Anda di halaman 1dari 30

A.

Konsep Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir


1. Konsep Proses Berfikir
Menurut Poespoprodjo (1999: 151) berpikir adalah suatu aktifitas yang
banyak seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-
langkah.
Sedangkan menurut Reason dalam Sanjaya (2006: 230) berfikir adalah
proses seseorang yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami. Proses
berpikir yang sempurna oleh seorang individu didukung oleh adanya unsur-
unsur sebagai berikut:
a. Tindakan yang dilakukan dengan satu tujuan tertentu yang disadari
b. Dilakukan berdasarkan sudut pandang tertentu
c. Berbasis suatu asumsi tertentu secara sadar
d. Mengarah kepada suatu langkah pelaksanaan dengan kesiapan
menghadapi konsekuensi tertentu
e. Dilaksanakan dengan menggunakan berbagai informasi dan
pengalaman
f. Dilakukan dengan menggunakan perkiraan dan timbangan yang
berbasis nilai-nilai tertentu
g. Menggunakan daya nalar yang baik, sehat, dan objektif
h. Semua tindakan dilakukan dalam upaya memperoleh jawaban dari
suatu pertanyaan tertentu.
Terkait proses berpikir, Hamilton dan Ghatala (1994: 260) mengatakan
bahwa tingkatan dari proses berpikir adalah sebagai berikut:
a. Stage Natural. Retention of mental images of actual experiences and
objects. Tahap alamiah. Pada tahap ini, peserta didik memiliki
ingatan mengenai gambar atau pengalaman aktual dan objek.
b. Naive psychological. Child uses external signs to cue recall only if
the sign is a direct representation of the target memory. Tahap
psikologi naif (perilaku yang apa adanya dan tidak dibuat-buat).
Peserta didik menggunakan tanda-tanda eksternal hanya ketika
mereka akan mempresentasikan target ingatan secara langsung.
c. External sign use.Child uses external signs symbolically to aid in
retrieval of target memories. Tahap penggunaan tanda eksternal.
Peserta didik menggunakan simbol-simbol eksternal untuk
membantu memperoleh kembali target ingatan mereka.
d. Ingrowth.Child generates internal mnemonics and logical
connections that mediate recall. Tahap pemantapan (tumbuh ke
dalam). Peserta didik menggeneralisasikan mnemonik internal dan
hubungan logis yang dipanggil ulang untuk menengahi perbedaan
antara ingatan dan informasi baru.

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir


Sanjaya (2006: 226-227) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir (SPKKB) adalah strategi pembelajaran yang
bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir peserta didik melalui
telah fakta-fakta atau pengalaman sebagai bahan untuk memecahkan masalah
yang diajukan. Terkait hal tersebut, terdapat beberapa hal yang terkandung
dalam pengertian strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir,
yaitu:
a. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada kemampuan
berpikir
b. Telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar
pengembangan kemampuan berpikir
c. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik.
3. Karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
Menurut Sanjaya (2006: 231-232) ada tiga karakteristik utama dalam SPPKB
yaitu:
a. Proses pembelajaran SPPKB menekankan proses mental siswa secara
maksimal.
Artinya model pembelajaran ini tidak menekankan pada peristiwa
behavioral yang melibatkan aktivitas fisik seperti mencatat dan mendengar
tapi lebih kepada peristiwa mental yang melibatkan proses berpikir siswa
yang diatur dalam otaknya.
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, dalam proses implementasi
SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara
mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian pertama
para guru. Artinya guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran
yang paling penting adalah bagaimana cara siswa mempelajari bukan
apa yang dipelajari.
2) Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa
ketika merencanakan topik yang harus dipelajari serta metode apa
yang digunakan.
3) Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru
harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan
antarbagian yang dipelajari.Informasi baru akan bisa ditangkap mudah
oleh siswa ketika siswa dapat mengorganisasikannya dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki.
4) Guru harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan
bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah
mereka miliki.
5) Siswa harus secara aktif merespons secara mental apa yang mereka
pelajari.
b. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara
terus menerus.
c. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu proses dan hasil belajar.

B. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis Strategi Pembelajaran Peningkatan


Kemampuan Berpikir (SPPKB)
1. Latar Belakang Filosofis

Teori konstruktivisme mendefinisikan belajar adalah tindakan yang


bersifat generatif. Maksudnya belajar didasarkan dari tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Belajar adalah sebagai bagian dari
kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pada
teori konstruktivisme ditekankan bahwa belajar adalah pada prosesnya bukan
hasilnya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer oleh seorang pengajar kepada
pebelajar, kecuali ia mau membangun pengetahuan sendiri melalui
interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan di
sekitarnya.
Menurut Suparno dalam Sanjaya (2013: 229) mengatakan hakikat
pengetahuan menurut filsafat konstruktivisme yaitu:
a) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek.
b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur
yang perlu untuk pengetahuan.
c) Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang. Struktur
konsepsi membentuk pengetahuan apabila konsepsi itu berhadapan
dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
2. Latar Belakang Psikologis

Landasan psikologis SPPKB adalah aliran psikologi kognitif. Menurut


aliran kognitif, belajar pada hakikatnya merupakan peristiwa mental, bukan
peristiwa behavioral. Piaget dalam Sanjaya (2006: 229) menyatakan
“Children have a built-in desire to learn.” Pendapat tersebut merupakan
pernyataan yang menjadi latar belakang dikembangkannya SPPKB.
Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai landasan SPPKB, belajar
adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian
tujuan. Hal ini mengandung arti bahwasanya proses belajar tidaklah
terpengaruh faktor dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu yang
belajar (student centered). Browner dan Hilgard dalam Sanjaya (2006: 230)
menjelaskan bahwa teori kognitif berkenaan dengan bagaimana seseorang
memperoleh pengetahuan dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan
tersebut untuk berperilaku lebih baik.

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan supaya Strategi Pembelajaran


Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Berhasil
Dalam melaksanakan strategi ini, ada bebrapa hal yang harus diperhatikan
supaya Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Belajar berhasil dengan
optimal. Menurut Hosnan (2013: 349) hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
merupakan model pembelajaran yang bersifat demokratis.
b. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
dibangun dalam suasana tanya jawab diskusi yang saling terbuka.
c. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) juga
merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana
dialogis.
D. Tahap Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB)

Terdapat berbagai langkah dalam proses pelaksaan strategi pembelajaran


peningkatan kemampuan berifikir. Berikut langkah menurut Sanjaya (2013: 234-
236):

1. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap bagi seorang guru untuk mengondisikan peserta
didik untuk siap mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran guru
menerangkan materi tentang Kelangkaan. Sebelum memasuki materi, guru
menjelaskan tantang tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dalam
materi tersebut. Kemudian guru juga menjelaskan proses pembelajaran yang
harus dilakukan oleh peserta didik, seperti apa saja yang harus dilakukan oleh
peserta didik dalam setiap tahap proses pembelajaran. Pada tahap ini guru
harus mampu membuat peserta didik merasa tertarik untuk mengikuti
pembelajaran materi kelangkaan tersebut.
2. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan ialah tahapan guru akan menanyai pengalaman peserta didik
terkait dengan materi yang akan dikaji. Pada tahap ini guru akan
berkomunikasi dangan melakukan tanya jawab pada peserta didik. Kemudian
dari hasil tanya jawab tersebut guru akan menentukan bagaimana guru akan
menghubungkan materi dengan pengalaman yang diperoleh peserta didik
sehingga akan lebih mempermudah peserta didik untuk memahami materi.
Implementasi:
Guru menanyakan pada peserta didik terkait masalah kelangkaan yang kerap
terjadi di Indonesia yang kiranya peserta didik turut merasakan efek dari
adanya kelangkaan tersebut. Informasi yang didapat dari jawaban peserta
didik dapat menjadi acuan bagi guru untuk menjelaskan materi kelangkaan
yang sedang dibahas, sehingga peserta didik lebih mudah untuk memahami
materi tersebut.
3. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi ialah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan
oleh peserta didik. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik,
guru dapat memberikan persoalan yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik.
Implementasi :
Guru memberikan tugas pada peserta didik untuk menganalisis masalah
kelangkaan mulai dari kelangkaan yang pernah terjadi di lingkungan sekitar
peserta didik sampai dengan kelangkaan yang pernah terjadi di Indonesia.
Guru menyuruh peserta didik menganalisis sebab-sebab kelangkaan dapat
terjadi, akibat dari adanya kelangkaan dan bagaimana cara untuk mengatasi
kelangkaan menurut perspektif peserta didik.
4. Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri ialah tahap dimana peserta didik belajar untuk berpikir lebih
dalam. Peserta didik diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Guru hendaknya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berpendapat dalam upaya pemecahan suatu persoalan.
Implementasi:
Setelah melakukan analisis, guru menyuruh peserta didik untuk
mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas. Peserta didik menjelaskan
sebab akibat adanya kelangkaan dan upaya untuk mengatasinya. Setelah
presentasi selesai, guru dapat memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan
materi yang disampaikan peserta didik dan meminta peserta didik baik yang
presentasi maupun yang tidak untuk mencoba menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Akan lebih baik jika pertanyaan tersebut dapat menjadi suatu
bahan diskusi.
5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi ialah tahap pembentukan pengetahuan baru melalui proses
penyimpulan. Pada tahap ini peserta didik diarahkan untuk mampu
mengungungkap kembali pembahasan yang telah dilakukan dalam
pembelajaran.
Implementasi :
Pada saat pembelajaran baik ketika disampaikan oleh teman atau guru sendiri,
peserta didik dianjurkan untuk mencatat kata-kata penting sembari menyimak
penjelasan yang disampaikan. Kemudian di akhir sesi pembelajaran guru
membantu peserta didik untuk mengingat-ingat lagi apa yang telah mereka
pelajari dengan bertanya jawab tentang pokok-poko materi kelangkaan.
Setelah itu guru membantu peserta didik membuat kesimpulan dari pelajaran
yang telah dilakukan.
6. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan
masalah yang disajikan. Pada tahap ini peserta didik diharapakan mampu
mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan masalah baru.
Implementasi:
Agar pseserta didik tetap belajar di luar jam pembelajaran sekolah, guru
memberikan tugas pada peserta didik terkait masalah kelangkaan di negara-
negara berkembang dan miskin. Inti dari tugas ini ialah untuk mengetahui
apakah penyebab kelangkaan dan akibatnya secara umum, apakah sebab dan
akibatnya di setiap negara berbeda atau sama. Peserta didik dapat mencari
sumber pokok bahasan tugas dari internet, surat kabar, berita ataupun media
yang lainnya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMAN 1 Tunas Harapan


Kelas/semester : X/1
Mata pelajaran : Ekonomi
Materi : Kelangkaan
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mendiskripsikan masalah ekonomi (kelangkaan)
2. Peserta didik mampu mengidentifikasi pilihan (kebutuhan dan keinginan)
dan skala prioritas
3. Peserta didik mampu menyajikan secara lisan dan tulisan hasil belajar
kelompok mengenai materi kebutuhan, masalah ekonomi (kelangkaan)
dan pilihan skala prioritas secara baik dan runtut.
B. Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi
3.1 Mendeskripsikan konsep ilmu ekonomi
1. Peserta didik mampu mengetahui masalah ekonomi (Kelangkaan
dan kebutuhan yang relatif tidak terbatas)
2. Peserta didik mampu mengidentifikasi pilihan (kebutuhan dan
keinginan) dan skala prioritas
4.1 Mengidentifikasi kelangkaan dan biaya peluang dalam memenuhi
kebutuhan
1. Peserta didik mampu menyajikan secara lisan dan tulisan hasil belajar
kelompok mengenai materi kebutuhan, masalah ekonomi
(kelangkaan) dan pilihan skala prioritas secara baik dan runtut

