Makalah
disusun oleh :
Nurfadilah (80100221177)
Dosen Pemandu :
Dr. Nila Sastrawati, S.H., M.Si
Dr. Umar Sulaiman, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................2
A. Latar Belakang....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Sistematika pembahasan.....................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
A. Latar Belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah....................................................4
B. Masa Kemajuan dan Kejayaan Dinasti Abbasiyah.............................................7
C. Masa Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah..................................12
BAB III.........................................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Implikasi............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan eksistensi umat Islam di masa lalu, yang telah
membangun peradaban yang tidak ada duanya, bahkan Eropa sendiri jauh tertinggal
pada zaman tersebut sehingga disebut “The Dark Age” (Zaman Kegelapan),
sementara peradaban Islam disebut “The Golden Age” (Zaman Keemasan).
i
Khalifah al-Makmun anak dari Harun al-Rasyid.2 Hal ini menimbulkan pengkajian
Alquran secara rasional, karena Muktazilah sendiri mengkaji Alquran sesuai dengan
logika. Hal ini dapat dianggap bahwa ternyata Post Modernisme telah ada jauh
sebelum Bangsa Eropa bangkit. Jika demikian, berarti Dinasti Abbasiyah memiliki
peranan penting dalam perkembangan peradaban dunia, oleh karena para ilmuwan
banyak muncul pada era Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah sebagai pesaing
Dinasti Umayyah tentu ingin membangun peradaban Islam melebihi Dinasti
Umayyah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas yaitu :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana kemajuan dan kejayaan dinasti Abbasiyah?
3. Bagaimana kemunduran dan kehancuran dinasti Abbasiyah?
C. Sistematika pembahasan
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah
1
Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam Jilid II, (Jakarta: PT. Jayamurti, 1997), h.107.
iii
Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Dinasti Abbasiyah bukan saja
pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan
ideologi. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Dinasti Abbasiyah merupakan suatu
revolusi. Menurut, ada 4 ciri yang menjadi identitas revolusi yaitu2 :
1. Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat kritik
keras dari masyarakat disebabkan kekecewaan penderitaan masyarakat yang di
sebabkan ketimpangan-ketimpangan dari ideologi yang berkuasa itu.
2. Mekanisme pemerintahannya tidak efesien karena kelalaiannya menyesuaikan
lembaga-lembaga sosial yang ada dengan perkembangan keadaan dan tuntutan
zaman.
3. Terjadinya penyeberangan kaum intelektual dari mendukung ideologi yang
berkuasa pada wawasan baru yang ditawarkan oleh para kritikus.
4. Revolusi itu pada umumnya bukan hanya dipelopori dan digerakkan oleh
orang-orang lemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan oleh para
penguasa oleh karena hal-hal tertentu yang merasa tidak puas dengan syistem
yang ada .
2
Lihat H. Fuad RIyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah “The Golden Age of Islam”, (Kudus: Jurnal
Perpustakaan LIbraria, 2016), h. 97
iv
al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan dalam dua fase yaitu : 1) fase sangat
rahasia; dan 2) fase terang-terangan dan pertempuran.3
Dinasti ini berdiri pada tahun 132 H/750 M dan berdiri selama 524 tahun,
kalau dihitung dengan tahun hijrah atau 509 tahun dalam tahun masehi sampai tahun
656 H/1258 M, ketika ditaklukkan oleh kaum Tartar. Usia yang panjang dari Dinasti
Abbasiyah dipenuhi oleh pasang surutnya kemajuan dalam khazanah sejarah dan
peradaban Islam. Pemerintahan Abbasiyah dapat dibagi kepada tiga periode besar
yaitu4:
v
dalam, ataupun serangan dan gangguan-gangguan yang datang dari luar seperti
Romawi, berhasil dikalahkan.
b. Periode Kedua (233-590 H/847-1195 M)
Pada periode ini kekuasaan Abbasiyah dan nama besar Abbasiyah hanya
tinggal nama dan secara politis kekuasaan berada di tangan yang berpindah-
pindah kepada beberapa orang, yaitu:
1) Kaum Turki (232-334 H/847-946 M), kecuali pada saat kekuasaan pada
tangan al-Muwaffaq dan saudara-saudaranya pada tahun 256-289 H/870-
902 M).
2) Golongan Bani Buwaih (334-447 H/946-1055 M).
