Anda di halaman 1dari 104

PENYULUHAN PENINGKATAN EKONOMI MELALUI

PESANTREN AGRARIA (PERTANIAN) DI DUSUN


PENINIS DESA WINDUJAYA

Skripsi
Di ajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial ( S.Sos)

Oleh :

ALI MUNANDAR
NIM : 1110052000038

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAHJAKARTA
1439 H/ 2017 M
PENYULUHAN PENINGKATAN EKONOMI MELALUI
PESANTREN AGRARIA (PERTANIAN) DI DUSUN PENINIS
DESA WINDUJAYA

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuni kasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Ali Munandar
NIM : 1110052000038

Pembimbing,

Drs. Azwar Chotib


NIP : 19550501 198503 1 006

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2017 M
ABSTRAK

Ali Munandar, NIM : 1110052000038,Penyuluhan Peningkatan Ekonomi


Melalui Pesantren Agraria (Pertanian) di Dusun Peninis Desa Windujaya,
Di bawah bimbingan, Drs. Azwar Chatib, NIP : 19550501 198503 1006.

Penelitian ini memiliki dua point permasalahan yaitu penyuluhan dalam


meningkatkan ekonomi masyarakat dan penanaman nilai-nilai keagamaan pada
masyarakat yang dilakukan oleh Pesantren Pertanian Taman Lestari di Dusun
Peninis Desa Windujaya.
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori penyuluhan dan teori
penanaman nilai-nilai keagamaan. Penyuluhan yang di terapkan terfokus dalam
bagaimana untuk meningkatkan perekonomian dari masyarakat, disertai
penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di
lingkungan pertanian.
Metodologi yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah
kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber kemudian di reduksi,
dirangkum, dipilih-pilih hal yang pokok dan disimpulkan dengan metode analisis
data.
Hasil penelitian menggambarkan bagaimana pola serta proses dari
pesantren Pertanian Taman Lestari melakukan penyuluhan terhadap masyarakat
guna meningkatkan perekonomian dengan merecovery tanah yang sudah sulit
untuk ditanami tanpa menggunakan pupuk anorganik, serta pelatihan-pelatihan
dalam meningkatkan produksi dari lahan pertanian yang secara keseluruhan di
kemas dengan ciri khas dari pesantren yang sangat agamis.

Kata Kunci : Penyuluhan, Peningkatan Ekonomi, Nilai-nilai Keagamaan

i
KATA PENGANTAR

‫الر حيم‬
ّ ‫الر حمن‬
ّ ‫بسم اهلل‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui Pesantren

Agraria (Pertanian) di Dusun Peninis Desa Windujaya”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun

tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,

terutama kepada yang saya hormati:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Dr. Roudhonah, M.Ag selaku

Wakil Dekan Bidang Adkum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

ii
iii

Komunikasi, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

4. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

5. Drs. Azwar Chatib Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah sangat

membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.

7. Teristimewa kepada Orang Tua penulis yang selalu mendo’akan,

memberikan motivasi dan pengorbanannya dari segi moril dan materi

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang ada di Jatiuwung

Tangerang atas doa dan dukungannya.

9. Buat sahabat–sahabat penulis Heriyanto, M. Najmul Umam, Ridwan

Bustomi, M. Haris, dan tidak lupa juga seluruh teman-teman, kakak dan

adik seperjuangan penulis terima kasih atas dukungan dan doanya.

10. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan doanya

kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus

terjaga dengan baik.

11. Untuk Andriani Nova yang sudah memberikan dukungan dan selalu

menemani dalam setiap penelitian yang di lakukan.

iii
iv

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Ciputat, Oktober 2017

Ali Munandar

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 14
D. Tinjauan Kepustakaan ...................................................... 15
E. Sistematika Penulisan....................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORITIS


A. PENYULUHAN .............................................................. 19
1. Pengertian Penyuluhan ............................................... 19
2. Konsep Penyuluhan .................................................... 22
3. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan ................................... 25
B. PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN .............. 26
1. Pengertian Penanaman Nilai-nilai Keagamaan............ 26
2. Jenis-jenis Nilai-nilai Keagamaan............................... 30
C. PENINGKATAN EKONOMI .......................................... 41
1. Pengertian Ekonomi ................................................... 41
2. Peningkatan Ekonomi................................................. 44
D. PESANTREN AGRARIA (PERTANIAN) ..................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................... 53
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 54
C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................ 55
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 56
E. Sumber Data .................................................................... 57
F. Teknik Analisis Data ........................................................ 58
G. Teknik Penulisan.............................................................. 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA


A. Gambaran Umum Tentang Pesantren (Agraria)
Pertanian Taman Lestari ............................................... 60
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Pertanian Taman Lestari 60
2. Visi dan Misi Pesantren Pertanian Taman Lestari ....... 61
3. Kondisi Sosial Keagamaan dan Karakteristik
Ekonomi Masyarakat Dusun Peninis Desa Windujaya
Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas.... 63
B. Analisis Hasil Penelitian ................................................ 66

v
1. Perogram Penyuluhan Peningkatan Ekonomi
Pesantren Pertanian Taman Lestari ............................. 68
2. Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pesantren
Pertanian Taman Lestari ............................................. 71

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 79
B. Saran............................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 82

LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti

“obor” atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Samsuddin

menyebutkan bahwa penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal

yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-

ide baru.1

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang

mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar

dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan

(Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk

pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya A.W. Van Den Ban dkk.

(1999) dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk

melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu

sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang

benar. Definisi Penyuluhan Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2006

tentang Sistem Penyuluhan Pertanian , Perikanan dan Kehutanan ( SP3K).

Definisi Penyuluhan menurut Ibrahim, et.al, 2003:12. Penyuluhan

berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau “yang memberi

terang”.

1
Zulkarnain Nasution, Prinsip-prinsip komunikasi untuk penyuluhan.,(Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990). h.6-7.

1
2

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi pemodalan, dan sumber

daya lainnya, sebagai upaya untuk meninggkatkan produtivitas, efesinsi usaha,

dan pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.2

Secara umum istilah penyuluhan dalam bahasa sehari-hari sering

digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian penerangan kepada

masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah maupun oleh lembaga non-

pemerintah. Istilah ini diambil dari kata “suluh” yang searti dengan

“obor” dan berfungsi sebagai penerangan (Mubarok,2000:2-3). Namun secara

khusus, istilah penyuluhan sebenarnya terkait dengan istilah bimbingan, yaitu

bimbingan penyuluhan disingkat BP, terjemah dari istilah dalam bahasa

inggris Giudance dan counseling suatu istilah dari cabang disiplin ilmu

psikologi. 3

Di Indonesia, perkembangan penyuluhan mulai tercatat bersamaan

dengan berdirinya Departemen Pertanian (Van Landbouw) pada tahun 1905.

Pada masa itu, salah satu tugas departemen tersebut adalah menyalurkan hasil

penyelidikan pertanian kepada petani. Menjelang dan awal Pelita I, melalui

program Bimbingan Massal-Intensifikasi Massal (Bimas-Inmas), penyuluhan

dilakukan besar-besaran.

2
Mohammad Jafar Hafsah, Penyuluhan Pertanian diera otonomi daerah,(Jakarta : PT
Pustaka Sinar Harapan, 2009). h. 11.

3
Isep zainal Arifin, Bimbingan penyluhan Islam pengembangan dakwah bimbingan
psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2009). h. 40.
3

Walaupun demikian, praktis sejak perang kemerdekaan, orientasi

kegiatan penyuluhan ditujukan untuk meningkatkan produksi bahan makanan

pokok rakyat Indonesia, yaitu beras. Puncak pengaruh langsung maupun tidak

langsung pelaksanaan penyuluhan adalah keberhasilan Indonesia mencapai

swasembada pangan, yaitu beras yang diakui secara internasional pada sidang

FAO 1985 di Roma.

Pada tahun 1993, ketika hampir semua produk pertanian telah

meningkat secara nyata dan ada kecenderungan kelebihan produksi pada taraf

harga tertentu, kegiatan penyuluhan yang berorientasi hanya pada peningkatan

produksi perlu dipertanyakan kembali. Falsafah yang selama ini diketahui

sekadar meningkatkan produk perlu dikaji kembali. Selain itu,

kelembagaan/institusi (pendidikan/pemerintahan/birokrasi) yang juga

berorientasi pada peningkatan produksi sektor pertanian (termasuk subsektor

tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan) juga perlu ditinjau

kembali. 4

Fenomena ketertinggalan umat Islam mungkin ada benarnya, jika

dilihat dalam konteks tertentu, yaitu: (a) bahwa masih terdapat kesenjangan

antara kualitas dan kuantitas umat Islam, dan (b) bahwa umat Islam belum

sepenuhnya memainkan peranan penting di pentas nasional dalam berbagai

bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun politik. 5

4
Ravik Karsidi. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat. (Bogor: Media Tor, 2001) h. 116.

5
M. Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta
:Logos, 2000), h. 114.
4

Kedua hal di atas membawa beberapa kesimpulan bahwa umat Islam

di Indonesia adalah “golongan mayoritas dengan mentalitas minoritas” (Prof.

W. F. Wertheim dari Belanda) atau menurut Donald Emmerson “minoritas

aktif dalam mayoritas bilangan”, dan kesimpulan-kesimpulan lain yang

senada. 6

Pesantren sebagai bagian integral masyarakat mempunyai tanggung

jawab untuk mengembangkan dan memberdayakan masyarakat dalam segala

bidang termasuk dalam bidangan ekonomi. Hal ini merupakan tugas baru bagi

pesantren yang sementara ini berkutat dalam bidang ilmu-ilmu keagamaan.

Walaupun sifatnya masih sporadis, kurang terkoordinasi, tidak institusional

dan belum disertai dengan visi dan misi yang jelas, serta perangkat

pendukungnya. Peran ini memang tidak mudah bagi pesantren yang selama ini

lebih berkonsentrasi pada bidang keagamaan dari pada bidang sosial

kemasyarakatan, terutama dalam bidang ekonomi. Ini merupakan tantangan

yang harus dihadapi oleh pesantren, untuk merubah pola dakwah yang

menitikberatkan cara bil lisan menjadi pola da’wah bil hal di tengah-tengah

masyarakat yang semakin komplek.7

Perspektif para pakar tentang pesantren secara mayoritas juga

mengatakan demikian, bahwa pesantren merupakan lembaga tradisional yang

bergerak dalam bidang pendidikan tradisional yang masih mempertahankan

pembelajaran kitab-kitab klasik. Padahal jika kita melihat potensi dan

6
Donald K. Emmerson, Islam in Modern Indonesia: Political Impasse, Cultural
Opportunity, (New York: Syracuse University Press, 1981), h. 159.

7
Mohammad Nadzir. Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren: Economica
Volume VI Edisi 1 (Mei 2015), h. 37.
5

perkembangan pesantren sekarang ini sebagaimana yang di katakan oleh

Azyumardi Azra pesantren sekarang diharapkan tidak lagi sekedar memainkan

fungsi tradisionalnya 8 yaitu; “transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam,

pemeliharaan tradisi Islam, reproduksi ulama”, tetapi juga menjadi pusat

penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi

masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian

lingkungan hidup; dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan

ekonomi masyarakat dan sekitarnya. Maka dari itulah fungsi pesantren tidak

hanya sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of

exellence), sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human

resource), tetapi juga diharapkan menjadi lembaga yang dapat melakukan

pemberdayaan pada masyarakat (agent of development).9

Melihat fungsi yang dimilikinya sebenarnya pesantren dapat berperan

sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat menjadi dinamisator dan

katalisator pemberdayaan sumberdaya daya manusia, penggerak pembangunan

di segala bidang, termasuk di bidang ekonomi. 10

Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis

yang memberikan kebebasan serta hak kepemilikan kepada individu dan

menggalakkan usaha secara perseorangan. Tidak pula dari sudut pandang

komunis, yang ingin menghapuskan semua hak individu dan menjadikan

8
Azyumardi Azra. Jaringan Ulama, (Bandung: Mizan, 1997), hal. xxii.

9
Mohammad Nadzir. Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren: Economica
Volume VI Edisi 1 (Mei 2015), h. 38.

10
Amin Haidari, dkk., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global (IRD Press: Jakarta, 2004) hal. 193-194.
6

mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam

membenarkan sikap mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya merusak

masyarakat.11

Untuk meningkatkan perekonomian, Islam memberikan motivasi pada

pemeluknya untuk bekerja keras dan mempunyai etos kerja yang tinggi.

Karena Islam pada hakekatnya adalah agama yang mengajarkan dan

menganjurkan umatnya untuk meraih kekayaan hidup baik secara material

maupun spiritual. Anjuran tersebut paling tidak tercermin dalam dua dari lima

rukun Islam yaitu zakat dan haji. Kedua pelaksanaan rukun Islam ini

mensyaratkan adanya kekayaan atau kecukupan yang bersifat material. Jika

pelaksanaan zakat dan ibadah haji memerlukan kecukupan material itu, lantas

mencari materi menjadi wajib hukumnya. Dengan kata lain, rukun Islam

mewajibkan umatnya untuk berkecukupan secara material. Nabi sendiri juga

menegaskan bahwa al-yad al-ulya khairun min al-yad as-sufla, “tangan di atas

lebih baik daripada tangan di bawah”, atau memberi lebih baik daripada

meminta.12

Al-Qur’an juga yang menjelaskan untuk bekerja keras dan

mengajarkan pentingnya umat Islam untuk bekerja dan memikirkan

ekonominya. Di antaranya QS. Al-Qashash [28]: 77: “Carilah pada apa yang

telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat; dan

janganlah kamu melupakan bagianmu dari [kenikmatan] duniawi. Berbuat

11
Afzalur Rahman, Doktrin ekonomi Islam (Jilid I: Yogyakarta Dana Bhakti Wakaf,
1995) hal . 10.

12
Musa Asy‟arie, Etos Kerja Islam Sebagai Landasan Pengembangan jiwa
Kewirausahaan (dalam Moh. Ali Aziz, dkk. (ed.), Pustaka Pesantren, tth.) hal. 36.
7

baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik

kepadamu. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”.

Dalam tafsir al-Jalalayn, ayat tersebut ditafsirkan; “Perolehlah [untuk]

kepentingan akhirat [harta kekayaan] yang telah Allah berikan kepadamu,

dengan cara menginfaqkan [sebagian] harta tersebut untuk ketaatan kepada

Allah. Dan jangan kamu lupakan bagian kamu yang berkaitan dengan

keduniaan untuk menjadi amal akhirat”. 13

Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, pesantren setidaknya

memiliki tiga motif, Pertama, motif keagamaan, karena kemiskinan

bertentangan dengan etika sosial ekonomi Islam. Kedua, motif sosial, karena

kyai juga seorang pemimpin yang harus mengatasi krisis ekonomi setempat.

Ketiga, motif politik, karena pemegang kekuasaan setempat mempunyai

kepentingan-kepentingan pribadi pada tingkat mikro dan makro. Pondok

pesantren dalam fungsinya melayani masyarakat, dapat pula dilihat dari

upayanya dalam melayani masyarakat, terutama kebutuhan untuk menanggapi

persoalan-persoalan kemiskinan, memberantas kebodohan, menciptakan

kehidupan yang sehat dan sebagainya. Di sinilah bisa ditunjukkan betapa

pentingnya kehadiran pesantren yang tidak hanya mementingkan kepentingan

sendiri tetapi juga kepentingan masyarakat sekitar lebih mendapat tempat

dalam kerangka usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik lahir

maupun batin.14

13
Jalaluddin Muhammad ibn Ahmad Al-Mahaalli,dan Jalaluddn Muhammad ibn
Abdurrahman ibn Abi Bakar, Tafsir Al-Jalilain. hal. 326.

