
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151.
40
Nasirudin. Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail Media Group, 2010), h. 31.
34
pertimbangan.
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.
rumah adalah masalah yang berkaitan erat dengan masa depan suatu
42
Muhammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 348.
36
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
[503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu
ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
berada.
tidak di ridhai-Nya.
pamrih.
43
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 152-154.
38
hidup. Dengan kata lain, sabar adalah sikap batin yang tumbuh
karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.
manusia.
44
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 155-157.
39
membuat perjanjian.
dapat dipercaya.
10) Perwira (,, iffah dan ta’’affuf), yaitu sikap penuh harga diri
11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir
banyak sekali.
penciptanya. 45
45
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151.
41
C. PENINGKATAN EKONOMI
1. Pengertian Ekonomi
Nabbhani, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani kuno (Greek) yang
membantu memberikan jasa, lalu seluruh anggota keluarga yang ada ikut
46
W.J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1982),
h. 267.
47
Taqiyuddin AN Nabbhani. Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam.
Penerjemah Maghfur Wachid (Surabaya. Risalah Gusti. 1996), h. 47.
42
„ekonomi‟ adalah berasal dari bahasa Yunani, „oicos‟ dan „nomos‟. Oicos
(staatshuishouding).49
berikut:
48
M.A. Mannan. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. Penerjemah. Potan Arif Harahap
(Jakarta. Internusa. 1992), h. 19.
49
Zainal Abidin Ahmad. Dasar-dasar Ekonomi Islam (Jakarta. Bulan Bintang. 1979), h.
30.
50
Yusuf Qardhawi. Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta. Gema Insani Press. 1997).
Penerjemah Zainal Arifin. h. 31.
43
praktek ajaran Islam. Walaupun perlu juga diperhatikan apa yang disebut
dengan ilmu ekonomi sebagai suatu sains murni dan ekonomi sebagai
suatu system. Karena itu perlu diperhatikan, sekalipun ilmu ekonomi dan
ilmu ekonomi dan system ekonomi itu merupakan dua hal yang berbeda
sama sekali.
51
M.A. Mannan. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. (Jakarta Internusa. 1992), Penerjemah
Paton Arif Harahap, h. 19.
52
M. Syauqi Al-Faujani. Ekonomi Islam Masa Kini. (Bandung, Mizan. 1988), Penerjemah
Husaini, h. 3.
53
Monzer Kahf. Ekonomi Islam. (Yoyakarta. Pustaka Pelajar), Penerjemah Machnun
Husein, h. 6.
44
dan konsumsi.
2. Peningkatan Ekonomi
54
Zainal Abidin Ahmad. Dasar-dasar Ekonomi Islam (Jakarta. Bulan Bintang. 1979), h.
30.
55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h.994.
56
Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan
Umatnya, (Jakarta: Raja Grafindo, 1983), h.67.
45
57
Erlina Raufaidah, Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2015), h.4.
46
b. Faktor-faktor Produksi
1) Tanah dan sumber alam, factor produksi ini terbuat dari alam yang
listrik.
58
Sadono Sukirno, mikro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011, Cet. Dua Puluh Enam), h,5.
47
a. Pengertian Pesantren
tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
berlaku.60
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari
Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa,
59
Sadono Sukirno, mikro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011, Cet. Dua Puluh Enam), h.6-7.
60
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (LP3S,
Jakarta, 1983), h.18.
48
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar
61
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 5.
62
Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), h. 6.
63
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 240.
64
Lembaga Research Islam (Pondok Pesantren Luhur), Sejarah dan Dakwah
Islamiyah Sunan Giri, (Malang : Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Giri Gresik,
1975), h. 52.
49
maupun eksternal. 65
terdiri atas: kiai, santri, dan masyarakat sekitar, termasuk perangkat desa.
pondok pesantren menjadi dua kategori, yaitu pondok pesantren salafi dan
65
Mujamil Qomar, pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi
institusi, (jakarta : Erlangga, 2005), h. 2.
66
Ibid, h. xiv.
