Anda di halaman 1dari 35

BAB I.

SEJARAH BERDIRINYA DAULAH ABBASIYAH

Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam sekitarnya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena atau kejadian
yang tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di Madrasah dan sumber lain menurut sudut
pandang/teori yang kuat.

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar :


Kompetensi Dasar Indikator
1.1. Menghayati semangat 1.1.1. Menunjukkan sikap menghayati
perjuangan Islam dari proses semangat perjuangan Islam dari proses
berdirinya Daulah Abbasiyah berdirinya Daulah Abbasiyah
2.1 Menjalankan sikap gigih 2.1.1. Menunjukkan sikap gigih dan sabar
dan sabar dalam dalam mewujudkan cita-cita
mewujudkan cita-cita
3.1. Menganalisis sejarah 3.1.1 Mengidentifikasi faktor pendukung
berdirinya Daulah Abbasiyah terbentuknya daulah Abbasiyah
3.1.2 Mengidentifikasi proses terbentuknya
Daulah Abbasiyah
3.1.3 Mengidentifikasi para penguasa daulah
Abbasiyah
3.1.4 Menganalisis faktor penyebab runtuhnya
daulah Abbasiyah
4.1. Menyusun peristiwa- 4.1.1 Menyusun peristiwa-peristiwa penting
peristiwa penting dari dari proses berdirinya daulah Abbasiyah
proses berdirinya daulah
Abbasiyah

Tujuan Pembelajaran:
1. Melalui pemberian uswah, peserta didik mampu menunjukkan sikap semangat perjuangan
Islam dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah dengan baik dan benar
2. Melalui pemberian uswah, peserta didik mampu menunjukkan Melalui pemberian uswah,
peserta didik mampu menunjukkan sikap sikap gigih dan sabar dalam mewujudkan cita-
cita dengan baik dan benar
3. Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung terbentuknya
daulah Abbasiyah dengan benar
4. Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengidentifikasi kondisi proses terbentuknya Daulah
Abbasiyah dengan benar
5. Melalui tanya jawab siswa mampu mengidentifikasi para penguasa daulah Abbasiyah dengan
benar
6. Melalui tanya jawab siswa mampu menganalisis faktor penyebab runtuhnya daulah
Abbasiyah dengan benar
7. Melalui proses pembelajaran siswa mampu menyusun peristiwa-peristiwa penting dari proses
berdirinya daulah Abbasiyah dengan benar

Pertemuan Ke-1
A. Faktor Pendukung Terbentuknya Daulah Abbasiyah
Daulah Umayyah berjaya kurang lebih 90 tahun (660-750 M). Sejarawan mencatat
cukup banyak kemajuan yang dicapai Daulah Umayyah, mulai wilayah kekuasaan yang membentang
dari India hingga Afrika Utara, sistem administrasi pemerintahan yang tertata dengan rapih,
penyebaran Islam hingga ke dataran Eropa, hingga kemajuan ilmu pengetahuan , namun pada
akhirnya mengalami masa-masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik
dan pemerintahan, di samping munculnya berbagai tekanan dari luar, berupa
pemberontakan-pemberontakan.
Terdapat lima kholifah yang dianggap menonjol dalam masa pemerintahan bani
umayyah, mereka yaitu :
a. Muawiyah bin Abi Sufyan
b. Abdul Malik bin Marwan
c. Al-Walid bin Abdul Malik
d. Umar bin Abdul Aziz
e. Hisyam bin Abdul Malik
Namun setelah pemerintahan Hisyam, para kholifah tidak ada yang dapat menjaga
stabilitas keamanan dalam Negara, mereka tidak dapat mengatasi para pemberontak, bahkan
terjadi perpecahan dalam keluarga besar Bani Umayyah.
Keluarga Bani Abbasiyyah sudah mulai menyusun kekuatan untuk dapat
menggulingkan pemerintahan bani Umayyah sejak pemerintahan Kholifah Umar bin Abdul
Aziz yang bersikap arif sehingga memberi kebebasan kelompok-kelompok lain untuk
melakukan dakwah (Propaganda), namun kegiatan tersebut masih besifat rahasia.
Perang Zab Hulu adalah perang terakhir Daulah Umayyah, Perang antara
Kholifah Marwan bin Muhammad melawan pasukan Abu Muslim Al-Khurasani. Dalam
perang ini terjadi pembersihan etnis keluarga besar Daulah Umayyah.
Hanya ada satu dari keturunan Bani Umayyah yang dapat selamat, yaitu Abdurrahman
Ad-Dakhil, beliau dapat menyelamatkan diri sampai ke Andalusia (Spanyol) dan mendirikan
Daulah Bani Umayyah II disana
Terbentuknya Daulah Abbasiyah disebabkan beberapa faktor pendukung. Antara lain :
1. Perpecahan internal keluarga Daulah Umayyah dan kekisruhan politik dalam negeri.
Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Hakam yang menginginkan kedua
anaknya menjabat sebagai kholifah (Abdul malik dan Abdul Aziz)
2. Munculnya gerakan perlawanan terhadap pemerintah Daulah Umayah yang dilakukan oleh
kelompok Mawali, kelompok Dahaq bin Qais Asy-Syaibani, dan kelompok Syiah yang menilai
tampuk kekuasaan khalifah adalah hak keturunan Ali bin Abi Thalib dan ingin menuntut balas
atas terbunuhnya Husain bin Ali di Karbala.
3. Perpecahan kelompok suku Arab Utara dan Arab Selatan.
Pertikaian itu terjadi antara Arab Utara, (Quraisy-Mudhariyah) dan Arab Selatan
(Yaman-Himariyah) dan Bani Umayyah lebih condong memihak pada kelompok Arab
Selatan
4. Kekecewaan Ulama dan tokoh agama kepada Khalifah Marwan bin Muhammad yang dinilai
tidak memiliki sikap negarawan yang baik.
Kebijakan Kholifah yang tidak sesuai dengan syari‟at Islam diantaranya berfoya-foya,
dan selalu mencaci maki keluarga Ali bin Abi Thalib
5. Wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad (khalifah terakhir Daulah Umayyah) setelah kalah
dalam pertempuran di tepi sungai Zab, Irak di tahun 132 H/750 M.

Latihan soal pertemuan ke 1


1. Sebutkan tiga khalifah yang menonjol pada masa daulah Umayyah !
2. Coba analisis sebab kelompok Syiah mendukung gerakan perlawanan terhadap pemerintah daulah
Umayyah ?
3. Terdapat beberapa faktor pendukung terbentuknya daulah Abbasiyah, coba identifikasi faktor
pendukung tersebut ?

Pertemuan Ke-2
B. Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berkuasa dalam rentang waktu yang panjang selama 550 tahun (750 – 1258
M). Berpusat di Baghdad, Irak sebagai ibu kota, wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah membentang
luas meliputi Asia Barat, Asia Selatan, Afrika Utara hingga Eropa.
Proses berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari sosok keluarga Bani Abbas bernama
Ali bin Abdullah. Sebagai sepupu Rasulullah Saw, ia merasa yang paling berhak menjadi pemimpin
setelah Khulafa’ur Rasyidin. Ali bin Abdullah melakukan propaganda anti Daulah Umayyah, ia
mencoba meraih simpati masyarakat luas dan dukungan kaum Syiah dengan menamakan gerakan
propagandanya sebagai keluarga Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa jabatan khalifah
merupakan hak keluarga NabiTetapi sebelum usahanya itu terwujud, Ali bin Abdullah wafat di tahun
124 H/742 M.
Ambisi Ali bin Abdullah selanjutnya dilanjukan oleh putranya yaitu Muhammad bin Ali.
Dalam rangka mewujudkan cita-citanya itu ia menjadikan kota Kuffah dan Khurasan sebagai basis
gerakan anti Daulah Umayyah. Di kota Khurasan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari
pemimpin masyarakat Khurasan yaitu Abu Muslim al Khurasani. Namun, Muhammad bin Ali lebih
dulu wafat di tahun 127 H/745 M sebelum cita-citanya meraih kekuasaan terwujud. Ibrahim bin
Muhammad bertekad melanjutkan perjuangan para pendahulunya sepeninggal Muhammad bin Ali.
Gerakan yang dilakukan Ibrahim bin Muhammad mendapat perhatian khusus dari Khalifah Marwan
bin Muhammad (Khalifah terakhir Daulah Umayyah) dan menganggapnya sebagai ancaman negara.
Untuk meredam gerakan Ibrahim bin Muhammad, pada tahun 128 H/746 M Ibrahim bin Muhammad
tertangkap oleh pasukan Daulah Umayyah dan wafat dalam pengasingan. Wafatnya Ibrahim bin
Muhammad membuat keluarga Bani Abbas semakin gencar melakukan pemberontakan. Dibantu
oleh Abu Muslim Al-Khurasani, Abu Abbas As-Saffah dan Abu Ja’far Al-Mansyur melakukan
penyerangan terhadap kota-kota penting Daulah Umayyah dan menguasainya. Keadaan ini membuat
Khalifah Marwan bin Muhammad tidak bisa berbuat apa-apa hingga ia terkepung di kota Damaskus,
Syiria. Walaupun ia berhasil melarikan diri ke Yordania dan Palestina, Khalifah Marwan bin
Muhammad tertangkap di kota Fustat, Mesir dan wafat di sana. Dengan wafatnya Khalifah Marwan
bin Muhammad, maka berakhirlah era pemerintahan Daulah Umayyah.
Dalam perjuangannya untuk mendirikan Daulah Abbasiyah, para tokoh pendiri Daulah
ini menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership), namun
tertutup dengan gerakan bawah tanah. Terdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan
untuk menegakkan kekuasaan Daulah Abbasiyah, yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat
perencanaan; kota Kufah sebagai kota penghubung dan kota Khurasan sebagai kota gerakan praktis.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam pembentukan daulah Abbasiyah diantaranya Ali bin
Abdullah, Muhammad bin Ali, Abu Muslim al Khurasani, Ibrahim bin Muhammad, Abu Abbas As
Saffah, dan Abu Ja’far al Mansur.

Latihan soal pertemuan ke 2


1. Jelaskan mengapa Ali bin Abdullah menamakan gerakan propagandanya sebagai keluarga Bani
Hasyim ?
2. Terdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk menegakkan kekuasaan Daulah
Abbasiyah, coba identifikasi kota tersebut ?
3. Sebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam pembentukan daulah Abbasiyah !