C. Materi Pembelajaran
1. Kelangkaan
2. Pilihan (kebutuhan dan keinginan)
3. Skala Prioritas

D. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran


1. Media
a. Ruang kelas
b. Presentasi berupa Power Point
c. Penayangan Video
d. Penampilan Gambar
2. Alat
a. Laptop
b. LCD Proyektor
c. Layar LCD White Screen
d. Speaker
e. Papan tulis
3. Sumber Belajar :
a. Buku Ekonomi Kelas X Alam S (2013)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Scientifik
Strategi : Peningkatan kemampuan Berpikir
Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
F. Langkah-langkah pembelajaran

LANGKAH DAN SKENARIO STRATEGI PEMBELAJARAN


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR

Langkah Alokasi
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
Tahap a. Guru membuka pembelajaran dengan 10 menit
Orientasi mengucapkan salam, dan menanyakan kabar
peserta didik.

Guru :“Assalamualaikum, semangat pagi anak-


anak. Bagaimana kabar kalian?”

Peserta didik :“Wasalamu’alaikum


Warahmatullahi Wabarokatuh, semangat pagi ibu
guru. Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”

Guru : “Alhamdulillah. Semangat ya buat


pembelajaran hari ini.”

Setelah itu guru mengecek kehadiran peserta didik


dengan menyebutkan nama peserta didik satu
persatu).

b. Memulai pembelajaran dengan doa yang


dipimpin oleh ketua kelas.

Guru : “Anak-anak sebelum memulai


pembelajaran pada hari ini mari kita berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing
dahulu, silahkan ketua kelas untuk memimpin doa”.
Peserta didik :“Siap grak, kepada ibu guru hormat
grak (semua peserta didik menundukkan kepala),
tegak grak, berdoa mulai!(sambil menundukkan
kepala). Berdoa selesai!”

C. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


pada pertemuan kali ini, dan indikator
pencapaian yang harus dicapai siswa.
Guru: “Anak-anak pada pertemuan kali ini kita
akan membahas mengenai Kelangkaan. Adapun
tujuan dari pembelajaran kali ini ialah kalian
mampu untuk mendiskripsikan masalah ekonomi
(kelangkaan) dan mampu mengidentifikasi pilihan
(kebutuhan dan keinginan) dan skala prioritas.”
Siswa :“Materinya susah ya bu?”
Guru: “Tidak susah kok. Mungkin kalian asing
dengan istilah administrasi transaksi, tapi ini
materinya mudah dipahami, yang penting kalian
serius dalam menerima pembelajaran kali ini.
Dalam materi kali ini ibu akan mengaitkannya
dengan pengalaman-pengalaman yang pernah
kalian rasakan.”
Siswa: “Waahh, sepertinya menarik bu.
Pengalamannya tentang apa bu?”
Guru: “ya pengalaman yang berhubungan dengan
kelangkaan. Kalian kan pasti pernah kan
mengalaminya, atau mungkin negara lain juga ada
beritanya.”
Siswa: “Ooohh… begitu bu.”
Tahap a. Guru melakukan tanya jawab dengan 20 menit
Pelacakan peserta didik terkait dengan pengalaman
peserta didik dengan materi yang
disampaikan
Guru : “Siapa saja di kelas ini yang pernah
merasakan adanya masalah kelangkaan di negara
kita?”
(salah seorang peserta didik bertanya)
Siswa: “Kelangkaan dalam hal apa bu?”
Guru: “Dalam hal apa saja, misalnya kebutuhan
pokok, air bersih ataupun kelangkaan bahan
bakar.”
(semua siswa terlihat antusias untuk menjawab
pertanyaan dari guru)
Siswa: “saya bu… saya merasakannya juga bu, di
berita juga ada bu.” (peserta didik saling
bersahutan)
Guru: “Wah ternyata hampir semua ikut
merasakannya juga yaa. Baik sekarang coba
acungkan tangan dan maju untuk menjelaskan
kelangkaan yang dirasakan dan kira-kira apa
dampaknya, salah satu saja.”
(beberapa peserta didik terlihat mengacungkan
tangan dan guru memilih salah satunya)
Siswa: “Saya bu… Saya bu… Saya bu..”
Guru: “Baik, coba kamu maju dan jelaskan
kelangkaan apa yang kamu rasakan dan kira-kira
apa dampaknya!” (guru menunjuk salah satu siswa)
Siswa: (maju ke depan kelas dan mulai
menjelaskan) “Jadi begini teman-teman, beberapa
saat yang lalu di negara kita sempat terjadi krisis
bahan bakar, mungkin temen-temen ada yang tahu
beritanya? Atau bahkan ikut merasakan
dampaknya?
Siswa lain: “Ya, aku tahu berita itu, kelangkaan itu
membuat harga bensin naik.”
Siswa: “Ya benar sekali. Di negara kita sempat
terjadi kelangkaan bahan bakar minyak bersubsidi.
Menurut berita yang pernah saya baca, teman-
teman bisa melihat beritanya di internet melalui
ponsel masing-masing ya, tadi saya sempet
membagi link di grup whatsapp kelas.”

