Anda di halaman 1dari 5

LINGUISTIK UMUM

UTS

Dosen pengampu: E.A.A Nur Hayati

Penyelesaiyan Tugas Oleh : Hidayatus Sholihah

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

2022
A. Tokoh linguistik tradisional
Linguistik tradisional adalah segala hal mengenai paham, aliran, dan tokoh
yang ada pada zaman Yunani kuno hingga zaman Renaisans. Dalam zaman linguistik
tradisional,para ahli bahasa saat itu mengkaji bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik. Tokoh yang mengembangkan ilmu linguistik
tradisional di antaranya berasal dari bangsa Eropa dan Asia seperti
Yunani, Romawi, India, Latin, dan Arab.
1. Ferdinand de Saussure
Adalah tokoh linguistik modern kebangsaan swiss yang mencoba
mengemukakan pandangan baru tentang Bahasa dari sudut sinkronik tidak diakronik.
Ferdinand de Saussure ia adalah orang yang pertama meletakan fondasi ilmu Bahasa
yang kemudian disebutkan linguistik structural, dalam kajian bahasanya, Saussure
membedakan antara langue dengan porole
 Lague adalah Bahasa tertentu
 Parole adalah logat, ucapan atau perkataan
2. Louis Helmslev
Istilah yang ia kemukakan adalah glosemtik yang berasal dari kata Yunani
glossa ( Bahasa ) Helmslev menganggap Bahasa mengandung dua segi, pertama segi
ekspresi dua segi isi.
Setiap segi mengandung forma dan substansi hingga memperoleh
1. Forma ekspresi
2. Substansi ekspresi
3. Forma isi
4. Substansi isi
3. Kennet L. Pike
Ia adalah pengajur teori tagmetik, didasarkan pada istilah tagmen yang
dikembangkan oleh teori ini.
Tagmen adalah satuan terkecil tata Bahasa yang merupakan korelasi antara
gatra ( slot ) dan kelas ( class )
B. Periode linguistik umum dari tahun ke tahun
Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan
sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah
bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari
satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas
dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan
apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal
dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan
di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri berasal
dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia.
Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa
saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-
bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan
bahasa banyak negara di Asia).
C. Munculnya linguistik umum dan ditandai oleh apa
Sejarah munculnya linguistik adalah catatan mengenai perkembangan studi
tentang linguistik dari zaman Yunani kuno hingga modern. Ilmu mengenai linguistik
telah dibahas sejak peradaban Babilonia, namun proses penelitian yang terstandar
baru dimulai sejak periode Yunani kuno. Dari perjalanan ilmu bahasa zaman Yunani,
berkembang aliran linguistik tradisional, beranjak ke linguistik strukturalis, linguistik
transformasional atau modern, dan aliran-aliran sesudahnya.
Dalam sejarah perkembangannya mencari hakikat bahasa sekaligus
menempatkannya sebagai suatu disiplin ilmu akademis, linguistik atau ilmu bahasa
telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu tahap spekulasi, observasi dan
klasifikasi, dan perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang
bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita
rekaan belaka. Tahap ini sekaligus menjadi benang merah antara bidang linguistik
dan kesusastraan.
Selanjutnya, di tahapan observasi dan klasifikasi, para ahli bahasa
mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki,
meski belum sampai pada perumusan teori. Pada tahapan berikutnya, yaitu tahapan
perumusan teori atau konsep bahasa yang ideal inilah yang kemudian melahirkan
berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan.
Studi bahasa pada zaman Yunani telah berjalan sekitar kurang lebih 600 tahun
(5 SM-2 M). Masalah pokok yang menjadi bahasan studi linguistik pada zaman ini
adalah (1) pertentangan mengenai sifat dasar bahasa, apakah ia bersifat alami dan tak
bisa diubah maknanya (fisis), atau bahasa itu bersifat manasuka dan dapat berubah-
ubah maknanya (nomos) dan (2) analogi dan anomali.
Dalam bidang semantik, kelompok yang menganut paham fisis, disebut kaum
naturalis, berpendapat bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang
ditunjuknya. Dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna secara alami, secara
fisis, misalnya kata-kata yang disebut onomatope. Sebaliknya, kaum konvensional
yang menganut paham nomos berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi. Artinya,
makna kata-kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang
mempunyai kemungkinan adanya perubahan yang terus-menerus.
D. karakteristik linguistik umum
Aliran linguistik tradisional atau yang dikenal dengan nama lain yaitu aliran
fungsional yang sekumpul penjelasan dan aturan gramatikalnya telah dipakai lebih
kurang 200 tahun lalu. Istilah tradisional di dalam ilmu bahasa atau linguistik sering
dipertentangkan dengan istilah struktural. 
Aliran tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik.
Sementara aliran struktural menganalisis bahasa berdasarkan struktur dan cirri-ciri
formal yang ada di dalam bahasa. Aliran tradisional ini juga berdasar pemikiran
secara filosofis.
Dimana dari latar belakang sejarahnya kita sudah mengetahui bahwa
munculnya teori ini bermula dari Plato dan murindnya yang bernama Aristoteles yang
dikenal sebagai filosof-filosof besar bangsa Yunani, walaupun sebenarnya aliran
tradisional yang sebenarnya baru berkembang setelah zaman Yunani berlaku.
Adapun ciri-ciri aliran tradisional yang dikemukan oleh Soeparno (2003: 36) yakni
sebagai berikut,
1. Bertolak dari pola berpikir secara filosofi
Tidak dapat dipungkiri bahwa, filosofi tidak lepas dari perkembangan suatu
ilmu termasuk linguistik. Pemikiran para filsuf akan bahasa menjadi landasan awal
lahirnya aliran linguistik tradisional.
2. Tidak membedakan bahasa dan tulisan
Aliran ini mencampurkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan
tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian secara otomatis
juga mencampuradukan pengertian bunyi dan huruf.
3. Senang bermain dengan definisi
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua istilah
didefinisikan baru kemudian diberi contoh ala kadarnya.Aliran ini tidak perna
menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan kemudian
disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi
yang dirumuskan secara filosofis.
4. Pemakaian bahasa berakibat pada pola atau kaidah
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional
mengambil alih pola-pola bahasa Latin untuk diterapkan pada bahasa sendiri. Kaidah
bahasa yang telah mereka susun dalam bentuk buku tata bahasa harus benar-benar
ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa
yang salah dan tercelah.
5. Level-level gramatikal belum rapi
Level gramatikal yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level (tataran)
di huruf adalah kata. Sedangkan level yang tertinggi berupa kalimat. Dengan
demikian hanya tiga macam level itu sajalah yang secra pasti ditegakan. Tataran
morfem, frasa, dan klausa belum begitu digarap, apalagi tataran wacana. Menurut
aliran ini, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti,
sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan dari kata yang mengandung
pengertian lengkap.

Anda mungkin juga menyukai