14
Achmad Zaini, Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim His Contribution to Muslim Education
(Titian Ilahi Press, Yogyakarta: 1998) hal: 126.
8

Hal ini penting untuk dipahami karena pesantren secara historis

didirikan dari dan untuk masyarakat. Pesantren didirikan dengan tujuan

mengadakan transformasi sosial bagi (masyarakat) daerah sekitarnya. Ia hadir

mengabdikan dirinya mengembangkan dakwah Islam dalam pengertian luas,

mengembangkan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan pada

gilirannya didukung secara penuh oleh mereka. 15

Aspek lain signifikansi pelibatan pesantren dalam pemberdayaan

masyarakat, berpeluang pada kenyataan bahwa masyarakat Indonesia yang

mayoritas terdiri dari komunitas muslim pada umumnya berada di daerah

pedesaan. Pada sisi itu, pesantren yang memang berkembang dan tersebar di

daerah-daerah pedesaan sampai derajat tertentu, merupakan representasi dari

masyarakat muslim daerah-daerah pedesaan.

Kenyataan itulah yang membuat pesantren sampai saat ini masih

berpengaruh pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat

muslim pedesaan yang taat. Tetapi upaya untuk menuju ke arah pemberdayaan

masyarakat melalui fungsi ekonomi pesantren terkadang dibenturkan dengan

berbagai kenyataan yang bisa menjadi penghambat langkah tersebut. Salah

satu contohnya adalah karena biasanya pesantren selalu menjadi tempat bagi

keluarga dekat kiai, yang bisa berupa anak, cucu dan seterusnya atau biasa

disebut dzurriyyah kiai. Mereka kadang bertumpu secara ekonomis terhadap

santri, apakah dalam bentuk penyediaan makanan, bahan kebutuhan sehari-

hari, atau yang lainnya.

15
Abd A‟la, Pengembangan Metodologi pemahaman Keagamaan (Makalah
disampaikan dalam Muktamar Pemikiran Islam di Lingkungan NU, Sukorejo, PBNU, 3-5 Oktober
2003) hal . 4.
9

Di banyak pesantren selalu terdapat kios-kios kecil milik keluarga kiai

yang terkadang menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Inilah sulitnya ketika

pesantren kemudian mencoba untuk memusatkan kegiatan ekonomi dalam

satu lembaga. Kegagalan koperasi Pondok pesantren pada dasarnya adalah

karena usaha itu dihadang oleh kepentingan-kepentingan internal. Selain itu

harus diakui bahwa manajemen ekonomi pesantren juga relatif kurang baik,

bukan dari aspek kejujurannya tapi administrasinya. 16

Selain itu kekurangan juga kerap tumbuh pada persoalan yang bersifat

paradigmatik. Satu contoh misalnya nilai-nilai kemandirian yang dianut

pesantren masih lebih menampakkan aspeknya yang bersifat individual, atau

sangat lokal dan belum menjadi sikap sosial kemasyarakatan yang

transformatif. Persoalan itu ditambah dengan pemaknaan sebagian pesantren

terhadap pengabdian dan pengembangan masyarakat yang masih terkesan

parsial dan melulu ditekankan pada aspek pengembangan keilmuan

keagamaan murni. Sebagai konsekuensi pemberdayaan masyarakat di

kalangan pesantren belum disentuh secara kreatif dan serius dalam bentuk

penyatuan yang integral dan eksplisit ke dalam kurikulum yang dikembangkan

pesantren. Tradisi itu tidak cukup dalam dirinya sendiri untuk

memetamorfosis sebagai nilai civil society yang berkeadaban, universal dan

berorientasi jauh ke depan. 17

16
Usman, Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar: 2003) Hal . 38.
17
Ibid, Hal . 39.
10

Untuk menambal kekurangan tersebut, maka yang harus diperhatikan

dalam penguatan kelembagaan itu antara lain adalah, pertama, menganalisis

kebutuhan subjek sasaran ekonomi atau yang disebut sebagai need-

assessment. Analisis kebutuhan diperlukan agar apa yang akan dipasarkan itu

memang menjadi kebutuhan sasaran. Pada tahap awal tentunya harus dibidik

kebuthan-kebutuhan santri dan masyarakat sekitar, agar produk yang

ditawarkan akan segera diperoleh nilai imbal balik. Baru bisa bergerak ke

sektor yang lain, jika kondisi memang sudah memungkinkan. Kedua,

melakukan analisis potensi SDM untuk kegiatan (ekonomi) tersebut. Apakah

sudah ada SDM yang bisa dan mampu untuk menjadi agen bagi

pengembangan kelembagaan ekonomi pesantren tersebut? Pesantren

sesungguhnya kaya dengan SDM yang berkualitas, hanya saja belum disentuh

dengan kekuatan maksimal untuk itu. Ketiga, memetakan kebutuhan dan

potensi untuk dijadikan sebagai rancangan program yang memadai. Keempat,

melaksanakan program dengan memperhatikan jaringan kerja atau networking

yang telah dimiliki oleh pesantren. Kelima, melakukan evaluasi kinerja apakah

sudah ada kemajuan atau belum.

Strategi tersebut sebenarnya bisa diwujudkan dalam berbagai ranah.

Karena pesantren pada umumnya berada di daerah pedesaan, maka strategi

yang tepat untuk melakukan pemberdayaan masyarakat haruslah tidak jauh

dari bidang tersebut. Sunyoto Usman memberikan beberapa alternatif wilayah


11

yang bisa menjadi wilayah garapan pesantren dalam rangka pemberdayaan

masyarakat.18

Pentingnya pemberdayaan masyarakat pedesaan dikarenakan

banyaknya masalah-masalah yang muncul dan belum sama sekali

diselesaikan, permasalahan yang timbul di masyarakat desa merupakan dasar

hidup manusia. Permasalahan dasar hidup adalah tercukupinya papan,

sandang, pangan. Permaslahtan lainnya adalah kurangnya pemerataan

pembangunan yang terjadi terutama pembangunan infrastruktur di perdesaan.

Yang mana pembangunan infrastruktur ini dapat menjadikan meningkatnya

perekonomian masyarakat desa. Infrastruktur yang utama sangat di perlukan

di masyarakat pedesaan adalah sarana pendidikan dan sarana ibadah sebagai

pusat kegiatan dari masyarakat setempat.

Penyuluhan peningkatan ekonomi melalui pesantren yang dilakukan

oleh pesantren agraris yang berlokasi di Dusun Peninis Desa Windujaya

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas dalam prosesnya selain

memberikan pengetahuan keagamaan juga melakukan pendidikan tentang

bagaimana pengelolaan dan pengolahan potensi dari desa terkait pertanian

yang akan dikembangkan di desa tersebut.

Di Desa Windujaya terdapat satu dusun yang disebut masyarakat

sebagai Kebon Jakarta. Disebut demikian karena para pemiliknya adalah tuan

tanah yang berasal dari Jakarta. Pada tahun 1960-an di dusun tersebut pernah

dilakukan landreform mendistribusikan tanah kepada masyarakat (Rahma

18
Usman, Sunyoto, Pembangunan dan bPemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar: 2003) Hal . 40.
12

Mary dkk. 2007: 24). Masyarakat sempat memanfaatkan lahan tersebut untuk

menanam cengkeh, tetapi karena harga cengkeh yang anjlok tahun 1980-an,

masyarakat kemudian menebang cengkeh dan sebagian besar juga menjual

lahan tersebut kepada orang-orang Jakarta.

Setidaknya ada empat orang yang menguasai tanah dalam skala luas di

Kebon Jakarta, diantaranya Asoka Siahaan yang memiliki tanah seluas 7,5 Ha

yang jadikannya sebagai tempat untuk berdiskusi dan memberikan pendidikan

bagi petani serta sebagai laboratorium pertanian organik. Lahan yang dimiliki

Asoka ini disebutnya sebagai Pesantren Agraris atau Padepokan Filosofi yang

menyediakan ruang bagi kegiatan diskusi, pelatihan serta berbagai program

pendidikan pertanian.

Pesantren Agraris ini menjadi objek penelitian yang sangat menarik

dikarenakan mereka melakukan pendidikan keagamaan di barengi dengan

pengetahuan dalam peningkatan potensi desa. Santri-santri yang mengikuti

pengajian di pesantren ini di bekali dengan pengetahuan seputar pengenalan,

pengelolaan dan pengolahan pertanian dengan merujuk pada nilai-nilai

keagamaan Islam dalam pengolahan suatu lahan pertanian.

Dalam uraian di atas peneliti kemudian tertarik untuk melakukan

penelitian tentang bagaimana penyuluhan yang dilakukan oleh Pesantren

Agraris dalam melakukan pengenalan, pengelolaan dan pengolahan potensi

desa yang akan di kelola oleh masyarakat dalam tujuan untuk meningkatkan

ekonomi dari masyarakat setempat, dengan judul “Penyuluhan Peningkatan

Ekonomi melalui Pesantren Agraria (Pertanian) di Dusun Peninis Desa

Windujaya”.
13

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah di tulis, terdapat berbagai masalah

yang dapat dijadikan oleh peneliti sebagai bahan dari apa yang akan di

teliti. Berikut beberapa masalah yang muncul :

a. Minimnya pemahaman masyarakat akan etos kerja, pengetahuan,

keterampilan memanfaatkan lahan kosong

b. Kurangnya penerapan nilai-nilai keagamaan

c. Pesantren terlalu focus terhadap bidang keagamaan dari pada bidang

kemasyarakatan, terutama ekonomi

d. Kurangnya pengetahuan mengenai ilmu pertanian

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi kajian pada penyuluhan

peningkatan ekonomi yang di terapkan oleh pesantren agraris yang

mengenai Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui Pesantren Agraris di

Dusun Peninis Desa Windujaya pada proses penyuluhan yang di terapkan,

yang menitikberatkan pada bagaimana pesantren tersebut memberikan

penyuluhan terkait pertanian serta bagaimana penerapan nilai-nilai

keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang petani.


14

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana program Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui

Pesantren Agraris di Dusun Peninis Desa Windujaya?

b. Bagaimana penanaman nilai-nilai keagamaan dalam Penyuluhan

Peningkatan Ekonomi Melalui Pesantren Agraris di Dusun Peninis

Desa Windujaya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan konsep Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui

Pesantren Agraris di Dusun Peninis Desa Windujaya.

b. Mendeskripsikan nilai-nilai keagamaan yang di terapkan melalui

Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui Pesantren Agraris di Dusun

Peninis Desa Windujaya.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Penelitian ini membantu pembaca untuk lebih mengetahui

mengenai penyuluhan yang dilakukan pesantren agraris dalam

meningkatkan ekonomi. Dapat menjadi masukan untuk menambah

khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.


15

b. Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan bagi

kalangan praktisi untuk dapat mengimplementasikan penelitian di

lapangan, sehingga menjadi bahan dalam evaluasi penyuluhan

peningkatan ekonomi masyarakat yang di lakukan oleh pesantren

agraris untuk dapat terus dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

D. Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan pustaka dalam penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi

penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga

peneliti dapat melakukan pembandingan dengan penelitian-penelitian tersebut.

Peneliti menggunakan penelitian sebelumnya yang memiliki tema penelitian

yang sama dan sebanding, yaitu tentang penyuluhan peningkatan ekonomi.

Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti diantaranya :

1. Nama : Siti Nur Azizah, NIM : 102311019, Program Studi : Bimbingan

dan Konseling Islam. “Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren

Berbasis Ekoproteksi (Studi Kasus Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum

Tunjungmuli Karangmoncol Purbalingga),” Skripsi, Program Sarjana

STAIN Purwokerto. Tulisan skripsi Siti Nur Azizah bejudul

“Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Berbasis Ekoproteksi (Studi

Kasus Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum, Tunjungmuli Karangmoncol

Purbalingga)”, membahas mengenai strategi lanjutan untuk

mengembangkan pemberdayaan ekonomi pondok pesantren.


16

2. Nama: Muhammad Iqbal Fasa, NIM: 1320310003, Prodi : Hukum Islam.

“Manajemen Unit Usaha Pesantren (Studi Kasus Pondok Modern

Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur),” Tesis, Yogyakarta:

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam tesisnya

Muhammad Iqbal Fasa dengan judul “Manajemen Unit Usaha Pesantren

(Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa

Timur)”, membahas mengenai karakteristik dalam manajemen unit usaha

pondok melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengontrolan untuk membentuk kemandirian pesantren.

3. Nama : Muhammad Ibnu Fadli, NIM : 1123203019, Prodi : Ekonomi

Syari’ah. “Manajemen Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pondok

Pesantren”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pondok

pesantren Nurul Hidayah Bandung Kebumen Jawa Tengah dalam

melakukan manajemen pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren

serta bagaimana kekuatan dan kelemahan juga peluang dan ancaman yang

dihadapi pondok pesantren.


17

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri atas

beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan utuh.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

kepustakaan, tinjauan teoritis, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis, yang berisi tentang penyuluhan peningkatan

ekonomi melalui pesantren agraris, sub bab pertama tentang

penyuluhan yang menjelaskan tentang pengertian penyuluhan,

konsep penyuluhan dan penerapan (implementasi) penyuluhan. Sub

bab kedua tentang peningkatan ekonomi. Sub bab ketiga tentang

pesantren agraris.

BAB III Metodologi Penelitian dalam bab ini menjelaskan tentang

metodologi penelitian yang mencakup, pendekatan dan jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek

penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik analisis

data, teknik pemeriksa data, teknik penulisan.

BAB IV Temuan Lapangan dan Analisis Data yang terdiri dari data-data

hasil informan tentang gambaran ataupun profil dari pesantren

agraris. Data-data yang di dapat dari informan terkait penyuluhan

peningkatan ekonomi melalui pesantren agraris, serta analisis


18

konsep, implementasi dan capaian-capaian dalam proses

menjalankan penyuluhan.

BAB V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENYULUHAN

1. Pengertian Penyuluhan

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti

obor ataupun alat untuk menerangi keadaan gelap. Dari asal perkataan

tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi

penerangan ataupun penjelasan kepada yang mereka suluhi. 19

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

Agama, karya M. Arifn, M.Ed yang dimaksud istilah “penyuluhan” adalah

mengandung arti “menerangi, menasehati, atau memberi kejelasan”

kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang

dialaminya. 20

Menurut Thohari Musnamar dalam bukunya “Dasar-Dsar

Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam” ialah : Bimbingan Islam

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

19
Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 7.

20
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
GOLDEN TERAYON PRESS, 1994), Cet Ke- 5, h. 1.

19
20

Sedangkan Rosydan memberikan pengertian bimbingan dan

penyuluhan agama yang dikutip oleh Drs. Imam Sayuti farid sebagai

berikut: Bimbingan dan Penyuluhan Agama adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada individu atau kelompok masyarakat dengan

tujuan untuk memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai keagamaan

dalam kebulatan pribadi atau tatanan masyarakat sehingga dapat

memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Imam Sayuti Farid,

Sjahudi Sirodj, suhartini, 1994:15).