50
pesantren.67 Selain itu dofier juga membagi berdasarkan jumlah santri dan
pesantren yang memiliki jumlah santri lebih dari dua ribu santri yang
provinsi. 68
seperti ini dibagi menjadi tiga jenis: kelompok pertama, memiliki santri
yang belajar dan tinggal bersama kyai, kurikulum tergantung kyai, dan
67
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pondok Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 41.
68
Ibid, h. 24.
69
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 251-252.
51
yang berhasil mencetak kader umat dan kader bangsa. Banyak alumnus
pesantren yang menjadi pemimpin umat dan bangsa atau menjadi elit
70
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 3.
52
klasik yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama abad pertengahan, disertai
santri.
71
Dr. M. Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta
: Logos, 2000), h. 101-102.
72
Agraria, id.wikipedia.org, https://id.wikipedia.org/wiki/Agraria, di akses pada tanggal
10 Mei 2017.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pengertian dari penelitian kualitatif adalah menurut Bagdan dan Taylor (1975)
seperti yang dikutip Lexy J. Meleong dalam bukunya ialah bahwa penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
studi dokumentasi.
73
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998), Cet ke-9, h. 3.
53
54
Taman Lestari.
d. Lembaga tersebut dipimpin oleh Dr. Sulkhan Chakim, S.Ag., M.M. yaitu
a. Subjek penelitian
bola salju. “Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa
orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian
terpenuhi.”75
b. Objek penelitian
komponen yaitu, place atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial
peran tertentu, activity atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam
74
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 32.
75
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), cet keenam, h. 63.
56
a. Observasi langsung
terhadap objek yang akan diteliti serta pencatatan yang sistematis. Melalui
b. Wawancara mendalam
76
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: ALFABETA,
2007), Cet ke-3, h. 229.
77
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
ALFABETA, 2007), Cet ke-3, h. 226.
78
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h.
38.
57
pesantren agraria.
c. Dokumentasi
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, literature, prasasti, notulen rapat, agenda, dan
bahan penelitian.80
d. Catatan lapangan
E. Sumber data
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
kepada responden.
79
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 180.
80
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 206.
58
2. Data Sekunder
penelitian ini.
berdasarkan pola, kategori, dan satuan uraian dasar yang kemudian dapat
81
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2003), cet. Ke- 9.
59
G. Teknik Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
2015 ini awalnya tanahnya diberikan oleh Pak Asoka yang ingin membuat
yang di pimpin oleh Kyai Roqib. Kyai Roqib memberi perintah kepada
60
61
depan minat dari generasi muda akan sangat berkurang terhadap pertanian.
beragama maka dibuatlah nama yang mudah untuk diingat yaitu Pesatren
perawatan ekstra dan biaya yang lumayan besar untuk mengelola lahan
tersebut dengan curah hujan yang sangat tinggi. Jenis buah terbanyak yang
ditanam adalah alpukat, nanas, kelapa, duren dan kopi. Sejarah dari tanah
tersebut adalah wilayah perkebunan kopi yang sangat besar yang dimiliki
sangat jarang dan itu menjadi peluang Pesantren Pertanian Taman Lestari
swasembada pangan dan juga pemahaman spiritual agama. Selain itu juga
dari bahan kimia atau pupuk buatan, serta membudidayakan tanaman yang
82
http://radarbanyumas.co.id/berdiri-pesantren-berbasis-lingkungan/
63
makanan dan sisa potongan sayuran. Hal yang menarik seperti kulit
Kabupaten Banyumas
kecil, pengrajin, buruh bangunan, peternak dan lain-lain. Dari luas wilayah
dusun Peninis Desa Windujaya (1.078 ha) saat ini yang digunakan untuk
lahan pertanian hanya sekitar 20% dari luas lahan garapan untuk pertanian,
beberapa bulan terakhir ini sangat diburu oleh para traveler lokal.
