Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FISIKA KUANTUM

TEORI GELOMBANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Kuantum
Dosen Pengampu : Drs.Supurwoko, M.Si












OLEH :
ERLYTA INTAN PERWITASARI
K2309019
PEND. FISIKA A




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Aproksimasi WKB (Wentzel, Kramers, dan Billiouin) tidak dapat
digunakan untuk penyelesaian semua soal nilai eigen. Selain itu, metoda
aproksimasi WKB juga tidak menyediakan prosedur perbaikan hasil
aproksimasinya secara sistematik. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka
akan dibahas teori rumusan Rayleigh-Schrodinger (RS) untuk kasus gangguan.
Teori gangguan, sering digunakan untuk perhitungan-perhitungan dalam teori
kuantum. Teori gangguan diterapkan pada banyak masalah untuk memperkirakan
perubahan tingkat-tingkat dan fungsi gelombang yang berhubungan dengan
tambahan variasi yang disebabkan oleh interaksi antar partikel dan juga medan
listrik atau magnet.
Teori gangguan dibedakan menjadi dua yaitu gangguan tak bergantung waktu
atau gangguan stasioner dan gangguan bergantung waktu. Dalam gangguan
stasioner dibedakan kadi menjadi dua yaitu kasus non-degenerasi dan kasus
degenerasi. Untuk lebih jelasnya mengenai teori gangguan tersebut akan dibahas
dalam makalah ini.

B. Perumusan Masalah
1. Apasajakah macam-macam teori gangguan?
2. Bagaimana penjabaran teori gangguan dengan teori rumusan Rayleigh-
Schrodinger (RS)?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui macam-macam teori gangguan.
2. Mengetahui penjabaran teori gangguan dengan teori rumusan Rayleigh-
Schrodinger (RS)
2

BAB II
PEMBAHASAN
Suku tambahan pada perator Hamiltonian sering kali muncul pada
beberapa persamaan dalam mekanika kuantum. Suku tambahan tersebut
merupakan sebuah ganguan. Dalam teori gangguan, Hamiltonian diuraikan
menjadi dua bagian yaitu bagian tanpa gangguan dan bagian suku pengganggu.
Suku pengganggu dibagi lagi menjadi dua yaitu gangguan yang bergantung waktu
dan gangguan stasioner atau tak bergantung waktu.
A. Teori Gangguan Bergantung Waktu
Proses dinamika yang berkaitan dengan perubahan keadaan suatu sistem
kuantum biasa dilukiskan sebagai proses peralihan atau transisi dari suatu keadaan
ke keadaan kuantum yang lain. Proses transisi ini dapat diselesaikan dengan
persamaan Schrodinger.
Apabila sistem Hamiltonian diuraikan menjadi sebagai berikut:

()



()

()

Pers.1
Dengan
()
sebagai gangguan kecil terhadap
()
dan
()
memenuhi
syarat-syarat:
a) Tak bergantung pada waktu
b) Memiliki solusi lengkap bagi persamaan nilai eigen

()

()

()

()
Pers. 2
Dengan perangkat vector eigen {

()
} yang ortonormal.
Deskripsi perubahan waktu dari setiap keadaan stasioner secara umum
diberikan sebagai superposisi linear berikut.

()
()

()

()

Pers. 3
Karena tidak konstan, maka persamaan eigen tidak berlaku lagi untuk .
Persamaan gerak yang berlaku adalah

Pers. 4
3

Solusi untuk persamaan 4 pada saat tertentu masih dapat dianggap sebagai
hasil gangguan tertentu pada keadaan eigen
()
yang dituliskan dalam bentuk
superposisi vector-vektor eigen
()
dengan koefisien C
k
yang berlaku untuk saat
tersebut. Hal ini berarti bahwa deskripsi perubahannya diungkapkan oleh variasi
waktu dari koefisien-koefisien kombinasi linear menurut persamaan Schrodinger.
Dalam bentuk umum, solusi persamaan 4 dapat ditulis sebagai berikut.
()

()

Pers. 5
Dengan notasi ringkas

()
dan syarat awal
()

()

Pers. 6
Untuk menentukan persamaan yang memenuhi {C
k
(t)} sesuai dengan
persamaan 5 maka () dari persamaan 5 subtitusikan ke persamaan 4.
Kemudian ambil produk skalar dengan vektor eigen , sehingga diperoleh
persamaan berikut.

