Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK SISTEM

MAKROSKOPIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : II (DUA)
Pepi Rahmayani (4151121052)

Silfha Yanni Pane (4151121064 )

Sri Rahmadani (4152121041 )

Okky Eirene Manihuruk (4153121048 )

Pendidikan Fisika Dik D 2015

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2015/2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah Fisika
Statistik ini yang berjudul Karakteristik Sistem Makroskopik.

Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada bapak Ridwan Abdullah Sani
dan bapak Aswin Rangkuti yang telah memberikan kami pengarahan untuk mempermudah
kami mengerjakan makalah ini, dan juga kepada pihak yang telah mendukung baik berupa
materi, motivasi atau yang lainnya.

Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mohon maaf kepada bapak serta pembaca yang membaca makalah kami
ini. kami juga mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sangat kami
harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Medan, 25 Februari 2017


Penulis,

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
4
A. Latar Belakang..............................................................................................
...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
...............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
6
A. Defenisi Sistem Makroskopik.........................................................................
6
B. Variabel-Variabel Makroskopik.......................................................................
...............................................................................................................................6
C. Ciri Khas koordinat Makroskopik...................................................................
8
D. Contoh Soal.....................................................................................................
...............................................................................................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................................
11
A. Kesimpulan.......................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
12

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengenai persamaan kajian dari Termodinamika dan Fisika Statistika yakni
Termodinamika adalah contoh cabang ilmu fisika yang menerapkan pandangan makroskopik
seperti suhu, volume dan tekanan, yang menggambarkan fisik sistem termodinamika.
Sedangkan berkenaan dengan kajian fisika statistik ini sama merupakan cabang dari kajian
fisika yang sebetulnya hubungan antara termodinamika dan fisika statistik sangatlah erat di
antara keduanya. Pada dasarnya kajian antara termodinamika dan fisika statistik adalah sama
kedudukanya di dalam ilmu fisika. Kedudukan termodinamika dan fisika statistik ibarat
pemahaman yang kontinu tentang suatu cabang ilmu pengetahuan dimana terdapat hubungan
kekerabatan yang sangat dekat sebab pokok bahasan dari fisika statistik tidak lain adalah
termodinamika lanjut.
Keadaan termodinamika digambarkan sebagai titik dalam ruang keadaan. Setiap
titik dalam diagram fase sistem PV T bersesuaian dengan sebuah keadaan, yaitu keadaan
termodinamika. Keadaan termodinamika adalah keadaan makro (macrostate). Setiap keadaan
makro bersesuaian dengan banyak sekali keadaan mikro, bahkan tak-hingga untuk sistem
kontinu. Keadaan mikro adalah konfigurasi sesaat dari semua elemen mikroskopik. Keadaan-
keadaan mikroskopik suatu sistem dapat dinyatakan dalam ruang fase. Ruang fase dari suatu
gas dalam wadah tertutup yang terdiri atas N molekul dapat digambarkan dalam ruang fase
berdimensi 6N, yaitu {x1 pzN}.
Berkenaan dengan pemahaman kajian perbedaan termodinamika dan fisika statistik
dimana untuk pemahaman secara mikroskopik suatu sistem meliputi beberapa ciri khas seperti
adanya pengandaian bahwa sistem terdiri atas sejumlah molekul, dan kuantitas-kuantitas yang
diperinci tidak dapat diukur secara makroskopis.

B. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang di atas, maka adapun yang menjadi rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Apa itu sistem makroskopik ?
2. Apa variabel-variabel dari sistem makroskopik ?
3. Apa-apa saja ciri dari sistem makroskopik ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

5
Tujuan dari makalah ini agar peserta diskusi atau pembaca dapat mengetahui:
1. Sistem makroskopik.
2. Variabel-variabel makroskopik.
3. Ciri-ciri sistem makroskopik.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Sistem Makroskopik


Sistem makroskopik merupakan sistem dengan skala besar serta dapat diukur.
Sistem ini dilengkapi dengan variabel makroskopik yaitu variabel tekanan, temperatur,
volume, energi, dan sebagainya. Variabel makroskopik menjelaskan tentang karakter fisis
sistem, yang informasinya didapat melalui hasil Pengukuran dimana pengukuran akan terjadi
ketika sistem berada dalam keadaan setimbang dan hal ini berkaitan dengan jumlah kejadian
mikro dengan peluang terbesar.

B. Variabel-Variabel Makroskopik
1. Tekanan (P)
Tekanan merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika,
dan didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau gas) pada satu satuan unit luas
area. Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan (stress). Satuan tekanan adalah Pa
(Pascal), yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2 Karena satuan Pascal terlalu kecil,
maka dalam analisis thermodinamika sering digunakan satua kilopascal (1 kPa = 103 Pa),
atau megapascal (1 MPa = 106 Pa). Satuan tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar
(barometric), atau atm (standard atmosphere), sebagai berikut :

1 bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa


1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar

Pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut


tekanan absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif terhadap
tekanan atmosfir. Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu perbedaan antara
tekanan atmosfir dengan tekanan absolut.
Alat pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan
vakum disebut manometer vakum, sedang alat pengukur tekanan atmosfir disebut
barometer. Terdapat banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U, manometer
pegas, atau transduser elektronik.

