Anda di halaman 1dari 14

PEMBAGIAN DALALAH MENURUT LINGUIS KLASIK DAN MODERN MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Dalalah Wal Ma’ajim

Dosen Pengampu : Mohammad Yusuf Setyawan, Lc., M.Hum.

Disusun Oleh :

Safiyur Rahman Wahid (2003026037)

Ahmad Zakariyya (2003026022)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Khususnya kepada Bapak Mohammad Yusuf
Setyawan, Lc., M.Hum. yang telah memberikan tugas ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 17 Februari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia itu


sendiri. Manusia adalah makhluk kreatif yang cenderung selalu melakukan perubahan, manusia
bisa menciptakan berbagai macam kosakata baru maupun memanfaatkan kosakata lama untuk
makna baru. Pada dasarnya bahasa manusia terdiri dari dua hal, yaitu bunyi dan makna. Dalam
ilmu linguistik, bidang yang membahas tentang bunyi disebut fonologi, sedangkan bidang yang
membahas tentang makna disebut semantik.

Semantik (untuk selanjutnya disebut dengan : dalalah) sebagai sub disiplin ilmu tidak
serta merta hadir begitu saja, kemudian ia menjadi kajian oleh para ilmuwan, sampai akhirnya
menjadi sub disiplin ilmu. Banyaknya tokoh yang mengkaji tentang Dalalah disebabkan karena
ilmu Dalalah adalah ilmu yang sangat menarik dan tidak pernah habis untuk dibahas. Setiap lafaz
atau kata yang keluar dari lisan manusia mengandung makna dan hal tersebut adalah kajian ilmu
Dalalah.Ilmu Dalalah adalah ilmu yang mengkaji makna, ia merupakan ilmu yang tua karena
telah dibahas sejak zaman Aristoteles. Ilmu Dalalah mencapai kemapanannya saat era modern,
yaitu sejak abad ke-19 Masehi. Perjalanan Ilmu Dalalah yang Panjang tidak lepas dari
sumbangsih para ilmuwan Arab. Ulama Arab telah membahas ilmu Dalalah jauh sebelum
ilmwuan barat mengkajinya. Namun pada faktanya, ilmwuan barat tampak mengabaikan kiprah
ulama Arab kuno.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pembagian makna (dalalah) menurut para linguis klasik ?
2. Bagaimana pembagian makna (dalalah) menurut para linguis kontemporer?

1
Balkis Aminallah Nurul Mivtakh,Sejarah Perkembangan Ilmu Dalalah dan Para Tokoh – Tokohnya,Jurnal Tsaqif Vol
1 Nomor 2 Juli 2020
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui dan mampu menjelaskan pembagian makna (dalalah) menurut para
linguis klasik
2. Mengetahui dan mampu menjelaskan pembagian makna (dalalah) menurut para
linguis kontemporer
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBAGIAN MAKNA ( DALALAH ) MENURUT LINGUIS KLASIK


1) Masa Yunani Kuno

Secara historis, sejarah kajian makna sudah ada sejak zaman Yunani k uno. Aristoteles
dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada
umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Masa Aristoteles
merupakan periode awal dari sejarah ilmu ad-Dilalah dengan istilah semantik. Hubungan kata
dan makna berupa ide atau segala sesuatu yang ada merupakan salah satu pembicaraan yang
terpenting pada abad pertengahan. Aristoteles adalah pemikir yang menggunakan istilah makna
lewat batasan pengertian kata. Menurut Aristoteles kata adalah satuan terkecil yang mengandung
makna. Karena kata dan makna memiliki hubungan yang sangat erat, seperti halnya api dan asap.
Uraian diatas memberikan gambaran bahwa cikal bakal munculnya semantik adalah sejak masa
Aristoteles, meskipun sebelumnya telah ada yang mengkaji makna untuk hal-hal tertentu. Namun
hal itu lebih banyak mengaruh pada filsafat yang berkembang pesat pada saat itu. Polemik yang
pernah dibahas oleh plato dalam pembicaraanya dengan gurunya Socrates adalah hubungan antar
kata dan makna2.

