Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“ Konsep Pengembangan Bahan Ajar “

Dosen Pengampu :

Yeni Megalina S.Pd M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 06

1. Siti Fahrani (4201121008)


2. Fadillah Sendi Simamora (4201121025)
3. Fandy Ocwando Riyanto (4203321016)
4. Wahida Hasibua ( 4201121026 )

FISIKA DIK A 2020

PROGRAM STUDI (S-1) PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa dan juga kami mengucapkan rasa
syukur atas ijin dan kesempatan yang diberikan kepada kami dalam rangka penulisan makalah
yang berjudul “Konsep Pengembangan Bahan Ajar “ .dimana pada pengembangan bahan ajar
tentu harus memiliki konsep dan strategi dalam menyiapkan dan mengembangkan bahan ajar
.apabila itu tidak ada ,maka pengembangan bahan ajar itu dipastikan akan gagal dan kurang
makasimal

.Konsep pengembangan bahan ajar tentunya harus dikuasai bagi semua guru dan calon guru yang
akan terjun kelembaga pendidikan dimasa yang akan datang.maka dari itu pengembangan bahan
ajar ,terutama konsepnya tentu harus dikuasai dan dipelajari .

Pada Penulisan kali ini ,masih terdapat sejumlah kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini

Penulis akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang

SEKIAN

Medan ,22 April 2021

Kelompok
06
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..1

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..2

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..2

1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………….2

1.3.Tujuan…………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….3

01.Pengertian Bahan Ajar ……………………………………………………..3

A.Pengertian Bahan Ajar Menurut Parah Ahli………………………………………….3

B.Jenis –Jenis Bahan Ajar……………………………………………………..4

02.Pembangan Bahan Ajar…………………………………………………….5

A.Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

B.Menentukan Bahan Ajar

C.Penyusunan Bahan Ajar

03.Konsep Pengembangan Bahan Ajar

04.Faktor-Faktor yang dipertimbangkan dalan Pengembangan Bahan Ajar

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran. Sebagaimana
Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber
ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat
khusus maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa instructional material contain the
conten either written, mediated, or facilitated by an instructor that a student as use to achieve the
objective also include information thet the learners will use to guide the progress. Berdasarkan
ungkapan Dick, Carey, dan Carey dapat diketahui bahwa bahan ajar berisi konten yang perlu
dipelajari oleh siswa baik berbentuk cetak atau yang difasilitasi oleh pengajar untuk mencapai
tujuan tertentu.

Widodo dan Jasmadi dalam Ika Lestari (2013: 1) menyatakan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-
batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya.

Pengertian ini menggambarkan bahwa bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis sesuai dengan
kaidah pembelajaran, yakni disesuaikan materi pembelajaran, disusun berdasarkan atas
kebutuhan pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta bahan ajar tersebut menarik untuk
dipelajari oleh siswa.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan
seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan ajar diharapkan siswa
benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Yana
Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media untuk mencapai
keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Sedangkan menurut Opara dan
Oguzor (2011: 66) mengungkapkan bahwa instructional materials are the audio visual materials
(software/hardware) which can be used as alternative channels of communication in the
teaching-learning process. Bahan ajar merupakan sumber belajar berupa visual maupun
audiovisual yang dapat digunakan sebagai saluran alternatif pada komunikasi di dalam proses
pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

01.Apa Pengertian Bahan Ajar. ?

02.Bagaimana Konsep Pengembangan Bahan Ajar ?


03.Apa saja yang diperhatikan dalam mengembangkan bahan ajar

04.Bagaimana strategi seorang guru dalam mengembangkan bahan ajar ?

1.3 Tujuan

01.Mengetahui Pengertian Bahan Ajar

02.Menjelaskan Mekanisme dalam Pengembangan Bahan Ajar

03.Mengidentifikasi Prinsip –Prinsip pengembangan Bahan ajar

04.Mengaplikasikan Pengembangan Bahan ajar yang dilakukan disekolah


BAB II

PEMBAHASAN

01.Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran. Sebagaimana
Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber
ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat
khusus maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa instructional material contain the
conten either written, mediated, or facilitated by an instructor that a student as use to achieve the
objective also include information thet the learners will use to guide the progress. Berdasarkan
ungkapan Dick, Carey, dan Carey dapat diketahui bahwa bahan ajar berisi konten yang perlu
dipelajari oleh siswa baik berbentuk cetak atau yang difasilitasi oleh pengajar untuk mencapai
tujuan tertentu.

Widodo dan Jasmadi dalam Ika Lestari (2013: 1) menyatakan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-
batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya.

Pengertian ini menggambarkan bahwa bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis sesuai dengan
kaidah pembelajaran, yakni disesuaikan materi pembelajaran, disusun berdasarkan atas
kebutuhan pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta bahan ajar tersebut menarik untuk
dipelajari oleh siswa.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan
seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan ajar diharapkan siswa
benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Yana
Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media untuk mencapai
keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Sedangkan menurut Opara dan
Oguzor (2011: 66) mengungkapkan bahwa instructional materials are the audio visual materials
(software/hardware) which can be used as alternative channels of communication in the
teaching-learning process. Bahan ajar merupakan sumber belajar berupa visual maupun
audiovisual yang dapat digunakan sebagai saluran alternatif pada komunikasi di dalam proses
pembelajaran.

Berdasarkan kajian di atas, istilah bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu
bahan/ materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
A.Pengertian Bahan Ajar Menurut Para Ahli

Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), pengertian bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak
tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen (2001)
mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun
secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
(Andi,2011:16).

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6), pengertian bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan
komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Jenis-Jenis Bahan Ajar

Jenis bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan. Menurut Koesnandar (2008),
jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis antara lain: (a) bahan ajar yang
sengaja dirancang untuk belajar, seperti buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang
tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan
atau berita. Koesnandar juga menyatakan bahwa jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar
yang dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan
belajar mandiri.

Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:
11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori, yaitu bahan ajar cetak (printed) antara
lain handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan
model/maket. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio. Bahan ajar pandang dengar ( audio visual) seperti video compact disk, dan film.
Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif dan bahan ajar berbasis web
(web based learning material).

B.Jenis Bahan Ajar

Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Koesnandar, bahan ajar berdasarkan subjeknya diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu:2
01.Bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar. Bentuk bahan ajar ini antara lain buku,
handouts, lembar kegiatan siswa (LKS) dan modul. Bahan ajar yang dirancang umumnya
digunakan sebagai bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.
02.Bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping,
koran, film, iklan atau berita.

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat)
yaitu:

1. Bahan ajar cetak (printed): seperti handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa,
brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket.
2. Bahan ajar audio: seperti radio, piringan hitam, dan compact disk (CD) audio.
3. Bahan ajar audio visual: seperti video compact disk (VCD) dan film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif: seperti CAI (Computer Assisted Instruction), CD
multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web.
5. Menurut Mulyasa (2006), bentuk-bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara
lain:
6. a.    Bahan ajar cetak (Printed)
7. Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan
seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) yaitu:
8. 1)   Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari.
9. 2)   Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
10. 3)   Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
11. 4)   Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
12. 5)   Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
13. 6)   Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7)   Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
14. 8)   Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
15. Menurut Bandono (2009) penyusunan bahan ajar cetak memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
16. 1)   Susunan tampilan
17. 2)   Bahasa yang mudah
18. 3)   Menguji pemahaman
19. 4)   Stimulan
20. 5)   Kemudahan dibaca
21. 6)   Materi instruksional
22. Banyak sekali jenis bahan ajar cetak yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran,
antara lain adalah handout, modul, buku teks, lembar kegiatan siswa, model (maket),
poster dan brosur.
23. a)    Handout
Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas,
bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi
pokok yang diajarkan kepada peserta didik. Pada umumnya handout berfungsi untuk
membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan
pendidik, sebagai bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat
belajar, pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik dan menilai
hasil belajar.
24. b)   Modul
25. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang:
26.    Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
27.    Kompetensi yang akan dicapai
28.    Content atau isi materi
29.    Informasi pendukung
30.    Latihan-latihan
31.    Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
32.    Evaluasi
33.    Balikan terhadap hasil evaluasi
34. Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih
kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung
kepaga kehadiran pendidik.
35. c)    Buku Teks
36. Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun secara sistematis
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku teks berguna untuk membantu pendidik
dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku,
menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari
pelajaran baru.
37. d)   Lembar Kegiatan Siswa
38. Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk
atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. LKS berfungsi untuk meminimalkan peran pendidik dan mengaktifkan
peran peserta didik, mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang
diberikan dan kaya akan tugas untuk berlatih.
39. e)    Model (Maket)
40. Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau
benda tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari benda tersebut
masih bisa dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna
41.
42. f)    Brosur
43. Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa
dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang
perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai
Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan
ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena
bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak,
maka brosur didesain hanya memuat satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam
sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya
44. g)   Foto/Gambar
45. Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar
setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan
sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
46. Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau
mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang
diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara
baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes
47. b.    Bahan Ajar Dengar (Audio)
48. Bahan ajar audio merupakan salah satu bahan ajar noncetak yang didalamnya
mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapt
dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna
membantu mereka menguasai kompetensi tertentu. Jenis-jenis bahan ajar audio ini
antara lain adalah radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan
ajar ini mampu menyimpan suara yang dapat diperdengarkan secara berulang-ulang
kepada peserta didik dan biasanya digunakan untuk pelajaran bahasa dan musik.
49.
50. c.    Bahan Ajar Pandang Dengar (Audiovisual)
51. Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi,
yaitu visual dan auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indra pendengaran
sedangkan visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan kombinasi keduanya,
pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
52. Hal itu berdasarkan bahwa peserta didik cenderung akan lebih mudah mengingat dan
memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indra
saja, apalagi jika hanya indra pendengaran saja.
53. Bahan ajar pandang dengar mampu memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada
awalnya tidak mungkin bisa dilihat di dalam kelas menjadi mungkin dilihat. Selain itu
juga dapat membuat efek visual yang memungkinkan peserta didik memperkuat
proses belajar. Bahan ajar pandang dengar antara lain adalah video dan film.
54. d.   Bahan Ajar Interaktif (Interactive Teaching Material)
55. Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yag mengombinasikan beberapa media
pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk
mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Bahan ajar
interaktif memungkinkan terjadinya hubungan dua arah antara bahan ajar dan
penggunanya, sehinnga peserta didik akan terdorong untuk lebih aktif.
56. Bahan ajar interaktif dapat ditemukan dalam bentuk CD interaktif, yang dalam proses
pembuatan dan penggunaannya tidak dapat trelepas dari perangkat komputer. Maka
dari itu, bahan ajar interaktif juga termasuk bahan ajar berbasis komputer.

C.Kriteria Bahan Ajar

Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar
yang berkualitas dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, karena siswa mengkonsumsi bahan
ajar yang berkualitas. Menurut Furqon (2009) dalam bahan ajar yang baik harus memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut:
1.    Substansi yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi atau sub
kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan tamatan.
2.    Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta,
prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan kompetensi.
3.    Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi harus sesuai
dengan tingkat kemampuan pembelajaran.
4.    Sistematika penyusunan bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami.

Sedangkan menurut Anonim (2009) dalam pengembangan bahan ajar, maka bahan ajar harus
memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
1.    Bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran
2.    Bahan ajar harus seuai dengan taraf perkembangan anak;
3.    Bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai perkembangan
pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak di lapangan
4.    Bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa
5.    Bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang
6.    Bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan utuh.

D.Tujuan Bahan Ajar

Tujuan dari penyusunan bahan ajar adalah :

a)      Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan pesrta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau
lingkungan sosial peserta didik.

b)      Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

c)      Mambantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks
yang terkadang sulit diperoleh.
02.Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar merupakan wujud pengembangan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan prinsip-prinsip tertentu yang diadaptasi dari teori-teori pembelajaran (Syahid, 2003).
Lebih lanjut, Syahid menjelaskan bahwa pengembangan bahan ajar ini bukan hanya didasarkan
atas kepentingan pengembang, melainkan merupakan altematif pemecahan masalah
pembelajaran. Mahasiswa bukan hanya berinteraksi dengan dosen, melainkan juga dapat
berinteraksi dengan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pengembangan bahan ajar ini memiliki tujuan. Gatot (2008) menyampaikan tujuan di atas
melalui kutipan berikut.

Pengembangan bahan ajar memiliki tujuan terencana, yaitu (1) mempersiapkan kegiatan
pembelajaran dalam berbagai situasi supaya dapat berlangsung secara optimal, (2) meningkatkan
motivasi pengajar untuk mengelola kegiatan belajar mengajar, dan (3) mempersiapkan kegiatan
belajar mengajar dengan mengisi bahan-bahan yang selalu baru, ditampilkan dengan cara baru
dan dilaksanakan dengan strategi pembelajaran yang baru pula.

Mbulu (2004:6) menyatakan ada empat tujuan, yaitu (1) diperolehnya bahan ajar yang sesuai
dengan tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran, (2) tersusunnya bahan
ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengan karakteristiknya masing-masing, (3) tersintesiskan
dan terurutkannya topik-topik mata pelajaran secara sistematis dan logis, dan (4) terbukanya
peluang pengembangan bahan ajar secara kontinu mengacu pada perkembangan IPTEK.
Kemendiknas (2007) merumuskan tiga tujuan, yaitu (1) memperjelas dan mempermudah
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan
daya indera, baik peserta didik maupun pengajar, dan (3) dapat digunakan secara tepat dan
bervariasi.

Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu agar tujuan di atas
dapat diwujudkan. Olivia (dalam Mbulu, 2004:7) memberikan sepuluh prinsip pengembangan
bahan ajar, yaitu (1) perubahan kurikulum diminta dan diperlukan sekali, (2) kurikulum adalah
produk zamannya, (3) perubahan kurikulum pada masa yang lebih akhir selalu berkaitan dengan
tumpang tindih dengan perubahan kurikulum sebelumnya, perubahan kurikulum salah satu
akibat dari perubahan masyarakat, (5) pengembangan kurikulum didasarkan pada suatu proses
pembuatan pilihan dari sejumlah alternatif, (7) pengembangan kurikulum tidak pernah berakhir,
(8) pengembangan kurikulum lebih efektif ketika dilakukan secara komprehensif, tidak sebagai
proses bagian per bagian, (9) pengembangan kurikulum lebih efektif ketika dilakukan dengan
mengikuti suatu proses sistematik, dan (10) pengembangan kurikulum dimulai dari kurikulum itu
sendiri. Mbulu (2004:8) sendiri memberikan tujuh prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu (1)
bertahap, artinya dilaksanakan mulai dari kelompok dan jenis mata pelajaran sampai dengan
menetapkan isi dari setiap mata pelajaran, (2) menyeluruh, artinya dilaksanakan dengan
memandang isi setiap pelajaran secara menyeluruh tidak bagian per bagian, (3) sistematik,
artinya dilaksanakan dengan memandang isi mata pelajaran sebagai kesatuan utuh dan melalui
proses yang berulang-ulang, (4) luwes, artinya dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup
dalam isi mata pelajaran pada saat pengimplementasiannya, (5) validitas keilmuan, artinya bahan
ajar didasarkan pada tingkat validitas dari topik yang ditata urutannya dan dijabarkan
keterhubungannya harus benar-benar dapat dipercaya, (6) berorientasi pada pebelajar, artinya
harus sesuai dengan karakteristik pebelajar dan memperhatikan kebutuhan serta perhatian/minat
pebelajar, dan (7) berkesinambungan, artinya pengembangan bahan ajar merupakan proses yang
tidak berhenti sekali jalan, tetapi merupakan proses yang menghubungkan setiap kegiatan
pengembangan, yaitu merancang, mengevaluasi, dan memanfaatkan.

A.Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-prinsip


pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai
berikut:
1.      Relevansi: keterkaitan, ada kaitan;
Artinya ada kaitan, hubungan, atau bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar yang dipilih itu
menunjang tercapainya kompetensi yang dibelajarkan (KD, SK). Cara termudah ialah dengan
mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip
dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta,
konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru
terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan
KD.
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen),
maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang
sama dan sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang sebangun, dan
panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen).

2.      Konsistensi: keajegan;


Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi
dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang
dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
Contoh:
KD  5.1 SMP Kelas IX, Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar, maka
kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bilangan
berpangkat dan bentuk akar, misalkan membedakan bilangan berpangkat dan bentuk akar, serta
membedakan sifat-sifat  keduanya.

3.      Kecukupan: memadai keluasannya, ketercukupannya;


Artinya bahan ajar yang dipilih/ dikembangkan ada jaminan memadai/ mencukupi untuk
mencapai kompetensi yang dibelajarkan; tidak terlalu sedikit sehingga kurang menjamin
tercapainya KD/SK. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu
sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Di antara


prinsip pembelajaran tersebut adalah:

1.       Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami
yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang
mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya
untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang
terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara
tentang berbagai jenis pasar lainnya.

2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman


Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep.
Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik
daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan
lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus
disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.

3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil
kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan
pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar,
namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia
telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan
mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap
hasil kerja siswa.

4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk
itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan
(motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan
memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh,
ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.

5.      Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai
ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu
standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga,
semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu
kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan
pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga
tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

6.      Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita
akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita
memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan
berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat
pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir
yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan
B.Menentukan Bahan Ajar

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa
hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar
meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan
ajar.

Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan


kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari
atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi
empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis
fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang,
peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi
konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil,
rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-
langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara
pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek
afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
 Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep,
prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan
mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan
kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran
teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai
dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi
jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap
jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan
sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta
atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan”
(mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
 Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah
menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan
dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media
audiovisual, dsb.

C.Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun berdasarkan tujuan atau sasaran instruksional yang hendak dicapai sesuai
Rencana Pembelajaran dan Program Pembelajaran. Proses menyusun bahan ajar, meliputi
langkah-langkah sbb:

1)      Perumusan tujuan instruksional atau standar kompetensi

2)      Melakukan analisis instruksional/kurikulum

3)      Menentukan perilaku awal siswa atau indikator kompetensi

4)      Merumuskan kompetensi dasar

5)      Menyusun rencana kegiatan

6)      Menyusun silabus

7)      Menulis/ menyusun bahan ajar

8)      Evaluasi bahan ajar dan perbaikan

9)      Digunakan
Jenis bahan ajar ada tiga: 1) menulis sendiri, 2) mengemas kembali informasi atau teks, dan 3)
penataan informasi.

1)  Bahan Ajar Tulisan Sendiri

 Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri
guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan
guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak.  Penulisan juga dapat
dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping
penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan
menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional.

 Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan
pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam  menulis
bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada kurikulum, (b) rencna atau program pengajaran,
dan (c) silabus yang telah disusun.

 Materi bahan ajar berupa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tercantum dalam program
pembelajaran sesuai dengan silabus. Hasil penyusunan bahan ajar  dari karya sendiri, paling
ekonomis, walaupun beban tugasnya berat. Setiap bab berjumlah lebih kurang 15-25 halaman,
untuk pelajaran eksakta 10-20 halaman.

2)  Bahan Ajar Hasil Kemasan Informasi atau Teks (Text Transformation)

   Dalam pengemasan informasi, guru tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal, tetapi
memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada di pasaran untuk dikemas kembali
sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahanajar yang baik, dan dapat
dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses instruksional. Informasi yang sudah ada di
pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan dengn
gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (digubah), juga diberi tambahan kompetensi
atau keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar
mereka dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih
cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari pengarang buku
aslinya.

3) Penataan Informasi (Kompilasi)

 Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang
diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan
bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi)
 Proses penataan informasi hampir sama dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun
dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap bahan ajar yang
diambil dari buku atau informasi yang ada di pasar. Jadi materi dikumpulkan kemudian difoto
copy secara langsung. Sumber materi berasal dari buku teks dan sebagainya tersebut, dipilah-
pilah, kemudian disusun berdasarkan tujuan atau standar kompetensi atau mengikuti silabus.

Disamping itu materi dilengkapi dengan pedoman belajar untuk siswa, yang berisi: petunjuk
penggunaan materi, latihan-latihan, dan tugas yang perlu dilakukan siswa, umpan balik. Materi
tambahan berupa pedoman belajar untuk siswa perlu disusun oleh guru
berdasarkan tujuan/standar kompetensi, indikator kompetensi, dan silabus.

 Penataan berurutan berdasarkan standar kompetensi dan indikator atau tujuan pembelajaran.
Setelah tersusun rapi, guru memberi halaman penyekat berisi: nomor pertemuan, Tujuan
Pembelajaran (kompetensi), pokok bahasan dan diskripsi singkat, bahan bacaan yang
dikompilasi, tugas, dan lain-lain yang perlu diketahui siswa.

Prosedur kompilasi:

1)  Kumpulkan seluruh bahan yang akan dijadikan acuan, seperti yang tercantum dalam GBPP
atau silabus.

2)   Tentukan bagian-bagian buku atau sumber yang sesuai GBPP atau silabus

3)   Fotocopy seluruh bagian sumber yang digunakan per pokok bahasan

4)    Pilah-pilahlah berdasarkan urutan pokok bahasan

5)    Buatlah halaman penyekat untuk masing-masing pokok bahasan

6)    Jilidlah dengan rapi

 
03.Konsep Pengembangan Bahan Ajar

Bahan pembelajaran (learning materials) merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran
yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar merupakan  informasi, alat dan
teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi/
penerapan pembelajaran. Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara
sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta lingkungan yang
memungkinkan siswa belajar dengan baik.

Menurut Sungkono dkk (2003:1) Bahan pembelajaran adalah seperangkat bahan yang memuat
materi atau isi pembelajaran yang “didesain” untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu bahan
pembelajaran memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep,
prinsip, kaidah, atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta
informasi lain dalam pembelajaran. Atas dasar batasan tersebut, dapat diketahui bahwa
pengertian bahan pembelajaran adalah desain suatu materi atau isi pelatihan yang diwujudkan
dalam bentuk benda atau bahan yang dapat digunakan untuk belajar siswa dalam proses
pembelajaran.

Bahan ajar itu sendiri menurut Dick & Carey (1996:229) merupakan seperangkat
materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis,  menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh pesert didik dalam kegiatan pembelajaran.
Pengembangan bahan ajar merupakan wujud pengembangan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan prinsip-prinsip tertentu yang diadaptasi dari teori-teori pembelajaran (Syahid, 2003).
Lebih lanjut, Syahid menjelaskan bahwa pengembangan bahan ajar ini bukan hanya didasarkan
atas kepentingan pengembang, melainkan merupakan altematif pemecahan masalah
pembelajaran. Mahasiswa bukan hanya berinteraksi dengan dosen, melainkan juga dapat
berinteraksi dengan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Banathy (dalam Gatot, 2008) menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar adalah suatu proses
yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi
pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan lebih
efisien.

Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu: (a) Strategi
penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa

a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru

Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan penyampaian
simultan; (2)Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi penyampaian fakta; (4) Strategi
penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi
penyampaian prosedur.
1. Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi
pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan,
materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi
satu (Metode global);
2. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi
pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif,
sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan
menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
3. Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk
jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama
lambang atau simbol, dsb.),
4. Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa
definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat
menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi,
dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan
bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan
(exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan
balik, dan kelima berikan tes;
5. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis
prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
6. Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat
melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu
tugas secara urut.

b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa

Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru
menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan
terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran.
Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.

1. Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal
(remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal
verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang
memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat,
nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda,
dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa
adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase).
Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD
1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami
kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu
memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi
yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam
rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun
proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk
menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk
memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk
dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai
atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci
setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara
memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat
tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah
mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan
penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari
sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe,
model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4. Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih
di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih
membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas
tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.

04.Faktor-Faktor Yang dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar

Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu acuan yang digunakan
oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan ajar menjadi acuan yang diserap isinya sehingga
dapat menjadi pengetahuan dan bagi penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam menyampaikan
keilmuannya.

Pengembangan bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas untuk membuat sesuatu yang
lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang
dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di sekitarnya. Di samping itu penatar
juga harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan
bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan serta kelengkapan komponen bahan ajar.

1. KECERMATAN ISI

Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara keilmuan, dan
keselarasan isi. Atau kebenaran isi berdasrkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat
atau bangsa.

Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi
bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta
sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidangf ilmu dan hasil penelitian empiris yang
dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.

Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak menyebarkan
kesalahan-kesalahan konsep, atau “miskonsepsi” yang dapat dibawa petatar ke daerah masing-
masing.

Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, petatar harus selalu
menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan
konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu.
Teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun
buku teks bidang ilmu. Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu
bidang ilmu dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal
elektronik.

Dalam rangka mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya,
petatar dapat mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar dan
budaya lokal yang dapat digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik tertentu dari
bidang suatu ilmu. Dari kemungkinan dan ketersediaan tersebut, petatar kemudian perlu
mengaitkan dengan landasan teori dan konsep yang berlaku dalam bidang ilmu.jika
dimungkinkan dapat mengaitkan dengan hasil penelitian empiris sehingga akan menghasilkan
suatu paduan dari teori dan konsep yang sahih tetapi relevan dengan lingkunhgan dan budaya
lokal. Dengan demikian dapat diperoleh bahan ajar yang sahih isinya , akrab lingkungan dan
berwawasan budaya dan tidak mengandung “miskonsepsi”

Keselerasan isi berarti kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang
berlaku dalam negara dan masyarakat. Ada sistem nilai masyarakat yang perlu diakomodasikan
dalam bahan ajar. Bahkan bahan ajar menjadi sarana untuk penyampaian sistem nilai tersebut
dan pembelajaran merupakan upaya pelestarian sistem nilai tersebut. Dengan demikian jika ada
bahan ajar yang mengabaikan sistem nilai tersebut merupakan bahan ajar yang tidak tepat.

1. KETEPATAN CAKUPAN

Kecermatan isi berfokus pada kebenaran isi secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di
masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan
kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.

Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep
berdasarkan bidang ilmu. Dalam hal ini seberapa banyak atau luas suatu topik yang akan
disasjikan? Seberapa dalam suatu topik yang perlu dibahas? Bagaimana keutuhan konsep yang
disajikan? Banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan. dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut, antara lain yang paling utama adalah tujuan pembelajaran. Setiap penatar
pasti mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatarnya. Lihatlah tujuan tersebut, kemudian
berlandaskan pada tujuan tersebut dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang
akan disajikan kepada petatar. Kemudian kembangkanlah bahan ajar – materi pokok dan
komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut. Tentunya, tujuan
pembelajaran atau topik tertentu di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama akan berbeda dengan
tujuan pembelajaran atau topik yang sama di Sekolah Menengah Umum. Dalam hal ini, keluasan
maupun kedalamannya akan berbeda, sehingga bahan ajarnya pun memiliki keluasan dan
kedalaman yang berbeda.

1. KETERCERNAAN BAHAN AJAR

Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi.
Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah. Ada
enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai berikut.

1. a. Pemaparan yang logis

Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang khusus atau
sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang
pendukung. Dengan demikian, peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat
segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi sebelumnya yang sudah dimilikinya.
Bahan ajar yang dipaparkan secara tidak logis akan menyulitkan peserta belajar. Logika
penyajian ini merupakan alat bantu yang menjelaskan hubungan antar topik atau konsep dalam
bahan ajar. Dengan demikian, informasi yang diterima oleh peserta akan saling terkait, dan
bahkan dapat dikaitkan dengan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya, tidak terkotak-kotak
satu sama lain. Logika pemaparan ini dapat diperkenalkan kepada peserta untuk
mengembangkan pola pikir atau penalaran yang sistematis.

1. b. Penyajian materi yang runtut

Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar materi/topik
dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi
penyajian uraian, contoh dan latihan, atau contoh, latihan, penyajian uraian, atau penyajian
uraian, latihan, contoh (PCL – CLP – PLC). Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah
sehingga tidak membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai
sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah
peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut.

1. c. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman

Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh dan
ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman peserta. Dalam penyajian topik
atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting.
Misalnya, dalam menjelaskan rumus molekul senyawa ion dalam topik Valensi mata pelajaran
Kimia di SMU, guru tidak dapat hanya mengandalkan deskripsi verbal secara lisan maupun
tertulis. Untuk menjelaskan rumus tersebut diperlukan alat peraga yang dapat menggambarkan
rumus molekul senyawa ion tersebut. Guru dapat membuat lingkaran, bulatan, dan kubus valensi
dari karton, dilengkapi dengan Lembar Kerja Peserta (LKS) yang berbentuk tertulis. Melalui
karton-karton tersebut, peserta akan dapat bermain sesuai petunjuk dalam LKS, untuk
membuat/menemukan rumus molekul senyawa ion (Rinaldy, 2000).
Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-narasi sebagai bagian
dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang berbentuk cetak, poster, kartu-kartu
(flipchart), atau dalam bentuk noncetak, seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga
dalam bentuk realita, model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta.
Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk
memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin
bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. Dalam beberapa kasus, diperlukan juga
contoh dan ilustrasi yang paling mutakhir, sehingga perlu mencarinya dan sumber-sumber
mutakhir seperti majalah, Koran, ataupun dari situs-situs di internet.

1. d. Alat bantu yang memudahkan

Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam mempelajari
bahan ajar tersebut, yang dikenal dengan nama Mnemonic Devices (alat Bantu mengingat atau
belajar).

Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul
bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan.
Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi
peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar,
misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video. Yang
perlu Anda perhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar adalah prinsip konsistensi,
artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di
semua isi bahan ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau
bentuknya sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda dalam satu bahan ajar
yang sama. Misalnya, gambar “tangan yang sedang menulis” digunakan untuk arti “Latihan”
yang harus dikerjakan oleh peserta secara tertulis. Hendaknya gambar yang sama jangan
digunakan untuk arti yang lain,

1. e. Format yang tertib dan konsisten

Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat, dan
dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah untuk lembar kerja
peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk LKS, jangan gunakan warna
merah untuk komponen lain dalam bahan ajar. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat
warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.

Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga peserta tidak
menggunakan berbagai istilah secara rancu. Dalam bahan ajar audio, intonasi suara dapat
digunakan sebagai tanda atau format untuk berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran.
Dalam bahan ajar video, clip video yang berupa grafik, atau penyajian langsung dapat digunakan
sebagai tanda dari rangkuman, tanda perintah berhenti, mengulang, atau meneruskan
pembelajaran. Dalam hal ini, petatar diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan
formal khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta belajar.

1. f. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar


Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam mata
tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam
pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja,
paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini
perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar
dengan jelas.

Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam
bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat
melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing
topik adalah berdiri sendiri-sendiri.

1. PENGGUNAAN BAHASA

Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting.
Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat
efektif, dan penyusunan paragraph yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan
ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta
dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta,
maka bahan ajar Anda tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting,
bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja
peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan
ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.

Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau
komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah,
surat-surat resmi, buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Bahasa baku dapat dimengerti dengan
baik oleh pembacanya, karena sama sekali tidak dipengaruhi oleh dialek bahasa sehari-hari
maupun dialek bahasa daerah. Namun demikian, tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku
terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku
jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar.

Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-
tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut
tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan
ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Dalam
bahasa komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara intelektual melalui sapaan,
pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan orang kedua itu benar-benar
terjadi. Penggunaan bahasa komunikatif akan membuat peserta merasa seolah-olah berinteraksi
(pseudo-interaction) dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan dalam
bahan ajar.

Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau pengembangan
bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif.
Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan
benar tidak ditinggalkan atau dilanggar. Hal ini sangat perlu sebagai salah satu persyaratan dari
keterbacaan bahan ajar yang ditulis atau dikembangkan.

Kata yang dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing
atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam
bidang ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Senarai (daftar kata
sukar) dapat membantu memberikan batasan istilah-istilah teknis. Selain itu, peserta dapat diberi
kesempatan untuk menjelaskan sendiri arti kata-kata tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan
yang disiapkan dalam bahan ajar Anda.

Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui


kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan
pasif. Kalimat positif dan aktif dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan
tugas-tugas yang ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta.
Sementara itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan peserta.
Di samping itu, kalimat dalam bahan ajar hendaknya kalimat sederhana, singkat, jelas dan hanya
memiliki makna tunggal untuk setiap kalimat. Kalimat majemuk kadangkala dapat
membingungkan peserta, sehingga perlu di rinci melalui kalimat-kalimat singkat berikutnya.

Selanjutnya, penyusunan paragraph mempersyaratkan adanya gagasan utama untuk setiap


paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar kalimat dalam sebuah paragraf.
Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik, dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir
paragraf. Gagasan utama dikembangkan atau dijabarkan lebih lanjut dalam rangkaian kalimat
yang berhubungan satu sama lain secara terpadu (kohesif) dan kompak atau runtut (koheren).
Panjang pendek sebuah paragraf tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya.
Keruntutan dan kekompakan hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat
penting untuk membuat suatu paragraf menjadi bermakna. Pada gilirannya, kalimat yang runtut
dan kompak akan memudahkan peserta memahami ide/konsep yang disajikan dalam paragraf
tersebut.

1. PERWAJAHAN/PENGEMASAN

Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi
dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Penataan letak
informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa
hal berikut:

1. Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta lelah
membacanya.
2. Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk mendorong
peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan rangkuman atau catatan yang
dibuat peserta sendiri. Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman
bahan ajar.
3. Padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek, tetapi jangan terus menerus sehingga
menjadi membosankan.
4. Gunakan sistem paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan, karena paragraf seperti itu
lebih mudah dibaca.
5. Gunakan grafik atau gambar hanya untuk tujuan tertentu, jangan gunakan grafik atau
gambar jika tidak bermakna.
6. Gunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten untuk seluruh bagian bahan ajar.
7. Gunakan dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik perhatian, tetapi jangan
terlalu banyak sehingga membingungkan.

Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat bantu belajar dalam bahan
ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari peserta secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-
teman dalam kelompok). Dalam kasus bahan ajar cetak, alat bantu belajar terdiri dari tiga
kategori, yaitu alat bantu belajar pada bagian pendahuluan, alat bantu belajar pada uraian
informasi per topik, dan alat bantu belajar pada bagian akhir bahan ajar cetak, sebagai berikut:

Pendahuluan:

v     Judul

v     Daftar isi

v     Peta konsep, diagram, pemandu awal

v     Tujuan pembelajaran

v     Tes awal

Uraian:

v     Ringkasan awal

v     Pengacuan pada bagian bahan ajar lain

v     Judul bagian

v     Perintah/instruksi

v     Signposts (tanda verbal atau visual di bagian samping teks)

v     Rangkuman

Akhir:

v     Senarai (daftar kata sukar)

v     Tes akhir


v     Indeks

Tidak semua alat bantu belajar tersebut harus ada dalam satu bahan ajar, artinya Anda dapat
memilih alat bantu belajar yang paling tepat dan paling dibutuhkan untuk melengkapi bahan ajar
Anda. Di samping itu, jika bahan ajar Anda terdiri dari berbagai media (multimedia), Anda dapat
menggunakan alat bantu belajar berupa synopsis informasi dalam setiap media, peta konsep atau
pemandu awal, serta lembar media yang beraneka warna. Alat bantu belajar ini pada dasarnya
diharapkan dapat membantu peserta untuk lebih mudah memahami isi bahan ajar, mengingat,
dan menguasai bahan ajar tersebut.

1. ILUSTRASI

Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain membuat bahan ajar
menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi dapat dibuat sendiri oleh Anda
sebagai pengembang bahan ajar, jika Anda mempunyai keterampilan menggambar yang baik.
Namun, ilustrasi juga dapat dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan
gambar-gambar yang Anda inginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain itu, ilustrasi
juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto), sumber atau buku lain (misalnya
majalah atau ensiklopedia). Jika ilustrasi diperoleh dari sumber atau buku lain, Anda
berkewajiban memberi penjelasan tentang hal itu dalam bahan ajar yang Anda tulis.

Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu,
ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar sehingga bahan ajar menjadi menarik,
memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan pemahaman peserta terhadap isi pesan.

Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau tabel, diagram, grafik,
kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema.

1. KELENGKAPAN KOMPONEN

Idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut
mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan
belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak,
memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta (pertanyaan kunci, soal, tugas, kegiatan), serta
memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur
kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu
paket, atau dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet, atau buku lain),
panduan belajar/peserta, serta panduan guru.

Paket bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, dan
komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang ingin
disampaikan kepada peserta, atau harus dikuasai peserta. Kebanyakan, bahan ajar utama
berbentuk bahan ajar cetak, misalnya buku teks, buku pelajaran, modul, dan buku materi pokok
yang bersifat moduler
Bahan ajar utama akan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan
komponen pelengkap. Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang
terintegrasi dengan bahan ajar utama, atau informasi/topik pengayaan wawasan peserta.

Komponen pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan,
jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus), bahan pendukung noncetak (perluasan wawasan
materi dalam media noncetak, peta materi dalam bentuk program komputer, video, kaset, web
suplemen, simulasi komputer, kit), panduan peserta (peta materi, petunjuk belajar, latihan dan
tugas, tips, kata-kata sukar, pemilahan materi), panduan guru (peta materi, petunjuk bagi guru,
konsep inti topik atau pokok bahasan, latihan dan tugas, rangkuman materi) dan lain-lain yang
diperlukan peserta untuk mempelajari suatu topik, yang disajikan melalui beragam media, secara
moduler Komponen evaluasi hasil belajar terdiri dari perangkat soal/butir tes. Komponen
evaluasi hasil belajar ini nantinya akan terpisahkan dari komponen utama dan komponen
pelengkap.

1. D. PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah yang
saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat. Penatar seringkali mengabaikan
prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini karena berasumsi, jika sudah dibuat
dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan, maka bahan ajar dapat digunakan dengan
efektif dalam proses pembelajaran. Padahal ada beberapa langkah yang harus dilakukan penatar
sebelum sampai pada kesimpulan bahawa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta
bahan ajar yang digunakan memang baik. Paling tidak ada lima langkah utama dalam prosedur
pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut

1. 1. ANALISIS

Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan
karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang
ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai mata
tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta.

Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka inplikasi terhadap rancangan bahan ajar
dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang baik terhadap
perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan
peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.

1. 2. PERANCANGAN

Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:

1. Perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis,

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang kompetensi
yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kompetensi
umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku,
akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang
berlaku, antara lain dengan melengkapi komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience,
Behavior, Condition, Degree

1. Pemilihan topik mata tataran

Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta sudah
mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta melalui proses
belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran dan isinya.
Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga peserta dapat
belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur
yang perlu didiskusikan dalan bahan ajar?

Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional yang telah
penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku dan sumber belajar
serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang mata tataran termasuk
encyclopedia atau majalah yang ada di perpustakaan atau buk.

2.Pemilihan media dan sumber

Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis
instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih media
hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar diharapkan juga tidak
langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat
berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk
digunakan oleh peserta dalah proses belajar. Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk
menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan
disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat membelajarkan peserta. Media itulah
yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih

1. Pemilihan strategi pembelajaran

Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas belajar.
Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan
tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan dalam topik mata tataran. Hal
ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin dibelajarkan. Jika
sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu disajikan, secara umum dapat dikatakan
bagaimana struktuk bahan ajarnya.

Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis,
berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.
3. PENGEMBANGAN

Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar
dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengenbangan bahan ajar:

1. Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau
panduan praktik
2. Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
3. Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
4. Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar
kepada peserta
5. Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting
dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
6. Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan
dalam membuat bahan ajar
7. Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan
perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.

4. EVALUASI DAN REVISI

Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap
bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk
memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan
untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang dikembangkan
memang dapat digunakan untuk belajar-dimengerti, dapat dibaca dengan baik dan dapat
membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar
sehingga nmenjadi bahan ajar yang baik.

Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu

1. Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan
cakupan)
2. Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk
memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat
kesukaran)
3. Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta
untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan
tingkat kesukaran)
4. Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai
tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka perbaikan bahan ajar yang mungkin dilakukan
antara lain:

1. menghilangkan bagian-bagian yang dianggap tidak perlu


2. Memperluas penkelasan dan uraian atas suatu konsep atau topik yang dianggap masih
kurang
3. Menambah latihan dan contoh-contoh yang dianggap perlu
4. Memilah bahan ajar menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dicerna peserta
5. Memeperbaiki kalimat, istilah, serta bahasa yang digunakan untuk meningkatkan
keterbacaan
6. Menambah analogi, ilustrasi dan contoh kasus yang dianggap lebih efektif
7. Menambah penggunaan media lain yang dianggap dapat memperjelas dan membantu
peserta belajar

Perlu diingat bahwa pada komponen yang satu harus diikuti oleh perbaikan dan penyesuaian
pada komponen bahan ajar yang lain, sehingga diperoleh bahan ajar yang utuh dan terpadu.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan kata lain, Bahan ajar merupakan alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode-metode, batasan-Batasan, dan cara mengevaluasi yang
dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahanjar
akan mengurangi beban guru dalam menyajikan materi (tatap muka), sehingga guru lebih banyak
waktu untuk membimbing dan membantu peserta didik dalam proses pembelajaran.

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
KD yang akan dicapainya.

Saran

Sebagai seorang tenaga pendidik tidak hanya mampu mengajarkan tetapi dapat mendidik
anak ke arah tujuan hidup yang benar serta dapat memahami pentingnya metodologi
pembelajaran pada fisika sma
DAFTAR PUSTAKA

http://pengembanganbahanjar.blogspot.com/2014/07/pemilihan-bahan-ajar.html

https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/09/02/pengembangan-bahan-ajar/

https://sites.google.com/site/elearningtp2010/pengembangan-bahan-ajar/konsep-
pengembangan-bahan-ajar/konsep-pengembangan-bahan-ajar

http://bahanajarpendidikan.blogspot.com/2016/07/pengertian-bahan-ajar-serta-jenis-
jenis.html

Anda mungkin juga menyukai