Anda di halaman 1dari 13

SIKAP AHLI BAHASA ARAB TERHADAP

SEMANTIK

Makalah

Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Mata Kuliah Ilm al-Dilalah


Program Pascasarjana Kons. Bahasa dan Sastra Arab UIN Alauddin Makassar

disusun oleh :

Nurfadilah (80100221177)

Dosen Pemandu

Dr. Hj. Haniah, Lc., M.A.


Dr. Muhsin Ahmad, M.A.
PROGRAM PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan kemampuan dan
kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sikap Ahli Bahasa terhadap
Semantik”. Begitupula kami kirimkan shalawat serta salam kepada utusan Allah, Nabi
Muhammad SAW. yang senantiasa menyebarkan ilmu dan manfaat kepada kami melalui
perantara para penuntut ilmu.
Tak lupa pula kami sampaikan rasa terima kasih kami kepada dosen pengampu mata
kuliah ini yang memberikan masukan dan kritik membangun dalam makalah ini. Begitupula
kepada pihak-pihak yang terkait lainnya sehingga makalah ini bisa dipresentasikan dan diterima
dengan baik.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami menerima kritik dan saran agar makalah ini bisa berguna bagi generasi berikutnya.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Sistematika Pembahasan.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Konsep Lahirnya Semantik.....................................................................................................5
B. Sikap Ahli Bahasa Arab Dalam Semantik..............................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................................11
B. Implikasi................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semantik diambil dari kata bahasa Inggris semantics atau Perancis semantique. Dalam
Bahasa Arab disebut dengan Ilmu Dilalah. Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna, atau
cabang linguistik yang mempelajari kondisi-kondisi yang harus dipenuhi dalam sebuah simbol
agar simbol tersebut dapat membawa makna1, atau cabang linguistik yang berhubungan dengan
teori makna.

Simbol yang menjadi subjek semantik ini adalah verbal ataupun non-verbal. Misalnya,
jika seseorang mengucapkan kata “laki-laki”, simbol linguistik adalah stimulus yang
mengingatkan pendengar akan citra manusia yang kuat, waras, dan berpikiran logis. Adapun
lambang non-verbal dapat berupa bunyi, seperti mengetuk pintu untuk menunjukkan permintaan
izin untuk masuk, atau tanpa bunyi, seperti menggerakkan kepala dari kanan ke kiri untuk
menunjukkan penolakan2.

Demikian pula yang diungkapkan oleh Dr. Ahmad Sulaiman Yaqut tentang tujuan ilmu
ini. Dia mengatakan bahwa ilmu semantik adalah cabang linguistik yang membahas tentang
makna yang berasal dari ucapan, dari konteks kasus, dari tanda, atau dari segala sesuatu yang
dapat diturunkan dari tanda3. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa makna yang dapat
diketahui bisa berasal dari verbal maupun non-verbal, seperti rambu lalu lintas, menggambar pria
atau wanita di pintu kamar mandi, menggambar sebatang rokok dengan dua garis berpotongan
yang menunjukkan larangan merokok dan hal-hal lain yang memberikan indikasi tertentu, dan
semuanya itu merupakan tujuan semantik.

1 Muhammad Sa’ad Muhammad, Fii Ilm Al-Dilalah, (Kairo : Maktabah Zahra El-Sharq, 2002), h. 13
2 Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Al-Dilalah, (Kairo : Ilmu Kutub, 2006), h. 12
3 Ahmad Sulaiman Yaqut, Abhats fii Al-Lughah, (Iskandariah : Daar Al-Ma’rifah, 1994), h.
9 4 Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Al-Dilalah…, h. 12
2
Meskipun semantik mempelajari semua simbol, ia memberikan perhatian khusus pada
simbol verbal. Semantik berfokus pada simbol verbal, tidak seperti semiotika yang mempelajari
simbol verbal dan non-verbal4. Ilmu semantik tidak terbatas pada mempelajari makna kosa kata

saja, tetapi juga melampaui hal itu dalam konteks yang berbeda, seperti semantik frasa, kalimat
dan gaya, hingga mencapai makna teks secara umum.