Pertemuan ke-3
C. Para Penguasa Daulah Abbasiyah
Periodesasi Kekuasaan Daulah Abbasiyah
1. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode I :
Khalifah pada periode ini: Abu As-Shaffah (750-754M), Abu Ja’far Al-Mansur (754-
775M), Al-Mahdi (775-785M/158-169H), Al-Hadi(785-786M/169-170H), Harun Ar-
Rasyid (786-809M/170-193H), Al-Amin (809-813M/193-198H), Al-Ma’mum (813-
833M/198-218H), Al-Mu’tasin (833-842M/218-227H, Al-Wasiq (842-847M/227-
232H).
Periode I disebut periode pengaruh Persia I karena pemerintahan bani Abbas banyak
dipengaruhi keluarga Barmakhi dari persia.
Peristiwa pada Periode I:
a. Menjadikan faham Theologi Mu’tazilah sebagai theology resmi.
b. Perang saudara, antara Al-Amin dengan Al-Ma’mun
c. Khalifah Al-Wastiq mengangkat perwira Turki Asyam sebagai wakilnya.
d. Pemberontakan Ahmad bi Nasir di Bagdad. Ia menentang penindasan tehadap kaum
non Mu’tazilah. Namun berhasil ditangkap, diadili dan dhukum mati dengan tuduhan
melakukan bid’ah
2. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode II :
Khalifah pada periode ini: Al-Mutawakkil (847-861M), Al-Muntazir (861-862M), Al-
Musta’in (862-866M), Al-Mu’taz (866-869M), Al-Muhtadi (869-870M), Al-Mu’tamit
(870-892M), Al-Mu’tadit (892-902M), Al-Muktafi (902-908M), Al-Muktadir(908-
932M), Al-Qahir (932-934M), Ar-Radi (934-940M), Al-Muttaqi (940-944M).
Periode II: periode pengaruh Turki I. karena tentara Turki sangat mendominasi
pemerintahan.
Peristiwa pada periode II:
a. Khalifah hanya simbol di istana Bagdad. Orang Turki ikut campur tangan dalam
pergantian khalifah.
b. Mulai terjadi  disintegrasi, banyak daerah yang memisahkan diri dan menjadi
wilayah yang merdeka seperti Andalusia Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
3. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode III :
Khalifah pada periode ini: Al-Muktafi (944-946M), Al-Muti (946-974M), At-Ta’i (974-
991M), Al-Qadir(991-1031M), Al-Qaim (1031-1075M).
Periode III disebut periode pengaruh Persia kedua. Karena Daulah Buwaihi sangat
berperan dalam kebijakan khalifah.
Peristiwa pada periode III:
a. Kekuasaan buwaikhi menyebar sampai ke Irak dan Persia.
b. Kekuasaan berhasil dipecah daulah Buwaihi di Persia, Samaniyah di Khurasan,
Hamdaniyah di Suriyah, Umayah di Andalusia Spanyol, Fatimiyah di Mesir, dan
Daulah Gaznawi di Afganistan.
c. Kondisi poltik sangat tidak stabil, karena adanya perebutan jabatan “Amirul
Umara”. Diantara para penguasa daulah Buwaihi.
d. Para khalifah kehilangan legitimasi keagamaannya Posisi sebagai khatib Shalat
Jum’at  diserahkan kepada daulah Buwaihiyah (Syi’ah), sedangkan Abbasiyah
pengaruh Turki berfaham Sunni.
4. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode IV:
Khalifah pada periode ini: Al-Muqtadi (1075-1094M), Al-Mustazir (1094-1118M), Al-
Mustarsid (1118-1135M), Ar-Rasyid (1135-1136M), Al-Muqtafi (1136-1160M), Al-
Mustanjid (1160-1170M), Al-Mustadi (1170-1180M), An-Nasir (1180-1225M)
Periode IV disebut periode pengaruh Turki kedua. Karena Daulah Saljuk memegang
peranan penting dalam pemerintahan.
5. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode V :
Khalifah pada periode ini: Az-Zahir (1225-1226M), Al-Mustanzir (1226-1242M), Al-
Musta’sim (1242-1258M).
Pada periode V, Masa ini bebas dari pengaruh daulah lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif dikota Bagdad saja. Daulah Abbasiyah runtuh 1258M, karena serangan tentara
Mongol dipimpin Hulagu Khan.
D. Khalifah-khalifah Besar Daulah Abbasiyah
Dari 37 khalifah Daulah bani Abbasiyah, terdapat beberapa orang khalifah yang
terkenal, diantaranya Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmun.
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M), Pendiri Kota Baghdad
a. Khalifah kedua Bani Abbasiyah
b. Putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, lahirkan
di Hamimah 101 H. Ibunya Salamahal-Barbariyah (dari suku Barbar).
c. Saudara Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas As-Saffah.
d. Memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas, dan otak cemerlang.
e. Wafat 7 Zulhijjah tahun 158 H/775 M, di Makkah.
Kebijakan Khalifah Al-Mansur :
a. Menjadikan Wazir sebagai koordinator departemen. Khalid bin Barmak (dari
Balk, Persia) diangkat sebagai wazir pertama.
b. Bentuk lembaga protokoler negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara
disamping membenahi angkatan bersenjata
c. Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara.
d. Merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Cappadocia, dan Cicilia
756-758 M.
e. Membangun hubungan diplomatik dengan wilayah di luar jazirah Arabia. Seperti:
membuat perjanjian damai dengan kaisar Constantine V, berhasil menjadikan
kerajaan Bizantium membayar upeti tahunan, mengadakan kerjasama dengan Raja
Pepin dari Prancis.
f. Memindahkan ibu kota kerajaan dari Anbar (Persia) ke Bagdad (Irak).
g. Mendirikan perguruan tinggi Baitul Hikmah
h. Perguruan tinggi ketabiban di Jundishapur yang dibangun Khosru Anushirwan
(351-579 M, Kaisar Persia) dihidupkan kembali dengan tenaga pengajar dari tabib
Roma yang menjadi tawanan perang.
Latar belakang dipilihnya kota Bagdad sebagai ibu kota daulah Abbasiyah:
a. Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap Abu Ja’far Al-Mansyur.
b. Wilayah cukup luas dan tanahnya subur.
c. Letak sangat strategis dan mudah dijangkau berbagai wilayah.
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M)
a. Lahir di Ray bulan Pebruari 763 M/145 H. Ayahnya Al-Mahdi dan ibunya
Khaizurran.
b. Pemimpin yang pemurah dan dermawan.
c. Dewan penerjemah dibentuk diketuai oleh Yuhana bin Musawih.
d. Pada masanya, hidup Abu Nawas
e. Wafat di Khurasan 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M
3. Khalifah Abdullah Al-Makmun (786-833M)
a. Abdullah ibnu Harun Ar-Rasyid, dikenal panggilan Al-Ma’mun, lahir 15 Rabi’ul
Awal 170 H / 786 M dan wafat 218 H/833 M.
b. Gurunya: Kasai Nahvi dan Yazidi (belajar membaca Al-Qur’an), Imam Malik
(mendalami Hadits).
c. Komoditi perdagangan penting: Anggur dari Shiraz, Yed dan Isfahan
d. Kebijakannya:
1) Gerakan penerjemahan karya kuno Yunani dan Persia. Penerjemah terkenal:
Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan
Hunain bin Ishaq (Abu Zaid Al-Ibadi).
2) Mengembangkan perpustakaan Bait Al-Hikmah (pusat ilmu pengetahuan).
3) Dibangun Majlis Munazharah (pusat kajian agama). muncul ahli Hadis Imam
Bukhori & sejarawan al-Waqidi.
4) Penaklukan wilayah. Wilayah Islam terbentang dari Pantai Atlantik di Barat
hingga Tembok Besar Cina di Timur. Pulau Kreta (208 H/ 823 M), dan Pulau
Sicily (212 H/ 827 M).
E. Keruntuhan Daulah Abbasiyah
Ada dua faktor penyebab keruntuhan Daulah Abbasiyah, faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal lebih banyak berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah Abbasiyah
diantaranya ;
a. Hubbud Dunya (kecintaan yang berlebihan terhadap kemewahan dunia).
b. Periode awal Daulah Abbasiyah berkuasa menghasilkan kemakmuran dan
kemewahan hidup di kalangan penguasa. Kondisi ini mendorong generasi khalifah
berikutnya untuk hidup lebih mewah dari khalifah sebelumnya, hal ini
menyebabkan pemborosan uang kas negara.
c. Konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan kekuasaan. Pada
periode kedua kekhalifahan Daulah Abbasiyah, perebutan kekuasaan nampak jelas.
Pada periode ini, hanya empat khalifah yang meninggal secara wajar. Selebihnya
para khalifah ada yang meninggal diracun, dibunuh, dan diturunkan paksa.
d. Meningkatnya konflik keagamaan. Konflik antara kelompok Sunni-Syiah sejak
masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak pernah
selesai hingga masa Daulah Abbasiyah.
e. Melemahnya jiwa patriotisme dan Nasionalisme. Daulah Abbasiyah banyak
memperoleh kemakmuran, sehingga mampu membayar tentara asing dari Turki
untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara. Persoalan ini memicu merosotnya
jiwa patriotisme dan nasionalisme rakyat Daulah Abbasiyah.
2. Faktor eksternal ;
a. Penyerangan tentara Mongol atas Baghdad (ibu kota Daulah Abbasiyah) yang
dipimpin oleh Hulagu Khan pada 1258 M, saat itu Daulah Abbasiyah dipimpin oleh
Al-Mu’tashim Billah. Setelah kota Baghdad hancur dan khalifah Daulah Abbasiyah
terbunuh, berakhirlah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah, dunia muslim tanpa khalifah yang namanya biasa disebut-sebut dalam sholat
Jum’at.
b. Banyak muncul pemberontakan
Setelah periode kedua, kekhalifahan Daulah Abbasiyah tidak sekuat para
pendahulunya. Kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada rakyat, tingginya
pajak yang dibebankan kepada rakyat, mengakibatkan banyak daerah-daerah yang
memberontak dan memisahkan diri dari pemerintah pusat Daulah Abbasiyah.
c. Dominasi bangsa Turki dan bangsa Persia
Bangsa Turki dan bangsa Persia (Bani Buwaihi) banyak menguasai pemerintahan
dan mempengaruhi kebijakan khalifah. Segala persoalan terkait jalannya roda
pemerintahan dikendalikan oleh bangsa Turki dan bangsa Persia. Kedudukan
khalifah Daulah Abbasiyah benar-benar hanya sebatas pemerintahan boneka saja.
Latihan soal pertemuan 3
1. Periode I disebut periode pengaruh Persia I karena pemerintahan daulah Abbasiyah
banyak dipengaruhi keluarga Barmakhi dari Persia. Coba identifikasi peristiwa pada
Periode I berlangsung daulah Abbasiyah ?
2. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibukota daulah Abbsiyah pada masa khalifah Harun al
Rasyid. Coba analisa sebab kota Bagdad dijadikan sebagai ibukota daulah Abbasiyah ?
3. Khalifah Abdullah Al-Makmun (786-833M) adalah khalifah yang sangat peduli
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Coba analisa kebijakan apa saja yang
dilakukannya dalam bidang ilmu pengetahuan ?
4. Sebutkan faktor internal runtuhnya daulah Abbasiyah !
Latihan soal 1 KD 3.1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu
hurufa, b, c atau d pada lembar jawab yang tersedia!
1. Daulah Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, setelah berkuasa selama 90
tahun daulah Umayyah runtuh ditandai dengan melemahnya sistem politik dan
pemerintahan, di samping munculnya berbagai tekanan dari luar. Faktor internal yang
mendorong kemunduran daulah Umayyah ….
a. banyakya gerakan pemberontakan
b. kekecewaan para ulama terhadap kebijakan pemeritah
c. tidak adanya aturan penggantian khalifah
d. pertentangan antara golongan Arab Utara dengan Arab Selatan

2. Upaya mengalahkan Daulah Umayyah dilatarbelakangi pemikiran tentang siapa yang berhak
memimpin setelah Rasulullah meninggal. Bani Hasyim (kaum Alawiyun) sebagai keturunan
Rasulullah pernah mengemukakan hal tersebut. Terdapat tiga kota utama yang menjadi
pusat kegiatan untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin
Abdul Muṭalib. Kota apa saja yang menjadi pusat gerakan daulah Abbasiyah ….
a. Mekah, Madinah, dan Damaskus
b. Damaskus, Bagdad, dan Madinah
c. Al-Humaymah, Kufah, dan Khurasan
d. Kufah, Bagdad, dan Damaskus

3. Tokoh yang berperan besar dalam pendirian daulah Abbasiyah yang berasal dari luar
keturunan Bani Abbas adalah ….
a. Abu Abbas As-Saffah
b. Abu Muslim Al-Khurasani
c. Ibrahim Al- Imam
d. Abu Ja’far Al Mansyur
4. Dinamakan daulah Abbasiyah karena para pendirinya adalah keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW. Masa kekuasaan Daulah Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, yaitu .…
a. 132-656 H/ 750-1258 M
b. 133-657 H/ 751-1258 M
c. 134-658 H/ 752-1258 M
d. 135-659 H/ 753-1258 M

5. Abu Ja’far Al-Mansur menunjukkan minat dan perhatian yang besar terhadap pengembangan
ilmu pengetahuan.Penerjemahan buku-buku literatur Iran dan Irak, serta Siryani dilakukan
secara besar-besaran dan juga mendirikan sebuah perguruan tinggi sebagai gudang
pengetahuan yang diberi nama ….
a. Majelis Munazarah
b. Majelis Dakwah
c. Baitul Hikmah
d. Baitul Rohmah

6. Pada masa pemeritahan Abu Ja’far al Mansur ibu kota pemerintahan dipindah dari Anbar
(Persia) ke Bagdad (Irak). Di bawah ini alasan Bagdad dipilih sebagai ibu kota pemerintahan
daulah Abbasiyah, kecuali ….
a. adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap Abu Ja’far Al-Mansur.
b. wilayah cukup luas dan tanahnya subur.
c. letak sangat strategis dan mudah dijangkau berbagai wilayah.
d. adanya pemberontakan suku Barbar terhadap Abu Ja’far Al-Mansur

7. Perkembangan kebudayaan/peradaban Islam masa daulah Abbasiyah dikenang sebagai masa


golden age, yaitu peradaban emas kebudayaan dan peradaban Islam. Kemajuan tersebut
meliputi hampir seluruh aspek kehidupan. Kemajuan tersebut karena adanya kebijakan-
kebijakan dari khalifah. Di bawah ini kebijakan yang dilakukan khalifah Abdullah al
Makmun, kecuali ….
a. gerakan penerjemahan karya kuno Yunani dan Persia
b. mengembangkan perpustakaan Bait Al-Hikmah
c. dibangun Majlis Munazharah
d. membangun angkatan laut

8. Pada masa Harun ar-Rasyid dibentuk Dewan Penerjemah, yang ketua oleh .…
a. Hunain bin Ishaq
b. Kasai Nahvi
c. Qusta bin Luqa
d. Yuhana bin Musawih

9. Di bawah ini faktor internal yang berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah Abbasiyah,
kecuali .…
a. konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan kekuasaan.
b. meningkatnya konflik keagamaan.
c. banyak muncul pemberontakan
d. melemahnya jiwa patriotisme dan nasionalisme

10. Salah satu faktor eksternal penyebab kehancuran Daulah Abbasiyah adalah adanya serangan
dari tentara Mongol Tartar yang dipimpin oleh ....
a. Cakra Khan
b. Hulagu Khan
c. Kublai Khan
d. Jengis Khan

Latihan soal 2 KD 3.1


Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dnegan benar !
1. Coba analisis sebab kelompok Syiah mendukung gerakan perlawanan terhadap pemerintah
daulah Umayyah ?
2. Jelaskan mengapa Ali bin Abdullah menamakan gerakan propagandanya sebagai keluarga
Bani Hasyim ?
3. Terdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk menegakkan kekuasaan Daulah
Abbasiyah, coba identifikasi kota tersebut ?
4. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibukota daulah Abbsiyah pada masa khalifah Harun al Rasyid.
Coba analisa sebab kota Bagdad dijadikan sebagai ibukota daulah Abbasiyah ?
5. Khalifah Abdullah Al-Makmun (786-833M) adalah khalifah yang sangat peduli terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan. Coba analisa kebijakan apa saja yang dilakukannya dalam
bidang ilmu pengetahuan ?
6. Tuliskan biografi singkat khalifah Abu Ja’far al Mansyur ?
7. Coba analisa faktor eksternal runtuhnya daulah Abbasiyah ?