()

()

()


Dengan menggunakan sifat ortonormal vector eigen
()

, akan
diperoleh elemen matriks sebagai berikut.
|
()
|
()

()


Sehingga, persamaan menjadi

()

()

()

Pers. 7
dengan d/dt merupakan diferensial eksplisit terhadap t dan

()
|
()
|

Pers. 8
Untuk setiap k dapat ditulis dalam bentuk deret seperti

()

()
()

Pers. 8
Dengan syarat awal:

()

()


Deret C
k
(t) pada persamaan 8 disubtitusikan pada persamaan 7 dengan
menambahkan koefisien pada
()
. Dengan menyamakan koefisien-koefisien

n
, diperoleh dua order aproksimasi pertama sebagai berikut.

()

()

Pers. 11
4

()

()

()
()

()
()

Pers. 12
Sehingga koreksi order ke-n secara umum dapat ditulis

()

()
()

()
()

Pers. 13
Persamaan order terendah setara dengan persamaan 3 yang solusinya

()
()

()

dengan syarat

. Sehingga persamaan order pertama


untuk l m menjadi

()

()

Pers. 14
Persamaan 14 juga dapat langsung diperoleh dengan pendekatan
C
k
(t)<<C
m
(t
0
)=1. Dengan syarat

dapat ditentukan harga koefisien C


l
(t)
dengan mengintegralkan persamaan 14

()

()
(


Untuk menyelesaikan persamaan di atas,
()
harus diketahui secara khusus.
Gangguan nonstasioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Gangguan transien (terbatas dalam waktu)

()


()



b. Gangguan terus menerus atau tetap

()


()



1. Keadaan Transien
Keadaan transien terjadi pada sistem dengan gangguan awal dan akhir
berada pada keadaan stasioner. Keadaan ini digambarkan seperti dibawah ini.





(

()

()

()


-
t
1
t
2
()

()

()

()

()

()


5

Apabila

()

, maka probabilitas transisi dari


diberikan oleh suatu konstanta pada keadaan yang bersifat stasioner yaitu t =
0. Konstanta pada kasus ini adalah

(). Karena
()
bersifat transien,
maka integral dari persamaan 15 menjadi :

()

()


Dengan menggunakan transformasi fourier, integral di atas dapat ditulis
menjadi

()

()
(

)
Dimana

()
(

()


Harga

() dapat diperoleh melalui perhitungan transformasi fourier


pada frekuensi

dengan syarat .
Berdasarkan sifat hermitivitas
()
, diperoleh bahwa
()

()

. Dari
hubungan tersebut, diperoleh pula bahwa

. Sehingga amplitude
probabilitas untuk transisi balik dapat dituliskan sebagai berikut.

()

()

()


()

() *


()

() ,

()-


Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa transisi antara dua
keadaan, yaitu keadan dan memiliki probabilitas yang sama dan tidak
bergantung arah transisinya. Sifat ini dikenal dengan prinsip keseimbangan
terinci (detail balance) yang diakibatkan oleh sifat hermitisitas
()
. Sifat ini
berlaku untuk suatu sistem kuantum tertentu seperti sebuah atom.
Eksitasi Atom H dengan Radiasi Elektromagnetik (E.M)
Sesuai perumusan klasik, Hamiltonian untuk atom H bebas tanpa
medan magnet luar dirumuskan sebagai.
6


Dengan Z adalah jumlah muatan efektif teras (core) H dalam satuan
e (harga mutlak muatan elektron). Jika terdapat suatu medan radiasi
dengan potensial vektor

dan potensial skalar melalui medan magnet


dan medan listrik

, maka akan diperoleh hubungan sebagai berikut.


Pada medan elektromagnet yang tak mengandung komponen statik
atau biasa disebut sebagai radiasi murni, hubungan antara medan raiasi
dengan medan listrik

menjadi:


Dimana medan radiasi

memenuhi persamaan gelombang bebas.