7
2. Temperatur (T)
Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energi panas pada
suatu benda padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan salah satu
property suatu material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik. Prinsip
pengukurannya adalah apabila suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang akan diukur
temperaturnya, maka akan terjadi perpindahan panas ke alat ukur sampai terjadi keadaan
seimbang. Dengan demikian temperatur yang terterapada alat ukur adalah sama dengan
temperatur pada benda yang diukur temperaturnya. Prinsip tersebut menghasilkan Hukum
Thermodinamika Zeroth (Zeroth Law of Thermodynamics), yaitu apabila dua benda dalam
keadaan seimbang thermal dengan benda ketiga maka dua benda tersebut juga dalam
keadaan seimbang thermal walaupuntidak saling bersentuhan.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari
ukuran temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala ukuran Kelvin, tetapi
titik nol C sama dengan 273,15 K. Titik nol C adalah kondisi es mencair pada keadaan
standard atmosfir, sedang kondisi 0 K adalah kondisi nol mutlak dimana semua gerakan
yang menghasilkan energi pada semua materi berhenti. Dalam analisis thermodinamika,
apabila yang dimaksudkan adalah ukuran temperatur maka yang digunakan adalah ukuran
dalam K, sedang apabila analisis berhubungan dengan perbedaan temperatur maka baik
ukuran C maupun K dapat digunakan.

3. Volume (V)
Volume dari sebuah sistem termodinamika adalah suatu parameter ekstensif untuk
menjelaskan keadaan termodinamika. Volume spesifik, adalah properti intensif, adalah
volume per satuan massa. Volume merupakan fungsi keadaan dan interdependen dengan
properti termodinamika lainnya seperti tekanan dan suhu. Contohnya, volume
berhubungan tekanan dan suhu gas ideal melalui hukum gas ideal. Volume fisik dari
sebuah sistem dapat sama atau berbeda dari volume kontrol yang digunakan untuk
menganalisis sistem.

4. Energi Dalam (E)


Energi dalam (E) adalah total energi kinetik dan energi potensial yang ada di
dalam sistem. Namun karena besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem
tidak dapat diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan,
yang dapat ditentukan adalah besar perubahan energi dalam suatu sistem. Perubahan energi

8
dalam dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul bila
suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan
persamaan :
E = q + w.

Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem mengeluarkan kalor,
maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, maka w pada rumus tersebut bernilai
positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan, maka w bernilai negatif.Jadi bila suatu
sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 10 kJ, dan sistem tersebut juga melakukan
kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan energi dalam-nya akan sebesar 16 kJ.

Besaran-besaran makroskopik tadi dikelompokkan menjadi dua jenis, yang


sebanding dengan jumlah partikel dan yang tidak bergantung pada jumlah partikel. Besaran
yang sebanding dengan jumlah partikel disebut sebagai besaran ekstensif, misalnya jumlah
partikel, volume, energi dalam, dan entropi S. Sedangkan besaran yang tidak bergantung pada
jumlah partikel disebut sebagai besaran intensif, misalnya tekanan, temperatur, panas jenis c,
kerapatan dan potensial kimia .

C. Ciri Khas Koordinat Makroskopik


1. Koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus mengenai struktur materi.
2. Jumlah koordinatnya sedikit.
3. Koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita secara langsung.
4. Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung.

D. Contoh Soal
1. Suatu system terdiri dari tiga partikel berbeda, misalnya a, b, dan c, yang tersebar
kedalam dua tingkat energi, dan . Jika system tidak tergenerasi, atau jumlah
keadaan utnuk tiap tingkat energy adalah satu, maka:
a. Tunjukan keadaan makro yang mungkin
b. Tunjukan keadaan mikro untuk setiap keadaan makro
c. Tentukan peluang termodinamika untuk setiap keadaan makro
d. Tentukan peluang termodinamik system

9
Jawab :
Dengan misalkan N dan N adalah jumlah partikel untuk masing- masing tingkat
energi, maka masalah ini dapat diselesaikan dengan cara berikut :

a. Keadaan- keadaan makro yang mungkin


N1 3 2 1 0
N2 0 1 2 3
Terlihat bahwa terdapat empat keadaan makro.

b. Keadaan- keadaan mikro untuk setiap keadaan makro


Keadaan makro
N1 3
N2 2

N2 2
N1 1

N2 1
N1 2

N2 0
N1

keadaan mikro
abc

bc ac ab
a b c

a b c
bc ac ab

abc

10
c. Peluang termodinamika dapat kita lihat untuk setiap keadaan makro, sehingga
diperoleh : W = 1, W = 3, W = 3, dan W = 1
d. Peluang termodinamika system adalah :
= W + W + W + W
=1+3+3+1
=8

Berdasarkan contoh diatas, secara umum peluang termodinamika untuk setiap keadaan
makro, dapat dirumuskan sebagai berikut :

(N 1+ N 2) N!
W= =
N1 ! N2! N 1! N2 ! . N a!

BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
1. Sistem makroskopik adalah sistem dalam lingkup besar dan dapat diukur.
2. Sistem makroskopik memiliki varibel-variabel yang dapat diukur, seperti volume,
temperatur, tekanan dan energi.
3. Sistem makroskopik memiliki hubungan yang sangat erat dengan sistem mikroskopik.
4. karakter fisis suatu sistem didapat melalui pengukuran dan dalam kedaan setimbang.

DAFTAR PUSTAKA

12
Mikrajuddin Abdullah. 2007. Pengantar Fisika Statistik untuk Mahasiswa. Bandung : ITB
Fisika statistik maxwell bolztman.pdf
Pandangan sistem makroskopik.pdf
file:///C:/Users/User01/Pictures/Keadaan%20mikro%20(mekanika%20statistika)
%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html
file:///C:/Users/User01/Pictures/Maya%20Sari%20Simatupang%20%20Bahan
%20Kuliah%20Fisika%20Statistik%20(Sistem%20Mikroskopik%20dan
%20Makroskopik).html
file:///C:/Users/User01/Pictures/rizqi%20diaz%20%20Sekilas%20tentang%20Fisika
%20Statistik.html

13

Anda mungkin juga menyukai