Tugas Terstruktur KD 3.1


Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dnegan benar !
1. Daulah Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, setelah berkuasa selama 90
tahun daulah Umayyah runtuh. Apa sajakah peristiwa dari luar yang mendorong kemunduran
daulah Umayyah ?
2. Sebutkan kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap Daulah Umayyah yang
menyebabkan runtuhnya daulah tersebut !
3. Siapakah the Founding Fathers (pendiri) Daulah Abbasiyah ?
4. Sebutkan peristiwa yang terjadi pada periode kedua kekhalifahan daulah Abbasiyah !
5. Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah khalifah kedua Bani Abbasiyah, putra
dari Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, dilahirkan di Hamimah
pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, seorang wanita dari suku Barbar.
Al-Mansur seorang khalifah yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran maju, baik budi, dan
pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik menyelesaikan berbagai persoalan
pemerintahan Daulah Abbasiyah. Al-Mansur juga sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan menjadi pilar bagi pengembangan peradaban Islam
di masanya. Apa sajakah usaha yang dilakukan Khalifah Abu Jafar al Mansur dalam
pengembangan ilmu pengetahuan ?

BAB II
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM MASA DAULAH ABBASIYAH

Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam sekitarnya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena atau kejadian
yang tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di Madrasah dan sumber lain menurut sudut
pandang/teori yang kuat.

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar :


Kompetensi Dasar Indikator
1.2. Menghayati nilai-nilai Islam 1.2.1 Menunjukkan sikap menghayati nilai-nilai
dari perkembangan Islam dari perkembangan peradaban Islam
peradaban Islam pada masa pada masa daulah Abbasiyah
daulah Abbasiyah
2.2 Menjalankan sikap 2.2.1 Menunjukkan sikap produktif dan
produktif dan inovatif dalam inovatif dalam mengembangkan ilmu
mengembangkan ilmu pengetahuan
pengetahuan
3.2. Menganalisis perkembangan 3.2.1 Menganalisis perkembangan ilmu
peradaban Islam pada masa pengetahuan, penertiban administrasi
Daulah Abbasiyah pemerintahan masa daulah Abbasiyah
3.2.2 Mengidentifikasi perkembangan politik
dan militer, ekonomi masa daulah
Abbasiyah
3.2.3 Mengidentifikasi perkembangan seni
budaya masa daulah Abbasiyah
4.2. Menyajikan hasil analisis 4.2.1 Menyajikan hasil analisis perkembangan
perkembangan peradaban peradaban Islam pada masa Daulah
Islam pada masa Daulah Abbasiyah
Abbasiyah
Tujuan Pembelajaran:
1. Melalui pemberian uswah, peserta didik mampu menunjukkan sikap semangat perjuangan
Islam dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah dengan baik dan benar
2. Melalui pemberian uswah, peserta didik mampu menunjukkan Melalui pemberian uswah,
peserta didik mampu menunjukkan sikap sikap gigih dan sabar dalam mewujudkan cita-
cita dengan baik dan benar
3. Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung terbentuknya
daulah Abbasiyah dengan benar
4. Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengidentifikasi kondisi proses terbentuknya Daulah
Abbasiyah dengan benar
5. Melalui tanya jawab siswa mampu mengidentifikasi para penguasa daulah Abbasiyah dengan
benar
6. Melalui tanya jawab siswa mampu menganalisis faktor penyebab runtuhnya daulah
Abbasiyah dengan benar
7. Melalui proses pembelajaran siswa mampu menyusun peristiwa-peristiwa penting dari proses
berdirinya daulah Abbasiyah dengan benar

Pertemuan ke-4
A. Perkembangan ilmu pengetahuan, penertiban administrasi pemerintahan masa daulah
Abbasiyah
1. Perkembangan ilmu pengetahuan
Periode awal pemerintahan, Daulah Abbasiyah memiliki khalifah-khalifah yang memiliki
perhatian besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, seperti; Khalifah Abu Ja’far Al-
Mansyur. Dikenal sebagai seorang khalifah yang cinta ilmu pengetahuan, sehingga harta dan
kekuasaaanya dimanfaatkan untuk pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Pada periode inilah landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan disiapkan. Khalifah Abu
Ja’far Al-Mansyur secara langsung meminta kepada para ilmuan untuk secara serius
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan ummat manusia.
Kerjasama yang apik antara ilmuan dan pemerintah melahirkan para ilmuan muslim dari
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Kedokteran, Filsafat, Kimia, Botani, Astronomi,
Matematika, dan lain-lain. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat, yaitu ;
a. Terjadinya asimilasi budaya, bahasa, pengetahuan antara bangsa Arab dengan bangsa
lainnya.
b. Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asalnya ke bahasa Arab.
Gerakan penerjemahan ini berlangsung sejak Khalifah Abu Ja’far AlMansyur hingga
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Buku-buku klasik Romawi dan Yunani yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu filsafat, astronomi, farmasi, dan seni budaya dialihbahasakan dalam
bahasa Arab.
c. Pendirian pusat studi dan kajian yang diberi nama Baitul Hikmah. Tempat ini bukan saja
hanya menjadi pusat studi orang-orang di wilayah Baghdad, tapi hampir dari seluruh
penjuru dunia.
d. Pembentukan Majelis Munadzarah pada masa Khalifah Abdullah Al-Makmun menjadi
pusat kajian yang mengupas segala persoalan hukum keagamaan.
2. Penertiban administrasi Pemerintahan
Usaha membangun peradaban emas juga terjadi pada bidang administrasi pemerintahan
Daulah Abbasiyah.
Pengangkatan Wazir (Perdana Menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam menjalankan
roda pemerintahan. Wazir dibantu oleh beberapa departemen ;
a. Diwanul Kharij ; Departemen Luar Negeri
b. Diwanul Ziman ; Departemen Pengawasan Urusan Negara
c. Diwanul Jundi ; Departemen Pertahanan dan Keamanan
d. Diwanul Akarah ; Departemen Tenaga Kerja dan Pekerjaan Umum
e. Diwanul Rasa’il ; Departemen Pos dan Telekomunikasi.
Pengangkatan Ra’isul Kitabah (Sekretaris Negara) yang memimpin Diwanul Kitabah
(Sekretariat Negara). Dalam menjalankan tugasnya Ra’isul Kitabah dibantu oleh lima orang
Katib (Sekretaris), yaitu :
a. Katib Rasa’il ; sekretaris bidang persuratan
b. Katib Kharraj ; sekretaris bidang perpajakan dan kas negara
c. Katib Jundi ; sekretaris bidang kemiliteran, pertahanan dan kemanan
d. Katib Qada ; sekretaris bidang hukum dan perundang-undangan
e. Katib Syurtah ; sekretaris bidang kepolisian dan keamanan sipil
Pengangkatan kepala daerah untuk menjaga daerah wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah
yang dipimpin oleh gubernur (Amir). Untuk memudahkan kordinasi pemerintah pusat dan
daerah, di bawah gubernur dibentuk pemerintah desa (Qaryah) yang dipimpin oleh Syaikhul
Qaryah (Kepala Desa). Pembentukan Mahkamah Agung, yang menangani beberapa bidang
hukum, seperti ;
a. Al-Qadi ; mengadili perkara agama, hakimnya disebut Qadi
b. Al-Hisbah ; mengadili perkara umum, baik pidana maupun perdata, hakimnya disebut Al-
Mustahsib
c. An-Nazar fil Mazalim ; pengadilan tingkat banding setelah dari pengadilan AlQadi atau
Al-Hisbah, hakimnya disebut Sahibul Mazalim.

Tugas Terstruktur :
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Coba analisis faktor yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat pada masa
daulah Abbasiyah?
2. Sebutkan bukti adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat pada masa daulah Abbasiyah
!
3. Sebutkan beberapa departemen yang telah dibentuk pada masa daulah Abbasiyah !

Pertemuan ke-5
Perkembangan politik dan militer, ekonomi masa daulah Abbasiyah
Dalam bidang politik Daulah Abbasiyah menjalan hubungan persahabatan yang baik dengan
negara-negara lain, diantaranya:
a. Menjalin kerjasama politik dengan Raja Frank di sebagian wilayah Andalusia (Spanyol).
Tujuannya adalah, untuk mengantisipasi meluasnya pengaruh Daulah Umayyah.
b. Menjalin hubungan dengan Afrikan Barat. Tujuannya adalah, menambah kekuatan dan
keuasaan Abbasiyah di Baghdad, Irak.
Daulah Abbasiyah pernah mencapai profesionalisme militer yang terjadi pada periode pertama
dan periode kedua pemerintahannya. Sekitar 100 tahun lamanya kebijakan politik dan militer
sepenuhnya mandiri ditangan para khalifah Daulah Abbasiyah, tanpa dipengaruhi oleh bangsa
manapun.
Setidaknya ada empat periode kepemimpinan Daulah Abbasiyah dalam mewujudkan
kemandirian politik dan militer :
a. Periode pertama (750-847 M), kebijakan militer yang diambil pada periode ini merupakan
usaha para khalifah dalam memberikan landasan pemerintahan yang tangguh dan militer yang
kuat.
b. Periode kedua (847-946 M), periode ini kebijakan politik dan militer Daulah Abbasiyah
banyak dipengaruhi oleh orang-orang Turki. Hal ini mengakibatkan banyak orang Turki yang
menduduki posisi penting dalam jabatan militer Daulah Abbasiyah. Orang-orang Turki yang
banyak menduduki posisi penting itu tidak dapat dikendalikan, mereka mampu mengontrol
kekuasaan bahkan banyak gubernur dan panglima tentara yang menyatakan diri sebagai
khalifah. Dari sini tanda-tanda perpecahan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai
tampak.
c. Periode ketiga (946-1094 M), munculnya kekuatan politik dari Bani Buwaihi yang beraliran
Syiah. Mereka dapat mengontrol pemerintahan Daulah Abbasiyah, bahkan mampu menekan
khalifah Abbasiyah saat itu khalifah AlMustakfi. Agar menjadikan Ahmad Buwaihi
Sebagai Amirul ‘Umara (Panglima Tentara). Sejak saat itu khalifah Daulah Abbasiyah tidak
lagi memiliki kekuasaan penuh, karena roda pemerintahan dipengaruhi oleh dominasi Bani
Buwaihi.
d. Periode keempat (1094-1258 M), pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah kendali orang-
orang Seljuk dari Turki. Mereka mampu menghilangkan dominasi Bani Buawaihi yang
berkuasa lama dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. Selama periode inilah, Bani Seljuk
berhasil mengambil alih kekuasan dan jalanya roda pemerintahan dari tangan khalifah. Roda
pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak lagi berada di tangan khalifah yang sah, para khalifah
Daulah Abbasiyah hanya diperkenankan mengurusi persoalan-persoalan agama.
Kekhalifahan Daulah Abbasiyah hilang di tahun 1258 M saat tentara Mongol yang dipimpin
Hulagu Khan memorak-porandakan kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan Daulah
Abbasiyah.
Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)
Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi masa Daulah Abbasiyah sebenarnya
telah dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. Ia merupakan tokoh utama dari
peletak dasar ekonomi Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil dan bijaksana membawa Daulah
Abbasiyah maju dalam berbagai bidang.
Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masanya disebabkan oleh usaha-usaha para
khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor perekonomian.
a. Sektor Perdagangan
Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat khalifah Al- Mahdi
(775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah Abbasiyah dengan kerajaan-kerajaan
lain telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menambah kas negara. Kota
Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai tempat transit antara Timur dan Barat, banyak
mendatangkan kekayaan bagi Abbasiyah. Selain itu, ada juga pelabuhan Damaskus dan
dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi peningkatan pada sektor tambang, pertanian dan industri.
b. Sektor Perindustrian
Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat serius dalam memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong kemajuan sektor perindustrian.
Para khalifah menganjurkan masyarakatnya untuk berlomba-lomba dalam industri dan
pengolahan. Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. kota Basrah menjadi pusat
industri gelas dan sabun, kota Kuffah merupakan pusat industri tekstil, industri pakaian dari
sutra bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang pusat kerajinan sutranya berada di
Khazakstan, dan kota Syam menjadi pusat industri keramik dan gelas berukir.
c. Sektor Pertanian
Pembangunan kanal, bendungan, irigasi dan terusan diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan
petani yang hasilnya mampu meningkatkan produktifitas para petani dan kualitas hasil
panennya. Sebagai contoh, pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, istri khalifah, Ratu
Zubaidah menyaksikan penderitaan rakyat akibat kemarau panjang dalam kunjungannya ke
Makkah dan Madinah. Atas usulan permaisuri, khalifah membangun sebuah bendungan dan
terusan yang dapat mengalirkan air ke ladang-ladang dan untuk kebutuhan hidup para petani.
Sehingga kehidupan masyarakat di dua kota suci itu sejahtera. Untuk mengenang jasa Ratu
Zubaidah, bendungan itu diberi nama “Bendungan Zubaidah”.