Siswa: “diduga kelangkaan ini berawal dari upaya


pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar
minyak bersubsidi sehingga harga bahan bakar
minyak menjadi lebih murah, hal ini dimanfaatkan
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dengan murahnya harga bahan bakar minyak di
negara kita, oknum-oknum tersebut menjualnya ke
luar negeri atau ke industri-industri yang tidak
mendapat subsidi. Sehingga kelangkaan bahan
bakar tidak terhindarkan khususnya di daerah
Sumatera dan Indonesia Timur dan Jawa Tengah
juga mengalami dampaknya. Kelangkaan ini
membuat harga bahan bakar melambung naik yang
menyebabkan harga bahan makanan pun ikut naik
karena mahalnya ongkos transportasi. Kenaikan
harga bahan bakar ini juga saya rasakan karena
saya sekolah dengan sepeda motor dan ibu saya
juga merasakannya dan sering mengeluh karena
harga bahan makanan di pasar naik.”
Guru: “Bagus sekali, silahkan kembali ke tempat
duduk! Nha anak-anak seperti yang telah
dipaparkan oleh teman kalian, memang beberapa
saat yang lalu kita sempat mengalami kelangkaan
bahan bakar minyak bersubsidi dan hal ini menjadi
penyebab naiknya bahan baku untuk kebutuhan
sehari-hari. Selain kelangkaan yang disebut teman
kalian, kira-kira apa masih ada lagi bentuk
kelangkaan lainnya?”
Siswa 1: “Ada bu, kelangkaan kedelai.”
Siswa 2: “Kelangkaan beras bu.”
Siswa 3: “kelangkaan air bersih bu.”
Guru: “Ya benar sekali, pada intinya masih
terdapat banyak masalah ekonomi yang dihadapi
oleh negara Indonesia salah satunya kelangkaan.
Baik, sekarang kita akan masuk ke materi.”

b. Guru mulai menjelaskan materi kepada


peserta didik
(Guru mempersiapkan materi pada power point
yang ditayangkan di LCD proyektor)
Guru: “Sekarang perhatikan pada layar di depan
kalian!”

Guru: “Menurut kalian apa itu masalah ekonomi?


Dan mengapa kelangkaan menjadi salah satu
masalah ekonomi?”
(beberapa peserta didik terlihat megacungkan
tangan)
Guru: “Coba mba yang di depan jelaskan!”
siswa: “Menurut saya, masalah ekonomi ialah
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terkait
dengan ekonomi entah itu tentang tenaga kerja,
kebutuhan, kemiskinan, maupun masalah lainnya
yang masih dalam lingkup ekonomi.”
Guru: “Ya benar. Selanjutnya kenapa kelangkaan
juga termasuk masalah ekonomi?”
Siswa: “Karena adanya kelangkaan juga
menimbulkan masalah bu. Dampak dari adanya
kelangkaan menimbulkan berbagai masalah dari
yang ringan hingga masalah yang serius.”
Guru: “Ya benar, terima kasih. Jadi begini anak-
anak terdapat beberapa macam masalah ekonomi
yang kita hadapi salah satunya ialah kelangkaan.
Seperti yang sudah ibu tanyakan tadi kalian juga
mengalaminya, dan dampak dari kelangkaan itu
sering kali menimbulkan masalah. Nha kelangkaan
sendiri disebabkan oleh beberapa hal.”