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi

pemodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meninggkatkan

produtivitas, efesinsi usaha, dan pendapatan, dan kesejahteraan, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. 21

Secara umum istilah penyuluhan dalam bahasa sehari-hari sering

digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian penerangan kepada

masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah maupun oleh lembaga non-

pemerintah. Istilah ini diambil dari kata “suluh” yang searti dengan

“obor” dan berfungsi sebagai penerangan (Mubarok,2000:2-3). Namun

secara khusus, istilah penyuluhan sebenarnya terkait dengan istilah

bimbingan, yaitu bimbingan penyuluhan disingkat BP, terjemah dari

21
Mohammad Jafar Hafsah, Penyuluhan Pertanian diera otonomi daerah,(Jakarta : PT
Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 11.
21

istilah dalam bahasa inggris Giudance dan counseling suatu istilah dari

cabang disiplin ilmu psikologi.22

U.Samsudin (1977) mengartikan penyuluhan sebagai sistem

pendidikan non-formal tanpa paksaan dalam rangka menjadikan seseorang

sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah

perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan arti penyuluhan itu, maka Penyuluhan Agama dapat diartikan

sebagai sistem pendidikan non-formal dan tanpa paksaan mengenai ajaran

agama dengan tujuan menjadikan seseorang atau umat sadar dan yakin

bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-

hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya. Penyuluhan Agama dapat

pula diartikan sebagai suatu sistem pendidikan non-formal bersifat praktis

untuk seseorang atau umat, sehingga mereka memiliki kesadaran,

keyakinan dan mampu melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari (learning by doing).23

Berdasarkan beberapa definisi Penyuluhan sebagaimana tersebut di

atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

 Bahwa Penyuluhan merupakan proses kegiatan ataupun usaha yang

dilakukan secara bertahap dan sistematis di dalam memberikan

bantuan terhadap orang lain.

22
Isep zainal Arifin, Bimbingan penyluhan Islam pengembangan dakwah bimbingan
psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2009), h. 40.
23
Enjang AS, Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 (No. 14 Juli-Desember 2009), h.731.
22

 Bantuan itu diberikan kepada individu atau kelompok agar ia mampu

memfungsikan nilai-nilai yang ada pada dirinya melalui kesadaran

akan potensi dirinya.

 Penyuluhan diberikan agar seseorang atau kelompok mampu melihat

kenyataan dirinya sendiri maupun kenyataan kelompok, kemudian

berusaha dengan kemampuannya tersebut untuk menginternalisasikan

dalam dirinya.

2. Konsep Penyuluhan

Dalam UU RI No. 16, tentang SP3K, Tahun 2006 disebutkan

bahwa sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian

pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku

utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

Penyuluhan pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama

(pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai

upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses

pembelajaran inheren adanya proses-proses lain yang terjadi secara

simultan, yaitu:
23

a. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam

memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta

keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan

dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini

sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan

masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.

b. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan

wenang” kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya

sebagai “subyek” dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai

“obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-

laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk 1).

Berpartisipasi; 2). Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal;

3). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan 4).

Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil .

c. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran

(pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi

timbal-balik ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam

upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan

pengembangan usahanya. 24

Makna istilah Penyuluhan Agama sebagaimana disebutkan di atas,

merupakan sesuatu yang penting untuk dipahami khususnya berkaitan

dengan pengembangan wawasan yang koheren dan ilmiah tentang

24
Dedi Kusnadi, Modul Dasar-dasar Pertanian, (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Bogor, 2011), h.8-9.
24

penyuluhan agama. Penyuluhan Agama sebagai sebuah proses merupakan

bagian dari kegiatan dakwah Islam. Secara substantif menurut Syukriadi

Sambas (2004), sudah dikaji dan diamalkan di beberapa lembaga

pendidikan pesantren, yaitu pesantren yang menjadikan beberapa kitab

tentang dakwah Islam sebagai bahan ajarnya. Kitab-kitab itu, antara lain,

meliputi: kitab al-Da'wah al-Tâmmah, Nashâih al-'Ibâd, Irsyâd al-'Ibâd,

al-Mursyid al-Amîn, al-Nashâih al-Dîniyyah, Mau'izhah al-Mu'minîn,

tafsir al-Qur'an yang di dalamnya terdapat penafsiran tentang ayat-ayat

mengenai dakwah Islam, dan kitab turâts lainnya. 25

Bersumber pada al-Qur'an sebagai kitab dakwah, Sunnah Nabi

sebagai bagian penjelas dan empirisasi kitab dakwah, produk ijtihad dan

jihad para waratsah al- anbiyâ, bahwa dakwah Islam merupakan perilaku

keberagamaan Islam berupa internalisasi, transmisi, difusi, dan

transformasi ajaran Islam, yang dalam prosesnya melibatkan unsur subyek

(da'i), pesan (maudhû), metode (ushlûb), media (washîlah), dan obyek

(mad'u), yang berlangsung dalam rentangan ruang dan waktu, untuk

mewujudkan kehidupan individu dan kelompok yang salam, hasanah,

thayyibah, dan memperoleh ridha Allah. 26

25
Enjang AS, Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 (No. 14 Juli-Desember 2009), h.732

26
Abu al-A'la al-Mawdudi, al-Mabadi al-Asâsiyyah li Fahm al-Qurân, (Lohor: Dar al-
'Arubah li al-Da'wah al-Islamiyyah, 1960), h. 34
25

3. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan

a. Fungsi Penyuluhan

1) Fungsi Preventif

Merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah yang

dapat menghambat perkembangan.

2) Fungsi Penyaluran

Agar klien yang dibimbing dapat berkembang secara optimal, klien

perlu dibantu mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-

masing.

3) Fungsi Penyesuaian

Dalam layanan bimbingan adalah membantu terciptanya

penyesuaian antara klien dan lingkungannya. Dengan demikian timbul

kesesuaian antara pribadi klien dan lingkungan

4) Fungsi Perbaikan

Fungsi perbaikan berusaha memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi klien.

5) Fungsi Pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan yang diberikan dapat

membantu klien dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya

secara terarah dan mantap.27

27
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993), h.8-9.
26

b. Tujuan Penyuluhan

Sebagaimana yang diungkapkan oleh H. M. Arifin dalm

bukunya yang berjudul “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan

Penyuluhan Agama” adalah sebagi berikut:

Bimbingan Penyuluhan Agama (religious konseling) bertujuan

untuk membantu memecahkan masalah perseorangan dengan melalui

keimanan menurut agamanya dengan menggunakan keagamaan dalam

konseling tersebut, klien dapat diberi insting (kesadaran akan adanya

Hubungan sebab akibat dalam rangkaian problem-problem yang

dihadapinya) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai-nilai

keimanan yang mungkin saat itu telah lenyap dari dalam jiwa klien. 28

B. PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN

1. Pengertian Penanaman Nilai-nilai Keagamaan

Sebelum membahas lebih mendalam tentang apa nilai-nilai agama

Islam iut, terlebih dahulu penulis uraikan tentang pengertian nilai itu

sendiri. Menurut Muhaimin yang mengutip pendapatnya Webster

menjelaskan bahwa A Value is “principle, or quality regarded as

worthwhile or desirable”, yaitu niai adalah prinsip, standar atau kualitas

yang dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan. Nilai adalah suatu

keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau

28
H. M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Cet.
IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.47.
27

sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu

bermakna bagi kehidupan. 29

Pengertian nilai menurut Sidi Ghazalba sebagaimana dikutip oleh

Chabib Toha, nilai adalah suatu bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda

konkrit bukan fakta dan tidak hanya persoalan benat adalah yang menuntut

pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki,

disenangi maupun tidak disenangi. 30

Dari beberapa pengertian nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa

Nilai merupakan suatu hal yang melekat pada suatu hal yang lain yang

menjadi bagian dari identitas sesuatu tersebut. Bentuk material dan abstrak

di alam ini tidak bisa lepas dari nilai. Nilai memberikan definisi, identitas,

dan indikasi dari setiap hal konkret ataupun abstrak.

Menurut Chabib Thoha dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan

Islam, penanaman nilai adalah suatu tindakan, perilaku atau proses

menanamkan suatuk tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup

sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu

tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas

dikerjakan.31

29
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2006),
h. 148.
30
Mawardi Lubis. Evaluasi Pendidikan Nilai (Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2008), h. 17.
31
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2000), h. 61.
28

Mengenai arti agama secara etimologi terdapat perbedaan

pendapat, diantaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama berasal

dari bahasa sansakerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu: “a” berarti

tidak dan “gama” berarti kacau, jadi berarti tidak kacau.

Kata agaman diambil dari bahasa sansakerta yaitu dari kata a=tidak

dan gama=kacau atau kocar kacir. Dengan demikian, agama berarti tidak

kacau, tidak kocar kacir atau teratur.32 Pengertian agama dilihat dari sudut

peran yang harus dimainkan oleh agama adalah agar setiap orang

berpegang pada agama agar memperoleh ketenangan, ketentraman,

keteraturan, kedamaian dan jauh dari kekacauan. Selain kata agama,

dikenal pula kata al-dien dari bahasa Arab, religi dari bahasa Eropa,

religion dari bahasa Inggris, Prancis, Jerman dan religie dari bahasa

Belanda. Agama menurut bahasa adalah taat, tunduk, keyakinan, peraturan

dan ibadah.33 Setelah menjelaskan pengertian agama dalam segi bahasa,

dilanjutkan dengan pengertian agama menurut segi istilah. Agama menurut

istilah dalam pandangan Mahmut Syaltut dalam Muhammad Alim adalah

ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk

menjadi pedoman hidup. 34

32
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 27.
33
Ibid, h. 27.
34
Ibid, h. 32.
29

Keagamaan adalah merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

agama, beragama, beriman. Yang penulis maksudkan disini adalah rasa

keagamaan (Agama Islam) yang dimiliki oleh setiap individu yang melalui

proses perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir dengan pengaruh dari

luar individu.

Keagamaan adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,

manusia dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama yang

mencakup tata keimanan, tata peribadatan, dan tata kaidah atau norma

yang dibawa oleh Rasulullah dari Allah untuk disampaikan semuanya.

Penanaman nilai-nilai keagamaan menurut penulis adalah suatu

proses edukatif berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar,

terencana dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih,

membimbing, mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan keagamaan,

kecakapan sosial, dan praktek serta sikap keagamaan (aqidah/tauhid,

ibadah dan akhlak) yang selanjutnya dapat mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.
30

2. Jenis-jenis Nilai-nilai Keagamaan

Peranan agama memiliki posisi penting dalam menjaga keseimbangan

hidup dan tingkah laku manusia khususnya bagi siswa yang masih

memerlukan pembinaan ajaran Agama Islam. Sebelum menanamkan nilai-

nilai Agama Islam, terlebih dahulu memahami ajaran agama Islam yang

mencakup tiga hal pokok, yaitu: 35

a. Iman, yaitu kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh

keyakinan, tidak bercampur dengan keraguan, serta memberikan

pengaruh terhadap pandangan hidup tingkah laku dan perbuatansehari-

hari, yang meliputi Rukun Iman yaitu: iman kepada Allah, Malaikat-

Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhir, Qadha dan Qadar.

b. Islam adalah panduan yang diberikan Allah dalam membimbing

manusia mengikuti ajaran-ajaran yang telah ditetapkan dalam hal

ibadah, yang meliputi rukun Islam yaitu: Mengucapkan dua Kalimat

Syahadat, Mendirikan Shalat, Membayar Zakat, Berpuasa di Bulan

Ramadhan dan Melaksanakan Ibadah Haji bagi yang mampu.

c. Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah seorang hamba itu

melihat Allah, dan jika tidak dapat melihat-Nya maka ia meyakini

bahwa Allah-lah yang melihatnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam sangat luas, namun

dalam hal ini dikategorikan menjadi dua aspek, yaitu:

35
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 125-153.
31

a. Nilai Akidah

Akidah memiliki peranan penting dalam ajaran Islam, sehingga

penempatannya diletakkan pada posisi pertama. Akidah secara

etimologis berarti yang terikat atau perjanjian yang teguh dan kuat,

tertanam di dalam hati yang paling dalam. Secara terminologis akidah

berarti creed, creed yaitu keyakinan hidup iman dalam arti khas, yaitu

pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian, akidah adalah

urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan

jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan. 36

Akidah sebagai keyakinan akan membentuk tingkah laku, bahkan

mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Menurut Abu A‟la al-

Maududi, pengaruh akidah dalam kehidupan sebagai berikut:37

1) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik.

2) Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi

setiap persoalan dan situasi.

3) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.

4) Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar

menghadapi resiko.

5) Membentuk manusia menjadi jujur dan adil.

36
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 124.
37
Ibid, h. 131.
32

6) Membentuk pendirian yang teguh, sabar, taat dan disiplin dalam

menjalankan peraturan ilahi.

7) Menciptakan sikap hidup damai dan ridha.

Akidah atau keimanan yang dimiliki setiap orang itu tidak selalu

sama. Ia mempunyai tingkatan-tingkatan yang berbeda. Tingkatan-

tingkatan iman itu adalah:

1) Taqlid, tingkatan keyakinan berdasarkan pendapat orang lain yang

diikutinya tanpa dipikirkan. Dengan kata lain, keyakinan yang

dimilikinya adalah meniru pada orang lain tanpa tahu dasarnya.

2) Yakin, tingkatan keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil

yang jelas, tetapi belum menemukan hubungan yang kuat antara

obyek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya.

3) Ainul Yaqin, tingkat keyakinan berdasarkan dalil rasional, ilmiah

dan mendalam sehingga mampu membuktikan antara objek

keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi

terhadap sanggahan-sanggahan yang datang.

4) Haqqul Yaqin, tingkatan keyakinan yang di samping berdasarkan

dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, juga mampu

membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil,

serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan tersebut

melalui pengalaman agamanya. 38

38
Nasirudin. Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail Media Group, 2010), h. 29.
33

b. Nilai Akhlak

Dalam agama Islam, akhlak atau perilaku seorang muslim dapat

memberikan suatu gambaran atau pemahamannya terhadap agama

Islam. Maka, nilai-nilai yang mengandung akhlak sangat penting bagi

agama Islam untuk diketahui dan diaktualisasikan oleh seorang muslim

atau seseorang yang dalam proses pembinaan dalam membentuk

tingkah laku yang mencerminkan seorang muslim sejati. Secara

etimologi, pengeritian akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti

budi pekerti, tabi‟at, peringai, tingkah laku dan kejadian, buatan,

ciptaan. 39

Akhlak adalah kata jamak dari kata tunggal Khuluq, kata khuluq adalah

lawan dari kata khalq. Khuluq merupakan bentuk batin sedangkan

khalq merupakan bentuk lahir. Akhlak adalah sesuatu yang telah

tercipta atau terbentuk melalui sebuah proses. Karena sudah terbentuk

akhlak disebut juga dengan kebiasaan. 40

Dalam bahasa yunani, untuk pengertian akhlak ini dipakai kata ethos,

ethiko yang kemudian menjadi etika. Manusia akan menjadi sempurna

39
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151.
40
Nasirudin. Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail Media Group, 2010), h. 31.
34

jika mempunyai akhlak terpuji (akhlaqul mahmudah) serta

menjauhkan segala akhlak tercela (akhlaqul mazmumah).41

Adapun akhlak secara terminologiyang mengutip pendapat dari

ulama Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq yang

mendefinisikan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih melalui

pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam Ghazali dalam

kitabnya Ihya Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah

gambaran tingkah laku dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-

perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia.

