Anda di halaman 1dari 6

Nama : Prabawati Nurhabibah

NIM : 0201622009
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rustono, M.Hum
Tugas Teori Perkembangan Bahasa & Sastra

Teori Bahasa Tradisional


Sejarah Linguistik dimulai dari linguistik tradisional. Tata bahasa tradisional
menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural
berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Misalnya dalam
merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang
menyatakan tindakan atau kejadian; sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja
adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .”.
Dalam perkembangannya di dalam aliran linguistik tradisional dikenal linguistik zaman
Yunani. Sejarah studi bahasa pada zaman Yunani ini sangat panjang, yaitu dari lebih kurang
abad ke-5 S.M sampai lebih kurang abad ke 2 M. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi
pertentangan pada linguis pada waktu itu adalah pertentangan antara bahasa bersifat alami
(fisis) dan bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu
mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di
luar manusia itu sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang menganut faham itu,
berpendapat bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Atau
dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna secara alami, secara fisis. Sebaliknya
kelompok lain yaitu kaum konvensional, berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi, artinya,
makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang
mempunyai kemungkinan bisa berubah.
Selanjutnya yang menjadi pertentangan adalah antara analogi dan anomali. Kaum
analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Karena
adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Jika tidak teratur tentu yang dapat
disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu. Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat
bahwa bahasa itu tidak teratur. Kalau bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa
Inggris child menjadi children, bukannya childs; mengapa bentuk past tense bahasa Inggris dari
write menjadi wrote dan bukannya writed ?
Kelompok-kelompok yang termasuk dalam aliriran ini adalah Kaum Sophis (abad ke-
5 S.M), Plato (429-347 S.M), Aristoteles (384-322 S.M), Kaum Stoik (Abad ke- 4S.M), Kaum
Alexandrian.
Kemudian dikenal lingistik zaman Romawi. Studi bahasa pada zaman Romawi dapat
dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani dan munculnya
kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 S.M)
dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
Lalu, linguistik zaman Pertengahan. Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa
mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa Latin menjadi Lingua
Franta, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan.
Berikutnya, linguistik zaman Renaisans. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman
renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu :
Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa
Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan malah juga
perbandingan.
Dan yang terakhir yang termasuk ke dalam linguistik tradisional adalah masa menjelang
lahirnya linguistik modern. Dalam masa ini ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah
studi bahasa, yaitu dinyatakan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan
bahasa-bahasa Yunani, Latin dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Dalam pembicaraan mengenai
linguistik tradisional di atas, maka secara singkat dapat dikatakan, bahwa :
• Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran
dengan bahasa tulisan;
• Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-
patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin;
• Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah;
• Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika;
• Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu
dipertahankan.

Berikut ini adalah beberapa pokok-pokok teori bahasa tradisional:

1. Linguistik Zaman Yunani (abad ke 5 SM – abad ke 2 SM)

Yang menjadi pertentangan saat itu adalah:

1. Pertentangan antara fisis dan nomos. Bersifat fisis maksudnya bahasa itu mempuyai
hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti
diluar manusia itu sendiri, konvensional artinya, makna-makna kata itu diperoleh
dari hasil-hasil tradisi/kebiasaan.
2. Pertentangan analogi dan anomali. Kaum analogi (Plato dan Aristoteles)
berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis,
sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali
sejalan dengan koum konvensional.
Kaum/tokoh pada jaman Yunani:

Kaum Sophis (abad ke 5 SM) Mereka dikenal karena:

1. Mereka melakukan kerja secara empiris.


2. Melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu.
3. Mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa
4. Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.

Tokohnya: Protogoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat
jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Gregorias membicarakan
tata bahasa.

1. Plato (429 – 347 SM)Memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya


Dialoag. Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional.
2. Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalah pernyataan
pikiran manusia dengan perencanaan anomata dan rhemata.
3. Dialah orang yang pertamakali membedakan kata anoma dan rhema. Anoma
(anomata):
4. Nama (dalam bahasa sehari-hari)
5. Nomina (dalam istilah tata bahasa)
6. Subjek (dalam hubungan subjek logis)

Rhema (Rhemata):

1. Ucapan (dalam bahasa sehari-hari)


2. Verba (dalam istilah tata bahasa)
3. Predikat (dalam hubungan predikat logis)

Aristoteles (384 – 322 SM)

1. Membagi kata dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema, dan syndesmoi. Yang
dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan
sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan preposisi dan konjungsi yang
sekarang kita kenal.
2. Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi 3 yaitu maskulin, feminin, dan
neutrum.