Tugas Terstruktur
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Berikan contoh hubungan kerjasama yang dijalin oleh daulah Abbasiyah dnegan  negara-negara
lain ?
2. coba analisis daulah Abbasiyah pada periode ke 4 kekhalifahan daulah Abbasiyah ?
3. Berikan contoh industri-industri yang sudah ada pada masa daulah Abbasiiyah ?

Pertemuan ke-6
Perkembangan Seni Budaya
Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak kejayaannya pada masa
Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan
ini disebabkan karena proses asimilasi (pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa
lainnya. Apalagi setelah kegiatan penerjemahan berbagai macam buku dari Yunani, India,
Byzantium, dan Persia ke dalam bahasa Arab.
Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya dan sastra
seperti :
a. Seni Arsitektur
Seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini sangat berguna
untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana, madrasah, dan kantor pemerintahan.
khalifah Abbsiyah tidak segan-segan mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium,
Yunani, Persia, dan India untuk mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur
bangunan kepada orang Abbasiyah.
Bukti dari kemajuan pradaban seni arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah masih dapat
ditemukan sampai saat ini dari keindahan gedung-gedung istana, masjid, madrasah sebagai
peninggalan Daulah Abbasiyah. Diantaranya :
b. Seni Tata Kota
Seni tata kota dan arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah bernilai sangat tinggi, banyak
bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota yang berseni tinggi. Diantara kota-
kota itu adalah :
1) Kota Bagdad
Baghdad dibangun tahun 763 M pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-
Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli bangunan, terdiri dari
arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan lain-lain yang didatangkan
dari Suriah, Iran, Basrah, Mosul, Kuffah, dan daerah –daerah yang lainnya. Biaya
pembangunan kota ini mencapai 4.833.000 dirham. Kota Baghdad dibangun berbentuk
bundar sehingga disebut kota bundar (Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok
besar dan tinggi. Bagian bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90
kaki (27.5 m). Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda
sebagai saluran air dan benteng pertahanan. Di tengah kota dibangun istana khalifah
diberi nama Qashrul Dzahab (istana emas) yang melambangkan kemegahan dan
kejayaan. Di samping istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur. Pembangunan
Kota Bagdad diarsiteki oleh Hajjaj bin Artbab dan Amran bin Waddah
2) Kota Samara
Lima tahun setelah kota Baghdad mengalami kemajuan Khalifah AlMu’tashim Billah
(833-842M) membangun kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat istana yang indah
dan megah, masjid raya, taman kota dengan bunga-bunga yang indah, dan alun-alun.
Untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya, dibangun pula pusat-
pusat perbelanjaan dan pusat-pusat pelayanan publik.
Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam kkah dan
Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para nguasaa Daulah
Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah.
Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada saatnya masing-masing turut ambil
bagian dalm renovasi dan membangunan dua Masjid suci kebanggaan umat Islam
tersebut.
c. Seni Sastra
Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad
merupakan pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir seluruh khalifah
Abbasiyah menyukai sastra. Berikut beberapa penyair dan sastrawan yang terkenal saat itu
Abu Athiyah (760 – 841 M), Abu Nawas (741 – 794 M), Abu Tamam (w 847 M), Al-
Buhtury (821 – 900 M), Al-Muntanabbi (961 – 967 M)
Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam yaitu cerita
tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh Mubasyir ibnu Fathik.
Prosa terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1) Kisah (Qisshah), cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis maupun fiktif,
disusun menurut urutan penyajian yang logis dan menarik.
2) Amsal(peribahasa) dan Kata mutiara (al-hikam) adalah ungkapan singkat yang bertujuan
memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan kepribadian dan akhlak.
3) Sejarah (tarikh), atau riwayat (sirah). Sejarah atau riwayat mencakup sejarah beberapa
negeri dan kisah perjalanan yang dilakukan para tokoh terkenal.
Misalnya: mu’jam al Buldan (ensiklopedi kota dan negara) oleh Yaqut Al-Rumi (1179-
1229). Tarikh Al-Hindi (sejarah India) oleh Al-Biruni (w.448 H/ 1048 M).
Sastrawan bidang prosa lainnya:
1) Abdullah bin Muqaffa (w.143 H) karyanya: Kalilab wa Dimnab.
2) Abdul Hamid Al-Katib, sebagai pelopor seni mengarang surat.
3) Al-Jabidb (w. 255H), Ibnu Qutaibab (wafat 276 H).
4) Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H), Karyanya: Al-Aqdul Farid
d. Seni Musik
1) Al-Kindi pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’.
2) Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam pencapaian seni
musik di dunia Islam.
Para pengarang kitab musik:
1) Yunus bin Sulaiman (w.765 M), pengarang teori musik pertama dalam Islam.
2) Khalid bin Ahmad (w. 791 M). mengarang buku-buku teori musik mengenai not dan
irama.
3) Ishak bin Ibrahim Al-Mousuly (w. 850 M), telah berhasil memperbaiki musik
jahiliyah dengan sistim baru. Dia mendapat gelar ‘Raja Musik’.
4) Hunain bin Ishak (w.873 M). berhasil menerjemahkan buku teori musik karangan
Plato dan Aristoteles.
5) Al-Farabi selain sebagai seorang filosof, ia juga dikenal sebagai seniman dan ahli
musik.
Tugas Terstruktur
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Coba identifikasi Kota Bagdad yang merupakan Kota yang dibangun dengan teknik nilai seni yang
tinggi ?
2. Prosa terdiri dari beberapa bagian. Coba identifikasi bagian-bagian tersebut ?
3. Sebutkan para pengarang kitab musik !

BAB. III ILMUWAN MUSLIM MASA DAULAH ABBASIYAH

Pertemuan ke-7
A. Tokoh ilmuwan muslim dalam bidang ilmu kedokteran
1. Ali Ibnu Rabbani At-Tabari (838-870M)
a. Abu Al-Hasan Ali bin Sahl Rabban At-Tabari. Dari keluarga Syria Yahudi terkenal di
Merv dan pindah ke Tabaristan.
b. Ayahnya  Sahal bin Bisyr adalah seorang pejabat negara, yang berpendidikan tinggi
dan dihormati masyarakat.
c. masuk Islam masa Al-Mu’tasim
d. Ahli kedokteran, ilmu astronomi, filsafat, matematika, dan sastra.
e. Karyanya: Fidaus al Hikmah (ensiklopedia kedokteran), Din Addaulah (kitab tentang
agama dan negara), Hifzusihah (kitab cara menjaga kesehatan)
f.Murid yang terkenal: Zakaria Abu Bakar Ar-Razi.
2. Ibnu Sina (370 H – 428 H / 980 M – 1037 M).
a. Nama lengkap: Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Sina. Dikenal Avvicenna.
b. Lahir: Shafar 370 H/Agustus 980 M di Ifsyina (Bukhara)
c. Gurunya: Abu Abdellah Natili (Belajar ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge
dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest Ptolemus), Isa bin Yahya (mempelajari ilmu
kedokteran).
d. Orang Arab memberinya gelar Syaikhurrais (pemimpin orang terpelajar).
Sumbangan Ibnu Sina Dalam Dunia Kedokteran:
1) Penemu peredaran darah manusia pertama, kemudian disempurnakan William Harvey.
2) Pertama kali mengatakan bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya
lewat tali pusarnya.
3) Pertama kali mempraktekkan pembedahan dan menjahitnya.
4) Juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini disebut psikoterapi
Karya monumentalnya : Al-Qanun fit-Tibb.
1) dipakai sebagai buku panduan para mahasiswa kedokteran dari abad ke-12-17 M.
2) Membedakan mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai
kemungkinan penularan wabah penyakit phthisis (penyakit saluran pernafasan,
utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui
air dan debu.
Karya-karya lain Ibnu Sina adalah :
a. Politik (Risalah As-Siyasah, Fi Isbati an-Nubuwah, Al-Arzaq)
b. Tafsir (Surah al-Ikhlas, Surah al-Falaq, Surah an-Nas, Surah al-Mu’awizataini, Surah
al-A’la).
c. Psikologi (An-Najat).
d. Kedokteran (Al-Qanun fi al-Thibb, adalahal-Urjuzah fi At-Tibi, al-Adwiyah al-
Qolbiyah, Kitabuhu al-Qoulani, Majmu’ah Ibnu Sina al-Kubra, Sadidiyya, Asyifa).
e. Logika (Al-Isyarat wat Tanbihat, al-Isyaquji, Mujiz, Kabir wa Shaghir)
f.Musik (Al-Musiqa).
g. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
h. Fisika ( fi Aqsami al-Ulumi al-Aqliyah)
i. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.
j. Filsafat (As-Syifa’, Hikmah al-Masyiriqiyyin, Kitabu al-Insyaf, Danesh Nameh, Kitabu
al-Hudud, Uyun-ul Hikmah)
3. Ar-Razi (251-313H/864-930M)
Nama lengkap: Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi. Lahir Ray (Persia) 865 M,
wafat 932 M.
Karya-karyanya:
a. al-Hawi (Ensiklopedi Kedokteran) berisi ilmu kedokteran Yunani, Arab, menjadi
rujukan di universitas Eropa sampai abad ke-17 M.
b. Fi al-Judari wa al-Hasbah (penyakit campak dan cacar)
c. Small-pox (penyakit cacar). Ia merupakan sarjana Islam pertama yang meneliti
penyakit ini. Ia lah yang membagi penyakit ini menjadi dua bagian; cacar air (variola)
dan cacar merah (vougella). Penemuan ini melambungkan namanya dalam dunia
kedokteran
d. Air Raksa (Hg). Salah satu penemuan Ar-Razi yang sangat berguna dalam dunia
medis.
e. Diagnosa Hypertensi. Ar-Razi adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan
diagnosis terhadap hypertensi (darah tinggi). Metode pengobatannya tergolong khas,
yaitu dengan pemanasan syaraf. Ia juga melakukan pengobatan mirip cara akupuntur
yang sudah amat populer saat ini.
4. Ibnu Maskawaih
Nama lengkap: Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya'qub Ibnu Miskawaih. Lahir di Ray
Teheran Iran, 9 Shafar 421H/16 Pebruari 1030 M. Julukannya Abu ’Ali, al-Khazin
(bendaharawan)
Karyanya:
a. An-nawadir At-tibbiya (kumpulan aporisme medis)
b. kitab Al-Azmina (deskripsi ragam musim sepanjang tahun)
c. Risalah fi al-Lazzat wa al-Alam, Risalah fi at-Thabi'at, Risalah fi Jaubar an-Nafs,
Maqalat an-Nafs wa al-'Aql, Fi Isbat as-Shuwar al-Ruhaniyat allati la Yabula Lama,
min Kitab al-'Aql wa al-Ma'qul, Ta'rif li Miskawaih Yumayyizu bihi bain ad-Dahr wa
az-Zaman, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A'raq
Tugas Terstruktur
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Coba tuliskan biografi Ali Ibnu Rabbani At-Tabari ?
2. Coba identifikasi sumbangan Ibnu Sina dalam dunia kedokteran ?