Karena itu, suatu perbuatan tidak dapat disebut akhlak kecuali

memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a) Perbuatan tersebut tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga

telah menjadi kepribadian.

b) Perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini

bukan berarti perbuatan itu dilakukan dalam keadaan tidak sadar,

hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.

c) Perbuatan tersebut timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.


41
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h. 221.
35

d) Perbuatan tersebut timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia

diibaratkan sebagai “buah” pohon Islam yang berakarkan akidah,

bercabang dan berdaun syari‟ah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat

dilihat dalam al-Qur‟an dan hadis yang berkaitan dengan akhlak. 42

Akhlak bersumber pada al-Qur‟an wahyu Allah yang tidak

diragukan kebenarannya, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai figur

dari al-Qur‟an suri tauladan umat Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 21:

                



21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.

Masalah pendidikan baik dalam pesantren maupun pendidikan

rumah adalah masalah yang berkaitan erat dengan masa depan suatu

bangsa, terutama masalah pendidikan agama kepada anak sangatlah

penting dan perlu ditanamkan sedini mungkin. Dasar utama

penanaman atau pembinaan keagamaan atau religusitas adalah

42
Muhammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 348.
36

bersumber pada al-Qur‟an dan al-Hadits Rasulullah, dimana keduanya

merupakan sumber dari segala sumber pandangan hidup umat islam.

Sebagaimana firman Allah sebagai berikut: (Q.S At-Tahrim ayat 6)

         

           


6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

Dan firman Allah dalam Q.S Al-An‟am ayat 125 :

            

         

       


125. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak
lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.

[503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu
ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup

ajaran Islam itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pola hubungan

dengan Tuhan dan sesama manusia. Akhlak dalam ajaran Islam

mencakup berbagai aspek, dimulai akhlak terhadap Allah hingga


37

terhadap sesama makhluk. Lebih jelasnya akan dipaparkan menurut

Muhammad Alim sebagai berikut :

a. Akhlak Terhadap Allah

Bayak cara yang dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan

kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah. Diantara

nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar adalah: 43

1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan,

yang kemudian meningkat menjadi sikap memercayai Tuhan

dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.

2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah

senantias hadir atau bersama manusia dimanapun manusia

berada.

3) Taqwa, yaitu berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai

Allah dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang

tidak di ridhai-Nya.

4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan

semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari

pamrih.

5) Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah

dengan penuh harapan dan keyakinan bahwa dia yang akna

menolong manusia dalam memberikan jalan yang terbaik.

43
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 152-154.
38

6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan

atas semua nikmat dan karunia yang tak terhitung.

7) Sabar, yaitu sikap tabah dalam menghadapi segala kepahitan

hidup. Dengan kata lain, sabar adalah sikap batin yang tumbuh

karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.

b. Akhlak Terhadap Manusia

Nilai-nilai sifat akhlak terhadap sesama manusia sangat

banyak, dan berikut ini diantara nilai-nilai tersebut yang patut

dipertimbangkan, yaitu :44

1) Silaturahmi, yaitu menyambung rasa cinta kasih sesama

manusia.

2) Persaudaraan (ukhuwwah), yaitu semangat persaudaraan.

Intinya agar manusia tidak mudah merendahkan golongan lain.

3) Persamaan (Musawwah), yaitu pandangan bahwa semua

manusia itu sama harkat dan martabat.

4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang dalam memandang,

menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang.

5) Baik sangka (Khusnudhon), yaitu sikap penuh baik sangka

kepada orang lain

6) Rendah hati (Tawadhu’), yaitu sikap yang tumbuh karena

kesadaran bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah.

44
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 155-157.
39

7) Taepat janji (al-wafa”), yaitu selalu menepati janji apabila

membuat perjanjian.

8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesadaran

menghargai pendapat dan pandangan orang lain.

9) Dapat dipercayai (al-amanah), yaitu penampilan diri yang

dapat dipercaya.

10) Perwira (,, iffah dan ta’’affuf), yaitu sikap penuh harga diri

namun tidak sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah

menunjukkan sikap memelas.

11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir

dalam menggunakan harta.

12) Dermawan, yaitu sikap memiliki kesediaan yang besar dalam

menolong sesama manusia.

Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia di atas sama halnya

dengan nilai-nilai ketuhanan yang dapat membentuk ketakwaan,

maka nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk akhlak mulia diatas

tentu masih dapat ditambah lagi dengan beberapa nilai yang

banyak sekali.

c. Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu

yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun

benda-benda yang tidak bernyawa.

Pada dasarnya, nilai-nilai akhlak terhadap lingkungan ini

bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan


40

menurut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan terhadap

alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaa,

serta bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan

penciptanya. 45

Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati

proses-proses yang sedang berjalan, dan juga proses yang sedang

trjadi. Yang demikian itu, dapat mengantarkan manusia agar

bertanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan

pengrusakan terhadap terhadap lingkungan.

Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak islam

sangat komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk

yang diciptakan tuhan. Hal yang demikian dapat dilakukan karena

seluruh makhluk satu sama lain yang saling membutuhkan.

Menurut Jalaluddin fungsi akhlak ada tiga yaitu :

1) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Akhlak merupakan

suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya

potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik di

dunia maupun di akhirat.

2) Mengungkapkan masalah dengan objektif. Objektivitas lebih

dipercaya masyarakat dari pada unsur Subjektif, ini ini

menjadikan model bagi Akhlaq al-karimah diterima sebagai

45
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151.
41

konsep yang mampu memberikan jaminan manusia untuk

selamat di dunia dan akhirat.

3) Meningkatkan motivasi untuk menggali ilmu. Keyakinan

kebenaran akhlaq alkarimah yang didasarkan atas pembuktian

secara ilmiah akan memupus masalah keraguan yang kurang

bisa digunakan sebagai dasar kebenaran bersama.

C. PENINGKATAN EKONOMI

1. Pengertian Ekonomi

Kata ekonomi menurut Poerwadarminta, dalam bukunya Kamus

Umum Bahasa Indonesia diartikan dengan “pengetahuan dan penyelidikan

mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan (konsumsi)”. 46 Menurut An

Nabbhani, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani kuno (Greek) yang

bermakna: “mengatur urusan rumah tangga”, di mana anggota keluarga

yang mampu ikut terlibat dalam menghasilkan barang-barang berharga dan

membantu memberikan jasa, lalu seluruh anggota keluarga yang ada ikut

menikmati apa yang mereka peroleh, populasinya kemudian semakin

banyak, mulai dari rumah ke rumah menjadi kelompok (community) yang

diperintah oleh Negara. 47

46
W.J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1982),
h. 267.
47
Taqiyuddin AN Nabbhani. Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam.
Penerjemah Maghfur Wachid (Surabaya. Risalah Gusti. 1996), h. 47.
42

Muhammad Abdul Mannan, mengutip kata-kata ekonomi dari

Professor Robbins sebagai berikut: “Ilmu Ekonomi adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia sebagai hubungan antara

tujuan dan sarana langka yang memiliki kegunaan-kegunaan alternative”. 48

Sedangkan Zainal Abidin Ahmad, mengungkapkan perkataan

„ekonomi‟ adalah berasal dari bahasa Yunani, „oicos‟ dan „nomos‟. Oicos

berarti „rumah‟, sedangkan nomos berarti „aturan‟. Jadi jelasnya bahwa

ekonomi adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup

manusia di dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat

(volkshuishouding), maupun dalam rumah tangga Negara

(staatshuishouding).49

Sedang pengertian ekonomi Islam menurut istilah (terminology)

terdapat beberapa pengertian menurut beberapa ahli ekonomi sebagai

berikut:

1. Yusuf Qardhawi memberikan pengertian Ekonomi Islam adalah

ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. System ini bertitik tolak dari

Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang

tidak lepas dari syari‟at Allah. 50

48
M.A. Mannan. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. Penerjemah. Potan Arif Harahap
(Jakarta. Internusa. 1992), h. 19.
49
Zainal Abidin Ahmad. Dasar-dasar Ekonomi Islam (Jakarta. Bulan Bintang. 1979), h.
30.
50
Yusuf Qardhawi. Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta. Gema Insani Press. 1997).
Penerjemah Zainal Arifin. h. 31.
43

2. M.A. Mannan memberikan pengertian Ekonomi Islam adalah

merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-

masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. 51

3. M. Syauqi Al-Faujani memberikan pengertian Ekonomi Islam dengan

segala aktivitas perekonomian beserta aturan-aturannya yang

didasarkan kepada pokok-pokok ajaran Islam tentang ekonomi. 52

4. Monzer Kahf memberikan pengertian Ekonomi Islam dengan kajian

tentang proses dan penangguhan kegiatan manusia yang berkaitan

dengan produksi, distribusi dan konsumsi dalam masyarakat muslim. 53

Dari pengertian-pengertian itu tampaklah suatu konklusi bahwa

yang dimaksud dengan ekonomi Islam adalah segala bentuk aktivitas

manusia yang menyangkut persoalan harta kekayaan baik dalam sektor

produksi, distribusi maupun konsumsi yang didasarkan pada praktek-

praktek ajaran Islam. Walaupun perlu juga diperhatikan apa yang disebut

dengan ilmu ekonomi sebagai suatu sains murni dan ekonomi sebagai

suatu system. Karena itu perlu diperhatikan, sekalipun ilmu ekonomi dan

system ekonomi masing-masing membahas tentang ekonomi, akan tetapi

ilmu ekonomi dan system ekonomi itu merupakan dua hal yang berbeda

sama sekali.

51
M.A. Mannan. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. (Jakarta Internusa. 1992), Penerjemah
Paton Arif Harahap, h. 19.
52
M. Syauqi Al-Faujani. Ekonomi Islam Masa Kini. (Bandung, Mizan. 1988), Penerjemah
Husaini, h. 3.
53
Monzer Kahf. Ekonomi Islam. (Yoyakarta. Pustaka Pelajar), Penerjemah Machnun
Husein, h. 6.
44

Karena luasnya kaedah ekonomi ini, maka umumnya

pembahasan ilmu ekonomi terbagi kepada:

1. Ekonomi sebagai usaha hidup dan pencaharian masing-masing

manusia, dinamakannya „ekonomi leven’, economical life wirschaff.

2. Ekonomi di dalam rencana suatu pemerintahan yang dinamakan

economi politiek, political economy, atau wirschaff politiek.

3. Ekonomi di dalam teori dan pengetahuan, dinamakan economise

wetenschappelijk, economical secience atau wirschaff wissenchaft.54

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang

dinamakan ekonomi ialah pengetahuan tentang kegiatan yang mengatur

urusan harta kekayaan, baik yang menyangkut sektor produksi, distribusi,

dan konsumsi.

2. Peningkatan Ekonomi

Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan menaikkan atau

menaiki. 55 Ekonomi sebagaimana yang diketahui adalah kegiatan manusia

dengan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempergunakan unsur-unsur

produksi dengan sebaik-baiknya guna memenuhi berbagai rupa

kebutuhan. 56 Ilmu ekonomi adalah ilmu social yang mempelajari perilaku

54
Zainal Abidin Ahmad. Dasar-dasar Ekonomi Islam (Jakarta. Bulan Bintang. 1979), h.
30.
55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h.994.
56
Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan
Umatnya, (Jakarta: Raja Grafindo, 1983), h.67.
45

individu dan organisasi yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan

konsumsi barang dan jasa. 57

Jadi, peningkatan ekonomi adalah suatu proses untuk menaikkan

unsur-unsur produksi masyarakat guna memenuhi berbagai rupa

kebutuhan ataupun keinginan.

a. Kebutuhan dan Keinginan

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia

sehingga dapat mencapai kesejahteraan, bila ada diantara kebutuha

tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak

sejahtera atau kurang sejahtera. Sedangkan keingin adalah sesuatu

tambahan atas kebutuha yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga

manusia tersebut merasa lebih puas.

Kebutuhan yang tidak terbatas salah satu faktor bahwa

masyarakat merasa tidak sejahtera, sehingga bila ada diantara

kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa

tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Alasannya karena ketidak puasan

dengan benda yang diperoleh. Apabila keinginan dan kebutuhan masa

lalu sudah terpenuhi, maka keinginan-keinginan yang baru akan

terwujud. Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa dapat

dibedakan kepada dua bentuk yaitu keinginan yang disertai oleh

57
Erlina Raufaidah, Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2015), h.4.
46

kemampuan untuk membeli dan keinginan yang tidak disertai oleh

kemampuan untuk membeli. 58

b. Faktor-faktor Produksi

Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam

atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam

perekonomian dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

1) Tanah dan sumber alam, factor produksi ini terbuat dari alam yang

dapat dijadikan modal seperti tanah, berbagai jenis tambang, hasil

hutan, air yang dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga

listrik.

2) Tenaga kerja, faktor produksi ini merupakan tenaga kerja yang

meliputi keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.

3) Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh

manusia dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan

jasa-jasa yang mereka butuhkan.

4) Keahlian kewirausahaan, faktor produksi ini berbentuk keahlian

dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan

mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Keahlian keusahawanan

meliputi kemahirannya mengorganisasi berbagai sumber atau

faktor produksi tersebut secara efektif dan efisien sehingga

58
Sadono Sukirno, mikro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011, Cet. Dua Puluh Enam), h,5.
47

usahanya berhasil dan berkembang serta dapat menyediakan

barang dan jasa masyarakat.59

D. PESANTREN AGRARIS (PERTANIAN)

a. Pengertian Pesantren

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya

tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal

dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan

masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan

lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat

mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang

berlaku.60

Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu

pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar

para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana

terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari

Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk

Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,

sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa,

59
Sadono Sukirno, mikro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011, Cet. Dua Puluh Enam), h.6-7.

60
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (LP3S,
Jakarta, 1983), h.18.
48

sedangkan di Minangkabau disebut surau.61 Pesantren juga dapat dipahami

sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara

nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada

santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh

Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok

(asrama) dalam pesantren tersebut.62

Menurut M. Arifin pondok pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar

dengan sistem asrama. Para santri menerima pendidikan agama melalui

sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah

kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa kyai. 63 Kemudian

lembaga research islam mendefinisikan pondok pesantren adalah suatu

tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-

pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggal

para santri tersebut.64

Muzamil Qomar, menyatakan bahwa pondok pesantren memiliki

persepsi yang plural. Pondok pesantren dapat dipandang sebagai lembaga

61
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 5.
62
Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), h. 6.
63
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 240.
64
Lembaga Research Islam (Pondok Pesantren Luhur), Sejarah dan Dakwah
Islamiyah Sunan Giri, (Malang : Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Giri Gresik,
1975), h. 52.
49

ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling

populer adalah sebagai institusi pendidikan islam yang mengalami proses

romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal

maupun eksternal. 65

Pesantren tumbuh dari bawah, atas kehendak masyarakat yang

terdiri atas: kiai, santri, dan masyarakat sekitar, termasuk perangkat desa.

Di antara mereka, kiai memiliki peran paling dominan dalam mewujudkan

dan mengembangkan pondok pesantren. Sehingga, pondok pesantren

merupakan lembaga pendidikan islam paling otonom yang tidak bisa

diintervensi pihak-pihak luar kecuali atas izin kiai. Adapun perbedaan

variasi bentuk pendidikan pondok pesantren ini diakibatkan perbedaan

kondisi sosial kultural masyarakat yang mengelilinginya. 66

b. Kategorisasi pondok pesantren

Ada banyak pandangan tentang pengelompokan jenis-jenis atau

kategorisasi pondok pesantren. Dzamakhsyari Dhofier memandang

pondok pesantren menjadi dua kategori, yaitu pondok pesantren salafi dan

khalafi. Pondok pesantren salafi tetap mengajarkan pengajaran kitab-kitab

islam kalsik sebagai inti pendidikannya. Penerapan sistem madrasah untuk

memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga

pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan

umum. Sedangkan pesantren khalafi telah memasukkan pelajaran-

65
Mujamil Qomar, pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi
institusi, (jakarta : Erlangga, 2005), h. 2.
66
Ibid, h. xiv.
50

pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan atau

membuka tipe-tipe sekolah umum di dalam lingkungan pondok

pesantren.67 Selain itu dofier juga membagi berdasarkan jumlah santri dan

pengaruhnya. Ada pondok pesantren kecil, menengah, dan besar. Pondok

pesantren kecil biasanya memiliki satri dibawah seribu dan pengaruhnya

terbatas pada tingkatan kabupaten. Pondok pesantren besar adalah pondok

pesantren yang memiliki jumlah santri lebih dari dua ribu santri yang

memiliki pengaruh serta menarik santri dari berbagai kabupaten dan

provinsi. 68

M. Arifin mengkalsifikasikan pondok pesantren berdasarkan

kurikulumnya ke dalam tiga kategori, yaitu pondok pesantren modern,

kahasus (secara khusus mendalami ilmu-ilmu tertentu, sebagai

contohpendalaman ilmu fiqih, hadits, al-quran), dan campuran.69

Adapula yang mengkategorisasikan pondok pesantren dari sistem

pendidikan yang dikembangkan. Pondok pesantren dengan kategorisasi

seperti ini dibagi menjadi tiga jenis: kelompok pertama, memiliki santri

yang belajar dan tinggal bersama kyai, kurikulum tergantung kyai, dan

pengajaran secara individual. Kelompok kedua, memiliki madrasah,

kurikulum tertentu, santri bertempat tinggal di asrama untuk mempelajari

67
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pondok Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 41.
68
Ibid, h. 24.
69
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 251-252.
51

pengetahuan agama dan umum. Kelompok ketiga, hanya berupa asrama,

santri belajar di sekolah, madrasah, bahkan perguruan tinggi umum atau

agama di luar, kyai sebagai pengawas dan pembina mental.

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan

merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan

nasional70. Makanya, lembaga pendidikan pesantren memiliki posisi

strategis dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu bentuk

pendidikan di Negara kita, pesantren mempunyai tempat tersendiri di hati

masyarakat. Hal ini disebabkan karena pesantren telah memberikan

sumbangan yang besar bagi pencerdasan kehidupan bangsa dan

pengembangan kebudayaan masyarakat.

Pesantren memiliki fungsi ganda (dzu-wujuh) :

Pertama, sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang berfungsi

untuk menyebarluaskan dan mengembangkan ilmu-ilmu keagamaan Islam.

Sukar dibayangkan agama Islam dapat berkembang pesat di tanah air

tanpa lembaga ilmu pengetahuan yang efektif seperti pesantren.

Kedua, pesantren juga berfungsi sebagai lembaga perkaderan

yang berhasil mencetak kader umat dan kader bangsa. Banyak alumnus

pesantren yang menjadi pemimpin umat dan bangsa atau menjadi elit

strategis dalam berbagai bidang kehidupan. Selain banyak yang menjadi

guru atau mubaligh, tidak sedikit keluaran pesantren yang menjadi

pengusaha, tentara, cendekiawan, maupun wartawan. Hal ini menunjukan

70
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 3.
52

bahwa produk lembaga pendidikan pesantren memperoleh pengakuan

social (social recognition) yang luas.

Ketiga, pesantren juga berfungsi sebagai agen reformasi social

yang menciptakan perubahan dan perbaikan dalam kehidupan masyarakat.

Hal terakhir ini memungkinkan terjadi karena pesantren dengan figure

sentral kiai mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan masyarakat

sekitar sehingga dapat melakukan mobilisasi social yang efektif. 71

Agraria merupakan hal-hal yang terkait dengan pembagian,

peruntukan, dan pemilikan lahan Agraria sering pula disamakan

dengan pertanahan. Dalam banyak hal, agraria berhubungan erat

dengan pertanian (dalam pengertian luas, agrikultur), karena pada awalnya,

keagrariaan muncul karena terkait dengan pengolahan lahan.72

Jadi Pesantren agraris adalah tempat pendidikan dan pengajaran

keagamaan dalam model pondok (asrama) yang mana mengkaji kitab-kitab

klasik yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama abad pertengahan, disertai

dengan menerapkannya dalam kehidupan dalam pertanian di lingkungan para

santri.

71
Dr. M. Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta
: Logos, 2000), h. 101-102.

72
Agraria, id.wikipedia.org, https://id.wikipedia.org/wiki/Agraria, di akses pada tanggal
10 Mei 2017.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Adapun

pengertian dari penelitian kualitatif adalah menurut Bagdan dan Taylor (1975)

seperti yang dikutip Lexy J. Meleong dalam bukunya ialah bahwa penelitian

kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. 73 Memberikan gambaran terhadap subjek dan objek

penelitian lapangan. Bentuk penulisan tugas ini adalah penelitian lapangan,

penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data

yang dibutuhkan selama penulisan, di sini penulis menguraikan serta

mendeskripsikan bagaimana strategi dalam mengintegrasikan antara

mahasiswa dan masyarakat. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada

data-data penelitan yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara, dan

studi dokumentasi.

73
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998), Cet ke-9, h. 3.

53
54

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak 10 Mei 2017 hingga Agustus 2017 di

Pesantren Pertanian Taman Lestari. Bertempat di Dusun Peninis, Desa

Windujaya, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah

Kode Pos 53152.

Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi

penelitian ini adalah :

a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian yang menelliti tentang

Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui Pesantren Pertanian

Taman Lestari.

b. Pihak lembaga bersedia untuk diadakan penelitian dan memberikan data

dan informasi sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang ada.

c. Lokasi tersebut memenuhi kriteria dan persyaratan untuk menjadi lokasi

penelitian yang sesuai dengan program studi peneliti.

d. Lembaga tersebut dipimpin oleh Dr. Sulkhan Chakim, S.Ag., M.M. yaitu

menjabat sebagai direktur di Pesantren Pertanian Taman Lestari yang juga

merupakan Wakil Dekan Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto.


55

C. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah menjelaskan makna perilaku dengan

menafsirkan apa yang orang lakukan. 74 Atau tempat di mana bisa

mendapatkan sumber data/keterangan. Sumber data adalah mereka yang

dapat memberikan informasi tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini

menjadi subjek utama adalah pengurus pesantren agraria.

Adapun teknik pengambilan subjek dengan menggunakan teknik

bola salju. “Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa

orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota sampel. Mereka

kemudian menjadi sumber informasi tentang orang-orang lain yang juga

dapat dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukkan ini

kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta menunjukkan

orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian

prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah anggota sampel yang diinginkan

terpenuhi.”75

b. Objek penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga

komponen yaitu, place atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial

berlangsung, actor (pelaku) atau orang-orang yang sedang memainkan

peran tertentu, activity atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam

74
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 32.
75
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), cet keenam, h. 63.
56

situasi social yang sedang berlangsung. 76 Dalam penelitian ini objek

penelitian penulis adalah Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui

Pesantren Agraria di Dusun Peninis Desa Windujaya.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi langsung

Yaitu mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung

terhadap objek yang akan diteliti serta pencatatan yang sistematis. Melalui

observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku

tersebut.77 Guna memperoleh gambaran yang jelas tentang konsep,

impelementasi dan hasil penyuluhan peningkatan ekonomi masyarakat

melalui pesantren agraria.

b. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan secara

mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu, dengan tujuan tertentu

dan dengan bertanya secara langsung kepada sejumlah responden.78

Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan data informasi

langsung tentang beberapa jenis data. Wawancara, merupakan bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

mendapatkan informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

76
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: ALFABETA,
2007), Cet ke-3, h. 229.
77
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
ALFABETA, 2007), Cet ke-3, h. 226.
78
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h.
38.
57

berdasarkan tujuan tertentu.79 Dalam penelitian ini penulis langsung

mewawancarai bagaimana penyuluhan peningkatan ekonomi melalui

pesantren agraria.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu salah satu teknik pengumpul data dengan cara

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, literature, prasasti, notulen rapat, agenda, dan

website yang telah dianalisis yang relevensinya dapat dijadikan sebagai

bahan penelitian.80

d. Catatan lapangan

Catatan yang digunakan berisi tentang hal-hal yang diamati, yang

oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara

lengkap dan deskriptif dengan keterangan tanggal dan waktu, dan

menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi

dilakukan, siapa saja yang hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi

sosial, aktifitas apa saja yang berlangsung dan lain sebagainya.

E. Sumber data

Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung,

berperan serta sebagai pengamat dan wawancara langsung lagi mendalam

kepada responden.

79
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 180.
80
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 206.
58

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang

berkaitan dengan penelitian baik dari instansi pemerintah-swasta atau

berbagai referensi buku, majalah, surat kabar yang bersangkutan dalam

penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah salah satu proses pengorganisasian data

berdasarkan pola, kategori, dan satuan uraian dasar yang kemudian dapat

dianalisis agar mendapatkan hasil berdasarkan data-data yang telah ada. 81

Setelah melakukan penghimpunan data yang sesuai dengan permasalahan

penelitian, untuk itu selanjutnya penulis mengolah dan menganalisis data

tersebut dengan cara :

a. Data–data dan informasi yang diperoleh melalui teknik observasi dan

pengamatan langsung, oleh penulis dijadikan sebagai bahan untuk

mengetahui bagaimana proses dan metode Penyuluhan yang dilakukan

oleh Pesantren Pertanian Taman Lestari dalam meningkatkan ekonomi.

b. Data–data dan informasi yang diperoleh melalui teknik wawancara, oleh

penulis disimpulkan dan dianalisis yang kemudian diuraikan dan

dimasukan ke dalam bahan skripsi.

c. Data dan dokumentasi digunakan penulis sebagai bahan karangan analisis

dalam menimbang dan menguraikan hasil penelitian ke dalam skripsi.

81
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2003), cet. Ke- 9.
59

G. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA

(Center for Quality Devlopment and Assurance) Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA

Kecamatan Kedung Banteng berada di bagian barat kabupaten Banyumas,

berjarak sekitar 20 km dari pusat perkotaan. Secara geografis, Desa Windujaya

berada di kordinat 7° 23’ 0” Selatan, 109° 13’ 0” Timur.

A. Gambaran Umum Tentang Pesantren (Agraria) Pertanian Taman Lestari

1. Sejarah Berdirinya Pesantren Pertanian Taman Lestari

Pesantren Pertanian Taman Lestari yang awal didirikan pada Mei

2015 ini awalnya tanahnya diberikan oleh Pak Asoka yang ingin membuat

perkampungan pancasila, yang terdiri dari komunitas keagamaan. Dalam

perjalanannya terdapat benturan dengan Pak Asoka yang membuat

perkampungan pancasila itu tidak terlaksana dan sebagian tanah yang

sudah terlanjur dibagikan tetap dikembangkan. Ada dibuat yayasan dan

komunitas muslim berinisiatif untuk membuat pesantren pertanian yang

awal dipelopori oleh 3 orang tokoh PBNU untuk membuat kepengurusan

yang di pimpin oleh Kyai Roqib. Kyai Roqib memberi perintah kepada

tiga orang untuk tinggal mengurus pesantren dan melakukan musyawarah

untuk menentukan konsep pesantren yang ingin dikembangkan. Awalnya

ada keinginan membuat pesantren rehabilitasi untuk pecandu narkoba

namun tidak memungkinkan dikarenakan tidak adanya SDM yang

mumpuni dibidang tersebut, maka salah satu pengurus berinisiatif untuk

membuat pesantren pertanian karena gambaran 10 sampai 20 tahun ke

60
61

depan minat dari generasi muda akan sangat berkurang terhadap pertanian.

Ditetapkanlah nama Pesantren Pertanian Taman Lestari. Awalnya nama

yang diberikan ar-Raudhah (taman) karna di lingkungan masyarakat

setempat masih sangat awam keislamannya dan kurangnya minat dalam

beragama maka dibuatlah nama yang mudah untuk diingat yaitu Pesatren

Pertanian Taman Lestari yang ingin mengembangkan pertanian organik

guna menghindari pupuk-pupuk an-organik serta menyesuaikan dengan

hal yang dekat dengan masyarakat setempat yaitu masalah pertanian.

Pesantren Pertanian Taman Lestari memiliki sekitar 10 HA lahan

untuk sayur-sayuran dan 7 HA untuk buah-buahan yang membutuhkan

perawatan ekstra dan biaya yang lumayan besar untuk mengelola lahan

tersebut dengan curah hujan yang sangat tinggi. Jenis buah terbanyak yang

ditanam adalah alpukat, nanas, kelapa, duren dan kopi. Sejarah dari tanah

tersebut adalah wilayah perkebunan kopi yang sangat besar yang dimiliki

oleh Belanda pada masa kolonial hingga tahun 1980-an, peninggalan

bangunannya pun masih banyak tersisa, sekitar 4 bangunan yang sampai

sekarang digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas. Masyarakat

setempat biasa di sebut Inlander (buruh pribumi) dalam bahasa Belanda.

2. Visi dan Misi Pesantren Pertanian Taman Lestari

Direktur Pesantren Pertanian Taman Lestari, Dr Sulkhan Chakim

mengatakan dengan adanya pesantren ini diharapkan mampu memberikan

pendampingan yang berorientasi pada pengembangan potensi lingkungan


62

berbasis pertanian organik. “Dengan pertanian organik itu bisa lebih

hemat, sehat dan higienis,” katanya kepada Radarmas, Kamis (8/10).

Selain itu, pesantren yang berbasis pertanian di Indonesia masih

sangat jarang dan itu menjadi peluang Pesantren Pertanian Taman Lestari

menjadi pesantren percontohan. “Ke depan bisa menjadi rintisan, karena

kami yang pertama,” ujarnya. Dikatakan Sulkhan, pemilihan pertanian

karena orang dibawah usia 30 tahun dipastikan hampir tidak aktif

mengelola pertanian. “Karena itu kami ingin mengajak berbagai pihak

untuk mendukung, termasuk dari Unsoed,” ujarnya. Untuk merealisasikan

hal tersebut, pengurus pesantren Dr Muhammad Roqib MAg mengatakan,

beberapa langkah dilakukan sebagai pendampingan kepada masyarakat.

“Jadi kami ingin menyelamatkan pangan dengan mempertahankan

swasembada pangan dan juga pemahaman spiritual agama. Selain itu juga

bisa digunakan sebagai basecamp pertanian,” jelasnya. 82

Konsep yang diterapkan oleh Pesantren Pertanian Taman Lestari

adalah konsep penggunaan pupuk organik dengan menolak segala pupuk

dari bahan kimia atau pupuk buatan, serta membudidayakan tanaman yang

sudah jarang dibudidayakan di tempat agar tanaman-tanaman lokal tidak

punah, serta mempelajari tentang nutrisi untuk tanaman seperti

penggunaan cangkang telur,nanas dan jahe. Selain menggunakan pupuk

MOL (Mikro Organisme Lokal) juga menggunakan pupuk kandang dari

masyarakat sekitar. Bahan-bahan MOL itu sendiri sangat mudah

didapatkan karna menggunakan limbah rumah tangga seperti sisa-sisa

82
http://radarbanyumas.co.id/berdiri-pesantren-berbasis-lingkungan/
63

makanan dan sisa potongan sayuran. Hal yang menarik seperti kulit

bawang dapat menjadi antiseptik untuk tanaman.83

3. Kondisi Sosial Keagamaan dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Dusun Peninis Desa Windujaya kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Banyumas

Penduduk yang menempati atau yang bertempat tinggal di Dusun

Peninis Desa Windujaya terdiri dari penduduk asli dan penduduk

pendatang. Motivasi dari penduduk pendatang di Dusun Peninis

disebabkan pembukaan lahan yang dilakukan oleh komunitas pondok

filosofi di bawah naungan pak Asoka untuk mendayagunakan lahan

pertanian di dusun tersebut.

Mayoritas masyarakat Dusun Peninis Desa Windujaya bermata

pencaharian petani sekitar 90%, selebihnya bekerja sebagai pedagang

kecil, pengrajin, buruh bangunan, peternak dan lain-lain. Dari luas wilayah

dusun Peninis Desa Windujaya (1.078 ha) saat ini yang digunakan untuk

lahan pertanian hanya sekitar 20% dari luas lahan garapan untuk pertanian,

dikarenakan sedang populer dikalangan masyarakat kabupaten Banyumas

adalah pembukaan tempat-tempat wisata air terjun. Dua tahun belakangan

Dusun Peninis Desa Windujaya sudah dibuka objek wisata Tranggulasih

yang dikelola oleh masyarakat sekitar bukit Tranggulasih yang dalam

beberapa bulan terakhir ini sangat diburu oleh para traveler lokal.

83
Hasil wawancara dengan ustadz edi selaku pengurus pesantren
64

Adanya objek wisata bukit Tranggulasih ini membuat lahan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Ada peningkatan ekonomi yang

signifikan bagi beberapa individu pengelola objek wisata tersebut, hanya

saja lahan pertanian yang lebih dari 700 HA menjadi mubazir dengan tidak

didayagunakan oleh masyarakat sekitar.

Hal yang menarik dari Dusun Peninis ini adalah dari Agama yang

dianut masyarakat setempat, terdapat empat agama dalam satu dusun ini

yang terbagi dalam :

Tabel 1.1

No. Agama Jumlah Penganut di Dusun Peninis

1. Islam 167 Keluarga

2. Protestan 132 Keluarga

3. Hindu 47 Keluarga

4. Buddha 34 Keluarga

Data Berdasarkan wawancara dengan Kepala Dusun Peninis

Sebagai masyarakat yang memiliki keberagaman dalam beragama

membuat seringkali terjadi konflik-konflik ringan yang membuat

lingkungan menjadi tidak nyaman. Contoh kasus adalah penggunaan Toa

oleh umat Islam ketika mengumandangkan adzan yang membuat umat

agama lain menjadi merasa terganggu dan untuk melerai konflik itu

akhirnya dibuat musyawarah yang pimpin oleh Kepala Dusun Peninis

sehingga menghasilkan keputusan agar umat Islam tidak boleh

menggunakan Toa ketika mengumandangkan adzan.


65

Bentuk-bentuk ekspresi nilai keagamaan merupakan perwujudan

tingkah laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Terlepas

dari konflik keagamaan yang terjadi dalam penelitian ini akan terfokus

hanya pada komunitas muslim yang berada di Dusun Peninis Desa

Windujaya. Karakteristik dan pemahaman keislaman yang dimiliki oleh

masyarakat Dusun Peninis Desa Windujaya masih sangat tercampur oleh

ajaran nenek moyang atau yang banyak orang sebut adalah Islam Kejawen.

Menurut Kodiran (1971), kebudayaan spiritual jawa yang di sebut kejawen

ini memiliki ciri-ciri umum. Pertama, orang Jawa percaya bahwa hidup di

dunia ini sudah di atur oleh tuhan yang Mahakuasa, mereka bersifat nrimo

(menerima) takdir sehingga mereka tahan dalam hal menderita. Kedua,

orang Kejawen percaya pada kekuatan gaib yang ada pada benda-benda

seperti keris, kereta istana, dan gamelan. Benda-benda tersebut setiap

tahun harus dimandikan atau dibersihkan pada hari jumat kliwon bulan

Suro dengan upacara siraman. Ketiga, orang Kejawen percaya terhadap

roh leluhur dan roh halus tersebut dapat mendatangkan keselamatan

apabila mereka dihormati dengan melakukan selametan dan sesaji pada

waktu-waktu tertentu.

Kesinambungan antara ajaran Islam Kejawen yang dianut oleh

masyarakat dusun Peninis Desa Windujaya dengan permasalahan ekonomi

yang dihadapi adalah kepasrahan masyarakat terhadap lahan pertanian

yang sering mengalami gagal panen dikarenakan tekstur tanah yang sudah

rusak oleh penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan. Jika dilihat

sejarah dari tanah di Dusun Peninis Desa Windujaya dulunya adalah lahan
66

perkebunan teh yang dimiliki Belanda pada masa kolonial yang pada masa

itu penggunaan pupuk anorganik menjadi satu-satunya alternatif yang

digunakan untuk penyuburan tanaman yang berdampak rusaknya terkstur

tanah dan sulit untuk ditanami tumbuhan lain.

Pesantren Pertanian Taman Lestari mengambil peran untuk

mengembalikan kepercayaan masyarakat me-recovery tanah yang sudah

sulit ditanami dengan program pertanian berbasis organik guna

memberikan alternatif lain untuk masyarakat agar kembali mulai bertani

untuk meningkatkan perekonomian di Dusun tersebut.

B. Analisis Hasil Penelitian

Sejak berdirinya Pesantren Pertanian Taman Lestari kegiatan

pengembangan masyarakat telah menjadi obsesi dari Pesantren Pertanian

Taman Lestari terutama dalam bidang peningkatan ekonomi. Hal itu muncul

dikarenakan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar pesantren yang

sangat memprihatinkan dan inilah yang menjadi pilihan dakwah bil hal

pesantren.

Sebagai makluk sosial manusia senantiasa mendapatkan pengaruh dari

kelompoknya sehingga ia dalam memanifestasikan tingkah laku sehari-hari

menampakkan ciri-ciri psikologis dari kelompok tersebut. Dengan kata lain

suatu kelompok merupakan institusi yang mempunyai peranan dan pengaruh

besar dalam pembentukan pribadi manusia. Oleh karena itu dalam kelompok
67

itulah berkembang mores atau adat istiadat agama, etos dan mythos, sikap atau

cara hidup, sosio ekonomi dan sebagainya.84

Dalam prakteknya pengurus pesantren membentuk kelompok-kelompok

binaan yang beranggotakan para petani dengan memberikan pendidikan

pertanian organik dengan mulai tidak menggunakan pupuk-pupuk anorganik

serta pola-pola pertanian yang ramah terhadap ekosistem yang ada di sekitar

lahan pertanian. Di samping itu, intensifikasi dalam menjalin hubungan dengan

masyarakat, seperti rapat-rapat RT untuk menyampaikan misi-misi

pembinaannya dan rapat-rapat ketika diadakan hari besar Islam seperti Isra

mi’raj dan rajaban. Melalui media ini proses komunikasi tampak sangat efektif,

sebab dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dapat

membentuk ikatan emosional dengan para tokoh masyarakat setempat.

Secara umum bila diklasifikasikan ada beberapa pokok yang menjadi

konsen Pesantren Pertanian Taman Lestari :

1. Lingkungan hidup (penghijauan, budidaya lahan kering, recovery

tanah)

2. Pengembangan Ekonomi Masyarakat

3. Pendidikan Kemasyarakatan dan Advokasi.

Pengembangan masyarakat secara partisipatoris ini bertujuan untuk

menumbuhkan keswadayaan yang merupakan komitmen sejalan dengan

pembebasan kaum tertindas serta pemberantasan kemiskinan sebagai

perwujudan dakwah bagi kalangan pesantren. Jika desa dapat memberikan

kehidupan yang mensejahterakan maka tidak ada lagi warga desa yang pergi ke

84
Muhammad Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000). h. 101.
68

kota ataupun ke luar negeri untuk mencari pekerjaan. Dalam bab IV ini yang

menjadi fokus analisa penulis yaitu tertuju pada program-program guna

meningkatkan ekonomi masyarakat, langkah-langkah yang dilakukan, bentuk

seperti apa yang telah dilakukan Pesantren Pertanian Taman Lestari serta

langkah-langkah dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Program Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Pesantren Pertanian

Taman Lestari

Penyuluhan dilaksanakan untuk menambah kesanggupan masyarakat

dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan

mereka. Jadi tujuan penyuluhan adalah perubahan perilaku masyarakat

sehingga mereka dapat memperbaiki cara menjalankan kegiatan yang

dilakukan guna meningkatkan ekonomi sehingga mendapatkan

keuntungan lebih dan kehidupan yang jauh lebih layak atau sering

dikatakan masyarakat maju dan sejahtera. Peranan penyuluh sangatlah

penting melakukan perubahan perilaku masyarakat terhadap sesuatu

(inovasi baru) serta terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang

bermanfaat bagi peningkatan produktifitas, pendapatan dan keuntungan,

maupun kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Program dari pesantren pertanian Taman Lestari dilakukan secara

bertahap dengan pemberian materi dan praktek langsung ke lahan

pertanian. Tahap pertama yang dilakukan adalah memberikan pelatihan


69

pembuatan pupuk Organik menggunakan bahan sampah domestik seperti

kulit bawang, kulit telur, dan kotoran ternak.

Tahapan penyuluhan yang dilakukan:

kesadaran evaluasi penerimaan

keinginan mencoba

Tahapan Perubahan menurut Roger (1962)85

Tahapan pertama yang dilakukan adalah proses memberikan

penyadaran yaitu dengan mengadakan beberapa seminar dan pelatihan

dalam pembuatan pupuk dan perawatan tanaman tanpa menggunakan

bahan-bahan kimia. Pada tahapan ini dilaksanakan berkali-kali sampai

seluruh peserta mampu melakukan pembibitan hingga proses panen.

Menurut Akbar Restu Fauzi selaku relawan mahasiswa Unsoed yang

ikut membantu dalam proses pelatihan ini dikatakan bahwa :

“inilah yang dibutuhkan masyarakat Dusun Peninis, adanya


pendidikan yang membuat masyarakat mengetahui bagaimana mengelola
lahan pertanian yang baik, bimbingan yang dilakukan pun sangat intens
sehingga keluhan dari peserta pelatihan dapat langsung diketahui untuk
segera di cari jalan keluarnya.”86

Tahapan kedua adalah proses memberikan motivasi guna menguatkan

keinginan masyarakat untuk mulai melakukan kegiatan bertani dengan

menggunakan pupuk organik. Proses ini dilakukan dengan menceritakan

85
Rogers, Everett M, Diffusion and Innovation, (New York: The Free Press New York,
1962).
86
Hasil Wawancara Dengan Akbar Restu Fauzi (Relawan yang ikut serta dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pesantren) 15.41 WIB.
70

sejarah bagaimana beberapa lahan pertanian menjadi susah untuk ditanami

kembali.

Tahapan ketiga adalah proses evaluasi baik dari Pesantren Pertanian

Taman Lestari maupun oleh masyarakat setempat melihat dari keadaan

lingkungan, keadaan alam, dan pemahaman yang sudah didapatkan. Pada

tahapan ini dilakukan musyawarah untuk menentukan hal apa yang akan

dilakukan ke depannya.

Tahapan keempat adalah proses tahap uji coba terhadap sesuatu yang

baru bagi masyarakat setempat yang dalam hal ini bukan hanya

mempraktekan kemampuan dalam pembuatan pupuk saja, akan tetapi

mempraktekan kemampuan memproduksi dan memdistribusikan hasil dari

pertanian tersebut. Dalam proses distribusi hasil pertanian kemitraanpun di

bangun kerjasama dengan pihak koperasi Unsud (KopKun) sebagai

perantara mendistribusikan hasil pertanian masyarakat Dusun Peninis.

Kemitraan yang dibangun adalah dengan tujuan kemandirian dari

masyarakat untuk mengelola koperasi sendiri sebagai alternatif

penggunaan tengkulak sebagai pendistribusi hasil pertanian. Dari koperasi

ini semua hasil pertanian dan hasil produksi rumahan dapat terdistribusi

dengan sangat baik sehingga terdapat peningkatan yang cukup signifikan

dalam peningkatan ekonomi masyarakat di Dusun Peninis Desa

Windujaya.

Tahapan kelima yang dilakukan adalah proses agar masyarakat

dapat mengadopsi program-program dari pesantren Pertanian Taman

Lestari menjadi kebiasaan sehari-hari yang harus dilakukan oleh


71

masyarakat setempat. Tahapan ini menjadi yang terberat dari proses

penyuluhan yang dilakukan Pesantren Pertanian Taman Lestari untuk

menjaga konsistensi dari masyarakat Dusun Peninis Desa Windujaya

terhadap minat bertani. Tantangannya ada pada kalangan pemuda desa,

yang masih beranggapan bahwa menjadi petani tidak akan membuat kaya.

Disini perlu kita kutip ungkapan dari salah satu pemuda dusun :

“saya sih tidak tertarik menjadi petani, lah petani itu hidupnya
susah. Di awal perlu modal besar untuk pembukaan lahan, ngebajak,
nandur, perawatan, sampai akhirnya panen. Iya kalau panennya bagus,
kalau gagal panen piye mas.”87

Ungkapan seperti ini membuat pihak Pesantren Pertanian Taman

Lestari harus membuat strategi khusus guna mengajak para pemuda ikut

andil dalam pengembangan peningkatan ekonomi dusun. Muncullah ide

untuk memberikan pendidikan terhadap pemuda yang dikemas dengan

gaya kekinian, seperti pemutaran film yang diakhiri dengan diskusi ringan.

“memang sudah tugas kami untuk mendidik anak-anak muda, jadi harus

istiqomah. Toh kita hanya ikhtiar, hakikatnya Allah yang menentukan”.

Ujar Kyai Roqib dalam percakapan ringan selepas melaksanakan sholat

maghrib. Terlepas dari itu proses pembangunan minat pada kalangan

pemuda membuahkan hasil yang cukup memuaskan dengan berdirinya

Koperasi di Dusun yang kepengurusannya adalah pemuda-pemuda dusun.

87
Wawancara dengan Koirul (salah satu pemuda dusun) selepas pengajian mingguan
20.30 WIB.
72

2. Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pesantren Pertanian Taman

Lestari

Seperti yang kita tahu pondok pesantren merupakan tempat untuk

mencari ilmu dan menambah keimanan karena d isana diajarkan ilmu-ilmu

Islam seperti Fiqh, Tafsir, Al-Quran, Tauhid, dan lain sebagaianya. Pendek

kata ilmu-ilmu tersebut dipelajari dalam rangka membentuk nilai-nilai

keagamaan dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam hal ini unsur amal dibagi menjadi dua bagian, yaitu amal/

kerja yang berupa tingkah laku, dan amal / kerja yang berupa ekonomis

yang sering disebut bekerja.

Dalam masyarakat Islam, semua orang dituntut untuk bekerja,

menyebar dimuka bumi dam memanfaatkan rezeki pemberian Allah SWT.

Firman Allah dalam Q.S Al Mulk ayat 15 yang berbunyi:

ۡ َ ٍ‫ٕا َ ِي‬
ََُ‫زِّشَقِ ِّۦَ َٔإِنٍَۡ َِّ َٱنُُّ ُشٕز‬ َ ُ‫ٕا َفًِ َيُا ِكبِٓا َٔ ُكه‬ ٗ ُ‫ض َذن‬
َ ‫ٕلَ ََفٱيَۡ ُش‬ َ ۡ ‫َُْٕ َٱنَّ ِري َجعمَ َن ُك َُى َٱ‬
َ َ‫ل ۡز‬

َ َ٥١

”Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS Al-
Mulk:15).
Kerja atau amal seperti ini merupakan senjata pertama untuk

memerangi kemiskinan. Kemandirian juga merupakan faktor utama

untuk memperoleh penghasilan dan unsur penting untuk memakmurkan

bumi dengan manusia sebagai khalifah dengan seizin Allah. Manusia

diperintah Allah untuk memakmurkanya, sebagaimana terkandung dalam


73

Al-Qur’an Al-Huud ayat 61 dalam nasehat Nabi Shaleh as kepada

kaumnya:

َۡ ‫ُٔا َٱ َّّللَ َيا َن ُكى َ ِّي‬


َ ‫ٍ َإِنََّ َغ ٍَۡ ُسَِۥَُْ َُٕ َأَشأ ُكى َ ِّي‬
ٍَ َۡ ‫ال ٌََقَٕۡ ِوَ َٱ‬
َ ‫عبُد‬ َ ‫حَا َق‬
َٗ ِ‫ى َث ًُٕدَ َأخاُْىَۡ َصَه‬
َ ‫۞ٔإِن‬

ََّ ِ‫ست ۡغَفِ ُسََُِٔثُ َّىََتُٕب ََُٕاَإِن ٍَۡ ََِّإ‬


َۡ ‫ست ۡعًَس ُكىََۡفٍِٓاَفَٱ‬
َۡ ‫ضَََٔٱ‬ ۡ
َ َ١٥ََ‫ٌبَ ُّي ِجٍب‬
َ ‫ٌَزبًَِّق ِس‬ ِ َ‫ٱلَ ۡز‬
Artinya: “Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah
ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-
Nya)." .”(QS Al-Huud:61).88
Islam membukakan pintu kerja bagi setiap muslim agar ia dapat

memilih amal yang sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan

pilihannya. Islam tidak membatasi suatu pekerjaan secara khusus kepada

seseorang, kecuali mempertimbangkan kemaslahatan umat. Islam tidak

akan menutup peluang kerja bagi seseorang, kecuali bila pekerjaann itu

akan merusak dirinya atau masyarakat secara fisik ataupun mental. Setiap

pekerjaan yang merusak diharamkan oleh Islam. 89

Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan penghasilan, laba

atau imbalan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan pokoknya

beserta keluarganya. Hal ini dapat terwujud apabila sistem Islam yang

mengatur kehidupan sosial, politik, ekonomi dilaksanakan secara

konsisten. Hidup mandiri merupakan salah satu sikap utama dalam

menempuh bahtera kehidupan karena hidup itu sendiri adalah perjuangan.

Santri diharapkan tidak berpangku tangan dan harus mempunyai etos kerja

88
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), Hal. 114.
89
Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), h: 51-53.
74

yang tinggi, ulet dan mempunyai kreatifitas untuk mempersiapkan masa

depan yang cerah. Dalam hal ini santri yang menuntut ilmu dipondok

pesantren haruslah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Peran pesantren sangat penting dalam tatanan masyarakat,

keberadaan pesantren adalah sebagai lembaga agent perubahan (agent of

change), baik bagi pesantren maupun bagi masyarakat luas. Hal ini berarti

bahwa keberadaan pesantren sangat berpengaruh besar terhadap perubahan

yang terjadi di masyarakat sekitarnya, tidak saja perubahan atau

peningkatan di bidang akhlak dan moral namun juga perubahan dalam

bidang sosial ekonomi. Tidak beda dengan Pesantren Pertanian Taman

Lestari, pesantren ini di samping tetap mempertahankan pendidikan

agama, juga mengembangkan pendidikan yang bersifat kewirausahaan.

Pendidikan yang memadukan antara aspek keimanan, akhlak dan ekonomi

ini dimaksudkan agar para santri memiliki nilai-nilai keagamaan dalam

berekonomi yang dapat diwujudkan secara kongkrit setelah mereka keluar

dari pesantren.

Hal tersebut tentunya di dasari oleh pemahaman bahwa pondok

pesantren bukan saja merupakan lembaga pendidikan keagamaan

melainkan lebih dari itu sebagai lembaga sosial kemasyarakatan. Oleh

sebab itu, pesantren yang menurut opini umum masyarakat sebagai

tafaqquh fiddin saja harus diubah dengan memberikan ketrampilan yang

memiliki komitmen kuat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan

mencari alternatif solusi bagi problem masyarakat.


75

Pemahaman di atas dilandasi oleh motivasi yang kuat untuk

mewujudkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan

akhirat, sebagaiman dinyatakan dalam Al-Quran Surat Al-Qasas 77:

ََُ‫ٍ َٱ َّّلل‬
َ ‫حس‬ َۡ ‫ك َ ِيٍَ َٱن ُّدٍََۡا َٔأ‬
َۡ ‫ح ِسٍ َكًَا َأ‬ َ ‫صٍب‬ َ ‫از َٱ ۡلَ ِخسَة َٔلَ َت‬
ِ ََ ‫ُس‬ ََّ ‫ك َٱ‬
َ ‫ّللُ َٱن َّد‬ َ ‫َٔٱَۡبت ِغَ َفًٍِاَ َءاتَى‬

َ٧٧ٌٍََ‫ّللَلٌََ ُِحبََُّٱَۡن ًَُۡف ِس ِد‬ َ ‫إِنٍَۡكََٔلََتَۡب ِغََٱ ۡنَفس‬


َِ َ‫ادَفًَِٱ ۡلَ ۡز‬
ََّ ‫ضَإِ ٌَََّٱ‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qasas: 77)

Dalam tujuan pesantren disebutkan untuk membentuk menumbuh

kembangkan potensi diri, jiwa sosial dan mengimplementasikan nilai-nilai

keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Menyiratkan bahwa Kyai Roqib

telah memperjuangkan proses belajar dan mengajar yang berusaha

berdialektika antara pesantren sebagai lembaga pendidikan dan dakwah

dengan masyarakat sebagai wadah bagi pengembangan para santri

sekaligus wadah yang memerlukan perubahan kearah kemajuan dan

dinamis terutama dalam kehidupan sektor sosial dan ekonominya.

Proses penanaman nilai-nilai keagamaan masyarakat dilaksanakan

dengan kegiatan keseharian yang dilakukan, sebagaimana Pesantren

Pertanian Taman Lestari adalah sebuah laboratorium yang cukup bagi

terlaksananya proses tersebut. Sebagai contoh masyarakat selalu diajarkan

untuk membaca basmallah sebelum melakukan sesuatu, prakteknya adalah

ketika hendak pergi ke ladang harus membaca basmallah.

Berikut beberapa metode yang dilakukan dalam proses penanaman

nilai-nilai keagamaan:
76

a. Pembiasaan

Metode yang sangat lazim dilakukan di Pesantren Pertanian

Taman Lestari adalah metode pembiasaan yang memiliki peran besar

dalam internalisasi nilai-nilai agama Islam atau keagamaan terhadap

tingkah laku masyarakat karena dapat menumbuhkan dalam

menghayati nilai-nilai keagamaan sehingga dapat membentuk

masyarakat memiliki akhlak yang mulia. Pembiasaan dalam keseharian

masyarakat mendisiplinkan diri untuk selalu mengikuti kegiatan-

kegiatan keagamaan.

b. Keteladanan

Pendidikan merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak,

karena segala tindak tanduknya, sopan santunnya, cara berpakaiannya,

kedisiplinannya dan tutur katanya akan selalu diperhatikan oleh peserta

didik. Oleh karena itu, dalam memberikan keteladanan terhadap

masyarakat harus memberikan contoh secara langsung dari diri kita.

Keteladanan tidak hanya terfokus terhadap seorang Kyai saja tetapi

terhadap seluruh Ustadz dan pengajar. Karena dalam hal ini guru

merupakan figur keteladanan.

c. Koreksi dan Pengawasan

Di dalam dunia pendidikan tidak hanya guru yang mendapatkan

koreksi dan pengawasan tetapi juga para santri mendapat koreksi

langsung dari setiap untadz yang ada di pesantren. Ketika diterapkan


77

terhadap masyarakat pun harus tetap ada koreksi dan pengawasan

biasanya Pak Ustadz memberikan koreksi dengan sindiran ataupun

teguran langsung.

Koreksi dan pengawasan dilakukan untuk mencegah dan menjaga

agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Mengingat

manusia bersifat tidak sempurna maka kemungkinan untuk berbuat

salah serta penyimpangan-penyimpangan maka sebelum kesalahan-

kesalahan itu berlangsung lebih jauh lebih baik selalu ada usaha-usaha

koreksi dan pengawasan.

Berdasarkan penemuan penelitian di antara kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada masyarakat di

Pesantren Pertanian Taman Lestari diantaranya :

1. kegiatan Membaca do’a, al-Qur’an, serta asma’ul husna secara

bersama-sama selepas sholat Subuh. Sebelum pergi ke ladang untuk

bertani masyarakat diharuskan mengambil air wudhu agar dalam

melakukan hal yang di ridhoi Allah para petani selalu dalam keadaan

suci. Hal inipun agar masyarakat dapat menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam melakukan kegiatan apapun.

2. Shalat berjama’ah dan melaksanakan shalat dhuha setiap waktu, hal ini

di tanamkan pada masyarakat supaya dalam kebiasaannya tidak

melupakan ibadah sekalipun dalam keadaan sibuk.

3. Kiai Roqib adalah sosok yang selama berdirinya Pesantren Pertanian

Taman Lestari menjadi publik figur bagi masyarakat Dusun Peninis,

baik dari keilmuan yang mendalam terhadap apa yang dibutuhkan oleh
78

masyarakat setempat seperti keilmuan yang mumpuni terkait keilmuan

keagamaan serta ilmu di bidang pertanian yang menjadi mata

pencaharian pokok masyarakat setempat. Kiai Roqib menjadikan

pesantren dan tempat-tempat ibadah sebagai media beliau

menyampaikan nilai-nilai keislaman kepada masyarakat. Ada

kebiasaan beliau yang sangat luar biasa adalah selepas sholat dhuha

beliau menyempatkan diri untuk berkeliling dusun guna

memperhatikan langsung setiap hal yang terjadi di dusun tersebut

setiap harinya, jika beliau melihat ada sesuatu yang kurang pas

menurut beliau pasti langsung di tindak dengan mengajak ngobrol

langsung orang yang bersangkutan.90

90
Hasil Wawancara Dengan Akbar Restu Fauzi (Relawan yang ikut serta dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pesantren) 16.23 WIB.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian pembahasan yang telah penulis lakukan pada

skripsi yang berjudul “Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Melalui Pesantren

Agraria (Pertanian) di Dusun Peninis Desa Windujaya” kiranya dapat

penulis simpulkan sebagai berikut:

Pertama, dalam prakteknya, terdapat lima tahapan yang dilakukan

untuk program peningkatan ekonomi yang dilakukan yaitu, memberikan

proses penyadaran, memberikan motivasi guna menguatkan keinginan

masyarakat, evaluasi baik dari pesantren maupun dari masyarakat, ujicoba

terhadap sesuatu yang baru, adopsi program-program untuk diterapkan oleh

masyarakat setempat. Pengurus pesantren membentuk kelompok-kelompok

binaan yang beranggotakan para petani dengan memberikan pendidikan

pertanian organik dengan mulai tidak menggunakan pupuk-pupuk anorganik

serta pola-pola pertanian yang ramah terhadap ekosistem yang ada di sekitar

lahan pertanian. Di samping itu, intensifikasi dalam menjalin hubungan

dengan masyarakat, seperti rapat-rapat RT untuk menyampaikan misi-misi

pembinaannya dan rapat-rapat ketika diadakan hari besar Islam seperti Isra

mi’raj dan rajaban. Melalui media ini proses komunikasi tampak sangat

efektif, sebab dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dapat

membentuk ikatan emosional dengan para tokoh masyarakat setempat.

Kedua, Kyai Roqib menjadikan pesantren dan tempat-tempat ibadah

sebagai media beliau menyampaikan nilai-nilai keislaman kepada

79
80

masyarakat. Ada kebiasaan beliau yang sangat luar biasa yaitu selepas

sholat dhuha beliau menyempatkan diri untuk berkeliling dusun guna

memperhatikan langsung setiap hal yang terjadi di dusun tersebut setiap

harinya. Jika beliau melihat sesuatu yang kurang pas akan langsung

ditindak dengan mengajak bicara langsung orang yang bersangkutan.

Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam proses penanaman

nilai-nilai keagamaan yang dilakukan Pesantren Pertanian Taman Lestari:

a. Pembiasaan

Metode yang sangat lazim dilakukan di Pesantren Pertanian

Taman Lestari adalah metode dalam keseharian masyarakat

membiasakan diri untuk selalu mengikuti kegiatan-kegiatan

keagamaan.

b. Keteladanan

Metode Pesantren Pertanian Taman Lestari menularkan

keteladanan terhadap masyarakat dengan memberikan contoh secara

langsung dari diri sendiri. Keteladanan tidak hanya terfokus terhadap

seorang Kyai saja tetapi terhadap seluruh Ustadz dan pengajar, karena

dalam hal ini guru merupakan figur keteladanan.

c. Koreksi dan Pengawasan

Pesantren Pertanian Taman Lestari dalam melakukan koreksi dan

pengawasan pada santri biasa dilakukan tidak hanya di kelas saja tetapi

dilakukan di luar kelas atau pesantren walaupun tidak secara

maksimal.
81

Koreksi dan pengawasan dilakukan untuk mencegah dan menjaga

agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

B. Saran

Penelitian ini penulis akui masih sangat banyak kekurangan baik dari segi

penyajian, struktur penulisan, kelengkapan teori yang digunakan, maupun data

yang sudah penulis kumpulkan. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik

dan masukan demi kesempurnaan penelitian ini.

Namun apabila penelitian ini terdapat sesuatu yang bermanfaat, maka

penulis berharap semoga bisa menjadi acuan dalam peningkatan ekonomi di

desa dan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan, terutama untuk :

1. Pesantren, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi salah satu

bahan evaluasi dan koreksi terhadap program-program dalam peningkatan

dan pengembangan ekonomi dusun.

2. Masyarakat, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan informasi

tambahan untuk mengenal/mengetahui Pesantren Pertanian Taman Lestari

pada umumnya dan program pesantren yang selama ini sudah dijalankan

juga bisa menambah khazanah keilmuan.

3. Pemerintah Daerah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi

dalam melihat atau mempelajari serta menggali potensi-potensi

peningkatan ekonomi yang ada di daerah Dusun Peninis Desa Windujaya.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zainal Abidin. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Bulan Bintang.


1979

A’la, Abd. Pengembangan Metodologi pemahaman Keagamaan Makalah


disampaikan dalam Muktamar Pemikiran Islam di Lingkungan NU.
Sukorejo. PBNU. 3-5 Oktober 2003

Al-Faujani, M. Syauqi. Ekonomi Islam Masa Kini. Bandung: Mizan. 1988.


Penerjemah Husaini

Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2006

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan


Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan


Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006

Al-Mawdudi, Abu al-A’la. al-Mabadi al-Asâsiyyah li Fahm al-Qurân, Lohor: Dar


al-'Arubah li al-Da'wah al-Islamiyyah. 1960

An Nabbhani, Taqiyuddin. Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam.


Penerjemah Maghfur Wachid, Surabaya: Risalah Gusti. 1996

Anshori, Endang Syaifuddin. Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran tentang Islam


dan Umatnya. Jakarta: Raja Grafindo. 1983

Arifin, H. M. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.


Cet-IV. Jakarta: Bulan Bintang. 1978

Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT


Golden Terayon Press. 1994

Arifin, Isep zainal. Bimbingan penyluhan Islam pengembangan dakwah


bimbingan psikoterapi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo persada. 2009

Arifin, Muhammad. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.


Jakarta: Bumi Aksara. 2000

82
83

Arikunto, Suharsami. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT. Rineka Cipta. 2002. Cet ke-12

AS, Enjang. Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 No. 14 Juli-Desember 2009

Asy’arie, Musa. Etos Kerja Islam Sebagai Landasan Pengembangan jiwa


Kewirausahaan. dalam Moh. Ali Aziz, dkk. (ed.). Pustaka Pesantren,
tth

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama. Bandung: Mizan. 1997

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat


Bahasa. 2008

Departemen Agama RI. al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit


Diponegoro. 2004

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.


LP3S: Jakarta. 1983

Emmerson, Donald .K. Islam in Modern Indonesia: Political Impasse, Cultural


Opportunity. New York: Syracuse University Press. 1981

Hafsah, Mohammad Jafar. Penyuluhan Pertanian d Era Otonomi Daerah.


Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan. 2009

Haidari, Amin, dkk. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global. IRD Press: Jakarta. 2004

Karsidi, Ravik. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam


Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Media Tor. 2001

Kusnadi, Dedi. Modul Dasar-dasar Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan


Pertanian Bogor. 2011

Lembaga Research Islam (Pondok Pesantren Luhur). Sejarah dan Dakwah


Islamiyah Sunan Giri. Malang: Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan
Giri Gresik. 1975

Lubis, Mawardi. Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2008


84

Madjid, Nurcholis. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:


Paramadina. 1997

Mannan, M.A. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. Penerjemah; Potan Arif
Harahap. Jakarta: Internusa. 1992

Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2005

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 1998. Cet ke-9

Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


2006

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rosda. 2001

Nadzir, Mohammad. Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren:


Economica Volume VI Edisi 1. Mei: 2015

Nasirudin. Pendidikan Tasawuf. Semarang: Rasail Media Group. 2010

Nasution, Zulkarnain. Prinsip-prinsip komunikasi untuk penyuluhan. Jakarta:


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1990

Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka. 1982

Prasodjo, Sudjono. Profil Pesantren. Jakarta: LP3S. 1982

Qardhawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani


Press. 1995

Qomar, Mujamil. Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi


Institusi. Jakarta: Erlangga. 2005

Rahman, Afzalur. Doktrin ekonomi Islam. Jilid I. Yogyakarta: Dana Bhakti


Wakaf. 1995

Raufaidah, Erlina. Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2015


85

Rogers, Everett M. Diffusion and Innovation. New York: The Free Press New
York. 1962

Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan


Bintang. 2003. Cet ke-9

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


ALFABETA. 2007. Cet ke-3

Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta:


Bulan Bintang. 1993

Sukirno, Sadono. mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2011. Cet. Dua Puluh Enam

Syamsudin. M. Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani.


Jakarta : Logos. 2000

Syamsudin, M. Din. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani.


Jakarta: Logos. 2000

Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


2000

Usman, Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. 2003

Zaini, Achmad. Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim His Contribution to Muslim
Education. Titian Ilahi Press. Yogyakarta. 1998

.
Hasil Wawancara
Nama : Dr, KH. Mohammad Roqib. M. Ag
Jabatan : Pembina Pesantren
Tempat : Pesantren Mahasiswa An-Najah
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2017

Pertanyaan : Kapan Pesantren Pertanian Taman Lestari didirikan?


Jawaban : Mei 2015

Pertanyaan : Apa Latar Belakang Berdirinya Pesantren Pertanian Taman


Lestari ini?
Jawaban : awalnya ada keinginan untuk membuat pesantren rehabilitasi
untuk pecandu narkoba karna tidak memungkinkan dikarenakan
tidak adanya SDM yang mumpuni di bidang tersebut, maka salah
satu pengurus berinisiatif untuk membuat pesantren pertanian di
karenakan gambaran 10 sampai 20 ke depan minat dari generasi
muda akan sangat berkurang terhadap pertanian, dan langsung
diberikan nama pesantren pertanian taman lestari, awalnya
nama yang di berikan ar-raudhah (taman) karna di lingkungan
masyarakat setempat masih sangat awam keislamannya dan
kurangnya minat dalam beragama maka di buatlah nama yang
mudah untuk di ingat yaitu Pesatren Pertanian Taman Lestari
yang ingin mengembangkan pertanian organic guna
menghindari pupuk-pupuk an-organik serta menyesuaikan
dengan hal yang dekat dengan masyarakat setempat yaitu
masalah pertanian.
Pertanyaan : Secara Umum apa tujuan Pesantren Pertanian Taman Lestari
didirikan?
Jawaban : secara umum, pesantren yang berbasis pertanian di Indonesia
masih sangat jarang dan itu menjadi peluang Pesantren
Pertanian Taman Lestari menjadi pesantren percontohan. Ke
depan bisa menjadi rintisan, karena kami yang pertama
Pertanyaan : Pendekatan apa saja yang digunakan oleh Pesantren Pertanian
Taman Lestari untuk program peningkatan ekonomi masyarakat?
Jawaban : kalo yang sudah berjalan sih pendekatan dakwah bil hal,
pengurus pesantren turun langsung membimbing dan membina
masyarakat
Pertanyaan : Bagaimana Respon masyarakat dengan adanya Pesantren
Pertanian Taman Lestari ini?
Jawaban : alhamdulillah, sejauh ini sih responnya sangat bagus. Banyak
dukungan dari berbagai kelompok. Terutama mahasiswa.
Pertanyaan : sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan Pesantren Pertanian
Taman Lestari untuk masyarakat?
Jawaban : dari pihak pesantren sendiri, sudah memberikan berbagai
macam pelatihan untuk pengetahuan masyarakatnya, dalam
bentuk fisik sudah ada lahan sekitar 30 ha yang siap digunakan
oleh masyarakat untuk lahan pertanian.
Pertanyaan : apa keuntungan dan hambatan bagi pesantren sendiri dalam
menjalankan program peningkatan ekonomi masyarakat tersebut?
Jawaban : keuntungannya yang sangat nampak bagi saya, pesantren dan
masyarakat sangat dekat hubungannya selain ada keuntungan
secara finansial, kalau hambatannya kurang tenaga yang
membantu saja.
Pertanyaan : selain program yang telah direalisasikan oleh Pesantren Pertanian
Taman Lestari sendiri, untuk kedepannya apakah ada program
lain yang lebih menjanjikan terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat?
Jawaban : untuk masalah itu pengurus serlalu mengadakan evaluasi
terhadap program yang dijalankan, umpama ada salah program
yang ga jalan itu kita selalu mencari solusinya
Pertanyaan : untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan strategi seperti apa
yang dilakukan?
Jawaban : disini sih masyarakatnya lebih senang dengan keteladanan, kami
yang berikan contoh dulu. Nanti masyarakat juga nuturi.

TTD

(Dr. KH. Mohammad Roqib M.Ag)


Hasil Wawancara

Nama : Dr. Sulkhan chakim


Jabatan : Direktur Pesantren Pertanian Taman Lestari
Tempat : Aula
Tanggal : Sabtu, 01 April 2017

Pertanyaan : Kapan Pesantren Pertanian Taman Lestari didirikan?


Jawaban : bulan Mei 2015

Pertanyaan : Apa Latar Belakang Berdirinya Pesantren Pertanian Taman


Lestari ini?
Jawaban : awalnya tanahnya diberikan oleh Pak Asoka yang ingin membuat
perkampungan pancasila, yang terdiri dari komunitas
keagamaan . dalam perjalanannya terdapat benturan dengan pak
asoka yang membuat perkampungan pancasila itu tidak
terlaksana, dan sebagian tanah yang sudah terlanjur di bagikan
tetap di kembangkan. Ada di buat yayasan, dan dari komunitas
muslim berinisiatif untuk membuat pesantren pertanian yang
awal dipelopori oleh 3 orang tokoh PBNU dan membuat
kepengurusan yang di pimpin oleh kyai roqib.
Pertanyaan : Secara Umum apa tujuan Pesantren Pertanian Taman Lestari
didirikan?
Jawaban : secara umum, untuk pengembangan masyarakat setempat, serta
pengembalian penggunaan tanah dengan semestinya. Agar tanah
yang sekarang dapat di gunakan oleh anak-cucu kedepannya.
Pertanyaan : Pendekatan apa saja yang digunakan oleh Pesantren Pertanian
Taman Lestari untuk program peningkatan ekonomi masyarakat?
Jawaban : kalo yang sudah berjalan sih pendekatan dakwah bil hal,
pengurus pesantren turun langsung membimbing dan membina
masyarakat
Pertanyaan : Bagaimana Respon masyarakat dengan adanya Pesantren
Pertanian Taman Lestari ini?
Jawaban : alhamdulillah, sejauh ini sih responnya sangat bagus. Banyak
dukungan dari berbagai kelompok. Terutama mahasiswa.
Pertanyaan : sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan Pesantren Pertanian
Taman Lestari untuk masyarakat?
Jawaban : dari pihak pesantren sendiri, sudah memberikan berbagai
macam pelatihan untuk pengetahuan masyarakatnya, dalam
bentuk fisik sudah ada lahan sekitar 30 ha yang siap digunakan
oleh masyarakat untuk lahan pertanian.
Pertanyaan : apa keuntungan dan hambatan bagi pesantren sendiri dalam
menjalankan program peningkatan ekonomi masyarakat tersebut?
Jawaban : keuntungannya yang sangat nampak bagi saya, pesantren dan
masyarakat sangat dekat hubungannya selain ada keuntungan
secara finansial, kalau hambatannya kurang tenaga yang
membantu saja.
Pertanyaan : selain program yang telah direalisasikan oleh Pesantren Pertanian
Taman Lestari sendiri, untuk kedepannya apakah ada program
lain yang lebih menjanjikan terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat?
Jawaban : untuk masalah itu pengurus serlalu mengadakan evaluasi
terhadap program yang dijalankan, umpama ada salah program
yang ga jalan itu kita selalu mencari solusinya
Pertanyaan : untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan strategi seperti apa
yang dilakukan?
Jawaban : untuk pesantren sendiri lebih menekankan pembiasaan terhadap
santri, jika mereka sering melakukannya maka ketika tidak
melakukannya kan ada sesuatu yang kurang dalam
kesehariaannya. Seperti itulah kira-kira.

TTD

(Dr. Sulkhan Chakim)


Hasil Wawancara

Nama : Akbar Restu Fauzi


Jabatan : Pengurus Pesantren
Tempat : Madrasah
Tanggal : Minggu, 02 April 2017

Pertanyaan : Kapan Pesantren Pertanian Taman Lestari didirikan?


Jawaban : sekitar Mei 2015
Pertanyaan : Apa Latar Belakang Berdirinya Pesantren Pertanian Taman
Lestari ini?
Jawaban : melihat hal yang dibutuhkan masyarakat Dusun Peninis, adanya
pendidikan yang membuat masyarakat mengetahui bagaimana
mengelola lahan pertanian yang baik, bimbingan yang dilakukan
pun sangat intens sehingga keluhan dari peserta pelatihan dapat
langsung diketahui untuk segera di cari jalan keluarnya
Pertanyaan : Secara Umum apa tujuan Pesantren Pertanian Taman Lestari
didirikan?
Jawaban : tujuan umum Pesantren Petanian Taman Lestari ini didirikan
untuk menanamkan nilai-nilai keislaman di kehidupan sehari-
hari, karna dalam kehidupan sehari-hari kita tidak boleh lepas
dari norma-norma yang berlaku di agama yang kita anut.
Minimal masyarakat tahu jika segala yang dilakukan itu harus
dikembalikan lagi pada Allah.
Pertanyaan : Pendekatan apa saja yang digunakan oleh Pesantren Pertanian
Taman Lestari untuk program peningkatan ekonomi masyarakat?
Jawaban : kalo yang sudah berjalan sih pendekatan dakwah bil hal,
pengurus pesantren turun langsung membimbing dan membina
masyarakat
Pertanyaan : Bagaimana Respon masyarakat dengan adanya Pesantren
Pertanian Taman Lestari ini?
Jawaban : alhamdulillah, sejauh ini sih responnya sangat bagus. Banyak
dukungan dari berbagai kelompok. Terutama mahasiswa.
Pertanyaan : sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan Pesantren Pertanian
Taman Lestari untuk masyarakat?
Jawaban : dari pihak pesantren sendiri, sudah memberikan berbagai
macam pelatihan untuk pengetahuan masyarakatnya, dalam
bentuk fisik sudah ada lahan sekitar 30 ha yang siap digunakan
oleh masyarakat untuk lahan pertanian.
Pertanyaan : apa keuntungan dan hambatan bagi pesantren sendiri dalam
menjalankan program peningkatan ekonomi masyarakat tersebut?
Jawaban : keuntungannya yang sangat nampak bagi saya, pesantren dan
masyarakat sangat dekat hubungannya selain ada keuntungan
secara finansial, kalau hambatannya kurang tenaga yang
membantu saja.
Pertanyaan : selain program yang telah direalisasikan oleh Pesantren Pertanian
Taman Lestari sendiri, untuk kedepannya apakah ada program
lain yang lebih menjanjikan terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat?
Jawaban : untuk masalah itu pengurus serlalu mengadakan evaluasi
terhadap program yang dijalankan, umpama ada salah program
yang ga jalan itu kita selalu mencari solusinya
Pertanyaan : untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan strategi seperti apa
yang dilakukan?
Jawaban : aturan yang diterapkan sih adalah dengan hukuman, hanya
hukumannya tidak dengan fisik melainkan melakukan suatu
kebajikan tambahan.disamping itu juga kami selalu melakukan
pengawasan dan mengkoreksi setiap perbuatan yang dilakukan
santri, baik di dalam atau di luar pesantren.

TTD

(Akbar Restu Fauzi)

Anda mungkin juga menyukai