RIZKI AFRIANSYAH
rizkiafriansyah123@gmail.com
Bahasa dan Sastra Arab-Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang
Deskripsi Buku
Judul Buku: Filsafat Bahasa (philosofhy of language)
Katagori: Buku Ilmiah
Bidang Ilmu: Filsafat
ISBN: 978-979-076-242-8
Nama Penulis: Drs. Muhammad Khoyin, M.Ag.
Penerbit: CV Pustaka Setia
Halaman: 254 Hlm.
Tahun Terbit: 2013
Ada tiga istilah yang sering diterjemahkan sama atau sinonim, tetapi memiliki makna
dan maksud yang berbeda dan makna berbeda, yaitu philosophy of lingusitics, philosophy of
language dan linguistic philosophy. Secara sepintas, ketiga jenis pengetahuan ini tidak
memiliki perbedaan mendasar, tetapi apabila dilihat dari disiplin ilmu kebahasaan, ketiganya
sangat berbeda.
Oleh karna itu, hubungan antara bahasa dengan masalah-masalah filsafat telah lama
menjadi perhatian filsuf, bahkan semenjak zaman Yunani. Suatu perubahan penting terjadi
ketika para filsuf menyadari/mengetahui bahwa berbagai problem filsafat dapat dijelaskan
melalaui analisis bahasa. Problem filsafat yang menyangkut pertanyaan, keadilan, kebaikan,
kebenaran, kewajiban, hakikat ada, dan pertanyaan-pertanyaan fundamental lainya dapat
dijelaskan dengan menggunakan metode analisis bahasa.
Filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat bahasa, sebab asal, dan hukumnya. Adapun bahasa merupakan alat untuk
menyampaikan sesuatu pikiran yang merupakan hasil dari kerja akal pikiran di dalam otak.
Berdasarkan hal tersebut. Perhatian filsuf terhadap bahasa pun semakin besar. Mereka sadar
dalam kenyataannya, banyak persoalan filsafat dan konsep filosofis menjadi jelas dengan
menggunakan analisis bahasa. Para filsuf bahasa hadir dengan terapi analitik bahasanya untuk
mengatasi kelemahan kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai macam
konsep filosofis.
Sehubungan dengan cabang filsafat yang mengkaji masalah berpikir secara benar.
Peran bahasa sangat penting dalam menentukan pernyataan yang benar ataupun tidak benar,
dengan bertolak dan adanya premis serta kesimpulan yang diberikan. Apalagi persoalan
bahasa semakin rumit dan sulit dimengerti oleh manusia sebagai pelaku dan penafsiran
bahasa. (khoyin, 2013, hal,13)
Review buku filsafat bahasa ini terfokus pada bab 3 yaitu mengenai filsafat analitik bahasa
pada buku filsafat bahasa (philosophy of language) karya Drs. Muhammad Khoyin, M.ag
yang di lakukan peneliti sebagai tugas yang di berikan pada mata kuliah filsafat bahasa.
Pembahasan
a. Filsafat
Dari sudut etimologi, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philo” yang berarti
mencintai dan “Sofia” yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian kedua kata philo dan
Sofia adalah mencintai kebijaksanaan.
Filsafat juga bisa di artikan sebagai pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang di cita-citakan. Filsafat juga di
artikan sebagai sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungannya. (khoyin, 2013, hal, 20)
Chaedar alwasilah menyebut lima definisi filsafat sebagaimana yang di himpun oleh Titus.
Kelima definisi ini menujukan ragam pemahaman manusia dan penggunaan terhadap filsafat,
yaitu sebagai berikut.
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
2. Filsafat adalah proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
di junjung tinggi oleh semua orang.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat adalah sebagian analisis logis dan bahasa serta penjelasan tentang arti dan
konsep.
5. Filsafat merupakan sekumpulan problem yang langsung mendapat perhatian dari manusia
dan yang dicarikan jawabannya.
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendesak.
Jujun suriasumanti menyebut bahwa bahasa merupakan serangkaian bunyi dan lambang yang
membentuk makna. Secara lebih lengkap, bahwa bahasa adalah sarana sistem untuk
mengomunikasikan ide-ide perasan dengan menggunakan tanda-tanda suara, gerakan atau
tanda yang memiliki makna yang dapat dipahami. Dalam KBBI, disebut bahwa bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbiter (manasuka) yang digunakan oleh suatu anggota
masyarakat untuk bekerja sema, berintraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Setiap orang mempunyai dan menggunakan bahasa. Berbahasa merupakan kegiatan rutin
manusia yang alamiah sebagaimana layaknya manusia bernafas. Namun, dapat dibayangkan
apabila manusia tidak memiliki bahasa, bumi akan membisu seperti pepohonan yang tumbuh
dan berkembang sebagaimana adanya. Manusia pantas bersyukur dengan bahasa yang
dimilikinya karna dapat mengidentifikasi tentang identitas dirinya sebagai manusia. Bahkan
merupakan alat komunikasi apabila di tinjau dari fungsinya.
c. Filsafat bahasa
Perhatian filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar dalam kenyataannya, banyak
persoalan filsafat. kemudian konsep filsafat itu akan menjadi jelas dengan menggunakan
analisis bahasa. Tokoh-tokoh filsafat analitika bahasa hadir dengan terapi analitika bahasanya
untuk mengatasi kelemahan kelemahan kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam
berbagai macam konsep filsafat. Berbeda dengan perkembangan F. De saussure filosofis
bahasa asal prancis yang telah meletakan dasar-dasar filosofis terhadap lingkungan.
Pandangannya terhadap hakikat bahasa telah membuka cakrewala baru bagi ilmu bahasa
yang sebelumnya hanya berkiblat pada tradisi yunani.
Dari pengertian di atas, bahasa berfungsi sebagai sarana analisis para filsuf dalam
memecahkan, memahami dan menjelaskan konsep dan problem filsafat (bahasa sebagai
subjek) kedua, bahasa sebagai objek material filsafat, sehingga filsafat bahasa membahas
hakikat bahasa itu sendiri. Hakikat bahasa sebagai substansi dan bentuk yaitu di samping
memiliki makna sebagai ungkapan pemikiran manusia, juga bahasa memiliki struktur bahasa.
Hubungan filsafat dengan bahasa sangat erat atau sangat penting. Begitu juga peran
(kegunaan) filsafat bahasa, sangat penting dalam pengembangan ilmu bahasa. Karena bahasa
adalah pengetahuan yang menyelidiki dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, asal,
dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu terfokus pada hakikat bahasa,
termasuk perkembangannya.
Menurut Bertrand Russell tugas filsafat adalah membangun dan mengembangkan bahasa
yang dapat mengatasi kelemahan dalam bahasa sehari-hari. Kita dapat memahami hakikat
fakta atau kenyataan dasar tentang struktur metafisik dan realitas kenyataan dunia yang
menjadi perhatian (khoyin, 2013, hal, 29). Hal terpenting adalah usaha untuk membangun
dan memperbaharui bahasa yang membuktikan bahwa perhatian filsafat memang berkenaan
dengan konsepsi umumu tentang bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya. Sebagai
bidang filsafat khusus, filsafat bahasa mempunyai kekhususan yaitu masalah yang di bahas
berkenaan dengan bahasa, jadi peran filsafat bahasa jelas sangat penting dalam
pengembangan ilmu bahasa. Akan tetapi berbeda dengan lingkungan ilmu bahasa dan
lingkungan yang membahas ucapan tata bahasa dan kosa kata, filsafat bahasa lebih berkenaan
dengan arti atau arti bahasa (semantik). Masalah pokok filsafat bahasa lebih berkenaan
dengan bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisis filsafat tidak
lagi dimengerti atau dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik formal maupun
matematik, tetapi didasarkan pada pengguna bahasa biasa. Oleh karna itu mempelajari bahasa
menjadi syarat mutlak apabila ingin membicarakan masalah-masalah filsafat karena bahasa
merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat.
Secara umum, orang akan berasumsi bahwa filsafat bahasa memuat pengertian
penggabungan dua kata ‘filsafat’ dan ‘bahasa’ asumsi tersebut mengacuh pada filsafat
tentang bahasa atau berfilsafat melalaui bahasa. Sederhananya filsafat bahasa merupakan
penyederhanaan konsep filsafat melalui alat bantu bahasa. Sebagai salah satu cabang filsafat,
filsafat bahasa adalah pemecahan filsafat melalaui analisis bahasa karena bahasa merupakan
sarana yang vital dalam filsafat, misalnya melalui berbagai macam pertanyaan filosofis
seperti kebenaran, keadilan, kewajiban, kebaikan dan pertanyaan fundamental filosofis
lainnya dapat di uraikan dengan analisis melalui bahasa atau analisis pengguna bahasa.
para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problem filsafat dapat dijelaskan melalaui
analisis bahasa. Sebagai contoh : problem filsafat yang menyangkut pertanyaan tentang
keadilan, kebenaran kebaikan dan lainya dapat dijelaskan dengan menggunakan metode
analisis bahasa. Tradisi inilah yang oleh ahli sejarah filsafat di sebut sebagai filsafat analitik.
Yang berkembang di eropa pada abad ke-20. (khoyin, 2013, hal, 65)
Bahasa tak pernah lepas dari menerangkan dan diterangkan, di dalam filsafat bahasa di
sebut dengan filsafat analitik. Secara etmologi, kata analitik berarti investigative, logos,
mendalam, sistematis, tajam dan tersusun. Berberpa pengertian tentang filsafat analitik secara
terminologi, yaitu:
Filsafat analitik adalah gerakan filsuf pada abad 20, aliran ini memusatkan perhatian pada
bahasa dan mencoba menganalisis pertanyaan-pertanyaan, konsep, ungkapan kebahasaan atau
bentuk yang logis untuk menemukan bentuk paling logis dan singkat yang sesuai dengan
fakta dan makna yang disajikan. Hal ini bagi filsafat analitik adalah pembentukan definisi
yang linguistik atau nonlinguistik nyata atau yang kontekstual. Filsafat analitik, secara umum
hendak mengklarifikasi makna dari pernyataan dan konsep dengan menggunakan analisis
bahasa.
Aliran ini dikenal pertama kali pada tahun 1918 yang di populerkan oleh bertand
russel (khoyin, 2013, hal, 69) kemudian mencapai puncaknya dalam pemikiran wittgenstain.
Atomisme logik adalah suatu pemahaman atau aliran yang berpandangan bahwa bahasa dapat
dipecah menjadi proposisi atomik atau proposisi elementer melalaui teknik analisis logik atau
analisis bahasa. Setiap proposisi atomik atau proposisi elementer saling mengacu pada fakta
atomik, yaitu bagian kecil dari realitas. Dengan pandangan demikian, kaum atomisme logik
bermaksud menunjukkan adanya hubungan yang mutlak antara bahasa dan realitas.
Bertand russel telah banyak menulis buku, ia menulis sekitar 71 buku dan brouser
tentang berbagai pokok, antara lain filsafat, masalah-masalah moral, pendidikan, sejarah,
agama dan politik. Pada tahun 1950 ia memperoleh hadiah nobel bidang sastra, namanya
menjadi mansyur si seluruh dunia, terutama karena pendekatan-pendekatannya yang
nonkonformistis tentang moral dan politik, dari sudut ilmiah, jasanya yang terbesar terdapat
di bidang logik matematis.
Adapun kata logik mengandung pengertian upaya untuk mengajukan alasan yang
tepat bagi pernyataan, sedangkan sintesis logis berarti menentukan makna pernyataan atas
dasar empirik atau pengalaman. Dengan demikian, russel menerapkan teknik analisis bahasa
untuk memisahkan masalah filsafat, namun russell lebih mendahulukan analisis logik dari
pada analisis sintasis logik karena teori yang bersifat empirik (didasarkan atas fakta) tidak
dapat menjangkau hal-hal yang bersifat universal. Demikan dapat di ketahui cara yang di
tempuh oleh russel dalam menyusun konsep analisis atomisme logik. Artinya melalaui titik
tolak bahasa logik itulah, ia menjalankan teknik analisis bagi filsafat bahasa untuk
memperoleh apa yang disebut dengan atom-atom logik.
Berdasarkan bahasa logik russel bermaksud menentukan corak logik yang terkandung
dalam suatu ungkapan. Russell melihat bahwa penyimpangan yang terjadi dalam bahasa
filsafat itu lebih banyak ditimbulkan oleh ketidakpahaman bahasa logik. Oleh karna itu russel
mensinyalir adanya perbedaan corak logik ini melalaui perbandingan antara dua kalimat
struktur logik yang berbeda .
Menurut russel seluruh pengetahuan hanya dapat dipahami apabila diungkapkan dengan
bentuk bahasa logik. Analisis bahasa yang benar dapat menghasilkan pengetahuan yang benar
pula tentang dunia, karna unsur paling kecil dari bahasa merupakan gambaran unsur paling
kecil dari dunia fakta (fakta atomik) dengan kata lain ada kesamaan antara struktur dunia
fakta atau realita pada suatu pihak dan dunia kata atau simbol. (khoyin, 2013, hal,77)
Wittgenstain dikenal luas sebagai tokoh filsafat bahasa yang mengalami dua masa pengeseran
filosofis, sehingga sering disebut sebagai wittgenstein I dan wittgenstein II. Jika pada masa
wittgenstein I, yamg di tandai dengan karyanya tractacus logico-philosophicus,
wittwgwnstein begitu ketat memaparkan “bahasas logik” yang mengidealisasikan keharusan
kesesuaian (uniformatus) logis antara struktur bahasa dan struktur realitas, agar bahasa dan
maknanya dapat dipahami secara logis, pada wittgenstein II dalam karyanya philosophical
investigastion “seolah” membantah pemikirannya sendiri. Ia menyatakan bahwa setiap kata
dalam bahasa bisa memiliki keberagaman (poliformitas) makna sesuai dengan keragaman
konteks yang mendasari penggunaan kata tersebut. Inilah yang dikenal luas dengan filsafat
bahasa biasa (ordinary language philosophy) yang berpuncak pada istilah “ tata permainan
bahasa” (language game)
Menurut wittgenstein, fakta itu adalah suatu peristiwa atau keadaan dan suatu peristiwa
itu adalah kombinasi dari benda atau objek cara hal itu berada di dunia. Dunia itu bukan
terdiri atas benda-benda atau benda itu bukan bagian dari benda. Objek itu merupakan
substansi dunia. Jadi yang dimaksud wittegenstein sebuah fakta adalah suatu keberadaan
peristiwa yaitu bagaimana objek-objek itu memiliki interrelasi dari keadaan, hubungan
kausalitas, kualitas, kuantitas, ruang, waktu, dan keadaan. Penggunaan bahasa logika yang
sempurna tersebut menunjukkan bawhwa unsur-unsur bahasa seperti kata dan kaliamat
dilakuakan secara tepat, sehingga kata hanya mewakili keadaan faktual tertentu. Beberapa hal
yang yang terdapat dalam teori ini adalah sebagai berikut
1. Bahasa di pakai hanya untuk satu tujuan, yaitu menetapkan keadaan-keadaan faktual
2. Kalimat-kalimat mendapatkan maknanya dengan satu cara, yaitu dengan
menggambarkan suatu keadaan faktual.
3. Setiap jenis bahasa hanya dapat di rumuskan dalam bahasa logika yang sempurna.
Bab kelima membahas filsafat bahasa dan hermeneutik, hermeneutika adalah proses
kejiwaan, seni untuk menentukan atau merekonstruksi proses batik. Yaitu penjelasan antara
kebenaran dan pembenaran, antara tafsir dan fakta, nilai, positif atau negatif dan
perbedaan pemikiran hermeneutika antara wittgenstain dan ricouer.
Kemudian di akhir buku ini menjelaskan tokoh-tokoh filsafat bahasa yang di anggap
sebagai penyebar benih filsafat bahasa, antara lain: Scorates, Aristoteles, Jhon Locke, David
Hume, Immanuel Kant, Dan Moor. Kemudian di paparkan juga pemikiran-pemikiran dan
sejarah mula dari pemikiran yang mereka rumuskan.
BAHASA PENGARANG
Bahasa pengarang dalam buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga
mudah dipahami oleh pembaca atau dengan kata lain pesan dan ilmu yang ingin
disampaikan oleh pengarang dapat dipahami langsung oleh pembaca tanpa ada kesulitan
dalam segi bahasa
Kelebihan buku ini adalah gaya bahasa yang cukup sederhana dengan di serta
beberapa contoh yang membuat pembaca sedikit demi sedikit mengerti mengenai hal yang
sedang di bahas.
Kesimpulan.
Filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat bahasa, sebab, asal, dan hukumnya. Adapun bahasa merupakan alat untuk
menyampaikan suatu pikiran yang merupakan hasil dari kerja akal di dalam otak.
Berdasarkan hal tersebut. Perhatian filsuf terhadap bahasa pun semakin membesar. Mereka
sadar dalam kenyataannya, banyak persoalan filsafat dan konsep filosofis menjadi jelas
dengan menggunakan filsafat bahasa. Para tokoh filsafat analitik bahasa hadir dengan terapi
analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan kekaburan, kekacauan yang selama ini ada
dalam berbagai macam konsep filosofis.
Sehubungan dengan filsafat yang mengkaji masalah berpikir secara benar. Peran
bahasa sangat penting dalam menentukan pernyataan yang benar ataupun tidak benar.
Dengan bertolak adanya premis serta kesimpulan yang diberikan. Apalagi persoalan bahasa
sangat rumit dan sulit di mengerti oleh manusia sebagai pelaku dan penafsiran bahasa.
Upaya manusia untuk menemukan kebenaran menjadi bagian yang saling menyalahkan.
Oleh karena itu, lambang-lambang dalam logika diciptakan untuk menghindari
ketidaktahuan arti dalam bahasa.
Untuk memperjelas lambang dan makna bahasa, buku filsafat bahasa ini mencoba
menelusuri dari ranah filsafat yang mengkaji segala persoalan dengan sangat mendalam
sehingga mengantar pembaca agar memahami dan mampu menjawab dengan tepat
persoalan-persoalan bahasa yang terus berkembang.