Pertemuan ke-8
B. Tokoh ilmuwan Bidang Filsafat
1. Al-Kindi (801-873M)
a. Nama lengkap: Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin
Muhammad bin Al-Asy’as bin Qais Al-Kindi.
b. lahir di Kufah 185 H/801 M. Ayahnya bernama Ibnu As-Sabah. Wafat 869 M
c. Menguasai tiga bahasa penting: Yunani, Suryani, dan Arab
d. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia melukiskan filsafat sebagai
ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan.
e. Karyanya: Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih (pengantar logika).
f.Mengalami kehidupan tidak kurang dari lima periode khalifah Daulah Abbasyiah (Al-
Amin, Al-Makmun, Al-Mu’tasim, Al-Wasiq dan Al-Mutawakkil).
2. Al-Farabi
a. lahir di Farab 870 M. Nama lengkap: Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin
Tarkhan bin Uzlag al-Farab.
b. Dua karya besarnya: Organon (buku berisi komentar dan ulasan Al-farabi tentang
pikiran-pikiran Aristoteles) dan Introduction Section of Logic (buku tentang mukadimah
logika)
3. Imam Al-Ghazali (450-505H/1058-1111M)
a. Nama lengkap: Muhammad bin Ahmad Al-Imamul Jalil Abu Hamid Ath Thusi Al-
Ghazali, lahir di Thusi Khurasan Persia 450 H /1058 M. wafat 505 H (1111 M).
b. Guru-gurunya: Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Rozakani, Imam Abi Nasar Al-
Ismaili, Imam Al-Haramain Al-Juwaini.
c. Karena kecerdasannya Imam Al-Haramain mengatakan al-Ghazali itu adalah ”lautan tak
bertepi’’
d. bergelar Hujjatul Islam yang artinya orang yang memiliki kewenangan/otoritas atas
Islam
e. Karya-karyanya:
1) Ihya Ulum Ad-Din (membahas ilmu-ilmu agama).
2) Tahafut al-Falasifah (pendapat para filsuf ditinjau dari segi agama).
3) Al-Munqidz min adh-Dhalal, menjelaskan tujuan dan rahasia ilmu.
4) Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam),   
5) Jawahir Al-Qur’an (rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an)
6) Mizan Al-‘Amal (falsafah keagamaan)
7) Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (arti nama-nama Tuhan).
8) Al-Basith (fiqh), Al-Mustasfa (ushul fiqh)

Pertemuan ke-9
C. Tokoh ilmuwan muslim serta perannya dalam bidang ilmu Kimia dan Matematika
1. Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (750-803M)
Dikenal dengan sebutan ‘Geber’.
lahir di Kufah 750 M.
Gurunya: Barmaki Vizier (masa Harun Ar-Rasyid di Baghdad).
Sumbangan di bidang ilmu pengetahuan
a. kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi (hukum perbandingan tetap)
b. Penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan serta
pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Karya-karya:
Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab’een, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book
of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance.
2. AL-Khawarizmil
a. Nama lengkap: Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi/Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Yusoff. Di dunia Barat dikenal nama: Al-Khawarizmi, Al-Cowarizmi, Al-
Ahawizmi, Al-Karismi, Al-Goritmi, Al-Gorismi .
b. Hidup di Khawarism, Usbekistan 194 H/780 M dan wafat 266 H/850 M di Baghdad
c. Penemu aljabar (system hitungan nilai menurut tempatnya. Seperti puluhan, ratusan,
ribuan).
d. Beberapa karyanya:
a. Al-Jabr wa’l Muqabalah (pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi)
b. Hisab al-Jabrwa al-Muqabalah (contoh soal matematika).
c. Sistem nomor dan memperkenalkan Cos, Sin, Tangen dalam penyelesian persamaan
trigonometri, teorema segitiga sama kaki, segi empat, dan lingkaran dalam geometri.
d. Ilmu perbintangan (astronomi).
e. Memperkenalkan cabang-cabang ilmu matematika seperti, geometri, aljabar,
aritmatika.
f. Angka nol memiliki nilai, dengan angka nol terbuka jutaan kemungkinan. Dari
gagasan inilah operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bisa
jadi lebih mudah dan sederhana.
g. Mengembangkan sistem nilai-tempat desimal dengan angka 1 sampai 9 sebagai
angka sekaligus pengisi nilai tempat dan angka nol sebagai angka saja

3. Abu Kamil Suja


a. Ahli aljabar tertua setelah Al-Khawarizmi.
b. Karya:
 Kitab fil Al-jam wa Tafrik (penambahan dan pengurangan)
 Kital Al-Khataya (tentang dua kesalahan)
 Liber Abacci (pengetahuan tentang bilangan bulat dan pecahan, cara berhitung
akar 2 (kuadrat) dan akar 3 (kubik)).

Pertemuan ke-10
D. Tokoh Ilmuwan Bidang Astronomi
1. Musa Ibrahim Al-fazari
a. Ditugaskan oleh Abu Ja’far Al-Manshur untuk menerjemahkan berbagai risalah
astronomi yang berasal dari India.
b. 830 M para astronom muslim telah mampu membuat teropong bintang dengan
peralatan yang lengkap di kota Yundhisyapur, Iran, sebagai perlengkapan sekolah
tinggi ilmu pengetahuan.
2. Al-Farghani
a. Hidup zaman Khalifah Al-Makmun dan Khalifah Al-Mutawakkil.
b. Turut ambil bagian dalam pengukuran derajat lintang bumi.
c. Mulai melakukan observatorium astronomi tahun 829 M.
d. Karyanya: Harakat As-Samawiyah An-Nujum (asas-asas ilmu bintang), dan Usul Ilmu
An-Nujum (pengantar ilmu perbintangan).
3. Al-battani
a. Penerus Al-Farghani dalam melakukuan observasi astronomi pada observatorium yang
dibangun Khalifah Al-Makmun.
b. Di antara karya Al-Battani:
1) Kitab Ma’firat Matali Al-buruj fi Ma Bayna Arba’ Al-Falak (buku ilmu pengetahuan
mengenai zodiac).
2) Risalah fi Tahkik Akdar Al-Ittisalat, (uraian mengenai penerapan-penerapan
astrologis).
3) Az-Zij (Astronomical Treatese and Tables), uraian astronomi dan dilengkapi dengan
table-tabel.

Pertemuan ke-11
A. Ilmuwan Bidang Hadits
1. Imam Bukhori
Nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqirah Al-Ja’fi bin
Bardizbah Al-Bukhari, lahir Syawal 194 H di Bukhara, Uzbekistan, Asia tengah.
Gurunya: Syekh Ad-Dakhili, Syech Ishak, Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya
bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi.
Muridnya: Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr,  dan Imam
Muslim
Karya: Sahih Bukhari, al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir,
at- Tharikh al- Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-
Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah.
Karya termashur: al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar min Umur Rasul Allah was
Sunanih wa Ayyamih.
Wafat Idul Fitri 256 H dimakamkan di Khartank, Samarkand.
2. Imam Muslim
Nama lengkap: Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-
Qusyairi An-Naisaburi Usbekistan. Lahir di Naisabur 202 H/ 817 M. Wafat Senin, 25
Rajab 261 H/5 Mei 875 M
Gurunya: Imam Ad Dakhili
Karyanya: al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir ,
al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat  Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’,
Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid, kitab Auladish-shaba, dan kitab
Auham al-Muhaddisin, al-Musnad as-Shahih al- Mukhtashar  Min as-Sunan bin Naql al-
Adl’an Rasul Allah.
3. Abu Dawud
Nama lengkap: Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi
As-Sijistani. Lahir 202 H/817 M di Sijistan wafat Basrah 16 Syawwal 275 H/889M.
Gurunya: Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim,
Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin
Sa’id.
Muridnya: Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu
Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar
bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi.
Karyanya: Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-Qadar, An-
Nasikh wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-
Wahyu, Ahbar al-Khawarij.
4. Imam At-Tirmidzi
Karyanya: Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang
terkenal adalah Kitab As-Sunan.
Wafat Senin, 13 Rajab 279 H/8 Oktober 892 M
Abdullah bin Muhammd Al-Anshari mengatakan: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku  lebih terang
dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’. Kitab At-Tirmidzi menurutnya bisa dicapai
oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya.
5. Imam An-Nasai
Nama lengkap: Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-
Nasai, lahir di Nasa’i Khurasan 215 H.
Gurunya: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih  Al-Harist bin
Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi.
Muridnya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam),  Abu Ja’far At-
Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr
An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.
Karyanya: As-Sunan  al-Kubra (Sunan An-Nasa’i), As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-
Tamyiz, Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan Manasik al-
Hajji.
Wafat 303 H/915 M di Bait Al-Maqdis, Palestina.
6. Imam Ibnu Majah
Nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini.
lahirkan di Qazwin, Irak 209 H/824 M
Gurunya: Ali bin Muhammad At-Tanafasi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin
Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam,
Imam Malik, Al-Lays, Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan,
Ahmad bin Ibrahim.
Karyanya: Tafsir Al-Qur’anul Karim, Kitab Sunan Ibnu Majah.
Wafat 22 Ramadhan 273 H/887 M, di Qazwin, Irak.

Pertemuan ke-12
B. Ilmuwan Bidang Fikih
1. Imam Hanafi
Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan At-Taymi, (Abu Ḥanifah), lahir di Kufah, Irak 80
H / 699 M.
Muridnya: Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani
Karyanya: Fiqh Akhbar, Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
Dalam menetapkan hukum menggunakan metode berdasarkan Al Quran, Sunnah Rasul,
Fatwa sahabat, Qiyas, Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf. 'Urf maksudnya adalah adat kebiasaan
orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an,
Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa sahabat.
2. Imam Maliki
Nama lengkap: Abu abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Al-
Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin Al-Haris Dzi Ashbah, lahir di Madinah 93 H.
wafat pada 14 Rabiul awwal 179 H
Dasar mazhabnya: Kitab Suci, Sunnah Rasul, Ijma’, dan Qias. dikenal dengan sebutan
“Sayyid Fuqaha Al-Hijaz” (pemimpin ahli fiqih di seluruh daerah Hijaz).
Muridnya: Muhammad bin Idris bin Syafii, Al-Laisy bin Sa’ad, Abu Ishaq Al-Farazi.
Karyanya: Kitab Al-Muwaththa
Pengikut mazhab Imam Malik: di Tunisia, Tripoli, Magribi, dan Mesir
3. Imam Syafi’i
Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina 767 M/150 H dan meninggal di Fustat, Kairo 820
M/204 H
Gurunya: Muslim bin Khalid Az-Zanji, Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, Muhammad
bin Ali bin Syafi’, Sufyan bin Uyainah, Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin
Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan Imam Malik serta Imam Hanbali.
Dasar madzhabnya: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas
Karyanya: “Ar- Risalah” (tentang ushul fiqh) dan kitab “Al -Umm” (berisi Madzhab
Fiqhnya yang baru).
Pengikut mazhab Syafi’i: di Mesir, Kurdistan, Yaman, Aden, Hadramaut, Mekah,
Pakistan, dan Indonesia.
4. Imam Hambali
Nama lengkap: Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al-Marwazi Al
Baghdadi, lahir Rabi’ul Awwal 164 H di Baghdad. Meninggal 12 Rabi’ul Awwal 241
H.
Gurunya: Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid,
Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah,
Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin Ma’qil
Muridnya: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Nasa’i, Imam
Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Asy-Syafi’i, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal, Abdullah
bin Imam Ahmad bin Hambal, Hambal bin Ishaq.
Karyanya: Kitab Al -Musnad, Az-Zuhud, Fadhail Ahlil Bait, Jawabatul Qur’an, Al
-Imaan, Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah, Al-Asyribah dan Al-Faraidh.

Pertemuan ke-13
C. Ulama Bidang Tafsir
1. Imam Ibnu Jarir At-Tabari
Nama lengkap: Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-
Amali At-Tabari, Lahir di Amol, Tabaristan 838 M. Wafat 27 Syawal 310 H
Gurunya: Al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili (hadits), Muhammad bin’Abd Al-A’la Al-
San’ani, Muhammad bin Musa Al-Harasi, Abu Al-‘As’as Ahmad bin Al-Miqdam, Abu
Al-Jawza’ Ahmad bin ‘Usman, Humayd bin Mas’adah, Bisr bin Mu’az Al-‘Aqadi.
Karyanya: Tarikh at-tabari/Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Rasul dan Raja),
Tafsir Al-Tabari (sumber pemikir muslim lainnya, seperti Baghawi, As-Suyuthi dan Ibnu
Katsir )
2. Imam Ibnu Katsir
Nama lengkap: Imaduddin Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-Bushrawi, lahir di
Mijdal Bashrah 701H/1302 M).
Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya:
a. Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Abdirrahman Al-Fazari /Ibnul Farkah (w. 729 H).
b. Di Damsyik Syria, pada Isa bin Al-Muth’im,
c. Ahmad bin Abi Thalib/Ibnu Syahnah (walat 730H),
d. Ibnul Hajjar (w.730 H),
e. Bahauddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, (w. 723 H)
f. Ibnu Asy-Syirazi,
g. Ishaq bin Yahya Al-Amidi Afifuddin (wafat 725 H),
h. Muhammad lbnu Zarrad
i. Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam bin Taimiyyah
(wafat 728 H),
j. Syaikh al-Hafizh, Abu Musa al-Qarafi, Abul Fath Ad-Dabbusi, Ali bin Umar As-
Sawani dan lain-lain.
Muridnya: Ibnu Haji.
Karyanya:
1. Tafsir al-Qur-an,
2. Al-Bidaayah wan Nihayah
3. At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil.
4. Jami’ al-Masanid,
5. Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam Asy-Syafi’i.
6. Sirah Nabawiah, berisi sejarah Nabi Muhammad saw.
Wafat di Damaskus, Syam pada 77 4 H/ 1373 M

BAB. I
SEJARAH BERDIRINYA DAULAH AL-AYYUBIYAH
A. Runtuhnya daulah Abbasiyah
Lemahnya bidang politik yang dialami Daulah Abbasiyah salah satunya disebabkan
karena diawal proses pendirian Daulah tersebut Bani Abbas tidak terlepas dari bantuan
orang-orang non arab (Mawali) Persia, dan Kaum Alawiyin, serta para pengikut setia Ali bin
Abi Thalib. Pada gilirannya golongan tersebut menuntut balas jasa atas ‘andil mereka dalam
membentuk sebuah Daulah. Sejak masa pemerintahan khalifah Al-Mu’thi (334-363 H / 909-
1171) keadaan politik Abbasiyah kian melemah dengan munculnya Daulah-Daulah lain
yang sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Abbasiyah. Akibatnya muncullah beberapa
kerajaan kecil yang memisahkan diri dari kekuasaan Abbasiyah, yaitu:
1. Daulah Idrisiyah, di Maroko yang didirikan oleh Idris bin Abdullah, keturunan Ali bin Abi
Thalib.
2. Daulah Aghlabiyah, didirikan oleh Ibrahim bin Ahlab yang mencakup wilayah Afrika Utara,
Aljazair, Tunisia, dan Pulau Sisilia.
3. Daulah Tuluniyah, meliputi wilayah Mesir, dan Libya.
4. Daulah Hamdaniyah.
5. Daulah Ikhsidiyah, di Mesir.
6. Daulah Thahiriyah, di Khurasan.