Kaum Stoik (abad ke – 4 SM)

1. Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
2. Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa.
3. Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa, yaitu:
a. tanda, simbol, sign, atau semainon,
b. makna, apa yang disebut smainomen/lekton,
c. hal-hal di luar bahasa yakni benda-benda/situasi.
4. Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian fonologi tetapi
tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung
makna.
5. Mereka membagi jenis kata menjadi empat yaitu kata benda, kata kerja.
6. syndesmoi, dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.
7. Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata kerja aktif
dan pasif.

Kaum Alexandrian

Kaum ini menganut paham analogi dalam studi bahasa, menghasilkan buku tata bahasa
yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax dan diterjemahkan oleh Remmius Palaemon
dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam
penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena sifatnya mentradisi maka buku-buku
tata bahasa kini disebut dengan nama tata bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa
tradisional itu berasal dari buku Dionysius Thrax. Di India pada tahun 400 SM Panini
seorang sarjana Hindu membuat buku dengan judul Adtdyasi merupakan deskripsi
lengkap bahasa Sansekerta yang pertama kali ada. Oleh karena itu Leonard Bloomfield,
tokoh linguis struktural Amerika menyebut Panini sebagai One of The Greatest
Monuments of The Human Intelligence.

1. Zaman Romawi

Zaman Romawi merupakan kelanjutan dari jaman Yunani. Tokoh pada jaman
Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM) dengan karyanya, De Lingua
Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae. Dalam buku ini
Varro masih membahas masalah analogi dan anomali seperti pada zaman Stoik di
Yunani. Dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, sintaksis.

• Tata bahasa Priscia


Dianggap sangat penting karena:

1. Merupakan buku tata bahasa Latin paling lengkap yang dituturkan pembicara
aslinya.
2. Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan
bahasa secara tradisional.

Segi yang dibicarakan dari buku itu adalah: (i) fonologi dibicarakan mengenai
huruf/tulisan yang disebut literae/bagian terkecil dari bumi yang dapat
dituliskan, (ii) morfologi dibicarakan mengenai dictio/kata, (iii) sintaksis
dibicarakan mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan
menunjukkan kalimat itu selesai. Buku Institutiones Grammaticae ini telah
menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan.
2. Zaman Pertengahan

Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh
para filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah
peranan:

1. Kaum Modistae
2. Mereka menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler
dan universal.
3. Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai penyebutan
definisi bentuk-bentuk bahasa.
4. Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah bidang
etimologi pada zaman itu.
5. Tata Bahasa Spekulativa

Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat


skolastik.

• Petrus Hispanus
Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa, Membedakan nomen atas
dua macam yaitu nomen substantivum dan nomen edjektivum dan Membedakan
semua bentuk yang menjadi subjek/predikat dan bentuk tutur lainnya.

• Zaman Renaisans
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad
modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada jaman renaisans ini yang
menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai
bahasa Latin, Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya juga mendapat
perhatian dalam bentuk pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan
perbandingan.

• Menjelang Lahirnya Linguistik Modern


Sejak awal buku ini sudah menyebut-nyebut bahwa Ferdinand de Saussure
dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Diawali dengan pernyataan Sir
William tentang adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta
dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya telah
membuka babak baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi
linguistik bandingan atau linguistik historis komparatif, serta studi mengenai
hakekat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani kuno.

Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan


bahwa:
1. Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa
ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu
pada tulisan.
2. Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-
patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin.
3. Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar/salah.
4. Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
5. Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

Kelebihan Teori Tradisional

1. Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak pada
filsafat.
2. Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa
bagi penganutnya amat dibanggakan
3. Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa
yang cukup tinggi
4. Aliran ini memberikan kontribusi terhadap penegakan prinsip ‘yang benar adalah
benar walaupun tidak umum, dan yang salah adalah salah.

Kekurangan Teori Tradisional

1. Teori tradisional belum dapat membedakan bahasa ujaran dan tulisan


2. Teori ini tidak pernah memberikan contoh yang dianalisis kemudian disimpulkan
(memahami istilah dengan definisi dan menghafal)
3. Siswa pandai teori dan menghafal tapi tidak mahir berbicara dalam kehidupan
masayarakat
4. Objek kajian huruf, kata, kalimat. Hanya sampai pada kalimat, sehingga tidak
memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.
5. Pemerian bahasa hanya berdasarkan pada bahasa tulis baku padahal hal ini hanya
sebagian dari ragam bahasa yang ada
6. Permasalahan tata bahasa hanya didominasi jenis kata, sehingga ruang
lingkupnya masih sangat sempit
7. Pemerian bahasa latin dengan dengan pola bahasa Indonesia sangat berbeda

Anda mungkin juga menyukai