Melalui ini, ada banyak penelitian yang dikaji oleh semantik, dan masing-masing
melahirkan ilmu tersendiri seperti pencarian makna kata dan sumber makna ini, yang disebut
leksikologi. Penelitian tentang kaidah-kaidah yang berkaitan dengan derivasi dan definisi kata,
serta perubahan strukturnya dengan mengubah maknanya, yang dikenal dengan morfologi.
Pencarian bagian-bagian kata, jenis-jenis setiap bagian, fungsi semantik, bagian-bagian kalimat,
dan susunannya disebut sintaksis. Penelitian metode bahasa dan perbedaannya dalam seni yang
berbeda, seperti puisi atau prosa, dan itu disebut stilistika.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perkembangan semantik dan ilmu dilalah?
2. Bagaimana sikat ahli Bahasa Arab terhadap semantik?
C. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bab satu berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah dan
sistematika pembahasan.
2. Bab dua berisi pembahasan yang terbagi atas
3. Bab tiga yaitu penutup yang terdiri atas kesimpulan.

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Lahirnya Semantik
Ketika melihat kepada historis mengenai makna, kajiannya sudah ada sejak zaman

3
Yunani kuno. Aristoteles merupakan orang pertama yang menggunakan istilah “makna”
untuk memberikan definisi sebuah kata. Menurutnya, kata merupakan satuan terkecil
yang melahirkan suatu makna dan makna yang dimiliki sebuah kata dapat dibagi atas
dua, pertama adalah makna yang secara otonom dimiliki oleh kata itu dan kedua adalah
makna yang timbul dari struktur gramatika. 4 Plato dalam cratylus juga memberikan
penjelasan mengenai makna. Menurutnya bunyi-bunyi bahasa itu memiliki makna-makna
tertentu secara implisit. Namun, pada masa itu batas antara etimologi, studi makna,
maupun studi makna kata belum jelas.

Kemudian studi ini berkembang dengan adanya buku yang ditulis oleh Michel
Breal yang berjudul “Les Lois Intellectuelles du Langagge” yang kajiannya lebih banyak
berkaitan dengan unsur-unsur di luar bahasa itu sendiri. Setelah itu, sejarah ilmu ini
dikaitkan, terutama dalam hal perkembangan teori dalam Makna, seperti yang dilakukan
"Richards dan Ogden" ketika mereka menghasilkan bukunya "Makna dari Sebuah
Makna" pada tahun 1923 dan mencoba mengembangkan teori filosofis. dari hubungan
antara makna dan simbol.

Adapun di bagian Timur, kajian semantik atau disebut juga dengan ilmu dilalah
telah ada sejak zaman sahabat, walaupun objek kajiannya masih sangat umum. Perhatian
ilmuan Arab terhadap ilmu ini tidak hanya muncul dari kalangan ahli bahasa saja, namun
hal ini juga muncul dari kalangan ahli ushul, filsuf, dan ahli balaghah. Salah satu
penyebabnya karena adanya semangat memelihara dan menjaga kemurnian al-Qur’an
dari segala bentuk kesalahan seperti lahn dan inhiraf.

Sejak abad kedua hijriyah, para linguis Arab sudah mulai mengkaji masalah
makna atau semantik secara sistematik. Hal ini ditandai dengan adanya kamus dengan
nama kitab al-‘Ain yang disusun oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Kamus tersebut
disusun

dengan kata pertamanya berdasarkan urutan makhraj bunyi mulai dari halq (tenggorokan)
sampai ke bibir. Adanya kitab ini menjadi salah satu usaha para linguis Arab dalam
memahami dan menggali rahasia Al-Qur’an pada abad permulaan hijriyah.5

4 Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011) cet.4, h. 15,
5 Kamal Ib Pasha dan Moh. Matsna, Orintasi semantik al-Zamakhsyari Kajian makna ayat-ayat kalam, (Jakarta :
4
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa Semantik dan Ilmu
Dilalah pada awalnya sudah dikaji oleh para ahli kemudian terus berkembang menjadi
sebuah studi mandiri dengan objek kajian kedua keilmuan ini sama, yaitu mengenai
makna kata sebagai satuan terkecil bahasa hingga merambah kepada makna simbol yang
melahirkan keilmuan yang disebut dengan semiotika.

