Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN BAHASA DAN PENGETAHUAN BAHASA

Tugasindividu

Mata Filsafat Bahasa

Dosen Pengampu :

AGUS HERMAWAN, M.Pd

Nama Penyusun :

ASMAUR RAHMAH

(NIM: 1688201005)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu dan bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahasa merupakan perantara kita dalam

menyampaikan suatu ilmu. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah, muncul problem yang

serius dan dapat diselesaikan dengan bantuan filsafat. Bahasa sering tidak mampu membebaskan

diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak

digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan

kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat sangat berperan dalam menentukan kualitas bahasa.
Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara

berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-

kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan sebuah

bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus. Secara terminologi,

menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada sekarang dari bahasa

itu serta usaha-usaha lebih lanjut. Pandangan-pandangan pada filsafat bahasa berbeda terutama

atas masalah hubungan antara yang dipikirkan dan yang diucapkan. Jadi dengan bahasa bukan

saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang

sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat

mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun

sangat senang, dia mulai membuka suara. Lewat seni suara dia akan mengekspresikan

perasaannya, kedukaan, dan kesukaan lewat liku nada kata-kata.


Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting

dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat

dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika
(sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir (Sarwono, 2006: 13). Upaya- upaya

penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi.

Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktifitas-aktifitas yang

diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak

dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.


Makalah ini membahas konsep-konsep dan paradigma tentang ilmu dan bahasa sebagai

landasan untuk memahami peran penting bahasa dalam pengembangan ilmu, karakteristik bahasa

yang mendukung pengembangan ilmu, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan bahasa sebagai pendukung pengembangan ilmu. Pembahasan diawali dengan

memaparkan hakikat ilmu dan bahasa sebagai titik tolak dan dilanjutkan dengan pembahasan

tentang peran bahasa dalam pengembangan ilmu, yang menyoroti hubungan bahasa dan pikiran

dan bahasa sebagai media komunikasi.


Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menyusun makalah dengan bahasan Ilmu

dan Bahasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah hakikat dari Ilmu?


2. Apakah hakikat dari Bahasa?
3. Bagaimanakah Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains?
4. Bagaimanakah pengambilan ketetapan Quo Vadis?
5. Bagaimanakah Politik Bahasa Nasional?
C. Tujuan Makalah
Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan hakikat dari Ilmu
2. Menjelaskan hakikat dari Bahasa
3. Menjelaskan Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains
4. Menerangkan pengambilan ketetapan Quo Vadis
5. Menjelaskan Politik Bahasa Nasional
D. Kegunaan Makalah
1. Secara Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa.
b. Menambah pengetahuan dan memberi kemudahan dalam mempelajari Filsafat Ilmu khususnya

dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa.


2. Secara Praktis
a. Bertambahnya wawasan mahasiswa terhadap Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan

Bahasa
b. Dapat mengikuti perkembangan Ilmu dan Bahasa
c. Memahami makna Filsafat Ilmu dengan Kajian Ilmu dan Bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Ilmu
(science) dan pengetahuan (knowledge) adalah dua bidang yang berbeda. Pengetahuan

(knowledge) merupakan kumpulan upaya dan pemahaman, pikiran, perasaan, dan pengalaman

yang diperoleh manusia ketika berinteraksi dengan orang lain dan alam sekitarnya, yang

kemudian diabstraksi dalam bentuk pernyataan, ungkapan artistik, teori, dalil, rumus atau

hukum. Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: knowledge merupakan terminologi generik

yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara

menyulam, dan biologi.... Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge),

membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh dengan

observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di

bidang (pengetahuan) itu.


B. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek

faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Bahasa adalah sistem lambang bunyi

ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat pemakainya. Sebagi contoh kita
menggabungkan bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata atau butir leksikal sesuai dengan

aturan dari bahasa yang kita gunakan, butir-butir leksikal ini kemudian digabungkan lagi untuk

membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa dengan

demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbiter.
Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama yakni pertama, bahasa sebagai sarana

komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok

manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat kita sebutkan sebagai

fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua dapat kita sebutkan sebagai fungsi kohesif atau

integratif.
Hubungan bahasa dan ilmu diantaranya: (1) ilmu dapat berkembang jika temuan dalam

ilmu itu disebarkan (dipublikasikan) melalui tindakan komunikasi (2) temuan itu kemudian

didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmu lainnya (3)

dalam proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media (komunikasi).

