Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK II

ILM AL-LUGHAH AL-‘AM


“SEJARAH PERKEMBANGAN LINGUISTIK”

Dosen:
Umi Kulsum M.A.

Disusun Oleh :
Dewi Tsalatsatin N.A. 11180210000047
Labib Azzahrah Ulya Dini 11180210000053
Alvi Husaeni 11180210000011
Yasmin Nurul Azizah 11180210000052

3D

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB dan HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019

A. PENDAHULUAN
1
1. Latar Belakang Masalah

Linguistik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang kebahasaan. Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi antar sesama makhluk hidup yang digunakan untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan. Namun bahasa tidak datang begitu saja, bahasa
juga memiliki sejarah dan perkembangannya di dunia tidak hanya di Indonesia. Begitu
pula dengan adanya bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia tidak murni melainkan
ada nya unsur serapan dari beberapa bahasa terdahulu.

Bahwasanya studi linguistik mengalami tiga tahap perkembangan :

1. Tahap spekulasi

Pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris


melainkan pada dongen atau cerita rekaan belaka.

2. Tahap observasi dan klasifikasi

Para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-


bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada memutuskan teori

3. Tahap perumusan teori1

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan linguistik klasik dan modern?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan linguistik di barat dan timur?

B. PEMBAHASAN

LINGUISTIK KLASIK
1
Abdul chaer, Linguistik Umum (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hal. 332
2
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural,
sehingga dalam pendidikan normal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa
struktural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai dua hal yang
bertentangan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat
bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik ;
sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam
suatu bahasa tertentu. Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional yang telah melalui
masa yang sangat panjang akan dibicarakan berikut ini, zaman per zaman, mulai zaman
Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern disekitar akhir abad ke-19.

I. Linguistik Zaman Yunani

Studi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari
lebih kurang abad ke-5 SM sampai lebih kurang abad ke-2 M. Jadi kurang lebih sekitar 600
tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu
adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos dan (2) pertentangan antara analogi dan
anomali. Para filsuf Yunani mempertanyakan, apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau
bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami (fisis) maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan
asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu
sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak. Dalam bidang semantik kelompok yang menganut
paham ini, yaitu kaum naturalis, berpendapat bahwa setiap kata mempunyai hubungan
dengan benda yang ditunjuknya. Atau dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna secara
alami, secara fisis. Sebaliknya kelompok lain, yaitu kaum konvensional, berpendapat bahwa
bahasa bersifat konvensi. Artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau
kebiasaan-kebiasaan, yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.

Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur
dan tidak teratur. Kaum analogi, antara lain Plato dan Aristoteles berpendapat bahwa bahasa
itu bersifat teratur. Karena adanya bahasa itulah orang dapat menyusun tata bahasa.
Sebaliknya, kaum anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Dari penjelasan diatas
terlihat kaum anomali sejalan dengan kaum naturalis dan kaum analogi sejalan dengan kaum
konvensional. Pertentangan kedua kelompok tersebut (anomali dan anologi) masih
berlangsung sampai sekarang, terutama jika orang berbicara mengenai filsafat bahasa.2

2
Abdul chaer, Linguistik Umum (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hal. 334
3
Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh
yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa itu.

1. Kaum Sophis

Protagoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab,
kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Sedangkan georgias
membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.

2. Plato (429 – 347 SM)

3. Aristoteles (384 – 322 SM)

4. Kaum Stoik

5. Kaum Alexandrian3.

II. Linguistik Zaman India

Di Indiam piagam-piagam Acoka diangap dokumen tertulis yang tertua. Meskipun di


India tulis-menulis telah dikenal, tetapi cara belajar yang disampaikan secara lisan masih
berlangsung sampai awal abad ke-19. Di India orang mempelajari bahasa untuktujuan ritual,
artinya dengan mempelajari bahasa (Sanskerta) secara lebih saksama, meraka dapat
mengucapkan doa-doa yang terdapat dalam buku-buku Veda secara lebih baik. Dengan
pengucapan yang baik itu diharapkan permintaan kepada dewa akan terkabul.

Abjad yang dipergunakan ialah abjad Brahmi yang menurut Buchler telah ada sejak
abad ke-5 SM. Abjad ini menurut dugaan, diciptakan oleh kaum Brahmana yang cerdik dan
terdiri dari 46 huruf yang kemudian oleh Panini diambil sebagai dasar untuk menyusun tata
bahasanya. Dari uraian diatas kita dapat mengetahui, bahwa mempelajari bahasa di India
ditujukan untuk kepentingan agama. Bunyi-bunyi bahasa dipelajari dengan seksama bukan
untuk mengetahui hakikat bahasa tetapi semata-mata untuk menjaga hikmah yang terdapat
dalam buku-buku Veda.4

III. Linguistik Zaman Romawi

3
Ibid 335-337

4
Mansoer pateda, Linguistik sebuah Pengantar ( Bandung : CV Angkasa, 2015), hal. 16
4
Berkat kejayaan kerajaan Romawi, maka pengaruh Romawi di Eropa sangat besar.
Perhatian terhadap bahasa Romawi besar sekali. Bahkan menguasai bahasa Romawi dengan
baik menandakan bahwa orang tersebut adalah seorang intelek. Pada masa Romawi, kelas
kata yang delapan tadi ditambah satu lagi sehingga menjadi sembilan. Perbedaannya dengan
karangan Dionysius Thrax yakni munculnya kelas kata yang baru yaitu numeralia (kata
bilangan).

Tokoh Romawi yang secara hati-hati membahas bidang linguistik bahasa Latin ialah
Varro (116-27 SM). Varro mengarang sebuah buku yang berjudul De Lingua Latina yang
terdiri dari 25 jilid. Dalam buku tersebut, dibicarakan Etimologi yaitu cabang linguistik yang
menyelidiki asal-usul kata beserta artinya, sedangkan Marfologi cabang linguistik yang
mempelajari kata dan pembentukannya dan Sintaksis cabang linguistik tentang tata susun kata
yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Selain Varro masih ada ahli bahasa yang
hidup pada waktu itu yang dapat dimintai keterangannya ialah Priscia yang kemudian dikenal
sebagai peletak dasar tata bahasa Priscia. Pada tata bahasa itu dibicarakan Fonologi,
Morfologi, dan Sintaksis. Priscia membagi delapan kelas kata, yaitu : nomen, verbum,
participum, pronomen, adverbium, praepositio,interjectio, dan conjunctio.5

IV. LINGUISTIK ZAMAN PERTENGAHAN

Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh
para filsuf skolastik dan bahasa latin menjadi lingua franca karena dipakai sebagai bahasa
gereja, bahasa diplomasi dan bahasa ilmu pengetahuan. Dari zaman pertengahan ini yang
patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain, adalah peranan Kaum Modistae, Tata
Bahasa Spekulatifa dan Petrus Hispanus.

Kaum Modistae ini masih pula membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos dan
pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menurut
mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka memperhatikan juga secara penuh
akan semantik sebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk-bentuk bahasa. Mereka pun
mencari sumber makna. Maka dengan demikian berkembang pulalah bidang etimologi pada
zaman itu.

5
Ibid, hal. 18
5
Tata Bahasa Spekulatifa, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin
(seperti yang dirumuskan oleh Priscia) ke dalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa
Spekulatifa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya
mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas dan
sebagainya. Semua bahasa akan memepunyai kata untuk konsep yang sama dan semua bahasa
akan menyatakan kesamaan jenis kata dan kategori-karegori gramatikal lainnya. Salah
seorang gramatikus dari zaman ini adalah Peter Hellas. Dia mengikuti jejak Priscia, tetapi
selalu memberi komentar berdasarkan logika Aristoteles.

Petrus Hispanus. Beliau pernah menjadi Paus, yaitu tahun 1276-1277 dengan gelar Paus
Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Perannya dalam bidang Linguistik,
antara lain :

a) Dia telah memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga
membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian
pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.

b) Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu : nomen substantivum dan
nomen adjectivum.

c) Dia juga telah membedakan partes orationes atas categorematik dan


syntategorematik. Yang dimaksud dengan categorimatik adalah semua bentuk yang
dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan syntategorematik adalah semua bentuk
tutur lainnya.6

LINGUISTIK MODERN

Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern.
Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu
dicatat, yaitu: (1) selain menguasai latin, sarjana sarjana pada waktu itu juga menguasai
bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab; (2) selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan
Arab, bahasa bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan,
penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan.

6
Abdul chaer, Linguistik Umum (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hal. 341-342
6
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak dipelajari orang pada akhir abad pertengahan.
Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Bahasa Ibrani perlu
diketaui dan dipelajari karena kedudukannya sebagai bahasa kitab Perjanjian Lama dan kitab
Perjanjian Baru. Beberapa buku tata bahasa Ibrani telah ditulis orang pada zaman Renaisans
itu, antara lain Roger Bacon, Reuchlin, dan N. Clenard. Buku tata bahasa yang ditulis
Reuchlin berjudul De Rudimentis Hebraicis. Yang menarik dari buku Reuchlin ini adalah
penggolongan kata. Reuchlin menggolongkan kata Ibrani atas nomen, verbum, dan partikel.
Penggolongan ini mirip dengan penggolongan kata dalam linguistik Arab, yang menjadi
ismun, fi'lun, dan harfun. Sesungguhnya bahasa Ibrani dan bahasa Arab memang dua bahasa
yang serumpun; dan perkembangan studi bahasa Ibrani sejalan dengan perkembangan
linguistik bahasa Arab yang sudah lebih dahulu memperoleh kemajuan.

Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa arab sebagai kitab suci
agama Islam, yaitu Qur'an. Ada dua aliran linguistik Arab, yaitu aliran Basra dan Kufah,
yang namanya diambil sesuai dengan nama kota tempat kedudukan para linguis itu. Studi
bahasa arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terbitnya buku tata bahasa Arab
berjudul Al-Kitab, atau yang lebih terkenal dengan nama Kitab al Ayn, karya Sibawaihi dari
kelompok linguistik Basra. Dalam kitabnya itu Sibawaihi juga membagi kata atas tigal kelas,
yaitu ismun(nomen), fi'lun(verbum), dan harfun(partikel).

Bahasa-bahasa Eropa, sebetulnya juga sudah menarik perhatian sejak sebelum zaman
Renaisans, di samping bahasa Latin dan bahasa Yunani. Pada abad ke-7 telah tercatat adanya
sebuah buku tata bahasa Irlandia; pada abad ke-12 tercatat pula adanya buku tata bahasa
Islandia; sedangkan pada abad ke-13 dijumpai pula buku tata bahasa Provencal. Yang
mendapat perhatian khusus dan serius adalah studi mengenai bahasa Roman atau Neo-Latin.
Lebih lebih setelah Dante menulis buku berjudul De Vulgari Eloquentia pada permulaan abad
ke-14. Dalam buku itu Dante mempelajari bahasa yang dipakai sehari-hari yang diketahui
sejak kecil. Dante juga mengusulkan agar bahasa Italia dijadikan bahasa persatuan di seluruh
Italia.

Bahasa-bahasa di luar Eropa, mendapat perhatian dalam studi bahasa karena kegiatan
para misionaris ke luar negeri yang jauh dari Eropa, harus melibatkan mereka dengan bahasa
bahasa tersebut. Oleh karena itu munculah berbagai tulisan mengenai bahasa bahasa seperti
yang terdapat di India, di Jepang, di Indonesia, dan daerah lainnya. Kegiatan keagamaan dan

7
kegiatan lain, seperti politik, perdagangan, dan sebagainya, menyadarkan pula akan perlunya
sebuah bahasa yang dapat dipakai sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antar bangsa.
Di wilayah Asia Tenggara, misalnya, bahasa Melayu yang semula merupakan bahasa suku
bangsa di daerah Selat Malaka, telah menjadi lingua franca bagi para pedagang dan pelaut,
juga kaum penjajah.

Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya Zaman renaisans ada
satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangat
penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa sanskerta
dengan bahasa bahasa Yunani, Latin, dan bahasa bahasa Jerman lainnya. Hal tersebut
dikemukakan oleh Sir William Jones dari East India Company di hadapan The Royal Asiatic
society di Kalkula pada tahun 1786. Pernyataan Sir William Jones itu telah membuka babak
baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi lingustik bandingan atau
linguistik historis komporatif; serta studi mengenai hakikat bahasa secara linguistik terlepas
dari masalah filsafat Yunani kuno.

Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional di atas, maka secara
singkat dapat dikatakan, bahwa:

a. pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal dengan adanya perbedaan antara bahasa
ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada
bahasa tulisan.

b. bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan


patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin.

c. kaidah kaidah bahasa dibuat secara preskriptif, yakni benar atau salah

d. persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika

e. penemuan penemuan atau kaidah kaidah terdahulu cenderung untuk selalu


dipertahankan.7

7
Abdul chaer, Linguistik Umum (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hal. 345
8
LINGUISTIK DI TIMUR
Bahasa Arab terdiri atas dua ragam, yaitu bahasa arab modern dan bahasa arab klasik.
Bahasa Arab klasik dapat ditemuka ndalam al-Quran kendatipun bahasa Arab al-Quran itu
selalu aktual dan kontekstual— sebagai rujukan utama bahasa Arab fushha, hadis, dan buku-
buku klasik dan abad pertengahan. Bahasa Arab klasik sudah ada sebelum islam, bahkan masa
Jahiliyah, sebelum abad ke-6.8
Sedangkan Bahasa Arab Modern, seperti ilmu yang lain linguisik ini mengalami
perkembangan sesuai zaman dan tren pengkajian. Penggunaan bahasa Arab modern dapat di
temukan pada media jurnalistik, baik media elektronik maupun media cetak, seperti televisi,
koran, radio, majalah, dan buku kontemporer arab, Modernisasi bahasaArab yang dimulai
di Mesir dan Suriah pada abad ke-19, banyak dipengaruhi oleh pengaruh asing di bidang
intelektual, sosial dan perkembangan politik yang terjadi di wilayah Timur Tengah.
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia Timur di mulai dari India kurang lebih
empat abad sebelum Masehi, hampir bersamaan dengan dimulainya sejarah ilmu bahasa
didunia Barat (tradisi Yunani). Perkembangan bahasa di dunia Timur ini ditandai dengan
munculnya karya Panini yang berjudul “Vyakarana”. Buku tersebut merupakan buku tata
bahasa Sansekerta yang sangat mengagumkan dunia karena pada zaman sedini itu telah dapat
mendeskripsikan bahasa Sansekerta secara lengkap dan saksama, teristimewa dalam bidang
fonologinya. Sayangnya buku tersebut teramat sulit dipahami oleh orang awam. Hal itu
menyebabkan seorang muridnya yang bernama Patanjali terpaksa harus menyusun tafsir atau
penjelasannya yang diberijudul “Mahabhasa”.

A. Tokoh-Tokoh Linguistik Arab9


Tokoh linguistik arab tradisional
1. Mazhab Bashrah
a) Abu al Aswad al-Dualy
Ia adalah peletak dasar ilmu nahwu dan orang pertama yang meletakkan
fondasi bahasa Arab, membuat metode, dan kiasnya. Membuat bab fa’il, maf’ul
bih, mudhaf, huruf nashab, rafa’, jar, dan jazm. ialah orang yang juga memberi
titik pada mushaf.
b) Sibawaih

8
Issa J. Boullata,“Middle East Studies Ass ciationofNorthAmerica(MESA)”,Review of MiddleEast Studies, Vol.
48, No. 1/2, 2014, 116-117, Http://Www.Jstor.Org/Stable/2433136, Accessed: 21-012016 02, 48 UTC.
9
Op., Cit, Wildan Taufiq, Fiqih Lughah (Bandung : CV NuansaAulia, 2015), hal. 195-201
9
Ia adalah ahli bahasa klasik yang membicarakan persoalan fonetik dalam
bukunya yang berjudul al-Kitab. Ia menetapkan deskripsi bunyi, cara artikulasi,
dan menjelaskan tempat artikulasinya dengan sangat detail.
c) Ibnu Jinni (321-379 H)
Ia adalah seorang tokoh dalam bidang fonetik yang mengarang kitab Sirr
Shina’ah al-A’rab. Di dalam kitabnya itu ia mengemukakan deskripsi dan
klasifikasi bunyi dalam lingkungannya, jumlah, urutan, dan cara artikulasi bunyi,
perubahan bunyi saat berada dalam kalimat, dan teori tentang fashahah.10
d) Khalil bin Ahmad
Ia adalah orang yang meletakkan kaidah-kaidah arudh (wazan syi’ir Arab
klasik). Ia mengarang sebuah kitab klasik yang sangat terkenal, yaitu kitab al-‘Ain
yang membuat batasan-batasan bahasa Arab. Ia merupakan guru Sibawaih.

2. Mazhab Kufah
a) Abu Ja’far al-Ruasiy
Ia adalah ulama Kufah yang pertama menyusun kitab tentang (tata) bahasa
Arab, yaitu kitab al-Faishal. Ia dianggap sebagai peletak pertama ilmu sharaf.
Sebab dari tangannyalah muncul dua muridnya yang terkenal, yaitu al-Kisaiy dan
al-Farra.
b) Al-Kisaiy

Adalah seorang ulama nonarab (a’jamiy). Ia merupakan salah seorang ahli


qiraat sab’ah dan imam ahli Kufah dalam bidang bahasa Arab. Al-Kisaiy
mengajar putra al-Rasyid yaitu al-Amin dan al-Ma’mun bersama Muhammad al-
Hasan al-Syaibaniy

LINGUSTIK DI BARAT

Sejarah Ilmu Bahasa di dunia barat

Sejarah ilmu bahasa mulai muncul 25 abad yang lalu, tepatnya abad ke-IV sebelum
masehi. Bermula dari tokoh ahli filsafat bangsa Yunani Kuno yang bernama Plato yang
mempelopori pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafanya.
Dalam kerangka telaah filsafatnya, Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi
dua golongan, yaitu onoma (jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan atau
pembicaraan) atau secara awam bisa disebut kata benda, sedangakan rhema (jenis kata yang
biasa digunakan sebagai pengungkap pembicaraan atau sebagai pernyataan kedua) atau bisa
disebut sebagai kata kerja maupun kata sifat.

10
Op., Cit, Moch Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Tangerang : al-Kitabah, 2012), hal. 20
10
Munculah tokoh selanjutnya yang merupakan murid dari Plato, yakni Aristoteles yang
menambahkan satu konsep “syndesmos” untuk melengkapi hasil pemikiran gurunya
terdahulu. Menurut Aristoteles onoma adalah jenis kata yang mengalami perubahan bentuk
disebabkan perbedaan jenis kelamin, jumlah. Sedangkan rhema menurut Aristoteles adalah
jenis kata yang mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh perbedaan persona dank
ala (tenses). Syndesmos sendiri merupakan jenis kata yang tidak akan mengalami perubahan.

Pada abad kedua masehi, barulah muncul tentang tata bahasa atau gramatika oleh
Dyonisius Thrax dan menyusun buku yang berjudul “Techne Gramatike”. Dyonisius Thrax
membagi jenis kata menjadi delapan bagian yaitu Nomina, pronominal, artikel verba,
adverbia, preposisi, partisipium dan konjungsi.

Kemudian, pada abad pertengahan orang Eropa mulai berbondong-bondong untuk


belajar bahasa latin karena dianggap sebagai bahasa yang suci yang digunakan di gereja-
gereja serta sebagai bahasa kaum terpelajar. Setelah abad XVI barulah mulai muncul
kesadaran untuk mendalami “mother tongue” seperti bahasa inggris, belanda, jerman dan
perancis.

Pada abad XIX, Modistae membagi jenis kata menjadi delapan yaitu nomina,
pronomina, partisipium, adverbia, verba, preposisi, konjungsi dan interjeksi. Pada zaman
Renaisans, jenis kata dibagi menjadi tujuh yang mana untuk bagian verba dihilangkan.
Sedangkan untuk di negara Belanda berkembang menjadi sepuluh, antara lain nomina, verba,
pronomina, adverbia, adjektiva, numeralia, preposisi, konjungsi, interjeksi dan artikel. Di
Indonesia sendiri, jenis kata banyak di pengaruhi oleh tradisi arab, seperti pembagian kata
yang dilakukan Muhammad Zain, jenis kata terbagi menjadi tiga, yaitu isim, fi’il dan harf.

Ilmu bahasa lebih cenderung menggeluti tentang pembagian jenis kata, sejak zaman
Yunani Kuno hingga menjelang akhir abad XIX.

Pada awal abada XX, muncul paham baru yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure
dan mucullah aliran strukturalisme yang menjadi cikal bakal munculnya aliran-aliran lain.11

C. PENUTUP

KESIMPULAN

Bahasa adalah ungkapan dari isi hati dan pikirann seseorang. Bahasa juga bervariasi dan
beragam. Sesuai dengan karakterisktik bahasa yaitu bervariasi dan produktif. Oleh karena itu
bahasa mengalami perubahan-perubahan dari zaman ke zaman.

11
Soeparno. Dasar-Dasar Linguistik Umum (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hal 5
11
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2014. LinguistikUmum. Jakarta : PT RinekaCipta.

Hidayatullah, Syarif. 2012. CakrawalaLinguistik Arab. Tangerang : al-Kitabah.

Pateda, Mansoer. 2015. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung : CV Angkasa.

Soeparno. 2013. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Taufiq, Wildan. 2015. FiqihLughah. Bandung : CV NuansaAulia.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/arabiyat/article/download/5328/pdf

12

Anda mungkin juga menyukai