B. Sikap Ahli Bahasa Arab Dalam Semantik


Dr. Ramadan Abdul-Tawab menyarankan untuk menerima terhadap segala
sesuatu yang baru, mempelajarinya, dan merenungkannya, seperti yang dilakukan
terdahulu dengan warisan Yunani dan Syria, ketika para penerjemah di era Abbasiyah
pertama memindahkannya ke bahasa Arab6. Dalam hal ini ia mengutip perkataan Dr.
Abdu Al-Rajhi ketika ia berkata: Ajakan untuk menolak kajian-kajian linguistik adalah
ajakan yang salah, bahkan tidak manusiawi, dan saya yakin bahwa kajian-kajian ini tidak
merugikan bahasa Arab itu sendiri. Hal ini merupakan hal yang penting untuk mengambil
manfaat dari apa yang dikembangkan orang dan untuk berpartisipasi bersama mereka
dalam perkembangan ini, dan saya juga yakin bahwa kajian terbaru - dengan kesadaran
kita akan asal-usul tata bahasa Arab - memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bahasa Arab kepada kita7. Ahli bahasa tertarik untuk menentukan semantic suatu kata,
dan ahli retorika dengan masalah kebenaran dan metafora, dan ahli fikih menulis studi
ekstensif dalam pengantar buku-buku fikih dalam kerangka pengetahuan mereka tentang
semantik sebagai sarana untuk memahami teks agama. dan menghasilkan sebuah
keputusan yang signifikansi dalam teks Al-Qur'an8.

Ada sekelompok cendekiawan Arab yang berpendapat bahwa antara kata dan
maknanya adalah peristiwa alamiah yang memiliki ikatan, dan mereka memperoleh bukti

itu dari banyak kata yang merujuk pada peristiwa alamiah antara ucapan dan apa yang
ditunjukkannya. Khalil bin Ahmad pertama kali mengemukakan hal ini bersama
muridnya, Sibawaihi. Sibawaihi berkata sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibn Jinni (w.

Anglo Media, 2006), h. 12-13.


6 Ramadhan Abdu Al-Tawwab, Dirasat wat Ta’liqat fil Lughah, (Kairo : Maktabah Al-Khaniji, 1994), h.202
7 Ramadhan Abdu Al-Tawwab, Dirasat …, 204
8 Hilmi Khalil, Muqaddimah li Dirasah Ilmi Al-Lughah, (Iskandariah : Daar Al-Ma’rifah Al-Jami’iyah, 2000), h. 144
5
392 AH) dalam kosakata yang berpola ‫ فعالن‬sesungguhnya berasal dari makna putaran (
‫ )االضطراب‬dan gerakan (‫)الحركة‬, contohnya kata ‫ الغليان‬berarti mendidih.

Namun perlu diketahui pula bahwa sebagian besar ahli bahasa terdahulu, terutama
orang Arab, mengambil sikap tegas terhadap perubahan linguistik secara umum karena
mereka menganggap setiap penyimpangan dari sistem bahasa atau makna kosakatanya
sebagai sebuah kesalahan yang harus diluruskan.

Secara umum, ahli bahasa Arab terdahulu melakukan upaya pembagian di bidang
ini dalam dua cara :

1. Kamus Bahasa Arab (‫)معجم الع ربي‬, dengan pembagian lafadz dan maknanya, yang
didedikasikan untuk Ibn Sayyida adalah salah satu kamus linguistik yang disusun dengan
mengklasifikasikan kata-kata menurut artinya.
2. Ilmu Ma’aniy, yang telah dipelajari secara ekstensif oleh para ahli balaghah dalam
penjelasan tentang puisi, kritik, mukjizat dan retorika. Dalam pembahasan syair, para ahli
memperhatikan masalah pengucapan dan makna, serta membahas makna hakiki,
metafora, dan lain-lain. Buku-buku yang membahas tentang mukjizat Al-Qur'an
mencakup banyak masalah semantik seperti sinonim, antonim, kata sifat, dan sejenisnya,
seperti yang kita temukan dalam Al-Ramani (w. 384 H) dalam ‫الن ْ ُّكت في إعجاز القرآن‬, dan di
Al-Khattabi (w. 388 H) dalam ‫ بيان إعجاز القرآن‬dan dalam Al-Baqillani (w. 403 H) di ‫إعجاز‬
‫القرآن‬. Namun, peneliti semantik yang paling menonjol adalah Abd al-Qahir al-Jarjani (w.
471 H), terutama dalam bukunya “‫ ”دالئ ل اإلعج از‬ketika ia meneliti hubungan antara
penanda dan petanda, disimpulkan bahwa hubungan di antara keduanya adalah
sewenang-wenang dan tidak dapat dijelaskan. Ada yang disebut dengan makna kosakata,
makna struktur dan susunan. Selain itu memahami konteks dan posisi kata dalam suatu
struktur kalimat berdasarkan I’jaz Al-Qur’an dan teks-teks sastra memberikan fakta kata
saja tidak bernilai hingga sebuah kata masuk ke dalam sebuah struktur atau gaya Bahasa
untuk memberikan makna kata tersebut.

Adapun tokoh ahli Bahasa Arab menyikapi adanya Ilmu Semantik adalah sebagai
berikut.

1. Dr. Ibrahim Anis : ‫داللة األلفاظ‬

6
Ibrahim Anis menitikfokuskan sistem linguistik bahasa Arab dalam hal
suara, struktur morfologi dan semantik. Ibrahim Anis telah menulis tujuh
buku, Beberapa edisi dicetak, dan dicetak ulang beberapa kali setelah
kematiannya pada tahun 1978 M, dan memiliki pembacanya, dan sudah lebih
dari tiga puluh tahun sejak kematiannya.
Salah satu pandangan semantiknya, makna semantik itu terbagi menjadi
makna sentral dan marginal. Misalnya, kata "pistol" memiliki makna sentral
yang telah ditentukan oleh ahli bahasa untuk menjelaskan kata itu. Adapun
makna marginalnya, bervariasi dari satu orang ke orang lain sesuai dengan
keadaan yang berbeda di mana dia hidup dengan kata ini, atau menurut
pengalaman mereka. Misalnya, ketika seorang pemuda memainkan permainan
pistol, kata ini mengingatkannya pada ingatan masa kecilnya. Ada lagi
pemuda yang hidupnya mengalami kecelakaan tragis. Ia melihat seorang
penjahat menodongkan pistol ke ayahnya, dan darah mengalir dari dadanya,
sehingga kata pistol pada pemuda ini tidak hanya menggambarkan makna
sentral, melainkan mengirimkan gambaran buruk dan menyakitkan di
benaknya yang menjadi makna marginal untuk kata itu.
Isu perubahan semantik merupakan salah satu isu yang paling penting
dalam pemikiran linguistik Ibrahim Anis. Ia menulis tentang evolusi,
kebenaran dan metafora, dan tentang faktor-faktor perkembangan dalam
semantik, dan mengkategorikan manifestasi perkembangan: alokasi
signifikansi, generalisasi signifikansi, perkembangan signifikansi, penurunan
signifikansi, dan perubahan bidang penggunaan. Klasifikasi ini masih relevan
sampai sekarang.
.Dr. Tamam Hasan : 2 ‫اللغة العربية معناها و مبناها‬
Dr. Tammam Hassan sangat berhati-hati dalam membahas semantik, dalam
bukunya “‫ ”اللغ ة العربي ة معناه ا و مبناها‬dalam satu bab yaitu ‫الداللة‬. Dia percaya
bahwa bahasa adalah fenomena sosial dan elemen sosial diperlukan untuk
memahami makna semantic. Contohnya ketika seorang Pria berkata ke
peliharaannya: "Halo, cantik." Posisinya berbeda dengan pria yang

7
mengucapkan kalimat ini kepada istrinya dimana ucapan yang pertama dalam
posisi menjinakkan, dan yang kedua bisa jadi maknanya ingin menggoda.
Makna semantik menurutnya ada dua macam: pertama makna artikel, yang
tersusun dari makna fungsional (makna gramatikal, makna morfologis dan
fonetik) dan makna leksikal, dan yang kedua adalah makna tempat yang
merupakan komponen kinerja artikel dan menjadi tanda/petunjuk saat ini. Hal
yang ingin disampaikan bahwa dalam pengucapan salam sebagaimana contoh
di atas, makna yang ingin disampaikan tentunya bervariasi meskipun arti
leksikalnya sama. Salam itu bisa bervariasi maknanya berdasarkan pada
situasi, kondisi, dan penerima salam tersebut.
3. Dr. Ahmad Mukhtar Umar : ‫علم الدالل ة‬
Ahmad Mukhtar Umar menjelaskan ilmu semantik dalam bukunya ‫علم‬
‫ الدالل ة‬dengan jelas. Salah satu hal yang dijelaskan Ahmad Mukhtar dalam
kitabnya yaitu penjelasan mengenai ukuran dari suatu ujaran, mulai dari yang
berbentuk morfem hingga menjadi sebuah ungkapan, pada dasarnya bisa
diamati dari dua sisi :
• Sebagai satuan leksikal/satuan leksem
• Sebagai satuan semantik/satuan makna

Jika yang diamati adalah bentuk ujaran yang bermakna (shigat ma’niyah),
maka yang dikaji adalah satuan leksikalnya. Namun jika yang diamati adalah
sebaliknya, makna dari bentuk ujaran (ma’na al-shighat), berarti kajiannya
adalah sebagai satuan semantik.

Dr. Ahmad Mukhtar Umar telah berkontribusi pada masalah penting


dalam semantik, dan diskusi semantiknya dipengaruhi oleh ahli bahasa Arab
klasik dan modern seperti Ibrahim Anis, serta oleh ahli bahasa Orientalis.
4. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi
Dr. Ali Abdul Wahid Wafi berpendapat bahwa fenomena perkembangan
dari ilmu semantik terbagi menjadi tiga bagian9 :

9 Ali Abdul Wahid Wafi, Ilmu Lughah, (Kairo: Maktabah Nahdzah, 1962), h. 286-287
8
a. Perkembangan yang berhubungan dengan sistem kata, susunan kalimat
dan pembentukan ideomatik.
b. Perkembangan yang berhubungan dengan gaya bahasa.
c. Perkembangan pada makna kata itu sendiri.

Menurut Dr. Ali, perkembangan Ilmu Dilalah itu bersifata pelan dan
bertahap. Satu kata membutuhkan waktu untuk mengalami perubahan makna,
mulai dari maknanya yang tidak jauh berbeda hingga maknanya bergeser dari
makna semula. Perubahan itu terkadang terjadi secara spontan dan terkadang
pula terjadi karena adanya kemiripan terhadap peristiwa yang terjadi.

9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Semantik dan Ilmu Dilalah pada awalnya sudah dikaji oleh para ahli kemudian terus
berkembang menjadi sebuah studi mandiri dengan objek kajian kedua keilmuan ini sama, yaitu
mengenai makna kata sebagai satuan terkecil bahasa hingga merambah kepada makna simbol

yang melahirkan keilmuan yang disebut dengan semiotika.

Penelitian tentang semantik kata adalah salah satu hal terpenting yang menarik para ahli
bahasa Arab dan membangkitkan minat mereka karena secara langsung hal ini berkaitan dengan
kitab Al-Qur’an yang diturunkan dengan berbahasa Arab dan memiliki banyak rahasia di
dalamnya, khususnya dari segi bahasa. Selain itu, para linguis Arab khususnya modern terus
melakukan kajian mendalam mengenai semantik, terlihat dari lahirnya buku-buku yang
membahas mengenai Semantik atau dalam Bahasa Arab disebut dengan ‫علم الداللة‬. Selain itu upaya
ahli Bahasa Arab terdahulu dalam membagi bidang ini dengan membuat kamus Bahasa Arab
yang berisi kosakata beserta artinya serta Ilmu Ma’aniy yang di dalamnya mempelajari makna
khususnya secara majazi.

B. Implikasi
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat dijadikan referensi baik untuk
mahasiswa maupun masyarakat umum. Kami juga menerima kritik dan saran demi memperbaiki
makalah kami. Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tawwab, Ramadhan Abdu. 1994. Dirasat wat Ta'liqat fii Lughah. Kairo: Maktbah Al-

Khaniji. Aminuddin. 2011. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Haniah. 2022. “Mawqif Al-Lughawiyyin Al-'Arab min 'ilm Al-Dilalah Al-Hadits.” Lentera UIN
Alauddin Makassar. 24 September. Diakses Oktober 1, 2022.
https://lentera.uinalauddin.ac.id/mod/resource/view.php?id=292479.

Khalil, Hilmi. 2000. Muqaddimah li Dirasah Ilmi Al-Lughah. Iskandariah: Daar Al-Ma'rifah
AlJami'iyah.

10
Mivtakh, Balkis Aminallah Nurul. 2020. “Sejarah Perkembangan Ilmu Dalalah dan Para Tokoh -
Tokohnya.” Tatsqifiy 96-97.

Muhammad, Sa'ad Muhammad. 2002. Fii Ilm Al-Dilalah. Kairo: Maktabah Zahra El-Sharq.

Pasha, Kamal Ib, dan Moh. Matsna. 2006. Orintasi semantik al-Zamakhsyari Kajian makna
ayatayat kalam. Jakarta: Anglo Media.

Umar, Ahmad Mukhtar. 2006. Ilmu Al-Dilalah. Kairo: Ilmu Kutub.

Wafi, Ali Abdul Wahid. 1962. Ilmu Lughah. Kairo: Maktabah Nahdzah.

Yaqut, Ahmad Sulaiman. 1994. Abhats fii Al-Lughah. Iskandariah: Daar Al-Ma'rifah.

11

Anda mungkin juga menyukai