83
Hasil wawancara dengan ustadz edi selaku pengurus pesantren
64
saja lahan pertanian yang lebih dari 700 HA menjadi mubazir dengan tidak
Hal yang menarik dari Dusun Peninis ini adalah dari Agama yang
dianut masyarakat setempat, terdapat empat agama dalam satu dusun ini
Tabel 1.1
3. Hindu 47 Keluarga
4. Buddha 34 Keluarga
agama lain menjadi merasa terganggu dan untuk melerai konflik itu
tingkah laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Terlepas
dari konflik keagamaan yang terjadi dalam penelitian ini akan terfokus
ajaran nenek moyang atau yang banyak orang sebut adalah Islam Kejawen.
ini memiliki ciri-ciri umum. Pertama, orang Jawa percaya bahwa hidup di
dunia ini sudah di atur oleh tuhan yang Mahakuasa, mereka bersifat nrimo
orang Kejawen percaya pada kekuatan gaib yang ada pada benda-benda
tahun harus dimandikan atau dibersihkan pada hari jumat kliwon bulan
waktu-waktu tertentu.
yang sering mengalami gagal panen dikarenakan tekstur tanah yang sudah
sejarah dari tanah di Dusun Peninis Desa Windujaya dulunya adalah lahan
66
perkebunan teh yang dimiliki Belanda pada masa kolonial yang pada masa
Taman Lestari terutama dalam bidang peningkatan ekonomi. Hal itu muncul
sangat memprihatinkan dan inilah yang menjadi pilihan dakwah bil hal
pesantren.
besar dalam pembentukan pribadi manusia. Oleh karena itu dalam kelompok
67
itulah berkembang mores atau adat istiadat agama, etos dan mythos, sikap atau
serta pola-pola pertanian yang ramah terhadap ekosistem yang ada di sekitar
pembinaannya dan rapat-rapat ketika diadakan hari besar Islam seperti Isra
mi’raj dan rajaban. Melalui media ini proses komunikasi tampak sangat efektif,
tanah)
kehidupan yang mensejahterakan maka tidak ada lagi warga desa yang pergi ke
84
Muhammad Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000). h. 101.
68
kota ataupun ke luar negeri untuk mencari pekerjaan. Dalam bab IV ini yang
seperti apa yang telah dilakukan Pesantren Pertanian Taman Lestari serta
sehari-hari.
Taman Lestari
keuntungan lebih dan kehidupan yang jauh lebih layak atau sering
keinginan mencoba
85
Rogers, Everett M, Diffusion and Innovation, (New York: The Free Press New York,
1962).
86
Hasil Wawancara Dengan Akbar Restu Fauzi (Relawan yang ikut serta dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pesantren) 15.41 WIB.
70
kembali.
tahapan ini dilakukan musyawarah untuk menentukan hal apa yang akan
dilakukan ke depannya.
Tahapan keempat adalah proses tahap uji coba terhadap sesuatu yang
baru bagi masyarakat setempat yang dalam hal ini bukan hanya
ini semua hasil pertanian dan hasil produksi rumahan dapat terdistribusi
Windujaya.
yang masih beranggapan bahwa menjadi petani tidak akan membuat kaya.
Disini perlu kita kutip ungkapan dari salah satu pemuda dusun :
“saya sih tidak tertarik menjadi petani, lah petani itu hidupnya
susah. Di awal perlu modal besar untuk pembukaan lahan, ngebajak,
nandur, perawatan, sampai akhirnya panen. Iya kalau panennya bagus,
kalau gagal panen piye mas.”87
Lestari harus membuat strategi khusus guna mengajak para pemuda ikut
gaya kekinian, seperti pemutaran film yang diakhiri dengan diskusi ringan.
“memang sudah tugas kami untuk mendidik anak-anak muda, jadi harus
87
Wawancara dengan Koirul (salah satu pemuda dusun) selepas pengajian mingguan
20.30 WIB.
72
Lestari
Islam seperti Fiqh, Tafsir, Al-Quran, Tauhid, dan lain sebagaianya. Pendek
Dalam hal ini unsur amal dibagi menjadi dua bagian, yaitu amal/
kerja yang berupa tingkah laku, dan amal / kerja yang berupa ekonomis
ۡ َ ٍٕا َ ِي
ََُزِّشَقِ ِّۦَ َٔإِنٍَۡ َِّ َٱنُُّ ُشٕز َ ُٕا َفًِ َيُا ِكبِٓا َٔ ُكه ٗ ُض َذن
َ ٕلَ ََفٱيَۡ ُش َ ۡ َُْٕ َٱنَّ ِري َجعمَ َن ُك َُى َٱ
َ َل ۡز
َ َ٥١
”Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS Al-
Mulk:15).