(


Sesuai dengan kaidah substitusi minimal dengan syarat invariant gauge
local

, dengan

adalah momentum yang berkonjugasi


dengan koordianat umum bagi suatu sistem yang bersangkutan, dapat
didapatkan interaksi elektromagnetik antara electron yang bermuatan e
dan medan radiasi yang dilaluinya. Sehingga persamaan 19 dapat
dituliskan dalam bentuk


Pada mekanika kuantum, operator

berharga

. Dengan
mengganti

dengan

serta dijabarkan sesuai aturan gugus kuadratik


dan persamaan operator

, diperoleh persamaan

,(

) (

)-


engan menggunakan syarat Coulomb dan pendekatan

untuk
intensitas radiasi yang lemah, maka persamaan di atas menjadi
7



()

()

Dari persamaan di atas, maka

()

()


Persamaan 27 dapat disubstitusikan pada persamaan 16 sehingga
diperoleh

() yang dapat didefinisikan.


Gangguan transien terjadi jika medan radiasi yang hanya berlangsung
pada waktu tertentu yang terbatas. Oleh karena itu, potensial vektor


tidak mungkin bersifat monokromatik. Akan tetapi potensial vector


dianggap sebagai gelombang monokromatik yang bersuperposisi linear
dan dengan rumus transform Fourier dapat definisikan sebagai:

( )

()

+
Untuk mediun nondispersif, harga potensial vector

bernilai

( )

()
(

+
Dengan |

| . Persamaan 23 dan persamaan 29


mengakibatkan sifat transversalitas

() tampak pada
Hamiltonian sehingga dapat dituliskan dalam bentuk

()

()


Amplitude untuk probabilitas transisi menurut persamaan 16
dan definisi
()
di atas, maka dapat dicari harga

().

()

|
()
(

)|

()

) |
(

()

()

*|

()
(


Dengan representasi Dirac, diperoleh

()

)
Sehingga besar probabilitas diperoleh
|

()|

||

)|


Misalkan

() () dan panjang gelombang


radiasi yang ditinjau cukup besar (

) maka perlu digunakan


pendekatan dipole yang berlaku untuk sistem atom dengan ukuran
beberapa . Dengan aproksimasi

maka akan
didapat rumus aproksimasi

()

)
Dengan menggunakan matriks identitas operator untuk tiga dimensi

- dan persamaan 26, maka diperoleh


hubungan komputasi sebagai berikut.

[
()
]

[
()
]
Sehingga diperoleh persamaan

|[
()
]|


Dengan menggunakan operator momen dipole listrik , maka
persamaan 33 menjadi:

)
Dan didapat rumus aproksimasi dipole
|

()|

|(

)|

Pers. 37

2. Keadaan Tetap
Gangguan stasioner untuk keadaan tetap sering ditemukan pada kasus
hamburan partikel oleh suatu potensial tetap, ( ), yang memiliki jangkauan
9

interaksi terbatas. Karena jangkauan interaksinya terbatas, maka keadaan awal
dan akhir pada kasus ini memiliki nilai eigen
()
yang berbeda. Untuk kasus
ini, gangguan stasioner dituliskan sebagai.

()
() () {


()



Sesuai rumus aproksimasi, persamaan untuk C
l
(t) dapat dituliskan

()


Dengan mengintegralkan langsung persamaan 39 dengan batas 0 sampai t
dan memenuhi syarat awal

()

maka diperoleh

()

)
Dan probabilitas untuk keadaan di atas adalah sebagai berikut.

()

()

( (

))
(

()

(
(


Pada keadaan yang terjadi di daerah spectrum kuasikontinu misalnya pada
proses Auger atom berat dan proses hamburan terjadi proses konservatif
dengan

. Selama keadaan tersebut

sehingga

dapat
diabaikan. Persamaan diatas menjadi:

()

ers 43
Pada kasus ini, laju transisi total *+ karena probabilitas transisi
dalam kasus ini merupakan fungsi waktu. Dengan persamaan 41 dengan *+
mencangkup seluruh keadaan yang mungkin ditempati pada akhir transisi,
maka persamaan tersebut menjadi.

()


10

Persamaan di atas hanya berlaku pada spectrum dengan kadaan akhir,
*+, bersifat diskrit. W merupakan jumlah dari fungsi-fungsi t harmonik
tanpa ada pembatasan untuk

. Untuk keadaan diskrit, W berbanding


lurus dengan t.
Dalam peristiwa fotolistrik, emisi electron Auger, serta proses-proses
radiatif lain, proses transisi biasanya akan berakhir pada kumpulan energy
yang berdekatan. Dapat dikatakan bahwa keadaan akhir dari proses-proses
tersebut memiliki distribusi E kontinu. Karena distribusi keadaan berlangsung
kontinu terhadap waktu maka kerapatan keadaan diberikan berupa fungsi
waktu, (

()
). Selang energi antara

()
dan

()

()
dapat dirumuskan.
.