Guru: “Faktor-faktor yang menjadi penyebab


kelangkaan seperti semakin banyaknya kebutuhan
manusia yang tidak didukung dengan alat pemuas
kebutuhan, kemudian manusia akan menacari
pengganti alat pemuas kebutuhannya yang
kemudian justru merusak sumber daya yang ada.
Sumber daya rusak dikarenakan manusia tidak
memiliki kemampuan untuk mengolah sumber
daya.”
Tahap a. Guru membagi peserta didik dalam beberapa 30 menit
Konfrontasi kelompok dan melakukan diskusi untuk
menganalisis sebab akibat dan dampak yang
ditimbulkan oleh kelangkaan.
Guru: “Baik anak-anak, perhatikan, agar kalian
lebih paham dengan materi ini ibu akan membagi
kalian dalam bebrapa kelompok dan kelompoknya
sudah ibu tentukan. Ibu bacakan ya, tolong
diperhatikan”
Siswa: “Baik bu.”

Guru: “nha sekarang silahkan bergabung dulu


dengan kelompok masing-masing!”
(siswa mulai bergabung dengan kelompoknya dan
terjadi sedikit kegaduhan kemudian guru
mengingatkan)
Guru: “Nak disegerakan ya dan jangan ramai
mengganggu kelas lainnya.”
Siswa: “Baik bu.”
(siswa telah bergabung dengan kelompok masing-
masing dan guru menjelaskan tugas yang akan
didiskusikan)
Guru: “nha tugas kali ini ialah membahas tentang
kelangkaan mulai dari lingkungan sekitar kalian
hingga kelangkaan di negara kita. Adapun untuk
kelompok 1 dan 2 akan mebahas tentang
kelangkaan sumber daya alam apa saja jenisnya
silahkan dibagi untuk dua kelompok ya. Untuk
kelompok 3 akan membahas kelangkaan sumber
daya manusia atau tenaga kerja dan keompok 4
akan membahas kelangkaan modal. Ada yang
kurang jelas?”
Siswa : “hal-hal yang dibahas dari kelangkaan itu
apa saja bu?”
Guru : “Faktor penyebabnya, dampaknya
kemudian bagimana upaya pemecahannya. Khusus
untuk faktor penyebab coba kalian analisis apakah
dari beberapa faktor penyebab kelangkaan ialah
karena untuk memenuhi kebutuhan manusia atau
hanya untuk memenuhi keinginan manusia. Bisa
dipahami?”
Siswa: “ya bu.”
Guru: “Bagus, sekarang kerjakan dan kalau ada
yang membawa laptop bisa dibuat ppt.”
b. Siswa mulai berdiskusi dengan kelompoknya
dan guru mengamatinya
(kelompok 1 dan 2 mulai membagi bagian diskusi
mereka agar hasil yang didiskusikan berbeda dan
lebih beragam)
Suasana diskusi kelompok 1
Nuraf: “Nih teman-teman kita dapat bagian ini dari
hasil diskusi sama kelompok 2.” (menunjukkan
catatan)

Arindha: “Okedeh, yuk mulai kita kerjakan. Agus


kamu bawa laptop kan? Dibuat ppt sekalian saja,
biar cepat”
Agus: “oke.”
Alda: “Kira-kira apa sih yang jadi penyebab
langkanya bbm?”
Ana: “Ini nih aku dapat dari internet, tapi ini
sumbernya dari beritu tuh, ngga papa ya kan
nyambung juga.”
Anggit: “Iya, coba dibaca dulu sambil dipahami.”
Alda: “Masuk tuh masuk, kan kalo kuotanya
dikurangi otomatis persediaan bahan bakarnya
berkurang dong, terus kan pertumbuhan penduduk
juga semakin meningkat jadi akan semakin banyak
yang butuh bbm juga, iya kan?”
Arindha: “iya bener, terus kan tidak semua
infrastruktur daerah itu baik keadaannya jadi
menyulitkan distribusinya juga kan, semakin
berkurang lagi.”
Nuraf: “Iya bener tuh, terus aku juga nemu berita
lagi. Di sini dikatakan bahwa sebelum bbm naik itu
pemerintah menurunkan harga bbm subsidi, terus
ada bebarapa oknum yang memanfaatkan keadaan
tersebut untuk keuntungannya sendiri. Mereka
menjual bbm yang murah ini pada industri-industri
yang tidak mendapat subsidi bahan bakar bahkan
ada yang menjualnya ke luar negeri. Kan
masayarakat kita kan butuh juga kalo dijual gitu
jadi kurang kan jumlahnya.”
Ana: “oh iya bener, mungkin ini juga yang
dimaksud bu guru tadi, mana yang langkanya
karena faktor untuk memenuhi kebutuhan atau
untuk memenuhi keinginan.”
Anggit: “Iya tuh, berarti ini bisa masuk yang untuk
memenuhi keinginan, karena kan mereka mencari
keuntungan buat mereka sendiri.”
Agus: “Iya bener tuh, langsung ketik aja ya.”
Tahap Inkuiri a. Guru memberi kesempatan pada peserta
didik untuk berpendapat mengenai suatu
persoalan
(sesi diskusi terus berlanjut dan terdapat beberapa
peserta didik yang merasa kebingungan kemudian
bertanya pada guru)

Siswa: “Bu kalau kelangkaan sumber daya manusia


itu kira-kira bisa tidak terjadi pada tenaga kerja?”
Guru: “Maksudnya semakin sulit mencari tenaga
kerja begitu?”
Siswa: “Iya bu.”
Guru: “Menurut kalian sendiri kira-kira
bagaimana? Bisa tidak tenaga kerja itu menjadi
langka dalam artian sulit dicari?”
Siswa: “Kalau menurut saya bisa bu, namun disini
yang dimaksud langka itu bukan manusianya yang
kurang tapi dalam hal kemampuan. Kan banyak
tenaga kerja yang kurang memiliki potensi di
bidang tertentu misalnya kurangnya penguasaan
dan pengetahuan akan teknologi, padahal pada
jaman sekarang tenaga kerja dituntut untuk mampu
memahami teknologi. Kemudian kurang luasnya
pengetahuan. Ya pada intinya sumber daya
manusia menjadi langka karena potensi yang
dimiliki manusia kurang memenuhi kualifikasi
sebagai tenaga kerja, begitu bu.”
Guru: “Nha itu tahu, bagus sekali, saya suka
dengan pendapat kamu.

b. Guru mengakhiri sesi diskusi dan memulai 30 menit


sesi presentasi
Guru: “Baik anak-anak ibu rasa waktu untuk
diskusi sudah berakhir, sekarang silahkan per
kelompok mewakilkan salah satu anggotanya untuk
maju mempresentasikan hasil kerja kalian.”
Siswa: “Majunya urut sesuai kelompok atau
bagaimana bu?”
Guru: “langsung maju semua saja perwakilan
setiap kelompok, semua diskusi dipresentasikan
dulu.. Nhah silahkan maju, dipercepat saja karena
waktunya tinggal 30 menit saja.”
(setiap perwakilan kelompok maju dan
mepresentaskan hasil diskusi mereka)
kelompok 1: “Nha teman-teman bisa langsung
dilihat di layar yaa, jadi kelangkaan itu terdapat
beberapa jenis salah satunya ialah kelangkaan
sumber daya alam. Kemudian dari kelangkaan
sumber daya alam ini dapat dibagi lagi menjadi
bagian yang lebih khusus, contohnya kelangkaan
sumber daya minyak dan kelangkaan sumber daya
pangan.”