Kerja atau amal seperti ini merupakan senjata pertama untuk
kaumnya:
akan menutup peluang kerja bagi seseorang, kecuali bila pekerjaann itu
akan merusak dirinya atau masyarakat secara fisik ataupun mental. Setiap
beserta keluarganya. Hal ini dapat terwujud apabila sistem Islam yang
Santri diharapkan tidak berpangku tangan dan harus mempunyai etos kerja
88
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), Hal. 114.
89
Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), h: 51-53.
74
depan yang cerah. Dalam hal ini santri yang menuntut ilmu dipondok
change), baik bagi pesantren maupun bagi masyarakat luas. Hal ini berarti
dari pesantren.
ٍََُ َٱ َّّلل
َ حس َۡ ك َ ِيٍَ َٱن ُّدٍََۡا َٔأ
َۡ ح ِسٍ َكًَا َأ َ صٍب َ از َٱ ۡلَ ِخسَة َٔلَ َت
ِ ََ ُس ََّ ك َٱ
َ ّللُ َٱن َّد َ َٔٱَۡبت ِغَ َفًٍِاَ َءاتَى
nilai-nilai keagamaan:
76
a. Pembiasaan
kegiatan keagamaan.
b. Keteladanan
terhadap seluruh Ustadz dan pengajar. Karena dalam hal ini guru
teguran langsung.
kesalahan itu berlangsung lebih jauh lebih baik selalu ada usaha-usaha
melakukan hal yang di ridhoi Allah para petani selalu dalam keadaan
2. Shalat berjama’ah dan melaksanakan shalat dhuha setiap waktu, hal ini
baik dari keilmuan yang mendalam terhadap apa yang dibutuhkan oleh
78
kebiasaan beliau yang sangat luar biasa adalah selepas sholat dhuha
setiap harinya, jika beliau melihat ada sesuatu yang kurang pas
90
Hasil Wawancara Dengan Akbar Restu Fauzi (Relawan yang ikut serta dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pesantren) 16.23 WIB.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
serta pola-pola pertanian yang ramah terhadap ekosistem yang ada di sekitar
pembinaannya dan rapat-rapat ketika diadakan hari besar Islam seperti Isra
mi’raj dan rajaban. Melalui media ini proses komunikasi tampak sangat
79
80
masyarakat. Ada kebiasaan beliau yang sangat luar biasa yaitu selepas
harinya. Jika beliau melihat sesuatu yang kurang pas akan langsung
a. Pembiasaan
keagamaan.
b. Keteladanan
seorang Kyai saja tetapi terhadap seluruh Ustadz dan pengajar, karena
pengawasan pada santri biasa dilakukan tidak hanya di kelas saja tetapi
maksimal.
81
B. Saran
Penelitian ini penulis akui masih sangat banyak kekurangan baik dari segi
yang sudah penulis kumpulkan. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik
pada umumnya dan program pesantren yang selama ini sudah dijalankan
Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2006
82
83
Haidari, Amin, dkk. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global. IRD Press: Jakarta. 2004
Mannan, M.A. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. Penerjemah; Potan Arif
Harahap. Jakarta: Internusa. 1992
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2005
Rogers, Everett M. Diffusion and Innovation. New York: The Free Press New
York. 1962
Zaini, Achmad. Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim His Contribution to Muslim
Education. Titian Ilahi Press. Yogyakarta. 1998
.
Hasil Wawancara
Nama : Dr, KH. Mohammad Roqib. M. Ag
Jabatan : Pembina Pesantren
Tempat : Pesantren Mahasiswa An-Najah
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2017
TTD
TTD
TTD