()
/ .

()
/

()

Dengan penyesuaian operasi penjumlahan

()

()

, diperoleh laju
reaksi


Fungsi ,(

)-

berosilasi dengan puncak yang menonjol di


sekitar

). Amplitudo yang dihasilkan mengecil dengan


cepat pada

seperti pada gambar di bawah. Hal ini dapat


mengakibatkan kontribusi integral luar

dapat diabaikan. Besar

dan (

) di sekitar

adalah konstan sehingga persamaan 46


menjadi

)
(



11


Dengan mengingat bahwa

dan lebar
karakteristik distribusi (

) sangat besar, maka batas integral di atas


disamakan antara - sampai Sehingga persamaan menjadi

)
(


Jika diketahui bahwa

, integral di atas menghasilkan

*+

)
Persamaan di atas dikenal dengan kaidah emas Fermi yang menyatakan
laju transisi konstan. Hasil penjumlahan dari |

()
()| merupakan hasil
penjumlahan dari proses konservatif

dan proses konservatif

.
|

()
()|


Sedangkan untuk hasil penjumlahan yang lain merupakan hasil
penjumlahan dari fungsi-fungsi harmonik yang berubah terhadap waktu
menurut persamaan 42. Resultan dari distribusi fungsi harmonik tersebut
menghasilkan probabilitas total yang berbanding lurus dengan t. Jika V
lm
= 0
untuk semua keadaan akhir maka V
lm
berada pada orde kedua, yaitu

()

()


Gangguan Medan Harmonik
Gangguan medan harmonik terjadi pada potensial yang bersifat
harmonik, misalnya pada medan yang berasal ari sumber gelombang
12

monokromatik dengan modus gelombang kontinu (CW). Hermitian pada
keadaan ini dapat dituliskan sebagai berikut.

()
() {


V adalah potensial yang tak bergantung pada waktu t. Untuk harga
koefisien C
l
(t) perlu mensubtitusikan syarat di atas pada persamaan 15
dengan memperhatikan syarat awal

()
()

akan diperoleh

()

()
(

()

()

()

[{(

)}]

[{(

)}]

)
-
Persamaan di atas dapat dijelaskan melalui gambar berikut.

Dengan syarat

()

()

serta
memperhatikan bahwa

, diperoleh koefisien
C
l
(t) dari suku kedua persamaan 52 dalam bentuk:

()

,*()+-

()

Hal tersebut menghasilkan probabilitas yang sama dengan persamaan
42 dengan perubahan sebagai berikut.
13

()

(
()


Dengan menggunakan rumus Fermi untuk proses emisi radiasi dan
absorbsi radiasi dimana

, diperoleh lagi jumlah dari fungsi-fungsi


harmonik sebesar:

*+

)
Penurunan rumus Fermi digunakan untuk dua pengandaian penting,
yaitu.
a. Dasar keberlakuan aproksimasi pertama |

()| untuk

mendekati nol. Berlaku syarat |

|
b. Penyederhanaan integral terhadap energi keadaan akhir dimana
lebar maksimum utama harus jauh lebih kecil dari lebar distribusi
spektral ( (

)).
Dari penurunan rumus Fermi dengan dua pengandaian penting
tersebut, diperoleh bahwa batas validitas rumus laju reaksi untuk
gangguan medan harmonik adalah sebagai berikut.
|

|

B. Teori Gangguan Stasioner
1. Keadaan Nondegenerasi
Apabila terdapat nilai eigen

, dapat digunakan
pendekatan Rayleigh-Schrodinger dengan menguraikan Hermitian dalam
bentuk
()

()
yang memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Soal nilai eigen yang tak terganggu

()

()

()
4
Artinya, nilai eigen yang dapat diselesaikan dengan mudah sehingga
perangkat vektor eigen {

()
} yang diperoleh dapat digunakan sebagai
representasi dalam ruang Hilbert yang ditinjau dan diperoleh
14

()
|

()


b. Menggunakan parameter yang cukup kecil dan biasa disimbolkan
dengan sehingga suku
()
dapat dianggap sebagai gangguan yang
kecil terhadap
()