Faktor yang menyebabkan runtuhnya Daulah Abbasiyah adalah:


1. Lepasnya wilayah-wlayah kekuasaan
2. Konflik antara berbagai suku bangsa Turki, Persia dan Arab
3. Konflik keagamaan, seperti antara aliran Mutazilah dan Asyariyah, sert antara aliran
Syiah dan Ahlussunnah
4. Serangan bangsa Mongol

B. Berdirinya daulah Fatimiyah


Daulah Fathimiyyah adalah satu-satunya daulah Syiah dalam Islam, nama daulah ini
dinisbatkan kepada putri Nabi Muhammad Saw, Fathimah Az-Zahra. Didirikan oleh Said
ibn Husain yang merupakan keturunan Syi’ah Ismailiyah. Gerakan pendirian Daulah
Fathimiyah tidak terlepas dari peran serta seorang pengikut Syi’ah bernama Abu Abdillah
Asya’si.
Setelah kaum Alawiyyin mampu menaklukan Daulah Aghlabiyah di Tunisia,
berdirilah Daulah Fathimiyah dengan khalifah pertama Ubaidillah al Mahdi dengan ibukota
pemerintahannya kota Qairawan, Tunisia.
Pada tahun 358 H/969 M, panglima tentara Daulah Fathimiyah bernama Jauhar As-
Siqli mampu merebut Mesir dari kekuasaan Daulah Ikhsyidiyah. Setelah menguasai Mesir,
panglima Jauhar As-Siqli membangun sebuah kota yang megah bernama Al-Qahirah
(Kairo). Sejak saat itu Daulah Fathimiyah memindahkan ibu kotanya ke Kairo, Mesir.
Secara keseluruhan Daulah Fathimiyyah berkuasa selama 262 tahun dengan khalifah
pertamanya Ubaidillah Al-Mahdi dan khalifah terakhirnya Al-Adid Billah. Daulah
Fathimiyah mencapai puncak kejayaannya pada saat khalifah kelima yaitu Khalifah Abu
Manshur Nizar Al-Aziz (975-996 M) berkuasa. Di bawah kekuasaanya Mesir hidup dalam
kedamaian, dan pada masa Khalifah AlMuiz Lidinillah Masjid Al-Azhar yang kemudian
hari menjadi Universitas Al Azhar dibangun.

C. Proses berdirinya Daulah Ayyubiyah


Daulah Fathimiyah saat dipimpin oleh khalifah terakhinya bernama Khalifah Al-Adid
Billah (1160-1171 M) mengalami kemunduran dan kondisi pemerintahan yang lemah.
Selain karena musim peceklik, adanya penyerbuan tentara salib ke Mesir, dan konflik
internal pemerintahan Daulah Fathimiyah.
Dalam kondisi Mesir seperti itu, seorang panglima bernama Assaduddin Syirkuh
bersama saudaranya Shalahuddin Al-Ayyubi ditugaskan oleh gubernur Syiria, Nuruddin
Zanki untuk datang ke Mesir dengan tujuan mengusir tentara salib sekaligus menguasai
Mesir.
Rupanya proses ini tidak berjalan mulus, seorang perdana menteri Daulah Fathimiyah
bernama Syawwar, telah melakukan persengkongkolan dengan tentara salib. Akhirnya,
panglima Assaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Al Ayyubi menagkap perdana menteri
Syawwar. Kemudian, kedudukan Syawwar digantikan oleh Assaduddin Syirkuh yang
kemudian wafat setelah menjabat sebagai perdana menteri selama dua bulan. Salahuddin Al-
Ayyubi akhirnya didapuk menjadi perdana menteri menggatikan Assaduddin Syirkuh.
Saat Khalifah Al-Adid Billah sakit, kedudukan Salahuddin Al-Ayyubi semakin kuat.
Shalahuddin Al-Ayyubi mendapat dukungan penuh dari rakyat Mesir, apalagi Shalahuddin
Al-Ayyubi dan rakyat Mesir sama-sama memiliki faham Islam Sunni.
Bertepatan dengan wafatnya Khalifah Al-Adid Billah pada 10 Muharram 1171 M,
Salahuddin Al-Ayyubi memproklamirkan berdirinya Daulah Ayyubiyah dan berkahirnya
pemerintahan Daulah Fathimiyah.
Setelah Shalahudin menguasai Daulah Fathimiyah, ia menghapus tradisi mendoakan
khalifah Fathimiyah dalam khutbah Jum’at dan menggantinya dengan mendoakan khalifah
Daulah Abbasiyah yaitu Al-Mustadhi yang berkuasa sejak 566-575H/ 1170-1180 M. Namun
ia tidak mengusik atau melarang rakyat yang mengikuti faham Syi’ah. Kemudian pada bulan
Mei tahun 1175 M, sejak Daulah Ayyubiyah berkuasa di Mesir, Khalifah Abbasiyah (Al-
Mustadhi) memberi gelar Al-Mu’iz lil Amirul Mukiminin dan memberikan beberapa daerah
seperti Yaman, Palestina, Suriah Tengah, dan Maghribi kepada Shalahuddin. Shalahuddin
mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah sebagai penguasa Mesir, Afrika Utara,
Nubia, Hejaz, dan Suriah Tengah. Satu dasa warsa (sepuluh tahun) kepemimpinannya
kemudian ia berhasil menaklukkan Mesopotamia (Iran) dan berhasil mengangkat para
penguasa setempat menjadi pemimpinnya.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian Daulah Ayyubiyah diantaranya
Shalahudin al Ayyubi, al Adil, al Kamil, Najmudin bin Ayyub.

BAB. II
PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH AL-AYYUBIYAH

A. Kemajuan di bidang Pendidikan


Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan salah satu sektor yang mendapat perhatian
besar dari Khalifah Ayyubiyah. Diantara usaha yang dilakukan untuk memajukan
pendidikan:
1. Membentuk Departemen Khusus Pendidikan dan Penerjemahan.
Khalifah Al-Hakim (Daulah Fatimiyah) 1021 M pernah membentuk lembaga
Darul Hikam pada masanya. Daulah Ayyubiyah, mengubah lembaga tersebut menjadi
Departemen Pendidikan dan Penerjemahan. Departemen tersebut mampu dan berhasil
menerjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Arab.
2. Mengubah Al-azhar.
Al-Azhar dibangun oleh Mu’iz li Dinillah (341-365H/952-975M) (Daulah
Fatimiyah) melalui panglima Jauhar As-Saghiri membangun Mesjid Al-Azhar pada tahun
363H / 974M. mesjid tersebut berkembang menjadi lembaga pendidikan sebagai corong
pengajaran paham Syi’ah.
Oleh Daulah Al-Ayyubiyah untuk mengajarkan ajaran agama dan ajaran Suni
ditambah dengan disiplin ilmu lainnya seperti: fisika, kimia, biologi, dan ilmu hitung.
Dengan perubahan tersebut Al-azhar semakin berkembang dengan pesat. Karena itu lebih
banyak para pelajar muslim yang datang dari berbagai penjuru untuk menuntut ilmu
sampai saat sekarang.
3. Membangun lembaga pendidikan di setiap kota.
Pusat-pusat ilmu pengetahuan terdapat di berbagai kota seperti Kairo, Damaskus,
Hadramaut, dan Yaman. Contoh lembaga-lembaga tersebut, ialah:
a. As-Sauhiyah(1239M), sebagai pusat pengajaran hukum menurut empat mazhab.
b. Darul Hadist Al-Kamilah (1222M), sebagai pusat pengajaran hadist dan ilmu hadist.
Pemerintahan Daulah Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan Nuruddin dan
Shalahuddin telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan.
Madrasah yang didirikan Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah dan
Ba’labak mengikuti madzhab Syafi’i.
Nuruddin juga membangun rumah sakit yang terkenal dengan memakai
namanya,yaitu Rumah sakit al-Nuri. Rumah Sakit Al-Nuri ini, menjadi rumah sakit kedua
di Damaskus setelah rumah sakit al-walid dan ditambah fungsinya tidak hanya sebagai
tempat pengobatan, juga sebagai sekolah kedokteran.
Pada bangunan monumen-monumen, Nuruddin menorehkan seni menulis indah.
Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik para ahli paleografi (ilmu tulisan
kuno) Arab.
Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan atau sekolah masjid, juga
sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Nuruddin terbangun konsep multifungsi
yang berhubungan dengan masjid di Suriah. Bahkan pada pemerintahan selanjutnya,
setelah Daulah Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Mamluk, melahirkan satu tradisi
baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah kubah bangunan yang
mereka dirikan.
Selanjutnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada
bidang pendidikan dan aristektur. Ia memperkenalkan pendidikan Madrasah ke berbagai
wilayah di bawah kekuasaannya, seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. Ibnu Jubayr
menyebutkan ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara madrasah
terkemuka dan terbesar berada di Kairo dan memakai namanya sendiri, yaitu Madrasah
al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizam al-Mulk adalah orang yang mula-mula
mendirikan madrasah, yaitu Madarasah Nizhamiyah, maka setelah Madrasah Nizamiah
ini, madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi.
Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi juga
membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua rumah sakit itu dirancang
mengikuti model rumah sakit Nuriyah di Damaskus, yakni selain sebagai tempat
pengobatan, sekaligus sebagai sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal yang
juga menjadi dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun, beragama Yahudi.
Pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, mulai dikenal perayaan hari lahir Nabi
Muhammad SAW yang dikenal dengan Maulud Nabi di Indonesia.

B. Bidang ekonomi dan perdagangan


Dalam hal perekonomian pemerintahan Daulah Ayyubiyah mempunyai kebijakan
sebagai berikut:
1. Bekerja sama dengan penguasa muslim di wilayah lain, membangun perdagangan
dengan kota-kota di laut Tengah, lautan Hindia dan
2. Menyempurnakan sistem perpajakan.
3. Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank termasuk
Letter of Credit, bahkan ketika itu sudah ada mata uang yang terbuat dari emas.
4. Dimulai percetakan mata uang dirham campuran/fulus (tembaga) pada masa
Muhammad Al- Kamil ibn Al Adil Al- Ayyubi
5. Bidang industri, industri enamel glass merupakan jenis kaca yang paling berharga
dalam sejarah Islam, dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding
buatan orang Barat. Juga sudah ada pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

C. Politik, Militer dan Sistem Pertahanan


1. Dalam bidang Politik, membuat berbagai kebijakan dalam membangun pemerintahan
diantaranya:
a. Mengganti Qadhi-qadhi (Hakim) Syiah dengan Qadhi-qadhi dari kalangan ulama
sunni.
b. Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi.
c. Memecat pegawai yang bersengkokol dengan penjahat dan perampok.
2. Di bidang Militer, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat
oleh pasukan Barbar, Turki dan Afrika. Selain juga memiliki alat-alat perang, pasukan
berkuda, pedang dan panah. Daulah ini juga memiliki burung elang sebagai kepala
burung-burung dalam peperangan.
3. Membuat benteg berupa tembok kota di Kairo dan Muqattam yaitu benteng Qal’al Jabal
Sultan Salahuddin al-Ayubi atau lebih dikenal dengan sebutan benteng Salahuddin Al-
Ayubi.
Di bagian utara benteng terletak Masjid Mohammad Ali Pasha yang terbuat dari
marmer dan granit.
Terdapat juga di dalam kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul Jawhara (Muzium
Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir. Terdapat juga Mathaf al-Fan al-
Islami (Muzium Kesenian Islam) yang terletak di bab (pintu) Khalk yang menyimpan
ribuan barang yang melambangkan kesenian Islam semenjak zaman Nabi Muhammad
Saw, termasuk diantaranya surat Rasulullah Saw untuk penguasa Mesir saat itu
bernama Maqauqis, agar beriman kepada Allah Swt.

D. Bidang pertanian
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir dan daerah lainnya pada sektor
pertanian, Daulah Ayyubiyah telah menggunakan sistem irigasi, pembangunan waduk dan
bendungan serta terusan untuk mengairi kebun dan pertanian. Para petani merasakan
manfaat dari fungsi irigasi, waduk, dan terusan yang dibangun ini. Salah satu hasilnya
produk panen berlimpah seperti, kurma, gula, dan gandum.

BAB III
PEMIMPIN DAULAH AL-AYYUBIYAH YANG TERKENAL

A. Tokoh-tokoh Penguasa Daulah Ayyubiyah


Selama lebih kurang 75 tahun Daulah Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang
penguasa yakni sebagai berikut:
1. Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
2. Malik Al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)
3. Malik Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)
4. Malik Al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
5. Malik Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
6. Malik Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
7. Malik As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
8. Malik al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
9. Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Diantara urutan 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang
menonjol, yaitu: Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-Kamil

B. Shalahuddin al Ayyubi
1. Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
a. Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf bin
Najmuddin binAyyub.
b. Berasal dari suku Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin
Syirkuh
c. Lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa
benteng Seljuk di Tikrit di bawah pemerintahan Imaduddin Zanky (gubernur Seljuk
untuk kota Mousul, Irak).
d. Ketika Imaduddin berhasil merebut Balbek, Lebanon 534 H/1139 M, Najmuddin
Ayyub diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja
SuriahNuruddin Mahmud.
e. Peristiwa yang dialami Salahudin Al Ayubi:
1) Pendidikan masa kecilnya dididik untuk menguasai sastra, ilmu kalam, menghafal
Al Quran dan ilmu hadits di madrasah.
2) Menekuni teknik perang, strategi, maupun politik.
3) Mempunyai karakter kuat yang rendah hati, santun serta penuh belas kasih.
4) Umur 26 tahun, bergabung dengan pasukan pamannya (Asaduddin Syirkuh),
dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas tugas dari gubernur Suriah
(Nuruddin Zanki), untuk membantu perdana menteri Daulah Fathimiyah
(Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak Dirgam. Misi tersebut
berhasil Perdana menteri Syawar kembali kepada kedudukannya semula tahun
560 H/1164 M.
5) Tiga tahun kemudian, bersama pamannya ditugaskan kembali menaklukkan
Mesir. Dikarenakan Perdana Menteri Syawar telah mengadakan perjanjian dengan
Amauri (Panglima tentara Salib), yang dulu pernah membantu Dirgam. Perjanjian
tersebut dipandang membahayakan posisi Suriah dan umat Islam pada
umumnya.Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat
dikuasai.  Shirkuh kemudian meninggal.
6) Tahun 1169 diangkat sebagai wazir atau panglima gubernur menggantikan
pamannya.
7) Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk menaklukan Mesir. Tetapi
Nuruddin meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya
penyerangan dibatalkan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang
masih sangat muda. Namun raja muda ini sakit dan meninggal dunia
8) September 1174, Shalahuddin berhasil menundukkan Daulah Fatimiyah di Mesir
untuk patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad.
9) Usia 45 tahun, telah menjadi orang paling berpengaruh di dunia Islam. Selama 12
tahun berhasil mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat
jazirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di
Syria menjadi pusat pemerintahannya.
10) Meninggal dunia di Damaskus 1193 M dalam usia 57 tahun.

2. Kepemimpinan
a. mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang cerdas dan terdidik diantaranya,
Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya
bernama Bahruddin bin Syadad (penulis biografinya).
b. Tidak membuat kekuasaan terpusat di Mesir. Tetapi membagi wilayah kekuasaannya
kepada saudara-saudara dan keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang
Daulah Ayyubiyah: di Mesir, Damaskus, Aleppo, Hamah, Homs, Mayyafaiqin, Sinjar,
Hisn Kayfa, Yaman, dan Kerak.
c. Bekerja sama dengan penguasa muslim di wilayah lain dan menggalakan
perdaganggan dengan kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan
sistem perpajakan.
d. Dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni.
Beberapa usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, yaitu:
1) Mendirikan madrasah-madrasah yang menganut paham Syafi’i dan Maliki.
2) Mengganti kadi-kadi Syiah dengan kadi-kadi Suni.
3) Mengganti pegawai yang korupsi.
4) Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat
Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-
Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia), memberikan Mesir, Naubah, Yaman,
Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin
(Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin).
3. Keperwiraan
a. Dikenal sebagai perwira yang memiliki kecerdasan tinggi dalam bidang militer.
Kekuatan militernya terkenal sangat tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki,
dan Afrika.
b. Membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai benteng pertahanan.
Benteng Qal’atul Jabal dibangun di Kairo 1183 M.
c. Seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi.
1) Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang Kristen
2) Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, mengijinkan orang-orang kristen
berziarah ke Baitul Makdis.
d. Usaha yang dilakukan dalam mempertahankan kekuasaannya:
1) Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-Adhid,
sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568 H/1173 M)
2) Perluasan wilayah ke Yaman (569 H/1173 M)
3) Perluasan wilayah ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M).
e. Perang Salib yang terjadi pada masanya adalah Perang Salib periode kedua yang
berlangsung sekitar tahun1144-1192 M. Periode ini disebut periode reaksi umat
Islam, terutama bertujuan membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Berikut peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi:
1) Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
2) Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
3) Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).
Pada 2 November 1192 M terjadi perdamaian Ramlah, isinya:
1) Baitul Maqdis dan Yerussalem tetap berada di bawah kekuasaan kaum muslimin,
jika umat kristen pergi ziarah kesana tidak akan diganggu dan tidak akan dilarang.
2) Daerah pesisir Akka dan Yafa menjadi daerah pasukan salib dengan nama
kerajaan salib Akka.
3) Harta orang Kristen yang dirampas semasa perang dikembalikan kepada mereka.
f. Dalam masa pemerintahan menghadapi beberapa pemberontakan dari kalangan
sendiri (dari dalam), yaitu:
1) Nuruddin Zanki. Dia merasa tersaingi oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Dia
merasa kebesarannya sudah diambil alih dan tidak menepati janji untuk membantu
Nuruddin Zanki agar memerangi tentara salib di Kerak dan Syaubak.
2) Hajib. Kepala rumah tangga khalifah Al-Adid, ia merasa haknya dikurangi.
3) Ass-Sin. Yang dipimpin oleh Syekh Sinan.
g. Dalam masa pemerintahannya juga menghadapi beberapa pemberontakan dari luar,
yaitu:
1) Tentara salib. Mereka adalah orang-orang Kristen Franka. Kekuasaan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi semakin besar dan mereka khawatir dan merasa
terancam, untuk itu mereka minta bantuan Perancis, Inggris, Jerman, Byzantium,
dan Paus untuk mengambil kembali daerah-daerah kekuasaan yang telah diambil
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi.
2) Almaric, raja Yerussalem.
3) Tentara Baldwin IV.
4) Raynald de Chatillon (penguasa Benteng Kerak di sebelah timur laut Mati).
5) Raja Baldwin V
Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam sejarah, tidak hanya diakui oleh kaum
muslimin tetapi juga oleh kaum Kristen.
Perang Salib (491 H – 692 H/ 1097 M – 1292 M) ialah suatu peperangan yang
dilakukan oleh umat Kristen Eropa terhadap umat Islam dengan tujuan untuk
membebaskan Palestina, khususnya kota suci Yerusalam dan kekuasaan umaat
Islam. Perang Salib ini berlangsung selama kurang ± 200 tahun, terdiri atas tujuh
gelombang yang menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak Islam
maupun pihak Kristen.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai
lambang Salib dalam rangka mempersatukan umat Kristen untuk menghadapi umat
Islam. Sebenarnya Perang Salib ini bukanlah semata-mata perang agama tetapi ada
latar belakang lain yang mempengaruhinya, antara lain 
Pertama, Perebutan kekuasaan antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak
zaman Rumawi di Barat, dan Persia (Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu
dikenal beragama Majusi.
Kedua, Agama Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus
mengalihkan kiblatnya ke Roma dan menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat
kelahirannya di Timur. Kemudian datang agama Islam menghancurkan penjajahan
Eropa yang bertopeng agama Kristen di Syiria, Mesir dan Afrika Utara. Islam masuk
ke daratan Eropa yaitu dengan menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan
Konstantinopel di Timur. Dengan masuknya Islam ke Eropa maka orang Kristen di
Eropa menggalang persatuan untuk menghadapi kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa ingin sekali menguasai kembali
pelabuhan-pelabuhandi laut Tengah, sehingga mereka dapat menguasai perdagangan
antara Timur dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang subur
di negara Timur, untuk itu mereka memberikan peluang kepada budak-budak untuk
memerdekakan diri dengan jalan ikut Perang Salib.
Kelima, Para peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di
Palestina. Mereka membawa obor dan pedang serta pasukan pengawal yang
bersenjata lengkap, sering menimbulkan kerusuhan di antara mereka. Untuk lebih
menganmankan suasana, penguasa Islam melarang peziarah membawa senjata serta
obor, tetapi larangan itu mereka anggap sebagai suatu penghinaan terhadap ajaran
Kristen, apa lagi sebagian dari peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin
menghapus dosanya. Para pemimpin agama Kristen mengeluarkan  pernyataan yang
mengatakan bahwa para penjahat tidak akan diampuni dosanya kecuali bila mereka
melakukan ziarah ke Baitul Maqdis
Runtuhnya Daulah ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan sultan ash
shalih. Pada masa pemerintahan ash shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk)
dari turki yang berhasil merebut kekuasaan dimesir. Walupun sebelumnya
pasukannya berhasil menaklukan perang salib ke enam yang dipimpin raja perancis
ST Louis,  Setelah ash shalih meninggal pada tahun 1249 M, kaum mamluk
mengangkat istri ash shalih, syajarat ad durr sebagai sultan. Dengan demikian
berakhirlah pemerintahan Daulah ayyubiyah dimesir. Meskipun demikian Daulah
ayyubiyah masih berkuasa disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol hendak
menyerbu mesir. Komando tentara islam dipegang oleh qutuz, panglima perang
mamluk. Dalam pertempuran diain jalut, qutuz berhasil mengalahkan tentara mongol
dengan gemilang. Selanjutnya, qutuz mengambil alih kekuasaan Daulah ayyubiyah.
Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Daulah Ayyubiyah.

C. Malik Al-Adil Saifuddin (596-615 H /1200-1218 M)


Nama lengkap: Al-Malik Al-Adil Saifuddin Abu Bakar bin Ayyub. berkedudukan di
Damaskus. Putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi, dia menjadi Sultan menggantikan Al-Afdal yang tewas dalam peperangan.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi yang
berbakat dan efektif. Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :
1. Antara tahun 1168-1169 M mengikuti pamannya (Syirkuh) ekspedisi militer ke Mesir.
2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Salahuddin Yusuf Al Ayyubi, sedangkan
Salahuddin Yusuf Al Ayyubi mengembangkan pemerintahan di Damaskus
3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen Koptik di Qift-
Mesir
4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan Salib
5. Tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir
6. Tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul
7. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus
8. Menjadi Sultan di Damaskus

D. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)


Nama lengkap: Al-Malik Al-Kamil Nasruddin Abu Al-Maali Muhammad. Putra dari
Al-Adil.
Beberapa peristiwa yang dialami antara lain:
1. Tahun 1218 M, memimpin pertahanan menghadapi pasukan Salib yang mengepung
kota Dimyat (Damietta )
2. Tahun 1218 M Menjadi Sultan Daulah Ayyubiyah, menggantikan Al-Adil yang
meninggal
3. Tahun 1219 M, ia hampir kehilangan tahtanya karena konspirasi kaum Kristen koptik.
kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, dan konspirasi itu berhasil
dipadamkan oleh saudaranya bernama Al-Mu’azzam (Gubernur Suriah).
4. Tahun 1219 M, kota Dimyat akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Kristen
5. Beberapa kali menawarkan perdamaian dengan pasukan Salib yaitu dilakukan
perjanjian damai dengan imbalan: Mengembalikan Yerussalem kepada pasukan Salib.
6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-Mu’azzam
saudaranya.
7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu Baitul Maqdis kepada
orang Kristen.
8. Februari tahun 1229 M, Al-Kamil menyepakati perdamaian selama 10 tahun dengan 
Frederick II, yang berisi antara lain:
a. Ia mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib
b. Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali di sekitar Masjidil
Aqsa dan Majid Umar
9. Tahun 1238 M meninggal dunia dan digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.

BAB III
ILMUWAN DAULAH ALAYYUBIYAH

A. As-Suhrawardi al-Maqtul
1. Nama lengkap: Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-
Suhrawardi al-Kurdi
2. lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran
Barat Laut dekat Zanjan.
3. gelar yang dimiliki:Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid,
the Martyr, dan al-Maqtul.
4. Nama gurunya: Majd Al-Din Al-Jili (belajar filsafat, hukum dan teologi), Fakhr al-
Din al-Mardini (belajar filsafat), Zahir Al-Din Al-Qari (belajar ilmu logika), Umar ibn
Sahlan Al-Sawi (belajar ilmu logika).
5. Ajaran Tarekat Suhrawardi
a. Dalam kitab Awarif al-Ma’arif  dibahas tentang latihan rohani praktis, terdiri dari:
1) Ma’rifah, yaitu mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah, bahwa Allah saja-lah
Wujud Hakiki dan Pelaku Mutlak.
2) Faqr, yaitu tidak memiliki harta; seorang penempuh jalan hakikat tidak akan
sampai ke tujuan, kecuali jila sudah melewati tahap ke-zuhud-an.
3) Tawakkul, yaitu mempercayakan segala urusan kepada Pelaku Mutlak (Allah).
4) Mahabbah, artinya Cinta kepada Allah.
5) Fana’ dan Baqa’; Fana’ artinya akhir dari perjalanan menuju Allah, sementara
Baqa’ artinya awal dari perjalanan dalam Allah.
6. Pemikiran Teosofis Suhrawardi
Pemikiran teosofi Suhrawardi disebut konsep cahaya (iluminasi, ishraqiyyah) yang
lahir sebagai perpaduan antara rasio dan intuisi. Istilah ishraqi sendiri sebagai simbol
geografis mengandung makna timur sebagai dunia cahaya. Proses iluminasi cahaya-
cahaya Suhrawardi dapat diilustrasikan sebagai berikut: dimulai dari Nur al-Anwar
yang merupakan sumber dari segala cahaya yang ada. Ia Maha Sempurna, Mandiri,
Esa, sehingga tidak ada satupun yang menyerupai-Nya. Ia adalah Allah. Nur Al-
Anwar ini hanya memancarkan sebuah cahaya yang disebut Nur Al-Aqrab. Selain
Nur Al-Aqrab tidak ada lainnya yang muncul bersamaan dengan cahaya terdekat.
Dari Nur Al-Aqrab (cahaya pertama) muncul cahaya kedua, dari cahaya kedua muncul
cahaya ketiga, dari cahaya ketiga timbul cahaya keempat, dari cahaya keempat timbul
cahaya kelima, dari cahaya kelima timbul cahaya keenam, begitu
7. Karya-karyanya: kitab At-Talwihat al-Lauhiyyat al-‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan
Hikmah al-‘Ishraq(membahas aliran paripatetik); Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan
Risalah fi al-‘Ishraq (membahas filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa
yang mudah dipahami); Qissah al-Ghurbah al Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan
Yauman ma’a Jama’at al-Sufiyyin’ (penjelasan sufistik menggunakan lambang yang
sulit dipahami) dan, Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq(terjemahan dari filsafat
klasik), dan Al-Waridat wa al-Taqdisat berisi (serangkaian do’a).

B. al-Qarafi

1. Nama lengkapnya adalah shihabuddin Abu Abbas bin Idris As-Shanhaji al-Qarafi, ia
adalah ilmuwan yang dibesarkan di lingkungan istana Daulah Al-Ayyubiyah pada masa
sultan Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M), pada mulanya ia adalah seorang ahli
kalam (theolog) dan Ahli Fiqih Madzhab Maliki dan Syafii.

2. Selain pandai dalam ilmu-ilmu keagamaan, Al-Qarafi juga piawai dalam ilmu
Astronomi dan Ilmu Optic (cabang Ilmu Fisika). Diantara pemikirannya yang orisinil
adalah analisisnya tentang fenomena dan warna pelangi yang dituangkan dalam kitab
al-Istibshar.

C. Ibnu Khaldun
1. Nama lengkapnya Abu Zayd Abd Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun Al-Hadlrami,
lahir 27 Mei 1332 M / 723 H dan wafat pada 19 Maret 1406 M/808 H. Ibnu Khaldun
adalah seorang ilmuwan yang paling dibanggakan dalam dunia Islam, ia dikenal sebagai
pakar kenegaraan, pemikir sejarah dan juga ahli hukum dan madzhab maliki.
2. Ibnu Khaldun juga seorang tokoh yang termasuk paling awal turut menancapkan
tonggak ilmu sosiologi dan salah seorang bapak ilmu Ekonomi. Karya Monumental
Ibnu Khaldun adalah Muqaddimah dengan kitab al-‘Ibarnya yang merupakan dasar
inspirasi bagi teori pajak yang dikenal dengan kurva laffer (kurva penawaran).

D. Jalaluddin As-Shuyuthi
1. Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin Abdurrahman bin al-Kamal bin Abi Bakar bin
Muhammad As-Shuyuthi, lahir pada tahun 849 H dan wafat pada tahun 921 H. Beliau
adalah seorang ulama besar madzhab syafi’i penganut Sunni (ahlussunnah wal
Jamaah). Kitab-kitab agama karangan beliau jumlahnya mencapai 300 buah, yang
terdiridari kitab-kitab hadits, nahwu, sharraf, bayan, ma’ani, badi’, dan lain-lain.
2. Diantara kitab-kitab beliau yang masih terpakai sampai sekarang di seluruh dunia
adalah tafsir Jalalain sebuah kitab tafsir yang ditulis oleh Jalaluddin As-Shuyuthi dan
gurunya: Jalaluddin Al-Mahalli.

E. Syaikh Abu Ja’far Ath-Thusi


1. Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Hasan bin Ali At-Thusi, ia
dilahirkan pada bulan Ramadlan 385 H di kota Thus Khurasan, salah satu kota besar di
Iran. Ia seorang faqih (Ahli Fiqh) besar, Muhaddits kenamaan dan Ilmuwan Tersohor.
Ia mendapat julukan Syaikhul Thaifah.
2. Beberapa karyanya antara lain: An-Nihayah, Al-Masbuth, Al-Kilaf, Al-Mufshih fil
Imamah, La Yasaa’ al-Mukallaf al-Ikhlal bihi, ‘Uddah al-Ushul, Ar-Rijal, Al-Fihrist,
Muqaddimah fi Ilmil Kalam, Ijaz fi Faraidh ar-Risalah

F. Ibnu Taymiyah
1. Nama lengkapnya Ahmad Taqyuddin Abu Abbas bin Syihabuddin Abdul Mahasin
Abdul Halim ibn Syaikh Majduddin Abil Barakat Abdussalam bin Abi Muhammad
Abdillahbin Abi Qasim Al-Khadar bin Muhammad bin Al-Khadar bin Ali bin
Abdillah.
2. Ibnu Taymiyah lahir di desa Heran, Palestina pada tanggal 10 Rabiul Awwal tahun
661 H. Beliau adalah seorang pemikir dan ulama Islam.
3. Pada saat pengungsiannya ke Damaskus stelah penyerangan Kaum Tartar ke Desanya
Heran Ia belajar berbagai macam ilmu, diantaranya Imu Hitung, Khat, Nahwu dan
Ushul Fiqh.
4. Dalam perkembangan intelektualnya, ia kemudian berkembang sebagai seorang ulama
besar dengan keahlian fiqih Madzhab Hanbali dan Ilmu Ushuluddin. Ia biasa
bertabligh di masjid-masjid dan memiliki banyak murid. Ibnu Taimiyah dikaruniai
kemampuan menghafal yang kuat, sehingga dalam usia muda ia sudah menghafal al-
Qur’an.
5. Kemampuan keilmuan Beliau sudah terlihat sejak umur 17 tahun. Dan pada usia 19
Tahun ia sudah mulai memberikan fatwa dalam masalah-masalah keagamaan. Ibnu
Taimiyah sangat menguasai ilmu rijal a-Hadits yang sangatberguna dalam menelusuri
hadits dari periwayat atau pembawanya. Serta untuk mengatahui macam-macam hadits
baik yang dla’if (lemah), Syadz (cacat), atau sahih (benar).
6. Ibnu Taymiyah berpendapat bahwa ada 3 (tiga) generasi awal Islam yaitu: Rasulullah,
para Sahabat dan Tabi’in adalah generasi yang mengenal langsung para sahabat.
Kemudian tabi’it tabi’in yang mengenal langsung para tabi’in.
7. Dalam Kitab Tarikh Ibnu Wardi karangan Ibnu Wardi dijelaskan bahwa karya-karya
Ibnu Taimiyah mencapai 500 judul. Karyanya yang terkenal adalah: Majmu’ Fatwa
yang berisi masalah-masalah fatwa agama Islam.

G. Ibn Al-Adhim (588-660 H/ 1192- 1262 M)


1. Nama lengkap: Kamaluddin Abu al Qosim Umar bin Ahmad bin Haibatullah bin Abi
Jaradah Al Aqil.
2. lahir di Allepo, ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi di kota itu.
3. Sejak tahun 616 H/ 1219 M,    mulai mengajar di Allepo, setelah mendalami berbagai
pengetahuan di Allepo, Baitul Maqdis, Damaskus, Hijaz dan Irak.
4. menjadi Qadhi di Allepo pada zaman Amir Al- Aziz dan Al-Nashir dari Daulah
Ayubiyah di Allepo, dan menjadi dubes di Baghdad dan Kairo.
5.  Karya-karya: Zubdah al hallab min tarikh Hallaba, Bughyah at Thalib fi
Tharikh Halaba, tentang sejarah Allepo.
6. Wafat di Kairo, ketika tentara Mongol menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H /
1160 M.
H. Al-Bushiri
1. Nama lengkap: Sarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah as Shanhaji al
Bushiri. Lahir 1212 M di Maroko.
2. Gurunya: Abul Hasan Asy-Syadzily, Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al ‘Iz bin
Jama’ah al Kanani Al Hamawi
3. Karyanya: Kasidah Burdah (7 H). Kasidah Burdah adalah mutiara syair kecintaan
kepada Rasulullah
I. Abdullathif Al-Baghdadi
1. Nama lengkap: Muwafiquddin Abdullathif bin Yusuf bin Ali bin Abu Sa'id.
2. Panggilan: Ibnul Lubad dan Al-Baghdadi
3. Lahir 557 H/1162 M di Darbul Faludzaj, Baghdad
4. wafat di Baghdad 629 H/ 1232 M usia 69 th
5. 586 H/1190 M: pergi ke Cairo bersama Al-Aziz Ibnu Shalahuddin. mengajar ilmu
agama, bahasa, ilmu kedokteran. diangkat menjadi guru tetap di masjid Damaskus.
6. Saat di Mesir kedua kalinya, terjadi bencana kelaparan (597 H) disebabkan sungai Nil
tidak mengalami pasang dan bencana gempa bumi. Kedua peristiwa ini diabadikan
oleh Al-Baghdadi di dalam bukunya "Al-Ifadah Wa Al-I'tibar."
7. 6041-1/1207 M: ke Palestina dan mengajar di Masjid Al-Aqsha, di Al-Aziziah
(Damasskus).
8. Gurunya: Syaikh Kamaluddin Al-Anbari dan Al-Wasithi (belajar ilmu matematika),
Syaikh Al-Kamal bin Yunus di Mosul (belajar fikih).
9. Nama teman: Musa Ibnu Maimun (filusuf Yahudi) dan Abu Al Qasim Asy Syari'i
(Mesir).
10. Karya al bagdadi:
a. Al IfadahWa Al-Ttibar Fi Al-Umur Al-Musyahadah Wa Al-Hawadits Al-Mu'ayinah
Bi Ardhi Misr.
b. Ath Thib Min Al-Kitab Wa As-Sunnah
c. Maqalah Fi Al-Hawas
d. Maqalah Fi Ba'dh Al-Masa'il Ath Thabi'iyyah
e. Syarh Al-Fushul Abqarat Li Jalinius
f. Syarh Al-Masa'il Hanin
g. Risalah Fi Al-Ma'adin Wa Ibthal Al-Kimia
11. Buku"Al-Ifadah Wa AI-I'tibar“
a. Berisi: peristiwa kelaparan yang diakibatkan oleh paceklik dan gempa bumi yang
terjadi di Mesir (1200-1202M).
b. di Erofa dikenal dengan Account of egypt berupa manuskrip (tulisan tangan)
ditemukan Edward Pococke di perpustakaan Boldein.
12. Ahli anatomi pertama yang memberi deskripsi tentang tengkorak kepala manusia dan
tulang muka, termasuk rahang bawah

J. Ibnu Khalikan (ahli hukum)


1. Lahir di Irbil, 11 Rabiulakhir 608/23 September 1211
2. Wafat Damascus, 16 Rajab 681/21 Oktober 1282).
3. Nama lengkap: Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Abu Abbas Syamsuddin al-Barmaki
al-Irbili asy-Syafi’i bin Khallikan.
4. Ayahnya: guru di Madrasah al-Muzaffariyyah didirikan oleh Muzaffaruddin Gokburi
5. Nama guru: Syarifuddin al-Irbili (di Aleppo, 626 H/1229 M), Ibnu Syaddad dan Ibnu
Ya’isy, Ibnu as-Salah (di Damaskus).
6. 646 H/1249 M: diangkat menjadi wakil ketua pengadilan Mesir. ketua pengadilan dijabat
Badruddin Yusuf bin Hasan atau Qadi Sinjar. Di Damaskus Ibnu Khallikan diangkat
menjadi ketua pengadilan (Qadi al-Qudat) oleh Sultan Baybars (Daulah Mamluk) 695
H/1261 M.
7. Karya tulisnya: wafayat al-A’yan wa Anba’ az-Zaman (kamus biografi). Isinya
membicarakan kehidupan tokoh-tokoh Islam.

K. Abu Abdullah Al Quda’i


1. Ahli fiqih, hadis dan sejarah.
2. Karyanya: Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih),
Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita
Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al
Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir)

L. Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi


1. Nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Idris
Al-Hamudi Al-Husna.
2. Nama panggilan: Asy Syarif Al-Idrisi (silsilah keturunannya kepada Ali bin Abi
Thalib), Ash-Shaqli (tinggal lama di Sisilia)
3. Julukan: Strabo Arab, (penyamaan dirinya dengan ahli geografi senior Barat, yaitu
Strabo, yang hidup antara awal sebelum dan awal Masehi karena menguasai dan
memahami geografi Erofa)
4. lahir Sabtah, Maroko 493 H/1100 M, wafat 561 H/1166 M
5. Buku-bukunya:
a. Nuzhat Al-Musytaq Fi Ikhtiraq Al-Afaq
b. Raudhat Al-Ins Wa Nuzhat An-Nafs
c. Shifat Bilad Al-Maghrib (letak geografis dan keadaan negara Maroko)

M. Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi
1. Nama terkenal: Ibnu Al-Baitar/Al-Baytar.
2. Dikenal: ahli botani (tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan) abad pertengahan.
3. Lahir: akhir abad 12 di kota Malaga (Spanyol)

N. Ad-Dawudi
Seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-
Ahjar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi Tanaman, Bebatuan, dan
Pepohonan).
O. Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti
Seorang ahli fiqih.
P. Al Hufi, ahli bahasa
Q. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat,
Seorang ahli Nahwu dan ahli tafsir.

Anda mungkin juga menyukai