3) Golongan Bani Saljuq (447-590 H/1055-1195 M).
c. Periode Ketiga (590-656 H/1195-1258 M)
Ketika kerajaan bani menjadi lemah terjadilah disintegrasi pada dinasti
Abbasiyah, dimana di beberapa wilayah mengumumkan pemerintahan dan
system tersendiri dengan gelar berbeda-beda pula. Kekuatan politik dan militer
Dinasti Abbasiyah sudah lemah, sehingga kekuasaan mereka tinggal meliputi
Irak dan sekitarnya saja. Khalifah Al Mu’tasim yang merupakan khalifah
terakhir merupakan khalifah yang lemah, tidak banyak memperhatikan
pemerintahnya sehingga menjadi kacau. Pada saat ini pasukan Mongol
dipimpin Hulagu Khan masuk kota Baghdad, menghancurkan kota dan
berbagai peninggalan sejarah. Khalifah Al-Mu’tasim dan keluarganya
dibunuh, orang-orang Islam juga banyak yang dibunuh. Dengan ini
berakhirlah kekuatan politik dan militer Dinasti Abbasiyah yaitu tahun 125 H.
1. Bidang Politik
vi
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari
tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M),
yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij dan
juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin
menjadi saingannya disingkirkan satu persatu. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali,
keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah
sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya. al-
Manshur memerintahkan Abu Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kemudian
menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan
akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun,
untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-
Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad,
dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat
pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota
yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di
antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang
pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir (Perdana
Menteri) sebagai koordinator dari kementrian yang ada. Wazir pertama yang diangkat
adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga
protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi
angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad bin Abdurrahman sebagai hakim
pada Lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti
Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya
sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk
menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan
dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku
gubernur setempat kepada khalifah.
vii
pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata
758-765 M, Byzantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan
dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian
lain Oxus dan India.
2. Bidang Pendidikan
Pada masa ini umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu
pengetahuan, sehingga mengalami kemajuan pesat. Pengalihan ilmu pengetahuan
dilakukan dengan cara menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa
terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani, Romawi dan Persia. Berbagai
naskah yang ada di Kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan
Mesir juga menjadi perhatian.
6
N. Abbas Wahid dan Suratno, Khasanah sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009), h. 119
viii
karya-karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selanjutnya model ini
dikembangkan di Darul Hikmah Cairo kemudian diterima kembali oleh barat melalui
Cordova dan kota-kota lain di Andalusia.7
Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu
pengetahuan umum ataupun agama, seperti Al Qur’an, qiraat, Hadits, Fiqih, kalam,
bahasa dan sastra. Disamping itu juga berkembang empat mazhab fiqih yang terkenal,
diantaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi, Imam Maliki ibn Anas pendiri
madzhab Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i pendiri madzhab syafi’i dan
Muhammad ibn Hanbal, pendiri madzhab Hanbali. Disamping itu berkembang pula
ilmu-ilmu umum seperti ilmu filsafat, logika, meta fisika, matematika, alam,
geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia.
ix
terjemahkan kitab Republik dari Plato dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia
dari Aristoteles.10
3. Bidang Kebudayaan
Pada masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari
beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur
kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang
mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani,
Kebudayaan Hindia dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Pengaruh dari budaya asing tersebut cukup luas dalam lingkaran sastra Arab,
bahkan terkadang menghasilkan bias pada nuansa asli Sastra Arab secara umum. Pada
masa pertengahan ini, tren baru mulai muncul dalam dunia sastra, hal ini dikarenakan
banyak masyarakat sosial muslim mulai hidup dalam masa kemakmuran dan
kemewahan. Dengan demikian secara natural, model humor dan ejekan (irony) pun
mengalami babak baru yang berbeda dengan tabiat dan model humor pada masa
nomaden (nomadic style). Beberapa tokoh penulis dan penyair humoris Sastra Arab
yang terkenal pada masa ini, seperti: Bashshar bin Burd, Abu Nawas, Hammad Ajrad,
Abdul Samad, al-‘Atabi, Al-Hamdumi, Ibnu Al-Rumi, Ibnu Sakra. Abu Nawas
sebagai icon humor dalam sastra Arab pada masa Dinasti Abbasiyah.
Selain itu telah terjadi perkembangan yang sangat menarik dalam bidang
prosa. Hal itu disebabkan antara lain karena dukungan para penguasa dan kemampuan
personal yang dimiliki masing-masing sastrawan. Banyak buku sastra dan kumpulan
nasihat serta uraian-uraian sastra yang dikarang atau disalin dari Bahasa asing. Pada
masa ini juga telah muncul cerita yang berjudul alfu lailin wa lailah, hal ini yang
mempengaruhi munculnya novel di daerah Prancis (inspiring novel modern).
4. Bidang Ekonomi
Di bidang ekonomi berpusat pada perdagangan dunia (Basrah, Iraq) dan (Siraf,
Pesisir Laut Persia). Kemudian bergeser ke Kairo. Baghdad sebagai jantung
pemerintahan juga menjadi penopang kegiatan perdagangan.
a. Pertanian, sistem irigasi modern dgn memanfaatkan Sungai Eufrat dan Tigris,
Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak
10
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 48
x
hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
b. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun
berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya
yang salah satunya industri kertas.
c. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
• Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang
dilewati kafilah dagang.
• Membangun armada-armada dagang.
• Membangun armada untuk melindungi partai-partai negara dari serangan
bajak laut.
• Menggiatkan ekspor impor
• Ilmu Agama
xi
Abbas. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah
bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan
menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka. Setelah kekuasaan
berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447
H/l055 M), Dinasti Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih
yang berpaham Syi'ah.
xii
upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan
para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para
pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan
dan tak terpisahkan.
Konflik antara ahlus Sunnah dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari
bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada kon flik
bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan
Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu. Pada saat gerakan ini mulai tersudut,
pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran
Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut
Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran yang berlawanan dengan
paham Ahlussunnah.
xiii
perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa
Hulaghu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak
dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen
berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di
kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-
pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.
Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000
orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah al-Musta'shim, penguasa terakhir
Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu
membendung "topan" tentara Hulaghu Khan.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan
saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin Hulaghu Khan tersebut.
xiv
Dari berbagai permasalahan internal diiringi dengan serangan eksternal yang
dihadapi Dinasti Abbasiyah hingga kehancuran perpustakaan Baitul Hikmah, ini
mengakibatkan dampak yang sangat negatif pada kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia Islam.
xv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Abbasiyah.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan
naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab,
pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan yang dinamakan dengan Baitul
Hikmah dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah
dari kebebasan berfikir. Masa Dinasti Abbasiyah disebut dengan “The Golden Age of
Islam” karena Islam berkembang dengan pesat dari segala segi dan bidang.
Dari segi politik Dinasti abbasiyah berkuasa sejak tahun 132 H sampai tahun
656 H. Pada Periode Pertama (132-233 H/750-847 M) Dinasti Abbasiyah pada
Periode ini berada dalam tahap perkembangan dan pemerintahannya sangat kuat.
Periode Kedua (233-590 H/847-1195 M) kekuasaan Abbasiyah dan nama besar
Abbasiyah hanya tinggal nama dan secara politis kekuasaan berada di tangan yang
berpindah-pindah kepada beberapa orang yaitu Kaum Turki (232-334 H/847-946 M),
golongan Bani Buwaih (334-447 H/946-1055 M) dan Golongan Bani Saljuq (447-590
H/1055-1195 M). Kemudian Periode Ketiga (590-656 H/1195-1258 M) kekuatan
politik dan militer Dinasti Abbasiyah sudah lemah, sehingga kekuasaan mereka
tinggal meliputi Irak dan sekitarnya saja. Dengan ini berakhirlah kekuatan politik dan
militer Dinasti Abbasiyah yaitu tahun 125 H.
B. Implikasi
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat dijadikan referensi baik
untuk mahasiswa maupun masyarakat umum. Kami juga menerima kritik dan saran
demi memperbaiki makalah kami. Terima Kasih.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Wahid, N. dan Suratno,. 2009. Khasanah Sejarah Kebudayaan Islam. Solo:
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Buku
Pustaka.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Nizal, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusur Jejak Sejarah Pendidikan
Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Riyadi, H. Fuad. 2016. “Perpustakaan Bayt Al-Hikmah "The Golden Age of Islam".”
Libraria 97.
Syalabi, Ahmad. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam Jilid II. Jakarta: PT. Jayamurti.
xvii