Kelompok 1: “Untuk kelangkaan sumber daya


minyak terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu adanya pembatasan kuota
subsdi bahan bakar yang membuat daerah dengan
penduduk yang padat akan berebut untuk
mendapatkan bahan bakar minyak, kemudian
minimnya sarana dan prasarana untuk akses ke
daerah tertentu sehingga menghambat distribusi
bahan bakar, kemudian ketika terdapat penurunan
harga bahan bakar terdapat oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab memanfaatkan demi
keuntungan sendiri.
Kelompok 3: “Saya ingin bertanya terhadap
kelompok 1. Yang dimaksud dengan oknum yang
tidak bertanggung jawab itu seperti apa, dalam hal
apa tidak bertanggung jawabnya?”
Kelompok 1: “Menurut berita yang sudah saya
baca, beberapa saat lalu pemerintah sempat
menurunkan harga BBM bersubsidi, dan hal itu
membuat manusia-manusi yang tidak bertanggung
jawab megambil keuntungan dari keadaan tersebut.
Mereka merasa memiliki kesempatan untuk
memperkaya diri dengan menjual BBM bersubsidi
ini ke pihak-pihak yang tidak mendapat subsidi dan
ke luar negeri. Hal ini kemudian membuat
kesediaan BBM bersubsidi menjadi sedikit dan
akhirnya terjadi kenaikan harga yang drastis
padahal kenaikan ini tidak seimbang dengan
jumlah BBM bersubsidi yang tersedia.”
Kelompok 3: “Saya akan menambahkan pendapat
saya dari presentasi kelompok 1. Dalam materi
kelangkaan ini terdapat hubungan dengan
kebutuhan manusia, nha kebutuhan itu dibedakan
menjadi dua, bisa dilihat pada layar di depan.”
Kelompok 3: “Dari penjelasan di layar tersebut
jika dihubungkan dengan kasus oknum yang tidak
bertanggung jawab tadi tentu akan jelas memiliki
hubungan. Dasar dari tindakan oknum tersebut
ialah karena keinginan semata, karena pada
dasarnya sifat manusia adalah serakah, ingin
memiliki segalanya. Mungkin itu saja pendapat
saya”
Guru: “Bagus sekali, saya akan memberi nilai
tambah pada kelompok kalian.”
Kelompok 2: “Selain dua kelangkaan tersebut,
terdapat kelangkaan sumber daya manusia. Dalam
hal ini kelangkaan yang dimaksud ialah kompetensi
yang dimiliki oleh manusia kurang memadai untuk
kualifikasi tenaga kerja. Mayoritas SDM yang
dimiliki negara kita ialah para pekerja kasar yang
kurang mengerti pendidikan dan tidak paham
teknologi.”
Semua kelompok: “Mungkin ini saja presentasi dari
kami, kurang lebihnya kami mohon maaf, terimak
kasih.”

Tahap a. Guru menutup pembelajaran dengan


Akomodasi membuat kesimpulan
Guru: “Baik terima kasih untuk yang sudah
presentasi dan menanggapi. Apakah masih ada
yang belum paham.”
Siswa: “Paham bu.”
Guru: “Baik jika kalian sudah paham, apa saja
yang sudah kita pelajari hari ini?”
Siswa: “Kelangkaan bu, faktor penyebab
kelangkaan, jenis-jenis kelangkaan, kemudian
hubungan kelangkaan dengan kebutuhan manusia,
dampak akibat adanya kelangkaan dan juga kita
telah mengetahui kelangkaan yang terjadi di
negara kita melalui berita-berita yang telah diakses
dan dianalisis tadi.”
Guru: “Baik ibu rasa kalian cukup mengerti
dengan materi ini, hari ini ibu cukupkan yaa”
Siswa : “baik bu, terima kasih”
Guru: “sebelum pelajaran berakhir alangkah lebih
baiknya kita berdoa terlebih dahulu, menurut
agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa
dimulai.”
(peserta didik menunduk dan mulai berdoa)
Guru: “Selesai, amiin. Terima kasih anak-anak
cukup sekian pertemuan kita hari ini, selamat
siang.”
Siswa: “Selamat siang bu.”
DAFTAR PUSTAKA

Geissler, G., Edison, S., & Wayland, J. 2012. Improving students critical thingking,
creativity and communication skills. Journal of Instructional Pedagogies. Vol
8, 1-10.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Poespoprojo, W. 1999. Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu,Bandung:


Pustaka Grafika.

Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Sumantri, M. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai