Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN AWAL MUNCULNYA KAJIAN LINGUISTIK: ALIRAN-ALIRAN

LINGUISTIK

Rif’atina Maksum

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Trunojoyo Madura

E-mail: rifatinamaksum12345@gmail.com

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Ilmu bahasa yang saat ini kita pelajari berawal dari penelitian mengenai seluk beluk
bahasa sejak zaman Yunani (Abad 6 SM). Jika dilihat secara garis besarnya, studi ini dapat
dikategorikan dalam 2 (1) Tata bahasa tradisional dan (2) Linguistik modern. Linguistik sendiri
memiliki 4 cabang pembagian, antara lain fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Studi Linguistik yaitu studi yang mempelajari bahasa alami. Hal ini biasanya mencakup
studi tentang struktur bahasa, makna, serta fungsi sosial dari bahasa. Linguistik adalah ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007). Studi linguistik memiliki 3 tahapan
pembagian. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

Pertama, tahap spekulasi yang berisi pernyataan tentang bahasa tidak berdasar pada data
empiris.

Kedua, tahap observasi dan klasifikasi diadakannya pengamatan dan penggolongan mengenai
bahasa yang diselidiki tetapi belum sampai pada merumuskan teori.

Ketiga, tahap perumusan teori atau membuat teori-teori yang bersifat ilmiah.
B. Sejarah dan Aliran Linguistik

1. Linguistik Tradisional

Sejarah Linguistik diawali dengan adanya linguistik tradisional. Tata bahasa tradisional
menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural
menganalisis bahasa berdasarkan ciri-ciri formal yang terdapat pada suatu bahasa tertentu. Kitra
ambil contoh saat merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional mengartikan bahwa kata kerja
adalah kata yang mengarah pada tindakan atau kejadian; sedangkan tata bahasa struktural
mengartikan kata kerja adalah kata yang mampu berdistribusi dengan frase “dengan ”.

Seiring dengan perkembangannya di dalam aliran linguistik tradisional dikenal linguistik


zaman Yunani. Studi bahasa pada zaman Yunani ini memiliki sejarah yang sangat panjang, yaitu
kurang lebih pada abad ke-5 S.M sampai kurang lebih pada abad ke 2M. Saat itu terdapat
masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis yaitu pertentangan antara
bahasa yang bersifat alami (fisis) dan y6ang b ersifat konvensi (nomos). Yang dimaksud dengan
bersifat alami disini adalah bahasa mempunyai hubungan asal-usul, serta sumber dalam prinsip-
prinsip bersifat abadi dan tidak dapat diubah di luar manusia itu sendiri. Kaum naturalis
merupakan kelompok yang menganut faham tersebut, mereka berpendapat bahwa setiap kata
yang ada mempunyai hubungan erat dengan benda yang ditunjuknya. Dengan kata lain, setiap
kata memiliki makna secara alami. Berbanding terbalik dengan kelompok lain yaitu kaum
konvensional, berpendapat jika bahasa bersifat konvensi yang berarti makna-makna kata
diperoleh dari hasil- hasil tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang bisa saja berubah.

Kemudian yang menjadi pertentangan adalah antara analogi dan anomali. Kaum analogi
Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur. Karena adanya keteraturan
itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa
bahasa tidak teratur.

Beberapa kelompok yang termasuk dalam aliran ini antara lain Kaum Sophis (abad ke-5
S.M), Plato (429-347 S.M), Aristoteles (384-322 S.M), Kaum Stoik (Abad ke- 4S.M), Kaum
Alexandrian. Selanjutnya dikenal linguistik zaman Romawi. Dapat dikatakan bahwa lanjutan dari
zaman Yunani ialah Studi bahasa pada zaman Romawi, sejalan pada saat jatuhnya Yunani dan
munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 –
27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones
Grammaticae.

Kemudian, pada linguistik zaman Pertengahan. Studi bahasa zaman pertengahan di


Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa Latin menjadi
Lingua Franta, karena dipakai sebagai bahasa diplomasi, bahasa gereja, dan bahasa ilmu
pengetahuan. Berikutnya, linguistik zaman Renaisans. Terdapat dua hal yang menonjol pada
zaman Renasains, yaitu : Selain menguasai bahasa Latin, sarjana- sarjana pada waktu itu juga
menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani,
dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan,
penyusunan tata bahasa dan bahkan perbandingan. Dan yang terakhir yang termasuk ke dalam
linguistik tradisional adalah masa menjelang lahirnya linguistik modern.

Dalam masa ini terdapat satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa,
yaitu pernyataan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa
Yunani, Latin dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Dalam pembicaraan mengenai linguistik
tradisional yang telah dipaparkan di atas, secara singkat dapat diambil kesimpulan, bahwa :

 Tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan pada tata bahasa
tradisional ;
 Penyusunan tata bahasa dideskripsikan dengan cara mengambil patokan- patokan
dari bahasa lain, terutama bahasa Latin;
 Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah;
 Seringkali persoalan kebahasaan dideskripsikan dengan melibatkan logika;

 Kaidah-kaidah terdahulu cenderung selalu dipertahankan.

2. Linguistik Strukturalis
Linguistik strukturalis mengelompokkan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas
yang hanya dimiliki oleh bahasa itu. Berikut ini merupakan tokoh dan aliran linguistik
strukturalis.

Pertama, Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai


bapak linguistik modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course
de Linguistique Generale yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan albert Sechehay
tahun 1915. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai beberapa konsep sebagai
berikut:

 Telaah sinkronik dan diakronik

Telaah bahasa secara sinkronik yaitu mempelajari suatu bahasa dengan kurun waktu tertentu
saja. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik yaitu telaah bahasa sepanjang masa, atau dengan
kata lain sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.

 Perbedaan La Langue dan La Parole

La Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal, dan
bersifat abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan La Parole adalah realisasi langue oleh
masing-masing anggota masyarakat bahasa, dan bersifat konkret karena parole itu tidak lain
daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.

 Perbedaan signifiant dan signifie

Signifiant merupakan kesan psikologis bunyi yang muncul dalam pikiran kita, sedangkan yaitu
kesan makna yang ada dalam pikiran kita.

 Hubungan sintagmatik dan paradigmatif

Hubungan sintagmatik ialah hubungan antara beberapa unsur yang terdapat dalam suatu tuturan,
dan tersusun secara berurutan serta bersifat linear. Sedangkan hubungan paradigmatik adalah
hubungan beberapa unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis.

Kedua, Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya,
yaitu Vilem Mathesius (1882 – 1945). Dalam bidang fonologi aliran Praha inilah yang
pertama-tama
Membedakan antara fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri,
sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut.

Ketiga, Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain: Louis Hjemslev (1899
– 1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Hjemslev juga menganggap bahasa
sebagai suatu sistem hubungan, dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan
paradigmatik.

Keempat, aliran firthian, nama John R. Firth (1890 – 1960) guru besar pada Universitas
London sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, aliran yang
dikembangkannya dikenal dengan nama aliran Prosodi.

Kelima, aliran sistemik, nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama
M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth mengenai
bahasa, khususnya yang berkenaan dengan segi kemasyarakatan bahasa. Sebagai penerus Firth
dan berdasarkan karangannya Categories of the Theory of Grammar, maka teori yang
dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian Linguistics atau Scals and
Category Linguistics. Namun kemudian ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics (SL).

Keenam, Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika. Beberapa faktor yang


menyebabkan berkembangnya aliran strukturalisme: Pada masa itu para linguis di Amerika
menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum
diperlukan. Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang
berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Diantara linguis-linguis itu
ada hubungan yang baik, karena adanya The Linguistics Society of America, yang menerbitkan
majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka. Ciri aliran strukturalis
Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif
untuk memberikan suatu bahasa.

Ketujuh, Aliran Tagmemik. Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Price, seorang tokoh
dari Summer Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfeld, sehingga
aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dan
sintaksis adalah tagmem. Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan
sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling diperlukan untuk mengisi kuota tersebut.
3. Linguistik Tranformasional dan Aliran-aliran Sesudahnya

Dunia ilmu termasuk linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan
merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus menerus sesuai dengan filsafat ilmu itu
sendiri yang selalu mencari kebenaran yang hakiki.

 Tata Bahasa Transformasi

Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky.
Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957),
yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi
dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the
Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis
tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative
syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya
pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and
binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program. Setiap tata bahasa dari suatu bahasa,
menurut Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus
memenuhi dua syarat, yaitu kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima
oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat. Tata bahasa
tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak
berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori
linguistik tertentu.

 Semantik Generatif

Menjelang dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut Chomsky, antara lain
Pascal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, sebagai reaksi terhadap Chomsky, memisahkan diri
dari kelompok Chomsky dan membentuk aliran sendiri. Kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal
dengan sebutan kaum Semantik generatif. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya
semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu.

 Tata Bahasa Kasus


Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore
dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E.
dan R. Harms Universal in Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston. Dalam
karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas (1) modalitas, yang bisa
berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba
disertai dengan sejumlah kasus. Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan
antara verba dengan nomina.

 Tata Bahasa Relasional

Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap
beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata
bahasa transformasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C., (1993). Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung

Alwi, H, dkk., (2000). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Oka, I.G.N & Suparno, (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Depdikbud

Verharr, J.W.M. (2008). Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press
Berdasarkan pemahaman saya, yang saya ketahui tentang :

A. Konsep dasar pemikiran munculnya kajian Linguistik Umum

Linguistik umum yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari sisrem bahasa pada
umumnya, tetapi tidak hanya mempelajari suatu bahasa saja melainkan juga mengkaji seluk
bahasa. Linguistik umum ini berisi pemahaman mengenai hakikat serta seluk beluk bahasa
sebagai alat komunikasi tgerbaik yang hanya dimiliki oleh kita yaitu manusia.

B. Fonetik dan Fonemik

Fonetik yaitu cabang linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa secara fisik,
seperti bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan, didengar, dan bagaimana agar dapat didengar oleh
pendengar. Sedangkan Fonemik yaitu cabang linguistik yang mempelajari tentang fonem, yaitu
pembeda yang berwujud satuan bunyi bahasa untuk membedakan makna antara satu kata dengan
kata lainnya.

C. Proses Morfologi

Proses morfologi menurut saya merupakan suatu proses pembentukan kata melalui
penambahan, pengurangan, atau perubahan morfem.

D. Hubungan Morfologi dan Sintaksis

Hubungan antara keduanya yaitu saling berkaitan erat karena morfologi sendiri
membentuk kata-kata, sedangkan sintaksis membentuk kalimat dari kata-kata tersebut.

Anda mungkin juga menyukai