Menurut plato, ada perbedaan pendapat apakah hubungan itu alami ataukah buatan
menurut urf yang berlaku. Aristoteles menjelaskan pendapat Plato berkaitan dengan bahasa dan
fenomena-fenomena bahasa bahwa hubungan antara kata dan makna merupakanhubungan
buatan atau urf. Bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, maka tentu ada yang
dilambangkan. Yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep atau ide pikiran yang
ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu
konsep, idea tau pikiran maka dapat dikaitkan bahwa bahasa itu merupakan makna. Lambang-
lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang
berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Karena bahasa itu bermakna, maka
segala ucapan yang tidak mempunyai makana dapat disebut bukan bahasa.

2
Mastur,Diktat Ilmu Dalalah,Jember: 2020 ,AIN Jember halaman 5
Plato merupakan guru Aristoteles ia menyatakan bahwa bunyi-bunyi secara implisit juga
mengandung makna-makna tertentu namun studi bahasa yang banyak digunakan pada masa itu
hanya berkaitan dengan studi filsafat, masih sedikit yang membahas tataran bunyi, tataran
gramatika dan tataran makna bahkan bisa dikatakan belum ada. Sistem bahasa itu bisa berupa
lambang yang wujudnya berupa bunyi. Kata bunyi sulit dibedakan dengan kata suara.

2) Hindustan

Bahasa sejak lama telah menjadi objek perhatian para pemikir, sebab bahasa adalah salah
satu roda utama dalam kehidupan manusia semenjak diciptakannya, baik dalam berfikir maupun
dalam berkomunikasi antar sesame manusia. Dengan adanya bahasa sejarah tercatatkan dalam
buku-buku. Bahkan kitab-kitab suci yang dianggap sakral bagi umat-umat terdahulu oleh
manusia termaktubkan denganya. Orang-orang hindistan sebagai contoh, mereka memiliki kitab
suci Weda yang tidak lain merupakan sumber studi bahasa dan daya ucap khususnya. Dan dari
sinilah sejarah permulaan bahasa dianggap sebagai mata pelajaran dan studi. Orang-orang
Hindustan mencurahkan perhatian mereka kepada pembahasan semantik dari para pemikir
Yunani. Mereka mengkaji pembahasan -pembahasan yang berhubungan dengan pemahaman
yang alami tentang kalimat. Bahkan mereka mengkaji sebagian besar problematika yang
diungkapkan dalam linguistic modern dari pembahasan-pembahasan semantik.

Diantara tema-tema yang mereka bicarakan ialah:

a) Hubungan antara kata dan makna

Tema ini menjadi sasaran perhatian orang-orang Hindustan sebelum orang-orang Yunani.
Ada beberapa pendapat mereka seputar tema ini, diantara mereka ada yang menerima ide
tabayyun antara kata dan makna. Ada juga yang menjelaskan hubungan antara kata dan makna
dengan hubungan yang klasik dan alami.

b) Jenis-jenis makna untuk suatu kata

Orang-orang Hindustan mempelajari susunan yang berbeda untuk Sesautu yang membentuk
makna kata seperti :

- Dalalah kata yang bermakna bentuk seperti, tinggi


- Dalalah kata yang bermakna peristiwa atau perbuatan seperti, datang.3

B. PEMBAGIAN MAKNA ( DALALAH ) MENURUT LINGUIS MODERN

Ferdinand de Saussere dijuliki sebagai bapak linguistik modern. Kajian de Saussure itu
selain didasarkan pada analisis struktur bahasa juga berdasarkan analisis sosial, psikologis dan
pemikiran. Terdapat dua konsep baru yang ditampilkan De Saussure dan merupakan revolusi
dalam bidang teori dan penerapan studi kebahasaan.

Kedua konsep itu adalah :

1. Linguistik pada dasarnya merupakan studi kebahasaan yang fokus pada


keberadaan bahasa itu pada waktu tertentu sehingga studi yang dilaksanakan
haruslah menggunakan pendekatan sinkronis atau studi yang bersifat deskriptif.
Sedangkan studi tentang sejarah dan perkembangan suatu bahasa adalah kajian
kesejarahan yang menggunakan pendekatan diakronis.
2. Bahasa merupakan suatu totalitas yang didukung oleh berbagai elemen.
Elemen yang satu dengan yang lain saling ketergantungan dalam rangka
membangun keseluruhanya. Wawasan kedua ini, pada sisi lain juga menjadi akar
faham linguistic structural. Tokoh yang secara sungguh-sungguh berusaha
mengadaptasi pendapat De Saussure itu dalam bidang semantik adalah Trier's.
Setelah Ferdinand de Saussure, ada juga ilmuan yang dianggap cukup
memberikan corak, warna, dan arah baru dalam kajian bahasa, yaitu Leonald
Bloomfield. Dalam bukunya Languange, ia dipengaruhi oleh aliran behaviorisme
yang terdapat dalam psikologi, karena ia menganggap bahwa bahasa merupakan
tingkah laku dan makana tidak lain daripada suatu kondisi yang di dalamnya
orang mengungkapkan sebuah kata ayau kalimat dan direspon oleh pendengar.
Sehingga makna menurutnya kondisi atau respon. Tokoh lain yang berjasa dalam
dalam perkembangan linguistik, khususnya semantik adalah Noam Chomsky,
seorang tokoh aliran tata bahasa transformasi. Ia menyatakan bahwa makna
merupakan unsur pokok dalam analisis bahasa. Pikiran memiliki hubungan
langsung dengan simbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan yang

3
Mastur,Diktat Ilmu Dalalah,Jember: 2020 ,IAIN Jember halaman 7-8
arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik bisa menentukan
fakta bahwa asal kata meaning (nomina) dari to mean (verba), di dalamnya
banyak mengandung meaning yang berbeda-beda. Para ahli semantik sering tidak
wajar memikirkan the meaningof meaning yang diperlukan untuk pengantar studi
semantik. Mereka sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam
hubunganya dengan ilmu lain, para ahli sendiri masih memperdebatkan bahwa
makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali
dalam makna nonlinguistik. Kajian dilalah selanjutnya sebagaimana Kristoffer
Nyrof mengkhususkan satu jilid yang sempurna dari kitabnya "Dirasah Tarikhi Li
Nahw al-Lughoh alFaransiah" ia mengkhususkan untuk perkembangan semantik.
Gustaf Stern (1913), mengembangkan kajian tentang makna dan
perkembanganya. Pada tahun 1825, seorang berkebangsaan Jerman C. Chr.
Resign mengemukkan konsep baru tentang grammar yang meliputi tiga unsur
utama, yaitu:
1. Semasiologi, ilmu tentang tanda
2. Sintaksis, ilmu tentang kalimat
3. Etimologi, ilmu tentang asal usul kata sehubungan dengan perubahan
bentuk maupun makna. 4

Adapun dalam perkembangan zaman modern atau kontemporer terdapat pembagian


makna yang lebih terperinci dan jelas Bila dilihat dari jenis semantiknya makna dapat dibedakan
antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata
dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna non referensial, berdasarkan ada tidaknya
nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif,
berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna
umum dan makna khusus. Namun, dalam pembahasan ini penulis hanya menampilkan jenis
makna yaitu makna leksikal dan makna gramatikal berdasar teori referensial.

4
Erwin Suryaningrat ,PENGERTIAN, SEJARAH DAN RUANG LINGKUP KAJIAN SEMANTIK (Ilmu Dalalah),Jurnal At-
Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
1. Makna Leksikal
Makna leksikal menurut Abdul Chaer adalah makna leksem, makna butir leksikal (lexical
item) atau makna yang secara inheren ada di dalam butir leksikal itu. 5 Makna leksikal
juga sering diartikan dengan makna yang biasa ada di kamus, akan tetapi pengertian ini
nampaknya belum cukup jelas, untuk itu penulis memberikan sebuah contoh kata kursi,
apabila kata kursi dicari dalam kamus, maka akan didapatkan pengertian bahwa kursi
adalah tempat duduk yang berkaki dan bersandar. Akan lebih jelas lagi apabila kata kursi
diletakkan dalam contoh kalimat dibawah ini.
A. Andi duduk di atas kursi
B. Kursi yang ada di dalam gudang itu sudah rusak
C. Karena tersangkut kasus korupsi, anggota dewan itu kehilangan kursi

Pada contoh pertama dan kedua, kata kursi yang dimaksud mengarah pada makna
langsung (konseptual), adapun kalimat yang ketiga kata kursi bermakna kiasan (asosiatif). Dari
contoh-contoh di atas dapat difahami bahwa makna leksikaladalah gambaran nyata tentang suatu
benda, hal, konsep, objek, dan lain-lain yang dilambangkan oleh kata.6 Berdasarkan nilai
maknanya, makna leksikal dibagi menjadi dua yaitu, makna langsung (konseptual) dan makna
kiasan (asosiatif), 7 demikian Sudaryat menjelaskan keduanya

A. Makna langsung

Makna langsung memiliki beberapa istilah yaitu, makna denotatif, makna referensial,
makna kognitif, makna ideasional, makna konseptual, makna logikal, makna proposional dan
makna pusat. Makna langsung memiliki pengertian makna kata atau leksem yang didasarkan atas
petunjuk yang langsung (lugas) pada suatu hal atau objek di luar bahasa. Makna langsung
bersifat objektif karena langsung menunjuk objeknya. Selanjutnya makna langsung ini dilihat
dari keluasan cakupan maknanya dibedakan menjadi makna luas/umum, contohnya kata sekolah
bermakna “gedung” atau “tempat untuk belajar” seperti kalimat ”Amir pergi ke sekolah”. Kata

5
AbdulKhair, Linguistik Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994
6
Sudaryat,Yayat, Makna Dalam Wacana, Prinsip-Prinsip Semantic Pragmatik, Bandung: CV. Yrama Widya, 2009
halaman 22
7
Sudaryat,Yayat, Makna Dalam Wacana, Prinsip-Prinsip Semantic Pragmatik, Bandung: CV. Yrama Widya, 2009
halaman 23
sekolah pada kalimat “Amir sekolah di Bandung” memiliki makna yang lebih luas dari makna
“gedung tempat belajar”. Makna sempit/khusus adalah makna ujaran yang lebih sempit atau
khusus daripada makna pusatnya, seperti kata ahli bermakna orang yang mahir dalam segala
ilmu pengetahuan. Akan tetapi kata ahli akan menjadi menyempit dalam contoh kalimat “Amir
ahli memperbaiki motor rusak” yaitu hanya mahir dalam memperbaiki motor

Makna langsung atau biasa dikenal dengan istilah makna denotatif, pada dasarnya adalah
makna kata yang mengacu pada gambaran yang sudah tersimpan dalam otak setiap orang dan
sudah menjadi kesepakatan umum, misalnya kata tikus, setiap orang sepakat untuk menunjukan
binatang pengerat disebut dengan kata tikus, sehingga tersimpan dalam memori setiap orang
bahwa kata tikus menunjukan pada binatang pengerat. Namun, akan menjadi berbeda maknanya
ketika kata tikus diasosiasikan pada pengertian yang lain, seperti contoh, “Tikus kantor itu lolos
dari jeratan hukum”.

Kata tikus dalam kalimat ini, tidak mengarah pada pemahaman makna tikus yang
sebenarnya, namun pada sesuatu yangdikiaskan pada tikus, karena masih ada hubungan
maknanya. Maka makna kata tikus dalam kalimat ini disebut dengan makna konotatif atau
makna kiasan b. Makna Kiasan Makna kiasan atau asosiatif atau biasa juga disebut dengan
konotatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul
pada penyapaan dan pesapa.xxii Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, artinya
“menjadi tanda” dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda. 8
Makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran makna dari makna
aslinya (denotatif) dikarenakan sudah ada penambahan rasa atau nilai tertentu, nilai rasa dalam
makna konotatif bisa bersifat positif ataupun negatif. Terkadang konotasi sebuah kata pada setiap
kelompok masyarakat akan berbeda-beda tergantung pada “nilai rasa” pada kelompok
masyarakat tersebut. Sumardjo dan Saini sebagaimana yang dikutip oleh Alex Sobur
menyebutkan bahwa makna konotatif sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua
lingkungan, yaitu lingkungan tekstual dan lingkungan budaya. Yang dimaksud dengan
lingkungan teks, semua kata di dalam paragraf dan karangan yang menentukan makna konotatif
itu. Contoh yang dikemukakan dalam penjelasannya adalah kata kuda yang disertai dengan kata
Arab, maka kata itu memilki makna konotatif yang lain dibandingkan dengan kalau kata yang

8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, cet. ke-3 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), halaman. 263
menyertainya kata perunggu. Kuda Arab dan kuda perunggu menjadi dua ungkapan (frase) yang
mengandung makna konotatif lain, demikian pula kata-kata yang ada didalamnya. 9

Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan budaya adalah pengaruh lingkungan


budaya masyarakat tertentu yang akan memberikan pemaknaan terhadap suatu kata seperti kata
teratai bagi masyarakat Indonesia hanya bermakna konotasi yang berkaitan dengan keindahan
belaka. Namun, berbeda halnya dengan masyarakat di India, kata teratai memiliki makna
konotatif yang lain lebih pada pelambangan terhadap agama Buda maupun Hindu.Chaer
menyebutkan bahwa, secara umum kajian makna leksikal mencakup pada masalah kesamaan
makna (sinonim), ketercakupan makna (hiponim), dan keberlainan makna (antonim). Sedangkan
Goriys Keraf, mengelompokan relasi semantik yang terdapat pada kata, baik itu dalam bentuk
sinonim, polisemi, hiponim, dan antonim menjadi tiga kelompok .

1) Relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonim dan polisemi.
2) Relasi antara dua makna yang melibatkan hiponim dan antonim.
3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonim, yaitu satu bentuk mengacu kepada
dua referen yang berlainan10

1 Makna Gramatikal

Makna sebuah kata dapat diketahui dari struktur kalimatnya, bila dalam makna leksikal
sebuah kata dapat dipahami apa adanya, maka dalam makna gramatikal makna sebuah kata
sangat tergantung pada konteks kalimat atau situasinya. Oleh karena itu, makna gramatikal biasa
juga disebut dengan makna kontekstual, situasional, dan struktural. 11 Makna gramatikal
terbentuk dikarenakan terjadinya proses gramatikal seperti proses afiksasixlix, reduplikasil, dan
komposisi li, proses inilah yang membedakan makna leksikal dengan makna gramatikal. Untuk
dapat mengetahui apakah unsur-unsur leksikal pembentuk sebuah kalimat itu dapat bermakna
dan berfungsi dilakukan dengan jalan pergantian posisi kata dalam kalimat, misalkan dalam frase
wanita gila dan gila wanita tidak sama makna strukturalnya.

9
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, cet. ke-3 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), halaman 266
10
Goriys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, cet. ke-19 (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 34
11
Erwin Suryaningrat ,PENGERTIAN, SEJARAH DAN RUANG LINGKUP KAJIAN SEMANTIK (Ilmu Dalalah),JurnalAt-
Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
Perubahan posisi/fungsi kata dalam kalimat akan berakibat pada perubahan makna contoh
kalimat, d}araba Amir al-kalba ‘Amir memukul anjing’, posisi Amir dalam kalimat ini sebagai
subjek atau dalam gramatika Arab disebut dengan fa’il sedangkan kalba yang berarti anjing
menduduki posisi sebagai objek ataumaf’ul dalam gramatikal Arab. Apabila posisi Amir
dipindah dengan kata al- Kalba, maka yang terjadi adalah perubahan makna menjadi, darabbba
al-kalbu Amira, artinya anjing yang telah memukul Amir.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada awalnya semantik merupakan bagian dari kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang
mengkaji tentang tanda . Istilah semantik dalam bahasa Indonesia dipahami dengan kata makna,
dalam kajian linguistik Arab dikenal dengan ilmu dilalah/dalalah. Kata semantik berasal dari
bahasa Yunani yang mengandung makna to signify atau memaknai. Sessederhana itu para ahli
linguis mendefinisikan ilmu dalalah ,tetapi dalam perkembangannya definisi tersebut lebih
diramu dengan keterkaitan berbagai disiplin ilmu lain ,sampai masa perkembangannya saat ini
dikenal luas dan muncul 2 pembagian skala yang lebih jelas menjadi 2 pembagian yaitu dengan
makna leksikal dan gramatikal
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Goriys. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa cet. ke-19. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Khair, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mastur. (2020). Diktat Ilmu Dalalah (Disertasi IAIN Jember,2020)

Mivtakh, Balkis Aminallah Nurul. (2020). Sejarah Perkembangan Ilmu Dalalah dan Para Tokoh

Tokohnya. Jurnal Tsaqif, Vol. 1(2.)

Sobur, Alex. (2006). Semiotika Komunikasi cet. ke-3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudaryat, Yayat. (2009). Makna Dalam Wacana, Prinsip-Prinsip Semantic Pragmatik. Bandung:
CV.

Yrama Widya.
Suryaningrat, Erwin (2013)Pengertian, Sejarah Dan Ruang Lingkup Kajian Semantik (Ilmu
Dalalah).
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 12(1).

Anda mungkin juga menyukai