Dalam perumusan selanjutnya, untuk yang cukup kecil dapat ditulis
dalam bentuk deret konvergen untuk nilai eigen dan vektor eigen sebagai
berikut:

()

()


dengan syarat kontinuitas

()
dan

()

dan syarat keterpisahan (tidak ada tumpang tindih atau overlap )
antara keadaan awal |

()
dan keadaan |

()
dengan n 1, yaitu

()
|

()


Subtitusi deret konvergen untuk ke dalam persamaan Hermitian:

()

()

()

()

()

()

()

()

()
|

()


Jika koefisien
n
sama untuk setiap n, maka berlaku persamaan berikut:
1.
()
|

()

()
|

()

2. .
()

()
/|

()
.
()

()
/|

()

15

3. .
()

()
/|

()
.
()

()
/|

()

()
|

()

Untuk orde n 1, persamaan umum dapat dituliskan

()
|

()

()
|

()

()
|

()


Mengingat bahwa

()
|
()

()
|

()
, maka diperoleh persamaan
untuk suku koreksi energi

()
orde ke n(n1) sebagai berikut

()
|
()
|

()

()

()
|

()


Mengingat syarat keterpisahan bahwa

()
|

()

untuk harga
s = n r 0 maka diperoleh rumus umum

()

()
|
()
|

()

Berdasar persamaan di atas, koreksi paling rendah (orde pertama)
dirumuskan sebagai

()

()
|
()
|

()
dan penyelesaian dijabarkan
seperti di bawah ini.
|

()

()
|

()

()

()
)

()
|

()
.
()

()
/|

()

.

()

()
/

()

()
|
()
|

()

()

()

()
|
()
|

()

()

()

Untuk m=l

maka

()
. Sehingga suku koreksi |

()
dapat dinyatakan
sebagai superposisi linear vektor eigen
()
, yaitu
|

()

()
|
()
|

()

()

()
|

()


16

Penjabaran di atas juga dapat digunakan untuk menjabarkan koreksi pada
orde kedua sebagai berikut.

()

()
|
()
|

()

dan besar energi

()
dirumuskan sebagai

()

()
|
()
|

()

()
|
()
|

()

()

()

()

|

()
|
()
|

()
|

()

()



2. Keadaan Terdegenerasi
Pada keadaan terdegenerasi, solusi eigen berlaku

()

()
baik untuk
m=l maupun untuk ml dan |

()
|

()
. Sehingga ruas kanan pada
persamaan ruas kanan menjadi tak hingga saat m=l. Sedangkan untuk ml
persamaan ruas kanan menjadi

()
|
()
|

()

Karena adanya gangguan
()
maka pada kelompok keadaan eigen yang
terdegenerasi tersebut perlu dilakukan koreksi pada orde terendah dengan
superposisi linear yang mendiagonalkan
()
. Hasil diagonalisasi kelompok
keadaan eigen yang terdegenerasi ini merupakan suku koreksi pertama
terhadap nilai eigen
()
.
Sekarang kita tinjau, keadaan
()
yang memiliki sub ruang degerate
dengan derajat g. beberapa g keadaan eigen {|

()
} dengan i = 1,2,,g yang
sesuai dengan suatu energi eigen

()
. Keadaan eigen {|

()
} ini dianggap
sebagai basis ortonormal.
Untuk mendiagonalkan keadaan eigen
()
dalam sub ruang degenerasi,
maka dibentuk basis baru sebagai berikut.
17

|

()

()


Dengan

()
|

()

dan


maka

()
|

()

dan berlaku persamaan

()
|

()

()
|

()

()
|
()
|

()

()

()


Diagonalisasi matriks

()
akan menghasilka elemen diagonal yang
tidak lagi sama pada
()
. Sehingga pengaruh koreksi
()
adalah
pengurangan atau penghapusan degenerasi dalam spektrum nilai eigen semula.
Untuk memperoleh koreksi tersebut, maka dijabarkan sesuai pada keadaan
nondegenerated dengan mengasumsikan bahwa eigen berada dalam sub ruang
degenerasi.

()

()


Dengan memperhatikan syarat kontinuitas

()

()
dan ketentuan ortonormalitas

()
|

()

, diperoleh persamaan

()
|

()

()
|

()

.
()

()
/|

()
.
()

()
/|

()

.
()

()
/|

()
.
()

()
/|

()

()
|

()

Ketiga persamaan di atas menghasilkan persamaan

()
|
()

()
|

()

()
|
()

()
|

()

Untuk setiap j dalam degenerasi diperoleh persamaan berikut.
18

()
|
()
|

()

()


Suku koreksi pada persamaan di atas bergantung pada indeks i dari vektor
eigen yang berdegenerasi sebelumnya. Gangguan
()
dapat menimbulkan
pemisahan tingkat-tingkat energi yang sebelumnya berimpit, serta mengurangi
degenerasi pada spektrum eigen
()
.
Untuk membuktikan bahwa persamaan di atas setara dengan persamaan
eigen
()
maka perlu dijabarkan sebagai berikut.

()
|
()
|

()

()


Kedua ruas dikalikan dengan a
jm
kemudian indeks j dijumlahkan dengan
syarat ortonormal sehingga diperoleh

()
|
()
|

()

()


Atau dalam bentuk matriks dapat dituliskan sebagai

()

()

()

()

Solusi untuk persamaan di atas adalah spektrum nilai eigen {

()
} dan
koefisien superposisi linear {

} untuk {|

()
} yang merupakan vektor eigen
simultan dari
()
dan
()
dalam subruang degenerasi sebagai berikut

()

()
|
()
|

()

Pendekatan orde pertama dituliskan:

()

()
|

()
|

()

()

()


Terjadinya degenerasi dalam suatu spektrum nilai eigen menunjukkan
adanya sifat simetri atau invarian dari hamiltonian terhadap operasi
transformasi tertentu. Misalkan sistem yang ditinjau itu invarian terhadap
19

rotasi dalam keadaan tak terganggu. Ini berarti antara
()
dan generator
rotasi l
i
berlaku hubungan

()


()

Atau
[
()

] [
()

] [
()

]
Sehingga

()
(

()

()
(

)
Dari hubungan komutasi ,

diperoleh bahwa


Ini membuktikan bahwa energi eigen pada keadaan sama
dengan energi eigen pada keadaan sehingga spektrum energi eigen
tersebut mengandung degenerasi dengan derajat g = 2l + 1 terhadap bilangan
kuantum m.
Untuk menghilangkan kuantum degenerasi spektrum eigen
()
, perlu
merusak simetri yang terdapat di dalam spektrum tersebut. jika
()
komut
dengan
()
maka hanya terjadi pergeseran yang berdegenerasi menyeluruh.
Jika gangguan
()
masih menyisakan simetri
()
maka
()
akan
menghilangkan degenerasi secara partial.

20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suku tambahan pada perator Hamiltonian sering kali muncul pada
beberapa persamaan dalam mekanika kuantum. Suku tambahan tersebut
merupakan sebuah ganguan. Dalam teori gangguan, Hamiltonian diuraikan
menjadi dua bagian yaitu bagian tanpa gangguan dan bagian suku pengganggu.
Suku pengganggu dibagi lagi menjadi dua yaitu gangguan yang bergantung waktu
dan gangguan stasioner atau tak bergantung waktu.
1. Gangguan stasioner apabila sistem Hamiltonian diuraikan menjadi sebagai
berikut:

()



()

()


Gangguan nonstasioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
c. Gangguan transien (terbatas dalam waktu)

()


()



d. Gangguan terus menerus atau tetap

()


()



2. Gangguan nonstasioner
c. Gangguan Nondegenerasi

()
|

()

()
|

()

()
|

()


d. Gangguan Terdegenerasi

()
|
()

()
|

()

()
|
()

()
|

()


21

DAFTAR PUSTAKA
Herbert Kroemer. 1994. Quantum Mechanics. New Jersey: Prentice-hall.inc
Ohno. Koichi. 2004. Kimia Kuantum. Tokyo: Iwanami Shoten. Mathews
Venkatesan. 1978. A Tekt Book Of Quantum Mechanics. New Delhi: Tata
McGraw-hill Publishing Company Limited
Richard Liboff. 1997. Introductory Quantum Mechanics Third Edition. USA:
Addison-Wesley Publishing Company, inc
Sutopo. 2003. Pengantar Fisika Kuantum. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Tjia. M. O., 1999. Mekanika Kuantum. Bandung: ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai