Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REVIEW

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

DOSEN PENGAMPU :

OLEH KELOMPOK 6 :

Bima Nasution

Eben ezer simarmata


2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR) tepat pada waktunya. Adapun tujuan dibuatnya
tugas ini untuk memenuhi tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dan untuk menambah wawasan
baik dari penulis maupun pembaca. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar di Universitas Negeri Medan dan semua
pihak teristimewa kepada orang tua yang telah memberikan dorongan dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangannya, baik dalam isi maupun
sistematiknya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan tugas ini. Akhir
kata penulis mengharapkan semoga tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini dapat memberikan
manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Medan, 25 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sehubungan dengan diterapkannya kurikulum KKNI pada Universitas Negeri Medan,
para mahasiswa/i dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan ide dan
kreativitasnya. Dalam Critical Book Report ini mahasiwa dituntut untuk mengkaji dan
mengkritisi sebuah buku, dimulai dengan membaca lalu meringkas menjadi satu kesatuan
yang utuh selanjutnya dibandingkan dengan buku yang lain untuk dikritisi termasuk
didalamnya mengkritisi kelemahan dan keunggulan dari buku.

1.2. Tujuan
Critical book report ini, bertujuan untuk :
a) Mengulas (menelaah) isi buku.
b) Melatih untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari sebuah buku.
c) Membandingkan akan kebenaran isi buku terhadap buku pembanding, termasuk
didalamnya akan kekuatan dan kelemahan isi buku.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dalam critical book report ini yaitu:
a) Mahasiswa mengetahui dan memahami isi buku.
b) Mahasiwa memperoleh ilmu dan pengetahuan yang lebih mengenai kimia analitik.
c) Mengetahui akan keunggulan dan kelemahan sebuah buku dibandingkan dengan buku
pembanding.
d) Menumbuhkan kekreatifan dan berpikir kritis dalam menelaah sebuah buku. 
BAB II

ISI BUKU

2.1. Identitas Buku


Buku Utama :
Judul Buku : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Pengarang : Elly M. Setiadi, Kama Abdul Hakam,Ridwan Effendi
Penerbit :KENCANA
TahunTerbit : 2017
Kota Terbit : Jakarta
Edisi :3
Cetakan : 13
Jumlah Bab :8
Halaman : xiv + 226 + cover
Ukuran : 13,5 x 20,5 cm

Buku Pembanding :
Judul Buku : Ilmu Sosial Budaya Dasar
Pengarang : Muhammad Syukri Albani Nasution, M. Nur Husein Daulay,
Neila Susanti, Syafruddin Syam
Penerbit : PT lujaCra rafindo Persada
TahunTerbit : 2015
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Bab :9
Halaman : ix + 243 + cover
Ukuran : 13,5 x 21cm
2.2. Ringkasan Isi Buku
Buku Utama

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Pemikiran

1. latar BelaKang Pedagogis

Keinginan untuk memberikan ilmu pengetahuan seban yakbanyaknya kepada mahasiswa


merupakan dorongan yang logis bagi dosen tatkala memerankan dirinya sebagai pengajar dan
pendidik dia akan berusaha semaksimal mungkin agar setiap ilmu pengetahuan yang dimiliki
tersebut dapat tersampaikan kepada mahasiswa dalam waktu singkat. Oleh karena itu, mahasiswa
diharapkan menjadi pribadi anggota keluarga dan masyarakat yang baik sesuai dengan nilai-nilai
pandangan hidup bangsanya. Melalui pemikiran ini diharapkan mendorong peran dosen tidak
hanya menggunakan ceramah monolog atau komunikasi satu arah, melainkan mampu
menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialog kreatif.

2. Dasar Yuridis

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40
ayat 1 butir e dikemukakan bahwa: “Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh
kesempatan menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.” Dengan demikian, mahasiswa harus diajak untuk memahami
berbagai gejala yang terjadi dalam kehidupan manusia melalui perspektif masyarakat,
kebudayaan, dan lingkungan alam dengan pembahasan kritisanalitis, sehingga proses
pembelajaran yang interaktif, dialog kreatif, diskusi, dan demonstrasi lebih diharapkan
ketimbang ekpose verbal, ceramah, monolog, dan komunikasi satu arah.

1.2. Visi, Misi, Tujuan, Dan Bahan ISBD


visi ISBD sebagai berikut: “Mahasiswa selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
memiliki landasan pengetahuan, wawasan, serta keyakinan untuk bersikap kritis, peka, dan arif
dalam menghadapi persoalan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat”.

Misi ISBD sebagai berikut:

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman, kesetaraan dan

1. sosial dan budaya. Organisasi bahan harus disusun menurut struktur disiplin ilmunya baik
penyusunan konsep maupun sintaksisnya.
2. Tujuannya menumbuhkan warga negara yang baik. Oleh karena itu, ISBD harus
merupakan “a uniied coordinated holistic study of men living in societes” (Hanna, 63).
3. Kompromi antara pendapat pertama dan kedua.
4. ISBD dimaksudkan mempelajari bahan-bahan yang sifatnya tabu, tertutup (closed areas)
atau controversial issues yang timbul dalam bidang ekonomi, politik, sejarah, hukum, moral, dan
lain-lain.
a. dapat mempelajari masalah sosial dan budaya yang perlu dipecahkan;
b. iklim kelas mencerminkan kehidupan demokratis;
c. melatih berbeda pendapat; dan
d. bahan tabu dekat kegunaannya dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat.

1.3 Pentingnya Pendekatan Interdisipliner Dalam Isbd


Pentingnya pendekatan interdi sipliner ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat
masalah sosial dan budaya secara lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka di kemudian
hari dapat berperan serta memecahkan masalah-masalah sosial. pendekatan monodisiplin.
Artinya menggunakan disiplin tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmuilmu budaya (seperti
sejarah, geograi, hukum, politik, sosiologi, antropologi, seni, sastra, dan psikologi sosial) secara
terpisah. Tetapi perlu menggunakan pendekatan multidisiplin secara integratif untuk
memecahkan masalah sosial dan budaya, karena hakikat masalahnya kompleks sehingga
memerlukan kajian dari berbag ai disiplin ilmu, baik secara interdisipliner yang menggunakan
berbagai disiplin ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu masalah maupun crossdisipliner
(penggunaan dua disiplin dari sudut pandang yang berbeda) atau transdisipliner (penggunaan
berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji suatu masalah.
Penggunaan pendekatan multidisiplin dalam proses pembelajaran ISBD bisa menggunakan
pendekatan struktural, yaitu beberapa disiplin ilmu sosial atau disiplin ilmu budaya digunakan
sebagai alat untuk mengkaji masalah.
1.4 Beberapa Alternatif Model Pembelajaran ISBD

1.5 Proses Pembelajaran Berbasis Portofolio


1. Pengertian
Istilah portofolio yang paling sering dikenal terdapat di lapangan pemerintahan, terutama
ketika menunjuk pada menteri yang tidak membawahi suatu departemen, biasanya menteri
seperti itu disebut menteri negara atau minister without portofolio, akan tetapi di dunia
pendidikan istilah itu sangat berbeda dan masih relatif baru. U. Syarifudin (2002: 31)
mengatakan bahwa portofolio adalah tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis
melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan, sehingga secara utuh
melukiskan integrated learning experiences atau pengalaman belajar terpadu yang dialami oleh
mahasiswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan.
2. langkah-langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran berbasis portofolio (D. Budimansyah, 2002) meliputi kegiatan sebagai
berikut:
A. Mengidentifikasi Masalah
Dalam kegiatan ini mahasiswa diminta untuk menjawab hal-hal sebagai berikut:
(a) apakah masalah ini merupakan masalah penting bagi saudara atau masyarakat
(mengapa)?;
(b) lembaga manakah yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut?;
(c) kebijakan apakah yang telah diambil oleh lembaga tersebut untuk mengatasi masalah
tersebut?;
(d) apakah keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut?;
(e) apakah kebijakan tersebut dapat diperbaiki?;
(f) adakah silang pendapat terhadap kebijakan tersebut di masyarakat;
(g) di manakah kalian akan mendapat informasi lebih banyak tentang masalah tersebut?;
(h) adakah masalah lain di masyarakat yang berguna untuk dikaji oleh kelompok lain?
B. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
Setiap kelompok kecil yang telah menetapkan masalah masing-masing berdasarkan dukungan
informasi yang relatif memadai, maka mengajukan masalahnya pada kelompok kelas untuk
dipilih salah satu berdasarkan hasil keputusan kelas.
Langkah untuk mengumpulkan informasi bisa dilakukan dengan cara:
a. mengunjungi langsung sumber informasi (misaln ya, ke perpustakaan, biro kliping, Biro
Pusat Statistik, dan lain-lain);
b. menghubungi sumber informasi melalui telepon (bisa dilakukan langsung untuk
mendapatkan data yang telah disiapkan dengan daftar wawancara atau hanya sekadar membuat
perjanjian untuk bertemu);
c. membuat janji untuk mengadakan wawancara melalui kunjungan langsung, lewat telepon
atau permohonan melalui surat (kegiatan ini diperlukan untuk menetapkan waktu wawancara
untuk mendapatkan informasi dari individu atau kelompok, seperti untuk wawancara dengan
anggota legislatif, pejabat PEMDA, Kelompok LSM/ORMAS/ ORPOL atau tokoh masyarakat,
dan lain-lain); (d) memohon informasi melalui surat.
D. Mengembangkan Portofolio Kelas
Pada sesi ini, mahasiswa dikelompokkan kembali menjadi empat kelompok: Pertama
kelompok yang akan menjelaskan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab menjelaskan
mengapa masalah itu penting dibahas baik dari sudut individu kelompok maupun pemerintah
dengan argumentasi yang rasional didukung oleh data-data akurat yang telah dikumpulkan.

enelitian tindakan kelas.

BAB II

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Budaya

Budaya adalah bentuk jamak dari kata “budi” dan “daya” yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata
“budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi
yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture. Dalam
bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur. Dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera.
Colera berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani).
Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:

1) E.B. Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, ke- senian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh ma nusia sebagai anggota masyarakat.

2) R. Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai konigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.

3) Koentjaraningrat (1923-1999), kebud ayaan adalah kesel uruhan sistem gagasan,

1) terakhir ini disebut pula kebudayaan isik. Di mana wujud budaya ini hampir seluruhnya
merupakan hasil isik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat).

C. Substansi (Isi) Utama Budaya

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan
manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu
sendiri, baik dalam bentuk maupun berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.

1. sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi
dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami: alam sekitar; alam lora di daerah
tempat tinggal; alam fauna di daerah tempat tinggal; zat-zat bahan mentah, dan benda-benda
dalam lingkungannya; tubuh manusia; sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia; dan ruang
dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia, maka melakukan tiga cara, sebagai
berikut:

a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial.


b) Melalui pengalaman yang diperoleh baik pendidikan formal/ resmi (di sekolah) maupun
dari pendidikan nonformal (tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran, dan
ceramah.
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi
simbolis.

2. nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh
seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. C. Kluchohn (1905-1960) mengemukakan, bahwa
yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, sebagai berikut: a) Hakikat hidup manusia (MH); b) Hakikat karya manusia (MK); c)
Hakikat waktu manusia (MW); d) Hakikat alam manusia (MA); e) Hakikat hubungan
antarmanusia (MM).

3. Pandangan hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau
mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.

4. KePercaYaan

Kepercayaan mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

5. Persepsi

Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat
kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan Persepsi
terdiri atas:

l) persepsi sensoris, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia

2) persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain

3) persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain.
6. etos KeBudaYaan

Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas.
Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga
masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang
asing.

D.Sifat-Sifat Budaya

Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut sebagai berikut:

1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.

2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati
dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.

4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajibankewajiban, tindakan-tindakan yang


diterima dan ditolak.

3.5 Sistem Budaya

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri atas
pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan
merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai
adat istiadat.

E. Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam
kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain.
Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun materiel.

F. Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan

Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan sebagai
berikut: 1.Physical Environment, 2.Cultural Social Environment, 3.Environmental Orientation
and Representation, Environmental Behavior and Process, Out Carries Product. Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam
lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan
lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

G. Proses Dan Perkembangan Kebudayaan


Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahanper ubahan di segala bidang, termasu

Buku Pembanding

BAB I

HAKIKAT DAN RUANG LINCKUP ISBD

A. Hakikat Dan Ruang Lingkup Isbd

Masalah budaya adalah segala sistem atau tata nilai atau sikap mental, pola pikir, pola tingkah
laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi masyarakat secara
keseluruhan, atau dapat dikatakan bahwa masalah budaya adalah tata nilai yang dapat
menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan yang akan menyebabkan “ dehumanisasi “ atau
terjadi pengurungan terhadap seseorang. Masalah tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan
yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya. Ilmu sosial budaya
dasar identik dengan Basic Humanities. Humanities berasal dari kata latin Human yang berarti
manusiawi, yang berbudaya dan berbudi halus ( refined ) diharap seseorang mempelajari Basic
Humanities tidaklah sama dengan the humanities (pengetahuan budaya) yang menyangkut
keahlian filsafat dan seni; seni pahat, seni tari dan lain-lain.
Latar belakang diberikannya mata kuliah ilmu sosial budaya dasar adalah selain melihat konteks
budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi, dalam rangka
menyempurnakan pembentukan sarjana. Latar belakang ilmu sosial budaya dasar dalam konteks
budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
1. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala
keanekaraman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya,
2. Proses pembangunan yang sedang berlangsung terus menerus menimbulkan dampat positi dan
dampak negative berupa terjadinya pergeseran nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental
manusiapun terkena pengaruhnya.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia,
menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung terhadap
kemajuan yang telah diciptakannya itu.
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Bahan ISBD

Visi dari ISBD yaitu :

“Agar berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka, dan arif dalam
memahami keragaman, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan
moral dalam kehidupan kemasyarakatan”

Misi ISBD adalah :

didalam buku Ilmu sosial Budaya Dasar, dituliskan bahwa misi ISBD adalah sebagai berikut :
“Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis , peka, dan arif
pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat selaku individu dan mahluk sosial yang beradab serta bertanggung
jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya”

Selain itu, misi isbd juga seperti berikut :

Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman, kesetaraan dan martabat manusia
sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat.

Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum dan budaya sebagai landasan untuk
menghormati dan menghargai antara sesama manusia sehingga akan terwujud masyarakat yang
tertib, teratur dan sejahtera

Memberikan dasar-dasar untuk memahami masalah sosial dan budaya serta mampu bersikap
kritis, analis dan responsif untuk memecahkan masalah tersebut secara arif di masyarakat.

Tujuan Umum ISBD antara lain :


1. pengembangan kepribadian manusia sebagai manusia mahluk sosial dan mahluk budaya

2. keampuan menanggapi secara kritis dan berwawasan luas masalah sosial budaya dan masalah
lingkungan sosial budaya

3. kemampuan menyelesaikan secara halus, arif dan manusiawi masalah-masalah

Tujuan Khusus ISBD :

1. Mempertajam kepekaan terhadap sosial budaya dan lingkungan sosial budaya terutama untuk
kepentingan profesi

2. Memperluas pandangan tentang masalah sosial budaya dan masalah kemanusiaan serta
mengembangkan kemampuan daya kritis terhadap kedua masalah tersebut

3. Menghasilkan calon pemimpin bangsa dan negara yang tidak bersifat kedaerahan dan tidak
terkotak-kotak oleh disiplin ilmu yang ketat dalam menanggapi dan menangani masalah dan
nilai-nilai dalam lingkungan sosial budaya

4. Meningkatkan kesadaran terhadap nilai manusia dan kehidupan manusiawi

5. Membina kemampuan berpikir dan bertindak objektif untuk menangkal pengaruh negatif yang
dapat merusak lingkungan sosial budaya.

C. Pentingnya pendekatan interdisiplines dalam ISBD

Sejak semula munculnya Basic Social Studies (Ilmu Sosial Dasar) dan Basic Humanities (Ilmu
Budaya Dasar) sekitar tahun 1970-an dilatarbelakangi oleh pemikiran untuk mendekatkan
berbagai disiplin ilmu, sehingga mendorong Mahasiswa untuk melihat permasalahan dalam
masyarakat secara interdisipliner (Numan Somantri, hlm. 268). Pentingnya pendekatan
interdisipliner ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat masalah sosial dan budaya secara
lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka di kemudian hari dapat berperan serta
memecahkan masalah masalah sosial. Tetapi perlu menggunakan pendekatan multidisiplin secara
integratif untuk memecahkan masalah sosial dan budaya, karena hakikat masalahnya kompleks
sehingga memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu, baik secara interdisipliner yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu masalah maupun
crossdisipliner (penggunaan dua disiplin dari sudut pandang yang berbeda) atau transdisipliner
(penggunaan berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji suatu
masalah. Dengan demikian, seluruh bahan itu harus disusun terlebih dulu secara sistematis
menurut salah satu disiplin utama yang menjadi pokok kajian.

D. Beberapa Alternatif Model Pembelajaran ISBD

Beberapa model pembelajaran yang disebutkan sangat membutuhkan keterampilan untuk


menguasai teknik pemecahan masalah. Masalah sendiri dapat diartikan setiap kesulitan yang
merintangi atau belum ada jawabannya secara pasti dan membutuhkan pemecahannya apabila
manusia ingin maju dan berkembang terus. Tentu pengertian itu berbeda denagn persoalan yang
bisa diartikan sebagai suatu masalah yang sudah ada jawabannya. Dalam ISBD sebaiknya yang
dipecahkan itu bukan persoalan , akan tetapi masalah.

John dewey dalam bukunya, How We Think (1910), mengemukakan langkah pemecahan
masalah sebagai berikut : (a) A feeling of perplexy; (b) The definiton of the problem; (c)
Sugesting an testing hypotheses; (d) Development of the best solution by reasoning and (e)
Testing of the conclution followed by consideration of necessary. Kalau disederhanakan sama
dengan langkah-langkah kegiatan ilmiah, yaitu mulai : (a) Merasakan adanya masalah; (b)
Merumuskan masalah; (c) Menetapkan hipotesis atau membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian
untuk memecahkan masalah; (d) menetapkan sumber data yang akan dijadikan objek penelitian;
(e) Membuat instrumen untuk melakukan penelitian, (f) Melakukan pengumpulan data; (g)
Melakukan klasifikasi dan analisis data; (h) Menguji hipotesis atau pembahasan hasil penelitian;
(i) Rekomendasi.

E. Proses Pembelajaran Berbasis Portofolio

1. Pengertian

Istilah portofolio berasal dari kata kerja ‘potare’ berarti membawa dan kata benda bahasa latin
‘foglio’, yang berarti lembaran atau ‘kertas kerja’. Portofolio tempat berisikan benda pekerjaan,
lembaran, nilai dan professional. Dalam konteks pendidikan, pengertian portofolio menurut D.
Budimansyah portofolio sebenarnya diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu
kegiatan sosial pedadogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik itu adalah
bundel, yakni dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan seperti bundelan hasil
hasil pre-test, tugas, post test. Sedangkan sebagai model pembelajaran Boediono (2001)
mengatakan bahwa portofolio adalah inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu
peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik.
Dengan demikian model pembelajaran portofolio adalah pembelajaran yang melibatkan
mahasiswa secara aktif dan kooperatif mulai dari menentukan masalah secara demokratis,
mengumpulkan data, menentukan solusi permasalahan sehingga mampu menilai, dan
memengaruhi kebijakan umum dari hasil temuannya. Budimansyah menetapkan ada lima
langkah pembelajaran portofolio yang meliputi sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Masalah

Pada tahap ini mahasiswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok
mendiskusikan tujuan dan mencari masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat

b. Memilih masalah untuk kajian kelas

Memilih Masalah untuk Kajian Kelas Berdasarkan perolehan hasil wawancara dan temuan
informasi tersebut, kelompok kecil supaya membuat daftar masalah, yang selanjutnya secara
demokratis kelompok ini supaya menentukan masalah yang akan dikaji.

c. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas

Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan Dikaji oleh Kelas Pada langkah ini,
masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan berdiskusi serta mengidentifikasi sumber-
sumber informasi yang akan banyak memberikan banyak informasi sesuai dengan masalah yang
akan dikaji.

d. Mengembangkan portofolio kelas

Pada sesi ini, mahasiswa dikelompokan menjadi 4 kelompok; (1) Kelompok yang akan
menjelaskan masalah. (2) Kelompok yang mengkaji berbagai kebijakan alternatif untuk
memecahkan masalah. (3) Kelompok yang akan mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi
masalah (4). Kelompok yang mengusulkan rencana tindakan.
BAB II

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN (MANUSIA DAN ILMU HUMANIORA)

A. Pengertian Budaya

Budaya secara harfifah berasal dari bahasa Latin, yaitu colere yang memiliki arti mengerjakan,
mengolah, memelihara ladang. Menurut Soerjanto Poespowardojo  budaya adalah keseluruhan
sistern gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
di jadikan milik diri manusia dengan cara belajar.

Istilah culture sendiri juga digunakan dalam bahasa Indonesia dengan kata serapan "kultur".
Budaya dikaitkan dengan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya merupakan pola atau cara
hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi berikutnya.

Beberapa ahli telah mendefinisikan arti budaya menurut pemahaman dan ilmu mereka masing-
masing. Pengertian budaya menurut para ahli ini dijadikan acuan bagi banyak orang yang ingin
mempelajari lebih lanjut mengenai kebudayaan. Pengertian budaya menurut para ahli dapat
mempermudah kita memahami arti budaya dan dapat mendefinisikannya sesuai dengan
pemahaman kita sendiri.

B. Wujud dan Nilai Kebudayaan


Prof.Koentjaraningrat menguraikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3(tiga) macam, yaitu :
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, dan
peraturan.
2.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di foto.
Letaknya dalam alam pikiran manusia.
Wujud kedua adalah yang disebut sistem sosial atau sosial sistem, yaitu mengenai tindakan
berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu.
Wujud ketiga dari kebudayaan di sebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia
dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkret berupa benda-benda yang bisa diraba.
C. Orientasi Nilai Budaya
Nilai kebudayaan pasti berbeda-beda  pada dasarnya retapi kesekian banyak kebudayaan di
dunia ini memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari
masalah dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa, lima
masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya rnanusia (kerangka
Kluckhohn):
1. Hakikat Hidup: hidup itu buruk ; hidup itu baik ; hidup bisa buruk dan baik,  tetapi manusia
tetap harus bisa berikhtiar agar hidup bisa menjadi baik ; hidup adalah pasrah ; pada nasib yang
telah ditentukan.
2. Hakikat Karya: a. Karya itu untuk menafkahi hidup ; b. Karya itu untuk kehormatan
3. Persepsi Manusia Tentang Waktu: a. Berorientasi hanya pada masa kini;b. Orientasi  masa lalu
Ada faktor  -faktor yang mendorong dan menghambat  perubahan ke  budayaan, yaitu :
1. Mendorong perubahan kebudayaan. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
memiliki potensi mudah berubah, terutarna unsur -unsur teknologi dan ekonomi (ke
budayaan materil).
2. Menghambat  perubahan ke  budayaan. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
memiliki perensi sukar berubah seperti: adat istiadat dan keyakinan agama (kebudayaan
non materil).
D. Tahap-tahapan Kebudayaan
Tiga tahap ke  budayaan diusulkan oleh van Peursen dalam  bukunya yang berjudul Strategi Ke
budayaan. Tiga tahap kebudayaan menurur van Peur  sen antara lain:
a. Tahap pemikiran misris, yang dimaksud dengan tahap misris ialah sikap manusia yang
merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya.
b. Tahap pemikiran ideologis, yang dimaksud dengan tahap kedua atau onrologis ialah sikap
manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mistis, melainkan yang secara
bebas ingin meneliti segala hal.
c. Tahap pemikiran  fungsional, tahap ketiga atau fungsional ialah sikap dan alam pikiran yang
makin tampak pada manusia modern, yang mana tidak lagi terpesona oleh lingkungannya
(sikap miris).
E. Sifat-sifat Budaya

Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut sebagai berikut:

1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.


2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu atau tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. Budaya
mencakup aturan – aturan yang berisikan kewajiban – kewajiban, tindakan – tindakan
yang diterima dan ditolak, tindakan – tindakan yang dilarang, dan tindakan – tindakan
yang diizinkan.
F. Sistem Budaya Masyarakat Indonesia
Secara singkat keempat sistem budaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sistem budaya dari kelompok etnis yang masing-masing beranggapan bahwa kebudayaan
diwariskan kepada mereka secara turun temurun dari nenek moyang.
2. Sistem budaya yang terdiri atas sistem budaya agama-agama besar yang tanpa kecuali berasal
dari kepulauan Indonesia.
3. Sistem budaya Indonesia, sistem budaya ini merupakan yang termuda diantara semua sistem
budaya yang ada.
4. Sistem budaya yang majemuk yang terdiri atas sistem budaya asing yang sedikit banyak
mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan sebagian dari penduduk yang tersebar di kepulauan
Indonesia.

BAB III

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial Manusia sebagai makhluk individu memiliki
unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seorang individu adalah
perpaduan antara faktor genotype dan fenotipe. Faktor genotype adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan dibawa individu sejak lahir. Kepribadian
adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi
biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan,
yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat
rangsangan dari lingkungan.

Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu:

1. Manusia tunduk pada norma sosial, aturan

2. Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang lain

3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia - Manusia


dikatakan sebagai mahluk sosial karena:

- Manusia tunduk pada aturan dan norma sosial

- Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain

- Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

- Potensi manusia akan berkembang bila berada di tengah-tengah masyarakat

Cooley memberi nama looking glass-self untuk melihat bahwa seseorang dipengaruhi oleh orang
lain. Cooley berpendapat bahwa looking glass-self terbentuk melalui 3 tahap. Pada tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahapan
berikutnya seseorang mempunya persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.

Menurut George Herbert Mead, pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Peranan orang dewasa lain dengan
siapa ia sering berinteraksi. Game stage, seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan
yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang
lain dengan siapa ia berinteraksi. Contoh dari Mead, ialah keadaan sebuah pertandingan:
seseorang anak yang bermain dalam suatu pertandingan tidak hanya mengetahui apa yang
diharapakan orang lain darinya, tetapi juga apa yang diharapkan dari orang lain yang ikut
bermain. Pada tahap ketiga Sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil
perananperanan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat mampu mengambil peranan
generalized others . Individu berasal dari kata in dan devided . Dalam bahasa inggris in salah
satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devide artinya terbagi. Menurut pendapat Dr.
A Lysen individu berasal dari bahasa latin individum , yang artinya tak terbagi. Manusia lahir
merupakan mahkluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan
raga.

Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya memiliki tiga kemungkinan;
1. Menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya

2. Takluk terhadap kolektif

3. Mempengaruhi masyarakat

Dalam sebuah masa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya karena tingka


lakuknya adalah hampir identik dengan tingkah laku massa bersangkutan. Dalam hubungan ini
dapat dicirikan, apabila manusia dalam tindakan-tindakannya menjurus kepada kepentingan
pribadi maka disebut manusia sebagai makhluk individu, sebaliknya apabila tindakan-
tindakannya merupakan hubungan dengan manusia-manusia lainnya, maka manusia itu
dikatakan mahkluk sosial. Pengalaman menunjukan bahwa jika seseorang pengabdiannya kepada
diri sendiri besar, maka pengabdiannya kepada masyarakat kecil. Sebaliknya jika seseorang
pengabdianya kepada diri sendiri kecil, maka pengabdiannya kepada masyarakat besar. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa yang dapat meningkatkan ciri-ciri individualitas pada
seseorang sampai ia adalah dirinya sendiri, disebut sebagai proses individualias, atau kadang-
kadang juga diberi nama proses aktualisasi diri.

Dalam perkembangannya, manusia sebagai mahkluk individu tidak bermakna kesatuan jiwa dan
raga, tetapi akan menjadi yang khas dengan corak kepribadiannya. Pertumbuhan dan
perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenal hal tersebut ada tiga pandangan
yaitu:

A. Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas


dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau
kemiripan dengan orang tuanya. Missal, jika ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi
seniman pula.

B. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata didasarkan atas


faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan pertumbuhan seseorang. Pandangan
ini bertolak belakang dengan pandangan nativistik.

C. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu yang dipengaruhi


oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan potensi yang harus disesuaikan
dengan ciptakannya lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan
ini berupaya menggabungkan kedua pandangan sebelumnya.

Sebagai mahkluk individu manusia juga tidak mampu hidup sendiri, artinya manusia juga harus
hidup bermasyarakat. Adapun yang menyebabkan manusia selalu bermasyarakat antara lain
Karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya;

1. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.

2. Hasrat untuk membela diri.


3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk mempunyai dua keinginan
pokok, yaitu:

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.

2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

BAB IV MANUSIA DAN PERADABAN

A. Hakikat Peradaban

Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan pada hakikatnya adalah
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta
(akal) manusia menghasilkan ilmu pengetahuan. Kemampuan rasa manusia melalui alat- alat
indranya menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian. Sedangkan karsa
manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga menghasilkan
berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

koentjaraningrat (1990) berusaha memberikan penjelasan sebagai berikut. Istilah kebudayaan


ada pula istilah peradaban. Hal ini adalah sama dengan istilah dalam bahasa inggris civilization
yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian atau unsure dari kebudayaan yang harus maju
dan indah.

kebudayaan berasal dari kata culture, istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan
pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan.

peradaban berasal dari kata adab, yang dapat diartikan sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia,
berakhalak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia. Huntington (2001)
mendefinisikan perdaban (civilization) sebagai the highest social grouping of people and the
broadest level of cultural identity people have short of that which distinguish humans from other
species.

B. Manusia Sebagai Makhluk Beradab Dan Masyarakat Adab

Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil kebudayaan manusia yang sifatnya fisik,
seperti barang, bangunan, dan benda-benda. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari budi daya
manusia, baik cipta, karsa, dan rasa. Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beraberdab
artinya pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berahlak dan berbudi pekerti
yang luhur menuju pada prilaku pada manusia
peradaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah
mecapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang telah maju kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mempengaruhi peradaban sebuah
bangsa dan menjadi bangsa itu dianggap lebih muju dari bangsa-bangsa lain pada zamannya.
Kehidupan di lembah sungai nil masa itu kita sebut dengan nama peradaban lembah sungai nil
bukan kebudayaan

Manusia beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara, cipata, rasa, dan karsa..

Kaelan (2002) menyatakan manusi yang beradab adalah manusi yang mampu melaksanakan
hakikatnya sebagai manusia (monopluraris secara optimal)

Manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugrahi karkat, martabat, serta potensi
kemanusiaan yang tinggi.

Konsep masyarakat adab berasal dari konsep civil society, dari asal kata cociety civilis.istilah
masyarakat adab dikenal dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat
madani.

Pada mulanya, civil society berasal dari dunia barat. Adalah datao answar ibrahim(mantan wakil
perdana mentri malaysia)yang pertama kali memperkenalkan istilah masyarakat madani sebagaia
istilah lain dari civil society. Nurcholish madjid mengindonesiakan civil society (inggris) dengan
masyarakat madani.

oleh banyak kalangan, istilah civil society dapat diterjemahkan dalam bahasa indonesia dengan
berbagai istilh antara lain :

1. Civil society diterjemah dengan istilah masyrakat sipil, civil artinya sipil sedangkan society

Artinya masyarakat.

2. Civil society diterjemahkan dengan masyarkat beradap atau keberadaban, ini merupakan

Terjemahan dari civilizet(beradab) dan society (masyarakat) sebagai lawan dari masyarakat yang

Tidak beradab(uncivilzet society)

3. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat madani. Kata madani merujuk pada kata
madinah, kota tempat kelahiran nabi muhamad saw. Madinah berasal dari kata madaniyah yang
berati peradaban

4. Berkaitan dengan nomor 3, civil society diartikatikan masyarakat kota. Dal ini dikarnakan

Madinah adalah sebuah negara kota (city-state) yang mengigakan kita kepada polis dizaman
C. Evolusi Budaya Dan Wujud Peradaban Dalam Kehidupan Sosial Budaya

Kebudayaan itu telah mengalami proses perkembangan secara bertahap dan berkeseimbangan
yang kita konsepkan sebagai evolusi kebudayaan. Evolusi kebudayan ini berlangsung sesuai
dengan perkembangan budidaya atau akal pikiran dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu
atau kewaktu.

Ada dua produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam zaman prasejarah, yaitu

1. Penemuan roda untuk transportasi

Pada mulanya, roda hanya digunakan untuk mengangkat barang berat diatas batang pohom.

2. Bahasa

BAB III
KEUNGGULAN BUKU

3.1 Kedalaman atau Kelengkapan uraian Materinya


Kedalaman atau kelengkapan uraian materi pada kedua buku sudah sangat baik, kedua buku
dapat dipergunakan sebagai buku pegangan untuk mempelajari ilmu social budaya dan budaya
dasar. Terlebih kepada buku utama memiliki kedalaman materi terbaik karena dalam buku utama
dapat dibuktikan mulai dari bab satu sampai bab terakhir memiliki lebih banyak penjelasan yang
mudah dumengerti dan nyaman dibaca dibandingkan dengan buku pembanding yang sebagian
setiap point tidak dijelaskan. Dan dapat dibuktikan penjelasan yang ada dalam buku pembanding
sebagian besar sudah ada dalam buku utama.

3.3 Kemutakhiran uraian materi dan referensinya

Kedua buku memiliki kemutahiran uraian materi yang baik Karena materi materi dikutip dari
buku buku nasional yang terpercaya. Keterbaruan pembuatan kedua buku dapat dikatakan baik
karena terbit pada tahun 2017 dan 2015. Yang dapat dikatakan bahwa materinya juga terbaru.
BAB IV

KELEMAHAN BUKU

4.1 Kedalaman atau Kelengkapan uraian Materinya


Kedalaman atau kelengkapan uraian materi pada kedua buku sudah sangat baik, pada buku
utama tidak memiliki kekurangan dalam kelengkapan materi, tetapi pada buku pembanding
memiliki sedikit kekurangan pada buku pembanding yaitu sebagian point point yang ada dalam
buku pembanding tidak memiliki penjelasan sehingga pembaca harus mencari referensi lain
untuk dapat mengetahuinya.

memperhatikannya.

4.3 Kemutakhiran uraian materi dan referensinya


Keterbaruan pada kedua buku sudah baik.tetapi referensi pembuatan kedua buku rata rata tahun
2000. Sehingga referensi kedua buku memiliki sdikit kekurangan .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kedua buku sangat baik dan cocok digunakan sebagai buku pegangan untuk mempelajari illmu social dan
budaya dasar serta dapat juga dipakai sebagai referensi pembuatan buku selanjutnya. Kedua buku
memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing sehingga pembaca dapat menentukan sendiri pilihan
buku terbaik antara buku utama dan buku pembanding. Dan menurut penulis buku utama lebih memiliki
banyak kelebihan jika dibandingkan dengan buku utama. Karena pada buku utama memiliki kedalaman
materi yang lebih baik, keterkaitan antar konsep yang lebih baik serta kemutahitan dan referensi yang
lebih baik.

5.2 SARAN

Saran penulis yaitu lebih memilih buku utama sebagai pedoman pembelajaran atau sebagai penambah
ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu social dan budaya dasar karena buku utama lebih banyak memiliki
keunggulan yaitu memiliki kedalaman materi yang lebih baik, keterkaitan antar konsep yang lebih baik
serta kemutahitan dan referensi yang lebih baik. Tetapi tidak mengatakan bahwa buku pembanding tidak
baik dan tidak layak digunakan sebagai pedoman pembelajrana hanya saja jika pembaca ingin memilih
yang terbaik maka kami menyarankan untuk memilih buku utama.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi.M.E,dkk.2017. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : k e n c a n a

Anda mungkin juga menyukai