Peran Bahasa Dalam Ilmu

Peran bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional bahasa sebagai

media berpikir dan media komunikasi. Sehubungan dengan itu, pembahasan tentang

permasalahan ini akan disoroti dalam dua bagian: (1) hubungan bahasa dan pikiran dan (2)

bahasa sebagai media komunikasi.

(1) Hubungan Bahasa dan Pikiran

Berpikir merupakan aktivitas mental yang tersembunyi, yang bisa disadari hanya oleh

orang yang melakukan aktivitas itu. Miller mengatakan bahwa tindakan berpikir sering

digambarkan sebagai kegiatan berbicara pada diri sendiri (intrapersonal communication),

mengamati dan memanipulasi gambar-gambar mental. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia

bisa membahas obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang tidak berada atau sedang berlangsung
disekitarnya. Kemampuan berpikir juga kadang-kadang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tanpa mencoba berbagai alternatif solusi secara langsung (nyata).

Peran penting bahasa dalam inovasi ilmu terungkap jelas dari fungsi bahasa sebagai

media berpikir. Melalui kegiatan berpikir, manusia memperoleh dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dengan cara menghimpun dan memanipulasi ilmu dan pengetahuan melalui

aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, dan membayangkan. Selama

melakukan aktivitas berpikir, bahasa berperan sebagai simbol-simbol (representasi mental) yang

dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan tidak diperoleh melalui penginderaan.

Setiap kali seseorang sedang memikirkan seekor harimau, misalnya, dia tidak perlu

menghadirkan seekor harimau dihadapannya. Makalah-makalah yang relevan, yang berfungsi

sebagai representasi mental tentang harimau, sudah dapat membantunya untuk memikirkan

hewan itu. Cassirer (dalam Suriasumantri, 1990: 71) mengatakan manusia adalah Animal

symbolicum, mahluk yang menggunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan lebih

luas dari homo sapiens, mahluk yang berpikir. Tanpa kemampuan menggunakan simbol ini,

kemampuan berpikir secara sistmatis dan teratur tidak dapat dilakukan.

Bahasa memang tidak selalu identik dengan berpikir. Jika seseorang ditanya apa

yangsedang dipikirkannya, dia akan menggambarkan pikirannya melalui

bahasa.meskipunpikirannya tidak berbentuk simbol-simbol linguistik ketika dia ditanya, dia

pastimengungkapkanpikiran itu dalam bentuk simbol-simbol linguistik agar proses

komunikasidengan penanya berjalan dengan baik. Namun, meskipun bahasa tidak identik

denganberpikir,berpikir tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bahkan, karakteristik bahasa

yangdimiliki seseorang akan menentukan objek apa saja yang dapat dipikirkannya. Berbagai

filsuf menyatakan bahwa suku-suku primitif tidak dapat memikirkan hal-hal yangcanggih
bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tetapi karena bahasa mereka tidakdapat memfasilitasi

mereka untuk melakukannya. Kenyataan initerungkap jelas dalam diri mahasiswa yang sedang

belajar di luar negeri. Dia akan berhasilmenyelesaikan studinya hanya jika dia menguasai bahasa

yang digunakan dalam prosespembelajaran. Mengingat betapa pentingnya peran bahasa dalam

proses ini, tidaklahberlebihan bila Tomasello menegaskanbahwa bahasa adalah fungsi

kognisitertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan.

Selaras dengan itu, pandangan berbagai antropolog budaya juga menunjukkan

bahwabahasa juga berperan dalam membentuk, mempengaruhi, dan membatasi

pikiran.Penelitian tentang kemampuan mengingat warna membuktikan bahwa peserta yang

bahasaibunya memiliki kata untuk warna yang diujikan terbukti lebih mampu mengingat warna-

warna tersebut. (Wikipedia,2008). Sehubungan dengan itu, Miller menegaskan: language exerts

a molding and constraining influence on thought. Variasipengungkapan pengalaman melalui

bahasa yang berbeda sangat erat hubungannya denganvariasi pandangan hidup atau kebudayaan

dalam masyarakat manusia. Karena bahasadipelajari seseorang sejak usia dini, dan bahasa

tersebut merupakan sarana utama baginyauntuk mempelajari segala sesuatu, termasuk budaya

dan pandangan hidup, bahasa itu akanmempengaruhi persepsinya tentang realitas. Sebagai

contoh, ungkapan Time flies, Elreloj anda (waktu berjalan, bahasa Spanyol) dan Waktu

berjalan bisa dihubungkandengan perbedaan antara persepsi orang Amerika, orang Spanyol dan

orang Indonesiatentang waktu. Orang Amerika selalu bergegas dan memanfaatkan waktu sebaik-

baiknya, sedangkan orang Spanyol dan orang Indonesia cenderung memandang hidup lebih

santai(Rahmat, 2005 :274).

Hal ini ditegaskan oleh hasil penelitian Ford dan Peat (1988) yang mempertanyakan:Do

we speak (have language) because we think, or do we think because we speak?Penelitian itu


mengungkapkan bahwa pengaruh realitas bahasa seseorang terhadappikirannya lebih dominan

daripada pengaruh pikirannya terhadap bahasanya. Bahasa tidakhanya berperan sebagai

kendaraan yang digunakan untuk menyalurkan informasi tetapijuga sarana untuk membentuk

pikiran. Sebagai ilustrasi, struktur bahasa Inggris yang liniermembuat penutur asli bahasa Inggris

selalu berpikir (bahkan bertindak) to the point. Halini dapat dibandingkan dengan struktur

bahasa di Timur yang cenderung melingkar atauzigjag. Secara umum, pemikiran dan tindakan

orang Timur tidak se-to the point orangAmerika. Penelitian yang dilakukan di Australia pada

sekelompok anak berusia 4-5 tahundaridua komunitas asliWarlpiri dan Anindilyakawayang

tidak memiliki ungkapanverbal untuk angka menunjukkan bahwa anak-anak tersebut dapat

mengerjakan (berpikir)beberapa operasi matematika dasar tanpa menggunakan bahasa. Akan

tetapi, merekamengakui juga bahwa untuk memikirkan konsep-konsep yang lebih rumit, para

pesertamembutuhkan bahasa. Rumus-rumus ilmiah, seperti E=MC 2, misalnya tidak

akanbermakna bagi seseorang bila dia tidak mengetahui pengertian dari Energy (E),Mass (M)dan

speed of light (C).

(2) Bahasa Sebagai Media Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu jantung pengembangan ilmu. Setiap ilmu dapatberkembang

jika temuan-temuan dalam ilmu itu desebarluaskan (dipublikasikan) melaluitindakan

berkomunikasi. Temuan-temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang,dikembangkan,

disintetiskan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmuwan lainnya. Hasil-hasil diskusi, sintetis,

penelitian ulang, penerapan, dan pengembangan itu kemudiandipublikasikan lagi untuk

ditindaklanjuti oleh ilmuwan lainnya. Selama dalam prosespenelitian, perumusan, dan publikasi

temuan-temuan tersebut, bahasa memainkan peransentral, karena segala aktivitas tersebut

menggunakan bahasa sebagai media.


Dalam penelitian dan komunikasi ilmiah, setiap ilmuwan perlu mengembangkan

danmemahami bahasa (terutama jargon-jargon akademis dan terminologi khusus) yangdigunakan

dalam bidang yang ditekuni. Tanpa bahasa yang mereka pahami bersama,kesalahpahaman akan

sulit dihindari dan mereka tidak dapat bersinergi untukmengembangkan ilmu.


C. Terminologi Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Sains
a. Dua jenis Ketahuan

Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiraan, pengalaman,

pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan tanggapan

tersebut dalam dirinya dalam bentuk ketahuan umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah

dan filsafat.

Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara sebagai

alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan

manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui

tersebut tanpa memperhatikaan obyek, cara dan kegunaannya kita masukkan ke dalam kategori

yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.

Knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita

tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk membedakan

tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok knowledge terdapat tiga kriteria yakni:
1. obyek ontologis, adalah obyek yang ditelaah yang membuahkan pengetahuan (knowledge).

Umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan benda/ jasa dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya.


2. landasan epistemologis, berhubungan dengan cara yang dipakai untuk mendapatkan

pengetahuan (knowledge). Landasan epistemologis berbeda untuk tiap bentuk apa yang diketahui

manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan

epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.


3. landasan aksiologis, adalah nilai kegunaaan dari pengetahuan (knowledge). Landasan

aksiologis juga dapat dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan (knowledge). Nilai kegunaan

filsafat berbeda dengan nilai kegunaan fisika nuklir.


Jadi seluruh bentuk dapat digolongkan ke dalam kategori pengetahuan (knowledge)

dimana masing-masinng bentuk dapat dicirikan oleh karakterisktik:


1. obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat

pancaindera atau alat yang membantu kemampuan pancaindera.


2. landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika

induktif dengan pengajuan hipotesis atau disebut logico-hyphotetico-verifikasi.


3. landasan aksiologis: kemaslahatan manusia. Artinya segenap ujud pengetahuan (knowledge)

secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

Bentuk pengetahuan (knowledge) dalam bahasa inggris adalah science. Ilmu (science)

merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge) yang bersifat spesifik yang mempunyai obyek

ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas.

Sains merupakan adopsi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana sains adalah

terminologi yang dipinjam dari bahasa inggris yakni science. Pembentukan kata sifat dengan

kata dasar sains ini adalah agk janggal dalam struktur bahasa Indonesia. Kemudian, terminologi

science dalam bahasa asalnya penggunaannya sering dikaitkan dengan natural science seperti

teknik. Maka teminologi science sering dikaitan dengan teknologi. Sederhananya bahwa ilmu-

ilmu sosial bukanlah sains atau dengan kata lain sains hanya digunakan untuk ilmu-ilmu alam

saja. Padahal bila merujuk pada pengertian dari science adalah ilmu, yang berarti mencakup

ilmu-ilmu sosial dan juga ilmu-ilmu alam. Jadi adopsi sains dari kata science adalah kurang

tepat.
D. Quo Vadis

Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, secara de facto

dalam kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam
metode ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini

ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata

ilmu saja untuk sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu

pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge.

E. Politik Bahasa Nasional

Bahasa mempunyai dua fungsi utama yakni pertama, sebagai sarana komunikasi antar

manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang

mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi

komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pengembangan suatu

bahasa harus memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang

dalam pertumbuhannya.

Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional. Alasan utama bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa nasional pada waktu itu

ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan

berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia. Bahasa Indonesia selaku fungsi

komunikatif yakni fakta bahwa bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari sebagian besar

penduduk, namun bila dikaji lebih mendalam, maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif

merupakan kriteria yang menentukan. Penekanan pada fungsi kohesif dari bahasa selaku alat

perjuangan untuk mempersatukan dan memerdekakan bangsa, pilihan dijatuhkan pada bahasa

melayu.

Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni pertama,

bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif),

kedua berkonotasi sikap (afektif) dan ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Fungsi komunikasi
bahasa dapat diperinci menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran. Perkembangan bahasa pada

dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan

perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut.

Pengembangan bahasa Indonesia sebagai milik nasional dalam artian yang sedalam-dalamnya,

maka harus dicegah dominasi bahasa Indonesia oleh salah satu bahasa daerah dan harus

diarahkan agar bahasa Indonesia menghimpun khasanah kata-kata yang terbaik dari seluruh

bahasa daerah kita.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan pembahasan maka dapat disimpulkan ilmu dan

bahasa memiliki keterkaitan satu sama lain. ilmu dapat berkembang, melalui publikasi ilmiah

dengan menggunakan komunikasi bahasa yang baik. Keterkaitan ini didukung dengan hakikat

dari ilmu dan bahasa itu sendiri, terminologi ilmu, ilmu pengetahuan (knowledge) dan sains,

ketetapan quo vadis dan politik bahasa nasional.

Hakikat ilmu Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: knowledge merupakan

terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi,

seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi.... Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan

(knowledge), membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh

dengan observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala

tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Hakikat bahasa, bahasa memiliki fungsi komunikatif dan

fungsi integratif. Terminologi terdiri dari obyek ontologis (obyek yang ditelaah yang

menghasilkan pengetahuan), landasan epistemologis (cara mendapatkan pengetahuan) dan

landasan aksiologis (nilai kegunaan suatu pengetahuan). Quo vadis menetapkan Terminologi

Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Politik bahasa nasional menetapkan

bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia berdasarkan fungsi bahasa secara integratif.

B. SARAN

Merujuk pada keterkaitan antara ilmu dan bahasa, sebaiknya penggunaan bahasa lebih

dikembangkan lagi dengan bahasa yang baik dan benar sehingga diharapkan dengan adanya

bahasa yang baik dan benar, transfer ilmu dapat berjalan dengan baik tanpa adanya salah paham.

Kemudian, mengupayakan pengembangan bahasa sebagai sarana berpikir dan berbicara, baik

dalam kalangan masyarakat keilmuan maupun non kelimuan.


DAFTAR PUSTAKA

http://ariztik.wordpress.com,penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-prosep
penalaran. 26/04/2012, 20:10

http://indrastomo.blogspot.com/2012/06/makalah-ilmu-dan-bahasa.html
http://jowofile.jw.lt/ebook/files5,Peranan-Filsafat-Bahasa-Dalam
Pengembangan-Ilmu-Bahasa. 27/04/2012, 20:18

http://www.scribd.com/doc/13236846/ILMU-DAN-BAHASA-ivate-max
age-0-must-revalidate-Content-Length-27-X

Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Anda mungkin juga menyukai